Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

HAK WARIS HARTA

Dosen Pengampu Mata Kuliah Hasanuddin, M.A

Disusun Oleh Kelompok I:

Anil Apawan (10156122195)

Nurhan (10156122161)

Nurhana (10156122162)

SEKOLAH TINGII AGAMA ISLM NEGERI MAJENE

JURUSAN TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGMA ISLAM

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

SYARIAT Islam menetapkan aturan waris dengan bentuk yang sangat teratur
dan adil. Di dalamnya ditetapkan hak kepemilikan harta bagi setiap manusia,
baik laki-laki maupun perempuan dengan cara yang legal. Syariat Islam juga
menetapkan hak pemindahan kepemilikan seseorang sesudah meninggal dunia
kepada ahli warisnya, dari seluruh kerabat dan nasabnya, tanpa membedakan
antara laki-laki dan perempuan, besar atau kecil.

Al-Qur'an menjelaskan dan merinci secara detail hukum-hukum yang


berkaitan dengan hak kewarisan tanpa mengabaikan hak seorang pun. Bagian
yang harus diterima semuanya dijelaskan sesuai kedudukan nasab terhadap
pewaris, apakah dia sebagai anak, ayah, istri, suami, kakek, ibu, paman, cucu,
atau bahkan hanya sebatas saudara seayah atau seibu.

Oleh karena itu, Al-Qur'an merupakan acuan utama hukum dan penentuan
pembagian waris, sedangkan ketetapan tentang kewarisan yang diambil dari
hadits Rasulullah saw. dan ijma' para ulama sangat sedikit. Dapat dikatakan
bahwa dalam hukum dan syariat Islam sedikit sekali ayat Al-Qur'an yang
merinci suatu hukum secara detail dan rinci, kecuali hukum waris ini. Hal
demikian disebabkan kewarisan merupakan salah satu bentuk kepemilikan
yang legal dan dibenarkan AlIah SWT. Di samping bahwa harta merupakan
tonggak penegak kehidupan baik bagi individu maupun kelompok masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui Ahli Waris
2. Mengrtahui rukun Dan Syarat Waris
C. Tujuan Masalah
Tujuan pembuatan makalah ini pada hakekatnya merupakan sesuatu yang
hendak dicapai dan dapat memberikan arahan dan penjelasan yang akan
dilakukan. Berpijak pada rumusan penelitian diatas, maka tujuan yang
akan dicapai dalam makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan warisan yang sesuai dengan ketentuan hukum islam.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ahli Waris
Secara garis besar, dilihat dari jenis kelamin ahli waris, golongan ahli
waris ada tiga macam, yaitu:
1. Ahli waris laki-laki ada sepuluh orang, yaitu:
a. Anak laki-laki
b. Cucu dari anak laki-laki
c. Ayah
d. Kakek
e. Saudara laki-laki
f. Keponakan laki-laki
g. Anak laki-laki paman
h. Suami
i. Maula (orang yang telah memerdekakan)
2. Ahli waris perempuan ada tujuh orang,yaitu
a. Anak perempuan
b. Cucu perempuan darianak perempuan
c. Ibu
d. Nenek permpuan
e. Saudara permpuan
f. Istri
g. Perempuan yang telah memerdekaan budak
3. Ahli waris Dalamm keadaan bercampur (laki-laki dan Perempuan)
adakalanya tidak berrcampur. Waris tidak bercampur, dari laki-laki ada
dua jalan, Jalan wais jalan pendek waris jalan panjang.
a. Dari jalan panjang, ahli waris laki-laki adalah:
1. Anak laki-laki
2. Cucu dari anak anak laki-laki
3. Ayah
4. Kakek
5. Saudara laki-laki sekandung
6. Saudara laki-laki seayah
7. Saudara laki-laki seibu
8. Keponaka laki-laki dari sudara laki-laki sekandung
9. Keponakan laki-laki dari saudara laki laki seayah dan paman
(saudara laki-laki dari ayah yang sekandung)
10. Paman (saudara laki-laki yang seayah)
11. Anak laki-laki paman (saudara laki-laki dari ayah yang
sekadung)
12. Anank laki-laki paman (saudara laki-laki dari ayah yang
seayah).
13. Suami
14. Laki-laki yang memerdekakan si mayit.

Jika semua itu ada, ahli waris yang mendapat bagian hanya tiga
orang, yaitu (1) ayah; (2) anak laki-laki; (3) suami.

b. Ahli waris perempuan menrut jalan panjang adalah:


1. Anak perempuan
2. Cucu perempuan dari anak laki-laki
3. Ibu
4. Nenek dari ayah
5. Nenek dari ibu
6. Saudara perempuan seayah
7. Saudara perempuan seibu
8. Istri
9. Perempuan yang telah memerdekan si mayat.

Apabila semuanya ada, yang mendapat waris hanya lima


orang,yaiyu:

1. Istri
2. Anak Perempuan
3. Cucu perempuan dari anak laki-laki
4. Ibu
5. Saudara perenpuan sekandug

Apabila ahli waris laki-laki dan permpuan ada semua,


yangmendapat bagian adalah:

1. Orang tua (ayah-ibu)


2. Anak laki-laki
3. Anak perempuan
4. Suami/istri.
4. Ahli waris yang tidak putuskarena keadaan, ada lima yaitu:
1. Suami
2. Istri
3. Ayah
4. Ibu
5. Anak.
B. Rukun Dan Syarat Waris
1. Rukun Waris
1. Pewaris, yakni orang yang meninggal dunia, dan ahli warisnya
berhakuntukmewarisi harta peninggalannya.
2. Ahli waris, yaitu mereka yang berhak untuk menguasai atau
menerimaharta peninggalan pewaris dikarenakan adanya ikatan
kekerabatan (nasab) atau ikatan pernikahan, atau lainnya.
3. Harta warisan, yaitu segala jenis benda atau kepemilikan yang
ditinggalkanpewaris, baik berupa uang, tanah, dan sebagainya.
2. Syarat-Syarat Waris
1. Meninggalnya seseorang (pewaris) baik secara hakiki maupun
secarahukum(misalnya dianggap telah meninggal).
2. Adanya ahli waris yang hidup secara hakiki pada waktu pewaris
meninggal dunia.
3. Seluruh ahli waris diketahui secara pasti, termasuk jumlah bagian
masing-masing.

Syarat Pertama: Meninggalnya pewaris

Yang dimaksud dengan meninggalnya pewaris --baik secara hakiki


ataupun secara hukum-- -ialah bahwa seseorang telah meninggal dan
diketahui oleh seluruh ahli warisnya atau sebagian dari mereka, atau vonis
yang ditetapkan hakim terhadap seseorang yang tidak diketahui lagi
keberadaannya. Sebagai contoh, orang yang hilang yang keadaannya tidak
diketahui lagi secara pasti, sehingga hakim memvonisnya sebagai orang
yang telah meninggal.

Syarat Kedua: Masih hidupnya para ahli waris

Maksudnya, pemindahan hak kepemilikan dari pewaris harus kepada ahli


waris yang secara syariat benar-benar masih hidup, sebab orang yang
sudah mati tidak memiliki hak untuk mewarisi.

Sebagai contoh, jika dua orang atau lebih dari golongan yang berhak
saling mewarisi meninggal dalam satu peristiwa --atau dalam keadaan
yang berlainan tetapi tidak diketahui mana yang lebih dahulu meninggal--
maka di antara mereka tidak dapat saling mewarisi harta yang mereka
miliki ketika masih hidup.

Syarat Ketiga: Diketahuinya posisi para ahli waris

Dalam hal ini posisi para ahli waris hendaklah diketahui secara pasti,
misalnya suami, istri, kerabat, dan sebagainya, sehingga pembagi
mengetahui dengan pasti jumlah bagian yang harus diberikan kepada
masing-masing ahli waris. Sebab, dalam hukum waris perbedaan jauh-
dekatnya kekerabatan akan membedakan jumlah yang diterima. Misalnya,
kita tidak cukup hanya mengatakan bahwa seseorang adalah saudara sang
pewaris. Akan tetapi harus dinyatakan apakah ia sebagai saudara kandung,
saudara seayah, atau saudara seibu. Mereka masing-masing mempunyai
hukum bagian, ada yang berhak menerima warisan karena sebagai ahlul
furudh, ada yang karena 'ashabah, ada yang terhalang hingga tidak
mendapatkan warisan (mahjub), serta ada yang tidak terhalang.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Pentingnya pembagian warisan untuk orang-orang yang ditinggalkan
dengan seadil-adilnya sudah diatur dalam Islam, mencegah terjadinya
konflik antar ahli waris dan menghindari perpecahan ukhuwah
persaudaraan antar sesama keluarga yang masih hidup. Pembagian tersebut
sudah di atur dalam al-quran dan al hadist Namun ada beberapa ketentuan
yang di sepakati dengan ijma’ dengan seadil-adilnya.

Anda mungkin juga menyukai