Anda di halaman 1dari 5

Manajemen Pajak atas

PPH Pasal 4 ayat 2 dan PPH Pasal 15

Nama Kelompok : Kelompok 3


Anggota :
 Briegidta Mulyawan/20043014
 Christy Mamahit/20043033
 Gladis Mandagi/20043017
Mata Kuliah : Manajemen Pajak
Dosen Pengajar : DRA. PANJI SINTJE ALOU, MM.,AK.,CA

1. Pengertian Pajak atas PPH Pasal 4 ayat 2 dan PPH Pasal 15


 PPh pasal 4 ayat (2) adalah Pemotongan atas penghasilan yang dibayarkan sehubungan
jasa tertentu dan sumber tertentu (jasa konstruksi, sewa tanah/bangunan, pengalihan hak
atas tanah/bangunan, hadiah undian, dan lainnya). Jadi, PPh pasal 4 ayat 2 ini adalah pajak
penghasilan atas jenis penghasilan tertentu yang bersifat final dan tidak dapat dikreditkan.
Objek Pajak
a) Sewa tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen,
kondominium, gedung perkantoran, pertokoan, gedung pertemuan termasuk
bagiannya, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang, bangunan industry
b) Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan meliputi penjualan,
tukar-menukar, perjanjian pemindahan hak, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang,
hibah, waris, atau cara lain yang disepakati 3. perjanjian pengikatan jual beli atas
tanah dan/atau bangunan beserta perubahannya
c) Penghasilan dari pelaksanaan konstruksi (kontraktor)
d) Penghasilan dari perencanaan/pengawasan konstruksi (konsultan)
e) Hadiah undian
f) Pembelian barang/jasa dari WP dengan peredaran bruto tertentu sesuai PP 23 tahun
2018

Tarif :
Tarif Umum
Sewa Tanah/ Bangunan :
- 10% x Jumlah Bruto (Nilai Persewaan)
Pengalihan Tanah/ Bangunan :
- 0% atas pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum atau
kantor/instansi pemerintah
- 1% x Jumlah Bruto (Nilai Pengalihan) bagi rumah sederhana atau rusun sederhana
- 2,5% x Jumlah Bruto (Nilai Pengalihan) untuk Lainnya
Kontraktor Pelaksana :
- 1,75% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan memiliki kualifikasi usaha
kecil
- 2,65% X Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan memiliki kualifikasi usaha
menengah/besar
- 4% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan tidak memiliki kualifikasi usaha
Kontraktor Perencana/Pengawas :
- 3,5% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan memiliki kualifikasi usaha
- 6% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan tidak memiliki kualifikasi usaha
Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi
- Pekerjaan Konstruksi Terintegrasi yaitu penggabungan fungsi layanan dalam model
penggabungan perencanaan, pengadaan, dan pembangunan (engineering, procurement
and construction) serta model penggabungan perencanaan dan pembangunan (design
and build).
- 2,65% X Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan memiliki Sertifikat Badan
Usaha
- 4% x Nilai Kontrak (tidak termasuk PPN) Rekanan tidak memiliki Sertifikat Badan
Usaha
Tarif Khusus :
- Bunga deposito/tabungan, diskonto SBI dan jasa giro : 20%
- Bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
pribadi : 10%
- Deviden yang diterima/diperoleh WP orang pribadi dalam negeri : 10%
- Hadiah undian : 25%

 Dengan mengacu pada Keputusan Menteri Keuangan No.417/KMK.04/1996 dan Surat


Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-32/PJ.4/1996, menyatakan bahwa Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 15 merupakan Pajak Penghasilan (PPh) yang dipungut atau
dikenakan pajak dengan menggunakan norma perhitungan khusus penghasilan neto Wajib
Pajak. Dimana hal ini untuk Wajib Pajak yang bergerak atau beraktivitas di dalam industri
pelayaran, penerbangan, hingga perusahaan asing. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 15
merupakan salah satu jenis pengenaan pajak atau pungutan pajak pada industri di bidang
penerbangan dalam negeri, pelayaran dalam negeri, pelayaran atau penerbangan luar
negeri, serta perusahaan asing. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 menjadi dasar
hukum PPh Pasal 15.

Subjek Pajak dan Objek Pajak dari Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 15
Berikut ini merupakan beberapa subjek dan objek pajak yang termasuk ke dalam jenis
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 15, yaitu:
a) PPh Pasal 15 atas Charter Penerbangan Dalam Negeri
Objek Pajak : Semua imbalan atau nilai pengganti berupa uang atau nilai uang yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak berdasarkan perjanjian charter dari pengangkutan
orang dan/atau barang yang dimuat dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain di
Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke pelabuhan di luar negeri. Wajib
Pajak perusahaan penerbangan dalam negeri adalah WP perusahaan penerbangan
yang bertempat kedudukan di Indonesia (SPDN Badan) yang memperoleh
penghasilan berdasarkan perjanjian charter.
Tarif :
PPh terutang = 30% x norma Penghitungan Penghasilan Netto.
Norma Penghitungan Penghasilan Netto = 6% x Peredaran Bruto
Sehingga tariff efektif PPh Terutang = 1,8 % x Peredaran Bruto (1,8%berasal dari 6%
x 30%)
b) PPh Pasal 15 atas Pelayaran Dalam Negeri
Objek Pajak :WP perusahaan pelayaran dalam negeri dikenakan PPh atas seluruh
penghasilan yang diterima atau diperolehnya baik dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia.
Tarif :
PPh terutang = 30 % x Norma Penghitungan Penghasilan Netto.
Norma Penghitungan Penghasilan Netto = 4% x Peredaran Bruto
Sehingga tariff efektif PPh Terutang = 30% x 4% x Peredaran bruto = 1,2% x
Peredaran Bruto dan bersifat final.
c) PPh Pasal 15 atas Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri
Objek Pajak : Objek PPh-nya adalah Semua nilai pengganti atau imbalan berupa
uang atau nilai uang dari pengangkutan orang dan/atau barang yang dimuat dari suatu
pelabuhan ke pelabuhan lain di Indonesia dan/atau dari pelabuhan di Indonesia ke
pelabuhan di luar negeri.

Tarif :
Penghasilan neto bagi Wajib Pajak Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar
Negeri ditetapkan sebesar 6% (enam persen) dari peredaran bruto.
d) PPh Pasal 15 atas Kantor Perwakilan Dagang Asing (representative office/liaison
office) di Indonesia
Subjek Pajak : Wajib Pajak Luar Negeri yang mempunyai kantor perwakilan dagang
(representative office/liaison office), selanjutnya disingkat KPD.
Objek Pajak : nilai ekspor bruto yaitu semua nilai pengganti atau imbalan yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri yang mempunyai kantor perwakilan
dagang di Indonesia dari penyerahan barang kepada orang pribadi atau badan yang
berada atau bertempat kedudukan di Indonesia.
Tarif :
Penghasilan neto = 1% dari nilai ekspor bruto
Pajak Penghasilan Terutang sebesar 0,44% dari nilai ekspor bruto dan bersifat final.
Khusus untuk Kantor Perwakilan Dagang (KPD) yang berasal dari negara mitra P3B
Maka besarnya tarif pajak yang terutang disesuaikan dengan tarif BPT (Branch Proftit
Tax) dari suatu Bentuk Usaha Tetap tersebut sebagaimana dimaksud dalam P3B
terkait.

e) PPh Pasal 15 atas WP yang melakukan kegiatan usaha jasa maklon internasional di
bidang produksi mainan anak-anak
Subjek Pajak : Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha jasa maklon (contract
manufacturing) internasional adalah Wajib Pajak badan dalam negeri yang melakukan
jasa pembuatan atau perakitan barang berupa produk mainan anak-anak, dengan
bahan-bahan, spesifikasi, petunjuk teknis dan penentuan imbalan jasa dari pihak
pemesan yang berkedudukan di luar negeri dan mempunyai hubungan istimewa
dengan Wajib Pajak.
Objek Pajak :Jumlah seluruh biaya pembuatan atau perakitan barang tidak termasuk
biaya pemakaian bahan baku (direct materials).
Tarif (Final) :
- Penghasilan neto sebesar 7% (tujuh persen) dari jumlah seluruh biaya pembuatan
atau perakitan barang tidak termasuk biaya pemakaian bahan baku (direct
materials).
- PPh terutang sebesar 2,1% (dua koma satu persen) dari jumlah seluruh biaya
pembuatan atau perakitan barang tidak termasuk biaya pemakaian bahan baku
(direct materials)
- Ketentuan tarif norma sebesar 7% (tujuh persen) berlaku sepanjang Wajib Pajak
tidak mengadakan Perjanjian Penentuan Harga Transfer (Advance Pricing
Agreement) dengan Direktur Jenderal Pajak.

2. Mekanisme Pemungutan dan Pemotongan Pajak atas PPH Pasal 4 ayat 2 dan PPH Pasal 15
 PPh Pasal 4 ayat 2 :
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019, Instansi
Pemerintah tidak melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas transaksi
a) Pembayaran atau pengakuan utang persewaan tanah dan/atau bangunan kepada
penyedia jasa pelayanan penginapan beserta akomodasinya,
b) Sebagian atau seluruh pembayaran pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan
antara lain kepada:
- orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena
Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah danjatau bangunan dengan
jumlah bruto pengalihan kurang dari Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah)
dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah,
- orang pribadi atau badan yang melakukan pengalihan harta berupa bangunan
dalam rangka melaksanakan perjanjian bangun guna serah, bangun serah guna,
atau pemanfaatan barang milik negara berupa tanah dan/atau bangunan; atau
- orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak yang melakukan
pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan.

 PPh Pasal 15 :
a) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 15 atas charter penerbangan dalam negeri
b) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 15 atas pelayaran dalam negeri
c) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 15 atas pelayaran atau penerbangan luar negeri
d) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 15 atas kantor wilayah dagang asing di Indonesia
e) Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 15 atas Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha
jasa maklon internasional di bidang produksi mainan anak-anak.

3. Pajak Final dan Tidak Final


 PPh Pasal 4 Ayat 2/PPh Final adalah pajak penghasilan atas jenis penghasilan-penghasilan
tertentu yang bersifat final dan tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Penghasilan terutang.
Istilah final di sini berarti bahwa pemotongan pajaknya hanya sekali dalam sebuah masa
pajak dengan pertimbangan kemudahan, kesederhanaan, kepastian, pengenaan pajak yang
tepat waktu dan pertimbangan lainnya.
PPh Pasal 4 Ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2) dikenakan atas beberapa jenis
penghasilan dengan pemotongan yang bersifat final dan tarif yang berbeda-beda untuk
setiap jenis pajaknya. Oleh karena itu, Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat 2 ini disebut juga
sebagai PPh Final.
 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 15 mungkin masih agak asing didengar oleh para Wajib
Pajak. Biasanya yang sering didengar terkait jenis Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21, Pasal 23, Pasal 4 ayat (2), dan lain sebagainya. Pada dasarnya,
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 15 ini merupakan Pajak Penghasilan (PPh) yang dihitung
menggunakan norma perhitungan khusus dan bersifat final.

4. Kasus
 Perhitungan PPh Pasal 4 ayat 2 : (Hadiah undian)
PT. Dipta dalam rangka mempromosikan produk barunya menyelenggarakan undian
dengan hadiah berupa uang tunai senilai Rp. 250.000.000.

Penyelesaian :
PPh pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh PT. Dipta adalah :
25% x Rp. 250.000.000 = Rp. 62.500.000
Perhitungan PPh Pasal 4 ayat 2 : (Tanah/Bangunan)
PT. Jaya Makmur menyewa sebuah ruko dari Nyonya Chealse untuk dijadikan kantor
dengan nilai sewa sebesar Rp. 60.000.000.

Penyelesaian :
PPh pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh PT. Jaya Makmur adalah :
10% x Rp. 60.000.000 = Rp. 6.000.000

 Perhitungan PPh Pasal 15


Pada September 2016 PT Nusantara yang beralamat di Jalan Cut Meutia No.1 menyewa
pesawat dari PT Terbang Tinggi yang beralamat di Jalan Diponegoro No.11. Biaya
sewa/carter pesawat tersebut adalah Rp250.000.000. PT Terbang Tinggi merupakan
perusahaan penerbangan dalam negeri. Hitunglah PPh Pasal 15 yang terutang!

Penyelesaian :
PPh Pasal 15 = 1,8% x Rp250.000.000 = Rp4.500.000.

Kewajiban PT Terbang Tinggi sebagai pemotong PPh Pasal 15 adalah :


- Melakukan pemotongan PPh Pasal 15 atas sewa pesawat sebesar Rp4.500.000 dan
memberikan bukti potong tersebut kepada PT Nusantara;
- Menyetorkan PPh yang telah dipotong ke Kas Negara melalui Kantor Pos atau bank
yang ditunjuk Menteri Keuangan paling lama tanggal 10 Feburari 2015;
- Menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 15 Masa Pajak Januari 2015 paling lama tanggal
20 Februari 2015

5. Tax Planning dan Pengendalian Pajak atas PPh Pasal 4 ayat 2 dan PPh Pasal 15

Anda mungkin juga menyukai