Eny harjati,SH MH
Istilah
Antropologi kriminal ( Asal mula )
Crimen = Kejahatan
Logos = Pengetahuan/ ilmu pengetahuan
E. Sutherland,
Kriminologi adalah seperangkat pengetahuan yang memandang kejahatan
sebagai fenomena sosial. Termasuk didalamnya proses pembuatan UU,
pelanggaran UU dan reaksi terhadap pelanggaran UU.
W.A. Bonger ,
Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala
kejahatan seluas-luasnya.
Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan karena :
mempunyai metode tersendiri
mepunyai sistem
mempunyai obyektivitas.
Paul Moedigdo Moeliono
ilmu pengetahuan yang ditunjang oleh
berbagai ilmu yang membahas kejahatan
sebagai masalah manusia.
Stephen Hurwitz :
bagian dari criminal science yang dengan
penelitian empiris berusaha memberi
gambaran tentang faktor-faktor
kriminalitas ( ethiology of crime )
Thorsten Sellin :
mempelajari perbuatan-perbuatan yang
melanggar nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat ( conduct norm ) tidak
selalu disebut kejahatan.
Tempat KRIMINOLOGI
KELOMPOK ILMU PENGETAHUAN
Social sciences Humanities, humaniora Natural sciences
KRIMINOLOGI
Skema Saure :
1 2 3
ILMU BANTU
Obyek Forma
KRIMINOLOGI
Obyek Materi
ILMU BANTU
Kriminologi Klasik
Kriminologi Positivis
Kriminologi Kritis
Kriminologi Klasik :
Aliran pemikiran ini mendasarkan pada pandangan bahwa intelegensi
dan rasionalitas merupakan ciri fundamental manusia dan menjadi
dasar bagi penjelasan prilaku manusia, baik yang bersifat perorangan
maupun masyarakat. Intelegensi membuat manusia mampu
mengarahkan dirinya sendiri, dalam arti dia adalah penguasa dari
nasibnya, makhluk yang mampu memahami dirinya dan bertindak untuk
mencapai kepentingan dan kehendaknya.
Dalam pemikiran ini, kejahatan dipandang sebagai hasil pilihan bebas
dari individu dalam menilai untung ruginya melakukan kejahatan.
Kejahatan didefinisikan sebagai setiap pelanggaran terhadap perbuatan
yang dilarang undang-undang pidana, penjahat adalah setiap orang
yang melakukan kejahatan.
Dalam hubungan dengan ini tugas Kriminologi adalah untuk membuat
pola dan menguji sistem hukuman yang dapat meminimalkan terjadinya
kejahatan. Dengan demikian mengarahkan pada persoalan penjeraan,
baik yang bersifat teoritis maupun yang bersifat studi empirik dalam
mengukur seberapa jauh perbedaan dalam isi undang-undang atau
pelaksanaan hukuman mempengaruhi terjadinya kejahatan. Termasuk
dalam lingkup ini adalah Penologi.
Kriminologi Positive :
Aliran pemikiran ini bertolak pada pandangan bahwa perilaku manusia
ditentukan oleh faktor-faktor di luar kontrolnya, baik yang berupa faktor
biologik maupun kultural. Ini berarti bahwa manusia bukan makhluk yang
bebas untuk menuruti dorongan keinginan dan intelegensinya, akan tetapi
makhluk yang dibatasi atau ditentukan perangkat biologiknya dan situasi
kulturnya.
Aliran pemikiran positive ini menghasilkan dua pandangan yang berbeda
yaitu determinis biologik yang menganggap bahwa organisasi sosial
berkembang sebagai hasil individu dan perilakunya dipahami dan diterima
sebagai pencerminan umum dari warisan biologik. Sebaliknya
determinisme kultural menganggap bahwa perilaku manusia dalam segala
aspeknya selalu berkaitan dan mencerminkan ciri-ciri dunia sosio kultural
yang melingkupinya. Dunia kultural secara relatif tidak tergantung pada
dunia biologik. Dengan demikian biologi bukan penghasil kultur, begitu
juga penjelasan biologik tidak mendasari fenomena kultural.
Tugas kriminologi adalah menganalisis sebab-sebab perilaku kejahatan
melalui studi ilmiah terhadap ciri-ciri penjahat dari aspek fisik, sosial, dan
kultural. Karena itu dasar sesungguhnya dari positivisme dalam kriminologi
adalah konsep tentang sebab kejahatan yang banyak (multiple factor
causation), yakni faktor-faktor yang alami atau yang dibawa manusia dan
dunianya, yang sebagian bersifat biologik dan sebagian karena pengaruh
lingkungan.
Kriminologi Kritis :
Aliran pemikiran kritis tidak berusaha menjawab pertanyaan apakah perilaku
manusia itu bebas atau ditentukan, akan tetapi lebih mengarahkan pada mempelajari
proses-proses manusia dalam membangun dunianya di mana dia hidup. Kriminologi
kritis bukan sekedar mempelajari perilaku dari orang-orang yang didefinisikan
sebagai kejahatan, akan tetapi juga dari perilaku dari agen-agen kontrol sosial
(aparat penegak hukum), di samping mempertanyakan dijadikannya tindakan-
tindakan tertentu sebagai kejahatan.
Tugas kriminologi kritis adalah menganalisis proses-proses bagaimana cap jahat
tersebut diterapkan terhadap tindakan dan orang-orang tertentu. Pendekatan kritis
ini secara relatif dapat dibedakan antara pendekatan “iteraksionis” dan “konflik”.
Pendekatan interaksionis berusaha untuk menentukan mengapa tindakan-tindakan
dan orang-orang tertentu didefinisikan sebagai kriminal di masyarakat tertentu
dengan cara mempelajari “persepsi” makna kejahatan yang dimiliki masyarakat yang
bersangkutan. Sedang menurut kriminologi konflik, orang berbeda karena memiliki
perbedaan kekuasaan dalam mempengaruhi perbuatannya dan bekerjanya hukum.
Secara umum mereka yang mempunyai tingkat kekuasaan yang lebih besar
mempunyai kedudukan yang lebih baik (menguntungkan) dalam mendefinisikan
perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai dan kepentingannya
sebagai kejahatan. Semakin besar kekuasaan yang dimilkinya seseorang atau
kelompok orang-orang, semakin kecil kemungkinannya untuk dijadikannya sebagai
kejahatan, dan begitu pula sebaliknya.
Dari pendekatan konflik ini, pada tahun 1970-an muncul apa yang disebut sebagai
“kriminologi Marxis” yang dalam penjelasannya mendasarkan pada konsep rulling
class, dan dalam perkembangannya banyak yang menentangkannya.
Social Welfare policy
SOCIAL TUJUAN
POLICY Social Defence
Policy
Penal
Criminal Policy
Non Penal
KRIMINOLOGI
( Hukum Pidana Empirik )
Memberikan :
Pemahaman sosiologi terhadap kejahatan
Proses pembentukan hukum
Penegakkan hukum pidana dalam
Kerangka penanggulangan kejahatan di masyarakat.
ARTI KRIMINOLOGI BAGI HUKUM PIDANA
KRIMINOLOGI
Kriminalisasi Dekriminalisasi
UNDANG-UNDANG PIDANA
H.Mannheim : terdapat berbagai bentuk perbuatan anti sosial yang tidak dijadikan tindak
pidana dan banyak diantara yang seharusnya tdk boleh dijadikan tindak pidana karena tiga alasan :
W.A. Bonger :
Perbuatan yang sangat anti sosial yang memperoleh tantangan dengan
sadar dari negara berupa pemberian penderitaan (hukuman maupun
tindakan).
PENGERTIAN POKOK
KEJAHATAN