Anda di halaman 1dari 9

Nama : Rival Harriot Tambunan

STB : 5040
Prodi :Teknik Pemasyarakatan B

DEFINISI, ILMU, BAGIAN, DAN OBYEK STUDI KRIMINOLOGI

I. Pendahuluan

Pengenalan tentang kriminologi sebagai ilmu pengetahuan tentang kejahatan dan perilaku
kriminal dapat dimulai dengan menyajikan konteks penting mengenai eskalasi dan dampak
kejahatan dalam masyarakat modern. Perilaku kriminal, yang merugikan individu dan
masyarakat secara keseluruhan, telah menjadi perhatian utama dalam upaya pemahaman,
pencegahan, dan penanganan yang efektif. Oleh karena itu, kriminologi hadir sebagai
disiplin ilmu yang bertujuan untuk menyelidiki, menganalisis, dan menjelaskan fenomena
kejahatan serta perilaku kriminal. Kriminologi membawa pemahaman mendalam tentang
sifat dan asal-usul kejahatan, memungkinkan kita untuk melihat lebih dari sekadar tindakan
kriminal itu sendiri. Disiplin ini memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang
untuk melakukan kejahatan, termasuk tetapi tidak terbatas pada latar belakang sosial,
ekonomi, budaya, dan psikologis. Dengan demikian, kriminologi tidak hanya memandang
kejahatan sebagai tindakan individu, tetapi juga sebagai produk dari dinamika sosial yang
lebih luas. Selain itu, kriminologi juga mempertimbangkan implikasi kebijakan dan
intervensi yang berpotensi mengurangi tingkat kejahatan dan dampaknya. Melalui
pendekatan empiris dan multidisipliner, kriminologi membantu dalam pengembangan
strategi pencegahan kejahatan yang lebih efektif serta peningkatan sistem peradilan pidana
yang adil dan berkeadilan. Dengan demikian, pengenalan ini memperlihatkan bahwa
kriminologi bukan hanya sekadar studi tentang kejahatan, tetapi juga merupakan ilmu
pengetahuan yang berperan dalam memahami kompleksitas perilaku kriminal dan
membangun solusi yang lebih baik untuk menanggulanginya.

II. Definisi Kriminologi

Kriminologi (criminology) atau ilmu kejahatan sebagai disiplin ilmu sosial atau non-
normative discipline yang mempelajari kejahatan dari segi sosial. Kriminologi disebut
sebagai ilmu yang mempelajari manusia dalam pertentangannya dengan norma-norma sosial
tertentu, sehingga kriminologi juga disebut sebagai sosiologi penjahat. Pengertian
kriminologi dan peranannya dalam memahami asal-usul serta sifat perilaku kriminal.
Kriminologi melibatkan analisis tentang mengapa orang melakukan kejahatan, bagaimana
kejahatan tersebut terjadi, serta dampaknya terhadap individu dan masyarakat secara
keseluruhan. Peran kriminologi sangat penting dalam memahami asal-usul dan sifat perilaku
kriminal karena:
1. Pemahaman tentang Faktor-faktor Penyeba: Kriminologi membantu dalam
mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi individu untuk
melakukan perilaku kriminal. Ini termasuk faktor-faktor sosial, ekonomi, budaya,
psikologis, dan biologis yang dapat memainkan peran dalam mengarahkan seseorang ke
jalur kriminalitas. Kriminologi membantu memengaruhi perilaku kriminal. Dengan
memahami faktor-faktor ini, kriminologi dapat memberikan wawasan tentang apa yang
mendorong orang untuk melakukan kejahatan.
2. Pengembangan Teori Kejahatan : Kriminologi bertujuan untuk mengembangkan teori-
teori yang menjelaskan mengapa orang melakukan kejahatan. Teori-teori ini dapat
bervariasi dari penjelasan tentang motivasi individu untuk melakukan kejahatan hingga
faktor-faktor sosial yang mempengaruhi tingkat kejahatan dalam masyarakat.
Kriminologi mengembangkan teori-teori yang menjelaskan mengapa orang melakukan
kejahatan. Teori-teori ini dapat membantu dalam memahami pola-pola perilaku kriminal
dan mengidentifikasi pola-pola kejahatan dalam masyarakat. Contohnya, teori strain
menjelaskan bahwa ketegangan atau ketidakpuasan individu terhadap keadaan mereka
dapat menyebabkan tindakan kriminal sebagai upaya untuk mengurangi tekanan tersebut.
3. Pencegahan Kejahatan : Berdasarkan pemahaman tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kejahatan dan bukti empiris dari penelitian, kriminologi membantu dalam
pengembangan strategi pencegahan kejahatan yang efektif. Ini termasuk program-
program pencegahan di tingkat individu, keluarga, sekolah, dan masyarakat yang
bertujuan untuk mengurangi kesempatan atau dorongan untuk melakukan
kejahatan.Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kriminal,
kriminologi dapat membantu dalam pengembangan strategi pencegahan kejahatan yang
efektif. Ini termasuk intervensi sosial, program rehabilitasi, peningkatan keamanan, dan
pendekatan lainnya yang bertujuan untuk mengurangi kesempatan atau dorongan untuk
melakukan kejahatan.
4. Perbaikan Sistem Peradilan Pidana : Kriminologi juga membantu dalam evaluasi dan
perbaikan sistem peradilan pidana. Dengan memahami sifat dan dinamika kejahatan,
kriminolog dapat memberikan wawasan tentang bagaimana sistem peradilan dapat
ditingkatkan untuk lebih efektif menangani kejahatan serta memberikan keadilan kepada
semua pihak yang terlibat.
5. Penelitian Empiris: Kriminologi menggunakan metode penelitian empiris untuk
mengumpulkan data tentang kejahatan dan perilaku kriminal. Ini meliputi survei,
observasi lapangan, analisis statistik, dan penelitian eksperimental. Melalui penelitian ini,
kriminologi dapat menghasilkan bukti empiris tentang pola-pola kejahatan, faktor-faktor
yang mempengaruhi kejahatan, serta efektivitas berbagai strategi pencegahan dan
intervensi.Perbaikan Kebijakan dan Praktik Hukum**: Kriminologi memberikan
masukan yang penting untuk perbaikan kebijakan dan praktik hukum dalam menangani
kejahatan. Ini melibatkan evaluasi sistem peradilan pidana, rehabilitasi narapidana,
pengembangan program alternatif penyelesaian sengketa, dan lain-lain. Dengan
memahami sifat dan dinamika kejahatan, kriminologi dapat membantu dalam merancang
kebijakan yang lebih efektif dan adil dalam menangani kejahatan. Dengan demikian,
kriminologi berkontribusi secara signifikan dalam pemahaman tentang kejahatan dalam
masyarakat melalui analisis, penelitian, pengembangan teori, dan advokasi kebijakan. Ini
membantu dalam upaya untuk mengurangi tingkat kejahatan, meningkatkan keamanan
masyarakat, dan memperbaiki sistem peradilan pidana
6. Dengan demikian, kriminologi tidak hanya memberikan pemahaman tentang fenomena
kejahatan, tetapi juga berkontribusi dalam pengembangan solusi yang lebih baik untuk
mengatasi masalah kejahatan dalam masyarakat.

III. Ilmu Kriminologi

Dalam genealogi ilmu pengetahuan, Ravertz dalam buku Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang
Lingkup Bahasan membaginya ke dalam dua cabang besar, yakni filsafat alam dan fisalafat
moral. Keduanya menjadi cabang dari pertumbuhan ilmu-ilmu pengetahuan modern. Pada satu
sisi filsafat alam melahirkan ilmu-ilmu alam, sementara filsafat moral melahirkan ilmu-ilmu
sosial dan humaniora. Pada percabangan ini, Kriminologi masuk dan berasal dari cabang filsafat
moral. Dalam buku kriminologi: Suatu Pengantar yang disusun oleh Soekanto, Liklikuwata, dan
Kusumah menuliskan bahwa secara historis, istilah Kriminologi ditelurkan oleh Antropolog
Prancis, P. Topinard (1830–1911). Topinard memaknai istilah baru tersebut untuk ilmu
pengetahuan baru yang secara spesifik mengangkat memfokuskan studi pada gejala kejahatan
pada periode peradaban dunia pertengahan abad ke-19. Secara terminologis, kata Kriminologi
berasal dari gabungan bahasa latin “crimen” dan “logos”. Crimen memiliki arti kejahatan
sementara logos berarti ilmu pengetahuan. Mengacu pada buku ajar kriminologi dan
Viktimologi oleh Gede Made Swardhana dan I Ketut Rai Setiabudhi, perumusan oleh Topinard
tersebut bertolak dari kondisi sosial politik yang terjadi pada masa itu, terutama atas kebutuhan
reformasi penjara pasca periode 1800-an dan peningkatan kasus kejahatan yang terus menerus.

Secara ilmiah, kelahiran studi Krimonologi ditandai dengan dua hal. Yang pertama
adalah terbitnya statistik kriminal di Perancis pada tahun 1826. Kedua, setelah terbitnya
buku L’Uomo Delinquente oleh Cesare Lombrosso, seorang kriminolog terkenal, pada tahun
1876. Atas kondisi demikian, para pakar lantas mulai mengembangkan ilmu pengetahuan baru.
Sebagai ilmu baru, Kriminologi pun kian berkembang pada abad ke-19. Diharapkan, ilmu ini
tidak hanya dapat mempelajari kejahatan, melainkan juga kausa dari kejahatan tersebut dan
untuk penanggulangannya. Meski catatan kelahiran dan pertumbuhannya erat dimulai pada
periode abad ke-19, studi-studi mengenai kejahatan sendiri sudah hadir sejak era Yunani kuno.
Filsuf seperti Plato dan Arestoteles telah melakukan usaha-usaha konkret untuk memahami
fenomena kejahatan di dalam masyarakat. Keduanya berpendapat bahwa harta menjadi penyebab
utama manusia untuk melakukan kejahatan dan pemberontakan. Melalui buku The Republic,
Plato menyampaikan bahwa pengejaran manusia atas emas adalah sumber dari banyak kejahatan.
Di sisi lain, Aristoteles menyatakan bahwa kemiskinan menimbulkan kejahatan demi bertahan
hidup. Sementara kejahatan yang besar dilakukan demi kemewahan. Kehadiran historis demikian
menunjukkan bahwa kejahatan telah hadir sejak berabad-abad lalu dan menganggu
keseimbangan masyarakat. Oleh karenanya, usaha untuk memahami hal tersebut pun turut juga
telah dilakukan selama berabad-abad. Hanya saja, sebelum abad ke-19, tradisi keilmuannya
belum memiliki wadah khusus untuk menampung pengetahuan yang telah diperoleh dan metode
yang diperlukan. Kembali mengacu pada Swardhana dan Setiabudhi, ilmu pengetahuan yang
spesifik mengkaji Kriminologi sangatlah diperlukan. Melalui kehadiran ilmu pengetahuan yang
tunggal dan tersendiri ini, dapat disusun dan disimpan kerangka-kerangka ilmu pengetahuan,
yang terdiri atas cara berpikir, metode perolehan pengetahuan, dan produksi teori. Unsur-unsur
demikian dapat menjadi sumber referensi studi-studi kejahatan itu dan pada kelanjutannya, dapat
memberikan pemahaman atas fenomena kejahatan secara lebih baik. Menurut Soekanto,
Liklikuwata, dan Kusumah, dalam catatan sejarahnya, ruang lingkup Kriminologi sendiri
menjadi kian luas pasca-Perang Dunia II. Sebagaimana dijelaskan, perluasan ini dilakukan untuk
menggapai keragaman bentuk kejahatan dan kemampuan pengkajian yang kian bertambah dalam
peradaban dunia. Selain itu, hal ini juga didorong oleh perkembangan ilmu-ilmu yang
mendukung Kriminologi di dalamnya. Salah satunya adalah perkembangan Viktimologi sejak
tahun 1950. Viktimologi sendiri merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara pelaku
kejahatan dengan korbannya. Selain itu, Sosiologi Hukum yang kian berkembang juga makin
memperluas lingkup Kriminologi.

Pembahasan tentang disiplin ilmu yang terlibat dalam kriminologi seperti sosiologi,
psikologi, antropologi, dan ilmu politik. Kriminologi sebagai bidang studi yang multidisiplin
mengintegrasikan konsep dan teori dari berbagai disiplin ilmu untuk memahami fenomena
kejahatan dan perilaku kriminal. Berikut adalah pembahasan tentang beberapa disiplin ilmu yang
terlibat dalam kriminologi:

 Sosiologi memainkan peran penting dalam kriminologi dengan menyediakan kerangka


kerja untuk memahami hubungan antara individu dan masyarakat serta bagaimana
struktur sosial mempengaruhi perilaku kriminal. Konsep-konsep seperti ketidaksetaraan
sosial, teori peran sosial, deviansi, dan kontrol sosial membantu menjelaskan pola-pola
kejahatan dalam masyarakat. Sosiologi juga membantu dalam memahami bagaimana
lembaga-lembaga sosial seperti keluarga, sekolah, dan pekerjaan mempengaruhi
pembentukan identitas dan perilaku kriminal.
 Psikologi memberikan wawasan tentang faktor-faktor individu yang mempengaruhi
perilaku kriminal, termasuk faktor-faktor kognitif, emosional, dan perkembangan. Studi
psikologis tentang motivasi, impulsivitas, gangguan mental, dan pola perilaku antisosial
membantu dalam memahami bagaimana individu membuat keputusan kriminal dan
bagaimana mereka merespons intervensi yang ditujukan pada mereka.
 Antropologi memberikan kontribusi dalam memahami kejahatan dan perilaku kriminal
melalui perspektif budaya dan konteks sosial. Studi tentang norma-norma budaya, nilai-
nilai, ritual, dan struktur sosial membantu menjelaskan variasi dalam pola kejahatan di
antara berbagai kelompok etnis, budaya, dan geografis. Antropologi juga memperhatikan
bagaimana faktor-faktor seperti migrasi, urbanisasi, dan globalisasi mempengaruhi
dinamika kejahatan dan sistem peradilan pidana.
 Ilmu politik memberikan wawasan tentang bagaimana kekuasaan dan kebijakan publik
mempengaruhi tingkat kejahatan dan respons terhadapnya. Studi tentang struktur politik,
kebijakan keamanan, dan sistem hukum membantu dalam memahami bagaimana
kebijakan pemerintah dan praktik penegakan hukum dapat memengaruhi pola-pola
kejahatan dalam masyarakat. Ilmu politik juga memperhatikan isu-isu seperti korupsi,
penyalahgunaan kekuasaan, dan politik kriminal yang mempengaruhi efektivitas sistem
peradilan pidana.

Dengan integrasi konsep dan teori dari berbagai disiplin ilmu ini, kriminologi dapat
memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang asal-usul, sifat, dan pengendalian
kejahatan dalam masyarakat. Ini memungkinkan untuk pengembangan strategi pencegahan
kejahatan yang lebih efektif dan adil serta perbaikan sistem peradilan pidana.

III. Bagian-Bagian Kriminologi

Dalam kriminologi, terdapat beberapa bagian utama yang mencerminkan berbagai


pendekatan dan fokus studi. Berikut adalah analisis tentang tiga bagian utama dalam
kriminologi: kriminologi teoritis, kriminologi terapan, dan kriminologi kritis:

 Kriminologi Teoritis: Bagian ini berfokus pada pengembangan dan penerapan teori-teori
kejahatan untuk memahami asal-usul dan sifat perilaku kriminal. Kriminologi teoritis
mencoba untuk menjelaskan mengapa orang melakukan kejahatan dan bagaimana
kejahatan terjadi. Beberapa teori klasik dalam kriminologi teoritis meliputi teori strain,
teori kontrol sosial, teori diferensiasi asosial, dan teori labeling. Tujuan utama
kriminologi teoritis adalah untuk memberikan kerangka kerja konseptual yang dapat
digunakan untuk menganalisis dan menjelaskan pola-pola kejahatan dalam masyarakat.
contoh teori-teori dalam kriminologi teoritis termasuk teori strain, teori kontrol sosial,
teori labeling, teori diferensial asosiasi, dan teori biologis. Fokus utama kriminologi
teoritis adalah pada penyelidikan teoritis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku kriminal. Ini melibatkan pembangunan dan pengujian teori-teori yang
menjelaskan dinamika kejahatan, termasuk teori tentang ketidaksetaraan sosial, konflik,
kontrol sosial, stres, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecenderungan individu
untuk melakukan tindakan kriminal.

 Kriminologi Terapan : Bagian ini bertujuan untuk menerapkan pengetahuan dan teori-
teori kriminologi dalam praktek nyata untuk mencegah kejahatan, menangani pelaku
kejahatan, dan meningkatkan sistem peradilan pidana. Kriminologi terapan mencakup
berbagai bidang seperti kebijakan kriminal, penegakan hukum, korbanologi, rehabilitasi
narapidana, dan pelayanan korban kejahatan. Tujuan utama kriminologi terapan adalah
untuk mengembangkan strategi dan intervensi yang efektif dalam menanggulangi
masalah kejahatan dalam masyarakat. contoh bidang dalam kriminologi terapan termasuk
kepolisian, pengelolaan kejahatan, perencanaan kota yang berkelanjutan, korbanologi,
dan pengembangan program-program rehabilitasi narapidana. Fokus kriminologi terapan
adalah pada penerapan solusi praktis untuk mengatasi masalah kejahatan dalam
masyarakat. Ini meliputi pengembangan program-program pencegahan kejahatan, strategi
penegakan hukum yang efektif, program rehabilitasi narapidana, serta perbaikan
kebijakan dan praktik dalam sistem peradilan pidana.

 Kriminologi Kritis : Bagian ini mengambil pendekatan yang kritis terhadap studi
kejahatan dan sistem peradilan pidana, menyoroti ketidaksetaraan sosial, ketidakadilan,
dan kekuatan struktural yang mendasari fenomena kejahatan. Kriminologi kritis meneliti
hubungan antara kejahatan, kekuasaan, politik, dan ekonomi, serta dampaknya terhadap
kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat. Fokus utama kriminologi kritis adalah
untuk mengeksplorasi dan memahami akar masalah sosial yang menyebabkan kejahatan,
serta untuk memperjuangkan perubahan sosial yang lebih luas untuk mengatasi
ketidakadilan dan kesenjangan dalam sistem peradilan pidana. contoh pendekatan dalam
kriminologi kritis termasuk feminisme kriminologi, kriminologi rasial, teori kelas sosial,
dan teori kapitalisme kritik. Fokus kriminologi kritis adalah pada pemahaman konteks
sosial, politik, dan ekonomi dalam memahami kejahatan serta identifikasi solusi
struktural untuk mengurangi kejahatan. Ini meliputi penelitian tentang dampak sistemik
dari ketidaksetaraan sosial, tekanan kebijakan yang tidak seimbang, dan pertanyaan
tentang keadilan dan hak asasi manusia dalam sistem peradilan pidana.

Secara keseluruhan, ketiga bagian utama dalam kriminologi saling terkait dan saling melengkapi
dalam upaya untuk memahami, mencegah, dan menanggulangi kejahatan dalam masyarakat.
Kriminologi teoritis memberikan fondasi teoritis, kriminologi terapan mengaplikasikan
pengetahuan tersebut dalam praktek, sementara kriminologi kritis mengajukan pertanyaan-
pertanyaan kritis tentang struktur sosial yang mendasari fenomena kejahatan. Analisis tentang
bagian-bagian utama dalam kriminologi seperti kriminologi teoritis, kriminologi terapan, dan
kriminologi kritis.

IV. Objek Studi Kriminologi

Objek kajian kriminologi mencakup berbagai aspek yang relevan dengan studi tentang kejahatan
dan perilaku kriminal. Berikut adalah gambaran tentang objek kajian kriminologi yang meliputi
perilaku kriminal, korban kejahatan, dan sistem peradilan pidana:

 Perilaku Kriminal : Perilaku kriminal menjadi salah satu fokus utama kriminologi. Ini
mencakup studi tentang motif, pola, dan faktor-faktor yang mempengaruhi individu untuk
melakukan tindakan kriminal. Objek kajian perilaku kriminal meliputi berbagai jenis
kejahatan, mulai dari kejahatan kecil seperti pencurian kecil hingga kejahatan yang lebih
serius seperti pembunuhan atau pemerkosaan. Kriminologi mempelajari faktor-faktor
sosial, ekonomi, psikologis, dan lingkungan yang dapat memengaruhi seseorang untuk
melakukan kejahatan, serta dinamika hubungan antara pelaku kejahatan dengan korban,
penegak hukum, dan masyarakat secara luas.
 Korban Kejahatan : Studi tentang korban kejahatan menjadi aspek penting dalam
kriminologi. Ini melibatkan pemahaman tentang pengalaman dan dampak kejahatan
terhadap individu, keluarga, dan komunitas. Objek kajian korban kejahatan meliputi
identifikasi dan analisis karakteristik korban, pola kejahatan yang mempengaruhi korban,
serta respons korban terhadap kejahatan dan sistem peradilan pidana. Kriminologi juga
mempelajari faktor-faktor yang dapat meningkatkan atau mengurangi risiko menjadi
korban kejahatan, serta strategi untuk memberikan dukungan dan rehabilitasi kepada
korban kejahatan.
 Sistem Peradilan Pidana : Sistem peradilan pidana menjadi fokus penting dalam
kriminologi karena perannya dalam menangani kejahatan, menerapkan hukuman, dan
memberikan keadilan kepada semua pihak yang terlibat. Objek kajian sistem peradilan
pidana meliputi struktur dan fungsi sistem peradilan pidana, proses penegakan hukum,
proses pengadilan, dan pelaksanaan hukuman. Kriminologi juga mempelajari isu-isu
yang terkait dengan keadilan dalam sistem peradilan pidana, seperti diskriminasi rasial,
ketidaksetaraan sosial, dan efektivitas berbagai jenis hukuman.

Dengan memahami dan menganalisis objek kajian kriminologi ini, kita dapat mengembangkan
wawasan yang lebih dalam tentang kompleksitas fenomena kejahatan, serta mengidentifikasi
solusi yang lebih baik dalam upaya untuk memahami, mencegah, dan mengatasi kejahatan dalam
masyarakat. Dalam kajian kriminologi-teori kejahatan, profil pelaku kejahatan, dan strategi
pencegahan kejahatan memainkan peran penting dalam pemahaman dan penanggulangan
kejahatan dalam masyarakat.

Teori kejahatan menyediakan kerangka kerja konseptual untuk memahami motif, faktor-faktor,
dan pola perilaku kriminal. Beberapa teori kejahatan yang penting meliputi :

 Teori Strain: Menyatakan bahwa ketegangan atau ketidakpuasan individu terhadap


keadaan mereka dapat menyebabkan tindakan kriminal sebagai cara untuk mengurangi
tekanan tersebut.
 Teori Kesempatan: Mengemukakan bahwa kejahatan terjadi ketika ada kesempatan yang
tersedia dan motivasi untuk melakukannya.
 Teori Kontrol Sosial: Menyatakan bahwa orang akan cenderung melakukan kejahatan
jika mereka tidak memiliki ikatan yang kuat dengan masyarakat atau lembaga sosial
tertentu.Pemahaman tentang teori-teori ini membantu dalam mengidentifikasi faktor-
faktor yang mendasari perilaku kriminal dan membentuk dasar untuk pengembangan
strategi pencegahan kejahatan.

Lalu profil pelaku kejahatan, Profil pelaku kejahatan melibatkan identifikasi karakteristik,
motivasi, dan pola perilaku dari orang-orang yang terlibat dalam kegiatan kriminal. Melalui studi
kasus, penelitian empiris, dan analisis data, kriminolog dapat membentuk profil pelaku kejahatan
untuk berbagai jenis kejahatan. Profil pelaku kejahatan dapat membantu dalam identifikasi
potensi pelaku kejahatan, memahami pola kejahatan, dan merancang strategi penegakan hukum
yang lebih efektif.

Strategi pencegahan kejahatan bertujuan untuk mengurangi kesempatan atau dorongan untuk
melakukan kejahatan serta meningkatkan kontrol sosial dan pengawasan terhadap perilaku
kriminal. Beberapa strategi pencegahan kejahatan yang umum meliputi:

 Pencegahan situasional: Fokus pada mengurangi kesempatan untuk kejahatan dengan


meningkatkan keamanan fisik dan desain lingkungan yang lebih aman
 Pencegahan sosial: Berusaha untuk mengatasi akar penyebab kejahatan dengan
meningkatkan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya dalam masyarakat.
 Pencegahan rehabilitatif: Menyediakan program-program untuk membantu mantan
narapidana agar dapat kembali ke masyarakat dan menghindari perilaku kriminal.

Strategi pencegahan kejahatan didasarkan pada pemahaman tentang faktor-faktor yang


mempengaruhi kejahatan dan teori-teori kriminologi untuk mengidentifikasi pendekatan yang
paling efektif.

V. Kesimpulan

Kriminologi adalah cabang ilmu sosial yang mempelajari asal-usul, sifat, ekstensi, dan
pengendalian perilaku kriminal. Ini melibatkan analisis tentang mengapa orang melakukan
kejahatan, bagaimana kejahatan tersebut terjadi, serta dampaknya terhadap individu dan
masyarakat. Kriminologi adalah ilmu pengetahuan multidisiplin yang mengintegrasikan konsep
dan teori dari berbagai disiplin ilmu seperti sosiologi, psikologi, antropologi, dan ilmu politik
untuk memahami fenomena kejahatan.

Bagian-bagian kriminologi dapat dibagi menjadi beberapa bagian, termasuk: Kriminologi


Teoritis: Mempelajari pengembangan teori-teori yang menjelaskan asal-usul dan pola perilaku
criminal. Kriminologi Terapan: Menerapkan pengetahuan dan teori kriminologi dalam praktik
nyata untuk mengatasi masalah kejahatan dalam masyarakat.Kriminologi Kritis: Menantang
struktur sosial, kebijakan kriminal, dan asumsi-asumsi dalam kriminologi untuk
memperjuangkan keadilan dan kesetaraan dalam sistem peradilan pidana. Obyek studi
kriminologi mencakup tiga aspek yaitu Perilaku Kriminal: Studi tentang motif, faktor-faktor, dan
pola perilaku individu yang terlibat dalam kegiatan kriminal. Korban Kejahatan: Pemahaman
tentang pengalaman, dampak, dan respons korban terhadap kejahatan serta faktor-faktor yang
mempengaruhi risiko menjadi korban. Sistem Peradilan Pidana: Analisis tentang struktur, proses,
dan efektivitas sistem peradilan pidana dalam menangani kejahatan dan memberikan keadilan
kepada semua pihak yang terlibat.
Implikasi dari penelitian tentang kriminologi dalam pemahaman dan pengembangan di masa
depan sangatlah signifikan. Berikut adalah beberapa implikasi yang dapat diidentifikasi sebagai
berikut yaitu pemahaman yang Lebih Mendalam tentang faktor-faktor penyebab Kejahatan
penelitian yang terus dilakukan dalam kriminologi akan membantu dalam memperdalam
pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kriminal. Ini akan membuka
peluang untuk mengidentifikasi pola-pola kejahatan baru dan memahami perubahan dalam tren
kejahatan seiring waktu. Lalu pengembangan teori-teori baru temuan dari penelitian kriminologi
dapat memicu pengembangan teori-teori baru yang lebih komprehensif dan akurat dalam
menjelaskan fenomena kejahatan. Ini akan membantu dalam meningkatkan pemahaman tentang
alasan di balik perilaku kriminal dan memandu pengembangan strategi pencegahan yang lebih
efektif dan penelitian kriminologi dapat membantu dalam mengidentifikasi pendekatan baru dan
inovatif untuk mencegah kejahatan dan meningkatkan penegakan hukum. ini termasuk
penggunaan teknologi baru, pengembangan program intervensi yang lebih efektif, dan
meningkatkan kerjasama antara lembaga penegak hukum dan masyarakat. peningkatan
efektivitas dalam rehabilitasi dan resosialisasi melalui penelitian kriminologi, kita dapat
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
rehabilitasi dan resosialisasi narapidana. ini akan memungkinkan pengembangan program-
program rehabilitasi yang lebih efektif dan dukungan yang lebih baik bagi mantan narapidana
untuk menghindari kembali ke perilaku kriminal. Dan peningkatan kesadaran tentang dampak
sosial dan psikologis dari kejahatan penelitian kriminologi juga dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang dampak sosial dan psikologis dari kejahatan, baik bagi korban maupun
pelaku kejahatan. ini dapat membantu dalam merancang program-program dukungan dan
pemulihan yang lebih holistik dan berorientasi pada kemanusiaan.

VI. Referensi
susanti,S.H.,M.H., Emilia dan Eko raharjo,S.H.,M.H.. (2018). Hukum Dan Kriminologi.
Bandar lampung : CV.Anugrah Utama Raharja.

https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/sejarah-ilmu-kriminologi-dalam-
memotret-kejahatan-di-masyarakat

https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/80115/Abintoro%20P_KRIMIN
OLOGI%20dan%20Hukum%20Pidana.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai