Anda di halaman 1dari 37

-->

KELASMEGA
×

HOME  ›  MATERI  ›  MATERI PAJAK

Pajak Penghasilan Yang Bersifat Final


By Ni Kadek Ayu Mega Adiyani, S.Pd  Saturday, August 22, 2020  Add Comment

Pajak mungkin sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia. Pada hakikatnya pajak
merupakan bagian dari hak dan kewajiban hidup sebagai warga negara di Indonesia. Salah
satu contoh pajak adalah Pajak penghasilan atau disingkat PPh. dilihat dari sifatnya PPh
ada yang bersifat final dan non final. Nah, mari kita bahas PPh yang bersifat final. 

Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Final 


Pajak Penghasilan (PPh) Final merupakan pajak yang dikenakan dengan tarif dan dasar
pengenaan pajak tertentu atas penghasilan yang diterima atau diperoleh selama tahun
berjalan. Terminologi ‘final’ yang digunakan dalam PPh final merujuk pada kewajiban pajak
yang sudah selesai atau berakhir. Jadi PPh Final langsung dibayarkan saat penghasilan
diterima. 
Pembayaran, pemotongan atau pemungutan PPh final
baik dipotong maupun disetor sendiri bukan merupakan pembayaran di muka atas PPh
terutang, melainkan pelunasan. Dengan demikian, wajib pajak yang telah dipotong atau
menyetor sendiri PPh final terutang dianggap telah melunasi pajaknya.

Pungutannya yang seketika membuat penghasilan yang dikenai PPh final tidak lagi
diikutsertakan dalam penghitungan pajak terutang tahunan. Kendati demikian,
penghasilan itu tetap harus dilaporkan dalam surat pemberitahuan (SPT).
Perbedaan PPh Final dengan PPh Non-Final

1. Berbeda Sistem Hitungnya

PPh final dihitung langsung sebagai satu kesatuan tanpa dikaitkan dengan perhitungan
penghasilan lainnya. Sedangkan PPh non-final dihitung dari penghasilan bruto ditambah
biaya lain seperti biaya perolehan, pemeliharaan, dan penagihan. Jadi, jika penghasilan
yang didapat termasuk PPh final, maka penghasilan tersebut tidak perlu dihitung lagi untuk
mengetahui berapa pajak terutang.

2. Tarifnya Berbeda

Untuk PPh non-final, tarif yang dikenakan adalah tarif umum progresif yang tercantum dalam
pasal 17 UU PPh. Sedangkan tarif dan dasar pemungutan PPh final diatur oleh Peraturan
Presiden (Perpres) atau Peraturan Menteri (Permen).
Baca Juga

 Mengolah Data dengan Fungsi Waktu Otomatis


 Perhitungan PPh Pasal 21
 Penyusutan dan Amortisasi Menurut Ketentuan Perpajakan
3. Waktu Penyetoran Berbeda

Pada PPh final, jumlah pajak yang dipotong pihak lain atau dibayar sendiri dapat saat
menerima penghasilan dan dikreditkan pada SPT tahunan. Sedangkan pada PPh non-final
kewajiban baru bisa ditunaikan begitu kita menyetor dan melaporkan SPT tahunan.
Transaksi PPh non final dianggap lunas apabila telah selesai melakukan perhitungan pajak
akhir tahun.

Ketentuan PPh Final

Ketentuan PPh final secara umum tercantum dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-
Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 yang menyatakan setidaknya ada
5 kelompok penghasilan yang dikenakan PPh final, yaitu:
a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi
dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota koperasi orang pribadi;
b. penghasilan berupa hadiah undian;
c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif
yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau
pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima
oleh perusahaan modal ventura;
d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah
dan/atau bangunan; dan
e. penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
Adanya ketentuan penghasilan tertentu lainnya merepresentasikan bahwa UU PPh
memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk menentukan jenis penghasilan
lain yang tidak dicontohkan dalam Pasal 4 ayat (2) tetapi akan dikenakan PPh final.
Untuk itu, selain dalam Pasal 4 ayat (2), ketentuan PPh final saat ini tersebar dalam
beberapa pasal lain seperti Pasal 15, Pasal 17 ayat (2c), Pasal 19, Pasal 21, Pasal 22, dan
Pasal 26. Setiap jenis PPh final tersebut memiliki aturan pajak tersendiri.

Aturan tersendiri itu didelegasikan ke aturan di luar undang-undang, salah satunya


PP. Aturan tersebut menjabarkan tentang sistem pemajakan PPh final untuk setiap
objek penghasilan, mulai dari penentuan dasar pengenaan pajak, tarif pajak, hingga
mekanisme pemotongan atau pemungutannya.

Selanjutnya, terdapat 5 pertimbangan yang membuat suatu objek Pajak Penghasilan


dikenakan PPh final, yaitu:

 Perlu adanya dorongan dalam rangka perkembangan investasi dan tabungan


masyarakat. 

 Kesederhanaan dalam pemungutan pajak.

 Berkurangnya beban administrasi bagi wajib pajak maupun Ditjen Pajak.


 Pemerataan dalam pengenaan pajak. 

 Memperhatikan perkembangan ekonomi dan moneter, atas penghasilan-penghasilan


tersebut perlu diberikan perlakuan tersendiri dalam penganaan pajaknya

Selain itu, sistem pengenaan PPh final pada dasarnya menjadi salah satu cara
pemerintah dalam menarik pajak dengan cara sederhana. Disebut sederhana
karena wajib pajak dapat menghitung pajak dengan sekali hitung, yaitu pada
umumnya dengan cara mengalikan penghasilan bruto dengan tarif.
Objek PPh Final dan Tarifnya

Penghasilan berupa Bunga Deposito, Tabungan & Diskonto SBI


Dasar Hukum: Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 212/PMK.03/2018

Tarif : 20%.

Objek Pajak : 

 Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat B
ank Indonesia.
 Termasuk bunga yang diterima atau diperoleh dari deposito dan tabungan ya
ng ditempatkan di luar negeri melalui bank
yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.
Pengecualian:

Pemotongan pajak atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta
diskonto Sertifikat Bank Indonesia tidak dilakukan terhadap :
 bunga dari deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank
Indonesia sepanjang jumlah deposito dan tabungan serta Sertifikat Bank lndo
nesia tersebut
dibawah Rp 7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) dan bukan merup
akan jumlah yang dipecah-pecah;
 bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di
Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia;
 bunga deposito dan tabungan serta diskonto sertifikat Bank Indonesia
yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan 
oleh Menteri Keuangan sepanjang  dananya diperoleh dari sumber pendapat
an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang-undang Nomor 11 Tahun 
1992 tentang Dana Pensiun;
 bunga tabungan pada bank
yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka pemilikan rumah sederhana dan san
gat sederhana, kaveling siap bangun untuk rumah sederhana dan sangat sed
erhana, atau rumah susun sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku, 
untuk dihuni sendiri.
Contoh perhitungan 1 :

Gandhi menyimpan uang di Bank Diamond dalam bentuk deposito sebesar


Rp100.000.000 dengan tingkat bunga 12% per tahun. Atas deposito tersebut,
Gandhi menerima bunga setiap bulan. Berapa besaran pajak yang harus dibayarkan
atas bunga deposito Gandhi tiap bulannya?

Jawab:

Bunga Deposito : 100.000.000 x 12%/12 = 1.000.000,-

PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh pihak bank adalah: 

20% x 1.000.000 = 200.000,-

Contoh perhitungan 2 :
PT. Abadi Karya membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dari Bank Indonesia dengan
nominal Rp1.000.000.000 dengan memperoleh diskonto sebesar Rp20.000.000. Pada
tanggal 1 April 2019, perusahaan menjual SBI tersebut kepada PT. Sentosa dengan harga
Rp980.000.000 dan dibayarkan pada saat yang sama. Bagaimana kewajiban pemotongan
atau pemungutan PPh atas transaksi tersebut?

Jawab :

PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh PT. Abadi Karya adalah:
20% x Rp20.000.000 = Rp4.000.000,-

Penghasilan berupa Bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota 
Dasar hukum: Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2009.
Tarif : 
 0% untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan Rp240.000
per bulan; 
 10% untuk jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan
lebih dari Rp240.000 per bulan.
Objek
Pajak : Penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan kepada anggota koperasi ora
ng pribadi.

Pemotong Pajak :

Koperasi yang melakukan pembayaran bunga simpanan kepada anggota koperasi orang pri
badi, wajib memotong Pajak Penghasilan yang bersifat final tersebut.

Contoh Perhitungan:

Koperasi Sumber Kasih membagikan bunga simpanan koperasi kepada anggotanya setiap
bulan yang dibayarkan setiap tanggal 25, anggota koperasi yang memperoleh bunga
simpanan salah satunya Maria. Berdasarkan data yang ada Maria mendapatkan bunga
simpanan sebagai berikut:

Januari   : Rp 350.000,-

Pebruari  : Rp 250.000,-

Maret  : Rp 470.000,-

April  : Rp 210.000,-

Mei  : Rp 580.000,-

Juni  : Rp 540.000,-

Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh Pasal 4 ayat 2 atas bunga
simpanan tersebut?

Jawab:

Jadi jumlah bunga yang diterima Maria adalah:


Januari   : Rp 350.000,- x 10% = Rp 35.000
Pebruari  : Rp 250.000,- x 10% = Rp 25.000

Maret  : Rp 470.000,- x 10% = Rp 47.000

April  : Rp 210.000,- x   0% = Rp 0

Mei  : Rp 580.000,- x 10% = Rp 58.000

Juni  : Rp 540.000,- x 10% = Rp 54.000

Penghasilan berupa Bunga obligasi 

Obligasi adalah surat utang atau Surat Utang Negara yang berjangka waktu lebih dari 12
(dua belas) bulan. Bunga Obligasi adalah imbalan yang diterima atau diperoleh pemegang
Obligasi dalam bentuk bunga dan/atau diskonto. Sedangkan diskonto adalah selisih antara
nilai nominal (face value) obligasi dengan harga jualnya. Penghasilan berupa bunga dan
diskonto inilah yang menjadi objek Pajak Penghasilan Final. 

Dasar Hukum :

1. PP 16 TAHUN 2009 (berlaku sejak 1 Januari 2009) tentang PPh atas penghasilan
berupa bunga obligasi
2. PMK-85/PMK.03/2011(berlaku sejak 23 Mei 2011) tentang tata cara pemotongan,
penyetoran, dan pelaporan PPh atas bunga obligasi
3. PMK-07/PMK.11/2012 (berlaku setelah 20 hari terhitung sejak tanggal diundangkan
PMK ini) tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
85/PMK.03/2011 tentang tata cara pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh atas
bunga obligasi
Pemotong:

 penerbit Obligasi atau kustodian selaku agen pembayaran yang ditunjuk, atas bunga dan/atau
diskonto yang diterima pemegang Obligasi dengan kupon pada saat jatuh tempo Bunga
Obligasi, dan diskonto yang diterima pemegang Obligasi tanpa bunga pada saat jatuh tempo
Obligasi; dan/atau

 perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku pedagang perantara dan/atau pembeli, atas bunga
dan diskonto yang diterima penjual Obligasi pada saat transaksi.

Tarif :
 Bunga dari obligasi dengan kupon
1. Wajib Pajak dalam negeri dan Badan Usaha Tetap (BUT) dikenakan tarif
15%.
2. Wajib Pajak luar negeri non BUT seusai Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) dikenakan tarif 20%. 
 Diskonto dari obligasi dengan kupon
1. Wajib Pajak luar negeri non BUT seusai BUT dikenakan tarif 15% dari selisih
lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi atau tidak
termasuk harga berjalan.
2. Wajib Pajak luar negeri non BUT seusai P3B dikenakan tarif 20% dari selisih
lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi atau tidak
termasuk harga berjalan.3. 
 Diskonto dari obligasi tanpa bunga
1. Wajib Pajak dalam negeri dan BUT dikenakan tarif 15% dari selisih lebih
harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi.
2. Wajib Pajak luar negeri non BUT seusai P3B dikenakan tarif 20% dari selisih
lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi.
 Bunga dan/atau diskonto dari obligasi yang diterima dan/atau diperoleh Wajib
Pajak reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan untuk :
1. Tahun 2009 – 2010 dikenakan tarif sebesar 0%.

2. Tahun 2011 - 2013  dikenakan tarif 5%.

3. Tahun 2014 dan seterusnya dikenakan tarif 15%.

Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi.
Manajemen investasi adalah manajemen profesional yang mengelola beragam sekuritas
atau surat berharga seperti saham, obligasi dan aset lainnya seperti properti dengan tujuan
untuk mencapai target investasi yang menguntungkan bagi investor.

Contoh Perhitungan 1:

Pada tanggal 1 Juli 2018, PT. Gyan (wajib pajak dalam negeri) menerbitkan obligasi
dengan kupon (interest bearing bond) dengan nilai nominal Rp10.000.000 per lembar.
Jangka waktu Obligasi 5 tahun (jatuh tempo tanggal 1 Juli 2023). Bunga tetap
sebesar 16% per tahun, jatuh tempo bunga setiap tanggal 30 Juni dan 31
Desember. Penerbitan perdana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

PT. Mekari pada saat penerbitan perdana membeli 10 lembar Obligasi dengan harga
di bawah nilai nominal Rp9.000.000 per lembar. Berapa besaran pajak yang harus
dibayarkan atas bunga obligasi tersebut?

Jawab:

Bunga = 6/12x 16% x Rp10.000.000 x 10 lembar = Rp8.000.000

PPh Final = 15% x Rp8.000.000 = Rp1.200.000


Apabila dalam contoh di atas investor atau pembeli obligasi adalah wajib pajak
reksadana maka penghitungan PPh Pasal 4 ayat 2 atas bunga yang diperoleh pada
saat jatuh tempo:
Pajak   = 15% x Rp8.000.000 = Rp1.200.000
Contoh perhitungan 2:
PT. Garuda membeli 100 lembar Obligasi tanpa bunga tersebut dengan harga
perdana sebesar Rp6.000.000,00 per lembar. Pada tanggal 31 Agustus 2014, PT.
Garuda menjual 50 lembar Obligasi tersebut di Bursa Efek Indonesia kepada PT.
Pemuda seharga Rp7.000.000,00 per lembar. Penjualan dilakukan tanpa melalui
perusahaan perantara. Hitunglah PPh Final yang dipotong.
Jawab:
Diskonto = (Rp7.000.000,00 - Rp6.000.000,00) x 50 = Rp50.000.000,00

PPh final = 15% x Rp50.000.000,00 = Rp7.500.000,00

Penghasilan Atas Diskonto Surat Perbendaharaan Negara (SPN)

 
Surat Perbendaharaan
Negara yang selanjutnya disebut SPN adalah Surat Utang Negara
yang berjangka waktu paling lama 12
(dua belas) bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto.
 

Objek Pajak :

Penghasilan berupa diskonto SPN yaitu selisih lebih antara nilai nominal/ harga jual 
dengan harga perolehan di pasar perdana/ pasar sekunder.
 
Pemotong Pajak : 
 Penerbit SPN (emiten)  
 Perusahaan efek (broker) selaku pedagang perantara
Tarif Pajak :

 20%  bagi Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT); dan
 20%  bagi Wajib Pajak penduduk/berkedudukan di luar negeri,
Contoh Perhitungan:

Pada tanggal 1
Mei 2018 Pemerintah Kota Meraman (emiten) menerbitkan Surat Perbendaharaan Negara s
ebagai berikut:

 Nilai nominal Rp 100.000.000,00.
 Jangka waktu SPN 12 bulan (jatuh tempo tanggal 1 Mei 2019).
 PT. Domestika (investor) pada saat penerbitan perdana membeli SPN dengan harga R
p 94.000.000,00.
 PT. Domestika tetap memegang SPN tersebut hingga saat jatuh tempo. 
Perhitungan diskonto dan PPh final
yang terutang oleh PT. Domestika pada saat jatuh tempo
SPN adalah sebagai berikut:
 Diskonto: Rp 100.000.000,00 – Rp 94.000.000,00 = Rp 6.000.000,00
 PPh Final: 20% x Rp 6.000.000,00 = Rp 1.200.000,00  

Penghasilan berupa Dividen

Objek Pajak :
dividen, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagia
n sisa hasil usaha koperasi. Dividen merupakan laba atau keuntungan yang diterima oleh
pemilik saham yang berasal dari keuntungan perusahaan dalam menjalankan usaha selama
satu periode.

Tarif Pajak : 10% dari jumlah bruto dividen yang diterima.
 
Pemotong Pajak :
Pihak yang membayar atau pihak lain
yang ditunjuk selaku pembayar dividen sekaligus melakukan penyetoran Pajak Peng
hasilan atas dividen tersebut dan melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak
 

Contoh perhitungan :

Berdasarkan hasil RUPS PT. Malika Jaya akan membagikan dividen kepada para pe
megang sahamnya. Deviden yang dibagikan adalah sebesar Rp250 per lembar saha
m. Komposisi pemegang saham yang tercatat :
 Sabrina, dengan kepemilikan sebesar 100.000 lembar saham;
 Wibowo, dengan kepemilikan sebesar 150.000 lembar saham; dan
 Tyas, dengan kepemilikan sebesar 300.000 lembar saham.
Bagaimana kewajiban pemotongan dan pemungutan  
 
Jawab:

PPh atas transaksi pembagian dividen tersebut?
- PPh final atas dividen yang diterima Sabrina  : 10% x Rp250 x 100.000 = Rp2.500.000,00

- PPh final atas dividen yang diterima Wibowo  : 10% x Rp250 x 150.000 = Rp3.750.000,00

- PPh final atas dividen yang diterima Tyas  : 10% x Rp250 x 300.000 = Rp7.500.000,00

Penghasilan berupa Hadiah Undian

Objek Pajak :
atas penghasilan berupa hadiah undian dengan nama dan dalam bentuk apapun dipotong at
au dipungut Pajak Penghasilan yang bersifat final.

Tarif Pajak : 25% dari jumlah bruto hadiah undian.


 
Ketentuan :
 Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) dipotong, disetor dan dilaporkan oleh Waji
b Pajak penyelenggara hadiah undian.
 Penerima hadiah undian berhak menerima bukti pemotongan PPh Pasal 4 ay
at (2) dari penyelenggara hadiah undian.
 Hadiah undian berupa barang akan ditentukan nilainya berdasarkan harga Pa
sar.
Contoh Perhitungan:
PT Oke Indonesia menyelenggarakan penarikan hadiah undian atas kupon-kupon ya
ng telah dikirimkan oleh para pelanggannya, dengan hadiah mobil senilai Rp470.000
.000. Dalam penarikan undian tersebut nama Budiman muncul sebagai pemenang h
adiah undian. Bagaimana penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 ayat 2 ata
s hadiah undian yang harus dipotong oleh PT Oke Indonesia?
 

PPh Final dipotong oleh PT Oke Indonesia adalah:
25% x Rp 470.000.000 = Rp117.500.000.

Transaksi Penjualan Saham


Objek Pajak: 
Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari transak
si penjualan saham di bursa efek dipungut Pajak Penghasilan yang bersifat final.
 
Pemotong Pajak :
Penyelenggara bursa efek wajib memungut Pajak Penghasilan setiap transaksi penj
ualan saham di bursa efek.
 
Tarif Pajak :
 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham (bukan saham
pendiri) 
 Dikenakan tambahan 0,5% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan saham
(saham pendiri)
Pengertian Pendiri disini adalah:

 Orang Pribadi atau badan yang tercantum namanya dalam Daftar Pemegang 
Saham PT atau AD PT sebelum pendaftaran kepada Bapepam. 
 Orang Pribadi atau badan yang menerima pengalihan saham dari pendiri mel
alui:
1. Warisan
2. Hibah
3. Cara pengalihan lain yang tidak dikenai PPh.
Tidak termasuk dalam pengertian saham pendiri adalah:
1. saham yang diperoleh pendiri yang berasal dari pembagian dividen berupa sa
ham;
2. saham yang diperoleh pendiri setelah penawaran umum perdana (initial
public
offering) yang berasal dari pelaksanaan hak pemesanan efek terlebih dahulu 
(right issue), waran, obligasi konversi dan efek konversi lainnya;
3. saham yang diperoleh pendiri perusahaan Reksadana 
Contoh perhitungan :
Brian menjual saham yang dimilikinya, yang terdiri atas :

 20 lot saham Unilever @ Rp 1.200 per lembar,
 30 lot saham Indofood @ Rp 1.500 per lembar, dan
 10 lot saham Astra @ Rp 6.000 per lembar.
Hitunglah PPh final yang dikenakan terhadap Brian (1 lot saham = 100 lbr).

 
Jawaban:
Saham Unilever      = 20 x 100 x 1.200  =   2.400.000,00
Saham Indofood     = 30 x 100 x 1.500  =   4.500.000,00
Saham Astra           = 10 x 100 x 6.000  =   6.000.000,00
                       Total saham yang dijual   =  12.900.000,00
 
PPh Final   = 0,1% x 12.900.000,00 = 12.900,00
 
Jika terdapat 5
lot saham Astra merupakan saham pendiri, maka tambahan beban pajak dikenakan 
atas transaksi tersebut:
 
PPh  = 12.900 + (0,5% x (5 x 100 x 6.000)
    = 12.900 + (0,5% x 3.000.000)
    = 12.900 + 15.000
    = 27.900
 

Penghasilan atas Jasa Konstruksi

Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perenc
anaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsite
ktural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta keleng
kapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
 
Objek PPh yang bersifat final adalah penghasilan dari usaha jasa konstruksi.

Tarif:

 Pelaksana Jasa Konstruksi kecil dikenakan tarif 2%.


 Pelaksana Jasa Konstruksi tanpa sertifikasi dikenakan tarif 4%.
 Pelaksana Jasa Konstruksi sedang dan besar dikenakan tarif 3%.
 Perancang atau pengawas Jasa Konstruksi oleh penyedia Jasa Konstruksi
dengan sertifikat usaha dikenakan tarif 4%.
 Perancang atau pengawas Jasa Konstruksi oleh penyedia Jasa Konstruksi
tanpa sertifikat usaha dikenakan tarif 6%.
Contoh perhitungan :
 

Tuan Karso mendapat pekerjaan untuk membangun pos satpam di pintu depan dan 
pintu belakang Perumahan Indah Permai senilai Rp50.000.000,00.
Tuan Karso memiliki sertifikasi yang diterbitkan oleh LPJK sebagai pengusaha jasa 
pelaksanaan konstruksi gred 1
(kualifikasi usaha kecil) . Pembayaran atas pekerjaan pembangunan pos satpam ter
sebut dilakukan oleh PT. Semampai selaku pengembang Perumahan Indah Permai. 
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh final PT. Semampai terkai
t pembayaran pekerjaan pembangunan dua pos satpam kepada Tuan Karso ? 
 
Jawaban:
PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa kontruksi:
2% x Rp50.000.000,00 = Rp1.000.000,00.

Persewaan atas Tanah dan Bangunan

Objek Pajak: 
Penghasilan berupa sewa atas tanah dan atau bangunan berupa tanah, rumah, rum
ah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, gedung pertokoan, atau g
edung pertemuan termasuk bagiannya, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang dan 
bangunan industri, dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final.
 
Tarif : 
10% jumlah bruto nilai persewaan tanah dan atau bangunan.
Pemotong Pajak:
 Pemotongan dilakukan oleh penyewa dalam hal penyewa adalah Badan Pem
erintah, Subjek Pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk u
saha tetap, kerjasama operasi, perwakilan perusahaan luar negeri lainnya, da
n orang pribadi yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
 Dalam penyewa adalah orang pribadi atau bukan Subjek Pajak, selain yang t
ersebut di atas, PPh disetor sendiri oleh yang menyewakan.
Contoh perhitungan :

Moreno menyewa rumah milik Damas selama 5 tahun dari Desember 2017 sampai
dengan Desember 2022 sebesar Rp 125.000.000 yang dibayar pada awal sewa.
Atas pembayaran sewa tersebut hitunglah pembayaran pajak yang dilakukan oleh
damas atas transaksi penyewaan tanah dan bangunan tersebut.
 

Jawab:

PPh Terutang   = 10% x 125.000.000


                     =  12.500.000
  
Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan

Dasar hukum PP Nomor 34 Tahun 2016. 

 
Objek Pajak :
a. pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; atau b. perjanjian pengikatan jual beli atas
tanah dan/atau bangunan beserta perubahannya, terutang Pajak Penghasilan yang bersifat
final.

Sumber: https://setkab.go.id/pp-no-342016-pph-pengalihanjual-beli-tanahbangunan-25-di-
bawah-rp-60-juta-dikecualikan/
 Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, yaitu penghasilan yang
diterima atau diperoleh pihak yang mengalihkan hak atas tanah dan/atau
bangunan melalui penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan
hak, lelang, hibah, waris, atau cara lain yang disepakati antara para pihak
penghasilan yang diterima atau diperoleh pihak yang mengalihkan hak atas tanah dan/atau
bangunan melalui penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah,
waris, atau cara lain yang disepakati antara para pihak

Sumber: https://setkab.go.id/pp-no-342016-pph-pengalihanjual-beli-tanahbangunan-25-di-
bawah-rp-60-juta-dikecualikan/penghasilan yang diterima atau diperoleh pihak yang
mengalihkan hak atas tanah dan/atau bangunan melalui penjualan, tukar-menukar,
pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah, waris, atau cara lain yang disepakati antara
para pihak

 perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan


1. pihak penjual yang namanya tercantum dalam perjanjian
pengikatan jual beli pada saat pertama kali ditandatangani; 
2. pihak pembeli yang namanya tercantum dalam perjanjian
pengikatan jual beli sebelum terjadinya perubahan atau
adendum perjanjian pengikatan jual beli, atas terjadinya
perubahan pihak pembeli dalam perjanjian pengikatan jual beli
tersebut.
Besarnya Pajak Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan
sebagaimana dimaksud adalah sebesar: 
 2,5% (dua koma lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas
tanah dan/ atau bangunan selain pengalihan hak atas tanah dan/ atau
bangunan berupa Rumah Sederhana atau Rumah Susun Sederhana yang
dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak
atas tanah dan/ atau bangunan
 1% (satu persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/ atau
bangunan berupa Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana yang
dilalukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak
atas tanah dan/atau bangunan; 
 0% (nol persen) atas pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan kepada
pemerintah, badan usaha milik negara yang mendapat Penugasan khusus
dari Pemerintah, atau badan usaha milik daerah yang mendapat penugasan
khusus dari kepala daerah, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
yang mengatur mengenai pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum.
Besarnya Pajak Penghasilan atas penghasilan dari perjanjian pengikatan jual beli
atas tanah dan/atau bangunan beserta perubahannya sebagaimana dimaksud
berdasarkan tarif dari jumlah bruto, yaitu: 
 nilai yang sesungguhnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan tanah
dan/ atau bangunan dilakukan melalui pengalihan yang tidak dipengaruhi
hubungan istimewa; atau
 nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan tanah
dan/ atau bangunan dilakukan melalui pengalihan yang dipengaruhi
hubungan istimewa.
Sementara kriteria Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana sebagaimana
dimaksud, sesuai dengan kriteria Rumah Sederhana dan Rumah Susun Sederhana
yang mendapat fasilitas dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. 
 
Yang dikecualikan dari kewajiban pembayaran atau pemungutan Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud adalah: 
1. Orang pribadi yang mempunyai penghasilan di bawah Penghasilan Tidak
Kena Pajak yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan
dengan jumlah bruto pengalihannya kurang dari Rp60.000.000,00 (enam
puluh juta rupiah) dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah; 
2. Orang pribadi yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/ atau
bangunan dengan cara hibah kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan
sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan
usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak
yang bersangkutan; 
3. Badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan
dengan cara hibah kepada badan keagamaan, badan pendidikan, badan
sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan
usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang hibah tersebut tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihakpihak
yang bersangkutan; 
4. Pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan karena waris; 
5. Badan yang melakukan pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan
dalam rangka penggabungan, peleburan, atau pemekaran usaha yang telah
ditetapkan Menteri Keuangan untuk menggunakan nilai buku; 
6. Orang pribadi atau badan yang melakukan pengalihan harta berupa
bangunan dalam rangka melalsanakan perjanjian bangun guna serah,
bangun serah guna, atau pemanfaatan barang milik negara berupa tanah
dan/atau bangunan; 
7. Orang pribadi atau badan yang tidak termasuk subjek pajak yang melakukan
pengalihan harta berupa tanah dan/ atau bangunan.
Contoh perhitungan :
PT. Widya Property menjual 1 (satu)
unit rumah dengan tipe 45/150 kepada ibu Dian seharga Rp580.000.000,-. Ibu Dian 
membayar uang muka sebesar Rp180.000.000,- pada tanggal 21 Agustus 2016 dan 
selisihnya akan dibayar bulan berikutnya. Hitunglah PPh Terutang atas transaksi ter
sebut.
  
Jawaban:
Uang muka : 180.000.000 x 2,5%    =   4.500.000
Pelunasan    : 400.000.000 x 2,5%   = 10.000.000
       Jumlah PPh Final dipotong        = 14.500.000
a. pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; atau b. perjanjian pengikatan jual beli atas
tanah dan/atau bangunan beserta perubahannya, terutang Pajak Penghasilan yang bersifat
final.

Sumber: https://setkab.go.id/pp-no-342016-pph-pengalihanjual-beli-tanahbangunan-25-di-
bawah-rp-60-juta-dikecualikan/

a. pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; atau b. perjanjian pengikatan jual beli atas
tanah dan/atau bangunan beserta perubahannya, terutang Pajak Penghasilan yang bersifat
final.

Sumber: https://setkab.go.id/pp-no-342016-pph-pengalihanjual-beli-tanahbangunan-25-di-
bawah-rp-60-juta-dikecualikan/

a. pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; atau b. perjanjian pengikatan jual beli atas
tanah dan/atau bangunan beserta perubahannya, terutang Pajak Penghasilan yang bersifat
final.
Sumber: https://setkab.go.id/pp-no-342016-pph-pengalihanjual-beli-tanahbangunan-25-di-
bawah-rp-60-juta-dikecualikan/

a. pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; atau b. perjanjian pengikatan jual beli atas
tanah dan/atau bangunan beserta perubahannya, terutang Pajak Penghasilan yang bersifat
final.

Sumber: https://setkab.go.id/pp-no-342016-pph-pengalihanjual-beli-tanahbangunan-25-di-
bawah-rp-60-juta-dikecualikan/

Penghasilan atas Omzet Usaha Kecil Menegah (UKM)

Pajak Penghasilan Final untuk UKM awalnya diatur pada Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 46 Tahun 2013 dengan ketentuan PPh Final untuk usaha kecil menengah
yaitu pajak atas penghasilan (omzet) dari bisnis yang didapat atau diterima wajib
pajak dikenakan tarif 1%. Selain itu PPh Final dikhususkan bagi wajib pajak yang
punya omzet kurang dari Rp 4,8 miliar selama setahun. 
Kemudian pada tanggal 1 Juli 2018, pemerintah menerbitkan PP Nomor 23 Tahun
2018 soal tarif baru untuk PPh Final UKM/UMKM. Tarif tersebut yang tadinya
sejumlah 1% dipotong menjadi 0,5% dengan persyaratan sebagai berikut:
 Wajib pajak orang pribadi dapat menerima tarif PPh Final 0,5% selama
jangka waktu 7 tahun.
 Wajib pajak badan atau usaha seperti koperasi, Perseroan Komanditer (CV),
dan juga Firma bisa menerima tarif PPh Final 0,5% dalam waktu 4 tahun.
 Sementara untuk Perseroan Terbatas (PT), menerima tarif PPh Final 0,5%
hanya dalam jangka waktu 3 tahun.
Sementara tarif PPh Final 0,5% untuk UKM dikenakan berdasarkan:
 Omzet perusahaan atau usaha mencapai Rp 4,8 miliar dalam satu tahun.
 Wajib pajak tetap dikenakan tarif PPh Final 1% hingga akhir tahun pajak yang
bersangkutan jika omzet kumulatifnya tidak lebih dari Rp 4,8 miliar dalam
setahun.
 Wajib pajak dikenakan tarif PPh sesuai ketentuan UU Pajak Penghasilan jika
omzet yang didapat lebih dari Rp 4,8 miliar dalam setahun.
Untuk menghitung PPh Final UKM sebetulnya cukup sederhana, karena setiap
transaksi penjualan dari bisnis Anda per bulan harus ditotalkan dahulu dan dikalikan
dengan 0,5%. Setiap tanggal 15 bulan berikutnya, Anda wajib membayarkan PPh
Final ke kas negara. Setelah melakukan pembayaran, Anda akan mendapat bukti
bayarnya berupa Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
Contohnya:
Tuan Komang sebagai wajib pajak orang pribadi mempunyai omzet dari usahanya
setiap bulan sebesar Rp 20.000.000 pada bulan September 2019. Maka, di tanggal
15 Oktober 2019, Tuan Komang harus membayarkan PPh Final terhutangnya
sebesar Rp 20.000.000 x 0,5% = Rp 100.000.
Pembayaran PPh Final bisa Anda lakukan pada bank persepsi ataupun di kantor
pos, namun sebelum itu Anda harus lebih dulu memiliki kode pembayaran lewat
aplikasi e-Billing (SSE). Selain itu, Anda juga bisa melakukan pembayaran pajak
melalui mesin ATM, internet banking, maupun mobile banking di bank yang ditunjuk
langsung oleh Kementerian Keuangan.
Setelah Anda membayar pajak, tidak diharuskan lagi untuk melapor lewat SPT
Masa. Karena tanggal validasi Nomor Transaksi Penerimaan Negara sudah tertera
pada setoran surat pajak PPh Final dan dianggap sudah melapor oleh SPT Masa
oleh Dirjen Pajak.
Dengan adanya tarif pajak PPh Final sebesar 0,5% khusus untuk usaha kecil
menengah atau usaha mikro kecil menengah ini, diharapkan tidak lagi memberatkan
pengusaha dalam melakukan pembayaran kepada kas negara. Disamping itu,
penetapan tarif pajak PPh Final tersebut bertujuan untuk membantu meningkatkan
pertumbuhan perekonomian negara, serta minat masyarakat dalam membangun
UKM.
Sementara untuk pembayaran dan pelaporan PPh Final bisa Anda lakukan secara
online di situs resmi Dirjen Pajak atau mitra resmi yang ditunjuk Dirjen Pajak.
Untuk lebih jelasnya tentang PPh Final UKM silahkan baca PP N0. 23 Tahun 2018
SHARE THIS POST
RELATED POSTS


Pajak Penghasilan Yang Bersifat Final


Fungsi Finansial SLN, SYD dan DDB


Mengolah Data dengan Fungsi Waktu Otomatis

Mengolah data dengan Fungsi Tanggal Otomatis
0 RESPONSE TO "PAJAK PENGHASILAN YANG BERSIFAT FINAL"

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Newer PostOlder Post


ENTRI POPULER


Evaluasi Hasil Kegiatan Usaha

Setiap aktivitas keuangan usaha sudah pasti harus dibuatkan pertanggungjawaban sebagai bentuk
evaluasi kegiatan usaha dan sebagai dasar untu...


Daftar Hadir Siswa

Halo anak-anak selamat berjumpa kembali di tahun ajaran baru 2021/2022. Tetap semangat
belajar ya meskipun tahun ini kembali kita haru...


Pengertian, Jenis, dan Fungsi Program Pengolah Angka/ Spreadsheet

Kemajuan teknologi di bidang elektronika memberi banyak manfaat kepada semua orang untuk
mempermudah mereka dalam menyelesaikan pekerjaan me...


Bagian-Bagian Microsoft Excel Beserta Fungsinya

Setelah mengenal microsoft excel sekarang mari berkenalan dengan tampilan antar muka
microsoft excel dan mengetahui fungsi bagian-bagian mic...

Fungsi Finansial SLN, SYD dan DDB

Setelah memahami dan mengaplikasikan fungsi matematika dan fungsi statistik dalam Microsoft
Excel, berikut ini akan dibahas tentang fungsi f...

FEATURED POST

Latihan Praktik 2 - Menggunakan Fungsi Matematika pada


Microsoft Excel
Setelah membaca materi tentang Jenis dan Fungsi Matematika pada Microsoft
Excel dan menyelesaikan  Latihan Praktik 1 untuk selanjutnya sil...

RECENT POST

Latihan Praktik 2 - Menggunakan Fungsi Matematika Pada Microsoft Excel


Latihan Praktek 1 - Menggunakan Fungsi Matematika Pada Microsoft Excel

LATIHAN SOAL MEMBUAT DAFTAR GAJI PEGAWAI

Latihan Praktik Menggunakan Fungsi HLOOKUP

Latihan Praktik Menggunakan Fungsi VLOOKUP

LABELS

AGENDA (3)BAHAS TUGAS (5)DAFTAR HADIR (1)KUIS (12)KUIS PAJAK (7)KUIS PAL (1)KUIS PKK (1)KUIS


SPREADSHEET (3)KUMPULAN SOAL (4)MATERI (37)MATERI PAJAK (21)MATERI PAL (4)MATERI
PKK (7)MATERI SPREADSHEET (13)POWER POINT (4)POWER POINT PAJAK (3)POWER POINT
SPREADSHEET (1)TUGAS (30)TUGAS PAJAK (11)TUGAS PAL (4)TUGAS
SPREADSHEET (19)ULANGAN (4)ULANGAN PAJAK (2)ULANGAN SPREADSHEET (2)VIDEO (14)VIDEO
PAJAK (6)VIDEO SPREADSHEET (9)

BLOG ARCHIVE

September (1)

 August (1)
 April (2)
 March (3)
 February (11)
 October (14)
 September (21)
 August (14)
 July (12)
 April (1)
 March (4)
 February (5)
 January (5)
 November (1)
 October (12)
 September (3)
 August (8)
 July (8)
 June (1)
TOTAL PAGEVIEWS

Ni Kadek Ayu Mega Adiyani, S.Pd


Halo kawan blogger perkenalkan saya Ni Kadek Ayu Mega Adiyani, S.Pd. Saat ini saya adalah
guru di SMK Negeri 2 Denpasar, mengampu mata pelajaran Produktif Akuntansi. Mengajar
adalah salah satu profesi yang membanggakan bagi saya. Karena bisa belajar tentang karakter
banyak orang dan berbagi ilmu serta memiliki banyak waktu untuk mengembangkan diri. Blog ini
adalah salah satu wadah yang saya gunakan untuk berbagi dan belajar mengembangkan diri.
Berbagi materi, soal, media dan belajar menulis. Astungkara blog ini dapat bermanfaat untuk
kawan blogger semuanya.

View my complete profile

 About
 

 Contact
 

 Privacy Policy
 

 Disclaimer
 

 Sitemap
Copyright 2018 Kelasmega

Website pajakku menggunakan cookies untuk peningkatan pengalaman menjelajah yang lebih baik
Syarat & KetentuanKebijakan PrivasiPerjanjian Lisensi

MENGERTI

 ARTIKEL
 TULISAN ANDA

Penyetoran dan Pelaporan Pajak


Penghasilan (PPh) Pasal 21
Wulan Pranita, 3 tahun yang lalu

Pembayaran pajak pph 21

Bali - Guna memenuhi pengeluaran yang digunakan untuk terlaksananya


pembangunan negara, pembayaran pajak digunakan untuk memenuhi
kebutuhan negara guna mewujudkan pembangunan nasional, maka
diperlukannya kesadaran masyarakat Indonesia dan juga memahami
tentang perpajakan yang ada di Indonesia.
Peranan pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, sangat
besar per tahunnya, hingga mencapai setengah bagian yang didapatkan
negara dari keseluruhan, karena masyarakat Indonesia sangat berperan
besar terhadap sistem perpajakan yang ada di Indonesia. Sebagai seorang
Wajib Pajak dalam negeri maupun Wajib Pajak dalam negeri yang
mempunyai penghasilan diluar negeri yang baik, akan melakukan
penyetoran pajak tepat pada waktu dan sesuai peraturan yang sudah
ditetapkan. Didalam hal ini tidak hanya saja dalam melakukan pemenuhan
pembayaran pajak sesuai dengan ketentuan yang ada, yang sudah
ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Baca juga  Pajak Profesi: Guru dan Dosen
Pada kenyataannya, masyarakat Indonesia masih belum bisa
untuk melaksanakan sistem perpajakannya dengan baik, karena Wajib
Pajak masih banyak yang melakukan perlawanan aktif atau pasif.  Apabila
petugas wajib melaksanakan tugasnya untuk menagih hutang perpajakan
yang terhutang, menurut (Lumbantoruan, 2002). Secara umum pajak
merupakan kontribusi yang wajib untuk negara yang terutang oleh orang
pribadi maupun badan yang bersifat memaksa sesuai dengan Undang-
Undang yang imbalannya tidak didapatkan secara langsung guna keperluan
negara untuk kemakmuran rakyatnya. Sistem pemungutan perpajakan
membedakan jadi 3 yaitu: Yang menentukan ialah orang pajak (fiscus), yang
menghitung dan yang melaporkan ialah Wajib Pajaknya sendiri, yang
menghitung, memotong dan yang menyetorkan ialah melalui pihak ketiga,
menurut (Mardiasmo, 2009)
Pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 merupakan peraturan pembayaran
perpajakan untuk tahun berjalan, dengan cara memotong pajak
penghasilan yang diperoleh atau yang didapatkan Wajib Pajak Orang
Pribadi dalam negeri yang berhubungan dengan pekerjaan, jasa maupun
kegiatan. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 ialah  pungutan pajak
penghasilan berupa gaji, upah, honor, tunjangan, dan pendapatan lain atas
nama Wajib Pajak dan dalam bentuk apapun yang bersangkut paut dengan
pekerjaan, jabatan, jasa dan kegiatan yang sedang dilakukan Orang Pribadi
Subjek Pajak dalam negeri.
Baca juga  NIK Belum Aktif, Kenaikan Tarif PPh 23 Non-NPWP
Tetap Berlaku
Penyetoran Pajak Penghasilan bisa dilakukan dengan cara Online Banking,
menyetor lewat Teller Bank atau Kantor Pos, dan bisa juga dibayarkan lewat
pajakku. Setelah dilakukan penyetoran pajak oleh Wajib Pajak, Wajib Pajak
harus melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21. Pelaporan guna pelunasan Pajak
Penghasilan (PPh) dapat dilakukan dengan berbagai pihak, seperti halnya
Orang Pribadi, Wajib Pajak, pemungutan pajak, pemotongan pajak, yang
menyerahkan barang, dan pegawai atau petugas perpajakan, menurut
(Mulyono, 2010). Pelaporan SPT Masa Pph Pasal 21 ini diwajibkan melalukan
dengan cara E-Filing Pph Pasal 21. 
Dasar Hukum

 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 hingga Undang-Undang Nomor 36 tahun


2008 tentang Pajak Penghasilan.
 Peraturan Menteri Keuangan No. 252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemotongan Pajak atas Penghasilan Sehubungan dengan
Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
 Peraturan Kementerian Keuangan (PMK) Nomor 59/PMK.03/2022 Perubahan
atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019 tentang Tata Cara
Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Pengukuhan dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Pemotongan dan/atau
Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak bagi Instansi Pemerintah
 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan (HPP).
Baca juga  Cek Piutang Pajak Tahun 2021 Di Sini!
Tarif
Merajuk pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 mengenai Harmonisasi
Peraturan Perpajakan (UU HPP) yang telah diberlakukan sejak 1 Januari
2022, tedapat lapisan tarif terbaru atas PPh 21 wajib pajak orang pribadi
yakni UU HPP merevisi lapis pajak mulai dari lapisan 1 hingga 4, serta
menambahkan 1 lapisan pajak, sehingga menjadi :

 Lapis I (5%) = PKP ≤ Rp60juta


 Lapis II (15%) = Rp60 juta < PKP ≤ Rp250 juta
 Lapis III (25%) = Rp250 juta < PKP ≤ Rp500 juta
 Lapis IV (30%) = Rp500 juta < PKP ≤ Rp5 miliar
 Lapis V (35%) = PKP > Rp5 miliar.

Artikel Lainnya

Pajak Profesi: Kepala Daerah, Apakah Juga Dipotong Pajak?

sehari yang lalu


Hanya Tumbuh Sedikit, Target Pajak Tahun Depan Dirancang Lebih Realistis

sehari yang lalu


Fokus

Ini Dia, Rincian 2 Tahap Implementasi Coretax System

sehari yang lalu


KMK Tarif Bunga Periode Oktober 2022

2 hari yang lalu

Pemerintah Tambah Jenis Barang Kena Cukai Tahun Depan

2 hari yang lalu


Mulai Tahun Depan, Pihak Lain Penyelenggara Layanan Wajib Pakai NIK

3 hari yang lalu

Bisnis Digital Marak, Penerbitan UU HPP Tutup Celah Aturan Pajak


4 hari yang lalu

Subscribe
Dapatkan informasi terbaru dari pajakku
Name
Email

BERLANGGANAN

Sekilas Pajakku
 Pajakku menjadi Mitra Strategis Direktorat Jenderal Pajak sejak 2005 melalui lisensi
terbaru SK KEP-211/PJ/2022  sebagai PJAP
 Pajakku telah ditunjuk oleh Peruri sebagai Distributor Meterai Elektronik melalui
Surat Perjanjian no.SP-1437/XII/2021
 Terdaftar Fintech di Bank Indonesia sebagai Sistem pembayaran sejak 2018
 Mitra Strategis Direktorat Jenderal Perbendaharaan sejak 2020 melalui lisensi  SK
KEP-159/PB/2020  sebagai Lembaga Persepsi Lainnya
 Bersertifikasi internasional ISO/IEC 27001:2013 untuk Sistem Keamanan Informasi,
ISO 9001:2015 untuk Sistem Manajemen Mutu, dan ISO/IEC 20000-1:2018 untuk
Sistem Manajemen Layanan Teknologi Informasi, dari British Standards Institution
 Memiliki tim support terlatih melalui sertifikasi brevet AB

Alamat
Operational Office
The Nebula Center Jakarta 2nd Floor, Jl. Kemanggisan Utama Raya no. J4,
Palmerah, Jakarta. 11480.

Bandung
The Nebula Center Bandung Jl. Cigadung Raya Barat no. 6,
Bandung. 40191.

Bali
The Nebula Center Bali Jl. Tukad Unda IV no. 3X, Renon,
Denpasar, Bali. 80226.

Kontak
Phone Hunting

+62804 1 501 501


Informasi lebih lanjut

EMAIL KAMI
2022 © PT. Mitra PajakkuSyarat & KetentuanKebijakan PrivasiPerjanjian Lisensi

Perhatian, Pajakku Ganti Nomor Telepon! Kini, nomor telepon Head Office dan Support Pajakku
beralih menjadi 0804 1 501 501
BA YA R

PNBP

Anda mungkin juga menyukai