Dosen Pengampuh MK : AHMAD FIRMAN TARTA, SH., MH pengertian dan ruang lingkup kriminologi.
• Pengertian Krimonologi, dalam arti sempit :
Kriminologi terdiri dari dua kata, crime dan logos yang artinya kejahatan dan ilmu pengetahuan, jadi kriminologi berarti ilmu tentang kejahatan. • Pengertian Krimonologi, dalam arti yang luas : a. Pendekatan Deskriptif. b. Pendekatan sebab akibat. ETIOLOGY c. Pendekatan secara normatif Berdasarkan pendekatan diskriptif : • Pendekatan secara diskriptif, berarti menjelaskan pengertian kriminologi dengan cara observasi atau pengamatan, tentang : 1. Bentuk tingkah laku kejahatan. 2. Cara kejahatan dilakukan 3. Frekeuensi kejahatan pada waktu dan tempat yang berbeda. 4. Ciri-ciri khas pelaku kejahatan, seperti usia, jenis kelamin, dlsb. 5. Perkembangan karir seorang penjahat. 6. Dalam pendekatan deskriptif penelitian tidak boleh dilakukan dengan cara random dan fakta yang diperoleh harus ditafsir, supaya mendapatkan pengertian secara umum. Berdasarkan pendekatan sebab akibat : • Menjelaskan kriminologi berdasarkan hubungan sebab akibat, umpama ada fakta kriminal, maka krimonologi mencari jawaban mengapa kejahatan bisa terjadi etiology ( criminal ). Pendekatan secara normatif : • Kriminologi sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan berusaha menemukan jawaban tentang kejahatan berdasarkan, fakta, sebab akibat dan kemungkinan lain yang bersifat individual idiographic ( diciplin) serta kasus-kasus yang bersifat umum dengan mengungkapkan fakta-fakta hukum (nomotethic diciplin). secara ilmiah • Pendekatan secara normatif(vouin-leatue), yang dimaksud kejahatan adalah perilaku yang anti sosial yang telah dilarang dan dirumuskan dalam hukum positif sebagai kejahatan. Ruang lingkup kriminologi (Walter C Reckless): 1.Mempelajari sebab-sebab terjadinya kejahatan, dan cara penanaggulangannya. 2.Mempelajari bagaimanakah kejahatan dilaporkan pada badan-badan resmi dan bagaimana pulakah tindakan yang dilakukan menanggapi laporan itu. 3.Mempelajari perkembangan dan perubahan hukum pidana dalam hubungannya dengan keadaan sosial, ekonomi, politik serta tanggapan masyarakat. 4.Mempelajari secara khusus keadaan para penjahat, membandingan dengan yang bukan penjahat, seperti sex, ras, kebangsaan, ekonomi, keluarga, pekerjaan, jabatan, kondisi kejiwaan, phisik, dan lain sebagainya. 5.Berusaha memberi penjelasan mengenai faktor- faktor yang menjadi penyebab kejahatan untuk menuangkan dalam bentuk ajaran dan teori. 6. Mempelajari daerah-daerah atau wilayah-wilayah dihubungkan dengan jumlah kejahatan dan spesifik bentuk kejahatan yang dilakukan. 7. Mempelajari kejahatan-kejahatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, (kejahatan inkonvensional). 8. Mempelajari perilaku-perilaku yang sangat erat dengan kejahatan, misalnya alkoholisem, kecanduan Napza, pelacuran, perjudian, penggelandanga, pengemisan. 9. Mempelajari efektifitas tindakan aparat penegak hukum dan peraturan perundang-undangan hukum pidana dalam menanggulangi kejahatan. 10.Mempelajari kemanfaatan lembaga-lembaga menangkap, menahan dan menghukum penjahat. 11.Mempelajari setiap usaha yang dipergunakan mencegah kejahatan. Pengertian kejahatan (Sutherland dan Cressey), meliputi : – Ada kerugian dan adanya hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan. – Kerugian yang ditimbulkan disebabkan oleh perbuatan yang disebutkan secara jelas oleh undang-undang. – Ada perbuatan yang membiarkan terjadinya perbuatan yang merugikan. – Ada kehendak dari si pembuat. – Ada maksud jahat bagi pembuat (mens rea). – Harus ada hubungan antara pelaku dengan kesalahan. – Perbuatan yang dilakukan merupakan perbuatan yang diancam dengan sanksi pidana. Ilmu-ilmu Bagian Kriminologi 1. Kriminologi murni, yang mencakup: a. Anthropologi Kriminil Anthropologi kriminil adalah ilmu pengetahuan tentang manusia yang jahat (somatis) suatu bagian dari ilmu alam – Anthropologi juga dinamai bab yang terakhir dari ilmu hewan. Anthropologikriminil memberi jawaban atas pertanyaan- pertanyaan: orang jahat mempunyai tanda- tanda khas apa di badannya? Apakah ada hubungan antara suku bangsa dengan kejahatan? b. Sosiologi Kriminil Sosiologi Kriminil adalah ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai suatu gejala masyarakat. Dalam arti luas termasuk penyelidikan keadaan sekeliling phisiknya (geografis, klimatologi, dan meteorologis). c. Psikologi Kriminil Psikologi Kriminil adalah ilmu pengetahuan tentang kejahatan dipandang dari sudut ilmu jiwa. Penyelidikan terhadap jiwa penjahat dapat ditujukan pula kepada kepribadian dan untuk menyusun tipologi penjahat. Penyelidikan mengenai gejala-gejala yang nampak pada kejahatan yang dilakukan oleh sekelompok orang, sebagian juga termasuk dalam psikologi kriminal. d. Psycho dan Neuro Pathologi Kriminil Psycho dan Neuro Pathologi Kriminil adalah ilmu pengetahuan tentang penjahat yang sakit jiwa atau urat syarafnya. e. Penologi Penologi adalah ilmu pengetahuan tentang timbul dan pertumbuhannya hukuman, arti, dan faedahnya 2. Kriminologi yang dilaksanakan atau kriminologi terapan, mencakup: a. Hygiene Kriminil Hygiene Kriminil adalah usaha yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kejahatan, misalnya usaha pemerintah untuk menerapkan undang-undang sistem jaminan hidup dan kesejahteraan yang dilaksanakan semata-mata untuk mencegah terjadinya kejahatan b. Politik Kriminil Politik Kriminil adalah usaha penanggulangan kejahatan terhadap suatu kejahatan yang telah terjadi. Dalam hal ini dilihat sebab- sebab orang melakukan kejahatan, dan bila disebabkan oleh faktor ekonomi maka usaha yang dilakukan adalah meningkatkan keterampilan atau membuka lapangan kerja. Jadi, tidak semata- mata dengan menjatuhkan sanksi.
3. Kriminalistik (police scientifique ) yaitu ilmu pengetahuan untuk
dilaksanakan, yang menyelidiki teknik kejahatan dan pengusutan kejahatan, merupakan gabungan dari ilmu jiwa tentang kejahatan dan penjahat, ilmu kimia, pengetahuan tentang barang-barang, graphologi, dan lain-lain Aliran-aliran dalam kriminologi : 1. Aliran klasik (Beccaria, Jeremy Bentham, Sarah Watson Emery) : a. Ajaran ini mendasarkanhedonistic psychology , yaitu suatu kehendak manusia untuk mencapai kebahagian. b. Individu dilahirkan dengan kehendak yang bebas free ( will atau indeterminisme) untuk menentukan pilihannya sendiri. c. Individu memiliki hak asasi, diantaranya hak untuk hidup, kebebasan, memiliki harta kekayaan, dlsb. d. Pemerintah/negara dibentuk untuk melindungi hak- hak tersebut dan muncul sebagai hasil perjanjian antara yang diperintah dan yang memerintah. e. Setiap warga negara wajib (sebagian kecil) untuk menyerahkan hak-haknya kepada negara demi kepentingan sebagian besar anggota masyarakat. f. Kejahatan merupakan pelanggaran terhadap perjanjian sosial. g. Hukuman dapat dibenarkan untuk memelihara perjanjian sosial dan mencegah terjadinya kejahatan. h. Setiap orang sama di depan hukum, oleh sebab itu setiap orang harus diperlakukan sama(Equel before the law) 2. Aliran Positivisme, atau disebut pula aliran Typologis yang terdiri dari Lombrosian, mentaltesters dan Psychiatrik ( Joseph Gall, Lombroso, Goddard, Elmer H. Johnson), Aliran ini mengatakan, bahwa : a. Terdapat perbedaan antara penjahat dan bukan penjahat dilihat dari sisi fisik maupun watak mereka. b. Dalam kondisi yang sama orang yang mempunyai ciri sebagai penjahat akan melakukan kejahatan, tetapi tidak bagi sebaliknya. c. Fisik maupun watak yang tendensius itu dapat disebabkan oleh faktor keterunan atau karena watak yang unik dimiliki. d. Abnormalitas tersebut dapat diperbaiki oleh karena itu penjahat dapat diperbaiki. e. Treatmen lebih menguntungkan bagi penyembuhan penjahat, oleh sebab itu tujuan sanksi tidak untuk menghukum penjahat, tetapi memperbaiki penjahat. Paham Lombrosian : a.Penjahat dilahirkan dengan tipe tertentu(Born Criminal). b.Tipe fisik penjahat seperti, kepala yang asymetri, dagu memanjang, hidung pesek, jenggot yang jarang, dan mudah merasa sakit. c.Type di atas bukan penyebab kejahatan tetapi memiliki watak yang liar dan kecenderungan melakukan kejahatan, terutama bila terdapat keadaan yang mendorong untuk melakukan kejahatan. d. Orang yang memiliki type di atas dapat saja tidak berbuat jahat, terutama bila kondisi lingkungannya tidak memberikan kesempatan untuk melakukan kejahatan. e.Jenis kejahatan tertentu seperti kejahatan pencurian, pembunuhan, sexual dapat dilihat/diteliti dari ciri-ciri fisiknya. f. Mental testers (feeble mindedness atau kelemahan-kelemahan rokhani). Golongan ini tidak mampu menilai akibat dari perbuatan dan menilai perbuatan yang boleh dan tidak boleh berdasarkan norma-norma hukum. g. Psychiatric, yaitu suatu perkembangan kejiwaan manusia yang tidak normal atau patologis, sehingga menjurus pada perbuatan yang melanggar hukum. Aliran Sosiologis (Gabriel Tarde, E. Durheim, Quetelet, A.M Guerry, Bonger, Marx) a. Manusia dipengaruhi oleh sifat meniru dari lingkungannya, manusia dianggap wajar apabila mampu berbuat sesuai dengan lingkungannya. b. Kejahatan merupakan merupakan hasil dari suatu proses tingkah laku di dalam masyarakat c. Proses sosialisasi perilaku bisa sama, tetapi hasil tingkah laku belum tentu sama. d. Jenis-jenis Kejahatan yang terjadi dapat dipejajari berdasarkan wilayah-wilayah tertentu (kartografik atau Geografik). e. Kejahatan berakar dari sistem kapitalis (Sosialis) Faktor-faktor sosiologis umum timbulnya kejahatan menurut Abdulsyani : a. Mobilitas sosial. b. Persaiangan dan pertentangan kebudayaan. c. Ideologi politik. d. Ekonomi. e. Kuantitas penduduk. f. Agama. g. Pendapatan dan pekerjaan. Faktor tertentu yang dapat menembulkan kejahatan menurut Abdulsyani : a. Faktor intern atau dari diri individu : 1) Sifat khusus dalam diri individu : a) Sakit jiwa b) Daya emosional. (keseimbangan emosi dgn kehendak masyarakat, c) Rendahnya mental. (daya intelegensia dam penyesuaian diri dgn masyarakat. d) Anomi. (ditingglkan yang lama kebingungan dengan hal yang baru) sehingga krisis, rawan dan mudah terpengaruh) 2) Sifat umum dalam diri individu : a) Umur. b) Jenis kelamin (sex). (fisik: wanita lebih lemah dari laki2) c) Kedudukan dalam masyarakat. d) Pendidikan. (Mempengarugi Jiwa, tingkah laku dan intelegansia) e) Rekreasi. (kurangnya hiburan) b. Faktor yang berasal dari luar diri infidu (ekstern) : 1. Ekonomi. (keinginan untuk mendapatkan uang sebanyak-banyakx sehingga banyak terjadi penipuan) 2). Perubahan harga 3). Pengangguran. 4). Urbanisasi. (kegagalan, frustasi dalam urbanisasi (Perpidah ke daerah baru) 5). Agama. (Social control) 6). Bacaan. (bacaan yg buruk, porno, kriminal) 7). Film. (sama dgn bacaan perbedaannya pada khayalan langsung dan tidak langsung dalam menganalogokan dirinya. Sembilan typologi kejahatan menurut Cavan 1.The Cacual offender, peristwa pelanggaranya tidak direncanakan terlebih dahulu, misalnya pelanggaran lalu lintas. 2.The Occasional criminal, peristiwa pelanggarannya sangat ringan, pelaku baru sangat malu dan menyesali perbuatanya apabila ada orang lain yang menyalahkannya. 3.The epesodic criminal, peristiwa kejahatan yang sangat hebat, disebabkan oleh suatu emosi yang meledak. 4.The White collar criminal, kejahatan yang dilakukan oleh orang yang mempunyai kedudukan atau jabatan dalam suatu perusahaan atau pemerintahan. 5.The habitual criminal, kejahatan yang terulang karena suatu kebiasaan. Misalnya seorang pemabuk, atau kejahatan karena tekanan ekonomi. 6.The Profesional Criminal, pelaku kejahatan yang cara melakukan sudah memperhitungkan cara, hasil, partner, dll agar kejatahatan bisa berhasil. 7.The organized crime, kejahatan yang teroginisir, seperti mafia yang melibatkan pejabat pemerintah/penegak hukum untuk menghindarkan jeratan hukum. Hasil kejahatan sebagain dicuci melalui kegiatan bisnis legal. 8.The mentally abnormal criminal, tipe kejahatan yang dialakukan oleh pelaku yang jiwanya cacat. 9.The nonmalicius criminal, suatu kejahatan yang dilakukan oleh mereka, bahwa perbuatannya bukan merupakan kejahatan. Landasan Teori – Teori Kriminologi Teori Asosiasi Diferensiasi (Differential Association) • Teori asosiasi diferensial atau dfferential association dikemukakan pertama kali oleh seorang ahli sosiologi Amerika, E.H Sutherland, pada tahun 1934 dalam bukunya Principle of Criminologi. Sutherland. Menurut Edwin H. Sutherland, tidak ada tingkah laku yang diturunkan berdasarkan pewarisan dari orang tuanya. Pola perilaku jahat tidak diwariskan, tetapi dipelajari melalui pergaulan yang akrab. Tingkah laku jahat dipelajari dalam kelompok melalui interaksi dan komunikasi, dan yang dipelajari dalam kelompok adalah teknik untuk melakukan kejahatan dan alasan yang mendukung perbuatan jahat. • Sejak saat itu para sarjana telah membaca, menguji, melakukan pengujian ulang, dan terkadang mengkritik teori ini, yang diklaim dapat menjelaskan perkembangan semua tingkah laku kriminal. Differential association didasarkan pada sembilan proposisi (dalil), yaitu: 1. tingkah laku kriminal dipelajari; 2. tingkah laku kriminal dipelajari dalam interaksi dengan orang lain dalam proses komunikasi. (Seseorang tidak begitu saja menjadi kriminal hanya karena hidup dalam suatu lingkungan yang kriminal. Kejahatan dipelajari dengan partisipasi bersama orang lain baik dalam komunikasi verbal maupun non-verbal) 3. bagian terpenting dari mempelajari tingkah laku kriminal itu terjadi di dalam kelompok-kelompok orang yang intim/dekat. (Keluarga dan kawan-kawan dekat mempunyai pengaruh paling besar dalam mempelajari tingkah laku); 4. ketika tingkah laku kriminal dipelajari, pembelajaran itu termasuk (a) teknik-teknik melakukan kejahatan, yang kadang sangat sulit, kadang sangat mudah dan (b) arah khusus dari motif-motif, dorongan-dorongan, rasionalisasi-rasionalisasi, dan sikap-sikap. (Delinquent muda bukan saja belajar bagaimana mencuri di toko, membongkar kotak, membuka kunci, dan sebagainya, tapi juga belajar bagaimana merasionalisasi dan membela tindakan- tindakan mereka. Seorang pencuri akan ditemani pencuri lain selama waktu tertentu sebelum dia melakukan sendiri. Dengan kata lain, para penjahat juga belajar ketrampilan dan memper- oleh pengalaman 5. arah khusus dari moti-motif dan dorongan-dorongan itu dipelajari melalui definisi-definisi dari aturan-aturan hukum apakah ia menguntungkan atau tidak. ( misalnya di beberapa masyarakat seorang individu dikelilingi oleh orang-orang yang tanpa kecuali men- definisikan aturan-aturan hukum sebagai aturan yang harus dijalankan, sementara di tempat lain dia dikelilingi oleh orang- orang yang definisi-definisinya menguntungkan untuk melang- gar aturan-aturan hukum. Tidak setiap orang dalam masyarakat kita setuju bahwa hukum harus ditaati. Beberapa orang men- definisikan aturan hukum itu sebagai tidak penting. 6. seseorang menjadi delinquent karena definisi- definisi yang menguntungkan untuk melanggar hukum lebih dari definisi- definisi yang tidak menguntungkan untuk melanggar hukum. (Ini merupakan prinsip kunci (key principle) dari differential association, arah utama dari teori ini. Dengan kata lain, mempelajari tingkah laku kriminal bukanlah semata-mata persoalan hubungan dengan teman/kawan yang buruk. Tetapi, mempelajari tingkah kriminal tergantung pada berapa banyak definisi yang kita pelajari yang menguntungkan untuk pelanggaran hukum sebagai lawan dari definisi yang tidak menguntungkan untuk pelanggaran hukum.) 7. asosiasi differential itu mungkin bermacam-macam dalam frekuensi/kekerapannya, lamanya, prioritasnya, dan intensitasnya. (Tingkat dari asosiasi-asosiasi/definisi- definisi seseorang yang akan mengakibatkan kriminalitas berkaitan dengan kekerapan kontak, berapa lamanya, dan arti dari asosiasi/definisi kepada si individu). 8. proses mempelajari tingkah laku kriminal melalui asosiasi dengan pola-pola kriminal dan anti kriminal melibatkan semua mekanisme yang ada di setiap pembelajaran lain.(Mempelajari pola-pola tingkah laku kriminal adalah mirip sekali dengan mempelajari pola-pola tingkah laku konvensional dan tidak sekedar suatu persoalan pengamatan dan peniruan). 9. walaupun tingkah laku kriminal merupakan ung- kapan dari kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai umum, tingkah laku kriminal itu tidak dijelaskan oleh kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai umum tersebut, karena tingkah laku non kriminal juga ungkapan dari kebutuhan-kebutuhan dan nilai- nilai yang sama.(Pencuri toko mencuri untuk mendapat apa yang mereka inginkan. Orang- orang lain bekerja untuk memperoleh apa yang mereka inginkan. Motif-motiffrustasi, nafsu untuk mengumpulkan harta serta status sosial, konsep diri yang rendah, dan semacamnya menjelaskan baik tingkah laku kriminal maupun non kriminal. Pengujian Terhadap Teori Differential Association: 1. James Short menguji sample 126 anak laki-laki dan 50 anak perempuan dan menemukan hubungan yang konsisten antara tingkah laku delinquent dengan seringnya, lamanya, prioritas, serta intensitas interaksi dengan teman-teman bermain yang delinquent, 2. Albert Reiss dan A. Lewis menemukan bahwa kesempatan melakukan perbuatan delinquent tergantung pada apakah teman- temannya melakukan perbuatan yang sama. 3. Travis Hirschi menunjukkan bagaimana anak-anak laki- laki de- ngan teman-teman delinquent lebih mungkin untuk menjadi delinquent. 4. Charles Tittle melakukan penelitian terhadap orang dewasa dan menemukan bahwa differential association berhubungan secara signifikan dengan beberapa kejahatan seperti perjudian illegal, kecurangan pajak pendapatan dan pencurian. Kritik Terhadap Teori Differential Association: 1. mengapa tidak setiap orang yang berhubungan dengan pola-pola tingkah laku kriminal yang lebih banyak menjadi seorang penjahat? 2. apakah teori ini benar dapat menjelaskan semua kejahatan, mungkin ia dapat diterapkan untuk pencurian, tapi bagaimana dengan pembunuhan yang disebabkan oleh kemarahan karena cemburu? 3. mengapa beberapa orang yang mempelajari pola- pola tingkah laku kriminal tidak terlibat dalam perbuatan kriminal? 4. teori ini menjelaskan bagaimana tingkah laku kriminal dipelajari, tetapi ia tidak menjelaskan bagaimana pertama kali teknik- teknik dan definisi- definisi kriminal itu ada? atau dengan kata lain, teori ini tidak menjelaskan kepada kita bagaimana penjahat yang pertama menjadi penjahat. Teori Anomi • Perkembangan masyarakat dunia terutama setelah era depresi besar yang melanda khususnya masyarakat Eropa pada tahun 1930-an telah banyak menarik perhatian pakar sosiologi saat itu. Hal ini disebebkan telah terjadi perubahan besar dalam struktur masyrakat sebagai akibat dari depresi tradisi yang telah menghilang dan telah terjadi “deregulasi” tersebut , yaitu didalam masyarakat. Keadaan inilah yang dinamakan sebagai “anomi” oleh Durkheim (WIilliams III McShane, 1988). • Teori anomi diungkapkan oleh Emile Durhheim dan Robert K Merton Teori ini berorientasi pada kelas. Konsep anomi sendiri diperkenalkan oleh seorang sosiolog Prancis yaitu Emile Durkheim (1893), yang mendefinisikan sebagai keadaan tanpa normaderegulation ( ) di dalam masyarakat. • Deregulasi adalah suatu keadaan tidak ditaatinya aturan-aturan yang terdapat di dalam masyarakat dan orang tidak tahu apa yang diharapkan dari orang lain (normless). Keadaanderegulation ataunormlessness tersebut, kemudian menimbulkan perilaku deviasi. Oleh Merton konsep ini selanjutnya diformulasikan untuk menjelaskan keterkaitan antara kelas sosial dengan kecenderungan adaptasi sikap dan perilaku kelompok. • Pakar sosiologi melihat peristiwa tersebut lebih jauh lagi dan mengambil makna darinya sebagai suatu bukti atau petunjuk bahwa terdapathubungan erat antara struktur masyarakat dan penyimpangan tingkah laku (deviant behavior) individu. • Kata anomie telah digunakan untuk masyarakat atau kelompok manusia di dalam suatu masyarakat, yang mengalami kekacauan karena tidak adanya aturan-aturan yang diakui bersama yang eksplisit ataupun implisit mengenai perilaku yang baik, atau, lebih parah lagi, terhadap aturan-aturan yang berkuasa dalam meningkatkan isolasi atau bahkan saling memangsa dan bukan kerja sama. • Menurut Merton terdapat dua unsur struktur sosial dan kultural yang dianggap penting untuk menyusun teori tersebut. Yang pertama , terdiri atas tujuan-tujuan dan kepentingan-kepentingan yang sudah membudaya yang meliputi kerangka aspirasi dasar manusia seperti dorongan hidup orisinal manusia. Tujuan tersebut sedikit banyak merupakan kesatuan, tingkatannya tergantung dari fakta empiris, dan didasari oleh urutan nilai, seperti berbagai tingkat sentimen dan makna. Yangkedua , terdiri atas aturan-aturan dan cara-cara kontrol yang diterima untuk mencapai tujuan tersebut. • Merton mengemukakan bahwa dalam setiap masyarakat terdapat tujuantujuan tertentu yang ditanamkan kepada seluruh warganya. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat sarana-sarana yang dapat dipergunakan, tetapi di dalam kenyataannya tidak setiap orang dapat menggunakan sarana-sarana yang tersedia. Hal ini menyebabkan penggunaan cara yang tidak sah dalam mencapai tujuan. • Dengan demikian, akan timbul penyimpangan- penyimpangan dalam mencapai tujuan. Namun, dalam perkembangannya Merton tidak lagi menekankan pada tidak meratanya sarana-sarana yang tersedia, tetapi lebih pada perbedaan struktur kesempatan. Tidak meratanya sarana-sarana serta perbedaan struktur kesempatan akan menimbulkan frustasi di kalangan warga yang tidak mempunyai kesempatan dalam mencapai tujuan sehingga menimbulkan konflik, ketidakpuasan, frustrasi,dan penyimpangan-penyimpangan yang berakibat pada timbulnya keadaan manakala para warga tidak lagi mempunyai ikatan yang kuat terhadap tujuan serta sarana-sarana atau kesempatan-kesempatan yang terdapat dalam masyarakat, dan hal ini dinamakan anomi. TEORI ANOMI • Teori anomi diungkapkan oleh Emile Durhheim dan Robert K Merton • Perkembangan masyarakat dunia terutama setelah era depresi besar yang melanda khususnya masyarakat Eropa pada tahun 1930-an telah banyak menarik perhatian pakar sosiologi saat itu. Hal ini disebebkan telah terjadi perubahan besar dalam struktur masyrakat sebagai akibat tradisi yang telah menghilang dan telah dari depresi tersebut , yaitu terjadi “deregulasi” didalam masyarakat. Keadaan inilah yang dinamakan sebagai “anomi” oleh Durkheim (WIilliams III McShane, 1988). • Durhkheim, menggunakan istilah anomi untuk menggambarkan keadaan deregulation di dalam masyarakat. Deregulasi adalah suatu keadaan tidak ditaatinya aturan-aturan yang terdapat di dalam masyarakat dan orang tidak tahu apa yang diharapkan dari orang lain (normless). Keaadaan deregulation atau normless inilah yang menimbulkan perilaku deviasi. • Pakar sosiologi melihat peristiwa tersebut lebih jauh lagi dan mengambil makna darinya sebagai suatu bukti atau petunjuk bahwa terdapat hubungan erat antara struktur masyarakat dan penyimpangan tingkah laku (deviant behavior) individu. • Merton menggunakan konsep anomi, dengan membagi norma social menjadi dua jenis yaitu : 1. Tujuan social(sociate goals) dan 2. Sarana-sarana yang tersedia(acceptable mens). • Di dalam masyarakat terdapat klas-klas (lower class dan upper class) . Kelompok masyarakat tersebut memiliki sarana dan kesempatan yang berbeda untuk mencapai tujuan-tujuan hidupnya. • Sebagai akibat perbedaan tersebut pada kelompok tertentu akan timbul frustasi, konflik, ketidak puasan bahkan berupa perilaku menyimpang. • Dalam konteks perkembangan ekonomi Indonesia yang ditandai dengan perkembngan industrialisasi dan pelbagai fluktuasi yang kurang menentu dari kebijaksanaan pemerintah dibidang perekonomian dan keuangan, terutama setelah Pelita II dan diikuti dengan perkembngan kejahatan yang semakin canggih khususnya dibidang perekonomian dan perbankan, tamapaknya teori anomi (Durkheim Dan Merton) dapat digunakan sebagai pisau analisis yang dapat mengungjkapakan secara memadai pelbagai kejahatan dimaksut. Konsep Anomi • Riset Durkheim tentang “suicide”(1987) atau bunuh diri dilandaskan pada asumsi bahwa rata-rata bunuh diri yang terjadi di masyarakat yang merupakan tindakan akhir puncak dari suatu anomi; bervariasi atas dua keadaan social integration dan sosial, yaitu social deregulation. • Dukheim mengemukakan bahwa bunuh diri atau “suicide” berasal dari tiga kondisi sosial yang menekan (stress), yaitu: (1) deregulasi kebutuhan atau anomi; (2) regulasi yang keterlaluan atau fatalism; (3) kurangnya integrasi structural atau egoisme. Hipotesis keempat dari “suicide” merujuk kepada proses sosialisasi dari seorang individu kepada suatu nilai budaya “altruistic” yang mendorong yang bersangkutan untuk melakukan bunuh diri. Hipotesis keempat ini bukan termaksud teori “stress” (Cullen, Francis T., 1983). • Yang menarik perhatian dari konsep anomi Durkheim adalah kegunaan konsep dimaksud lebih lanjut untuk menjelaskan penyimpangan tingkah laku yang disebabkan kondisi ekonomi dalam masyarakat. Secara gemilang, konsep ini telah di kembangkan lebih jauh oleh Merton (1938) terhadap penyimpangan tingkah laku yang terjadi pada masyarakat Amerika. Merton menjelaskan bahwa masyarakat (Amerika, pen.) telah melembaga suatu cita-cita (goals) untuk mengejar sukses maksimal mungkin yang umumnya diukur dari harta kekayaan yang dimiliki seseorang. Untuk mencapai sukses dimaksud, masyarakat sudah menetapkan cara-cara means( ) tertentu yang diakui dan dibenarkan yang harus ditempuh seseorang. Meskipun demikian pada kenyataannya tidak semua orang mencapai cita-cita dimaksud melalui cara-cara yang dibenarkan. Oleh karena itu, terdapat individu yang berusaha mencapai cita-cita dimaksud melalui cara yang (illegitimate means). melanggar undang-undang • Situasi tersebut akan teratasi atau timbul konflik dalam masyarakat akan dipengaruhi sikap masyarakat, yang dapat berupa : a. Konformitas(conforming), yaitu suatu keadaan di mana warga masyarakat tetap menerima tujuan dan sarana-sarana yang terdapat dalam masyarakat karena adanya tekanan moral. b. Inovasi(innovation), yaitu suatu keadaan di mana tujuan yang terdapat dalam masyarakat diakui dan dipelihara, tetapi dengan cara mengubah sarana-sarana untuk mencapai tujuan tersebut. c. Ritualisme (ritualism) , yaitu suatu keadaan di mana masyarakat menolak tujuan yang ditetapkan dan memilih sarana-sarana yang telah ditetapkan. d. Penarikan diri(retreatisme), yaitu merupakan keadaan di mana para warga menolak tujuan dan sarana-sarana yang telah tersedia dalam masyarakat. e. Pemberontakan(rebellion), yaitu suatu keadaan di mana tujuan dan sarana yang terdapat dalam masyarakat ditolak dan berusaha untuk mengganti atau merubah seluruhnya.Rebellion membawa manusia keluar dari struktur sosial yang ada dan menggantinya pada yang baru yakni pemisahan terhadap tujuan dan cara-cara yang berlaku secara sengaja. Teori Subkultur • Aliran ini dipelopori oleh Albert K Cohen dan Solomon Kobrin, mereka menjelaskan perilaku para kelompok remaja yang berbentuk gang. • Salomon Kobrin adalah seorang tokoh yang sangat memengaruhi teori subkultur. Salon Kobrin menguji hubungan antara gang jalanan dengan lakilaki yang berasal dari kelas bawahlowerclass ( ) . • Teori ini dipengaruhi oleh teori anomi yaitu mempelajari sebab musabab terjadinya kejahatan (kenakalan remaja) dengan mencari hubungan antara gang dengan sekelompok masyarakat yang berasal dari klas bawah. • Ada dua teori subkultur, yaitu: 1. TeoriDelinquent Subculture Teori ini dikemukakan oleh A. K Cohen dalam bukunyaDelinquent Boys (1955) yang membahas kenakalan remaja di Amerika. Cohen mencoba menggabungkan beberapa perspektif teori yang dikemukakan oleh Shaw dan Mc Key, Sutherland, dan Merton. Melalui penelitiannya, Cohen menyatakan bahwa perilaku delinkuen lebih banyak terjadi pada laki-laki kelas bawah dan mereka lebih banyak membentuk gang. Tingkah laku gang subkultur bersifat tidak berfaedah, dengki, dan jahat. Terdapat alasan yang rasional bagi delinkuen subkultur untuk mencuri (selain mencari status kebersamaan) mencari kesenangan dengan menimbulkan kegelisahan pada orang lain. Mereka juga mencoba untuk meremehkan nilai-nilai kelas menengah. Cohen menunjukkan adanya moralitas dan nilai-nilai yang berbeda diantara keluarga kelas menengah dengan kelas pekerja seperti ambisi, tanggung jawab pribadi, pengendalian terhadap tindakan agresif, penghargaan terhadap milik, dan sebagainya. Terjadinya pergaulan antara dua kelompok tersebut dapat menimbulkan konflik dan ‟kebingungan” dari anak-anak kelompok pekerja sehingga menyebabkan timbulnya kenakalan diantara anak-anak kelas pekerja. Menurut Cohen, semua anak-anak/para remaja mencari status, dan meskipun demikian tidak semua remaja dapat berlomba bersama-sama mencapai status. Berdasarkan posisi mereka di dalam struktur sosial remaja kelas bawah cenderung tidak memiliki materi dan keuntungan simbolis. Selama mereka berlomba dengan remaja kelas menengah melalui kedudukan yang sama, remaja kelas bawah akan merasa kecewa, dan hal inilah yang dikatakan sebagai problema status di kalangan para remaja. Problema status yang pertama adalah permasalahan yang dihadapi para remaja kelas bawah di dalam sistem sekolah. Permasalahan tidak hanya terletak pada apa yang dilakukan remaja kelas bawah untuk berkompetisi, tetapi penilaian terhadap mereka yang dilakukan oleh orang dewasa, dengan menggunakan ukuran kelas menengah merupakan suatu patokan/standar yang sulit dicapai oleh para remaja kelas bawah. Dalam kompetisi yang demikian para remaja akan kehilangan landasan untuk mencapai status. Siapa yang merasa lebih banyak kehilangan akan status-frustation menderita frustasi status ( ). 2. TeoriDifferential Opportunity Teori ini diperkenalkan oleh R.A. Cloward pada tahun 1959. Menurut Cloward tidak hanya terdapat cara- cara yang sah dalam mencapai tujuan budaya tetapi terdapat pula kesempatan-kesempatan yang tidak sah. Adanya kesempatan kedua inilah Cloward dan L.E. Ohlin menulis bukunya yang berjudulDelinquencyand Opportunities, A Theory of delinquent Gangs dengan teorinya yang diberi namadifferential ” opportunity sistem ” yang membahas delinkuen atau subkultur yang banyak terdapat di antara anak laki-laki kelas bawah di daerah-daerah pusat kota-kota besar. Menurut Cloward dan Ohlin, bahwa bentuk kenakalan subkultur bergantung pada degree ” of integration ” yang ada dalam masyarakat. Tanpa adanya struktur kriminal yang tetap, para remaja kelas bawah tidak akan memiliki kesempatan yang besar untuk sukses dalam hidup melalui kesempatan kriminal daripada melalui cara-cara konvensional. • Dalam teorinya ini, Cloward dan Ohlin membedakan tiga bentuk subkultur delinkuen, yaitu: a.criminal sub culture , merupakan suatu bentuk gang yang menekankan pada aktivitas yang menghasilkan keuntungan materi dan berusaha menghindari penggunaan kekerasan; b.conflict sub culture , suatu bentuk gang yang berusaha mencari status dengan menggunakan kekerasan, memperlihatkan perilaku bebas, perampasan hak milik, dan perilaku lain yang menjadi tanda dari gang tersebut; c.retreatis subculture, merupakan suatu bentuk gang dengan ciri-ciri penarikan diri dari tujuan dan peranan yang konvensial karenanya mencari pelarian dengan menggunakan narkotika serta melakukan bentuk kejahatan yang berhubungan dengan itu, mabuk-mabukan, dan aktivitas gang yang lebih mengutamakan pencarian uang dengan tujuan mabuk-mabukan. Ketiga pola sub kultur delinkuen tersebut tidak hanya menunjukkan adanya perbedaan dalam gaya hidup diantara anggotanya, tetapi juga karena adanya masalah-masalah yang berbeda bagi kepentingan kontrol sosial dan pencegahannya. Dalam teorinya, Cloward dan Ohlin menyatakan bahwa timbulnya kenakalan remaja lebih ditentukan oleh perbedaan-perbedaan kelas yang dapat menimbulkan hambatan-hambatan bagi anggotanya, misalnya kesempatan untuk memperoleh pendidikan sehingga mengakibatkan terbatasnya kesempatan bagi anggotanya untuk mencapai aspirasinya. Albert K Cohen menyimpulkan : a. Delinkuen lebih banyak dilakukan oleh laki-laki dari klas bawah, mereka lebih banyak membentuk gang. b. Perilaku yang mereka lakukan adalah tidak berfaedah, dengki dan jahat, namun semua itu dilakukan untuk mencari status kebersamaan, mencari kesenangan, mereka juga meremehkan nilai-nilai kelas menengah. c. Semua anak/remaja mencari status social, namun tidak semuanya dapat mencapai status yang sama. d. Para remaja dari klas bawah cenderung tidak memiliki keuntungan simbolis dan materi yang sama, oleh sebab itu sering menimbulkan rasa kecewa, frustasi, kegelisahan, dlsb bagi remaja dari klas bawah. e. Problema status dikalangan remaja klas bawah terdapat dalam system sekolah, patokan yang dipergunkan sulit dicapai bagi remaja klas bawah f. Para anak/remaja yang mengalami frustasi dapat menimbulkan tindakan yang melampui batas-batas norma atau melakukan perlawanan terhadap nilai- nilai yang ada. Namun tidak seluruhnya, sebagian dari mereka dapat melakukan penyesuain terhadap terhadap problema status. g. Untuk mengurangi frustasi tersebut, perlu dilakukan penyesuaian terhadap ukuran-ukuran, sehingga akan diperoleh penyesuaian terhadap problema status. Cloward dan Ohlin : a. Dalam masyarakat terdapat 2 cara untuk mencapai suatu, yaitu cara yang konvensional dan criminal. b. Status social dalam masyarakat menentukan kemampuan untuk mencapai sukses seseorang dalam hidup. c. Para remaja klas bawah tidak akan memperoleh sukses dalam hidup lebih cenderung menggunakan cara criminal dari pada konvensional. d.Criminal subculture, merupakan gang yang lebih menekankan pada aktifitas yang menghasilkan keuntungan materi dan berusaha menghindari penggunaan kekerasan. e. Retreatist subculture , merupakan tipe gang yang mencari uang untuk mabuk- mabukan. f. Conflict subculture, tipe gang yang memperlihatkan perilaku yang bebas. Kekerasan, perampasan hak milik menjadi ciri dari gang ini. g. Para remaja akan melakukan kejahatan kalau terdapat tekanan dan ketegangan serta keadaan yang tidak normal. Teori Lebeling • Tokoh utama teori ini Howard S. Becker, Edwin Lemert dan Hughes, mereka melakukan interfiew kepada para penjahat yang tidak tertangkap atau tidak diketahui oleh polisi (self report), untuk menjelaskan factor-faktor kejahatan. • Teori label ini menekankan pembahasan : a. Mengapa orang diberi label. b. Pengaruh atau efek atas pemberian label sebagai konskwensi dari perbuatan yang telah dilakukan. c. Berdasarkan teori labeling ini, dikatakan bahwa : 1. Aturan-aturan lingkungan, sifat individual dan reakasi masyarakat atas kejahatan menyebabkan orang disebut jahat dan atau melakukan kejahatan 2. Proses pemberian label menyebabkan seseorang menjadi jahat. 3. Adanya label menimbulkan perhatian masyarakat terhadap orang yang diberi label. 4. Label tersebut akan melekat dan diterima sebagaimana yang diberikan oleh masyarakat, dan selalu diawasi serta dicurigai setiap ada kejahatan (karir jahat). 5. deviance, perilaku menyimpang yang diakibatkan oleh pemberian label sebagai penjahat. 6. Master status, yaitu ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh seseorang, misalnya jenis kelamin, pekerjaan, kelaian seks. 7. Ciri-ciri tertentu (master status) dapat menimbulkan ketidak percayaan masyarakat dan mereka diberi label yang pada akhirnya dapat menimbulkan perilaku menyimpang. 8. Retrospective status, yaitu suatu pemikiran tentang bagaimana identitas dapat direkonstruksi terhadap para penjahat sebelum mereka melakukan kejahatan. Teori Konflik • Tokoh-tokoh teori konflik a.l George Vold dan Austin T.Turk, Chamblis, Quiney, dan Karl Mark. • Teori konflik berasumsi, bahwa masyarakat lebih tepat bercirikan konflik dari pada consensus, konflik antara pemegang kekuasaan dan mereka yang tidak memegang kekuasaan, atau konflik antara mereka yang mengusai sumber-umber ekonomi dan masyarakat miskin (borjuis dan proletar). Aliran teori konflik : 1.Teori konflik konservatif: a) Teori ini menekankan pada dua hal, yaitu kekuasaan dan penggunaannya. b) Konflik muncul diantara kelompok-kelompok yang mencoba untuk menggunakan control atas situasi atau kejadian. c) Kelompok yang memiliki kekuasaan akan dapat mempengaruhi pembuatan keputusan dan dapat memaksakan nilai-nilai terhadap kelas social yang lebih rendah. d) Pembentukan hukum merupakan perwujudan nilai-nilai pembuat hukum, dengan demikian penguasa akan lebih dilindungi dan krimanalisasi akan diberikan kepada mereka yang berada diluar kelompok mereka. e. Hukum akan dipergunakan untuk memperoleh keuntungan, dan hukum akan dipertahankan terus demi kelestarian kekuasaan yang dimiliki. f. minoritas yang ingin mempengruhi proses legislasi sering disebut kejahatan. g. jahat diperoleh sebagai akibat dari sikap yang menentang norma social yang diterima masyarakat. h. Untuk mengontrol masyarakat dilakukan dengan cara, menggunakan kekuatan fisik atau paksaan dan dengan cara menerapkan peraturan yang ada dan memproses sesuai dengan hukum yang berlaku. 2. Teori Radikal Konflik : a) Konflik dalam masyarakat disebabkan adanya hak manusia atas sumber-sumber yang langka dan secara historis tidak terdapat kesamaan. b) Adanya ketidak samaan tersebut menimbulkan konflik antara mereka yang mempunyai kekuasaan dan yang tidak berkuasa, dalam industri antara pemilik modal dan buruh. c) Kriminalisasi merupakan kepentingan rulling class yang didasarkan pada kapitalisme. d) Kelebihan buruh dalam masyarakat kapitalisme akan menyebabkan permasalahan, upah buruh rendah, mencuri, menolak bekerja, menggunakan obat bius, menolak sekolah atau tidak percaya dengan pendidikan dlsb. Teori Kontrol • Teori ini dikemukan oleh Steven Box, Hirschi. • Teori ini berasumsi, bahwa setiap manusia memiliki kebebasan untuk taat atau tidak taat terhadap hokum, oleh karena itu menjelaskan orang melakukan kejahatan dimulai dengan pertanyaan mengapa orang tidak patuh terhadap norma. • Steven Box menjelaskan kenakalan remaja sebagai deviasi primer, yaitu setiap individu yang melakukan devisiasi secara pereodik/jarang-jarang, dilakukan tanpa diorganisir atau tanpa menggunakan cara yang lihai, sipelaku tidak memandang sebagai pelanggar, pada dasarnya hal demikian itu tidak dipandang sebagai devisiasi oleh yang berwajib. Hirschi mengemukakan ada 4 elemen ikatan social yang terdapat dalam masyarakat :
1. Attachment, yaitu kemampuan manusia untuk
melibatkan dirinya terhadap orang lain, atachment ada dua: a) Attachment total merupakan pelepasan ego dalam dirinya dan diganti dengan kebersamaan. b) Atachment partial hubungan individu dengan kelompok bukan karena pelepasan ego, tetapi karena ada pihak lain yang mengawasinya. Atachment total akan mengurangi perilaku menyimpang, sedangkan attachment partial akan mudah melakukan penyimpangan tatkala tidak diawasi. (Perilaku menyimpangan merupakan akibat lemahnya keterikatan individu terhadap kelompoknya.) 2. Commitment, yaitu keterikatan seseorang pada subsistem konvensional, sperti sekolah, pekerjaan, organisasi, dlsb.Komitmen merupakan aspek rasional yang mendatangkan manfaat materi, reputasi, masa depan, dlsb.Tatkala keuntungan tidak lagi diperoleh, maka akan terjadi perhitungan investasi dan akhirnya bias menimbulkan deviasi. 3. nvolment, yaitu aktivitas seseorang dalam kegiatan subsistem konvensional, rasionya semakin banyak kegiatan seseorang dalam organisasi akan semakin kecil orang melakukan deviasi. 4. Beliefs, yaitu keyakinan seseorang pada nilai-nilai moral yang ada. Kepatuhan seseorang terhadap nilai moral akan mengurangi orang melakukan deviasi.