Anda di halaman 1dari 10

DISKUSI 7

Perpajakan

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Pajak Penghasilan yang bersifat final serta pajak
penghasilan apa saja yang termasuk dalam pajak penghasilan yang bersifat final tersebut!

Pajak Penghasilan (PPh) merupakan pajak yang dikenakan kepada Orang Pribadi atau Badan
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak.
Pajak Final merupakan pajak yang dikenakan dengan tarif dan dasar pengenaan pajak tertentu
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh selama tahun berjalan.
Pajak penghasilan final yang dipotong pihak lain maupun yang disetor sendiri bukan merupakan
pembayaran di muka atas PPh terutang, melainkan merupakan pelunasan PPh terutang atas
penghasilan tersebut, sehingga Wajib Pajak dianggap telah melakukan pelunasan terhadap
kewajiban pajaknya. PPh yang sudah dipotong atau dibayarkan tersebut juga bukan merupakan
kredit pajak di e SPT Masa.
Secara sederhana, PPh Final berarti pajak yang sudah selesai atau dikenakan langsung saat
wajib pajak menerima penghasilan.
Penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan Final tidak akan dihitung lagi di SPT Tahunan
untuk dikenakan tarif umum bersama dengan penghasilan lainnya.
Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) UU PPh, pajak penghasilan yang bersifat final terdiri atas:
a. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang
negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi
orang pribadi
b. Penghasilan berupa hadiah undian
c. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan
modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura
d. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
e. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;

2. Jelaskan tentang Objek Pajak dan Tarif Pajak atas hadiah undian dan persewaan tanah
dan/atau bangunan!
a. Hadiah Undian
Peraturan yang terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan
berupa hadiah undian adalah:
1) Pasal 4 ayat (2) UU Pajak penghasilan
2) Peraturan Pemerintah Nomor 132 Tahun 2000

Didalamnya, dijabarkan bahwa objek pajak dari hadiah undian adalah berupa penghasilan
hadiah undian dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diberikan melalui undian.
Namun tidak termasuk hadiah langsung dalam penjualan barang atau jasa sepanjang
diberikan kepada semua pembeli atau konsumen akhir tanpa diundi dan hadiah tersebut
diterima langsung oleh konsumen akhir pada saat pembelian barang atau jasa.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 132 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan atas
Hadiah Undian, disebutkan bahwa hadiah undian dikenakan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat
2 dengan tarif sebesar 25% dari jumlah bruto hadiah dan bersifat final oleh penyelenggara
kegiatan dan dipotong langsung oleh penyelenggara undian baik orang pribadi, badan,
kepanitiaan, organisasi (termasuk organisasi internasional) atau penyelenggara lainnya
termasuk pengusaha yang menjual barang atau jasa yang memberikan hadiah dengan cara
diundi.

b. Persewaan Tanah dan/atau Bangunan


Peraturan yang terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) atas persewaan tanah
dan/atau bangunan adalah:
1) Pasal 4 ayat (2) UU Pajak penghasilan
2) Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2002
3) Keputusan Menteri Keuangan No. 394/KMK.04/1996 sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Menteri Keuangan No. 120/KMK.03/2002
4) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-227/PJ./ 2002
5) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-50/PJ./ 1996.

Dimana objek pajaknya adalah berupa penghasilan atas sewa atas tanah dan atau
bangunan berupa tanah, rumah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung
perkantoran, gedung pertokoan, atau gedung pertemuan termasuk bagiannya, rumah
kantor, toko, rumah toko, gudang dan bangunan industri.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2002, besarnya Pajak Penghasilan yang
terutang bagi Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan yang menerima atau
memperoleh penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan adalah 10% dari
jumlah bruto nilai persewaan tanah dan bangunan. Jumlah bruto nilai persewaan adalah
semua jumlah yang dibayarkan atau terutang oleh pihak yang menyewa dengan nama dan
dalam bentuk apa pun yang berkaitan dengan tanah dan atau bangunan yang disewa,
termasuk biaya perawatan, biaya pemeliharaan, biaya keamanan dan service charge baik
yang perjanjiannya dibuat secara terpisah maupun yang disatukan dengan perjanjian
persewaan yang bersangkutan.

3. Aditya menyimpan uang di Bank “A” dalam bentuk deposito sebesar Rp100.000.000,-
dengan tingkat bunga 12% per tahun. Atas deposito tersebut, Aditya menerima bunga
setiap bulan sebesar Rp1.000.000,-. Berapa pajak final yang harus dibayarkan atas bunga
deposito Aditya per tahun?
Diketahui:
Deposito di Bank A Rp 100.000.000,-
Suku bunga 12% p.a.
Pendapatan Bunga Rp 1.000.000,- / bulan

PPh 4(2) atas pendapatan dari bunga deposito Aditya adalah 20% x Rp 1.000.000 yaitu Rp
200.000,-.
Jadi PPh Final yang harus dibayarkan oleh Aditya adalah sebesar Rp 2.400.000,- dalam
setahun

SPM

Faktor produksi dapat dikelompokkan menjadi lima bagian , yaitu:


1. Sumber daya fisik. diartikan sebagai seluruh kekayaan alami (seperti tanah, air, cuaca, angin,
sumber daya energi, sumber daya non-energi, dan lainnya) dan bahan mentah lainnya yang
digunakan untuk menghasilkan produk;
2. Tenaga kerja adalah sumber daya insani yang bekerja secara langsung maupun tidak langsung
untuk mengolah faktor-faktor produksi lain berdasarkan kemampuannya untuk menghasilkan
produk;
3. Modal adalah barang atau peralatan yang digunakan untuk proses produksi. Berdasarkan
bentuknya modal dibagi menjadi dua bagian, yaitu modal konkret contohnya mesin, gedung,
peralatan, dan uang; dan modal abstrak seperti nama baik, hak paten, dan hak merek;
4. Kewirausahaan merupakan keahlian atau keterampilan yang digunakan untuk
mengoordinasikan faktor-faktor produksi lainnya, yang sering juga disebut dengan istilah
kemampuan manajerial;
5. Sumber daya informasi. Yang dimaksud dengan sumber daya informasi adalah segala macam
informasi yang dibutuhkan perusahaan dan berhubungan dengan proses produksi yang
dilaksanakan.

Empat (4) komponen utama biaya produksi dihitung dengan pendekatan:

1. Biaya bahan baku


Biaya bahan baku dihitung berdasarkan penggunaan bahan baku dari setiap proses produksi
dikalikan dengan tarif dari masing-masing bahan baku. Khusus untuk bahan baku yang bersifat
residual atau bahan sisa produksi, tarifnya ditetapkan berkisar antara 50-40 persen dari harga
normal;
2. Biaya tenaga kerja langsung
Tenaga kerja yang terlibat secara langsung dalam proses produksi terdiri dari pelaksana,
pengawas, dan manajer produksi. Pola perhitungan biaya tenaga kerja untuk ketiga kelompok
tersebut sedikit berbeda. Untuk pelaksana teknis produksi variabel perhitungan menggunakan
basis perhitungan target produksi, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pencapaian target
produksi dengan memaksimalkan produktivitas kerja para pelaksana di pabrik. Sementara untuk
pengawas dan manajer produksi variabel perhitungannya menggunakan jam kerja;
3. Biaya mesin dan peralatan
Biaya mesin dan peralatan dihitung berdasarkan pada jam operasional mesin. Perhitungan
besaran biaya mesin menggunakan standar tarif yang sudah ditentukan, dengan
mempertimbangkan harga pembelian mesin itu sendiri. Sementara peralatan dihitung
berdasarkan kapitalisasi peralatan yang digunakan untuk menunjang kegiatan produksi;
4. Biaya overhead pabrik
Biaya overhead dihitung oleh masing-masing akuntan setiap fungsi produksi berdasarkan
perkiraan yang realistis. Biaya overhead pabrik di antaranya mencakup biaya pemeliharaan,
penerangan, penyusutan ruang pabrik, gudang, serta mesin-mesin, serta hal lain yang
memberikan manfaat peningkatan nilai kepada fungsi produksi. Akuntan biaya memiliki standar
tarif untuk masing-masing kategori biaya overhead yang telah disetujui oleh manajemen.

Referensi :

Mulyani, Sri. 2020. Sistem Pengendalian Manajemen (BMP EKSI4416). Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.

TAP
Kelalaian audit bisa terjadi meskipun ada prosedur audit yang harus ditaati oleh Kantor Akuntan
Publik (KAP) karena beberapa alasan. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan
kelalaian audit:

a. Tingkat Risiko yang Tidak Diidentifikasi dengan Benar:


Jika auditor tidak dapat mengidentifikasi risiko dengan benar pada tahap perencanaan audit,
ada kemungkinan bahwa aspek-aspek penting dalam laporan keuangan tidak akan diperiksa
secara menyeluruh.
b. Tekanan Waktu:
Jika auditor menghadapi tekanan waktu yang tinggi, mereka mungkin tidak dapat melakukan
audit dengan seksama dan merinci setiap aspek. Ini dapat mengakibatkan kelalaian karena
auditor mungkin melewatkan bukti atau tidak melakukan pengujian yang diperlukan.
c. Keterbatasan Sumber Daya:
Jika KAP tidak memiliki sumber daya yang cukup, baik dalam hal personel atau teknologi, maka
hal itu dapat membatasi kemampuan mereka untuk melakukan audit dengan cermat. Sumber
daya yang terbatas dapat menghambat kemampuan untuk melakukan pemeriksaan yang
memadai.
d. Ketergantungan pada Klien:
Jika KAP terlalu tergantung pada klien untuk informasi atau jika hubungan antara auditor dan
klien tidak profesional, auditor mungkin enggan atau tidak mampu melakukan pemeriksaan
yang kritis.
e. Kesalahan atau Manipulasi oleh Manajemen:
Manajemen perusahaan dapat dengan sengaja menyembunyikan informasi atau melakukan
manipulasi agar laporan keuangan terlihat lebih baik daripada seharusnya. Jika auditor tidak
dapat mendeteksi tindakan semacam itu, maka kelalaian audit dapat terjadi.
f. Ketidakmampuan Mengidentifikasi Fraud:
Meskipun auditor memiliki tanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan, tidak selalu mudah
untuk melakukannya. Jika auditor tidak dapat mengidentifikasi potensi kecurangan, maka
informasi yang relevan mungkin terlewatkan.
g. Perubahan Lingkungan Bisnis:
Perubahan dalam lingkungan bisnis, regulasi, atau kebijakan perusahaan dapat membuat
prosedur audit yang sebelumnya efektif menjadi tidak lagi relevan atau kurang efektif.
h. Ketidaksesuaian dengan Standar Audit:
Jika auditor tidak memahami atau tidak mengikuti standar audit dengan benar, maka mereka
dapat melewatkan langkah-langkah yang penting dalam proses audit.
i. Tekanan Ekonomi:
Tekanan ekonomi pada KAP dapat memotivasi untuk mendapatkan klien baru atau
mempertahankan klien yang sudah ada. Dalam situasi ini, KAP mungkin tergoda untuk
mengurangi intensitas audit atau melihat lewat beberapa aspek yang seharusnya diperiksa
secara ketat.
j. Ketidakpastian dan Kompleksitas Transaksi:
Ketidakpastian atau kompleksitas transaksi bisnis tertentu dapat membuat proses audit lebih
sulit. Jika auditor tidak dapat mengelola ketidakpastian atau kompleksitas dengan baik, maka
ada risiko kelalaian.

Cara Menghindari Kelalaian Audit


a. Meskipun kelalaian audit dapat terjadi, ada beberapa cara untuk menghindari hal ini. Pertama,
auditor harus memastikan bahwa mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup
untuk menangani kasus yang kompleks.
b. Kedua, auditor harus memastikan bahwa klien memberikan informasi yang diperlukan dan
memberikan akses auditor ke informasi penting. Ketiga, auditor harus memastikan bahwa
mereka memiliki sumber daya yang cukup untuk menangani kasus yang kompleks atau besar.
c. Terakhir, KAP harus memastikan bahwa prosedur audit yang ditetapkan sesuai dengan standar
audit internasional dan dapat mengatasi masalah yang mungkin terjadi selama proses audit.

Sumber:

EKSI4414 – Laboratorium Auditing. Edisi 3. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Mikro

Efisiensi pareto dalam ilmu ekonomi didefinisikan sebagai kondisi dimana sudah tidak mungkin lagi
mengubah alokasi sumber daya untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku ekonomi (better off)
tanpa mengorbankan pelaku ekonomi yang lain (worse off) (Stiglitz, 2000)

Pareto efficiency adalah konsep dalam ekonomi mikro yang menggambarkan suatu kondisi di mana
alokasi sumber daya atau distribusi keuntungan telah mencapai tingkat optimal sehingga tidak
mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan satu individu tanpa mengurangi kesejahteraan individu
lainnya. Dengan kata lain, dalam keadaan Pareto optimal, tidak ada cara untuk membagi ulang
sumber daya atau keuntungan sedemikian rupa sehingga satu individu menjadi lebih baik tanpa
membuat individu lain menjadi lebih buruk.

Prinsip Pareto efficiency berkaitan dengan prinsip "tidak ada perdagangan yang merugikan" atau
"no-one worse off" dalam arti bahwa suatu perubahan dianggap meningkatkan kesejahteraan
(Pareto improvement) jika setidaknya ada satu orang yang mendapat manfaat tanpa merugikan
orang lain.

Menilik sejarahnya, pareto merujuk pada nama ekonom yang berasal dari Italia, Vilfredo Pareto pada
tahun 1906 yang menggunakan konsep efisiensi ekonomi dan distribusi pendapatan. Prinsip pareto,
dalam ekonomi, muncul karena adanya masalah kelangkaan sumber daya. Kelangkaan (scarcity)
terjadi karena sumber daya terbatas sedangkan kebutuhan manusia tidak terbatas. Kelangkaan
sumber daya terjadi apabila barang tersebut menjadi berharga pada suatu waktu dan tempat
tertentu, terlepas dari jumlahnya banyak atau sedikit. Barang menjadi berharga artinya diperlukan
biaya tertentu untuk mendapatkannya.

Penerapan Pareto Optimum dalam Kehidupan

Sehari-hari Meskipun konsep ini tidak terlalu banyak diterapkan dalam hal kebijakan ekonomi makro
yang banyak melibatkan keputusan bersifat sosial, namun keputusan ini banyak diterapkan dalam
ekonomi mikro dalam pembuatan keputusan bisnis maupun pribadi. Contohnya:

1. Keputusan membeli dua barang yang berbeda

Misalnya, sisa gaji A adalah Rp200.000. Pada saat yang bersamaan, A ingin membeli sepatu dengan
harga Rp200.000 atau membeli tas dengan harga yang sama. Pada konsep pareto, kesenangan A
karena bisa membeli sepatu akan dibarengi dengan kesedihan A karena tidak bisa membeli tas.
Adapun pareto improvement terjadi apabila uang Anda yang tersisa adalah Rp500.000, sehingga
dipakai untuk membeli sepatu atau tas masing-masing seharga Rp200.000 juga masih sisa.
2. Menambah tenaga kerja atau mesin

Dalam dunia ekonomi, sumber daya manusia (labour) dan sumber daya modal (capital) adalah dua
hal yang sering kali harus dipilih jika perusahaan hanya memiliki anggaran ekspansi yang pas-pasan.
Dalam artian, pada satu titik tertentu, sebuah perusahaan dipaksa harus memilih akan menambah
jumlah mesin atau menambah jumlah tenaga kerja. Pada titik tersebut, penambahan jumlah mesin
akan mengurangi penyerapan tenaga kerja, begitu pun sebaliknya.

Sumber :

BMP ESPA4221 Teori Ekonomi Mikro; Penulis : Dr. Sonny Harry B. Harmadi, S.E, M.E.Penerbit :
Universitas Terbuka.

Mankiw, N. G., & Taylor, M. P. (2014). Economics. Cengage Learning.

Manurung, B. S., & Siregar, H. (2014). Teori Mikroekonomi. Salemba Empat.

MPS

Tahap analisis data kuantitatif dapat dijabarkan sebagai berikiut:

a. Pengkodean Data (Data Coding)


Data coding merupakan proses penyusunan secara sistematis data mentah (yang ada dalam
kuisioner) ke dalam bebtuk yang mudah dibaca oleh mesin pengolah data seperti computer.
Huruf-huruf yang ada pada pertanyaan di ubah menjadi kode angka. Untuk pertanyaan yang
bentuknya terbuka, Maka jawaban yang diperoleh dari responden harus di inventarisir terlebih
dulu, untuk kemudian di berikan kode sesuai dengan kepentingan peneliti.
Hal yang harus diperhatikan oleh peneliti ketika membuat kode jawaban adalah kode jawaban
harus baku dan konsisten (tidak berubah-rubah). Hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian
ketika dilakukan indeks atau skala memiliki validitas yang tinggi. Oleh karena itu, bagi peneliti
pemula diperlukan semacam buku yang memuat kode-kode, atau sering disebut buku kode.
b. Pemindahan Data ke Komputer (Data Entering)
Data entering adalah memindahkan data yang telah di ubah menjadi kode ke dalam mesin
pengolah data. Caranya dengan membuat coding sheet(lembar kode),direct entry,optical scan
sheet, (seperti lember isisan computer menggunakan pensil 2B), dan CATI (Computer Assisted
Telephone Interviewing). Jenis yang terakhir ini biasa dipergunakan pada saatpolling melalui
telepon. Sementara itu, program computer yang dapat dipakai untuk mengolah data, antara
lain SPSS (Sttistical Package for Social Science), Microstat, Survey Mete, STATS Plus, SAS,
Microquest, dan lain-lain.
c. Pembersihan Data (Data Cleaning)
Data cleaning adalah memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan kedalam mesin
pengolah data sudah sesuai dengan yang sebenarnya. Disini peneliti memerlukan adanya
ketelitian dan akurasi data. Caranya dengan possible code cleaning, contingency cleaning, dan
modifikasi (melakukan pengkodean kembali data yang asli). Possible code cleaningadalah
melakuakan perbaikan kesalahan pada kode yang jelas tidak mungkin ada akibat salah
memasukkan kode.
Contoh: jenis kelamin hanya terdiri dari dua kode, yaitu kode 1 untuk laki-laki dan kode 2 untuk
perempuan, atau kode 0 untuk laki-laki dan kode 1 untuk perempuan, atau sebaliknya karena
variabel ini berskala nominal. Namun, dalam kode yang dimasukkan kedalam computer, tertera
kode 7. Maka kode ini salah dan harus dilihat kembali pada kuesioner asli.
Sementara itu contingency cleaning lebih rumit dibandingkan dengan possible code cleaning.
Kesalahan ini terjadi akibat adanya struktur kuesioner yang harus dijawab oleh khusus sebagian
orang saja, sedangkan yang lain tidak. Misalnya pertanyaan tentang jumlah anak yang dimiliki
oleh seorang perempuan. Pertanyaan ini khusus ditanyakan pada perempuan. Namun,
adakalanya terdapat pula keteledoran sehingga responden yang laki-lakipun ikut ditanyakan.
Modifikasi adalah melekukan pengodean kembali (recode) data yang asli. Misalnya ternyata
jenis kelamin seperti kode di atas, yaitu 1 untuk laki-laki dan 2 untuk perempuan diubah
menjadi kode 0 untuk laki-laki dan 1 untuk perempuan.
d. Penyajian Data (Data Output)
Data output adalah hasil pengolahan data. Bentuk hasil pengolahan data tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Numerik (dalam bentuk angka)
Hasil pengolahan data yang yang berupa numeric dapat disajikan dalam bentuk tabel
frekuensi dan tabel silang;
2. Grafik (dalam bentuk gambar)
Penyajian data dengan menggunakan grafik atau gambar lebih menarik jika dibandingkan
penyajian data dengan menggunakan tabel frekuensi maupun tabel silang. Namun
penyajian data menggunakan gambar atau grafik juga memiliki kelemahan, yaitu adanya
informasi yang hilang. Pembuatan garfik harus memperhatikan tingkat pengukuran yang
dipergunakan.
e. Penganalisisan data (Data Analizing)
Penganalisisan data merupakan suatu proses lanjutan dari proses pengolahan data untuk
melihat bagaimana menginterpretasikan data, kemudian menganalisis data dari hasil yang
sudah ada pada tahap hasil pengolahan data. Penjelasan lebih lengkap tentang pengijian
statistik dan cara-cara perhitunganya dapat dibaca pada buku-buku statistik. Analisis terhadap
hasil pengolahan data dapat berbentuk sebagai berikut:
1. Analisis Univariat Analisis univariat adalah analisis terhadap satu variabel.
2. Analisis Bivariat
Seperti telah disebutkan di atas, hubungan antara dua variabel dapat digambarkan dalam
bentuk tabel silang. Dalam membuat tabel sialng ini, peneliti harus mengetahui bagaimana
arah hubungan yang ada dalam hubungan bivariat tersebut.
3. Analisis Multivariat Secara umum jenis analisis multivariat dapa di bedakan menjadi dua
jenis, yaitu:
1) Tabel Silang
2) Elaborasi

Penggunaan tabel silang pada analisis multivariat tidak jauh berbeda dibandingkan dengan
analisis bivariat. Tabel silang pada analisis multivariat memiliki satu atau lebih variabel tanbahan
yang berfungsi sebagai variabel kontrol. Selain membuat tabel silang, pada pengujian
multivariat kita juga dapat menggunakan elaborasi, yaitu cara yang dilakukan untuk
membandingkan hubungan antara dua variabel dengan hubungan antara variabel yang sudah di
belah dengan variabel kontrol

Referensi : BMP ISIP4216 Metode Penelitian Sosial

Audit

Apabila sebagai auditor PT Dirga Dunia, apa yang menjadi pertimbangan terkait besarnya
beban perbaikan dan pemeliharaan mesin?
Sebagai auditor PT Dirga Dunia, pertimbangan mengenai besarnya biaya pemeliharaan dan
perbaikan mesin cetak tersebut hendaknya menilai apakah biaya tersebut wajar dan
diperlukan untuk modifikasi dan pemeliharaan mesin tersebut. Auditor juga harus memeriksa
apakah perusahaan telah mengikuti standar dan prinsip akuntansi yang tepat dalam mencatat
biaya dalam laporan keuangan. Auditor juga harus mengevaluasi apakah modifikasi mesin
telah meningkatkan kapasitas dan efisiensinya, yang dapat menghasilkan produksi dan
pendapatan yang lebih tinggi di masa depan.
1. Konsistensi dengan Kebijakan Akuntansi:
a. Memeriksa apakah beban perbaikan dan pemeliharaan mesin konsisten dengan
kebijakan akuntansi perusahaan dan standar akuntansi yang berlaku.
b. Menilai apakah ada perubahan signifikan dalam kebijakan yang dapat
mempengaruhi cara beban tersebut diakuntansi.
2. Pemahaman atas Alasan Besarnya Beban:
a. Meminta penjelasan rinci dari manajemen perusahaan mengenai alasan di balik
besarnya beban perbaikan dan pemeliharaan mesin.
b. Menilai apakah alasan tersebut dapat dijustifikasi, apakah ada faktor eksternal atau
internal yang mempengaruhi besarnya beban tersebut.
3. Riwayat Pemeliharaan dan Perbaikan Mesin:
a. Meninjau riwayat pemeliharaan dan perbaikan mesin sebelum tahun yang sedang
diaudit untuk menentukan apakah ada tren atau pola tertentu yang dapat menjelaskan
besarnya beban tersebut.
b. Mengidentifikasi apakah mesin tersebut telah mencapai usia pakai yang diharapkan
dan apakah beban perbaikan merupakan reaksi terhadap penurunan kinerja yang
signifikan.
4. Pengecekan Fisik Mesin:
a. Jika memungkinkan, melakukan pemeriksaan fisik terhadap mesin untuk memastikan
bahwa besarnya beban sejalan dengan kondisi aktual mesin.
b. Memastikan bahwa pemeliharaan dan perbaikan yang dibebankan memang terjadi
dan sesuai dengan kebutuhan.
5. Analisis Komponen Beban
a. Memeriksa komponen-komponen besaran beban perbaikan dan pemeliharaan, seperti
biaya suku cadang, biaya tenaga kerja, dan biaya konsultan.
b. Menilai apakah pembagian beban tersebut masuk akal dan sesuai dengan kebijakan
perusahaan
6. Pertimbangan Ekonomi dan Kinerja Mesin
a. Mengevaluasi apakah beban tersebut diinvestasikan dengan mempertimbangkan
manfaat ekonomi jangka panjang, seperti peningkatan kapasitas produksi atau umur
pakai mesin.
b. Memeriksa apakah peningkatan kapasitas mesin sejalan dengan perkiraan
pertumbuhan pasar atau kebutuhan produksi.
7. Risiko Bisnis dan Strategi Perusahaan:
a. Menilai apakah besarnya beban perbaikan dan pemeliharaan mesin sejalan dengan
risiko bisnis dan strategi perusahaan.
b. Mempertimbangkan apakah risiko tersebut telah diantisipasi dan dielaborasi dalam
laporan manajemen.
Apa tes yang seharusnya dilakukan?
Pengujian yang harus dilakukan oleh auditor adalah pengujian substantif atas transaksi, yang
melibatkan pengujian rincian transaksi individual untuk memastikan bahwa transaksi tersebut
dicatat secara akurat dalam laporan keuangan. Auditor juga harus melakukan prosedur
analitis untuk mengevaluasi kewajaran biaya pemeliharaan dan perbaikan sehubungan
dengan produksi dan pendapatan perusahaan. Selain itu, auditor harus meninjau pengendalian
internal perusahaan atas proses pemeliharaan dan perbaikan untuk memastikan bahwa
pengendalian tersebut memadai dan efektif dalam mencegah kesalahan dan penipuan.
1) Pemeriksaan Dokumentasi
a. Memeriksa dokumen-dokumen terkait beban perbaikan dan pemeliharaan mesin,
seperti faktur pembelian suku cadang, kontrak dengan penyedia jasa pemeliharaan,
dan catatan pemeliharaan.
b. Memastikan bahwa dokumen tersebut lengkap, valid, dan sesuai dengan kebijakan
perusahaan.
2) Analisis Biaya
a. Menganalisis detail biaya yang terkait dengan perbaikan dan pemeliharaan mesin;
b. Memeriksa apakah komponen biaya seperti biaya suku cadang, biaya tenaga kerja,
dan biaya konsultan sesuai dengan estimasi dan kebijakan perusahaan
3) Uji Substansi
a. Melakukan uji substansi pada beban perbaikan dan pemeliharaan dengan memilih
sampel transaksi.
b. Memeriksa bukti-bukti fisik atau elektronik yang mendukung transaksi tersebut.
4) Perbandingan dengan Anggaran
a. Membandingkan beban yang sebenarnya dengan anggaran perbaikan dan
pemeliharaan yang telah disetujui;
b. Menilai apakah besarnya beban sesuai dengan ekspektasi perusahaan dan jika tidak,
mendapatkan penjelasan dari manajemen.
5) Pemantauan Kepatuhan
a. Memastikan bahwa perusahaan telah mematuhi kebijakan akuntansi yang relevan
dan standar akuntansi yang berlaku.
b. Memeriksa apakah ada perubahan dalam kebijakan akuntansi dan menilai
dampaknya terhadap laporan keuangan.
6) Konfirmasi dengan Pihak Ketiga
Jika melibatkan pihak ketiga, auditor dapat mengonfirmasi beban perbaikan dan
pemeliharaan dengan penyedia jasa atau pemasok suku cadang untuk memastikan
kebenaran dan keabsahan biaya.
7) Analisis Rasio Keuangan
a. Melakukan analisis rasio keuangan untuk mengevaluasi dampak beban perbaikan
dan pemeliharaan terhadap kesehatan keuangan perusahaan.
b. Membandingkan rasio keuangan dengan industri atau benchmark internal untuk
menilai kinerja perusahaan.
8) Konsultasi dengan Pakar Teknis
Jika diperlukan, auditor dapat berkonsultasi dengan pakar teknis untuk memastikan
bahwa beban perbaikan dan pemeliharaan sesuai dengan prinsip-prinsip teknis yang
berlaku.
9) Uji Kelayakan Modifikasi Mesin
a. Jika terdapat modifikasi pada mesin, melakukan uji kelayakan ekonomi dan teknis
dari modifikasi tersebut.
b. Menilai apakah modifikasi tersebut memberikan nilai tambah yang sesuai dengan
biaya yang dikeluarkan.

Anda mungkin juga menyukai