Anda di halaman 1dari 14

Lampiran 1.

Materi Ajar

MAWARIS

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar terjadinya perpecahan, bahkan pertumpahan darah
antara sesama saudara atau kerabat dalam masalah memperebutkan harta waris.Sehubungan dengan hal itu, jauh
sebelumnya Allah telah mempersiapkan dan menciptakan tentang aturan-aturan membagi harta waris secara adil
dan baik.Hamba Allah diwajibkan melaksanakan hukum-Nya dalam dalam semua aspek kehidupan. Barang
siapa membagi harta waris tidak sesuai dengan hukum Allah akan menempatkan mereka di neraka selama-
lamanya.
Islam sebagai ajaran yang universal mengajarkan tentang segala aspek kehidupan manusia, termasuk
dalam hal pembagian harta warisan. Islam mengajarkan tentang pembagian harta warisan dengan seadil-adilnya
agar harta menjadi halal dan bermanfaat serta tidak menjadi malapetaka bagi keluarga yang ditinggalkannya.
Dalam kehidupan di masyarakat, tidak sedikit terjadi perpecahan, pertikaian, dan pertumpahan darah akibat
perebutan harta warisan.
Firman Allah swt.
Artinya:” Dan barang siapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya,
niscaya Allah memasukkan ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya dan baginya siksa
yang menghinakan ” (Q.S. An Nisa: 14)
Pembagian harta warisan dalam Islam diberikan secara detail, rinci, dan seadil-adilnya agar manusia
yang terlibat di dalamnya tidak saling bertikai dan bermusuhan.Dengan adanya sistem pembagian harta warisan
tersebut menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang tertib, teratur.dan damai.
A. Ketentuan Mawaris
Kata mawaris berasal dari kata waris (bahasa Arab) yang berarti mempusakai harta orang yang sudah
meninggal, atau membagi-bagikan harta peninggalan orang yang sudah meninggal kepada ahli warisnya.Ahli
waris adalah orang-orang yang mempunyai hak untuk mendapat bagian dari harta peninggalan orang yang telah
meninggal. Ahli waris dapat digolongkan menjadi dua, yaitu ahli waris laki-laki dan ahli waris perempuan (lihat
QS Al Bagarah: 188). Karena sensitif atau rawannya masalah harta warisan itu, maka dalam agama Islam ada
ilmu faraid, yaitu ilmu yang mempelajari tentang warisan dan perhitungannya.Salah satu tujuan dari ilmu
tersebut adalah agar tidak terjadi perselisihan atau perpecahan.
Mawaris ialah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari cara-cara pembagian harta waris.Mawaris
disebut juga faraidhkarena mempelajari bagian-bagian penerimaan yang sudah ditentukan sehingga ahli waris
tidak boleh mengambil harta waris melebihi ketentuan. Adapun hukum mempelajarinya ialah fardhu kifayah
Harta yang harus dikeluarkan sebelum dibagikan kepada ahli waris:
1. Biaya jenazah
2. Biaya selama dalam perawatan (di rumah sakit)
3. Utang yang belum dibayar
4. Zakat yang belum dikeluarkan
5. Wasiat

Tujuan ilmu mawaris adalah:


1. Untuk melaksanakan pembagian harta warisan kepada ahli waris yang berhak menerimanya sesuai dengan
ketentuan syariat
2. Untuk mengetahui secara jelas siapa yang berhak dan tidak berhak menerima harta warisan serta berapa
bagian masing-masing.
3. Untuk menentukan pembagian harta warisan secara adil dan benar sehingga tidak terjadi perselisihan di
antara ahli waris.

Sebab-sebab seseorang menerima harta warisan menurut Islam ialah sebagai berikut:
a. Adanya pertalian darah dengan yang meninggal (mayat) baik pertalian ke bawah ataupun ke atas.
b.Hubungan pernikahan, yaitu suami atau isteri.
c.Adanya pertalian agama.Contoh jika seorang hidup sebatang kara, lalu meninggal maka harta waris
masuk baitul mal.
d.Karena memerdekakan budak.

Sebab-sebab seseorang tidak mendapat harta waris ialah sebagai berikut


a. Hamba(budak) ia tidak cakap memiliki sebagaimana firman Allah swt. berikut.
Artinya: ”Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak
dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang Kami beri rezki yang baik dari Kami, lalu
dia menafkahkan sebagian dari rezki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, adakah
mereka itu sama? Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui”
( Q.S. An-Nahl:75).
b. Pembunuh, orang yang membunuh tidak dapat mewarisi harta dari yang dibunuh. Sabda Rasulullah
SAW.
Artinya: ”Yang membunuh tidak dapat mewarisi sesuatu dari yang dibunuhnya”
(H.R. Nasai)
c. Murtad dan kafir, orang yang keluar dari Islam, yaitu antara pewaris atau yang mati, murtad salah
satunya.

Syarat berlakunya pewarisan ada tiga:


a. Adanya yang meninggal dunia, baik secara hakiki atau hukmi.
b. Adanya harta warisan.
c. Tidak penghalang untuk menerima harta warisan.

Dalil tentang Mawaris


Landasan hukum atau dalil yang memperkuat tentang hukum mawaris dalam Islam dapat kita ambil
dari beberapa ayat Al Quran yang mengupas tentang hal tersebut, antara lain sebagai berikut.
a. Menurut ahli waris adalah orang yang berhak menerima warisan sebagaimana yang telah ditetapkan
berdasarkan Al Quran dan hadis.

Artinya: "Bagi orangyang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan bagi
orang perempuan ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau
banyak menurut bagian yang telah ditetapkan." (QS An Nisa: 7).
(Selanjutnya lihat QS An Nisa Ayat 11, 12, dan 176).

b. Dari hadis Rasulullah saw., ada yang menerangkan bagian warisan untuk saudara perempuan yang lebih dari
dua orang, bagian nenek dari bapak dan dari ibu serta bagian cucu perempuan dari anak laki-laki dan lain-lain.
Artinya: "Sesungguhnya hak wali adalah untuk orang yang memerdekakan. "(Muttafaqunalaih).
Artinya: "Sesungguhnya Allah telah memberi hak kepada orang yang memiliki hak dan tidak ada
wasiat untuk ahli waris."(HR Abu Daud).
Artinya: Berikan warisan kepada orang-orang yang berhak menerimanya dan sisanya untuk orang laki-
laki yang paling berhak. (Muttafaqun alaih).
B.KETENTUAN SYARI’AT ISLAM DALAM MELAKUKAN PEMBAGIAN HARTA WARISAN
C. AHLI WARIS
Ditinjau dari segi jenis kelamin, ahli waris dapat dibagi dua golongan, yaitu ahli waris laki-laki dan ahli
waris perempuan.
1. Ahli Waris lelaki terdiri dari:
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki sampai keatas dari garis anak laki-laki.
3. Ayah
4. Kakek sampai keatas garis ayah
5. Saudara laki-laki kandung
6. Saudara laki-laki seayah
7. Saudara laki-laki seibu
8. Anak laki-laki saudara kandung sampai kebawah.
9. Anak laki-laki saudara seayah sampai kebawah.
10. Paman kandung
11. Paman seayah
12. Anak paman kandung sampai kebawah.
13. Anak paman seayah sampai kebawah.
14. Suami
15. Laki-laki yang memerdekakan

(Keterangan no. 1-13 berdasarkan pertalian darah. Jika lima belas orang itu ada, maka yang dapat
menerima hanya tiga, yaitu anak laki-laki, suami, dan bapak).

2. Ahli Waris wanita terdiri dari


1. Anak perempuan
2. Cucu perempuan sampai kebawah dari anak laki-laki.
3. Ibu
4. Nenek sampai keatas dari garis ibu
5. Nenek sampai keatas dari garis ayah
6. Saudara perempuan kandung
7. Saudara perempuan seayah
8. Yang Saudara perempuan seibu.
9. Isteri
10. Wanita yang memerdekakan

(Keterangan no. 1-8 berdasarkan pertalian darah. Jika 10 orang itu ada, maka yang mendapat warisan hanya
lima orang, yaitu istri, anak perempuan, ibu, cucu perempuan, dan saudara perempuan kandung).
Jika 25 ahli waris itu ada, maka yang bisa menerimanya hanya 5 orang, yaitu suami atau istri, ibu, bapak, anak
laki-laki, dan anak perempuan.
Skema Ahli Waris Perempuan
Ditinjau dari sudut pembagian, Ahli waris terbagi dua yaitu :zawil furudh (Furudhul Muqaddarah) dan
Ashabah.
1. Zawil furudh yaitu orang yang mendapat bagian tertentu. Terdiri dari:
Yang dapat bagian ½ harta.
a. Anak perempuan kalau sendiri
b. Cucu perempuan kalau sendiri
c. Saudara perempuan kandung kalau sendiri
d. Saudara perempuan seayah kalau sendiri
e. Suami
Yang mendapat bagian ¼ harta
a.Suami dengan anak atau cucu
b.Isteri atau beberapa kalau tidak ada anak atau cucu
Yang mendapat 1/8
Isteri atau beberapa isteri dengan anak atau cucu.
Yang mendapat 2/3
a.dua anak perempuan atau lebih
b.dua cucu perempuan atau lebih
c.dua saudara perempuan kandung atau lebih
d.dua saudara perempuan seayah atau lebih
.Yang mendapat 1/3
Ibu jika tidak ada anak, cucu dari garis anak laki-laki, dua saudara kandung/seayah atau seibu.
Dua atau lebih anak ibu baik laki-laki atau perempuan
Yang mendapat 1/6
a. Ibu bersama anak lk, cucu lk atau dua atau lebih saudara perempuan kandung atau perempuan
seibu.
b. Nenek garis ibu jika tidak ada ibu dan terus keatas
c. Nenek garis ayah jika tidak ada ibu dan ayah terus keatas
d. Satu atau lebih cucu perempuan dari anak laki-laki bersama satu anak perempuan kandung
e. Satu atau lebih saudara perempuan seayah bersama satu saudara perempuan kandung.
f. Ayah bersama anak lk atau cucu lk
g. Kakek jika tidak ada ayah
h. Saudara seibu satu orang, baik laki-laki atau perempuan.

2. Ashabah yaitu para ahli waris tidak mendapat bagian tertentu tetapi mereka dapat menghabiskan bagian sisa
ashhabul furud. Ashabah terbagi tiga jenis yaitu ashabah binafsihi, ashabah bil-ghairi dan ashabah maal
ghairi.
1. Ashabah binafsihi adalah yang ashabah dengan sendirinya.artinya: ahli waris yang menjadi ashabah
secara otomatis bukan ditarik dengan zawil furud. Tertib ashabah binafsihi sebagai berikut:
a. Anak laki-laki
b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki terus kebawah
c. Ayah
d. Kakek dari garis ayah keatas
e. Saudara laki-laki kandung
f. Saudara laki-laki seayah
g. Anak laki-laki saudara laki-laki kandung sampai kebawah
h. Anak laki-laki saudara laki-laki seayah sampai kebawah
i. Paman kandung
j. Paman seayah
k. Anak laki-laki paman kandung sampai kebawah
l. Anak laki-laki paman seayah sampai kebawah
m. Laki-laki yang memerdekakan yang meninggal
2. Ashabah bil ghairi (Ashabah dengan saudaranya) yaitu: seseorang yang menjadi ashabah karena ahli
waris lain yang setingkat dengannya atau ditarik oleh ahli waris tertentu dari ashabah binafsihi.
a. Anak perempuan bersama anak laki-laki atau cucu laki.
b. Cucu perempuan bersama cucu laki-laki
c. Saudara perempuan kandung bersama saudara laki-laki kandung atau saudara laki-laki seayah.
d. Saudara perempuan seayah bersama saudara laki-laki seayah.
3. Ashabah maal Ghairi (Menghabiskan bagian tertentu)yaitu: ahli waris yang menjadi ashabah karena
bersama ahli waris yang lain yang tertentu dari zawil furud.
a. Anak perempuan kandung satu orang bersama cucu perempuan satu atau lebih (2/3).
b. Saudara perempuan kandung bersama saudara perempuan seayah (2/3)

Hijab dan mahjub


Hijab dalam ilmu faraidh adalah penghalang bagi ahli waris untuk menerima warisan karena ada ahli
waris lain yang lebih dekat atau lebih berhak.
Hijab terbagi dua macam:
1. Hijab Hirman yaitu: hijab yan gmenyebabkan ahli waris tidak menerima bagian sama sekali karena
terhalang oleh ahli waris yang lebih dekat. Misalnya kakek terhalang oleh bapak, dan cucu terhalang
oleh anak.
2. Hijab Nuqsan yaitu: hijab yang mengurangi bagian yang seharusnya diterima oleh ahli waris. Misalnya
suami seharusnya mendapat ½ tetapi karena adanya anak maka ia mendapat ¼.
Berikut contoh lainnya:
1. Nenek dari garis ibu gugur haknya karena adanya ibu.
2. Nenek dari garis ayah gugur haknya karena adanya ayah dan ibu
3. Saudara seibu gugur haknya baik laki-laki ataupun perempuan oleh:
a. anak kandung laki/perempuan
b. cucu baik laki-laki/perempuan dari garis laki-laki
c.bapak
d. kakek
4. Saudara seayah baik laki-laki/perempuan gugur haknya oleh :
a. ayah
b. anak laki-laki kandung
c. cucu laki-laki dari garis laki-laki
d. Saudara laki-laki kandung
5. Saudara laki-laki/perempuan kandung gugur haknya oleh:
a. anak laki-laki
b. cucu laki-laki dari garis anak laki-laki
c. ayah
6. Jika semua ahli waris itu laki-laki yang dapat bagian ialah.
a. suami
b. ayah
c. anak laki-laki
7. Jika semua ahli waris itu semuanya perempuan dan ada semua, maka yang dapat warisan ialah:
a. Isteri
b. Anak perempuan
c. Cucu perempuan
d. Ibu
e. Saudara perempuan kandung
8. Urutan pembagian antara saudara laki-laki kandung/ saudara laki-laki seayah sampai kebawah
dan urutan paman kandung / paman seayah sampai kebawah.
a. Saudara laki-laki kandung menggugurkan saudara seayah( L/P
b.Saudara laki-laki seayah menggugurkan anak lk saudara kandung
c. Anak laki-laki saudara kandung menggugurkan anak lk saudara seayah
d. Anak laki-laki saudara seayah menggugurkan cucu lk saudara kandung.
e. Cucu laki-laki saudara kandung menggugurkan cucu lk saudara seayah dts
f. Cucu laki-laki saudara seayah menggugurkan Paman kandung
g. Paman kandung menggugurkan paman seayah
h. Paman seayah menggugurkan anak laki-laki paman kandung
i. Anak laki-laki paman kandung menggugurkan anak lk paman seayah
j. Anaklaki-laki paman seayah menggugurkan cucu lk paman kandung
k. Cucu laki-laki paman kandung menggugurkan cucu lk paman seayah.
demikian seterusnya.

Batalnya Hak Menerima Warisan


Sekalipun mempunyai hak menerima waris dari seseorang yang meninggal dunia, tetapi hak itu dapat
batal karena hal-hal berikut ini.
a. Tidak beragama Islam. Hukum Islam hanya untuk umat Islam, maka seorang bapak yang ticlak beragama
Islam tidak mewarisi harta anaknya yang beragama Islam, demikian juga sebaliknya.
b. Murtad dari agama Islam. Sekalipun mulanya beragama Islam, tetapi kemudian pindah ke agama lain,
maka ia tidak berhak lagi mempusakai harta keluarganya yang beragama Islam.
c. Membunuh. Orang yang membunuh ticlak berhak mendapat harta waris dari orang yang dibunuhnya
sebagaimana sabda Rasulullah saw., "Tidaklah si Pembunuh mewarisi harta orang yang dibunuhnya,
sedikit pun." (HR Ahli Hadis).
d. Menjadi hamba.seseorang yang menjadi hamba orang lain tidak berhak menerima harta warisan dari
keluarganya karena harta tersebut akan jatuh pula ke tangan orang yang menjadi majikannya (lihat QS
An Nahl: 75).
Perbandingan Hukum Waris Adat Dengan Hukum Islam
Menurut hukum adat, harta peninggalan itu terdiri dari:
1. Harta peninggalan yang tidak dibagi seperti harta pusaka menurut adat minang kabau
2. Harta benda yang dibagi yaitu:
a. Harta yang diberikan orang tua pada waktu mereka masih hidup, dalam hal ini ayah
membagi-bagikan harta kekayaannya kepada anak-anaknya atas dasar persamaan
hak.
b. Harta yang diwariskan sewaktu orang tua masih hidup, tetapi penyerahannya
dilakukan setelah ayah atau ibu wafat.
Ahli waris menurut hukum adat adalah sbb:
1. Ahli waris adalah mereka yang paling dekat dengan sipewaris. Dengan demikian anak-anak si
pewaris merupakan ahli waris yang pertama dan utama.
2. Dalam masyarakat patrilineal laki-laki mendapat bagian lebih banyak dari wanita
3. Dalam masyarakat matrilineal wanita mendapat bagian lebih banyak dari pada laki-laki
4. Dalam masyarakat parental ( sistem keluarga yang menganggap sama antara laki-laki dan
perempuan) warisan dibagi rata kepada semua anak berdasarkan persamaan hak.
5. Anak angkat dipandang sebagai anak sendiri. Oleh karena itu harta warisan dapat diwariskan
kepada anak angkat. Namun, harta yang dapat diwariskan adalah harta yang diperoleh setelah
pernikahan kedua orang tua angkatnya.
Persamaan hukum adat dengan hukum Islam
1. Dalam hukum adat, harta pusaka tidak dapat dibagi seperti di Minang Kabau, hal itu tidak berlaku
dalam hukum Islam.
2. Menurut hukum adat, anak angkat mendapat warisan, sedangkan dalam hukum Islam tidak mendapat
harta warisan
3. Dalam masyarakat matrilineal, perempuan mendapat bagian lebih banyak daripada laki-laki, sedangkan
hukum Islam laki-laki mendapat bagian lebih banyak daripada perempuan
4. Dalam masyarakat parental, perempuan mendapat bagian yang sama dengan laki-laki, sedangkan
dalam hukum Islam laki-laki mendapat bagian lebih banyak dari perempuan
Harta Peninggalan menurut hukum adat
1. Harta peninggalan tidak dapat dibagi seperti harta pusaka
2. Harta yang dibagikan adalah harta yang diberikan orang tua pada waktu mereka masih hidup dan harta
yang diwariskan sewaktu orang tua masih hidup, tetapi penyerahannya setelah sipewaris meninggal.
Hikmah Mawaris
1. Memelihara kelanjutan harta benda dari satu generasi ke generasi berikutnya dan dapat menjadi amal
jariyah bagi si pewaris
2. Menghindari sikap serakah, tamak, dan menyadari bahwa ornag lain juga mempunyai hak atau bagian
3. Dapat menegakkan nilai-nilai perikemanusiaan, kebersamaan dan demokrasisasi di antara manusia
4. Menghindari perpecahan antar keluarga yang disebabkan oleh pembagian harta warisan yang tidak adil
5. Mewujudkan keadilan dalam keluarga yang berdampak positif bagi keadilan dalam masyarakat.
D. WASIAT
Firman Allah SWT dalm surat al-Baqarah ayat 180
Artinya: diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia
meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf[112], (ini
adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.
[112] Ma'ruf ialah adil dan baik.wasiat itu tidak melebihi sepertiga dari seluruh harta orang yang akan
meninggal itu. ayat ini dinasakhkan dengan ayat mewaris.
Hukum wasiat tersebut antara lain:
1. Wajib, wasiat diwajibkan untuk hal-hal yang berhubungan dengan hak Allah, seperti zakat, fidhiyah,
dsn puasa
2. Sunah, wasiat disunahkan utnuk ditujukan kepada selain kerabat dekat dengan tujuan kemaslahatan dan
mengharapkan ridha Allah
3. Makhruh, wasiat dimakruhkan apabila hartanya sedikit,tetapi ahli warisnya banyak sedangkan mereka
sangat memerlukan harta warisan sebagai penunjang hidupnya
4. Haram, wasiat diharamkan apabila ditujukan untuk hal yang dilarang oleh agama. Misalnya
mewasiatkan harta untuk membangun tempat prostitusi (pelacuran)
Rukun Wasiat adalah:
1. Orang yang mewasiatkan (mushi)
2. Orang atau pihak yang menrima wasiat (musha lahu)
3. Harta atau sesuatu yang diwasiatkan
4. Ijab Qabul (shighat wasiat)
Syarat-Syarat Wasiat
1. Syarat pewasiat: baligh, berakal sehat, dan atas kehendak sendiri dan tanpa paksaan
2. Syarat penerima wasiat:
a. Harus benar-benar ada
b. Tidak menolak pemberian wasiat
c. Bukan pembunh wasiat
d. Bukan ahli waris yang berhak menerima warisan dari pewasiat kecuali atas persetujuan ahli
waris lain
3. Syarat-Syarat harta Wasiat:
a. Jumlah harta wasiat tidak melebihi spertiga dari seluruh harta yang ditinggalkan
b. Harta wasiat dapat berpindah milik dari seorang kepada orang lain
c. Harta wasiat harus ada ketika wasiat diucapkan
d. Harta wasiat harus dapat memberi manfaat
e. Harta wasiat tidak digunakan untuk hal-hal yang bertentangan dengan hukum syarak, misalnya
berwasiat agar membuat bangunan megah di atas kuburan.
4. Syarat Ijab Qabul:
a. Kalimatnya harus dapat dipahami dengna jelas baik dengan lisan maupun dengan tulisan
b. Penerimaan wasiat diucapkan setelah orang yang berwasiat meninggal dunia
Hikmah Wasiat
1. Merupakan wujud ketaatan terhadap Allah SWT
2. Merupakan tabungan dan amal jariyah bagi seseorang setelah meninggal dunia
3. Merupakan penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusian, teruatama bagi kerabat atau orang lain yang
tidak mendapat warisan.

Warisan dalam UU No 7 Tahun 1989


Hukum waris dalam Islam ialah berasal dari wahyu Allah dan diperjelas oleh rasulNya.Hukum waris
ini diciptakan untuk dilaksanakan secara wajib oleh seluruh umat Islam.Semenjak hukum itu diciptakan tidak
pernah mengalami perubahan, karena perbuatan mengubah hukum Allah ialah dosa.Semenjak dsahulu sampai
sekarang umat Islam senantiasa memegang teguh hukum waris yang diciptakan Allah yang bersumber pada
kitab suci Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah.
Dalam Undang undang no 7 Tahun 1989, hukum waris itu dicamtumkan secara sistematis dalam 5 bab
yang tersebar atas 37 fasal dengan perincian sebagai berikut:
Bab. I terdiri atas 1 pasal , ketentuan umum.
Bab. II terdiri atas 5 pasal, berisi tentang ahli waris
Bab. III. Terdiri atas 16 pasal, berisi tentang besarnya bagian ahli waris
Bab. IV terdiri atas 2 pasal, berisi tentang aul dan rad.
Bab. V terdiri atas 13 pasal, berisi masalah wasiat
Demikianlah selayang pandang tentang Undang-Undang no 7 tahun 1989, Prinsipnya sama dengan
hukum yang bersumber dengan Al-Qur’an dan Hadits.

Soal Latihan Hukum Keluarga dan Kewarisan Islam

1. Ajaran Islam mengatur segala aspek kehidupan manusia, diantaranya tentang kewarisan,
mengapa masalah kewarisan harus diatur ?jelaskan dengan singkat !

Jawab :Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar terjadinya perpecahan, bahkan pertumpahan darah
antara sesama saudara atau kerabat dalam masalah memperebutkan harta waris.Sehubungan dengan hal itu, jauh
sebelumnya Allah telah mempersiapkan dan menciptakan tentang aturan-aturan membagi harta waris secara adil
dan baik.Hamba Allah diwajibkan melaksanakan hukum-Nya dalam dalam semua aspek kehidupan.

2. Apa arti faraidh, dan apa yang dimaksud dengan ilmu faraidh?

Jawab : Mawaris ialah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari cara-cara pembagian harta waris.Mawaris
disebut juga faraidh karena mempelajari bagian-bagian penerimaan yang sudah ditentukan sehingga ahli waris
tidak boleh mengambil harta waris melebihi ketentuan.Adapun hukum mempelajarinya ialah fardhu kifayah.
3. A meninggal dunia harta waris Rp 66.000.000.00. Ahli waris terdiri dari kakek,bapak, dan 2
anak laki-laki. Berapa bagian masing-masing?

Jawab : Bapak dapat bagian 1/6 Rp 66.000.000.00 = Rp 11.000.000.00


2 anak laki-laki adalah asobah Rp 66.000.000.00- Rp 11.000.000.00= Rp 55.000.000.00
Seorang anak laki-laki adalah Rp 55.000.000.00 = Rp 27.500.000.00
Kakek terhalang oleh ayah.

4. Sebutkan sebab-sebab dan syarat-syarat waris mewaris !

Jawab : a. Adanya yang meninggal dunia, baik secara hakiki atau hukmi.
b. Adanya harta warisan.
c. Tidak penghalang untuk menerima harta warisan.

5. Sebutkan tujuan ilmuwaris !

Jawab : 1. Untuk melaksanakan pembagian harta warisan kepada ahli waris yang berhak menerimanya sesuai
dengan ketentuan syariat. 2. Untuk mengetahui secara jelas siapa yang berhak dan tidak berhak menerima harta
warisan serta berapa bagian masing-masing. 3. Untuk menentukan pembagian harta warisan secara adil dan
benar sehingga tidak terjadi perselisihan di antara ahli waris.

6. Sebutkan sebab-sebab terhalangnya (mamnu) seseorang dalam waris mewaris !

Jawab : a. Hamba(budak) ia tidak cakap memiliki sebagaimana firman Allah swt. berikut.
Artinya: ”Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat
bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang Kami beri rezki yang baik dari Kami, lalu dia
menafkahkan sebagian dari rezki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, adakah mereka itu
sama? Segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui” ( Q.S. An-Nahl:75).
b. Pembunuh, orang yang membunuh tidak dapat mewarisi harta dari yang dibunuh. Sabda Rasulullah
SAW.
Artinya: ”Yang membunuh tidak dapat mewarisi sesuatu dari yang dibunuhnya”
(H.R. Nasai)
c. Murtad dan kafir, orang yang keluar dari Islam, yaitu antara pewaris atau yang mati, murtad salah
satunya.

7. Jelaskan yang dimaksud dengan Ashabah Binafsihi !

Jawab : Ashabah binafsihiadalah yang ashabah dengan sendirinya.artinya: ahli waris yang menjadi ashabah
secara otomatis bukan ditarik dengan zawil furud.

8. Jelaskan yang dimaksud dengan Ashabah Bil Ghairi !


Jawab : Ashabah bil ghairi (Ashabah dengan saudaranya) yaitu: seseorang yang menjadi ashabah karena ahli
waris lain yang setingkat dengannya atau ditarik oleh ahli waris tertentu dari ashabah binafsihi.

9. Apa yang dimaksud dengan Hijab Hirman ?

Jawab : Hijab Hirman yaitu: hijab yan gmenyebabkan ahli waris tidak menerima bagian sama sekali karena
terhalang oleh ahli waris yang lebih dekat. Misalnya kakek terhalang oleh bapak, dan cucu terhalang oleh anak.

10. Apa yang dimaksud dengan Hijab Nuqsan ?

Jawab : Hijab Nuqsan yaitu: hijab yang mengurangi bagian yang seharusnya diterima oleh ahli waris.
Misalnya suami seharusnya mendapat ½ tetapi karena adanya anak maka ia mendapat ¼.

Anda mungkin juga menyukai