Anda di halaman 1dari 6

BAB XI

HUKUM ISLAM TENTANG MAWARIS

A. Pengertian.

Istilah waris sebenarnya berasal dari bahasa Arab, yakni dari kata mirats. Menurut bahasa ialah
berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain atau dari satu kaum kepada kaum yang lain.
Menurut istilah al mirats adalah berpindahnya hak kepemilikan dari orang yang meninggal kepada
ahli warisnya yang masih hidup, baik yang ditinggalkan itu berupa harta atau apa saja yang berupa
hak legal secara syar’i.
Permasalahan warisan adalah suatu yang sangat komplek, sehingga setiap permasalahan yang
berhubungan dengannya harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya sesuai syariat
yang ditetapkan Allah. Untuk itulah perlunya setiap muslim mempelajari ketentuan-ketentuan Allah
dalam pembagian warisan yaitu lewat ilmu yang disebut Imu Faraid. Ilmu Faraid adalah ilmu
pengetahuan yang menguraikan cara pembagian harta peninggalan / warisan seseorang kepada ahli
waris yang berhak menerimanya.
Ilmu ini sangat penting sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

Artinya : Belajarlah ilmu Faraid dan ajarkanlah kepada manusia, karena sesungguhnya itu
separoh ilmu.Ia akan dilupakan orang kelak dan ia pulalah yang mula-mula akan
dicabut dari umatku ( HR. Ibnu Majah dan Daruqutni ).

B. Ketentuan Mawaris.
1. Ketentuan Penting.
Ada beberapa ketentuan penting yang berkaitan dengan mawaris yang harus diperhatikan yaitu :
a. Harta pusaka itu wajib dibagi kepada ahli waris dengan pembagian sesuai kadar masing-masing
( An Nisa 7 ).
b. Pembagiannya harus ditentukan waktunya dan disaksikan oleh seluruh ahli waris.
c. Sikap serakah dan monopoli oleh sebagian ahli waris harus dihindari untuk menghindari
keretakan keluarga dan menghilangkan penderitaan ahli waris yang tidak mendapat bagian
akibat keserakahan tersebut.
d. Apabila sebagian ahli warisnya adalah anak yatim, maka selamatkanlah hartanya.
e. Bagian laki-laki dua kali bagian anak perempuan ( An Nisa 11 ).
Ini mengingat tanggung jawab laki-laki yang jauh lebih besar dibanding perempuan.

2. Sebab-sebab seseorang menerima warisan.


a. Sebab hubungan kekeluargaan ( An Nisa 7 ).
b. Sebab pernikahan misalnya suami atau istri.
c. Dengan jalan memerdekakan dari perbudakan.
d. Hubungan Islam, yakni orang Islam yang meninggal dunia bila tidak mempunyai ahli waris maka
harta peninggalannya diserahkan ke Baitul Mal untuk umat Islam.

3. Sebab-sebab tidak menerima harta warisan.


a. Hamba sahaya, seorang hamba tidak dapat menerima bagian harta pusaka dari keluarganya yang
meninggal selama ia masih bersifat hamba ( An Nahl 75 ).
b. Pembunuh, orang yang membunuh keluarganya tidak dapat mewarisi harta keluarga yang
dibunuhnya.
c. Murtad, orang yang keluar dari Islam tidak dapat mewarisi harta keluarganya yang masih
memeluk Islam dan sebaliknya.
d. Orang kafir, orang kafir tidak berhak menerima warisan dari keluarganya yang muslim dan
sebaliknya.

4. Syarat-syarat Mendapatkan Warisan


a. Tidak adanya salah satu penghalang dari penghalang-penghalang untuk mendapatkan warisan.
b. Kematian orang yang diwarisi, walaupun kematian tersebut berdasarkan vonis pengadilan.
Misalnya hakim memutuskan bahwa orang yang hilang itu dianggap telah meninggal dunia.
c. Ahli waris hidup pada saat orang yang memberi warisan meninggal dunia. Jadi, jika seorang
wanita mengandung bayi, kemudian salah seorang anaknya meninggal dunia, maka bayi tersebut
berhak menerima warisan dari saudaranya yang meninggal itu, karena kehidupan janin telah
terwujud pada saat kematian saudaranya terjadi.

5. Harta benda sebelum diwaris.


Sebelum harta dibagi kepada ahli waris, terlebih dahulu ditunaikan beberapa kewajiban yang
ada seperti :
a. Zakat bila harta sudah mencapai nisab dan harta itu belum dizakati.
b. Biaya untuk pengurusan jenazah termasuk biaya perawatan sewaktu sakit.
c. Membayar hutang jika mayat meninggalkan hutang.
d. Membayar wasiat jika mayat mempunyai wasiat. Untuk wasiat ini tidak boleh lebih dari
sepertiga harta peninggalan.

6. Rukun waris.
a. Pewaris, yakni orang yang meninggal dunia, dan ahli warisnya berhak mewarisi harta
peninggalannya.
b. Ahli waris, yaitu mereka yang berhak untuk menerima harta peninggalan mayat.
c. Harta warisan, yaitu sejenis benda atau kepemilikan yang ditinggalkan pewaris.

C. Ahli Waris.
Ditinjau dari segi jenis kelaminnya, ahli waris terdiri laki-laki berjumlah 15 orang dan perempuan
berjumlah 10. Mereka adalah :

1. Ahli Waris Laki-laki.


a. Anak laki-laki.
b. Anak laki-laki dari anak laki-laki ( cucu ) dst ke bawah asal pertaliannya masih terus laki-
laki.
c. Bapak.
d. Kakek ( bapak dari bapak ) dst ke atas.
e. Saudara laki-laki sekandung.
f. Saudara laki-laki sebapak.
g. Saudara laki-laki seibu.
h. Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung.
i. Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak.
j. Paman yang sekandung dengan bapak.
k. Paman yang sebapak dengan bapak.
l. Anak laki-laki paman yang sekandung dengan bapak.
m.Anak laki-laki paman yang sebapak dengan bapak.
n. Suami.
o. Laki-laki yang memerdekakan si pewaris.

Jika lima belas orang ahli waris tersebut semuanya ada, maka yang memperoleh bagian hanya tiga
orang yaitu ayah/bapak, suami, anak lai-laki.

2. Ahli Waris Wanita.


a. Anak perempuan.
b. Anak perempuan dari anak laki-laki ( cucu ) dst ke bawah asal pertaliannya dengan
yang meninggal masih laki-laki.
c. Ibu.
d. Ibu dari bapak ( nenek ) dst ke atas.
e. Ibu dari ibu ( nenek ) dst ke atas.
f. Saudara perempuan sekandung.
g. Saudara perempuan sebapak.
h. Saudara perempuan seibu.
i. Isteri.
j. Perempuan yang memerdekakan mayat.
Jika lima belas orang ahli waris tersebut semuanya ada, maka yang memperoleh bagian hanya
lima orang yaitu : anak perempuan, cucu perempuan ( anak perempuan dari anak laki-laki),
ibu, saudara perempuan sekandung, dan isteri.
Jika ahli waris laki-laki dan perempuan semuanya ada, maka yang memperoleh bagian hanya lima
rang yaitu : anak laki-laki, anak perempuan, ibu, bapak, suami atau isteri.
Ditinjau dari segi ketentuan perolehan bagiannya, ahli waris dibagi menjadi dua golongan yaitu :
Zawil Furud/Furudul muqaddarah dan Ashobah.

1. Ahli Waris Zawil Furud/Furudul Muqaddarah.


Yaitu ahli waris yang bagiannya sudah ditentukan oleh syara’ ( Al Qur’an Hadis ).
Adapun besarnya peroleh antara lain ada yang memperoleh bagian : 1/2, 1/4, 1/8,
1/3, 2/3, 1/6.
1) Mendapat bagian 1/2
a) Suami, jika istri yang meninggal tidak ada anak laki-laki, cucu perempuan atau laki-laki dari
anak laki-laki.
b) Anak perempuan, jika tidak ada saudara laki-laki atau saudara perempuan.
c) Cucu perempun, jika sendirian; tidak ada cucu laki-laki dari anak laki-laki
d) Saudara perempuan sekandung jika sendirian; tidak ada saudara laki-laki, tidak ada bapak,
tidak ada anak atau tidak ada cucu dari anak laki-laki.
e) Saudara perempuan sebapak sendirian; tidak ada saudara laki-laki, tidak ada bapak atau cucu
laki-laki dari anak laki-laki.

2) Mendapat 1/4
a) Suami, jika istri yang meninggal tidak memiliki anak laki-laki atau cucu laki-laki atau perempuan
dari anak laki-laki.
b) Istri, jika suami yang meninggal tidak memiliki anak laki-laki atau cucu laki-laki atau perempuan
dari anak laki-laki.

3) Mendapat 1/8
Yang berhak mendapatkan bagian 1/8 adalah istri, jika suami memiliki anak atau cucu laki-laki atau
perempuan dari anak lakilaki. Jika suami memiliki istri lebih dari satu, maka 1/8 itu dibagi rata di
antara semua istri.

4) Mendapat 2/3
a) Dua anak perempuan atau lebih, jika tidak ada anak laki-laki.
b) Dua cucu perempuan atau lebih dari anak laki-laki, jika tidak ada anak laki-laki atau perempuan
sekandung.
c) Dua saudara perempuan sekandung atau lebih, jika tidak ada saudara perempuan sebapak atau
tidak ada anak laki-laki atau perempuan sekandung atau sebapak.
d) Dua saudara perempuan sebapak atau lebih, jika tidak ada saudara perempuan sekandung, atau
tidak ada anak laki-laki atau perempuan sekandung atau sebapak.

5) Mendapat 1/3
a) Ibu, jika yang meninggal dunia tidak memiliki anak laki-laki, cucu perempuan atau laki-laki dari
anak laki-laki, tidak memiliki dua saudara atau lebih baik laki-laki atau perempuan.
b) Dua saudara seibu atau lebih, baik laki-laki atau perempuan, jika yang meninggal tidak memiliki
bapak, kakek, anak laki-laki, cucu laki-laki atau perempuan dari anak laki-laki.
c) Kakek, jika bersama dua orang saudara kandung laki-laki, atau empat saudara kandung
perempuan, atau seorang saudara kandung laki-laki dan dua orang saudara kandung perempuan.

6) Mendapat 1/6
a) Ibu, jika yang meninggal dunia memiliki anak laki-laki atau cucu laki-laki, saudara laki-laki atau
perempuan lebih dari dua yang sekandung atau sebapak atau seibu.
b) Nenek, jika yang meninggal tidak memiliki ibu dan hanya ia yang mewarisinya. Jika neneknya
lebih dari satu, maka bagiannya dibagi rata.
c) Bapak secara mutlak mendapat 1/6, baik orang yang meninggal memiliki anak atau tidak.
d) Kakek, jika tidak ada bapak.
e) Saudara seibu, baik laki-laki atau perempuan, jika yang meninggal dunia tidak memiliki bapak,
kakek, anak laki-laki, cucu perempuan atau laki-laki dari anak laki-laki.
f ) Cucu perempuan dari anak laki-laki, jika bersama dengan anak perempuan tunggal; tidak ada
saudara laki-laki, tidak ada anak laki-laki paman dari bapak.
g) Saudara perempuan sebapak, jika ada satu saudara perempuan sekandung, tidak memiliki saudara
laki-laki sebapak, tidak ada ibu, tidak ada kakek, tidak ada anak laki-laki.

2. Asabah.
Yaitu ahli waris yang bagiannya tidak ditentukan, tetapi menerima dan menghabiskan sisanya.
Maksudnya jika yang meninggal itu tidak punya ahli waris zawil furud, maka harta itu
diserahkan kepada asabah dan jika jika ada maka diberikan dulu bagian kepadazawil furud
sedang sisanya untuk asabah. Ada beberapa macam asabah yaitu ;
 Asabah Binafsihi, adalah ahli waris yang menjadi asabah secara otomatis tanpa dipengaruhi oleh
ahli waris lain. Mereka adalah ;
a. Anak laki-laki.
b. Cucu laki-laki dari anak laki-laki.
c. Bapak.
d. Kakek ( bapak dari bapak ) dst ke atas.
e. Saudara laki-laki sekandung.
f. Saudara laki-laki sebapak.
g. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung.
h. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak.
i. Paman yang sekandung dengan bapak.
j. Paman yang sebapak dengan bapak.
k. Anak laki-laki paman yang sekandung dengan bapak.
l. Anak laki-laki paman yang sebapak dengan bapak.
m. Laki-laki yang memerdekakan mayat.
 Asabah bighairihi, adalah ahli waris menjadi asabah karena adanya ahli waris lain.
a. Anak perempuan dengan sebab adanya anak laki-laki. Bagian laki-laki 2 kali
dari bagian perempuan.
b. Cucu perempuan dari anak laki-laki dengan sebab adanya cucu laki-laki dari
anak laki-laki. Bagian laki-laki 2 kali dari bagian perempuan.
c. Saudara perempuan sekandung dengan sebab adanya saudara laki-laki sekandung.
d. Saudara perempuan sebapak sebab adanya saudara lakilaki sebapak.

 Asabah ma’a ghairihi, adalah ahli waris menjadi asabah karena bersama dengan ahli
waris lain . Mereka adalah :
a. Saudara perempuan sekandung, apabila bersama anak perempuan atau cucu perempuan dari
anak laki-laki baik seorang atau lebih. Artinya saudara di sini memperoleh bagian berupa
sisanya setelah diambil anak perempuan atau cucu perempuan
b. Saudara perempuan sebapak , apabila bersama anak perempuan atau cucu perempuan dari
anak laki-laki baik seorang atau lebih.

D. Hijab /penghalang.
Adalah ahli waris yang lebih dekat dapat menghalangi ahli waris yang lebih jauh sehingga ahli
waris yang lebih jauh tidak mendapat bagian, atau jika mendapatkan bagiannya menjadi berkurang.
Ada dua macam hijab yaitu :
1. Hijab hirman, adalah hijab yang menyebabkan ahli waris kehilangan haknya mendapat bagian
karena terhalang oleh ahli waris yang lebih dekat. Contoh , kakek terhalang mendapat warisan
karena adanya ayah.
2. Hijab nuqsan, adalah hijab yang dapat mengurangi bagian ahli waris yang lebih jauh. Contoh
Suami mendapat 1/2 jika mayat tidak punya anak., karena mayat punya anak, maka bagian suami
berkurang menjadi 1/4.

E. Perhitungan
Setelah harta peninggalan digunakan untuk memenuhi hal-hal yang harus dibayarkan , maka
langkah yang harus ditempuh selanjutnya adalah :
1. Menentukan ahli waris laki-laki dan perempuan.
2. Menentukan siapa yang zawil furud dan siapa yang asabah.
3. Menentukan ahli waris yang bagiannya berkurang karena adanya hijab nuqsan.
4. Menentukan ahli waris yang sama sekali tidak memperoleh karena adanya hijab hirman.
5. Menentukan apakah ahli waris terdiri dari zawil furud saja, asabah saja atau campuran.
Jika hanya zawil furud maka harta dibagikan sesuai ketentuan, jika hanya asabah maka langsung
diberikan pada mereka. Jika campuran, maka mula-mula harta dibagikan kepada zawil furud dan
sisanya diberikan pada asabah.
Dalam Faraid, bagian ahli waris yang tertentu ada enam macam yaitu 1/2, 1/4, 1/8, 2/3, 1/3 dan
1/6. Dalam perhitungan maka harus disamakan penyebutnya dengan men-
cari KPT nya. Dalam faraid KPT disebut asal masalah dan hanya terbatas 7 macam
saja yaitu 2,3,4,6,8,12,24.
Contoh soal ;
Serang meninggal dengan ahli waris bapak, ibu, suami ,1 anak laki-laki. Harta Rp. 18.000.000,-.
Hitunglah bagian masing-masing!

Jawab :

Diket - harta Rp. 18.000.000,-


- ahli waris bapak ( 1/6 ), ibu ( 1/6 ), suami ( 1/4 ), anak ( asabah ).
- KPT/asal masalah 12
Jadi :
- bapak 2/12 X Rp. 18.000.000,- = Rp. 3.000.000,-
- ibu 2/2 X Rp. 18.000.000,- = Rp. 3.000.000,-
- suami 3/12 X Rp. 18.000.000,- = Rp. 4.500.000,-
- anak 5/12 X Rp. 18.000.000,- = Rp. 7.500.000,-
Kesimpulan perbandingan perolehan adalah 2 : 2 : 3 : 5.

F. Hikmah Mawaris.
1. Untuk menunjukkan ketaatan kita pada Allah SWT.
2. Untuk mengharmoniskan hubungan antar kerabat.
3. Untuk menegakkan keadilan.
4. Untuk tidak menyengsarakan keluarga yang ditinggal.
5. Untuk kemaslahatan masyarakat.

G. Sikap dan perilaku mulia yang harus kita kembangkan sebagai implementasi dari penerapan hukum
mawaris antara lain seperti berikut ini.
1. Meyakini bahwa hukum waris merupakan ketetapan Allah Swt. yang paling lengkap dijelaskan
oleh al-Qur'an dan hadis Nabi;enerapkan Perilaku Mulia
2. Hukum untuk mempelajari ilmu waris adalah fardzu kifayah, karena itu setiap muslim harus ada
yang mempelajarinya.
3. Meninggalkan keturunan dalam keadaan berkecukupan lebih baik dari pada meninggalkannya
dalam keadaan miskin, karena Islam memerintahkan,”Berikanlah sesuatu hak kepada orang
yang memiliki hak itu”(¦R.al-Khamsah,kecuali an-Nasai);
4. Seseorang sebelum meninggal sebaiknya berwasiat, yaitu pesan seseorang ketika masih hidup
agar hartanya disampaikan kepada orang tertentu atau tujuan lain, yang harus dilaksanakan
setelah orang yang berwasiat itu meninggal (Q.S.an-Nisa'/4:11);
5. Ayat-ayat al-Qur'an dalam menjelaskan pembagian harta kepada ahli waris menempatkan urutan
kewarisan secara sistimatis didasarkan atas jauh dekatnya seseorang kepada si mayit yang
meninggalkan harta warisan. Oleh karena itu, dalam menentukan ahli waris harus sesuai
ketetapan hukum waris yaitu dimulai dari anak-anak yang dikategorikan sebagai keturunan
langsung, kemudian kedua orangtua mayit (leluhur) dan terakhir kepada saudarasaudara yang
dikelompokkan sisi dan ditambah dengan suami/isteri dari yang meninggal.
6. Berhukum dengan hukum waris Islam merupakan suatu kewajiban, karena setiap pribadi, apakah
dia laki-laki atau perempuan dari ahli waris, berhak memiliki harta benda hasil peninggalan
sesuai ketentuan syariat Islam secara adil.

H. Evaluasi

1. Sebutkan pengertian mawaris!


2. Sebutkan sebab-sebab seorang dapat menerima harta pusaka !
3. Sebutkan sebab-sebab seorang tidak menerima harta pusaka !
4. Hal-hal apa sajakah yang harus didahulukan sebelum harta warisan dibagikan !
5. Sebutkan beberapa ahli waris jika ditinjau dari jenis kelaminnya !
6. Apakah yang dimaksud dengan ahli waris zawil furud, asabah? Jelaskan !
7. Hijab ada dua macam. Sebut dan jelaskan beserta contohnya !
8. Seorang meninggal dengan ahli waris istri, cucu perempuan, dan ibu . Harta warisan se-
besar Rp. 28.800.000,-. Hitunglah bagian masing-masing !
9. Sebutkan hikmah mawaris !

Anda mungkin juga menyukai