Anda di halaman 1dari 17

MAWARIS

AZIZAH
FATIMAH
Pengertian Mawaris
Mawaris adalah berpindahnya hak kepemilikan dari orang
yang meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup,
baik yang ditinggalkan itu berupa harta (uang), tanah, atau
apa saja yang berupa hak milik yang legal secara syar’i.
Jadi yang dimaksudkan dengan mawaris dalam hukum
Islam adalah pemindahan hak milik dari seseorang yang
telah meninggal kepada ahli waris yang masih hidup
sesuai dengan ketentuan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah
ayat 180.
Tujuan Mawaris
Penetapan bagian-bagian warisan dan yang berhak menerima
secara rinci dan jelas, bertujuan agar tidak terjadinya
perselisihan dan pertikan antara ahli waris. Karena dengan
ketentuan-ketentuan tersebut, masing-masing ahli waris harus
mengikuti ketentuan syariat dan tidak bisa mengikuti
kehendak dan keinginan masing-masing.
Baik laki-laki maupun perempuan mendapat bagian warisan
(yang pada masa jahiliyah hanya laki-laki yang berhak) sebagai
upaya mewujudkan pembagian kewarisan yang berkeadilan
berimbang. Dalam artian masing-masing berhak menerima
warisan sesuai dengan porposi beban dan tanggung jawabnya.
Rukun mawaris
Al-Muwarrits ‫ث‬
( ‫ َو ِّر‬//‫ا‬
‫) ل ُم‬
Al-muarrist (pewaris) adalah orang yang meninggal dunia dan
meninggalkan harta warisan.Bagi seorang pewaris terdapat
ketentuan bahwa harta yang yang ditinggalkan miliknya dengan
sempurna, baik menurut kenyataan maupun menurut hukum.
Al-warits (ahli waris)
Orang yang akan menerima harta warisan dari pewaris disebabkan
mempunyai hak-hak untuk menerima warisan. Seperti keluarga, namun
tidak semua keluarga dari pewaris dinamakan ahli waris.Begitu pula
orang yang berhak menerima warisan mungkin saja diluar ahli waris.
Harta warits ‫ث‬( ‫ ْورُو‬//‫ا‬
‫) ل َم‬
Menurut hukum islam, mauruts (harta waris) adalah harta benda yang
ditinggalkan oleh si mati yang akan di warisi oleh para ahli waris setelah
diambil untuk biaya-biaya perawatan, melunasi hutang dan
melaksanakan wasiat.
Syarat-syarat Kewarisan
Meninggalnya seseorang(pewaris) baik secara hakiki
maupun secara hukum(misalnya di anggap telah
meninggal).
Adanya ahli waris yang hidup secara hakiki pada
waktu pewaris meninggal dunia.
Seluruh ahli waris di ketahui secara pasti, termasuk
jumlah bagian masing-masing.
Hak yang didahulukan sebelum pembagian
harta waris
Zakat dan sewanya
Hak ini hendaklah diambil lebih dahulu dari jumlah harta sebelum dibagi-
bagi kepada ahli waris
Perlengkapan mengurus mayat
Belanja untuk mengurus mayat, seperti harga kafan,upah mengali tanha
kubur,dan sebagainya. Sesudah diselesaikan hak yang pertama tadi, baru
sisanya dipergunakan untuk mengurus mayat.
Hutang
Kalau mayat meninggalkan utang, utang itu hendaklah dibayar dari harta
peninggalannya sebelum dibagi untuk ahli waris.
 Wasiat
Apabila mayat mempunyai wasiat yang banyaknya tidak lebih dari sepertiga
harta peninggalannya, wasiat itu hendaklah dibayar dari harta peninggalannya
sebelum dibagi.
Sesudah semua hak terlaksanakan barulah harta dibagikan sesuai dengan
yang sudah Allah tentukan dalam Al-Quran.
Ahli waris
Orang – orang yang boleh (mungkin) mendapat waris
dari seseorang yang telah meninggal dunia ada 25
orang. 15 orang dari pihak laki-laki dan 10 orang dari
pihak perempuan.
Dari pihak laki-laki
Anak laki-laki dari yang meninggal. Anak laki-laki dari saudar laki-laki
2. Anak laki-laki dari anak laki- yang sebapak saja.
laki(cucu) dari pihak anak laki-laki, 10. Saudara laki-laki bapak(paman)
dan terus ke bawah asal pertaliannya dari pihak bapak yang seibu-sebapak
masih terus laki-laki. 11. Saudara laki-laki yang sebapak
3. Bapak dari yang meninggal. saja.
4. Datuk (kakek) dari pihak bapak, 12. Anak laki-laki saudara bapak yang
dan terus ke atas pertalian yang laki-laki (paman) yang seibu-sebapak
belum diputus dari pihak bapak. 13. Anak laki-laki saudara bapak yang
5. Saudara laki-laki seibu sebapa. laki-laki(paman) yang sebapa saja
6. Saudara laki-laki sebapak saja 14. Suami
7. Saudara laki-laki seibu saja 15. Laki-laki yang memerdekakan
8. Anak laki-laki dari saudara laki- mayat.
laki yang seibu-sebapak
Dari pihak perempuan
Anak perempuan Sauradara perempuan
2. Anak perempuan dari yang seibu-sebapa
anak laki-laki dan seterusnya 7. Saudar perempuan
ke bawah, asal pertaliannya
dengan yang meninggal yang sebapak.
masih terus laki-laki. 8. Saudar perempuan
3. Ibu yang seibu.
4. Ibu dari bapak 9. Istri
5. Ibu dari ibu terus ke 10. Perempuan yang
atas pihak ibu sebelum
memerdekakan mayat.
berselang laki-laki
Sebab-sebab tidak mendapat waris
Hamba
Seorang hamba tidak mendapat waris dari sekalian kelurganya yang meninggal
dunia selama dia masih bersifat hamba.
2. Pembunuh
Orang yang membunuh keluarganya tidak mendapat waris dari keluarganya
yang dibunuhnya itu.
3. Murtad
Orang yang keluar dari agama Islam tidak mendapatkan harta waris dari
keluarganya yang masih memeluk agama Islam, dan sebaliknya keluarganya
yang masih memeluk agama Islam tidak dapat mewarisi hartanya.
4. Berbeda agama
orang yang tidak memeluk agama Islam (kafir yang berupa apapun
kekafirannya)tidak berhak menerima waris dari keluarganya yang memeluk
agama islam. Begitu pula sebaliknya.
Furuhul Muaddarah
(ketentuan kadar masing-masing)
Yang mendapat setengah harta
1. anak perempuan apabila ia hanya sendiri tidak
bersama saudaranya
2. anak perempuan dari anak laki-laki, apabila tidak
ada anak perempuan.
3. Saudara perempuan yang seibu-sebapa atau sebapa
saja, apabila saudara perempuan seibu-sebapa tidak
ada dan ia hanya seorang saja.
4. Suami, apabila istrinya yang meninggal dunia itu
tidak memiliki dan tidak pula ada anak dari anak
laik-laki, baik laki-laki maupun perempuan
Yang mendapat seperempat harta
Suami, apabila istri yang meninggal itu memiliki anak,
baik anak laki-laki maupun perempuan atau
meninggalkan anak dari anak laki-laki, baik laki-laki
maupun perempuan.
Istri, baik istri seorang atau berbilang, mendapat
seperempat dari harta peninggalan suami, jika suami
tidak meninggalkan anak (baik anak laki-laki maupun
perempuan) dan tidak pula anak dari anak laki-laki
(baik laki-laki maupun perempuan). Maka sekiranya
istri itu berbilang, seperempat itu dibagi rata antara
mereka.
Yang mendapat seperdelapan harta
Istri, baik satu ataupun berbilang, mendapat pusaka
dari suaminya seperdelapan dari harta kalau suaminya
yang meninggal dunia itu ada meninggalkan anak,
baik anak laki-laki maupun anak perempuan, atau
anak dari anak laki-laki, juga baik laki-laki maupun
perempuan.
Yang mendapat dua pertiga
. Dua orang anak perempuan atau lebih, dengan syarat apabila tidak
ada anak laki-laki, berarti apabila anak perempuan berbilang
sedangkan anak laki-laki tidak ada, maka mereka mendapat dua pertiga
dari harta yang ditinggalkan oleh bapak mereka.
2. Untuk dua orang anak perempuan atau lebih dari anak laki-laki,
apabila anak perempuan tidak ada, berarti anak perempuan dari anak
laki-laki kalau berbilang sedang anak perempuan tidak ada mereka
mendapat pusaka dari datuk mereka sebanyak dua pertiga dari harta,
beralasan qias, yaitu diqiaskan dengan anak perempuan karena hukum
cucu (anak dari anak laki-laki) dalam beberapa perkara, seperti hukum
anak sejati.
3. Orang yang mendapat bagian dua pertiga juga ialah saudara
perempuan yang seibu-sebapak apabila berbilang (dua atau lebih).
4. Untuk saudara perempuan yang sebapak dua orang atau lebih
mendapatkan dua pertiga bagian.
Yang mendapat sepertiga
. Mendapat sepertiga dari harta apabila yang
meninggal tidak meninggalkan anak atau cucu (anak
dari anak laki-laki), dan tidak pula meninggalkan dua
orang saudara, baik laki-laki maupun perempuan,
baik seibu-sebapak, ataupun sebapak saja, atau seibu
saja.
2. Yang mendapat sepertiga harta juga ialah dua
orang saudara atau lebih dari saudara yang seibu, baik
laki-laki maupun perempuan
Yang mendapat seperenam
. Ibu mendapat seperenam dari harta yang ditinggalkan oleh anaknya apabila ia
beserta anak, beserta anak dari anak laki-laki, atau beserta dua saudara atau lebih,
baik saudara laki-laki ataupun saudara perempuan, seibu-sebapak, sebapak saja, atau
seibu saja.
2. Bapak si mayat mendapat seperenam dari harta apabila yang meninggal
mempunyai anak atau anak dari anak laki-laki.
3. Nenek (ibu dari ibu atau ibu dari bapak) mendapat seperenam dari harta kalau
ibu tidak ada.
4. Cucu perempuan dari pihak anak laki-laki, berarti anak perempuan dari anak
laki-laki, mendapat seperenam dari harta, baik sendiri atau berbilang, apabila
bersama-sama seorang anak perempuan. Tetapi apabila anak perempuan berbilang,
maka cucu perempuan tadi tidak mendapat pusaka.
5. Datuk (bapak dari bapak) mendapat pusaka seperenam harta apabila beserta
anak atau anak dari anak laki-laki, sedangkan bapak tidak ada.
6. Untuk seorang saudara yang seibu, baik laki-laki maupun perempuan.
7. Saudara perempuan yang sebapak saja, baik sendiri atau berbilang, apabila
beserta saudara perempuan yang seibu-sebapak. Adapun apabila berbilang saudara
seibu-sebapak (dua atau lebih), maka saudara sebapak tidak mendapat pusaka.

Anda mungkin juga menyukai