Anda di halaman 1dari 4

Nama: Amy Cahyawati

NIM: 21103284

Makul: Perpajakan 2

Pajak Final dan Pajak Tidak Final

Pajak Penghasilan (PPh) merupakan pajak yang dikenakan kepada Orang Pribadi atau Badan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam suatu Tahun Pajak.

Pajak Final merupakan pajak yang dikenakan dengan tarif dan dasar pengenaan pajak tertentu atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh selama tahun berjalan. Pajak penghasilan final yang dipotong
pihak lain maupun yang disetor sendiri bukan merupakan pembayaran di muka atas PPh terutang,
melainkan merupakan pelunasan PPh terutang atas penghasilan tersebut, sehingga Wajib Pajak
dianggap telah melakukan pelunasan terhadap kewajiban pajaknya.

Penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan Final tidak akan dihitung lagi di SPT Tahunan untuk
dikenakan tarif umum bersama dengan penghasilan lainnya. PPh yang sudah dipotong atau dibayarkan
tersebut juga bukan merupakan kredit pajak di e SPT Masa. Secara sederhana, perbedaan PPh Final
berarti pajak yang sudah selesai atau dikenakan langsung saat wajib pajak menerima penghasilan.
Sedangkan PPh Tidak Final adalah pajak yang belum selesai atau pajak yang diperhitungkan kembali
dengan penghasilan lainnya untuk dikenakan tarif umum dalam pelaporan SPT Tahunan.

Perbedaan Pajak PPh Final dan Tidak Final

PPh Final dan Tidak Final bisa dilihat misalnya terkait pengenaan pada Surat Pemberitahuan (SPT)
Tahunan. Adapun rincian perbedaannya adalah sebagai berikut:

1. Pada pajak penghasilan final, penghasilan tidak digabungkan dengan penghasilan lain yang
dikenai tarif umum dalam SPT Tahunan PPh Badan. Sedangkan, pada PPh Tidak Final
penghasilan digabungkan dengan penghasilan lain yang dikenai tarif umum.
2. Pada pajak penghasilan final, biaya sehubungan untuk menghasilkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang dikenai PPh tidak dapat dikurangi. Sedangkan, pada PPh Tidak Final biaya
tersebut dapat dikurangkan.
3. Pada pajak penghasilan final, bukti potong PPh tidak dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak
bagi pihak yang dipotong dan atau dipungut. Sedangkan, pada PPh Tidak Final bukti potong
dapat diperhitungkan sebagai kredit pajak bagi pihak yang dipotong atau dipungut.
4. Tarif PPh final diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) atau Keputusan Menteri Keuangan
(KMK), sedangkan tarif pajak PPh tidak final menggunakan tarif umum Pasal 17 UU PPh.

a. Dasar Pengenaan PPh Final

Menurut ketentuan perpajakan yang berlaku, dasar pengenaan kedua pajak tersebut adalah:
• Sebagai upaya mendorong perkembangan investasi dan tabungan masyarakat

• Kesederhanaan dalam pemungutan pajak

• Mengurangi beban administrasi perpajakan bagi DJP maupun wajib pajak itu sendiri

• Upaya pemerataan pengenaan pajak

• Sebagai langkah dalam memerhatikan perkembangan ekonomi dan moneter, di mana atas
penghasilan-penghasilan tersebut perlu diberikan perlakuan tersendiri dalam pengenaan pajaknya.

b. Objek Pajak Final dan Tidak Final

Objek Pajak PPh Final menurut perundangan perpajakan adalah sebagai berikut:

1. Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia


2. Bunga Obligasi
3. Diskonto Surat Perbendaharaan Negara (SPN)
4. Hadiah Undian
5. Transaksi Penjualan Saham dan sekuritas lainnya
6. Penghasilan Perusahaan Modal Ventura dari Transaksi Penjualan Saham atau Pengalihan
Penyertaan Modal pada Perusahaan Pasangan Usahanya
7. Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan adalah objek pajak PPh final
8. Penghasilan dari Pengalihan Real Estate dalam Skema Kontrak Investasi
9. Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi
10. Penghasilan dari Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
11. Penghasilan Perusahaan Pelayaran Dalam Negeri
12. Penghasilan Perusahaan Pelayaran dan/atau Penerbangan Luar Negeri
13. Penghasilan Wajib Pajak Luar Negeri yang Mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di Indonesia.
14. Selisih Lebih Penilaian Kembali Aktiva Tetap.

Objek Pajak PPh Tidak Final

Adapun Objek Pajak PPh Tidak Final adalah sebagai berikut:

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
2. Hadiah dari pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan
3. Laba usaha
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran
tambahan pengembalian pajak
6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
7. Dividen
8. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan
Peraturan Pemerintah
12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
14. Premi asuransi
15. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak
yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak
17. Penghasilan dari usaha berbasis syariah
18. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai
ketentuan umum dan tata cara perpajakan
19. Surplus Bank Indonesia.

Perbedaan PPh Final dan Tidak Final

1. Berdasarkan Sistem Hitung

Untuk perbedaan yang pertama dapat dilihat dari adanya perbedaan dari sistem penghitungan. Di mana
untuk PPh final akan dihitung dengan secara langsung. Penghitungan secara langsung tersebut dijadikan
sebagai satu kesatuan namun tidak dikaitkan dengan perhitungan penghasilan yang lain. Sementara
untuk perhitungan PPh non final dihitung secara tidak langsung. Perhitungan dari PPh non final ini dapat
dihitung dari penghasilan bruto. Kemudian penghasilan bruto tersebut nantinya akan ditambah dengan
biaya lain. Untuk biaya lain ini dapat berupa biaya perolehan, pemeliharaan, dan juga biaya tagihan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika penghasilan yang didapat dikenakan PPh final maka tidak perlu
untuk dihitung kembali.

2. Tarif

Selanjutnya dapat dilihat dari tarif yang dikenakan untuk setiap penghasilan yang dikenakan. Di mana
tarif yang dikenakan untuk kedua jenis PPh ini tentunya sangat berbeda. Meskipun begitu tarif untuk
PPh ini tentunya berasal dari peraturan yang ada. Karena tarif tersebut memang sudah diatur terlebih
dahulu oleh pemerintah sebelum memberikan kesepakatan tari yang berlaku. Adapun peraturan yang
dijadikan dasar dalam menentukan tarif PPh final ini adalah berdasarkan pasal 4 ayat 2. Di mana pasal
tersebut mengenakan biaya tarif untuk bunga deposito sebesar 20%. Namun untuk penghasilan dari
undian hadiah tarif dikenakan sebesar 25%. Berbeda halnya dengan tarif yang dikenakan dengan PPh
non final yang berdasarkan dengan Peraturan Presiden.

3. Waktu Penyetoran

Perbedaan pajak penghasilan final dan pajak penghasilan non final juga dapat dilihat dari waktu
penyetoran. Di mana waktu penyetoran untuk PPh final dapat dilihat dari jumlah pajak yang dipotong.
Pemotongan tersebut dapat dilakukan oleh pihak lain yang bersangkutan maupun dari setoran yang
dibayar sendiri. Kemudian nantinya akan di kredit pada saat SPT Tahunan. Berbeda halnya dengan pajak
penghasilan non final yang lebih mengutamakan suatu kewajiban. Setelah mengutamakan kewajiban
selanjutnya bisa dibayar tunai pada saat melakukan penyetoran yang akan dilaporkan kepada SPT
Tahunan. Pembayaran dapat dikatakan lunas apabila seseorang sudah melakukan perhitungan pajak
yang dihitung pada waktu akhir tahun.

Anda mungkin juga menyukai