Anda di halaman 1dari 11

HUKUM WARIS ISLAM

PENGGOLONGAN AHLI
WARIS DAN HAL
FURUDL
Kelompok 1
Gebila Kartikasari (125010100111153)
Nicky Anggraita (125010100111166)
Guguh Santoso (125010101111015)
Zulfiqar Bhisma Putra (125010101111035)
Uzair Haidzir (125010107111051)
Pengertian
Hukum waris atau hukum Faraid adalah hukum yang mengatur
pemindahan hak pemilikan harta peninggalan ( tirkah ) pewaris termasuk
siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-
masing. ( pasal 171 a KHI ).

Pewaris atau muwarits adalah orang yang pada saat meninggalnya atau
dinyatakan meninggal berdasarkan putusan Pengadilan beragama Islam,
meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan (pasal 171b KHI )

Ahli waris atau warits adalah orang yang berhak mendapatkan harta warisan
dan untuk itu dia tidak terhalang karena hukum.

Harta peninggalan adalah harta yang ditinggalkan oleh pewaris baik berupa
harta benda yang menjadi miliknya maupun hak-haknya. ( pasal 171 d KHI ).

Harta warisan atau Tirkah adalah harta peninggalan yang siap diwariskan
setelah digunakan untuk keperluan si pewaris yaitu biaya pengurusan jenazah,
membayar hutang pewaris dan wasiat.
Syarat waris mewarisi.
• Ada orang yang meninggal.
• Ada ahli waris yang masih hidup.
• Tidak ada penghalang untuk menerima warisan.

Rukun waris mewarisi.


• Adanya Tirkah.
• Adanya Pewaris.
• Adanya Ahli waris.
 
Orang yang terhalang mendapatkan warisan.
• 1. Sesuai pasal 173 KHI adalah orang yang berdasarkan putusan
hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap
dihukum karena :
a.       Telah membunuh atau mencoba membunuh atau
menganiaya berat pewaris.
b.      Dipersalahkan secara memfitnah telah mengajukan
pengaduan bahwa pewaris telah melakukan suatu
kejahatan yang diancam dengan hukuman 5 tahun penjara
atau hukuman yang lebih berat.
• 2. Murtad atau telah menyatakan keluar dari agama Islam.
PENGGOLONGAN AHLI WARIS

Ahli waris ialah orang yang berhak mendapat bagian dari


harta peninggalan yang ditinggalkan oleh seorang yang
meninggal dunia. Dan ahli waris berhak menuntut atas
bagiannya tentang hal warisan yang akan dibagikan. Ahli waris
dibedakan menjadi 3 golongan, yakni:

 Dzul Faraa-idh
 Dzul Qarabat
 Mawali
PENGGOLONGAN DAN HAL FURUDL
Dalam kaitannya dengan hal ini, patrilinealisme, dibagi
atas tiga macam, yaitu dzawil furudl, ashabah, dan
dzawil arham (Ahmad Azhar, 1981:25-27). Sementara
bilateralisme, membagi atas tiga kelompok dengan
tema dan akibat yang berbeda yaitu: dzawul fara’id,
dzawul qarabat, dan mawali (Hazairin,1982:18)
Dalam tulisan ini yang dimaksud dengan patrilinialisme
adalah paham yang telah dianut oleh masyarakat Islam
dalam bidang kewarisan yang didalam pembagian
warisan lebih mengutamakan garis keturunan bapak
dibandingkan dengan garis keturunan ibu. Dalam hal ini
khususnya yang dianut oleh Syafi’i.
1. Dzawil Furudl (Dzawil Fara’id)
Adalah ahli waris yang berhak menerima harta warisan dengan bagian yang telah ditentukan
(furudzul muqoddarah) hal ini terdapat dalam Qs, An-nisa 11-12
Berdasarkan dalil naqli diatas maka bagian ahli waris dzawil furudl adalah sebagai berikut:
Dua pertiga (2/3) yaitu:
 Dua anak perempuan, apabila tidak ada anak laki-laki.

 Dua orang cucu perempuan dari anak laki-laki, bila tidak ada anak laki-laki, anak perempuan, cucu
laki-laki dari anak laki-laki, cucu perempuan dari anak laki-laki, saudara laki-laki kandung, ayah dan
kakek dari ayah.
 Dua orang saudar aperempuan sekandung atau lebih, dengan syarat jika tidak ada anak, ibu, bapak

atau saudara sebapak.


 Dua orang saudara perempuan sebapak jika tidak ada anak, cucu, bapak, ibu, dan saudara laki-laki

sebapak.
Setengah (1/2) yaitu
 Anak perempuan tunggal, apabila tidak ada anak laki-laki

 Cucu perempuan tunggal, bila tidak ada anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, dan anak
perempuan.
 Saudara kandung tunggal, apabila tidak ada anak laki-laki, anak perempuan, cucu laki-lakidari anak
laki-laki, cucu perempuan dari anak laki-laki, ayah, dan kakek dari ayah.
 Saudara perempuan seayah, apabila tidak ada anak laki-laki, anak perempuan, cucu laki-laki dari

anak laki-laki, saudara laki-laki kandung, saudara perempuan kandung, ayah dan kakek dari ayah.
 Suami, bila tidak ada anak laki-laki, anak perempuan, cucu laki-laki dari anak laki-laki, dan cucu

perempuan dari anak laki-laki.


Sepertiga (1/3) yaitu:
 Ibu, apabila tidak ada anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, cucu perempuan dari anak laki-laki, dua
orang saudara atau lebih (baik laki-laki maupun perempuan sekandung atau seibu).
 Dua orang seibu atau lebih, baik laki-laki maupun perempuan, bila tidak ada anak laki-laki, anak perempuan,
cucu laki-laki dari anak laki-laki, cucu perempuan dari anak laki-laki, ayah, dan kakek dari ayah.
Seperempat (1/4) yaitu:
 Suami, apabila ada anak laki-laki, anak perempuan, cucu laki-laki dari anak laki-laki, dan cucu perempuan dari
anak laki-laki.
Istri, apabila tidak ada anak laki-laki, anak perempuan, cucu laki-laki dari anak laki-laki, dan cucu perempuan
dari anak laki-laki.
Seperenam (1/6) yaitu:
 Bapak, apabila ada anak laki-laki, anak perempuan, cucu laki-laki dari anak laki-laki, dan cucu perempuan dari
anak laki-laki.
 Ibu, apabila ada anak laki-laki, anak perempuan, cucu laki-laki dari anak laki-laki, cucu perempuan dari anak
laki-laki, dua orang saudara atau lebih (baik laki-laki maupun perempuan kandung, seayah, atau seibu).
 Nenek adari ayah atau ibu, apabila tidak ada ibu, (atau ayah apabila nenek tersebut dari ayah).
 Cucu perempuan dari anak laki-laki, bila tidak ada anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, dan anak
perempuan yang lebih dari satu (bila hanya ada satu orang perempuan atau cucu perempuan tetap mendapat
bagian 1/6).
 Saudara perempuan seayah, bila tidak ada anak laki-laki, anak perempuan, cucu laki-laki dari anak laki-laki,
saudara laki-laki kandung, dan saudara laki-laki kandung, dan saudara laki-laki seayah (dengan syarat ada ahli
waris seorang saudara perempuan kandung).
 Saudara seibu tunggal, baik laki-laki maupun perempuan, apabila tidak ada anak laki-laki, anak perempuan, cucu
laki-laki dari anak laki-laki.
 Kakek jika tidak ada bapak
2. Dzawil Ashobah

 Ashobah adalah ahli waris yang baginya tidak


ditemukan, ia dapat menghabiskan
 Seluruh harta atau sisa harta yang ada atau tidak
mendapatkan bagian apapun jika harta telah habis
dibagi kepada furudul muqoddaroh. Ashobah ada
tiga macam:
 Ashobah binafsih
 Ashobah bil-ghoir
 Ashobah ma’al ghoir
3. Dzawil arham
Adalah orang-orang yang dihubungkan nasabnya
dengan pewaris karena pewaris sebagai leluhur yang
menurunkannya. Dalam patrilinialisme dzawil
arham ini merupakan golongan ketiga. Pengertian
ini khusus dikenakan pada hubungan darah melalui
garis wanita saja, sebagai kebalikan dari pengertian
ashabah yang khusus dihubungkan dengan garis
laki-laki.
SEKIAN
&
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai