NIM: 202121060
Kelas: R3B
PENDEKATAN SOBURAL
Pendekatan Sobural (sosial, budaya, dan faktor structural masyarakat) merupakan suatu
pendekatan kriminologi yang melihat kejahatan dan meninjau dari aspek sosial, budaya, dan
strutural yang terjadi di masyarakat. Teori ini sering dikaitkan dengan perilaku remaja (Juvenile
Deliquency, Juvenile Offence) dipelopori oleh Alberth K. Cohen dalam bukunya Deliquet
Deliquet Boys. Perilaku Deliquen terjadi di kalangan remaja atau kelas bawah dikarenakan
ketidak puasan terhadap norma atau nilai kelompok atas yang mendominasi Amerika pada waktu
itu.
Kondisi social menjadi penghalang remaja/kelas bawah mencapai kehidupan sesuai trend
yang ada, sehingga mereka mengalami konflik budaya yang disebut oleh Cohen sebagai status
frustration.
1. Nilai Sosial
Masyarakat selalu bergerak dalam skala nilai sosial tertentu. Ada nilai sosial yang kental
di masyarakat sehingga tidak diperlukan ancaman sanksi untuk menjaga nilai tersebut,
sedangkan ada juga nilai sosial yang kurang kuat sehingga diperlukannya hukum untuk
menjaga nilai sosial tersebut.
2. Budaya
Dari segi aspek budaya, kriminologi menganalisissampai sejauh mana aspek budaya men
dorong kepatuhan lahirdalam kontekstualisairealitas sosial termasuk di dalamnyakepatuh
an terhadap lembaga hukum.
3. Struktural
Adapun factor structural lebih menekan kepada apakah dalam melaksanakan nilai social
dan aspek budaya berdasarkan kesediaan tanpa pamrih ataukah berdasarkan
keterpaksaan.
Perbuatan kekerasan apalagi yang structural tidak harus selalu dengan menggunakan
secara fisik. Hal ini bisa juga dengan cara nonfisik. Contohnya psikologis berupa stigmatisasi
yang kultural, sosial, yang ekonomis dengan diskriminasi etnis yang struktural bahkan dari yang
berwajib sampai pada yang bersifat naratif.
Pendekatan seperti ini harus diterapkan dalam ilmu kriminologi. Untuk menganalisis
suatu kejahatan kita perlu juga mengkaji sistem social budaya dan struktural masyarakat tersebut.
PENERAPAN KRIMINOLOGI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA
Secara teorik kedua disiplin ilmu tersebut dapat dikaitkan karena hasil analisis
kriminologi banyak manfaatnya dalam kerangka proses penyidikan atas terjadinya suatu
kejahatan yang bersifat individual, akan tetapi secara praktek sangat terbatas sekali keterkaitan
dan pengaruhnya.
H. Bianchi mengatakan keterkaitan kriminologi dan hukum pidana, bahwa kriminologi sebagai
metascience dari hukum pidana. Kriminologi suatu ilmu yang lebih luas dari pada hukum pidana,
di mana pengertian-pengertiannya dapat digunakan untuk memperjelas konsep-konsep dan
masalah-masalah yang terdapat dalam hukum pidana. Jelasnya bahwa metascience diatas bukan
hanya pelengkap terhadap hukum pidana bahkan merupakan disiplin yang utama dari padanya.
Karena kejahatan tidak hanya meliputi aspek yuridis dan sisiologi, melainkan pula meliputi
kejahatan dalam arti agama dan moral.
Kriminologi adalah suatu ilmu empiris yang ada kaitannya dengan kaidah hukum. Ilmu
tersebut meneliti tentang kejahatan serta proses-proses formal dan informal dari kriminalisasi
maupun dekriminalisasi. Kecuali itu dipelajari juga keadaan dan golongan-golongan yang
menjadi penjahat serta yang menjadi korban kejahatan, sebab-sebab kejahatan, reaksi-reaksi
formal dan informal terhadap kejahatan maupun pihak-pihak lain yang ada kaitannya dengan
proses kejahatan. Dalam kaitannya dengan dogmatik hukum pidana, maka kriminologi
memberikan kontribusinya dalam menentukan ruang lingkup kejahatan atau perilaku yang dapat
dihukum. Dengan demikian maka hukum pidana bukanlah merupakan suatu silogisme dari
pencegahan, akan tetapi merupakan suatu jawaban terhadap adanya kejahatan.