1. Anak Laki-laki
2. Cucu Laki-laki (anak laki-laki dari anak laki-laki) dan seterusnya,
buyut laki-laki.......
3. Bapak / ayah
14. Suami.
1. Anak perempuan.
2. Cucu perempuan (anak perempuan dari anak laki-laki).
9. Isteri.
4. Ulul/Dzawil Arham
Adalah Keluarga Yang Tidak Mendapat Bagian warisan (fard
atau 'ashabah) Jika Masih Ada Ahli Waris Diatas, Mereka terdiri dari:
1. Kakek dari garis ibu (bapaknya ibu).
2. Neneknya ibu (ibu punya bapak punya ibu).
10. Mamak dan mami (saudara laki-laki dan perempuan dari ibu; baik
sekandung, sebapak, atau se-ibu).
Para ulama berbeda pendapat tentang posisi dzawil arham sebagai ahli
waris:
1. Mereka tidak mendapatkan warisan (Pendapat Malik dan Asy-Syafi'i).
2. Mereka mendapatkan warisan dengan syarat selama tidak ada ahli
waris yang mendapat bagian 'ashabah dan fardh. (Pendapat Abu Hanifah,
Ahmad, pendapat ini juga diriwayatkan dari 'Umar, 'Ali, Abu Ubaidah,
'Umar bin Abdul 'Azis, 'Atha' dll. Inilah pendapat yang benar berdasarkan
firman Allah Ta'ala:
ۗ َو ُأْو ُلوْا ٱَأۡلۡر َح اِم َبۡع ُض ُہۡم َأۡو َلٰى ِبَبۡع ٍ۬ض ِفى ِكَتٰـِب ٱ...
ِهَّلل ِإَّن ٱَهَّلل ِبُك ِّل َش ۡى ٍء َع ِليُۢم
... Orang-orang yang mempunyai hubungan itu sebagiannya lebih berhak
terhadap sesamanya [daripada yang kerabat] di dalam kitab Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al-Anfal:
75).
Jika ketika harta waris hendak dibagikan, sementara golongan ahli waris
begitu banyaknya, kepada golongan manakah pembagian itu
diprioritaskan ? mengenai masalah ini terjadi beberapa perbedaan
pendapat para ulama karena tidak adanya nash yang tegas, berikut saya
paparkan beberapa diantaranya: