Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan merupakan bagian penting dalam kelangsungan hidup manusia. Menurut
Pasal 1 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009, Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain. Lingkungan yang bersih dan sehat merupakan bagian dari
hak asasi manusia sebagaimana tercantum dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar 1945
yang menyatakan bahwa: “ Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.”. Karena kondisi lingkungan hidup sangat mempengaruhi kondisi kesehatan dan
kelangsungan hidup manusia.
Sebagai manusia, kita tinggal di lingkungan, hidup dari lingkungan, maka menjadi suatu
kewajiban bagi kita untuk menjaga lingkungan itu sendiri. Namun pada kenyataannya justru
manusia sering melakukan pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan yang paling
sering kita lakukan adalah membuang sampah secara sembarangan. Membuang sampah
secara sembarangan biasa dianggap hal yang sepele terutama bagi sampah individu dari
sampah pribadi masing-masing. Padahal sebuah kebiasaan yang dianggap sepele ini bisa
berdampak besar bagi kondisi lingkungan hidup. Dalam skala yang besar kita dapat melihat
banyak limbah yang pembuangan dan penangannya kurang tepat. Limbah adalah sisa suatu
usaha dan/atau kegiatan. Mulai dari limbah rumah tangga, limbah masyarakat, limbah usaha,
limbah rumah sakit, dan lain sebagainya. Pembuangan atau dumping adalah kegiatan
membuang, menempatkan, dan/atau memasukkan limbah dan/atau bahan dalam jumlah,
konsentrasi, waktu, dan lokasi tertentu dengan persyaratan tertentu ke media lingkungan
hidup tertentu
Sebagai masyarakat yang berkegiatan memenuhi kebutuhan hidup, kita tidak terlepas dari
kegiatan yang menghasilkan limbah. Oleh karena itu terdapat 4 Prinsip Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang harus ditaati setiap orang. Prinsip tersebut ialah; Prinsip Pencemar
Membayar, Prinsip Kehati-hatian, Prinsip Bertanggungjawab, dan Prinsip Pembangunan
Berkelanjutan. Prinsip-prinsip ini dibuat dengan tujuan untuk mengembangkan aspek
kehidupan masyarakat dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Di era
perkembangan kemajuan ekonomi saat ini, kegiatan dan usaha menjadi salah satu sumbangsi
limbah terbesar dalam masyarakat.
Dalam negara Indonesia, peraturan mengenai pengelolaan lingkungan hidup sudah jelas
dan tegas diatur. Aturan-aturan yang dimaksud diatur dalam UU No. 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun
2012 Tentang Izin Lingkungan, Undang-undang No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah (PDRD). Meskipun sudah ada peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang pengelolaan dan pembuangan limbah, masih saja ada badan usaha yang
lalai dalam melaksanakannya. Permasalahan sering terjadi di sekitar kita tanpa kita sadari.
Padahal hal-hal seperti inilah yang harus kita perhatikan. Mungkin kita tidak dengan cepat
merasakan dampaknya, namun perlahan akan merugikan generasi mendatang. Setelah
melihat kondisi permasalahan lingkungan di Kota Ambon sebagai tempat tinggal dan objek
kajian, penulis membuat penulisan makalah dengan judul “ANALISIS PRINSIP
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP TERHADAP PENGELOLAAN DAN
PEMBUANGAN LIMBAH KENTUCKY FRIED CHICKEN OLEH PIHAK
MANAJEMEN AMPLAZ AMBON”.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang penulis ambil yaitu:
1. Apa yang menjadi permasalahan dalam pengelolaan limbah Kentucky Fried Chicken
yang dilakukan oleh pihak manajemen Amplaz Ambon?
2. Apakah pengelolaan limbah Kentucky Fried Chicken oleh pihak manajemen Amplaz
dapat dikatakan memenuhi prinsip pengelolaan lingkungan?

1.3 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan adalah sebagai berikut:
1. Pembaca dapat menyadari dan mengetahui permasalahan lingkungan yang terjadi di
Kota Ambon
2. Pembaca dapat mengetahui permasalahan dalam pengelolaan limbah Kentucky Fried
Chicken yang dilakukan oleh pihak menajemen Amplaz Ambon
3. Pembaca dapat memahami penerapan prinsip pengelolaan lingkungan pada
permasalahan ini.

1.4 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi tugas dan tanggung jawab sebagai mahasiswa dalam mata kuliah Hukum
Lingkungan Pulau-Pulau Kecil.

2
BAB II
ISI
2.1 Pemaparan Masalah
Amplaz dikenal di masyarakat sebagai pusat perbelanjaan tertua di Kota Ambon yang
sudah berdiri sejak tahun 1986. Pusat perbelanjaan yang berlokasi di Kelurahan Honipopu,
Sirimau ini memiliki tempat perbelanjaan dan rekreasi yang beragam. Salah satunya adalah
Kentucky Fried Chicken yang sudah 26 tahun mengambil bagian menjadi bagian dari Ambon
Plaza.
Namun siapa yang menyangka bahwa pihak pengelola Ambon Plaza menjadi sorotan
public pada pertengahan Juni 2022. Hal ini bermula ketika warga sekitar mengajukan keluhan
mengenai bau menyengat yang berasal dari area parkiran Ambon Plaza. Mereka mengajukan
laporan kepada Dinas Lingkungan Hidup dan Persampahan (DLHP) Kota Ambon lantaran
bau tidak sedap tersebut dirasa menganggu kenyamanan warga. Bau menyengat ini ternyata
bersumber dari tempat penampungan limbah yang sudah menjadi endapan.
Asisten II Sekretaris Kota Ambon, Fahmi Salatalohy mengatakan bahwa telah
dilakukan pertemuan antara pemerintah kota dan pihak penyewa (KFC) serta manajemen
Amplaz. Hasil dari pertemuan tersebut menyepakati untuk dilakukan penyedotan limbah oleh
pemerintah kota. Pengelolaan limbah harusnya menjadi tanggung jawab manajemen Amplaz
dan bukan pihak penyewa. Diketahui bahwa tempat penampungan limbah tersebut tidak
pernah disedot selama 26 tahun lamanya. Selain limbah yang tidak pernah disedot, tempat
penampungan limbah juga dinilai terlalu kecil sehingga limbah berpotensi meluap dan
mencemari lingkungan sekitar. Pihak DLHP Ambon telah menyedot limbah itu pada Rabu,
22 Juni 2022. Nantinya, pengelola Amplaz yang akan membayar biaya-biaya sedot limbah ke
kas pemerintah kota. Fahmi Salatalohy menyebutkan bahwa kontrak KFC di Amplaz akan
berakhir pada tahun 2023, sehingga apabila diperpanjang, maka Pemerintah Kota akan
melakukan kajian terhadap perjanjian kontrak terkait dengan pengelolaan limbah.

Limbah yang meluber di area parkiran Amplaz

3
Proses penyedotan endapan limbah oleh DLHP Kota Ambon

2.2 Analisis Prinsip Pengelolaan Lingkungan Hidup Terhadap Pengelolaan Dan


Pembuangan Limbah Kentucky Fried Chicken Oleh Pihak Manajemen Amplaz Ambon
Dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, terdapat asas-asas
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Asas-asas tersebut ialah:
a. tanggung jawab negara;
b. kelestarian dan keberlanjutan;
c. keserasian dan keseimbangan;
d. keterpaduan;
e. manfaat;
f. kehati-hatian;
g. keadilan;
h. ekoregion;
i. keanekaragaman hayati;
j. pencemar membayar;
k. partisipatif;
l. kearifan lokal;
m. tata kelola pemerintahan yang baik; dan
n. otonomi daerah.
Penjelasan ini melahirkan prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan hidup, yaitu prinsip
pencemar membayar, prinsip kehati-hatian, prinsip bertanggungjawab, dan prinsip
pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan pemaparan permasalahan yang disebutkan diatas,
timbulah pertanyaan apakah pihak pengelola Amplaz dapat dikatakan menerapkan prinsip
pengelolaan lingkungan ataukah tidak. Berikut adalah analisis yang dikemukakan oleh kami:
A. Prinsip Pencemar Membayar
Berdasarkan Pasal 87 Ayat (1) UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, disebutkan bahwa “Setiap
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan
melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan

4
hidup yang menimbulkan kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup
wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan tindakan tertentu.”

Secara sederhana, prinsip pencemar membayar dapat diartikan


menjadi tanggung jawab membayar atas segala kegiatan yang mencemari
lingkungan hidup kepada pelaku kegiatan tersebut. Yang bersangkutan
harus menanggung biaya pengelolaannya dengan cara mengganti kerugian atau melakukan
tindakan tertentu terhadap apa yang dilakukan oleh pelaku kegiatan usaha tersebut untuk
mencegah kerusakan pada Kesehatan manusia atau lingkungan. Dengan prinsip pencemar
membayar dikembangkan penerapan instrumen ekonomik melalui pajak atau pungutan
(pollution charges).

Berkaitan dengan permasalahan pembuangan limbah Kentucky Fried Chicken, pihak


pengelolaan Amplaz dapat dikatakan benar meskipun terlambat dalam menerapkan prinsip
Pencemar Membayar. Prinsip Pencemar Membayar nampak ketika warga sekitar melaporkan
limbah yang meluber di area parkiran kepada Dinas Lingkungan Hidup dan Persampahan
Kota Ambon. Barulah setelah itu dibuat kesepakatan bahwa Pemerintah Kota akan
melakukan penyedotan rutin dilokasi pembuangan limbah tersebut, dan pihak pengelola
Amplaz yang akan membayar biaya-biaya penyedotan ke kas Pemerintah Kota.

B. Prinsip Kehati-hatian
Prinsip Kehati-hatian merupakan prinsip yang menempatkan tindakan pencegahan
untuk ketidakpastian yang melibatkan suatu zat atau kegiatan yang dapat menimbulkan
ancaman bagi lingkungan untuk mencegah zat atau kegiatan tersebut berdampak terhadap
lingkungan. Sebagai salah satu prinsip pengelolaan lingkungan hidup, prinsip kehati-hatian
memiliki tujuan yang sangat penting yaitu untuk memastikan bahwa suatu zat atau kegiatan
yang dapat menimbulkan ancaman terhadap lingkungan dicegah agar tidak berdampak buruk
terhadap lingkungan.
Prinsip kehati-hatian diatur dalam UU No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup BAB V Pengendalian Bagian Kedua Pencegahan.
Dalam Pasal 20 Ayat (3) disebutkan bahwa:
“Setiap orang diperbolehkan untuk membuang limbah ke media lingkungan
hidup dengan persyaratan:
a. memenuhi baku mutu lingkungan hidup; dan
b. mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.

Dari kasus limbah KFC Ambon, kita dapat menyimpulkan bahwa pihak pengelola
Amplaz gagal dalam menerapkan Prinsip Kehati-hatian. Pihak Amplaz dinilai tidak hati-hati
dalam pengelolaan limbah KFC. Hal ini dapat dilihat dari tempat penampungan limbah yang
tidak pernah disedot selama 26 tahun, dan tempat penampungan yang terlalu kecil. Sehingga
limbah tersebut mempengaruhi baku mutu lingkungan. Tindakan yang harusnya diambil oleh
pihak Amplaz adalah menyedot limbah secara rutin dan memperhatikan tempat
penampungannya. Sehingga limbah tidak meluap dan mencemari lingkungan sekitar, yang
dalam hal ini juga adalah tempat permukiman warga.
C. Prinsip Tanggung Jawab

5
Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) merupakan gagasan yang disampaikan
dalam UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pasal 88 yaitu; “Setiap orang yang tindakannya, usahanya dan atau kegiatannya
menggunakan B3, menghasilkan dan atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap
lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi tanpa perlu
pembuktian unsur kesalahan.”
Mengenai permasalahan ini sangat jelas akan kesalahan besar yang dilakukan oleh
manajemen Amplaz, dimana membiarkan limbah tersebut selama bertahun-tahun dan tanpa
ada penanganan yang tepat. Akhirnya dampak dari kelalaian tersebut mencemari lingkungan
sekitar. Pihak Amplaz baru bertanggung jawab saat kejadian ini dilaporkan kepada DLHP
Kota Ambon. Kemudian dalam hal ini tindakan serta tanggungjawab yang mestinya diambil
adalah pihak dari manajemen Amplaz tersebut bertanggungjawab untuk meminimalisir
kerusakan serta pencemaran yang ada dengan membuang limbah tersebut.
D. Prinsip Pembangunan Berkelanjutan
Prinsip Pembangunan Berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan
generasi sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang dalam
memenuhi kebutuhannya. Menurut World Comission on Enviroment dan Development
(WCED) atau Komisi Dunia untuk Lingkuangan dan Pembangunan, pembangunan
berkelanjutan adalah pembangunan yang berusaha memenuhi kebutuhan hari ini, tanpa
mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Di Indonesia sendiri pembangunan berkelanjutan disebut dengan “Pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.” Dirumuskan melalui defenisi yuridis.
Selanjutnya istilah ini kemudian disebutkan sebagai tujuan dari pengelolaan dalam asas
pengelolaan lingkungan pada UUPLH 1997. Dicantumkan pada Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Hidup Pasal 1 Ayat 3 yang berbunyi
“Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang
memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi
pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta
keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa
kini dan generasi masa depan.”

Berkaitan dengan permasalahan ini, menurut kami pihak Amplaz


tidak menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan. Alasannya adalah
limbah tersebut sudah dibiarkan lebih dari 20 tahun yang membuat limbah
cair menjadi endapan berbau busuk. Hal ini tentu mencemari lingkungan.
Limbah sehari saja bisa berbahaya apalagi limbah yang sudah mengendap
selama 20 tahun lebih. Tentunya dapat mencemari tanah, air, udara, dan
tentu mengganggu kesehatan masyarakat. Apabila dibiarkan dalam waktu
yang lama lagi, hal ini akan mempengaruhi generasi yang akan dating di
masa depan.

6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pencemaran lingkungan sudah banyak terjadi disekitar kita. Namun terkadang kita tidak
menghiraukannya. Maka oleh karena itu penulis memilih permasalahan ini sebagai topik
makalah dengan harapan agar kita sebagai manusia bisa lebih menyadari permasalahan
lingkungan yang ada di sekitar kita, dan sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Pattimura haruslah kita tanggap dalam menyikapi permasalahan-permasalahan yang timbul di
masyarakat. Berdasarkan uraian yang telah kami sampaikan, penulis dapat menarik
kesimpulan:
1. Pihak Amplaz Kota Ambon dinilai lalai dalam menerapkan prinsip pengelolaan
lingkungan, sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan yang berdampak bagi
masyarakat.
2. Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam menyikapi permasalahan
pencemaran lingkungan, seperti yang terkandung dalam Bab XI Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009.
3. Pemerintah Kota dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup dan Persampahan dapat
mengambil kebijakan yang baik dalam menyikapi permasalahan pengelolaan limbah
oleh pihak Amplaz.

3.2 Saran
Berdasarkan uraian yang telah kami sampaikan, penulis dapat memberi saran yaitu:
1. Pemerintah kiranya boleh menguji kelayakan pihak Amplaz Kota Ambon dalam
masalah pengelolaan lingkungan, bukan hanya limbah KFC namun juga limbah-
limbah lainnya
2. Pemerintah harus lebih tegas dalam menyikapi permasalahan pengelolaan dan
pembuangan limbah kegiatan usaha.
3. Pihak penanggungjawab kegiatan-kegiatan usaha haruslah lebih memperhatikan
pengelolaan dan pembuangan limbah.
4. Masyarakat wajib mengambil peran serta dalam menjaga lingkungan hidup kita
Penulis menyadari sungguh bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kami sangat membutuhkan saran dan masukan yang membangun dari pembaca demi
perkembangan dan kemajuan makalah ini. Demikian makalah ini kami tulis, apabila ada
kesalahan kami minta maaf yang sebesar-besarnya karena manusia tidaklah luput dari salah
dan dosa. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dipergunakan untuk proses
pembelajaran kita semua. Sekian dan terima kasih.

7
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
Efendi, A. "Asas-asas Umum Kebijaksanaan Lingkungan dalam Undang-undang No. 32
Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Uupplh)." Jurnal
Yustika 14.1 (2011): 323581.
Editor Laode M. Syarif, Andri G. Wibisana “Hukum Lingkungan Teori, Legislasi dan Studi
Kasus”
https://siwalimanews.com/perbaiki-limbah-kfc-pengelola-amplaz-diwarning/
https://ambon.tribunnews.com/2022/06/24/20-tahun-limbah-kfc-amplaz-tak-disedot-
manager-itu-tanggung-jawab-pengelola

Anda mungkin juga menyukai