Anda di halaman 1dari 91

MAWARIS

Materi pelajaran kelas 12


semester 2 ( dua )
Kompetensi Dasar
 3.7
 Menganalisis dan
mengevaluasi ketentuan waris
dalam Islam
Kompetensi dasar
 4.7
 Mempraktikkan
pelaksanaan pembagian
waris dalam Islam
Indikator
 Menjelaskan ketentuan waris dalam Islam.
 Menjelaskan dalil-dalil tentang ketentuan waris dalam Islam.
 Mengidentifikasi ketentuan ketentuan waris dalam Islam.
 Mengidentifikasi hikmah dan manfaat ketentuan waris dalam
Islam.
 Menjelaskan hikmah dan manfaat ketentuan waris dalam Islam.
 Menganalisis ketentuan ketentuan waris dalam Islam.
 Mengevaluasi ketentuan waris dalam Islam.
 Menganalisis hikmah dan manfaat ketentuan waris dalam Islam.
Indikator
 Menyajikan paparan tentang ketentuan waris dalam
Islam.
 Menyajikan paparan hikmah dan manfaat ketentuan
waris dalam Islam.
 Mempraktikkan pelaksanaan pembagian waris
dalam Islam
Peta Konsef
A. Memahami Ketentuan Warisan

Pengetian Harta Warisan

Kewajiban berkaitan dengan Sebab Mendapatkan Waris


a. Nasab

Harta Waris b. Pernikahan


c. Wala’

Syarat dan Rukun Waris Ahli Waris


a. Rukun Waris
b. Syarat Waris
a. Ahli waris dari laki-laki
b. Ahli waris perempuan
Penghalang mendapatkan warisan
Peta Konsef
B. Pembagian Warisan Dalam Islam

Ahli waris yang Ahli waris yang


tidak akan terhijab terhijab oleh
oleh waris lainnya waris lainnya

Ahli waris Tahapan dalam


berdasarkan membagi dan
besarnya bagian menghitung Harta
masing-masing Warisan
Pengertian
 Kata warisan dalam bahasa arab dikenal dengan kata
“Miiraast” bentuk masdar yang secara bahasa artinya
berpindah sesuatu dari seseorang kepada orang
lain.
 Secara Istilah : perpindahan harta atau milik
secara sah dari orang yang meninggal dunia
kepada orang yang masih hidup yang masih ahli
warisnya.
 Dalil : QS. An- Naml (27) : 16
 : HR. Bukhari
Istilah Fiqih dalam Warisan
 Mawarris, yang mewariskan
 Waris, orang yang berhak menerima waris
 Maurus, harta yang ditinggalkan
 Tirkah, sinonim maurus peninggalan orang yang
meninggal
 Fara’id, ukuran atau kadar warisan (1/2)
 Ilmu Fara’id, ilmu yang mempelajari tentang
perhitungan pembagian harta warisan
Kewajiban berkaitan dengan Harta Warisan

 Pembiayaan Pengurusan Jenazah


 Utang piutang orang yang meninggal ( jiwa orang
yang meninggal tergantung pada utangnya hingga
ditunaikan. )
 Wasiat orang yang meninggal ( 1/3 )
Sebab mendapatkan Warisan


Hubungan Kekeluargaan ( Nasab Hakiki ),
yakni hubungan yang ada ikatan nasab, seperti
ayah, ibu, anak, saudara, paman, sdt )
 Dalil : QS. An- Nisa (4) : 7
Sebab mendapatkan warisan :
 Hubungan Pernikahan, yakni terjadinya akad nikah
secara legal ( syar’I ) antara seorang laki-laki dan
perempuan meskipun tidak terjadi hubungan suami
istri/jima
 Dalam urusan Mahram, yang berhak mewarisi disini
adalah suami dan isteri, sedangkan yang lain seperti
mertua, ipar atau menantu tidak menjadi penyebab
adanya warisan. Demikian pula dengan pernikahan
bathil ( yang tidak cukup syarat dan rukunnya).
 QS. An- Nisa (4) : 12
Sebab mendapatkan warisan
 Hubungan Wala’, yakni hubungan antara budak yang
dimerdekakan dengan mantan majikan yang
memerdekakannya, atau kekrabatan karena sebab hukum.
 Hal ini disebutkan pula dengan wala’ al-’itqi dan wala
‘an’mah, yakni kenikmatan pembebasan budakyang
dilakukan seseorang.
 Mengembalikan kebebasan dan jati diri sebagai manusia,
( mewarisi terhadap budak yang dibebaskan ).
 HR. Darimi : 3222
Rukun Waris :
 Muwarris ( Pewaris ), yakni orang yang
meninggal
 Waris ( ahli waris ), orang yang berhak

mendapatkan harta waris


 Maurus ( harta warisan ) harta/kepemilikan

yang ditinggal pewaris


Syarat Waris

Meninggalnya Pewaris

Masih hidupnya ahli Waris

Diketahui posisi ahli waris


Orang yang Berhak Menjadi ahli waris

 Ahli waris dari laki-laki 15 orang :


 1) anak laki-laki
 2) cucu laki-laki ( dari anak laki-laki)
 3) bapak/ayah
 4) kakek
 5 ) saudara laki-laki sekandung
 6) saudara laki-laki sebapak
 7 ) saudara laki-laki seibu
Yang Berhak :
 8) anak laki-laki dari saudara laki-laki
sekandung ( keponakan sekandung)
 9) anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak

( keponakan bapak )
 10) paman (saudara bapak sekandung)

 11) paman (saudara bapak sebapak )


Yang Berhak :
 12) anak laki-laki paman yang sekandung dengan
bapak
 13) anak laki-laki paman yang sebapak dengan
bapak
 14) suami
 15) laki-laki yang memerdekakannya (mayat)
Pengecualian :

Jika 15 orang di atas ada, maka yang


berhak menerima warisan hanya 3
orang yakni :
1. bapak/ayah

2. Anak laki-laki

3. Dan suami
Ahli waris dari Jenis Perempuan
 1) anak perempuan
 2) cucu perempuan ( anak perempuan dari anak
laki-laki dan seterusnya ke bawah, asal
pertaliannya dengan meninggal masih terus laki-
laki )
 3) ibu
 4) nenek ( ibu dari bapak )
 5) nenek ( ibu dari ibu )
Ahli Waris Perempuan
 6) saudara perempuan yang sekandung (seibu-
sebapak)
 7) saudara perempuan sebapak
 8) saudara perempuan seibu
 9) isteri
 10) perempuan yang memerdekakannya (orang
yang meninggal )
Pengecualian
 Jika 10 orang di atas semuanya ada, maka yang
dapat mewaris hanya 5 orang :
 1. isteri
 2. anak perempuan
 3. cucu perempuan ( anak perempuan dari anak
laki-laki )
 4). Ibu
 5) sudara perempuan yang sekandung (seibu-
sebapak)
Penghalang Warisan
Membunuh
Budak/Hamba
Pewarisnya
Sahaya ((QS.
HR. An- Murtad
Darimi : 3139)
Nahl (16) : 75

Kafir
( HR. Jama’ah)
B. Pembagian Warisan Dalam Islam

 Pembagian warisan didahului pembahasan tentang :


 1. kelompok ahli waris yang tidak akan terhijab
oleh ahli waris lainnya.
 Hijab artinya terhalang dari mendapatkan bagian
warisan secara keseluruhan (hijab hermain),
sehingga tidak mendapatkan bagian sama sekali,
atau terhalang dari mendapatkan sebagian warisan,
sehingga bagiannya menjadi berkurang (hijab
nuqsan).
Perhatiin aku …
 Keberadaan hijab Hirmain dan Hijab Nuqsan
ini disebabkan karena adanya kedekatan
kekerabatan dengan pewaris, sehingga ahli
waris yang tingkat kekerabatannya lebih jauh
akan terhalang oleh ahli waris yang tingkat
kekerabatannya lebih dekat dengan pewaris.
Ahli waris Tidak Pernah Terhijab
(Selalu mendapatkan)

Anak Laki-laki

Anak Perempuan Ayah

isteri suami ibu


 2. kelompok ahli waris yang terhijab oleh ahli
waris lainnya
 Ahli waris yang terkena hijab hirmain
sehingga dipastikan tidak akan mendapatkan
warisan sama sekali berjumlah 16 orang, 11
orang dari jenis laki-laki dan 5 orang dari jenis
perempuan
Ahli waris laki-laki yang terhijab
 a) kakek ( bapaknya bapak) akan
terhalang oleh adanya bapak dan juga
oleh kakek yang lebih dengan pewaris
 b) saudara laki-laki sekandung akan

terhalang oleh adanya bapak dan


keturunan laki-laki pewaris (anak,cucu,
cicit dst kebawah)
 c). Saudara laki-laki sebapak akan
terhalang dengan adanya saudara laki-
laki sekandung, juga akan terhalang oleh
saudara perempuan sekandung yang
menjadi ‘asbah, dan terhalang dengan
adanya bapak serta keturunan laki-laki
pewaris (anak, cucu,cicit dan seterusnya
 d) saudara laki-laki dan perempuan yang
seibu akan terhalang oleh ayah, kakek dan
seterusnya ke atas, dan juga oleh anak, cucu,
cicit, dan dst ke bawah, baik anak laik-laki
maupun perempuan
 e) cucu laki-laki keturunan anak laki-laki akan

terhalang oleh anak laki-laki. Demikian juga


para cucu akan terhalang oleh cucu yang
paling dekat dengan pewaris.
 f) Keponakan laki-laki sekandung (anak dari saudara
laki-laki sekandung) akan terhalang dengan adanya
ayah dan kakek, anak laki-laki, cucu laki-laki
sekandung , serta oleh saudara laki-laki sebapak.
 g) keponakan laki-laki sebapak ( anak dari saudara
laki-laki sebapak ) akan terhalangi akan adanya
orang yang menghalangi keponakan ( dari anak
saudara kandung laki-laki ), ditambah dengan
keponakan ( anak laki-laki dari keturunan saudara
kandung laki-laki ).
 h) Paman kandung ( saudara laki-laki
bapak yang sekandung) akan terhalangi
oleh adanya anak laki-laki dari saudara
laki-laki, juga terhalang oleh adanya ahli
waris yang menghalangi keponakan laki-
laki dari saudara laki-laki sebapak.
 i) paman sebapak ( saudara laki-laki bapak
sekandung) akan terhalangi dengan adanya ahli
waris yang menghalangi paman kandung, dan juga
dengan adanya paman kandung
 j) sepupu kandung laki-laki ( anak dari paman
yang sekandung) akan terhalang oleh adanya
paman sebapak dan oleh ahli waris yang
menghalangi paman sebapak
 Sepupu laki-laki sebapak ( anak
paman sebapak) akan terhalangi
dengan adanya sepupu laki-laki
( anak paman kandung) dan dengan
adanya ahli waris yang menghalangi
sepupu kandung lakii-laki ( anak
dari paman yang sekandung )
Ahli waris terhijab dari pihak perempuan

 a) Nenek ( baik ibunya ibu maupun ibunya bapak )


akan terhalang dengan adanya ibu
 b) cucu perempuan (keturunan dari anak laki-laki)
akan terhalang oleh adanya anak laki-laki baik
cucu itu satu orang atau lebih. Selain itu, cucu
perempuan juga akan terhalang oleh adanya dua
orang anak perempuan atau lebih, kecuali jika ada
‘asabah.
 c) saudara perempuan sekandung akan terhalang oleh
adanya ayah, anak, cucu, ciucit dan seterusnya
( semuanya laki-laki)
 d) saudara perempuan sebapak akan terhalangi oleh
saudara perempuan sekandung. Jika ia menjadi ‘asabah,
selain itu, saudara perempuan sebapak juga akan
terhalang ayah, anak, cucu, cicit dan seterusnya dari
kalangan laki-laki, serta terhalang oleh adanya dua
saudara perempuan sekandung bila keduanya
menyempurnakan bagian 2/3 kecuali apabila ada ‘asabah

e) saudara perempuan seibu akan
terhalang oleh ahli waris laki-laki
( ayah, kakek, dan seterusnya), juga
oleh adanya anak, cucu, cicit dan
seterusnya baik laki-laki ataupun
perempuan.
Ahli Waris berdasarkan besarnya bagian masing-
masing

 Kelompok ahli waris yang sudah


ditentukan bagiannya dalam al- qur’an
disebut dengan kelompok ahli waris
zawil furud, sedangkan kadar bagiannya
disebut dengan furudul muqaddarah,
artinya bagian yang telah ditentukan.
Furudul muqaddarah dalam al- Qur’an

 Ahli waris mendapatkan warisan ½


 Ahli waris mendapatkan warisan ¼
 Ahli waris mendapatkan warisan 1/8
 Ahli waris mendapatkan warisan 2/3
 Ahli waris mendapatkan warisan 1/3
 Ahli waris mendapatkan warisan 1/6
Asabah
 Adalah sisa harta yang telah diambil oleh
zawil furud.
 Bagian ‘asabah atau sisa itu tidak tetap

ukuran bagiannya, maka ‘asabah bisa


disebut kebalikan dari furudl
muqaddadah (ukuran bagian yang
ditentukan)
Ahli waris mendapatkan bagian ½
 Suami, apabila tidak ada far’ul wayit
atau keturunan seperti anak, cucu,
dan seterusnya ke bawah. Jika
pewaris almarhummah memiliki
keturunan, maka suami mendapat
bagian seperempat.

2) anak perempuan, anak tunggal,
tidak memiliki saudara baik laki-laki
maupun perempuan. Apabila syarat
tersebut yidak terpenuhi, maka anak
perempuan tersebut tidak mendapat
setengah.
3) Cucu perempuan dari pihak laki-laki ,
dengan catatan ia sendirian atau tidak
memiliki saudara laki-laki maupun
perempuan. Selain itu pewaris tidak
memiliki anak laki-laki atau perempuan,
sehingga posisi cucu tidak ter-mahjab
( terhalang)
4) Ukhtun Syaqiq atau saudara perempuan
sekandung. Dengan catatan ia sendirian
atau memiliki saudara lainnya. Selain itu,
pewaris juga tidak memiliki keturunan
baik laki-laki maupun perempuan, dan
dia juga tidak memiliki bapak atau kakek.
5) Ukhtun li- abin atau saudara perempuan
sebapak. Dengan catatan dia sendirian
atau memiliki saudara. Selain itu, pewaris
juga tidak memiliki saudara kandung
perempuan atau laki-laki, juga tidak
memiliki bapak terlebih anak.
b. Ahli waris mendapatkan 1/4
1) Suami . Dengan catatan pewaris (almarhumah)
memiliki anak baik laki-laki maupun perempuan
atau cucu dari pihak laki-laki. Intinya pewaris
memiliki far’ul mayit atau keturunan (seperti anak,
cucu dan seterusnya ke bawah )
2) Isteri. Dengan catatan pewaris (almarhum) tidak
memiliki far’ul mayit atau keturunan (seperti
anak, cucu, dan seterusnya ke bawah). Jika ada
far’ul mayit atau keturunan (seperti anak, cucu,
dan seterusnya ke bawah )
d. Ahli waris mendapatkan 1/8

Isteri, apabila pewaris


( almarhum) memeiliki far’ul
mayit atau keturunan (seperti
anak, cucu dan seterusnya ke
bawah ).
e. Ahli waris mendapatkan 2/3
Ada 4 kelompok dan semuanya perempuan.
1) Dua anak perempuan atau lebih. Dengan catatan
pewaris (almarhum/ah) tidak memiliki anak laki-
laki yang menjadikan keduanya mendapatkan
‘asabah (sisa harta ) bersamanya
2) Dua cucu perempuan atau lebih dari pihak laki-laki.
Dengan catatan pewaris ( almarhum/ah) tidak
memiliki anak yang masih hidup, baik laki-laki
maupun perempuan, serta cucu perempuan tersebut
tidak memiliki saudara laki-laki.
3) Dua saudara perempuan sekandung atau
lebih. Dengan catatan pewaris
(almarhum/mah) tidak memiliki far’ul
mayit (keturunan), tidak memiliki bapak
atau kakek. Dua saudara kandung
tersebut juga tidak mempunyai saudara
kandung laki-laki.
4) Dua saudara perempuan sebapak atau
lebih. Dengan catatan pewaris tidak
memiliki far’ul mayit. Tidak memiliki
bapak atau kakek. Dua saudara sebapak
tersebut tidak juga memiliki saudara laki-
laki sebapak, serta pewaris tidak
memiliki saudara sekandung baik laki-
laki maupun perempuan.
e. Ahli waris mendapatkan 1/3

1) ibu, dengan syarat pewaris tidak


memiliki fur’ul mayit atau keturunan
( anak ayau cucu laki-laki dari keturunan
anak laki-laki), selain itu, pewaris juga
tidak mempunyai dua saudara atau lebih (
laki-laki atau perempuan) baik yang
sekandung, sebapak, atau seibu.
2) Saudara laki-laki dan saudara
perempuan seibu, dua orang atau
lebih. Dengan syarat pewaris tidak
memiliki anak (laki-laki atau
perempuan), juga tidak memiliki
ayah atau kakek. Jumlah saudara
yang seibu itu dua orang atau lebih.
f. Ahli waris mendapatkan 1/6
1) bapak/ayah. Seorang bapak/ayah akan mendapatka
bagian 1/6 apabila pewaris memiliki far’ul mayit
atau keturunan (anak,cucu) baik laki-laki maupun
perempuan
2) Kakek ( bapaknya bapak/ayah). Dengan catatan
pewaris memiliki far’ul mayit atau keturunan
(anak laki-laki atau perempuan, cucu laki-laki dari
anak laki-laki) dengan syarat bapak pewaris tidak
ada. Jadi dalam kondisi demikian, seorang kakek
bisa menduduki posisi seorang ayah.
3) ibu, dengan syarat, pewaris memiliki far’ul
mayit atau keturunan ( anak laki-laki atau
perempuan atau cucu laki-laki dari anak laki-
laki). Selain itu pewaris juga memiliki dua
orang saudara atau lebih baik saudara laki-laki
ataupun perempuan, baik sekandung, sebapak,
atau seibu.
4) Nenek, (ibu dari ibu maupun bapak).
Dengan syarat pewaris sudah tidak
memiliki ibu, ketentuan ini berlaku baik
nenek itu hanya seorang diri atau pun
lebih. ( dari bapak maupun ibu). Yang
1/6 jelas 1/6 itu dibagikan secara rata
kepada mereka.
5) Cucu perempuan dari keturunan anak
laki-laki baik seorang atau lebih. Dengan
syarat pewaris memilki satu anak
perempuan, dalam keadaan demikian,
maka bagian anak perempuan adalah ½,
sementara cucu perempuan dari anak
laki-laki mendapatkan bagian 1/6
6) Saudara perempuan sebapak, dengan
syarat, pewaris memiliki satu saudara
perempuan yang sekandung
7) Saudara laki-laki atau perempuan yang
seibu, dengan syarat jika mewarisi
sendirian.
Perhatikan ….
 Selain ahli waris zawil furud yang sudah jelas
ukuran bagian warisnya #diatas
 Ada kelompok ahli waris yang selalu mendapatkan
bagian warisan yakni ‘asabah atau sisa. Yakni
bagian yang tidak jelas banyaknya. Bisa lebih
banyak atau lebih sedikit.
 Timbangan : laki-laki lebih banyak dari wanita jika
posisi dan kedekatannya terhadap pewaris
(almarhum/mah) adalah sama
Ahli waris ‘asabah
 Anak laki-laki
 Cucu laki-laki (dari anak laki-laki)
 Saudara kandung
 Saudara se bapak
 Anak saudara se kandung
 Anak saudara sebapak
 Paman sekandung
 Paman sebapak
 Anak laki-laki paman sekandung
 Anak laki-laki paman sebapak
 Laki-laki atau perempuan yang memerdekakan budak
 Ayah dan kakek jika tidak ada fur’ul mayit keturunan (almarhum)
Simak ….

 Berikut Tabel rincian bagian ahli waris dan syarat


mendapatkannya :
Tabel :
n0 Ahli Waris Bagian Syarat
1 Anak laki-laki ‘asabah -
2 Anak perempuan 1/2 Apabila sendirian (satu-
satunya anak pewaris
2/3 Apabila anak perempuannya
dua orang atau lebih, dan tidak
ada anak laki-laki
‘asabah Apabila ada anak laki-laki
(dengan rincian bagiannya
setengah dari anak laki-laki)
n0 Ahli Waris bagian syarat

3 suami 1/2 Apabila tidak memiliki fur’ul mayit baik

laki-laki maupun perempuan

1/4 Apabila memiliki fur’ul mayit

4 isteri 1/4 Apabila tidak memiliki fur’ul mayit1/8

1/8 Apabila memiliki fur’ul mayit


N0 Ahli Waris Bagian Syarat

5 Ayah 1/6 Apabila pewaris memiliki far’ul mayit laki-laki

1/6+ ‘asabah Apabila pewris memiliki far’ul mayit


perempuan, dan tidak memiliki far’ul mayit
laki-laki

‘asabah Apabila pewaris memiliki far’ul mayit

6 ibu 1/3 Pewaris tidak memiliki far’ul mayit

1/6 Pewaris memiliki far’ul mayit

1/3 dari Khusus masalah umariyyatin


‘asabah
N0 Ahli Waris Bagian Syarat

7 Kakek 1/6 Pewaris memiliki far’ul mayit perempuan

1/6+ Pewaris memiliki far’ul mayit perempuan dan


‘asabah tidak memiliki far’ul mayit laki-laki

‘asabah Pewaris tidak memiliki far’ul mayit laki-laki

8 Nenek 1/6 Pewaris tidak memiliki ibu

9 Cucu laki-laki ‘asabah Pewaris tidak memiliki anak laki-laki


dari anak laki-
laki
n0 Ahli Waris Bagian Syarat
10 Cucu 1/2 Apabila cucu perempuan tersebut satu orang, dan
perempuan pewaris juga tidak memiliki anak laki-laki atau
dari anak laki- perempuan
laki
2/3 Apabila cucu perempuan tersebut lebih dari satu
orang, dan pewaris tidak memiliki anak laki-laki
dan anak perempuan
‘asabah Apabila cucu perempuan tersebut memiliki
saudara laki-laki, dan pewaris tidak memiliki
anak laki-laki. Jadi apabila pewaris memiliki
anak perempuan dari anak laki-laki tersebut tetap
mendapatkan ‘asabah karena ada saudara laki-
lakinya yang sama statusnya sebagai cucu dari
anak laki-laki
N0 Ahli waris bagian Syarat

11 Saudara laki- ‘asabah Apabila pewaris (ahli waris) tidak


laki sekandung meninggal;kan anak, cucu laki-laki dari anak
laki-laki, bapak atau kakek
N0 Ahli Waris Bagian Syarat

12 Saudara 1/2 Apabila pewaris tidak memiliki far’ul mayit, tidak


perempuan memiliki ibu, bapak, atau kakek. Dia juga sendirian,
sekandung tidak memiliki saudara atau saudari sekandung lainya
Apabila saudara perempuan tersebut berjumlah dua
orang atau lebih, kemudian pewaris juga tidak memiliki
far’ul mayit/keturunan dan tidak memiliki juga aslul
mayit, seperti ayah, ibu, atau kakek, dan tidak juga
memiliki saudara laki-laki sekandung
‘asabah Apabila saudara perempuan tsbt memiliki saudara laki-
laki, sedangkan pewaris tidak memiliki farul
mayit/keturunan dan tidak juga memiliki ibu, ayah atau
kakek
n0 Ahli Waris Bagian Syarat

13 Saudara laki- ‘asabah Apabila pewaris tidak memiliki saudara


laki se bapak sekandung baik laki-laki maupun perempuan,
selain itu juga pewaris tidak memiliki far’ul
mayit dan juga tidak memiliki aslul mayit (ibu,
bapak, dan kakek )
n0 Ahli Waris Bagian Syarat

14 Saudara 1/2 Apabila pewaris tidak memiliki far’ul mayit dan


Perempuan Se juga aslul mayit, selain itu juga almarhum tidak
Bapak memiliki saudara laki-laki sekandung
2/3 Apabila pewaris tidak memiliki far’ul mayit dan
aslul mayit, pewaris tidak memiliki saudara laki-
laki sekandung. Jika pewaris memiliki saudara
perempuan sekandung, maka jumlahnya harus satu
orang
‘asabah Apabila pewaris tidak memiliki far’ul mayitd dan
aslul mayit, dan tidak juga memiliki saudara
sekandung. Pewaris juga memiliki saudara laki-laki
sebapak yang menjadikannya mendapat bagian
‘asabah bersamanya.
N0 Ahli Waris Bagian Syarat

15 Saudara 1/6 Apabila berjumlah satu orang, dan pewaris tidak


perempuan memilikifar’ul mayit dan islal mayit, serta tidak
atau laki-laki ada saudara sekandung dan tidak ada pula saudara
yang seibu sebapak
1/3 Apabila berjumlah lebih dari satu orang, dan
pewaris tidak memilki far’ul mayit dan aslul mayit,
serta tidak ada saudara sekandung dan tidak ada
pula saudara sebapak
N0 Ahli Waris Bagian Syarat
16 Anak laki-laki dari ‘asabah Apabila pewaris tidak memiliki far’ul
saudara laki-laki mayit, tidak juga memiliki bapak, kakek,
sekandung (keponakan saudara laki-laki sekandung, saudara
laki-laki Sekandung laki-laki dan perempuan sebapak
17 Anak laki-laki dari ‘asabah Apabila pewaris tidak memiliki anak
saudara laki-laki laki-laki, cucu laki-laki, bapak, kakek,
sebapak (keponakan saudara laki-laki sekandung, saudara
laki-laki sebapak) laki-laki sebapak, (saudara perempuan
sekandung, saudara perempuan sebapak
apabila keduanya berada pada posisi
‘asabah, dan anak dari saudara
sekandung
n0 Ahli Waris Bagian Syarat
18 Paman ‘asabah Apabila pewaris tidak memiliki anak laki-laki, cucu
sekandung laki-laki, bapak, kakek, saudara laki-laki sekandung,
(saudara laki- saudara laki-laki sebapak (saudara perempuan
laki sebapak sekandung, saudara perempuan sebapak apabila
sekandung) keduanya berada pada posisi ‘asabah), dan anak dari
saudara laki-laki sekandung, dan anak dari saudara
sebapak
N0 Ahli Waris Bagian Syarat
19 Paman ‘asabah Apabila pewaris tidak memiliki anak laki-laki,
Sebapak cucu, bapak, kakek, saudara laki-laki sekandung,
(saudara laki- saudara laki-laki sebapak, (saudara perempuan
laki bapak sekandung, saudara perempuan sebapak apabila
yang sebapak) keduanya berada pada posisi ‘asabah, dan anak
dari saudara laki-laki sekandung, anak dari saudara
laki-laki sebapak, dan paman yang sekandung
No Ahli Waris Bagian Syarat
20 Putra dari ’asabah Apabila pewaris tidak memiliki anak laki-laki,
Paman cucu laki-laki, bapak, kakek, saudara laki-laki
Sekandung sekandung, saudara laki-laki sebapak, (saudara
( anak laki- perempuan sekandung, saudara sebapak apabila
laki dari keduanya berada pada posisi ‘asabah), anak dari
saudara laki- saudara laki-laki sekandung, anak dari saudara
laki sebapak laki-laki sebapak, paman yang sekandung, dan
yang paman sebapak
sekandung )
No Ahli Waris Bagian Syarat
21 Putra dari Paman ‘asabah Apabila pewaris tidak memiliki anak-laki-
yang sebapak (anak laki, cucu laki-laki, bapak, kakek, saudara
laki-laki dari laki-laki sekandung, saudara laki-laki
saudara laki-laki sebapak, (saudara perempuan sekandung,
sebapak yang saudara perempuan sebapak apabila keduanya
sebapak berada pada posisi ‘asabah), dan anak dari
saudara laki-laki sekandung, anak dari
saudara laki-laki sebapak, paman yang
sekandung, dan putra paman yang sekandung
22 Perempuan atau ‘asabah Apabila budak tersebut tidak memiliki ahli
laki-laki yang waris sama sekali
memerdeka
kan budaka
Tahapan Pembagian Warisan
 Menyelesaikan semua yang berhubungan dengan
Pewaris :
a. utang piutang,
b. wasiat (1/3),
c. biaya pengurusan jenazah dan
d. pemisahan antara harta pewaris dengan
pasangannya
 Mengumpulkan /menentukan Ahli Waris
- menggunakan metode seleksi hijab mahjab.
Pada prinsifnya tidak ada yang menghalangi
hubungan pewaris dengan ahli waris. Semisalnya
ketika berkumpula bapak dan kakek, maka kakek
terhalang (hijab) oleh bapak, karena kakek pada
lapis kedua
 Menentukan besarnya bagian masing-masing
setelah dipilah yang berhak mendapatkan warisan, lanjutnya
adalah menentukan besarnya bagian masing-masing, dilakukan
dengan mengikuti derajat yakni zawil furud kemudian ‘asbah.
Untuk mengetahui besarnya bagian masing-masing ahli waris,
kita perlu memasukkan para ahli waris yang tidak terkena hijab
dan berhak menerima warisan. Misalnya, seseorang meninggal
dunia, dengan meninggalkan anggota keluarga seorang anak
laki-laki, seorang anak perempuan, isteri, bapak, satu orang
saudara laki-laki sekandung, dua orang saudara perempuan
sekandung dan satu orang paman.
Lanjut : pertama2 masukkan dalam tabel pembagian
berikut :

Ahli Waris Besarnya bagian


Satu orang anak laki-laki ‘asabah atau sisa
Satu orang anak perempuan ‘asabah bersama anak laki-laki yang
menjadi saudaranya
Isteri 1/8
Bapak 1/6
Satu orang saudara laki-laki sekandung Mahjab/terhalang
Dua orang saudara perempuan sekandung Mahjab/terhalang
Paman Mahjab/terhalang
Perhatikan ….
 Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa yang harus
dibuang dari daftar ahli waris adalah yang ter-
mahjab/terhalang, yakni saudara laki-laki
sekandung, dua orang saudara perempuan
sekandung dan paman. Sementara yang berhak
adalah anak laki-laki, anak perempuan, isteri dan
ayah.
 Setelah mengetahui yang berhak menerima
warisan, maka perhatikan tabel berikut :
Penting ….
Ahli Waris Besarnya Bagian
Isteri 1/8
Bapak 1/6
Satu orang anak laki-laki ‘asabah (‘asabah binasih)
Satu orang anak perempuan ‘asabah bersama anak laki-laki yang
menjadi saudaranya (‘asabah bighairihi)
Catatan ….
 Ahli waris zawil furud ( bapak dan isteri)
diletakkan di atas, karena mereka mendapatkan
bagian pertama, sementara anak laki-laki dan anak
perempuan diletakkan di bawah karena sitatusnya
sebagai penerima ‘asabah (sisa).
d. Mencari asal masalah
 Setelah mendapatkan bagian zawil furud (bapak dan
isteri), maka langkah selanjutnya adalah mencari asal
masalah.
 asal masalah adalah cara menemukan nilai yang
didapat oleh ahli waris dengan menggunakan angka
terkecil yang habis dibagi oleh pecahan yang diperoleh
zawil furud.
 Bilangan pecahan tersebut adalah ½, 1/3, ¼, 1/6, 1/8
dan 2/3
 Asal masalahnya adalah 2, 3, 4, 6, 8, 12 dan 14
Genting …
 Karena bagian yang diperoleh zawil furud pada
kasus di atas adalah 1/8 dan 1/6, maka asal
masalahnya adalah bilangan terkecil yang habis
dibagi penyebutnya yaitu 8 dan 6, bilangan tersebut
adalah 24
 Maka 24 adalah asal masalahnya, kemudian
langkah selanjutnya angka 24 itu dibagi 8
menghasilkan 3, sementara angka 24 dibagi 6
menghasilkan 4.
Apabila dimasukkan dalam tabel, maka …

Ahli Waris Besarnya Bagian Asala Masalah = 24


Isteri 1/8 1/8 x 24 = 3
Bapak 1/6 1/6 x 24 = 4
Satu orang anak laki-laki ‘asabah 24 – 7 = 17
Satu orang anak ‘asabah 24 – 7 = 17
perempuan
Perhatikan …
Apabila jumlah harta yang ditinggalkan itu berupa uang senilai
210 juta, maka cara perhitungannya adalah :
a. isteri : 3/24 x 210 juta = 26. 250.000.00
b. Bapak : 4/24 x 210 juta = 35.000.ini merupakan 000.00
Jumlah bagian isteri dan bapak = 61.250.000.00
Jumlah warisan yang tersisa adalah = 148.750.000.00. Jumlah
ini merupakan bagian yang diperuntukkan bagi anak laki-laki
dan anak perempuan, dengan dasar pembagian bahwa anak
perempuan setengah dari bagian anak laki-laki. ( 2 : 1 )
Hak laki-laki : 99.166.000,-
Hak Perempuan : 49.583.000.-
Misal lain :
 Apabila seseorang meninggal dunia, meninggalkan
isteri, satu orang anak perempuan, satu orang cucu
perempuan dari anak laki-laki, ibu dan saudara
sekandung, sedngkan harta yang ditinggalkan
adalah 150 juta. Berapakah bagian masing-
masing ?
Ahli Waris Besarnya Bagian Asal Masalah ( 24 )
isteri 1/8 1/8 x 24 = 3
1 anak perempuan 1/2 ½ x 24 = 12
1 cucu perempuan dari anak 1/6 1/6 x 24 = 4
laki-laki
Ibu 1/6 1/6 x 24 = 4
Saudara Sekandung ‘asabah 24 – 23 = 1
Jadi …
 Apabila jumlah harta yang ditinggalkan itu berupa uang
senilai 150 juta, maka cara perhitungannya ialah :
a. isteri : 3/24 x 150 jt = 18.750.000.00
b. anak perempuan : ½ x 150 juta = 75.000.000.00
c. Cucu Perempuan : 4/24 x 150 juta = 25.000.000.00
d. ibu : 4/24 x 150 juta = 25.000.000.00
Jumlah bagian isteri, anak, cucu dan ibu = 143.750.000.00
Jumlah warisan tersisa adalah = 150.000.000.00
143.750.000.00 -
= 6.250.000.00
e. Bagian untuk saudara kandung adalah = 6.250.000.00
Tips
 Rasulullah saw bersabda : “ Wahai Abu Hurairah,
belajarlah ilmu Faraid dan ajarkanlah.
Sesungguhnya ilmu Faraid itu separuh dari ilmu
dan dilupakan serta merupakan ilmu yang pertama
kali dicabut dari umatku”. HR. al- Hakim : 8067.
Terimakasih
 wassalam

Anda mungkin juga menyukai