Anda di halaman 1dari 5

APA ITU KRIMINOLOGI ?

oleh :
Syaiful Huda, S.H., C.LA.
N. P.M. 1806252372

Adanya pemikiran bahwa manusia merupakan serigala bagi manusia yang lain

(homo homini lupus) merupakan salah satu lahirnya cabang ilmu Kriminologi.

Pemikiran itu menekankan pada sikap mementingkan diri sendiri dibandingkan

orang lain sehingga agar terciptanya rasa aman bagi setiap individu dalam

bermasyarakat maka diperlukan suatu norma yang menjadi rule untuk ditaati dan

disepakati bersama.

Istilah kriminologi yang disampaikan oleh P. Topinard (1830-1911) seorang

antropolog Prancis bahwa secara harfiah berasal dari kata “Crimen” yang berarti

Kejahatan atau penjahat dan “Logos” yang berarti ilmu pengetahuan; maka

Kriminologi dapat berarti ilmu tentang kejahatan atau penjahat. 1 Sementara itu

menurut Sutherland dan Cressy berpendapat, bahwa kriminologi adalah

keseluruhan pengetahuan yang membahas kejahatan sebagai suatu gejala sosial

(The body of knowledge regarding crime as a social phenomenon).2 Pendapat

tersebut menekankan kepada proses, pelanggaran dan reaksi terhadap para

pelanggar aturan dalam masyarakat secara keseluruhan.

Lain hal dengan Thorsten Sellin, definisi kriminologi sendiri diperluas dengan

memasukkan conduct norm sebagai salah satu lingkup penelitian kriminologi,

sehingga penekanannya disini lebih sebagai gejala sosial dalam masyarakat.

Conduct Norm dalam masyarakat menyangkut kseopanan, norma susila, norma

1
Yesmil Anwar dan Adang, 2016, Kriminologi, PT. Refika Aditama, Bandung, hlm. xvii.
2
Tolib Effendi, 2017, Dasar-Dasar Kriminologi: Ilmu tentang Sebab-sebab Kejahatan, Setara
Press, Malang, hlm. 29.
adat, norma agama, dan norma hukum. Jadi objek studi kriminologi bukan saja

perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan tingkah laku yang oleh

masyarakat tidak disukai, meskipun perbuatan itu bukan merupakan pelanggaran

dalam hukum pidana.3

Untuk memaknai lebih lanjut mengenai kriminologi, Sutherland membagi

kriminologi menjadi tiga cabang ilmu utama yaitu:4

1. Sosiologi hukum

Kejahatan itu dilarang dan diancm dengan suatu sanksi. Jadi yang

menentukan suatu perbuatan itu merupakan kejahatan itu adalah hukum. Di

sini menyelidiki sebab-sebab kejahatan harus pula menyelidiki faktor-faktor

apa yang menyebabkan perkembangan hukum (khususnya hukum pidana).

2. Etiologi kejahatan

Merupakan cabang ilmu kriminologi yang mencari sebab musabab dari

kejahatan. Dalam kriminologi, etiologi kejahatan merupakan kajian yang

paling utama.

3. Penology

Pada dasarnya merupakan ilmu tentang hukuman, akan tetapi Sutherland

memasukkan hak-hak yang berhubungan dengan usaha pengendalian

kejahatan baik represif maupun preventif.

Sementara itu, Bonger pun memberikan definisi juga mengenai kriminologi

sebagai ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-


3
Yesmil Anwar dan Adang, Op. Cit.
4
Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, 2016, Kriminologi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
hlm. 9.
luasnya.5 dalam padangannya itu Bonger membagi kromonologi dalam dua

cakupan yaitu kriminologi murni dan kriminologi terapan. Adapun kriminologi

murni meliputi:

1. Antropologi Kriminil

ialah ilmu pengetahuan tentang manusia yang jahat (somatis). ilmu

pengetahuan ini memberikan jawaban atas pertanyaan tentang orang jahat

dalam tubuhnya mempunyai tanda-tanda seperti apa? Apakah ada hubungan

antara suku bangsa dengan kejahatan dan seterusnya.

2. Sosiologi Kriminil

ialah ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai suatu gejala masyarakat.

Pokok persoalan yang dijawab oleh bidang ilmu ini adalah sampai di mana

letak sebab-sebab kejahatan dalam masyarakat.

3. Psikologi Kriminil

ilmu pengetahuan tentang penjahat yang dilihat dari sudut jiwanya.

4. Psikopatologi dan Neuropatologi Kriminil

ialah ilmu tentang penjahat yang sakit jiwa atau urat syaraf.

5. Penologi

ialah ilmu tentang tumbuh dan berkembangnya hukuman.

Disamping itu terdapat kriminologi terapan yang berupa

1. Higiene kriminil

Usaha yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kejahatan. Misalnya usaha-

usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk menerapkan undang-undang,


5
Ibid;
sistem jaminan hidup dan kesejahteraan yang dilakukan semata-mata untuk

mencegah terjadinya kejahatan.

2. Politik kriminil

Usaha penanggulangan kejahatan di mana suatu kejahatan telah terjadi. Di

sini dilihat sebab-sebab seoarang melakukan kejahatan. Bila disebabkan oleh

faktor ekonomi maka usaha yang dilakukan adalah meningkatkan

keterampilan atau membuka lapangan kerja. Jadi tidak semata-mata dengan

penjatuhan sanksi.

3. Kriminalistik (policie scientific) yang merupakan ilmu tentang pelaksanaan

penyidikan teknik kejahatan dan pengusutan kejahatan.

Namun, Paul Mudigno Mulyono tidak sependapat dengan definisi yang diberikan

Sutherland karena definisi itu seakan-akan tidak memberikan gambaran bahwa

pelaku kejahatan itu pun mempunyai andil atas terjadinya kejahatan, oleh karena

terjadinya kejahatan bukan semata-mata perbuatan yang ditentang oleh

masyarakat, akan tetapi adanya dorongan dari si pelaku untuk melakukan

perbuatan jahat yang ditentang oleh masyarakat tersebut. Karenanya kriminologi

adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan sebagai masalah manusia.6

Kejahatan itu sendiri dalam masyarakat adalah suatu keniscayaan, sebab

masyarakat itu sangat dinamis dan majemuk, selalu terdapat berbagai

pertentangan, perbedaan, dan ketimpangan yang mudah memicu penyimpangan,

persepsi negatif (prejudice), dan konflik yang menghasilkan peristiwa kejahatan.

Oleh karena itu, Emile Durkheim menyatakan, “kejahatan itu adalah suatu gejala

6
Yesmil Anwar dan Adang, op; cit. hlm. xviii.
masyarakat yang normal”. Sebab dengan memberi label suatu tindakan adalah

sebuah kejahatan, membuktikan bahwa manusia dan masyarakat adalah mahluk

bermoral yang memiliki definisi tentang benar dan salah.

Dalam perkembangannya, kejahatan dapat dikatakan sebagai hasil dari suatu

proses rekayasa masyarakat baik dibidang sosial, budaya, ekonomi, politik dan

lain sebagainya. Bahkan kriminologi bukan lagi sebagai science for the welfare

of sociatey (ilmu untuk kesejahteraan sosial) atau bahkan dapat dikatakan sebagai

science for the interest of the power elite. Menurut Romli Atmasasmita

kriminologi harus merupakan suatu kontrol sosial terhadap kebijakan dalam

pelaksanaan hukum pidana. Dengan kata lain kriminologi harus memiliki peran

antisipatif dan reaktif terhadap semua kebijakan di lapangan hukum pidana

sehingga dengan demikian dapat dicegah kemungkinan timbulnya akibat-akibat

yang merugikan, baik pelaku, kroban maupun masyarakat secara keseluruhan.7

Dari berbagai pengertian yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa

kriminologi pada asasnya merupakan ilmu yang mengkaji mengenai kejahatan

dengan maksud untuk memahami sebab musabab suatu kejahatan itu terjadi,

serta mengkaji tentang pelakunya sebagai persona yang melakukan kejahatan

atau biasa dikenal sebagai penjahat maupun norma yang dilanggarnya. Selain itu,

untuk mengetahui reaksi masyarakat terhadap tindak kejahatan maupun pelaku

kejahatan agar dapat terwujudnya rasa aman dan nyaman dalam kehidupan

bermasyarakat.

7
Romli Atmasasmita, 2005, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, Refika Aditama, Bandung,
hlm. 17.

Anda mungkin juga menyukai