Disusun oleh:
Ahli waris dalam bahasa arab dikenal dengan al-warith, yaitu orang yang
berhak menerima harta warisan yang ditinggalkan oleh seseorang yang meninggal
dunia. Orang- orang yang masuk ke daftar ahli waris sudah ditentukan
keberadaannya secara ijbari melalui aturan-aturan normatif baik dari al-Qur’an dan
hadith maupun dari hasil penafsiran atas kedua sumber di atas. Dengan demikian
tidak seorangpun bisa mengupayakan untuk masuk menjadi anggota ahli waris dari
seseorang dan juga sebaliknya. Tidak ada seseorang yang bisa menghapus atau
menghilangkan hak seseorang untuk keluar dari daftar ahli waris yang sah.
Seperti telah dijelaskan pada bagian lain, bahwa seseorang yang termasuk dalam
daftar ahli waris karena adanya hubungan kekerabatan, hubungan pernikahan dan
hubungan kerabat karena memerdekakan hamba sahaya. Adanya faktor hubungan
kekerabatan tersebut juga belum cukup menjadikan seseorang berhak menerima warisan
jika belum terpenuhi syarat-syarat menjadi ahli waris. Syarat- syarat tersebut adalah: 1)
ahli waris tersebut dalam keadaan hidup saat kematian pewaris, 2) tidak dalam kondisi
terhalang untuk menerima warisan, dan 3) tidak tertutup (mahjub) kedudukannya oleh ahli
waris lain yang lebih dekat.
Untuk lebih rincinya penjelasan mengenai ahli waris pada bagian ini akan
dikelompokkan beberapa macam ahli waris dari berbagai sudut pandang, guna
mempermudah dalam mengingatnya. Secara garis besar akan dikelompokkan
berdasarkan hubungan kekerabatan, dan berdasarkan kadar yang diperoleh oleh
ahli waris.
PEMBAHASAN
BAB II
Sesuai dengan namanya, ahli waris sababiyah adalah para ahli waris yang
kewarisannya didapat karena ada sebab-sebab tertentu yang sesuai dengan
ketentuan syari’at. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu yang menyebabkan
seseorang saling mewarisi adalah karena adanya perkawinan yang sah dan
adanya hubungan wala’ atau memerdekakan hamba sahaya. Oleh karena sebab-
sebab itulah seseorang mendapatkan warisan dan dapat memberikan warisan, ahli
waris yang seperti ini disebut ahli waris sababiyah
Oleh karena itu ahli waris sababiyah ini tidak terlalu banyak, yaitu:
a. Ahli waris sebab perkawinan, terdiri dari suami atau istri saja
c. Dan satu lagi menurut mazhab Hanafi, adalah ahli waris yang
menerima warisan disebabkan adanya perjanjian dan tolong menolong
antara dua belah pihak.
Pada zaman sekarang di mana tertib administrasi sangat digalakkan dalam semua
bidang di semua negara, maka pembuktian secara hitam di atas putih sangat diperlukan.
Seorang ahli waris sababiyah karena sebab perkawinan, ia harus memiliki bukti-bukti
tertulis sebagai suami/istri yang sah menurut agama dan hukum yang berlaku setempat
agar dapat menerima bagian, karena jika tidak, bisa saja gugur haknya untuk menjadi
ahli waris dari salah satu pihak.
Begitu juga dengan ahli waris yang disebabkan oleh terjadinya memerdekakan
hamba atau perjanjian dan tolong menolong, tentunya sangat dibutuhkan bukti- bukti
hukum dalam bentuk tertulis bahwa telah terjadi perbuatan hukum di antara kedua belah
pihak, sehingga untuk memutuskan perolehannya tidak terlalu rumit. Seorang yang
sudah dimerdekakan oleh dermawan lalu meninggal dan menyisakan harta, maka
hartanya sebagiannya merupakan warisan bagi dermawan yang memerdekakannya.
Begitu juga dua orang yang saling mengikat janji untuk saling mewarisi.
Jika kedua kelompok ahli waris nasabiyah dan sababiyah digabung berdasarkan jenis
kelamin laki-laki dan perempuan, maka akan terkumpul sejumlah 25 ahli waris dengan
perincian 15 ahli waris laki-laki dan 10 ahli waris perempuan. 15 ahli waris laki-laki
tersebut adalah:
1) Anak laki-laki (al-Ibn)
2) Cucu laki-laki keturunan anak laki-laki (Ibn al-Ibn)
3) Bapak (al-Abb)
4) Kakek dari garis bapak dan seterusnya ke atas (al- Jadd)
5) Saudara laki-laki sekandung (al-akh al-shaqi>q)
6) Saudara laki-laki sebapak (al-Akh li Abb)
7) Saudara laki-laki seibu (al-Akh li Umm)
8) Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung (ibn al- Akh al-Shaqi>q)
9) Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak (ibn al-Akh li Abb)
10) Paman sekandung (al-‘Amm al-Shaqi>q)
11) Paman sebapak (al-‘Amm li Ab)
12) Anak laki-laki paman sekandung (ibn al-‘Amm al- Shaqi>q)
13) Anak laki-laki paman sebapak (Ibn al-‘Amm li Abb)
1
Lihat dalam Nasr Farid Muhammad Wasl, Fiqh al-Mawa>ri>th wa al-was}iyyah fi> al-Shari>’ah
al-Isla>miyyah, Dira>sah Muqa>ranah, (Mesir: Dar al-Taufiqiyah, t.th.), 160
B. AHLI WARIS NASABIYAH
Ahli waris nasabiyah adalah ahli waris yang pertalian kekerabatannya kepada
al-muwarris didasarkan pada hubungan darah.2 Secara umum dapat dikatakan
bahwasanya ahli waris nasabiyah itu seluruhnya ada 21 yang terdiri dari 13
kelompok laki- laki dan 8 kelompok perempuan.
Ahli waris laki-laki didasarkan urutan kelompoknya sebagai berikut:
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki sampai seterusnya kebawah yaitu cicit
laki- laki buyut laki- laki dan seterusnya.
3. Bapak.
12. Anak laki-laki dari saudara laki-laki bapak (paman) yang seibu
sebapak ( kandung).
13. Anak laki-laki paman yang seayah.3
1. Anak perempuan.
2. Cucu perempuan dari anak laki-laki dan seterusnya kebawah, yaitu cicit
perempuan dari cucu laki- lak, puit perempuan dari cicit laki-laki dan
sererusnya.
3. Ibu.
2
Ahmad Rofiq, Fiqih Mawaris, hlm. 61.
3
Suhrawardi K. Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam, (Jakarta: Sinar Grafika,2008)hlm82
7. Saudara perempuan sebapak saja.
Dilihat dari arah hubungan nasab antara orang yang meninggal dunia dengan
orang yang berhak memperoleh bagian harta peninggalan atau antara orang yang
mewariskan dengan orang yang mewarisi, ahli waris nasabiyah menjadi tiga macam
yaitu: Furu’ul Mayyit, Ushulul Mayit dan Alhawasyi.
a) Furu’ul Mayyit
2) Anak Perempuan
3) Cucu Laki-Laki
b) Ushulul Mayit
1) Ayah
2) Ibu
c) Alhawasyi
Alhawasyi ialah saudara, paman beserta anak mereka masing-masing.
Hubungan nasab antara orang yang meninggal dunia dengan mereka itu
adalah hubungan nasab ke arah menyamping. Adapun yang termasuk dalam
4
Suhrawardi K. Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam, hlm 83
5
Asymuni A. Rahman dkk, Ilmu fiqih, (Jakarta: Departemen Agama, 1986), hlm. 54.
ahli waris Alhawasyi adalah:
9) Paman sekandung
6
Ahmad Rofiq, Fiqih Mawaris , hlm 64