Anda di halaman 1dari 15

BAB II

KRIMINALITAS

A. MANUSIA, KEJAHATAN/KRIMINALITAS DAN KRIMINOLOGI


Kriminalitas atau kejahatan itu bukan merupakan peristiwa herediter (bawaan sejak lahir,
warisan), juga bukan merupakan warisan biologis. Tingkah laku kriminal itu bisa dilakukan
oleh siapapun juga baik wanita maupun pria dan dapat berlangsung pada usia anak, dewasa,
ataupun lanjut umur. Tindak kejahatan bisa dilakukan secara sadar yaitu dipikirkan,
direncanakan, dan diarahkan pada satu maksud tertentu secara sadar, namun bisa juga
dilakukan secara setengah sadar, misalnya didorong oleh impuls-impuls yang hebat, didera
oleh dorongan-dorongan paksaan yang sangat kuat (kompulsi-kompulsi), dan oleh obsesi-
obsesi (pikian yang tidak bisa dilenyapkan, gambaran paksaan, seolah-olah dikejar oleh hantu
jahat). Kejahatan bisa juga dilakukan secara tidak sadar sama sekali. Misalnya karena
terpaksa untuk mempertahankan hidupnya, seseorang harus melawan dan terpaksa membalas
menyerang sehingga terjadi peristiwa pembunuhan.
Masyarakat modern yang sangat kompleks itu menumbuhkan aspirasi-aspirasi materil
tinggi dan sering disertai oleh ambisi-ambisi sosial yang tidak sehat. Dambaan pemenuhan
kebutuhan materil yang melimpah-limpah, misalnya untuk memliki harta kekayaan dan
barang-barang mewah tanpa mempunyai kemampuan untuk mencapainya dengan jalan wajar,
mendorong individu untuk melakukan tindak kriminal. Dengan kata lain bisa dinyatakan jika
terdapat diskrepansi (ketidaksesuaian, pertentangan) antara ambisi-ambisi dengan
kemampuan pribadi maka peristiwa sedemikian ini mendorong orang melakukan tindak
kriminal atau jika terdapat diskrepansi antara aspirasi-aspirasi dengan potensi-potensi
personal, maka akan terjadi “maladjustment” ekonomis (ketidakmampuan menyesuaikan diri
secara ekonomis) yang mendorong orang bertindak jahat atau melakukan tindak pidana.
Crime atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan melanggar norma-
norma sosial sehingga masyarakat menentangnya. Sedang kriminologi adalah ilmu
pengetahuan tentang kejahatan. Istilah kriminologi ini berasal dari antopolog perancis P.
Topinard (1800-1911). Beberapa definisi mengenai kriminologi yang dinyatakan oleh
sarjana-sarjana terkenal, kami cantumkan dibawah ini:
1) Mr. Paul Moedigdo Moeliono (kriminologi Indonesia) menyatakan : Kriminologi
adalah ilmu pengetahuan yang ditunjang oleh pelbagai ilmu yang membahas
kejahatan sebagai masalah manusia
2) J. Constant menyatakan : Kriminologi adalah pengetahuan empiris (berdasakan
pengalaman), bertujuan menentukan faktor penyebab terjadinya kejahatan dan
penjahat dengan memperhatikan faktor-faktor sosisologis, ekonomi, dan
individual.
3) W. Sauer mangatakan : Kriminologi adalah ilmu pengetahuan mengenai sifat-
sifat jahat pribadi perorangan dan bangsa-bangsa berbudaya dan objek
penyelidikannya ialah kriminalitas dalam kehidupan negara-negara dan bangsa-
bangsa.
4) S. Seeling merumuskan : Kriminologi adalah ajaran tentang gejala-gejala
kongkret, yaitu gejala badaniah dan rohaniah mengenai kejahatan.
5) J. Michael dan M. J. Adler menyatakan : Kriminologi adalah segenap informasi
mengenai perbuatan dan sifat penjahat, lingkungan, dan keadaan penjahat
sewaktu dia diperlakukan secara formal atau tidak formal oleh para anggota
masyarakat dan lembaga-lembaga kemasyarakatan.
6) A. E. Wood mengatakan : Kriminologi adalah pengetahuan yang diperoleh dari
teori dan praktek mengenai kejahatan dan penjahat, serta reaksi kehidupan
bersama atau masyarakat atas kejahatan dan penjahat itu.
7) Mr. W. A. Bonger guru besar Universitas Amsterdam menyatakan : Kriminologi
adalah ilmu pengetahuan mengenai kejahatan seluas-luasnya (kriminologi teoritis
atau kriminologi murni).
Kriminologi teoritis itu pengetahuan berdasarkan pengalaman yang menyelidiki
sebab-sebab dari gejala kejahatan (etiologi kriminal, etiologi = ilmu sebab-
musabab). Disamnping kriminologi teoritis atau murni orang menyusun pula
kriminologi praktis.
8) Berdasarkan pernyataan Bonger, Prof Dr. E. Noach salah satu seorang pendiri
Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia dalam bukunya berjudul
Criminologie, membagi kriminologi atas kriminalistik dan kriminologi dalam
pengertian sempit.
Kriminalistik adalah : ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan sebagai
masalah teknis, sebagai alat untuk mengadakan pengejaran dan penyelidikan
perkara kejahatan secara teknis dengan menggunakan ilmu kimia, ilmu
1 Patologi Sosial│STIKS - Manado
kedokteran forensik/kehakiman, ilmu sidik jari atau daktiloskopi, dan ilmu
mengenai racun-racun atau taksikologi.
Kriminologi dalam pengertian sempit (tidak termasuk kriminalistik) ialah : ilmu
pengetahuan mengenai bentuk-bentuk penampilan, sebab-sebab dan akibat-akibat
kriminalitas (kejahatan dan perbuatan-perbuatan jahat).
Melihat perumusan-perumusan diatas ternyata tidak ada persamaan pendapat, namun
dapat disimpulkan bahwa kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang ditunjang oleh pelbagai
ilmu lainnya yang mempelajari kejahatan dan penjahat, penampilannya, sebab dan akibatnya
sebagai teoritis sekaligus mengadakan usaha-usaha pencegahan serta
penanggulangan/pemberantasannya.
Adapun ilmu-ilmu pengetahuan lainnya yang banyak menunjang kriminologi disamping
yang telah disebutkan oleh W. E. Noach ialah :
1) Statistik kriminal : pengumpulan, perhitungan, pengukuran, dan penganalisaan
angka-angka kejahatan.
2) Poenologi : ilmu pengetahuan mengenai timbul dan perkembangan hukuman,
denda, pampasan dan pidana, beserta manfaat dan penggunaanya.
3) Psikologi kriminal : ilmu pengetahuan tentang kejahatan dan penjahat dipandang
dari ilmu jiwa, yaitu mengenai jiwa perorangan dan kelompok atau massa (jiwa
tersangka, saksi, pembela, penuntut atau pendakwa, hakim, kondisi psikologis,
dan lain-lain).
4) Psikopatologi dan neuropatologi kriminal : ilmu pengetahuan penjahat-penjahat
dengan abnormalitas sakit jiwa dan terganggu syaraf-syaraf.
5) Sosiologi kriminal : ilmu pengetahuan mengenai kejahatan dipandang sebagai
bagian dari gejala masyarakat. Mencari sebab-musabab kejahatan dengan
menekan faktor masyarakat (etiologi sosial) juga memperhatikan pengaruh
geografis (bumi, tanahnya) dan pengaruh klimatologis/cuaca terhadap
pembentukan sifat-sifat kriminal.
6) Antropologi kriminal : ilmu pengetahuan mengenai tipe-tipe dan kelompok-
kelompok manusia yang jahat dengan tanda-tanda jasmaniah yang khas, juga
mempelajari suku-suku bangsa dengan ciri-ciri khas kejahatan.

2 Patologi Sosial│STIKS - Manado


A. DEFINISI KEJAHATAN
Secara yuridis formal kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang betentangan dengan
moral kemanusiaan (immoral), merugikan masyarakat, a-sosial sifatnya melanggar hukum
serta undang-undang pidana.
Di dalam perumusan pasal-pasal Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) jelas
tercantum :
Kejahatan adalah semua bentuk perbuatan yamg memenuhi perumusan ketentuan-
ketentuan KUHP.
Misalnya pembunuhan adalah perbuatan yang memenuhi perumusan pasal 338 KUHP,
mencuri memenuhi bunyi pasal 362 KUHP, sedangkan kejahatan penganiayaan memenuhi
pasal 351 KUHP.
Selanjutnya, undang-undang diluar KUHP seperti perundang-undangan subversi,
perpajakan, ekonomi, pelanggaran kesusilaan juga merumuskan macam-macam perbuatan
sebagai bentuk kejahatan yang diancam hukuman pidana. Ringkasnya secara yuridis formal
kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang melanggar undang-undang pidana, selanjutnya
semua tingkah laku yang dilarang oleh undang-undang harus disingkirkan dan barangsiapa
melanggarnya dikenai pidana. Maka larangan-larangan dan kewajiban-kewajiban tertentu
yang harus ditaati oleh setiap warga negara itu tercantum pada undang-undang dan peraturan-
peraturan pemerintah baik yang di pusat maupun pemerintah daerah.
Sumber hukum lainnya yang harus ditaati oleh setiap warga negara ialah keputusan-
keputusan praktek pengadilan (yurisprudensi). Sebab, di dalamnya tercantum ketentuan-
ketentuan undang-undang, maka dalam prakteknya pengadilan juga bisa dipandang sebagai
badan pembentuk hukum yang turut menentukan tindakan-tindakan mana saja yang dapat
digolongkan sebagai kejahatan dan dapat dijatuhi pidana.
Secara sosiologis, kejahatan adalah semua bentuk ucapan, perbuatan, dan tingkah laku
yang secara ekonomis, politis, sosial psikologis sangat merugikan masyarakat, melanggar
norma-norma susila, dan menyerang keselamatan warga masyarakat (baik yang telah
tercakup dalam undang-undang, maupun yang belum tercantum dalam undang-undang
pidana).
Tingkah laku manusia yang jahat, immoril, dan anti-sosial itu banyak menimbulkan
reaksi kejengkelan dan kemarahan di kalangan masyarakat dan jelas sangat merugikan
umum. Karena itu kejahatan itu harus diberantas atau tidak boleh dibiarkan berkembang,

3 Patologi Sosial│STIKS - Manado


demi ketertiban, keamanan, dan keselamatan masyarakat. Maka warga masyarakat secara
keseluruhan, bersama-sama dengan lembaga-lembaga resmi yang berwewenang seperti
kepolisian, kejaksaan, pengadilan, lembaga pemasyarakatan, dan lain-lain, wajib
menanggulangi kejahatan sejauh mungkin.

 Kejahatan menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana untuk Indonesia ialah :


1) Kejahatan melanggar keamanan negara antara lain : makar, menghilangkan
nyawa pimpinan negara, usaha meruntuhkan pemerintahan, memberikan rahasia-
rahasia negara kepada agen asing, dan lain-lain (KUHP 104 sampai dengan 129).
2) Kejahatan melanggar martabat raja dan martabat gubernur jenderal antara lain :
penghilangan nyawa atau kemerdekaan pejabat tersebut diatas dan penghinaan
dengan sengaja, dan lain-lain (KUHP 130 sampai dengan 139).
3) Kejahatan melawan negara ynag bersahabat dan melanggar kepala dan wakil
negara yang bersahabat dan lain-lain (KUHP 140 sampai dengan 145).
4) Kejahatan tentang melakukan kewajiban kenegaraan dan hak kenegaraan; antara
lain berupa : dengan ancaman dan kekerasan menceraiberaikan persidangan
Dewan Perwakilan Rakyat, mengacau dan merintangi pelaksanaan pemilihan
umum dan lain-lain (KUHP 146 sampai dengan 153).
5) Kejahatan melanggar ketertiban umum, antara lain secara terbuka dan dimuka
umum menghasut serta menyatakan rasa permusuhan, kebencian dan hinaan
kepada pemerintah dengan kekerasan mengancam dan berusaha merobohkan
serta melanggar pemerintahan yang sah, tidak melakukan tugas kewajiban
jabatannya, menjadi anggota organisasi terlarang menurut hukum, melakukan
keonaran, huru-hara dan mengganggu ketentraman umum, dan lain-lain (KUHP
153 sampai dengan 181).
6) Kejahatan perang tanding (KUHP 182 sampai dengan 186).
7) Kejahatan yang membahayakan keamanan umum orang dan barang, antara lain :
mengakibatkan kebakaran, peletusan dan banjir, merusak bangunan-bangunan
listrik untuk umum, mendatangkan bahaya maut kepada orang, merusak
bangunan dan jalan-jalan umum, dengan sengaja mendatangkan bahaya bagi lalu
lintas umum dan pelayaran, meracuni sumur dan sumber mata air minum untuk
keperluan umum, dan lain-lain (KUHP 187 sampai dengan 206).
8) Kejahatan melanggar kekuasaan umum, antara lain : dengan kekerasan melawan
pegawai negeri yang sedang bertugas, mengambil barang sitaan, merusak dan

4 Patologi Sosial│STIKS - Manado


membuka surat, menganjurkan desersi, menghasut mengadakan pemberontakan
serta huru-hara, dan lain-lain (KUHP 207 sampai dengan 241).
9) Kejahtan sumpah palsu dan keterangan palsu (KUHP 242 dan 243).
10) Kejahatan pemalsuan mata uang dan uang kertas negeri serta uang kertas bank
(KUHP 244 sampai dengan 252).
11) Kejahatan pemalsuan materai dan cap (KUHP 253 sampai dengan 262).
12) Kejahatan pemalsuan dalam surat (KUHP 263 sampai dengan 276).
13) Kejahatan melanggar duduk perdata (KUHP 277 sampai dengan 280).
14) Kejahatan melanggar kesusilaan (KUHP 281 sampai dengan 303).
15) Kejahatan meninggalkan orang yang perlu ditolong (KUHP 304 sampai dengan
309).
16) Kejahatan penghinaan (KUHP 310 sampai dengan 321).
17) Kejahatan membuka rahasia (KUHP 322 dan 323).
18) Kejahatan melanggar kemerdekaan orang (KUHP 324 sampai dengan 337).
19) Kejahatan terhadap nyawa orang (KUHP 338 sampai dengan 350).
20) Kejahatan penganiyaan (KUHP 351 sampai dengan 358).
21) Kejahatan menyebabkan matinya atau lukanya orang karena kesalahan (perbuatan
tidak sengaja), (KUHP 362 sampai dengan 367).
22) Kejahatan pencurian (KUHP 362 sampai dengan 367).
23) Kejahatan pemerasan dan pengancaman (KUHP 368 sampai dengan 371).
24) Kejahatan penggelapan (KUHP 372 sampai dengan 377).
25) Kejahatan penipuan (KUHP 378 sampai dengan 395).
26) Kejahatan merugikan orang yang berpiutang atau yang berhak (KUHP 396
sampai dengan 405).
27) Kejahatan penghancuran atau perusakan barang (KUHP 406 sampai dengan 412).
28) Kejahatan-kejahatan bagi pegawai negeri, antara lain : memalsukan,
menggelapkan uang dan barang berharga, menghancurkan dan merusak arsip-
arsip negara, dan lain-lain (KUHP 413 sampai dengan 437).
29) Kejahatan pelayaran (KUHP 438 sampai dengan 479).
30) Kejahatan pemudahan, antara lain : manadahkan barang-barang curian,
menerbitkan serta mengedarkan tulisan-tulisan yang melanggar hukum (KUHP
480 sampai dengan 485).

5 Patologi Sosial│STIKS - Manado


Selanjutnya KUHP untuk Indonesia juga menyebutkan sederetan tingkah laku yang
dikategorikan dalam Pelanggaran, yaitu :
1. Pelanggaran tentang keselamatan umum orang dan barang dan juga kesehatan
umum (KUHP 489 sampai dengan 502).
2. Pelanggaran tentang ketertiban (KUHP 503 sampai dengan 520).
3. Pelanggaran tentang kekuasaan umum (KUHP 521 sampai dengan 528).
4. Pelanggaran tentang duduk perdata (KUHP 529 dan 530).
5. Pelanggaran tentang orang yang perlu ditolong (KUHP 531).
6. Pelanggaran tentang kesusilaan (KUHP 532 sampai dengan 547).
7. Pelanggaran tentang polisi luar (KUHP 548 sampai dengan 551)
8. Pelanggaran jabatan (KUHP 552 sampai dengan 559).
9. Pelanggaran pelayaran (KUHP 560 sampai dengan 569).
10. Pelanggaran tentang keamanan negara (KUHP 570).

 Selanjutnya, penjelmaan atau bentuk dan jenis kejahatan itu dapat dibagi-bagikan
dalam beberapa kelompok , yaitu :
1) Rampok dan gangsterisme, yang sering melakukan operasi-operasinya bersama-
sama dengan organisasi-organisasi legal.
2) Penipuan-penipuan : permainan-permainan penipuan dalam bentuk judi dan
perantara-perantara “kepercayaan”, pemerasan (blackmailing), ancaman untuk
mempublisir skandal dan perbuatan manipulatif.
3) Pencurian dan pelanggaran : perbuatan kekerasan, perkosaan, pembegalan,
penjambretan/pencopetan, perampokan, pelanggaran lalu lintas, ekonomi, pajak,
bea cukai, dan lain-lain.

 Menurut cara kejahatan dilakukan, bisa dikelompokkan dalam :


1) Menggunakan alat-alat bantu : senjata, senapan, bahan-bahan kimia dan racun,
instrumen kedokteran, alat pemukul, alat jerat, dan lain-lain.
2) Tanpa menggunakan alat bantu, hanya dengan kekuatan fisik belaka, bujuk rayu,
dan tipu daya.
3) Residivis, yaitu penjahat-penjahat yang berulang-ulang keluar masuk penjara.
Selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda
bentuk kejahatannya.
4) Penjahat-penjahat berdarah dingin yang melakukan tindak durjana dengan
pertimbangan-pertimbangan dan persiapan yang matang.

6 Patologi Sosial│STIKS - Manado


5) Penjahat kesempatan atau situsional yang melakukan kejahatan dengan
menggunakan kesempatan-kesempatan kebetulan.
6) Penjahat karena dorongan impuls-impuls yang timbul seketika, misalnya berupa
“perbuatan kortsluiting” yang lepas dari pertimbangan akal dan lolos dari tapisan
hati nurani.
7) Penjahat kebetulan, misalnya karena lupa diri, tidak sengaja, lalai, ceroboh, acuh
tak acuh, sembrono, dan lain-lain.
Sarjana Capelli membagi tipe penjahat sebagai berikut :
1) Penjahat yang melakukan kejahatan didorong oleh faktor psikopatologis, dengan
pelaku-pelakunya :
a) Orang yang sakit jiwa.
b) Berjiwa abnormal, namun tidak sakit jiwa.
2) Penjahat yang melakukan tindak pidana oleh cacat badani-rohani dan
kemunduran jiwa-raganya seperti :
a) Orang-orang dengan gangguan jasmani-rohani sejak lahir dan pada usia
muda sehingga sukar di didik dan tidak mampu menyesuaikan diri terhadap
pola hidup masyarakat umum.
b) Orang-orang dengan gangguan badani-rohani pada usia lanjut (dementia
senilitas) atau cacat oleh suatu kecelakaan, dan lain-lain.
3) Penjahat karena faktor-faktor sosial, yaitu :
a) Penjahat kebiasaan.
b) Penjahat kesempatan oleh kesulitan ekonomi atau kesulitan fisik.
c) Penjahat kebetulan yang pertama kali melakukan kejahatan kecil secara
kebetulan kemudian berkembang lebih sering, lalu melakukan kejahatan-
kejahatan besar.
d) Penjahat-penjahat berkelompok seperti melakukan penebangan kayu dan
pencurian kayu di hutan-hutan, pencurian masal di pabrik-pabrik,
pembantaian secara bersama-sama, penggarongan, perampokan, dan
sebagainya.
Seelig membagi tipe penjahat atas dasar struktur kepribadian pelaku, atau atas dasar
struktur kepribadian pelaku atau atas dasar konstitusi jiwani/psikis pelakunya, yaitu :
1) Penjahat yang didorong oleh sentimen-sentimen yang sangat kuat dan pikiran
yang naif-primitif misalnya membunuh anak karena membanyangkan mereka itu

7 Patologi Sosial│STIKS - Manado


akan hidup sengsara di dunia yang kotor ini sehingga perlulah nyawa mereka itu
dihabisi.
2) Penjahat yang melakukan tindak pidana didorong oleh satu ideologi dan
keyakinan kuat baik yang fanatik kanan (golongan agama) maupun yang fanatik
kirir (golongan sosialis dan komunis) misalnya gerakan “jihat”, membunuh
pemimpin-pemimpin dan kepala negara, membantai lawan-lawan politik,
menculik dan menteror lingkungan dengan sengaja, dan lain-lain.

 Menurut objek hukum yang diserangnya, kejahatan dapat dibagi dalam :


1) Kejahatan ekonomi : fraud, penggelapan, penyelundupan, perdagangan barang-
barang terlarang (bahan narkotik, buku-buku dan bacaan pornografis, minuman
keras, dan lain-lain), penyogokan dan penyuapan untuk mendapatkan monopoli-
monopoli tertentu, dan lain-lain.
2) Kejahatan politik dan pertahanan keamanan, pelanggaran ketertiban umum,
pengkhianatan, penjualan rahasia-rahasia negara dapa agen-agen asing, berfungsi
sebagai agen-agen subversi, pengacauan, kejahatan terhadap keamanan negara
dan kekuasaan negara, penghinaan terhadap martabat pemimpin-pemimpin
negara, kolaborasi dengan musuh, dan lain-lain.
3) Kejahatan kesusilaan : pelanggaran seks, perkosaan, fitnahan.
4) Kejahatan terhadap jiwa orang dan harta benda.
Jika yang dipakai sebagai kriteria adalah motif atau alasan-alasannya, maka kejahatan
bisa berlandaskan pada motif-motif ekonomis, politis, dan etis atau kesusilaan.

 Pembagian kejahatan menurut tipe penjahat, yang dilakukan oleh Cecaro Lombroso,
ialah sebagai berikut :
1) Penjahat sejak lahir dengan sifat-sifat herediter (born criminals) dengan kelainan-
kelainan bentuk jasmani, bagian-bagian badan yang abnormal, stigma atau noda
fisik, anomali/cacat dan kekurangan jasmaniah. Misalnya bentuk tengkorak yang
luar biasa dengan keanehan-keanehan susunan otak mirip dengan binatang, wajah
yang sangat buruk, rahang melebar, hidung yang miring, tulang dahi yang masuk
melengkung ke belakang, dan lain-lain.
2) Penjahat dengan kelainan jiwa misalnya : gila, setengah gila, idiot, debil, imbesil,
dihinggapi histeria, melankoli, epilepsi atau ayan, dementia yaitu lemah pikiran
yang sangat dini, dan lain-lain.
3) Penjahat dirangsang oleh dorongan libido seksualis atau nafsu-nafsu seks.

8 Patologi Sosial│STIKS - Manado


4) Penjahat karena kesempatan misalnya terpaksa melakukan kejahatan karena
keadaan yang luar biasa, dalam bentuk pelanggaran-pelanggaran kecil dia
membaginya dalam : pseudo criminals (pura-pura) dan criminaloids.
5) Penjahat dengan organ-organ jasmani yang normal namun mempunyai pola
kebiasaan buruk, asosiasi sosial yang abnormal atau menyimpang dari pola
kelakuan umum, sehingga sering melanggar undang-undang dan norma sosial lalu
banyak melakukan kejahatan.
Aschaffenburg membagi tipe penjahat sebagai berikut :
1) Penjahat profesional : kejahatan sebagai “penggaotan” atau pekerjaan sehari-hari
karena sikap hidup yang keliru.
2) Penjahat oleh kebiasaan disebabkan oleh mental yang lemah, sikap yang pasif,
pikiran yang tumpul, dan apatisme.
3) Penjahat tanpa atau kurang memiliki disiplin kemasyarakatan, misalnya para
pengemudi mobil dan sepeda motor yang tidak bertanggung jawab, tidak
menghiraukan etika lalu lintas dan peraturan-peraturan keamanan lalu lintas.
4) Penjahat-penjahat yang mengalami krisis jiwa, misalnya kejahatan yang
dilakukan oleh anak-anak puber, membakar rumah sendiri karena ingin
mendapatkan uang asuransi, membunuh pacar sendiri karena sudah dihamili atau
karena cintanya tidak terbalas, ibu muda yang membunuh bayinya karena tidak
kawin, membunuh orang lain atau melakukan bunuh diri karena tidak mampu
menguasai krisis jiwanya, dan lain-lain.
5) Penjahat yang melakukan kejahatan oleh dorongan-dorongan seks yang
abnormal, misalnya homoseks, sadisme, sadomasokhisme (peranan yang
berganti-ganti sebagai laki-laki dan sebagai perempuan di waktu melakukan relasi
seks/senggama), pedofilia (pais, paidos = anak; phileo, philos = cinta : orang
dewasa yang mendapatkan kepuasan seks dengan melakukan persetubuhan
dengan anak-anak kecil), lesbianisme, perkosaan, dan lain-lain.
6) Penjahat yang sangat agresif dan memiliki mental sangat labil yang sering
melakukan penyerangan, penganiyaan, dan pembunuhan. Juga selalu melontarkan
pernyataan-pernyataan ofensif/penyerangan melalui ucapan atau tulisan-tulisan
penghinaan dan fitnahaan, mereka itu biasanya memiliki rasa sosial yang tipis
sekali dan jiwanya sangat tidak stabil. Pemakaian minuman keras dan bahan-
bahan narkotika memperbesar nafsu-nafsu agresifnya.

9 Patologi Sosial│STIKS - Manado


7) Penjahat karena kelemahan batin dan dikejar-kejar oleh nafsu materil yang
berlebih-lebihan, mereka itu pada umumnya adalah warga negara baik-baik yang
melakukan tugas pekerjaannya dengan normal, pandai, dan rajin. Akan tetapi
tidak memiliki harta benda dan kekayaan materil sehingga melakukan tindak
korup, penggelapan uang atau memiliki dengan sengaja kekayaan negara.
Kejahatan mereka itu tergantung pada jenis pekerjaannya, misalnya tindak pidana
yang dilakukan oleh pembantu rumah tangga, buruh perusahaan, pegawai negeri,
menteri kabinet, kepala negara, pilot-pilot pesawat terbang, nakhoda kapal, dan
lain-lain.
8) Penjahat dengan indolensi psikis dan segan bekerja keras, dari pada susah-susah
bekerja mencari nafkah mereka itu lebih suka menepuh jalan memintas dan
menggunakan cara yang mudah dengan berbuat jahat. Mereka itu ingin hidup
santai dan bermewah-mewah, namun tidak mau bekerja keras atau berusaha, lebih
suka bergelandangan sambil menikmati hidup dengan jalan menjadi “parasit
masyarakat”.
9) Penjahat campuran (kombinasi dari motif-motif 1 sampai dengan 8). Mereka itu
adalah penjahat-penjahat yang didorong oleh multi faktor melakukan tindak
durjana.
Sarjana Gruhl membagi tipe penjahat sebagai berikut :
1) Penjahat terdorong oleh rasa harga diri yang tinggi dan keyakinan yang kokoh.
Mereka menganggap prinsip sendiri itu paling baik dan paling tinggi, dan
mengabaikan norma-norma umum.
2) Penjahat didorong oleh nafsu-nafsu ekstrem yang tidak terkendali, kadang-
kadang juga didera oleh rasa keputusasaan.
3) Penjahat dengan kelemahan jiwa dan batin, mereka itu melakukan kejahatan
bukan semata-mata menghendakinya akan tetapi karena tidak memiliki kekuatan
batin untuk menolak godaan. Misalnya dalam keadaan krisis ekonomi, terpepet,
atau memang ada kesempatan baik untuk melakukan kejahatan-kejahatan
tertentu, mereka itu banyak tergoda oleh nafsu-nafsu memiliki atau menguasai
(dorongan memiliki dan dorongan berkuasa mendominir dirinya).
4) Penjahat dengan kecenderungan-kecenderungan kriminal yang kuat namun bukan
karena bakat. Mereka yang berkemauan kuat dengan sengaja berbuat jahat
menjadi penjahat profesional dan penjahat kebiasaan yang aktif. Sedang yang

10 Patologi Sosial│STIKS - Manado


bersikap pasif dengan kemauan lemah ialah mereka yang merasa tidak
berkeberatan melakukan tindak pidana tanpa punya keinginan yang kuat,
kejahatan dianggap sebagai jalan pintas untuk bisa keluar dengan mudah dari
kesulitan hidupnya. Mereka gampang sekali terangsang untuk berulang kali
melakukan kejahatan.
Penulis Garofalo membagi tipe penjahat dalam :
a. Pembunuh-pembunuh.
b. Penjahat dengan temperamen sangat agresif.
c. Penjahat degan sifat-sifat tidak jujur.
d. Penjahat didorong oleh nafsu birahi/seks yang abnormal.
Selanjutnya yang dapat dimasukkan dalam perbuatan kejahatan antara lain ialah :
1) Pembunuhan, penyembelihan, pencekikan sampai mati, dan pengracunan sampai
mati.
2) Perampasan, perampokan , penyerangan, dan penggarongan.
3) Pelanggaran seks dan permekosaan.
4) Maling dan mencuri
5) Pengancaman, intimidasi, dan pemerasan.
6) Pemalsuan, penggelapan, dan fraud.
7) Korupsi, penyogokan, dan penyuapan.
8) Pelanggaran ekonomi.
9) Penggunaan senjata api dan perdagangan gelap senjata-senjata api.
10) Pelanggaran sampah.
11) Bigami yaitu kawin rangkap pada satu saat.
12) Kejahatan-kejahatan politik.
13) Penculikan.
14) Perdagangan dan penyalahgunaan narkotika.

B. BEBERAPA TEORI MENGENAI KEJAHATAN

1. Teori Teologis
Menyatakan kriminalitas sebagai perbuatan dosa yang jahat sifatnya, setiap orang normal
bisa melakukan kejahatan sebab didorong oleh roh-roh jahat dan godaan setan/iblis atau
nafsu-nafsu durjana angkara dan melanggar kehendak Tuhan. Dalam keadaan setengah atau
tidak sadar karena terbujuk oleh godaan iblis, orang baik-baik bisa menyalahi perintah-

11 Patologi Sosial│STIKS - Manado


perintah Tuhan dan melakukan kejahatan. Maka, barangsiapa melanggar perintah Tuhan dia
harus mendapat hukuman sebagai penebus dosa-dosanya.

2. Teori filsafat tentang Manusia (Antropologi Transendental)


Menyebutkan adanya dialektika antara pribadi/persona jasmani dan pribadi rohani.
Persona rohani disebut pula sebagai JIV atau jiwa, yang berarti “lembaga kehidupan” atau
“daya hidup”. Jiwa ini merupakan prinsip keselesaian dan kesempurnaan, dan sifatnya baik,
sempurna serta abadi dan tidak ada yang perlu diperbaiki lagi. Oleh karena itu jiwa
mendorong manusia kepada perbuatan-perbuatan yang baik dan susila, mengarahkan manusia
kepada usaha transedensi (memanjat keatas, mengatasi realitas indriawi, tidak terhingga,
melampaui unsur kebendaan) diri dan konstruksi diri.
Selanjutnya jiwa itu menggejala atau berfenomena, mendunia atau mencebur dalam
dunia dengan jalan masuk dalam lingkungan jasmani atau menjadi unsur jasmani yang
kongktet. Jasmani manusia itu merupakan prinsip ketidakselesaian atau perubahan dan
sifatnya tidak sempurna. Prinsip ketidakselesaian ini mengarahkan manusia pada destruksi,
kerusakan, kemusnahan, dan kejahatan (hal-hal yang tidak susila). Jadi oleh sifat-sifat
jasmaniahnya itu manusia mempunyai kecenderungan-kecenderungan mengarah kepada
kebinasaan, kejahatan, dan destruksi diri apabila kecenderungan tersebut tidak dapat
dikendalikan oleh JIV/jiwa.
Kecenderungan mengarah pada kebinasaan dan kejahatan ini disebut sebagai
kecenderungan “menggelinding ke bawah”, yang berlangsung dengan mudah atau otomatis.
Sedang aktivitas manusia menuju pada konstruksi diri dan transedensi diri dengan melakukan
perbuatan-perbuatan mulia dan luhur benar-benar merupakan usaha yang pelik dan berat dan
setiap saat harus diperjuangkan secara gigih agar tidak terseret “ke bawah” melakukan
kejahatan.
Maka dinamika manusia itu merupakan resultant (gaya paduan) dari “otomatisme
mengelinding ke bawah” pada kejahatan dan destruksi dengan upaya mengarah pada
penyempurnaan diri atau transedensi diri. Jadi kehadiran manusia di dunia ini merupakan
perjuangan yang terus-menerus untuk membangun realitas dan mengembangkan dirinya,
mengalahkan unsur-unsur kejahatan, kerusakan dan ketidaksusilaan untuk menuju pada
“kesempurnaan”, namun dalam kenyataannya kesempurnaan itu tidak akan pernah dicapai
oleh manusia.

12 Patologi Sosial│STIKS - Manado


3. Teori Kemauan Bebas (Free Will)
Menyatakan bahwa manusia itu bisa bebas berbuat menurut kemauannya. Dengan
kemauan bebas dia berhak menentukan pilihan dan sikapnya untuk menjamin agar setiap
perbuatan berdasarkan kemauan bebas itu cocok dengan keinginan masyarakat, maka
manusia harus diatur dan ditekan dengan hukum norma-norma sosial dan pendidikan. Hukum
dan hukuman biasanya disertai ancaman-ancaman pidana yang menakutkan, agar manusia
merasa ngeri dan takut berbuat kejahatan dan tidak menyimpang dari pola kehidupan normal.
Teori Kemauan Bebas tidak menyebutkan roh-roh jahat sebagai sebab–musabab
kejahatan, akan tetapi sebab kejahatan adalah kemauan manusia itu sendiri. Jika dia dengan
sadar benar berkeinginan melakukan perbuatan durjana maka tidak ada seorangpun, tidak
satu Dewa pun, bahkan tidak juga Tuhan dan sebuah Kitab Suci pun yang bisa melarang
perbuatan kriminalnya. Orang-orang jahat yang selalu melakukan tindak durjana, bikin onar,
dan kesengsaraan pada orang lain itu perlu ditindak, dihukum, dan di didik kembali oleh
masyarakat.

4. Teori Penyakit Jiwa


Menyebutkan adanya kelainan-kelainan yang bersifat psikis sehingga individu yang
berkelainan ini sering melakukan kejahatan-kejahatan. Penyakit jiwa tersebut berupa psikopat
dan defekt moral.
Psikopat adalah bentuk kekalutan mental yang ditandai dengan tidak adanya
pengorganisasian dan pengintegrasian pribadi, orangnya tidak pernah bisa bertanggung
jawab secara moral dan selalu berkonflik denga norma-norma sosial serta hukum dan
biasanya juga bersifat immoral. Tingkah laku dan relasi sosialnya selalu a-sosial, eksentrik
(kegila-gilaan), kurang memiliki kesadaran sosial dan inteligensia sosial, mereka amat fanatik
dan sangat egoistis juga selalu menentang norma lingkungan dan norma etis, sikapnya aneh-
aneh, sering berbuat kasar, kurang ajar dan ganas/buas terhadap siapapun tanpa suatu sebab,
sikapnya senantiasa menyakitkan hati orang lain, dan seringkali bertingkah laku kriminal.
Defekt (rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat kurang) moral atau defisiensi
(kurang, tidak sempurna, tidak ada, tidak efisien) moral dicirikan dengan : individu-
individu yang hidupnya deliquent/jahat, selalu melakukan kejahatan kedurjanaan, dan
bertingkah laku a-sosial atau anti-sosial walaupun pada dirinya tidak terdapat
penyimpangan atau gangguan intelektual (tapi ada disfungsi atau tidak berfungsinya
intelegensi). Kelemahan dan kegagalannya terutama ialah : dia tidak memiliki kemampuan
untuk mengenal, memahami, mengendalikan, dan mengatur laku yang salah dan jahat (mis-
13 Patologi Sosial│STIKS - Manado
conduct), sehingga sering melakukan kekerasan, penyerangan, dan kejahatan. Dia selalu
gagal dalam usahanya mengadakan konformitas terhadap hukum, norma, dan standar sosial
yang berlaku pada saat itu. Jika individu-individu defekt moral ini melakukan kejahatan-
kejahatan maka dia tidak dianggap gila sehingga bisa luput dari tuntutan tindak pidana, akan
tetapi mereka harus mempertanggungjawabkan semua tindakannya dan dikenai hukum.
Banyak orang yang defekt moralnya memiliki simptom-simptom psikotis khususnya
berupa penyimpangan dalam relasi kemanusiaan, sikapnya dingin beku tanpa afeksi atau
perasaan. Jadi ada kemiskinan dan sterilitas emosional terhadap sesama manusia, relasinya
sangat longgar dengan orang lain dan tidak punya harga diri. Ada kelemahan pada dorongan-
dorongan instinkif yang primer sehingga pembentukkan super egonya lemah sekali. Impuls-
impulsnya tetap ada dalam tingkat primitif sehingga sukar dikontrol dan dikendalikan, dia
cepat merasa puas dan sering dibarengi kemarahan yang meledak-ledak penuh sikap
bermusuhan dan selalu melakukan perbuatan jahat/kriminal. Jumlah pembunuh-pembunuh
kejam yang moral defisien yang tidak memiliki perasaan belas kasihan dan peri kemanusiaan
ada dua kali lipat banyaknya daripada pembunuh-pembunuh normal, juga pembakar-
pembakar kronis yaitu orang-orang yang dihinggapi pyromania (nafsu yang pathologis untuk
melakukan pembakaran di mana-mana) lebih banyak yang defekt/defisien moralnya.
Pemerkosa-pemerkosa seksuil tidak wajar pada umumnya adalah defekt moralnya.
Para narapidana yang defekt moralnya itu pada galibnya adalah kriminal-kriminal yang
tidak bisa diperbaiki lagi yaitu kaum residivis yang melakukan kejahatan-kejahatan menurut
insting-insting, impuls-impuls, dan kebiasaan-kebiasaan yang sangat primitif dan rendah. Di
antara penjahat-penjahat habitual (karena kebiasaan) dan kaum residivis tersebut, lebih
kurang 82% mengalami kerusakan psikis disebabkan oleh disposisi dan perkembangan
mental yang salah, sedang lebih kurang 18% dari mereka itu menjadi penjahat disebabkan
oleh faktor-faktor eksternal atau lingkungan.
Pada umumnya bentuk tubuh penjahat-penjahat habitual dan residivis-residivis itu lebih kecil
daripada tubuh orang normal, berat badannya juga kurang daripada bobot orang dewasa pada
umumnya dan sering kali mempunyai anomali-anomali (kelainan) jasmaniah. Jelaslah kini
bahwa pengaruh lingkungan itu sangat kecil untuk menjadikan seseorang defekt moralnya,
kemungkinan psikis yang abnormal (82%) lebih menentukan pertumbuhan menjadi defekt
moral. Selanjutnya defekt moral yang ekstrem biasanya digolongkan ke dalam tipe psikopat.

14 Patologi Sosial│STIKS - Manado

Anda mungkin juga menyukai