Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kejahatan merupakan fenomena masyarakat yang sehari-hari kita hadapi. Kejajahatan

sudah menjadi permasalahaan sejak zaman dahulu dan tetap berkembang dari waktu ke

waktu. Kejahatan yang secara nyata kita lihat misalnya adalah pencurian, pembunuhan,

penipuan, dan terorisme. Manusia adalah mahkluk sosial yang hidup saling membutuhkan

dan berdampingan satu sama lain, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya,

masyarakat, sampai berbangsa dan bernegara. Kejahatan tentunya memiliki dampak

buruk bagi kehidupan sosial, dan dalam skala besar berdampak bagi negara.

Cara menyelesaikan kejahatan terus menerus menjadi perdebatan. Banyak upaya yang

dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Mulai dari upaya dari masyarakat,

payung hukum yang dibuat oleh pemerintah, dan inisiatif-inisiatif yang dilakukan oleh

masing-masing individu. Namun pada kenyataan yang kita hadapi, kejahatan masih saja

belum bisa terselesaikan. Kejahatan dan penjahat juga berkembang seiring dengan

perkembangan masyarakat. Apabila kita lihat pada zaman, kejahatan yang terjadi hanya

dalam skala sederhana misalnya seputar kejahatan terhadap harta benda, kejahatan

terhadap nyawa, kejahatan perang. Sekarang, kita dapat melihat banyak kejahatan yang

terjadi dalam skala yang lebih kompleks, misalnya kejahatan terhadap data pribadi. Hal

tersebut menjadi bukti bahwa kejahatan tidak bisa terlepas secara penuh dari kehidupan

masyarakat, karena penjahat lahir dari masyarakat. Yang bisa kita lakukan adalah

menimimalisir kejahatan dengan memberi payung hukum yang tepat. Namun, seperti apa

yang dikatakan oleh Thomas More (1478-1535) seorang pengamat sosial, ahli hukum

humanitis, dan aktivis sosial Inggris dalam bukunya Utopia “Apabila dengan hukuman

1
yang berat saja kejahatan tidak dapat dihentikan, maka yang harus dihentikan ialah

penyebab kejahatan tersebut.”

Untuk mencari akar timbulnya kejahatan, diperlukanlah pengkajian kejahatan

berdasarkan pengamatan dan analisis teoritis untuk melihat hubungan antara penjahat,

kejahatan, korban, dan respon masyarakat. Terdapat enam teori kriminologiyaitu Teori

Labelling. Teori Kontrol Sosial, Teori Differential Association, Teori Anomie, Teori

Konflik, dan Teori Sub-Kulture. Teori-teori ini dipakai untuk menjawab permasalahan-

permasalahan kriminalitas yang menjadi gejala dalam masyarakat. Berdasarkan uraian

diatas, dan pemenuhan tugas serta tanggung jawab sebagai mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Pattimura, penulis membuat makalah dengan judul “Teori Kontrol Sosial

Substansi dan Analisis Kasusnya.”

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang penulis ambil yaitu:

1. Bagaimana substansi dan penjabaran dari Teori Kontrol Sosial?

2. Apa saja kelebihan dan kekurangan Teori Kontrol Sosial?

3. Bagaimana penerapan Teori Kontrol Sosial pada kejahatan yang terjadi di lingkungan

masyarakat?

1.3 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Pembaca dapat memahami substansi dan penjabaran Teori Kontrol Sosial.

2. Pembaca dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan Teori Kontrol Sosial.

3. Pembaca dapat menganalisa penerapan Teori Kontrol Sosial pada contoh kasus nyata

yang terjadi dalam lingkungan masyarakat.

2
1.4 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dan tanggung

jawab sebagai mahasiswa mata kuliah Kriminologi pada Fakultas Hukum Universitas

Pattimura.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengantar Kriminologi

Kriminologi secara pengakuan dapat dikatakan sebagai cabang ilmu yang baru yang

lahir pada abad ke-19 dan mulai berkembang pada tahun 1830. Van Kan, dalam bukunya "Les

Causes economiques de la criminalite" (1903) menulis pendapat-pendapat para sarjana tentang

sebab musabab ekonomi terhadap kejahatan; Havelock EUis, dalam bukunya "The Criminal";

Marro, pada buku karyanya yang berjudul "/ caratteri dei delinguenti" (1887); dan G. Antinini,

dalam bukunya yang bertajuk "/ precursor] di Lombroso" (1909), yang kesemuanya mencari

pendapat-pendapat tentang sebab-sebab kejahatan dari sisi pandang antropologi. 1

Apabila kita melihat dari sejarah, kriminologi secara faktual sudah menjadi objek

kajian sejak zaman dulu. Pendapat tentang kejahatan tercatat pertama kali disebut oleh Plato

(427- 347 SM) seorang filsuf dan matematikawan Yunani kuno, dari Athena . Dalam bukunya

yang berjudul “Republiek,” Plato menyatakan bahwa sumber kejahatan adalah emas dan

manusia, maka makin meorosot penghargaan terhadap kesusilaan. Pendapat ini

menggambarkan bahwa masyarakat dengan banyak orang miskinnya, mempunyai banyak

penjahat yang pada waktu itu merujuk pada penista agama dan pencuri. Kemudian dijelaskan

lebih lanjut pada bukunya “De Wetten,” Plato mengutarakan pendapatnya bahwa kesusilaan

di junjung tinggi pada masyarakat yang tidak ada orang miskin dan tidak ada orang kaya.

Pendapat ini didasarkan pada keyakinan bahwa hal ini tidak menimbulkan rasa iri ataupun

benci. Plato juga beradagium "Hukuman dijatuhkan bukan karena telah berbuat jahat, tapi agar

jangan diperbuat kejahatan.”2


1
Dr. Gde Made Swardhana, SH., MH. Prof. Dr I Ketut Rai Setiabudhi Buku Ajar Kriminologi dan
Viktimologi ( Program Studi Magister (S2) Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Universitas Udayana
Denpasar 2016 ) hlm 21
2
Lihat dan bandingkan pada: A. Corre, Platon Criminaliste (Archives d'antropotogie crimimalle
XXIII, 1908) dan C.G. Gardikas, Sur La Philosopgie Penale De Platon Et D'aristote
(Schweizerische Zeitschrift fur Strafrecht XXXII, 1919)

4
Namun apa yang sebenarnya dimaksudkan dengan Kriminologi? Secara etimologi, kata

“Kriminologi” berasal dari kata “Crimen” yang berarti kejahatan atau penjahat dan “Logos” yang

artinya ilmu pengetahuan. Maka dapat dikatakan bahwa Kriminologi adalah ilmu pengetahuan

yang mempelajari tentang kejahatan. Bonger (1876-1940) seoranng ahli kriminologi dan

sosiologi Belanda mengatakan bahwa kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan

menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya. Sedangkan Thomas More (1478-1535) menyatakan

kriminologi sebagai ilmu sempit yang mempelajari sebab-sebab kejahatan dalam masyarakat.

Berdasarkan uraian ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Kriminologi adalah ilmu

pengetahuan yang mempelajari kejahatan dan hubungannya dengan masyarakat.

2.2 Ruang Lingkup Kriminologi

Berbicara tentang Kriminologi tentunya tidak dapat dipisahkan dengan Hukum

Pidana. Hukum Pidana merupakan aturan yang bersifat mengikat dan mengatur tentang

perbuatan yang memenuhi suatu akibat berupa pidana. Dalam Hukum Pidana terkandung

rumusan apa yang disebut sebagai perbuatan pidana, siapa yang melakukannya, dan

bagaimana cara melaksanakan pidana tersebut. Sedangkan Kriminologi sebagai ilmu

pengetahuan yang membahas tentang penyebab kejahatan, yang merumuskan mengapa orang

melakukan kejahatan, dan bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk mencegah kejahatan.

Martin L Haskell and Lewis Yablonsky 3 mengemukakan kriminologi mencakup analisa-

analisa tentang:

1. Sifat dan luas kejahatan

2. Sebab-sebab kejahatan

3. Perkembangan hukum pidana dan pelaksanaan

4. Ciri-ciri (tipologi) pelaku kejahatan (kriminal)


3
Soedjono Dirjosisworo, 1994. Sinopsis Kriminologi Indonesia, Penerbit Mandar Maju, Bandung, hlm.
26.

5
5. Pola-pola kriminalitas dan perubahan sosial

Dan apabila dipersempit, kita dapat menyebutkan bahwa objek studi Kriminologi terdiri dari:

1. Penjahat, dimana kriminologi akan membahas pelaku kejahatan atau orang-orang

yang melakukan pelanggaran baik dalam hukum pidana maupun norma-norma

yang melekat pada masyarakat.

2. Kejahatan, kriminologi mengkaji kejahatan apa yang terjadi di masyarakat dan

penyebab kejahatan tersebut terjadi.

3. Reaksi atau respon masyarakat terhadap keduanya.

6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Substansi Teori Kontrol Sosial

Teori Kontrol Sosial merupakan teori kriminologi yang berpandangan bahwa ada suatu

kekuatan pemaksa dalam masyarakat bagi setiap warganya untuk menghindari niat melanggar

hukum. Teori ini lahir dari tiga macam perkembangan dalam ilmu kriminologi4.

Pertama, adanya reaksi terhadap teori Labelling dan Konlflik, sehingga kembali pada

objek kajian tentang penjahat.

Kedua, lahirnya studi tentang “Criminal Justice” sebagai ilmu baru yang membawa

pengaruh terhadap Kriminologi menjai lebih pragmatis dan berorientasi pada system.

Ketiga, Teori Kontrol Sosial berkaitan dengan “Self Report Survey,” yang merupakan

suatu Teknik penelitian baru khususnya terhadap tingkah laku anak dan remaja5.

Prespektif control adalah perspektif yang terbatas untuk penjelasan delikuensi dan

kejahatan. Teori ini meletakan penyebab kejahatan pada lemahnya ikatan individual tau

ikatan sosial dengan masyarakat, atau macetnya integrasi sosial. Berbeda dengan teori-teori

lainnya yang mencari jawaban mengapa kejahatan terjadi, Teori Kontrol Sosial menekankan

kajian untuk menjawab alasan mengapa seseorang tidak melakukan kejahatan. Maka hal yang

ditanyakan bukanlah “Kenapa seseorang melakukan kejahatan?” tetapi “Kenapa seseorang

tidak melakukan kejahatan?” atau “Mengapa orang taat aturan?”

Travis Hirschi (1969) yang adalah ahli sosiologi Amerika dan juga merupakan

pelopor Teori Kontrol Sosial, mengatakan bahwa perilaku kejahatan merupakan kegagagalan

4
Ni Putu Rai Yuliartini,SH.,MH. Kajian Kriminologi.(Anggota IKAPI No.181/JTE/2019).Klaten, Jawa tengah, 2021
cet 1. Hlm 17
5
William III & McShane, Opcit, hal 109-110

7
kelompok-kelompok sosial konvensional seperti keluarga, sekolah, teman sebaya untuk

terikat dengan individu. Argumentasi ini mengartikan bahwa manusia tidak secara langsung

patuh pada hukum dimana kita semua dilahirkan dengan kehendak bebas, namun harus

belajar untuk tidak melakukan tindak pidana. Dalam hal ini Teori Kontrol Sosial memandang

delikuen sebagai konsekuensi logis dari kegagalan seseorang untuk mengembangkan

larangan-larangan ke dalam terhadap perilaku melanggar hukum.

Teori Kontrol Sosial berusaha menjelaskan kenakalan dikalangan para remaja.

Kenakalan diantara para remaja dikatakan sebagai “Deviasi Primer,” maksudnya bahwa

setiap inividu yang melakukan:

1. Deviasi (bentuk penyimpangan dari peraturan) secara jarang-jarang.

2. Dilakukan tanpa organisir atau tanpa melakukan dengan cara yang baik.

3. Si pelaku tidak memandang dirinya sebagai pelanggar.

4. Pada dasarnya hal yang dilakukan itu wajib dipandang sebagai deviasi oleh yang

berwajib.

Teori Kontrol Sosial kemudian makin berkembang pada tahun 1950-an dilihat dari

teoritis-teoritis yang menggunakan pendekatan ini dalam pengkajian kenakalan remaja.

Albert J. Reiss (1951) mengemukakan tiga komponen kontrol sosial dalam menjelaskan

kenakalan remaja, yaitu:

1. Kurangnya kontrol internal yang memadai selama masa anak-anak (A lack of proper

internal controls developed during childhood).

2. Hilangnya kontrol internal (Breakdown of those internal control).

3. Tidak adanya norma sosial atau konflik antara norma-norma dalam keluarga,

lingkungan dekat, sekolah (An absence of or conflict in social rules provided by

impotant social group; the family, close other, the school).

8
Asumsi Teori Kontrol yang dikemukaan F. Ivan Nye terdiri dari:

1. Harus ada kontrol internal atau eksternal.

2. Manusia diberikan kaidah-kaidah supaya tidak melakukan pelanggaran.

3. Pentingnya proses sosialisasi bahwa ada sosialisasi yang adequate atau memadai.

4. Dilakukan proses pendidikan terhadap seseorang.

5. Diharapkan remaja menaati hukum atau law abiding.

Menurut F. Ivan Nye 6terdapat empat tipe Kontrol Sosial:

1. Kontrol langsung yang diberikan tanpa mempergunakan alat pembatas dan hukum.

2. Kontrol internalisasi yang dilakukan dari dalam diri secara sadar.

3. Kontrol tidak langsung yang berhubungan dengan pengenalan atau identifikasi yang

berpengaruh dengan orang tua dan orang-orang yang bukan pelaku criminal lainnya.

4. Ketersediaan sarana-sarana dan nilai-nilai alternaqtif untuk mencapai tujuan.

Teknik netralisasi ini dirinci Matza dan Sykes, sebagai berikut:

1. Denial Of Responsibility

Yaitu suatu anggapan di kalangan remaja nakal yang menyatakan bahwa dirinya

merupakan korban dari pola pengasuhan orang tua, lingkungan pergaulan yang buruk

atau berasal dari tempat tinggal kumuh.

2. Denial Of Injury

Yaitu suatu alasan di kalangan remaja nakal bahwa tingkah laku mereka

sesungguhnya tidak merupakan suatu bahaya yang besar.

3. Denial Of The Victim,

Yaitu keyakinan diri pada remaja nakal bahwa mereka adalah pahlawan sedangkan

korban justru dipandang sebagai mereka yang melakukan kejahatan.

6
Struart H. Traub dan Craig B. Little, Theories of …, ibid, hlm 247

9
4. Condemnation Of The Comdemner

Yaitu suatu anggapan bahwa polisi adalah munafik atau pelaku kejahatan terselubung

yang memiliki perasaan tidak senang pada mereka.

5. Appleal To Higher Loyalties

Yaitu suatu anggapan di kalangan remaja nakal bahwa mereka tertangkap di antara

tuntutan masyarakat, hukum dan kehendak kelompok mereka.

Ada empat elemen ikatan sosial yang terdapat dalam setiap masyarakat, yaitu:

1. Attachment adalah kemampuan manusia untuk melibatkan dirinya terhadap orang

lain. Kalau attachment sudah terbentuk, maka orang tersebut akan peka terhadap

pikiran, perasaan, dan kehendak orang lain.

Attachment total, adalah suatu keadaan di mana seorang individu melepas rasa

ego yang terdapat dalam dirinya dan diganti dengan rasa kebersamaan inilah

yang mendorong seseorang untuk selalu menaati aturan-aturan, karena

pelanggaran terhadap aturan tersebut berarti menyakiti perasaan orang lain.

Attachment partial, adalah hubungan antara seorang individu dengan lainnya,

di mana hubungan tersebut tidak didasarkan pada peleburan ego dengan ego

yang lain tetapi karena hadirnya orang lain untuk mengawasi.

2. Commitment, adalah keterikatan seseorang pada sistem konvensional seperti sekolah,

pekerjaan, organisasi-organisasi dan sebagainya. Segala kegiatan yang dilakukan oleh

seorang individu tersebut, akan mendatangkan manfaat bagi orang tersebut. Hal

tersebutlah yang mendorong orang untuk taat pada aturan. Manfaat tersebut dapat

digunakan sebagai rem untuk melakukan penyimpangan.

3. Involvement, merupakan aktivitas seseorang dalam sub-sistim konvensional. Jika

seseorang berperan aktif dalam organisasi maka kecil kecenderungannya untuk

melakukan deviasi (penyimpangan). Bila orang aktif dalam setiap kegiatan maka

10
orang tersebut akan menghabiskan segala waktu dan tenaganya dalam kegiatan

tersebut, sehingga dia tidak sempat lagi memikirkan hal-hal yang bertentangan dengan

hukum. Dengan demikian segala aktivitas yang dapat mendatangkan manfaat, akan

mencegah orang untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum.

4. Belief, merupakan aspek moral yang terdapat dalam ikatan sosial. Belief merupakan

kepercayaan seseorang pada nilai-nilai moral yang ada. Kepercayaan seseorang

kepada norma-norma yang ada akan menimbulkan kepatuhan terhadap norma.

Kepatuhan terhadap norma tersebut akan mengurangi keinginan untuk melakukan

pelanggaran.

3.2 Kelebihan dan Kekurangan Teori Kontrol Sosial

Kelebihan Teori Kontrol Sosial7:

1. Teori dapat diuji secara konkret empiris disbanding teori-teori kriminologi lain.

2. Teori ini berdasarkan peneletian, yang selanjutnya ditambah dengan penambahan-

penambahan penelitian empiris yang menunjang.

3. Teori Kontrol Sosial merupakan salah satu teori kotemporer yang memiliki daya

Tarik kuat dalam hal mendorong penelitian-penelitian berarti.

4. Memberi sumbangan penting untuk menjelaskan perilaku delikuen.

Kelemahan Teori Kontrol Sosial:

1. Teori ini berusaha menjelaskan kenakalan remaja dan bukan kejahatan oleh orang

dewasa

2. Teori ini menaruh perhatian cukup besar pada sikap, keinginan dan tingkah laku

yang meski menyimpang sering merupakan tingkah laku orang dewasa.

7
Dr. J. E. Sahetapy, S.H., M.A, Pisau Analisis Kriminologi, hlm 39

11
3. Ikatan sosial dalam teori Hirschi seperti values, belief, norma, dan attitude tidak

pernah secara rinci dan jelas didefenisikan.

4. Kegagalan dalam menjelaskan peluang kejadian yang menghasilkan lebih

tidaknya ikatan sosial.

3.3 Penerapan Teori Kontrol Sosial pada Contoh Kasus Nyata

Kejahatan tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa saja, namun juga oleh remaja

atau anak. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa Teori Kontrol Sosial berfokus untuk

menjelaskan kenakalan remaja, maka kasus yang bisa diterapkan dengan Teori Kontrol

Sosial adalah yang pelakunya adalah remaja, misalnya: tawuran antar pelajar SMA, ugal-

ugalan di jalan, narkotika, dan pembullyan. Sebagai contoh nyata penulis mengambil

kasus tindak pidana lalu lintas yang terjadi di Kota Ambon

a. Kronologi Kejadian dan Fakta Hukum

Berdasarkan alat bukti dan barang bukti yang diajukan diperoleh fakta-fakta

hukum sebagai berikut:

- Bahwa Kejadiannya terjadi pada hari kamis tanggal 12 November 2020 sekitar

pukul 22.00 wit bertemat di Jln Rya Kapten Piere Tandean tepatnya di depan

Gereja Imanuel Gatik Galala Kec. Sirimau Kota Ambon.

- Bahwa yang menjadi korban adalah PHILIPUS PENTURY ALIAS VECKY

dan terdakwa adalah Predik Nahumarury alias Endek

- Bahwa awalnya korban berada di ruas jalan kiri depan Gereja jika dilihat dari

arah kota hendak melakukan penyeberangan keruas jalan kanan kearah rumah

korban dan saat itu korban sempat melihat kiri dan kanan untuk memastikan

bahwa tidak ada kendaraan sehingga kemudian korban lalu melakukan

penyebrangan

12
- Bahwa saat melakukan penyebrangan dan saat tiba di ruas jalan tengah secara

tiba-tiba korban di tabrak oleh anak yang mengendarai sepeda motor Yamaha

Jupiter Z dengan No. Pol. DE 4338 LK berwarna Hitam bergerak dari arah

halong menuju kota ambon dengan menggunakan kecepatan tinggi antara 50

sampai dengan 6 kilo meter/ jam, dan tanpa membunyikan klakson sehingga

mengakibatkan anak terjatuh sedangkan korban lalu terpental dan tak sadarkan

diri sementara anak masih sempat berdiri dan kemudian anak lalu di amankan

sementara korban langsung di bawa ke rumah sakit.

- Bahwa yang korban tahu saat itu korban tidak ada mendengar bunyi klakson

ataupun bunyi pengereman tiba-tiba korban langsung ditabrak.

- Bahwa saat itu cuaca cerah jalan lurus dan memang malam itu sudah sunyi

karena kendaraan sudah jarang-jang lewat.

- Bahwa akibat tabrakan tersebut korban mengalami luka di kepala dan sampai

dengan sekarang sangat mempengaruhi kondisi Kesehatan korban karena

sudah tidak bisa berjalan dengan baik dan juga sudah mempengaruhi

penglihatan juga.

- Bahwa saat itu luka-luka yang korban alami adalah mengalami pendarahan

pada hidung, telinga, mulut, luka robek pada kepala bagian kiri sebesar 5

jahitan, pinggang bahu kiri memar dan tidak sadarkan diri.

Terdakwa diddakwa dengan Pasal 310 Ayat (3) UU No. 22 Tahun 2009 Tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

“Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena

kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka berat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), dipidana dengan pidana

13
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)”

Menimbang, bahwa dalam persidangan, Hakim tidak menemukan hal-hal yang

dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan pembenar

dan atau alasan pemaaf, maka Anak harus mempertanggungjawabkan

perbuatannya dengan tetap mengacu kepada ketentuan Pasal 79 ayat (3) dan Pasal

71 ayat (3) Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan

Pidana Anak.

Mengadili:

1. Menyatakan Anak Predik Nahumury alias Endek tersebut diatas terbukti secara

sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Kecelakaan Lalu

Lintas”.

2. Menjatuhkan pidana terhadap Anak oleh karena itu dengan pidana penjara selama

1 (satu ) tahun 6 (enam)

3. Memerintahkan agar Anak untuk di tahan di Lembaga Pembinaaan Khusus Anak

(LPKA).

4. Menyatakan barang bukti berupa 1 (satu) Unit Speda Motor YAMAHA JUPITER

Z No. Pol DE 4338 LK warna Hitam Dikembalikan kepada Anak.

5. Membebankan Anak membayar biaya perkara sejumlah Rp. 2.000,- (dua ribu

rupiah);8

B. Analisis dengan Teori Kontrol Sosial

Berdasarkan uraian yang ada diatas, dapat kita menganalisis perbuatan saudara

Predik Nahumarury alias Endek menggunakan Teori Kontrol Sosial. Dapat kita lihat
8
Lihat dan bandingkan di putusan.mahkamaagung.go.id, P U T U S A N
Nomor 07/Pid.Sus-Anak/2021/PN Amb

14
bahwa tindakan yang dilakukan oleh Predik Nahumarury alias Endek dikarenakan

kurangnya kontrol intern yaitu kontrol yang berasal dari diri sendiri. Kontrol intern

yang dimaksud adalah penguasaan diri, toleransi rasa frustasi, dan kemampuan

bertanggung jawab. Dimana pelaku mengetahui secara pasti bahwa mengendarai

dengan kecepatan tinggi merupakan tindakan yang berbahaya, namun pelaku tetap

memilih untuk melakukan tindakan tersebut. Predik Nahumarury tahu secara pasti

konsekuensi dan akibat dari perbuatannya yang mengakibatkan korban jatuh dimana

ia sendiri yang menyaksikan hal tersebut, namun pelaku masih mencoba untuk

melarikan diri sebelum akhirnya diamankan oleh warga setempat. Hal ini menunjukan

bahwa pelaku awalnya memeiliki niat untuk tidak bertanggung jawab. Lemahnya

kontrol terhadap diri tercermin dari tindakan pelaku.

Penyebab yang kedua adalah kurangnya kontrol ekstern dimana kontrol ini

sangat penting dalam masa remaja. Penulis tidak mengetahui secara pasti bagaimana

pola didik orang tua pelaku, sehingga penulis tidak bisa menarik asumsi bagaimana

kontrol ekstern dari pihak keluarga. Namun apalabila melihat dari kondisi lingkungan,

kita dapat melihat bahwa ugal-ugalan dengan kendaraan bermotor ialah hal yang

lumrah di kalangan remaja. Banyak juga yang menganggap bahwa membawa motor

dengan ugal-ugalan adalah hal yang keren di lingkunga pergaulan. Sehingga ini

membentuk pola piker yang sama pada pelaku, pelaku mengira ini hal yang biasa dan

lazim sehingga pelaku nekat melakukan hal demikian walaupun pelaku mengetahui

secara pasti akibat dan kerugian apa yang ditimbulkan oleh tindakan tersbut. Hal ini

juga berhubungan dengan Teknik netralisasi Denial Of Injury yaitu suatu alasan di

kalangan remaja nakal bahwa tingkah laku mereka sesungguhnya tidak merupakan

suatu bahaya yang besar.

15
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa:

1. Teori kontrol sosial mengenak pada kajian mengapa orang tidak melakukan

kejahatan.

2. Ada 4 hal yang membuat orang tidak melakukan kejahatan yaitu Attachment,

Commitment, Involvement, Belief.

3. Teori kontrol sosial hanya mengkaji kejahatan yang dilakukan oleh anak remaja dan

bukan menjawab kejahatan yang dilakukan oleh orang dewasa.

4. Anak Predik Nahumury alias Endek melakukan tindak pidana tersebut dikarenakan

kurangnya kontrol internal, eksternal, dan juga Teknik netralisasi Denial Of Injury.

4.2 Saran

Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat memberi saran sebagai berikut:

1. Masing-masing individu dari kita terutama remaja harus dapat mempunyai kontrol

intern yang mana adalah penguasaan diri, rasa positivf pada diri, rasa tanggung

jawab, dan pengendalian yang baik pada rasa frustasi. Karena hal ini yang

mempengaruhi tindakan kita.

2. Orang tua dapat lebih bertanggung jawab dalam mendidik dan membesarkan anak

agar kontrol internalnya dapat terbentuk dengan baik dan kontrol eksternalnya

terkendali.

3. Lingkungan sekolah, teman sebaya, dan masyarakat bisa menjadi lingkungan yang

berdampak positif untuk pengenmabngan kontrol eksternal.

16
4. Masyarakat dapat lebih peka dan responsive bagi pelaku kejahatan agar terbentuk

norma yang jelas dan tegas yang memberi sanksi sosial bagi pelaku, sehingga

memberi efek jera juga bagi pelaku (kontrol ekstern).

Penulis menyadari sungguh bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena

itu kami sangat membutuhkan saran dan masukan yang membangun dari pembaca demi

perkembangan dan kemajuan makalah ini. Demikian makalah ini kami tulis, apabila ada

kesalahan kami minta maaf yang sebesar-besarnya karena manusia tidaklah luput dari

salah dan dosa. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dipergunakan

untuk proses pembelajaran kita semua. Sekian dan terima kasih,

17
DAFTAR PUSTAKA

Dr. J. E. Sahetapy, S.H.,M.A. 2005. Pisau Analisis Kriminologi. Bandung: Citra Aditya.

Topo Santoso, S.H., M.H, Eva Achjani Zulia, S.H, Kriminologi. Jakarta: RajaGrafindo

Persada

Yesmil Anwar, Adang. Kriminologi. Bandung: Refika Aditama

putusan.mahkamaagung.go.id

18

Anda mungkin juga menyukai