Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Hukum Waris Islam

Hukum waris adalah  hukum yang mengatur bahwa harta peninggalan orang yang 
meninggal  diberikan kepada mereka yang berhak atasnya, seperti keluarga sedarah, yang
lebih berhak menurut aturan adat masyarakat setempat.

Di Indonesia dikenal tiga hukum waris, yaitu: hukum adat disebut hukum waris adat, hukum
Islam disebut hukum waris Islam, dan hukum waris perdata tidak ada hukum adatnya dan
hukum Islam, biasanya hukum waris perdata hanya berlaku bagi non-muslim. Di setiap
daerah berlaku hukum adat  dan hukum Islam yang berbeda-beda sesuai dengan sistem
informasinya, diikuti dengan budaya kekerabatan. Hukum waris islam atau ilmu faraidh
adalah ilmu yang diketahui. siapa yang berhak atas harta warisan dan siapa yang tidak serta
berapa jumlah masing-masing ahli waris.

Hukum Waris Islam adalah prosedur untuk mewariskan harta orang yang  meninggal kepada
ahli waris dan menerima bagian. Susunan kata-katanya tidak terlepas dari nilai-nilai
keislaman Al-Qur’an. Ahli waris atau pewaris adalah mereka yang berhak mewaris.

Sementara mawaris atau pewaris merupakan orang yang meninggal dunia dan harta benda
peninggalannya diwariskan.

Warisan yang harus dibagikan kepada ahli waris dapat berupa barang bergerak, seperti logam
mulia  dan kendaraan, maupun barang tidak bergerak, seperti tanah dan rumah. Harta tersebut
dapat dibagikan kepada ahli waris, dikurangi  biaya pemakaman, pelunasan hutang dan
pelaksanaan wasiat.

Jadi buatlah daftar harta dan kewajiban almarhum. Jika seseorang menunggak hutang, maka
hutang itu harus dibayar terlebih dahulu. Hartanya bisa dikurangi untuk membayar hutang.

Contoh eksekusi surat wasiat sebelumnya adalah sebagai berikut. Seseorang meninggal  dan
ketika masih hidup, dia ingin sebagian dari hartanya diberikan kepada lembaga tersebut. Oleh
karena itu, wasiat harus diselesaikan sebelum warisan dibagikan kepada ahli waris.

Sumber utama dalam hukum Waris Islam adalah Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 11, 12, dan
176. hukum Waris Islam atau ilmu faraidh adalah ilmu yang diketahui. siapa yang berhak
mendapat waris dan siapa yang tidak berhak, dan juga berapa ukuran untuk setiap ahli waris.

Ilmu Faraidh adalah salah satu ilmu yang paling mulia, dengan tingkat bahaya yang paling
tinggi, kedudukan yang paling tinggi, pahala yang paling tinggi, karena karena
kepentingannya, Allah Subhanahu wa ta’ala sendiri yang menentukan takarannya. Karena
kekayaan dan pembagiannya adalah sumber dari keserakahan manusia, sebagian besar 
warisan adalah untuk laki-laki dan perempuan, baik besar maupun kecil, mereka tidak  lemah
dan kuat menurut adat dan tatanan budaya yang berlaku, sehingga dia tidak memiliki
kesempatan untuk berdebat atau bersengketa, dan berbicara dengan hawa nafsu. Karena
pembangunan hukum dan peraturan pemerintah Indonesia didasarkan pada hukum Islam dan
hukum adat. Sehingga hukum Islam dan hukum adat tidak bertentangan dengan
perkembangan hukum Indonesia

Hukum yang Mengatur Hukum Waris Islam


Berbicara tentang hukum waris Islam yang memang berlandaskan pada ayat-ayat Al-Qur’an,
hal-hal tentang wasiat juga ada dalam Al-Qur’an dan juga Hukum Islam Indonesia. Berikut
beberapa di antaranya:

Dalam surah Al-Baqarah pada ayat 180, dijelaskan bahwa wasiat merupakan sebuah
kewajiban bagi orang-orang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Melihat dari gambaran
tersebut, pengertian dari wasiat itu sendiri adalah sebuah pernyataan keinginan tentang harta
kekayaan milik pewaris setelah meninggal nanti, yang mana hal ini dilakukan sebelum
terjadinya kematian.

Tidak hanya dalam surah Al-Baqarah saja, hal-hal tentang wasiat juga tertera pada surah An-
Nisa di ayat 11-12. Dalam ayat surah An-Nisa tersebut, menyatakan bahwa dalam hukum
waris Islam kedudukan wasiat sangat penting sehingga harus didahulukan sebelum
dilakukannya pembagian harta yang ditinggalkan oleh pewaris kepada para ahli warisnya.

Ada tiga jenis hukum waris di Indonesia, yaitu hukum waris yang terdapat dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (BW), hukum waris dan hukum waris Islam. Hukum waris
Islam menggunakan batang tubuh hukum Islam dan berlaku bagi orang Indonesia yang
beragama Islam.

Warisan dalam hukum Islam dan Syariah adalah aturan yang dirancang untuk mengatur
pengalihan atau pengalihan harta milik orang yang meninggal kepada orang atau keluarga
lain, juga dikenal sebagai ahli waris.

Dalam tata cara Hukum Islam, terdapat Pasal 171 yang menjelaskan tentang pewarisan
dengan pengertian “Hukum Waris adalah hukum yang mengatur peralihan hak milik kepada
ahli waris (tirkah), menentukan siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagian
masing-masing ahli waris”.

Banyak dokumen hukum waris Islam menyatakan bahwa Al-Qur’an memang menjadi dasar
utama untuk menentukan pembagian harta warisan. Hal ini tercermin dari penjelasan hukum
waris yang sangat rinci dan mendetail dalam Al-Qur’an.

Asas yang digunakan dalam hukum waris Islam adalah asas dualitas dan asas keturunan, yang
tidak membedakan ahli waris laki-laki dan perempuan. Asas ini didasarkan pada Pasal 174
tentang tata cara Hukum Islam yang menyatakan bahwa golongan ahli waris terbagi menjadi
ahli waris karena darah dan perkawinan.
Syarat Ahli Waris Mendapat Warisan Berdasar Hukum Waris Islam
Menurut Hukum Waris Islam,  berdasar Pasal 174 Kompilasi Hukum Islam,  kelompok ahli
waris laki-laki terdiri dari ayah, anak laki-laki, saudara laki-laki, paman dan kakek.
Kemudian ibu, anak perempuan, saudara perempuan dan nenek membentuk kelompok ahli
waris perempuan.

Sedangkan ahli waris karena perkawinan terdiri dari janda dan duda.

Jika semua kelompok ahli waris ada dan masih hidup,  warisan menjadi hak anak laki-laki,
ayah, ibu, janda atau duda.

Syarat pertama untuk pewarisan adalah pewaris telah meninggal  dan kematiannya dapat
ditetapkan tanpa bukti (mati secara substansial) atau dengan keputusan (mati secara hukum).
Kedua, pewaris masih hidup atau  putusan hakim menyatakan masih hidup pada saat
kematian pewaris sah.

Sekalipun ahli waris sah masih  dalam kandungan, ia berhak atas bagiannya, jika dapat
dibuktikan bahwa ia adalah ahli waris. Namun, ada juga kendala yang membuat pewarisan
menjadi tidak mungkin. Misalnya, perbedaan agama antara pewaris dan ahli waris,
perbudakan dan pembunuhan.

Rukun Warisan Menurut Hukum Waris Islam


Sama dengan persoalan-persoalan lainnya, hukum waris juga memiliki beberapa rukun yang
harus dipenuhi. Sebab jika tidak dipenuhi salah satu rukun tersebut, harta waris tidak bisa
dibagikan kepada para ahli waris. Untuk menghindari hal tersebut, berikut beberapa rukun
waris berdasarkan hukum waris yang dilansir dari rumaysho.

 Orang yang mewariskan atau secara Islam disebut Al-Muwarrits, dalam hal ini orang
yang telah meninggal dunia yang berhak mewariskan harta bendanya.
 Orang yang mewarisi atau Al-Warits, yaitu orang yang memiliki ikatan kekeluargaan
dengan  orang yang meninggal berdasarkan sebab-sebab yang menjadikannya sebagai
orang yang bisa mewarisi.
 Harta warisan atau Al-Mauruts, merupakan harta benda yang ingin diwariskan karena
ditinggalkan oleh mayit setelah peristiwa kematiannya.
Besaran Bagian Ahli Waris
Setiap ahli waris memiliki besaran bagian masing-masing dalam hukum waris Islam. Untuk
mengetahui hal tersebut, kamu bisa melihat tabel pembagian harta warisan menurut Islam di
bawah ini:

Besaran
Ahli Waris Bagian Keterangan

1 anak perempuan 1/2 Seorang diri


2 atau lebih anak
perempuan 2/3 Bersama-sama

Anak perempuan bersamaan


dengan anak laki-laki 2:1 2 untuk laki-laki, dan 1 untuk perempuan

Bila tidak ada keturunan / bila ada


Ayah 1/3 atau 1/6 keturunan

Bila ada keturunan atau saudara dengan


jumlah 2 atau lebih / bila tidak ada
Ibu 1/6 atau 1/3 keduanya

Sisa dari duda atau janda bila bersama


bu 1/3 dengan ayah

Bila tidak ada keturunan/ bila ada


Duda 1/2 atau 1/4 keturunan

Bila tidak ada keturunan/ bila ada


Janda 1/4 atau 1/8 keturunan

*tidak ada keturunan dan ayahMasing-


Saudara laki-laki dan masing / bila jumlah 2 atau lebih
Perempuan Seibu 1/6 atau 1/3 bersamaan

Bila sendiri / bila jumlah 2 atau lebih


Saudara Kandung Seayah 1/2  atau 2/3 bersama-sama

Saudara laki-laki Seayah 2:1 dengan Saudara Perempuan

Tidak
Pengganti melebihi Dari ahli waris yang digantikan

Penjelasan lebih detailnya berikut ini:

 Pembagian Warisan Kepada Anak Perempuan


Pembagian  warisan kepada anak perempuan menurut Islam  dapat dilihat dari status anak
perempuan. Jika anak perempuan itu anak tunggal, maka warisannya setengah. Namun, jika
Anda memiliki 2 anak perempuan atau lebih, Anda akan mendapatkan 2/3 bagian.
Menurut hukum waris Islam, jika ahli waris mempunyai anak perempuan dan anak laki-laki,
maka anak laki-laki akan menerima 2 kali bagian warisan yang sama dengan masing-masing
anak perempuan. Misalnya, sebuah keluarga memiliki harta warisan Rp 15 miliar untuk
dibagikan kepada 3 anak perempuan dan 1 anak laki-laki. Jadi setiap anak perempuan
mendapat Rp 3 miliar dan satu anak laki-laki mendapat Rp 6 miliar.

 Pembagian  warisan kepada istri atau janda


Pembagian warisan ketika seorang laki-laki meninggal atas nama istri atau jandanya menurut
Islam adalah istri atau janda menerima setengah  dari harta yang dibagi dengan suaminya.
Lebih dari separuh harta bersama (milik suami) dibagi rata antara istri atau janda dan anak-
anaknya. Namun menurut hukum waris Islam, setelah kematian suami, jika suami tidak
mempunyai anak, maka istri atau janda menerima seperempat bagian. Tetapi jika laki-laki itu
mempunyai anak,  istri atau janda mendapat seperdelapan bagian.

 Pembagian Warisan Kepada Ayah


Hukum Waris Islam mengatur bahwa ayah memegang peranan penting dalam pembagian
warisan. Jika ayah dari putra mahkota menerima sepertiga  dari  warisan yang ditinggalkan
oleh putra mahkota (putranya). Namun, syarat ini berlaku selama pembagian warisan jika
Anda tidak  memiliki anak. Jika pewaris memiliki anak, bagian ayah berkurang sekitar
seperenam.

 Pembagian warisan kepada ibu


Ibu pewaris juga berhak atas warisan. Menurut hukum waris Islam, ibu menerima sepertiga
dari seluruh harta peninggalan ahli waris (anaknya) jika ia tidak memiliki anak. Jika ada
keturunan,  ibu hanya mendapat seperenam. Tapi ini benar ketika ibu tidak bersama ayah.
Jika mereka masih bersama,  ibu hanya menerima sepertiga  dari hak istri atau janda.

 Pembagian Warisan Kepada Anak Laki-Laki


Menurut Hukum Islam tentang Warisan, anak laki-laki memiliki bagian yang lebih besar
dibandingkan dengan anak perempuan putra mahkota, yaitu dua kali lipat. Tetapi jika anak
laki-laki adalah anak tunggal, maka bagiannya adalah setengah dari harta warisan putra
mahkota (ayah).

 Pewarisan Harta Dalam Hukum  Islam Pewarisan


Pewarisan Harta Dalam Hukum Pewarisan Islam tidak hanya berupa uang, perhiasan atau
barang berharga lainnya. Namun bisa juga berupa harta warisan  seperti tanah, sawah/ladang
dan juga rumah. Adapun pembagiannya sendiri masih berdasarkan besar kecilnya porsi yang
ditentukan undang-undang.

Hukum Waris Perdata


Karena keragaman masyarakat Indonesia, hukum waris perdata belum terkodifikasi dengan
baik. Salah satu hukum waris Islam yang berlaku bagi perdata adalah Hukum Waris Barat
(KUHPerdata BW). Hak waris diatur bersama-sama dengan hak milik, karena dianggap
sebagai hak substantif (Pasal 528) dan merupakan cara yang membatasi untuk memperoleh
hak waris (Pasal 584)
Cara Pembagian Warisan Berdasar Hukum Waris Islam
Berdasarkan hukum waris Islam, contoh perhitungan atau kalkulator waris Islam adalah
sebagai berikut.

 Jika suami meninggal dengan ahli waris ayah, ibu, istri, serta tiga anak (1 pria, 2 wanita).
Maka 1/6 bagian milik ayah dan ibu, 1/8 bagian milik istri, dan sisanya untuk anak
dengan bagian pria 2 : 1 wanita.
 Jika ayah meninggal dengan ahli waris tiga anak pria, maka 1/3 bagian untuk tiap anak,
atau bisa langsung dibagi menjadi tiga.
 Jika ibu meninggal dengan ahli waris suami, ibunya, dan anak pria, maka 1/4 bagian
milik suami, 1/6 bagian milik ibunya, dan sisanya untuk anak pria pewaris.
Jadi itulah gambaran contoh perhitungan waris berdasarkan hukum waris Islam yang
mungkin akan membantu bagi sobat grameds kedepannya dalam hal pembagian waris.

Anda mungkin juga menyukai