Anda di halaman 1dari 2

PPH Pasal 15

1. Kegiatan usaha yang terkena PPh Pasal 15


 Perusahaan Pelayaran Atau Penerbangan Internasional
 Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri
 Perusahaan Penerbangan Dalam Negeri
 Perusahaan Asuransi Luar Negeri
 Perusahaan Pengeboran Minyak, Gas dan Panas Bumi
 Perusahaan Dagang Asing
 Perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun-guna-serah atau BOT (build,
operate, and transfer
2. Objek Pajak
Seluruh penghasilan yang diterima atau diperolehnya baik dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia. Oleh karena itu penghasilan yang menjadi Objek pengenaan PPh meliputi
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari pengangkutan orang dan/atau
barang, termasuk penghasilan penyewaan kapal yang dilakukan dari :
 Pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan lainnya di Indonesia;
 Pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar Indonesia;
 Pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan di Indonesia; dan
 Pelabuhan di luar Indonesia ke pelabuhan lainnya di luar Indonesia.
3. Tarif dasar pengenaan PPh Pasal 15 berdasarkan UU pajak penghasilan
 Tarif Pelayaran Dalam Negeri :
 PPh terutang = 30 % x Norma Penghitungan Penghasilan Netto.
 Norma Penghitungan Penghasilan Netto = 4% x Peredaran Bruto
 Sehingga tarif efektif PPh terutang = 30% x 4% x Peredaran Bruto = 1,2% x Peredaran
Bruto dan bersifat final.
 Tarif Penerbangan Dalam Negeri
 PPh terutang = 30% x norma Penghitungan Penghasilan Netto.
 Norma Penghitungan Penghasilan Netto = 6% x Peredaran Bruto
 Sehingga tarif efektif PPh Terutang = 1,8 % x Peredaran Bruto (1,8% berasal dari 6% x
30%)
 Pelunasan PPh sebesar 1,8% ini merupakan pembayaran PPh Pasal 23 yang dapat
dikreditkan terhadap PPh yang terutang dalam SPT Tahunan PPh untuk tahun pajak
yang bersangkutan.
4. Perhitungan PPh pasal 15 sesuai UU pajak penghasilan
4.1 Contoh kasus pelayaran dalam negeri 1
4.2 Contoh kasus pelayaran dalam negeri 2
5. Pembayaran pajak
6. Cara pembayaran
 Penghasilan diperoleh berdasarkan perjanjian charter, maka pihak yang
membayar/mencharter wajib Melakukan pemotongan pada saat pembayaran atau
terutang, memberikan bukti potong, menyetorkan paling lambat tgl 10 bln berikutnya dan
melaporkan SPT Masa PPh Pasal 15 paling lambat tanggal 20 bln berikutnya. (angka 5 huruf
a SE32/PJ.4/1996)
 Penghasilan selain berdasarkan perjanjian charter, maka Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran
dan/atau Penerbangan luar Negeri Wajib Menyetor sendiri paling lambat tanggal 15 bln
berikutnya dan melaporkan SPT Masa PPh Pasal 15 paling lambat tanggal 20 bln berikutnya
(angka 5 huruf b SE32/PJ.4/1996)
7. Pelaporan SPT Masa PPh 15

Anda mungkin juga menyukai