Anda di halaman 1dari 9

Nama: Fariz Qasthari

NIM: 41032102191070
Kelas/Semester: A3/3
KITAB FARRAID
(PEMBAGIAN HARTA PUSAKA)

Dalam Al-Qur’an telah dijelaskan jenis harta yang dilarang mengambilnya dan jenis harta yang
boleh diambil dengan jalan yang baik, di antara harta yang halal (boleh) diambil ialah harta
pusaka. Hak yang wajib didahulukan dari pembagian harta pusaka kepada ahli waris:
1. Yang terutama adalah hak yang bersangkutan dengan harta itu, seperti zakat dan
sewanya.
2. Biaya untuk mengurus mayat, seperti harta kafan, upah menggali tanah kubur, dan
sebagainya.
3. Utang.
4. Wasiat.
5. Sesudah dibayar semua hak yang tersebut di atas, barulah harta peninggalan si mayat itu
dibagi kepada ahli waris menurut pembagian yang telah ditetapkan oleh Allah dalam
kitab-Nya yang suci.

Sebab-sebab mendapat pusaka sebagai berikut:


1. Keturunan.
2. Anak angkat.
3. Perjanjian sumpah.

Sebab-sebab pusaka-mempusakai ada empat:


1. Kekeluargaan.
2. Perkawinan.
3. Dengan jalan memerdekakan dari perbudakan.
4. Hubungsn islam.

Orang-orang yag boleh (mungkin) mendapatkan pusaka (ahli waris) dari seseorang yang
meninggal dunia ada 25 orang. 15 orang dari pihak laki-laki dan 10 orang dari pihak perempuan:
- Dari pihak laki-laki
1. Anak laki-laki.
2. Cucu laki laki dari pihak laki-laki dan terus ke bawah, asal pertaliannya masih laki-laki.
3. Bapak.
4. Kakek dari pihak bapak, dan terus ke atas pertalian yang belum putus dari pihak bapk.
5. Saudara laki-laki seibu sebapak.
6. Saudara laki-laki sebapak saja.
7. Saudara laki-laki seibu saja.
8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki yang seibu sebapak.
9. Anak laki-laki dari saudara laki-laki yang sebapak saja.
10. Saudara laki-laki bapak (paman) dari pihak bapak yang seibu sebapak.
11. Saudara laki-laki bapak yang sebapak saja.
12. Anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki (paman) yang seibu sebapak.
13. Anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki (paman) yang sebapak saja.
14. Suami.
15. Laki-laki yang memerdekakannya (mayat).

Jika 15 orang tersebut di atas semua ada, maka yang mendapatkan harta pusaka dari mereka
itu hanya 3 orang saja, yaitu:
a. Bapak.
b. Anak laki-laki.
c. Suami.

- Dari pihak perempuan


1. Anak perempuan.
2. Anak perempuan dari anak laki-laki dan seterusnya ke bawah, asal pertaliannya dengan
yang meninggal masih terus laki-laki.
3. Ibu.
4. Ibu dari bapak.
5. Ibu dari ibu terus ke atas pihak ibu sebelum berselang laki-laki.
6. Saudara perempuan yang seibu sebapak.
7. Saudara perempuan yang sebapak.
8. Saudara perempuan yang seibu.
9. Istri.
10. Perempuan yang memerdekakan si mayat.

Jika 10 orang tersebut di atas ada semuanya, maka yang dapat mewarisi dari mereka itu
hanya 5 orang saja, yaitu:
a. Istri.
b. Anak perempuan.
c. Anak perempuan dari laki-laki.
d. Ibu.
e. Saudara perempuan yang seibu sebapak.
Sekiranya 25 orang tersebut di atas dari pihak laki-laki dan dari pihak perempuan semuanya ada,
maka yang pasti mendapatkan hanya salah seorang dari dua suami istri, ibu dan bapak, anak laki-
laki dan anak perempuan.
Anak yang berada di dalam kandungan ibunya juga mendapat pusaka dari keluarganya
yang meninggal dunia sewaktu dia mash berada di dalam kandungan ibunya.
Sebab yang menghalangi mendapatkan pusaka dari keluarga mereka yang meninggal:
1. Hamba.
2. Pebunuh.
3. Murtad.
4. Orang yang tidak memeluk agama islam (kafir), dan tidak berhak pula menerima pusaka
dari keluarganya yang kafir.
Orang yang berhak menghabiskan semua harta atau semua sisa harta itu diatur menurut
susunan yang tertera di bawah ini:
1. Anak laki-laki.
2. Cucu laki-laki.
3. Bapak.
4. Kakek dari pihak bapak.
5. Saudara laki-laki seibu sebapak.
6. Saudara laki-laki sebapak.
7. Anak laki-laki dari saudara laki-laki yang sebapak.
8. Anak laki-laki dari saudara dari saudara laki-laki yang sebpak.
9. Paman dari pihak bapak yang seibu sebapak kemudian yang sebapak.
10. Anak laki-laki dari paman pihak bapak tadi.
11. Orang yang memerdekakannya (memerdekakan mayat)
Jika anak laki-laki bersama anak perempuan, maka keduanya bersama-sama mengambil
semua harta atau semua sisa dari ketentuan yang ada. Pembagian antara keduanya adalah: bagian
untuk tiap-tiap laki-laki yaitu dua kali bagian tiap-tiap perempuan.
Sebagaimana telah diterangkan tadi, orang-orang yang berhak mengambil semua harta
atau semua sisa ada sepuluh orang, semua laki-laki, kecuali perempuan yang memerdekakan.
Perempuan juga mungkin ikut menghabiskan semua harta kalua bersama-sama dengan
saudaranya yang laki-laki. Empat orang dari laki-laki yang sepuluh tadi dapat menarik saudara
perempuan masing-masing untuk bersama-sama mengambil semua harta atau semua sisa harta,
yaitu:
1. Anak laki-laki, dapat menarik saudara yang perempuan untuk mengambil semua harta,
atau semua sisa dari ketentuan yang ada.
2. Anak laki-laki dari anak laki-laki juga dapat menarik saudaranya yang perempuan untuk
bersama mengambil semua harta atau semua sisa dari ketentuan yang ada.
3. Saudara laki-laki seibu sebapak juga dapat memebawa saudara yang perempuan untuk
turut mengambil semua harta atau semua sisanya.
4. Saudara laki-laki sebapak dapat membawa saudaranya yang perempuan guna bersama-
sama mengambil semua harta atau semua sisanya.
Cara pembagian harta, pusaka antara dua orang bersaudara ini (laki-laki) dan perempuan)
hendaklah tiap laki-laki mendapatkan dua kali dari bagian tiap-tiap perempuan. Umpamanya
anak perempuan hanya seorang, maka pusaka si bapak ini hendaklah dibagi tiga bagian, dua
bagian (dua pertiga) untuk anak laki-laki dan satu bagian (satu pertiga) untuk anak, perempuan.
Kalua anak laki-laki hanya seorang dan anak perempuan ada dua orang, harta pusaka hendaklah
bagi empat, dua bagian (dua perempat) untuk anak laki-laki, dan tiap perempuan mengambil satu
bagian (satu perempat).

Yang mendapat setengah harta


1. Anak perrempuan, apabila ia hanya sendiri,tidak bersama-sama saudranya.
2. Anak perempuan dari anak laki-laki, apabila tidak ada anak perempuan.
3. Saudara perempuan yang seibu sebapak atau sebapak saja, apabila saudara perempuan
seibu sebapak tidak ada dan ia seorang saja.
4. Suami, apabila istrinya yang meninggal dunia itu tidak meninggalkan anak dan tidak pula
ada anak dari anak laki-laki, baik laki-laki maupun perempuan.

Yang mendapatkan seperempat harta


1. Suami, apabila istrinya yang meninggal dunia itu meninggalkan anak, baik laki-laki
maupun perempuan.
2. Istri, baik hanya satu orang ataupun berbilang, jika suami tersebut tidak meninggalkan
anak baik laki-laki maupun perempuan. Maka apabila istri itu berbilang, seperempat itu
dibagi rata antara mereka.

Yang mendapatkan seperdelapan harta


Istri, baik satu ataupun berbilang, mendapatkan pusaka dari suaminya seperdelapan dari harta
kalua suaminya yang meninggal dunia itu meninggalkan anak laki-laki maupun perempuan dan
cucu laki-laki ataupun perempuan.

Yang mendapat dua pertiga


1. Dua orang anak perempuan atau lebih, dengan syarat apabila tidak anak laki-laki.
2. Dua orang anak perempuan atau lebih dari anak laki-laki. Apabila anak perempuan tidak
ada, berarti anak perempuan dari anak laki-laki tersebut yang berbilang itu, mereka
mendapatkan pusaka dari kakek mereka sebanyak dua pertiga dari harta.
3. Saudra perempuan yang seibu sebapak apabila berbilang (dua atau lebih).
4. Saudara perempuan yang sebapak, dua orang atau lebih.

Yang mendapat sepertiga


1. Ibu, apabila yang meninggal tidak meninggalkan anak atau cucu, dan tidak pula
meninggalkan dua orang.
2. Dua orang saudara atau lebih dai saudara yang seibu, baik laki-laki maupun perempuan.

Yang mendapat seperempat


1. Ibu, apabila ia berserta anak, cucu, atau beserta dua saudara atau lebih, baik saudara laki-
laki maupun perempuan, seibu sebapak atau seibu saja.
2. Bapak si mayat,
3. Nenek (ibu dari ibu atau ibu dari bapak) kalu itu tidak ada.
4. Cucu perempuan dari pihak anak laki-laki (anak perempuan dari anak laki-laki).
5. Kakek, apabila beserta anak atau cucu, sedangkan bapak tidak ada.
6. Untuk seorang saudaa yang seibu, baik laki-laki maupun perempuan.
7. Saudara perempuan yang sebpak saja, baik sendiri atau berbilang, apabila beserta saudara
yang seibu sebapak.

Bagian kakek beserta saudara


Cara pembagian pusaka antara mereka tidak mendapat kepastian dari Al-Qur’an ataupun
hadist. Oleh karena itu, para sahabat dan para imam berbeda-beda pendapat, alasan yang seorang
tidak dapat memuaskan yang lain.
Cara yang pertama:
1. Dibagi rata.
2. Mengambil sepertiga dari harta.
Cara yang kedua:
1. Bagi rata.
2. Seperenam dari harta
3. Sepertiga dari sisa.

Orang-orang diatas semua tetep mendapatkan pusaka menurut ketentuan-ketentuan yang


telah disebutkan, kecuali apabila ada ahli waris yang lebih dekat pertaliannya kepada si mayat
daripada mereka. Di bawah ini akan diterangkan orang-orang yang tidak mendapatkan pusaka,
atau bagiannya menjadi kurang karena ada yang lebih dekat pertaliannya kepada si mayat
daripada mereka.
1. Nenek (ibu dari ibu atau dari bapak)
2. Saudara seibu, tidak mendapat pusaka karena adanya orang-orang yang disebut dibawah
ini:
a. Anak, baik laki-laki maupun perempuan.
b. Anak dari laki-laki, baik laki-laki maupun perempuan.
c. Bapak.
d. Kakek.

3. Saudara sebapak tidak mendapatkan pusaka dengan adanya salah seorang dari empat
orang berikut:
a. Bapak.
b. Anak laki-laki.
c. Cucu laki-laki.
d. Saudara laki-laki yang seibu sebapak.

Tiga tingkat laki-laki berikut ini mendapat pusaka, tetapi saudara perempuan mereka tidak
mendapat pusaka :
1. Saudara laki-laki bapak ( paman dari pihak bapak) mendapat pusaka, tetapi saudara
perempuan bapak (bibi) tidak mendapat pusaka.
2. Anak laki-laki saudara bapak yang laki-laki ( anak laki-laki paman dari pihak bapak )
mendapat pusaka, tetapi anak perempuan tidak mendapat pusaka.
3. Anak laki-laki saudara laki-laki mendapat pusaka tetapi anak perempuannya tidak mendapat
pusaka.

Kaidah berhitung
Telah kita terangkan pula bahwa orang yang mendapat pusaka itu ada yang dapat
menghabis kan semua harta atau semua sisa, ada pula yang hanya mendapat ketentuan saja
ketentuan itu ada 6, yaitu 2/3, 1/2, 1/3, 1/4, 1/6, dan 1/8.

Kaidah
1. Jika hanya ada ahli waris yang dapat menghabiskan harta saja tidak ada yang mendapat
ketentuan, maka harta pusaka dibagi rata antara mereka menurut jumlah kepala, hanya
untuk tiap laki-laki dua kali sebanyak bagian tiap-tiap perempuan.
2. Jika ahli waris adalah orang yang mendapat ketentuan, sedangkan dia hanya sendiri saja,
maka dia mendapat sebanyak ketentuannya saja.
3. Jika ahli waris yang mendapat ketentuan itu terbilang dua atau lebih maka hendaklah
dilihat penyebut- penyebut ketentuan satu persatu nya.

'Aulu
'Aulu artinya jumlah beberapa ketentuan lebih banyak daripada satu bilangan, atau berarti
jumlah pembilang dari beberapa ketentuan lebih banyak daripada kelipatan persekutuan terkecil
dari penyebut-penyebutnya.
'Aulu ini dijalankan berdasarkan hasil ijtihad para sahabat, sebab pada masa rasulullah
saw hal ini belum pernah terjadi. Mula-mula terjadi 'aulu di masa khalifah kedua (Umar bin
Khattab) beliau menerima pengaduan dari keluarga seseorang yang baru meninggal dunia.

Pembagian sisa harta


Apabila hanya ada ahli waris yang mendapat ketentuan saja, berarti tidak ada yang dapat
menghabiskan semua harta atau semua sisa, sedangkan sesudah kadar ketentuan diberikan, harta
masih ada sisanya. Sisa ini hendaklah dibagi kembali kepada ahli waris yang ada itu.

Kaidah
Untuk membagi kembali sisa ini perlu memakai kaidah yang mudah agar sesuai dengan
kehendak agama serta mudah menjalankannya dengan seadil-adilnya.
1. Apabila yang mendapat pembagian kembali hanya seorang saja umpamanya ahli waris
hanya ibu saja maka semua harta pusaka hendaklah diberikan kepadanya.
2. Apabila yang mendapat pembagian kembali itu berbilang , dua atau lebih, sedangkan
derajat(tingkat) mereka sama, misalnya beberapa saudara seibu, maka harta hendaklah
dibagi rata diantara mereka; berarti dengan jalan ketentuan dan pembagian sisa.
3. Kalau yang mendapat pembagian sisa itu berbilang, sedangkan derajat mereka tidak sama
hendaklah diambil jumlah ketentuan mereka satu per satu nya.

Peringatan
Kalau di antara ahli waris ada salah seorang dari suami atau istri itu hendaklah dikeluarkan lebih
dahulu, kemudian sisanya dibagi antara ahli waris yang berhak mengambil sisa karena suami
atau istri tidak diizinkan mengambil lagi yang lebih dari ketentuan masing-masing.

Pusaka Rahim
Yang dimaksud dengan "rahim" ialah keluarga yang tidak mewarisi sebagaimana yang tersebut
diatas tentang ahli waris. Pembagian terhadap rahim ada dua cara :
1. Apabila rahim hanya seorang saja, harta pusaka semua atau sisa salah seorang suami atau
istri dibagikan kepadanya.
2. Apabila rahim itu beri bilang dua atau lebih maka pendapat ulama terbagi atas dua bagian :
-Tiap-tiap rahim ditempatkan ke tempat asalnya yang mewarisi siapa yang asalnya lebih
dahulu mendapat waris, dialah yang diberi pusaka, walaupun dia lebih jauh pertalian nya
dengan si mayat.
-Diidahulukan yang dekat pertaliannya dengan si mayat.
Wasiat
Wasiat ialah pesan tentang suatu kebaikan yang akan dijalankan sesudah seseorang
meninggal dunia. Hukum wasiat adalah sunat.

Rukun wasiat
1. Ada orang yang berwasiat, hendaklah bersifat mukallaf dan berhak berbuat kebaikan
serta dengan kehendaknya sendiri.
2. Ada yang menerima wasiat (mausilah). keadaannya hendaklah dengan jalan yang
bukan maksiat.
3. Sesuatu yang di wasiatkan. Disyaratkan dapat berpindah milik dari seorang kepada
orang lain.
4. Lafaz (kalimat) wasiat, yaitu kalimat yang dapat dipahami untuk wasiat. sebanyak
banyak wasiat adalah sepertiga dari harta tidak boleh lebih kecuali apabila diizinkan
oleh semua ahli waris sesudah orang yang berkhasiat itu meninggal.

Wasiat hanya ditujukan kepada orang yang bukan ahli waris. Adapun kepada ahli waris,
wasiat tidak sah, kecuali apabila di ridhokan oleh semua ahli waris yang lain sesudah
meninggalnya yang berwasiat. Agar terjamin nya ke beresan wasiat di kemudian hari maka
sewaktu berwasiat hendaklah di persaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 orang yang adil.
Syarat orang yang diserahi menjalankan wasiat yang akhir ini ada enam, yaitu :
1. Beragama islam, berarti orang yang akan menjalankan wasiat itu hendaklah orang
islam
2. Sudah balig (sampai umur)
3. Orang yang berakal
4. Orang yang merdeka (bukan hamba sahaya)
5. Amanah (dapat dipercaya)
6. Cakap untuk menjalankan sebagaimana yang dikehendaki oleh yang bewasiat.

Disyaratkannya beberapa syarat tersebut ialah karena penyerahan itu adalah penyerahan
tanggung jawab. Oleh karena itu, orang yang di serahi itu apabila merasa bahwa sifat-sifat yang
menjadi syarat tadi cukup ada pada dirinya serta dia merasa sanggup menjalankannya, hendaklah
ia terima wasiat itu.

Anda mungkin juga menyukai