Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fri Harseno Valensia

NIM : 2010117365

Kelas : VIB Malam Reg B

Mata Kuliah : Kriminologi (UAS)

1. Secara harafiah, Kriminologi merupakan ilmu tentang kejahatan.


a. Jelaskan oleh sdr, apakah Kriminologi merupakan "Bagian dari Hk Pidana",
atau "Sebagai Ïlmu Pembantu", atau "Sebagai ilmu yg pengertiannya berguna
untuk Memperjelas Konsepsi dan Masalah Dalam Hk Pidana" ??
Jawab:
Kriminologi tidak dapat dianggap sebagai "bagian dari Hukum Pidana" dalam arti
bahwa kriminologi bukanlah cabang langsung dari hukum pidana. Kriminologi
lebih tepat digolongkan sebagai "ilmu pembantu" atau "ilmu yang pengertiannya
berguna untuk memperjelas konsepsi dan masalah dalam hukum pidana."
Kriminologi sebagai ilmu sosial yang mempelajari fenomena kejahatan dan
perilaku kriminal secara holistik, termasuk faktor-faktor sosial, psikologis, dan
ekonomi yang berperan dalam terjadinya kejahatan. Kriminologi menggunakan
metode penelitian empiris dan teori-teori untuk menganalisis dan memahami
kejahatan serta dampaknya pada masyarakat.
Namun, kriminologi memiliki keterkaitan yang erat dengan hukum pidana.
Penelitian dan pengetahuan kriminologi dapat memberikan pemahaman yang
lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kejahatan
dan dapat digunakan untuk menyusun kebijakan pidana yang lebih efektif.
Kriminologi dapat memberikan wawasan kepada praktisi hukum pidana dalam
pemahaman terhadap kejahatan, profil pelaku, rehabilitasi, pencegahan kejahatan,
dan aspek-aspek sosial lainnya yang relevan dalam konteks hukum pidana.
b. Apakah Kriminologi terikat oleh asas "Nullum Delictum Noella Poena Sine
Praevia Lege Poenale"dalam mempelajari sebab terjadinya kejahatan di dalam
masyarakat di Indonesia ??
Jawab:
Dalam mempelajari sebab terjadinya kejahatan dalam masyarakat Indonesia,
kriminologi tidak secara langsung terikat oleh asas “nullum delictum, nulla
poena sine praevia lege poenale” yang berarti “tidak ada perbuatan melawan
hukum, tidak ada hukuman tanpa undang-undang pidana sebelumnya.” Asas ini
lebih terkait dengan prinsip-prinsip hukum pidana dan sistem peradilan pidana.
Namun, kriminologi tetap memiliki relevansi dalam memahami sebab-sebab
terjadinya kejahatan di masyarakat Indonesia. Kriminologi merupakan kajian
ilmiah tentang perilaku kriminal, faktor-faktor penyebab kejahatan, serta respon
masyarakat dan sistem peradilan terhadap kejahatan. Dalam konteks ini,
kriminologi dapat memberikan pemahaman yang mendalam tentang faktor-
faktor sosial, ekonomi, budaya, psikologis, dan lainnya yang dapat
mempengaruhi timbulnya kejahatan dalam masyarakat.
Dalam mempelajari sebab terjadinya kejahatan di Indonesia, kriminologi
metode dapat melibatkan berbagai pendekatan, teori, dan penelitian yang
relevan. Hal ini mencakup analisis terhadap faktor-faktor sosial, seperti
ketimpangan ekonomi, kurangnya akses terhadap pendidikan, gangguan sosial,
dan kondisi lingkungan yang menyebabkan terjadinya kejahatan. Selain itu,
kriminologi juga dapat mempelajari faktor-faktor individu, seperti motivasi
kriminal, konflik pribadi, atau faktor psikologis yang berperan dalam perilaku
kriminal.
Dengan demikian, meskipun tidak langsung terikat oleh asas "nullum delictum,
nulla poena sine praevia lege poenale", kriminologi tetap dapat memberikan
kontribusi penting dalam memahami sebab terjadinya kejahatan dalam
masyarakat Indonesia melalui prosedur ilmiah yang komprehensif.

2. Akhir-akhir ini "GANG MOTOR REMAJA" di beberapa wilayah di Indonesia


semakin meresahkan karena bukan hanya eksistensi mereka yg ingin diperlihatkan,
namun sudah mpada Juvenille Deliquency. Jelaskan oleh sdr secara ilmiah, apakah
ada teori kriminologi yg dapat digunakan sebagai pendekatan untuk menanggulangi
hal tsb ??
Jawab:
Terdapat beberapa teori kriminologi yang dapat digunakan sebagai pendekatan untuk
menanggulangi geng motor remaja. Beberapa teori yang relevan antara lain:
1. Teori Kontrol Sosial (Social Control Theory): Teori ini berpendapat bahwa
individu cenderung terlibat dalam perilaku kriminal ketika kontrol sosial yang
efektif kurang ada. Pendekatan ini menekankan pentingnya ikatan sosial,
hubungan yang sehat dengan otoritas, dan pengembangan norma-norma sosial
yang positif sebagai cara untuk mencegah remaja terlibat dalam kegiatan kriminal.
2. Teori Ketegangan (Teori Ketegangan): Teori ini mengemukakan bahwa
keharmonisan antara tujuan yang diinginkan dan kesempatan untuk mencapainya
dapat menyebabkan tekanan (ketegangan) pada individu, yang dapat mengarah
pada perilaku delinkuen. Dalam konteks geng motor remaja, faktor-faktor seperti
ketidakstabilan ekonomi, ketegangan sosial, dan harapan yang tidak realistis dapat
berkontribusi pada terjadinya delinkuensi.
3. Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory): Teori ini berfokus pada
bagaimana individu belajar dari pengalaman dan observasi sosial di sekitar
mereka. Remaja dapat terlibat dalam kegiatan geng motor melalui pembelajaran
dari anggota geng lainnya atau melalui paparan terhadap model perilaku antisosial.
Pendekatan ini menjelaskan pentingnya memperkuat faktor-faktor pembelajaran
positif dan mengurangi paparan terhadap model perilaku kriminal.
4. Teori Ikatan (Bonding Theory): Teori ini menekankan pentingnya ikatan sosial
yang kuat dalam mencegah perilaku delinkuen. Ikatan dengan keluarga, sekolah,
dan masyarakat dapat memberikan perlindungan dan motivasi bagi remaja untuk
tidak terlibat dalam geng motor dan kegiatan kriminal.

Pendekatan untuk menanggulangi geng motor remaja sebaiknya melibatkan


kombinasi dari teori-teori di atas, serta pendekatan lainnya seperti intervensi
komunitas, pendidikan dan kesadaran, pembinaan remaja, dan pengembangan
alternatif positif bagi remaja

Anda mungkin juga menyukai