KELASMEGA
×
HOME › MATERI › MATERI PAJAK
Pajak mungkin sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia. Pada hakikatnya pajak
merupakan bagian dari hak dan kewajiban hidup sebagai warga negara di Indonesia. Salah
satu contoh pajak adalah Pajak penghasilan atau disingkat PPh. dilihat dari sifatnya PPh
ada yang bersifat final dan non final. Nah, mari kita bahas PPh yang bersifat final.
Pungutannya yang seketika membuat penghasilan yang dikenai PPh final tidak lagi
diikutsertakan dalam penghitungan pajak terutang tahunan. Kendati demikian,
penghasilan itu tetap harus dilaporkan dalam surat pemberitahuan (SPT).
Perbedaan PPh Final dengan PPh Non-Final
1. Berbeda Sistem Hitungnya
PPh final dihitung langsung sebagai satu kesatuan tanpa dikaitkan dengan perhitungan
penghasilan lainnya. Sedangkan PPh non-final dihitung dari penghasilan bruto ditambah
biaya lain seperti biaya perolehan, pemeliharaan, dan penagihan. Jadi, jika penghasilan
yang didapat termasuk PPh final, maka penghasilan tersebut tidak perlu dihitung lagi untuk
mengetahui berapa pajak terutang.
2. Tarifnya Berbeda
Untuk PPh non-final, tarif yang dikenakan adalah tarif umum progresif yang tercantum dalam
pasal 17 UU PPh. Sedangkan tarif dan dasar pemungutan PPh final diatur oleh Peraturan
Presiden (Perpres) atau Peraturan Menteri (Permen).
Baca Juga
Pada PPh final, jumlah pajak yang dipotong pihak lain atau dibayar sendiri dapat saat
menerima penghasilan dan dikreditkan pada SPT tahunan. Sedangkan pada PPh non-final
kewajiban baru bisa ditunaikan begitu kita menyetor dan melaporkan SPT tahunan.
Transaksi PPh non final dianggap lunas apabila telah selesai melakukan perhitungan pajak
akhir tahun.
Ketentuan PPh final secara umum tercantum dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-
Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008 yang menyatakan setidaknya ada
5 kelompok penghasilan yang dikenakan PPh final, yaitu:
a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi
dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota koperasi orang pribadi;
b. penghasilan berupa hadiah undian;
c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif
yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau
pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima
oleh perusahaan modal ventura;
d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah
dan/atau bangunan; dan
e. penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
Adanya ketentuan penghasilan tertentu lainnya merepresentasikan bahwa UU PPh
memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk menentukan jenis penghasilan
lain yang tidak dicontohkan dalam Pasal 4 ayat (2) tetapi akan dikenakan PPh final.
Untuk itu, selain dalam Pasal 4 ayat (2), ketentuan PPh final saat ini tersebar dalam
beberapa pasal lain seperti Pasal 15, Pasal 17 ayat (2c), Pasal 19, Pasal 21, Pasal 22, dan
Pasal 26. Setiap jenis PPh final tersebut memiliki aturan pajak tersendiri.
Selain itu, sistem pengenaan PPh final pada dasarnya menjadi salah satu cara
pemerintah dalam menarik pajak dengan cara sederhana. Disebut sederhana
karena wajib pajak dapat menghitung pajak dengan sekali hitung, yaitu pada
umumnya dengan cara mengalikan penghasilan bruto dengan tarif.
Objek PPh Final dan Tarifnya
Tarif : 20%.
Objek Pajak :
Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat B
ank Indonesia.
Termasuk bunga yang diterima atau diperoleh dari deposito dan tabungan ya
ng ditempatkan di luar negeri melalui bank
yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.
Pengecualian:
Pemotongan pajak atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta
diskonto Sertifikat Bank Indonesia tidak dilakukan terhadap :
bunga dari deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank
Indonesia sepanjang jumlah deposito dan tabungan serta Sertifikat Bank lndo
nesia tersebut
dibawah Rp 7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) dan bukan merup
akan jumlah yang dipecah-pecah;
bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di
Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia;
bunga deposito dan tabungan serta diskonto sertifikat Bank Indonesia
yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan sepanjang dananya diperoleh dari sumber pendapat
an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang-undang Nomor 11 Tahun
1992 tentang Dana Pensiun;
bunga tabungan pada bank
yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka pemilikan rumah sederhana dan san
gat sederhana, kaveling siap bangun untuk rumah sederhana dan sangat sed
erhana, atau rumah susun sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
untuk dihuni sendiri.
Contoh perhitungan 1 :
Jawab:
Contoh perhitungan 2 :
PT. Abadi Karya membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dari Bank Indonesia dengan
nominal Rp1.000.000.000 dengan memperoleh diskonto sebesar Rp20.000.000. Pada
tanggal 1 April 2019, perusahaan menjual SBI tersebut kepada PT. Sentosa dengan harga
Rp980.000.000 dan dibayarkan pada saat yang sama. Bagaimana kewajiban pemotongan
atau pemungutan PPh atas transaksi tersebut?
Jawab :
PPh Pasal 4 ayat 2 yang dipotong oleh PT. Abadi Karya adalah:
20% x Rp20.000.000 = Rp4.000.000,-
Penghasilan berupa Bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota
Dasar hukum: Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2009.
Tarif :
0% untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan Rp240.000
per bulan;
10% untuk jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan
lebih dari Rp240.000 per bulan.
Objek
Pajak : Penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan kepada anggota koperasi ora
ng pribadi.
Pemotong Pajak :
Koperasi yang melakukan pembayaran bunga simpanan kepada anggota koperasi orang pri
badi, wajib memotong Pajak Penghasilan yang bersifat final tersebut.
Contoh Perhitungan:
Koperasi Sumber Kasih membagikan bunga simpanan koperasi kepada anggotanya setiap
bulan yang dibayarkan setiap tanggal 25, anggota koperasi yang memperoleh bunga
simpanan salah satunya Maria. Berdasarkan data yang ada Maria mendapatkan bunga
simpanan sebagai berikut:
Januari : Rp 350.000,-
Pebruari : Rp 250.000,-
Maret : Rp 470.000,-
April : Rp 210.000,-
Mei : Rp 580.000,-
Juni : Rp 540.000,-
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh Pasal 4 ayat 2 atas bunga
simpanan tersebut?
Jawab:
Obligasi adalah surat utang atau Surat Utang Negara yang berjangka waktu lebih dari 12
(dua belas) bulan. Bunga Obligasi adalah imbalan yang diterima atau diperoleh pemegang
Obligasi dalam bentuk bunga dan/atau diskonto. Sedangkan diskonto adalah selisih antara
nilai nominal (face value) obligasi dengan harga jualnya. Penghasilan berupa bunga dan
diskonto inilah yang menjadi objek Pajak Penghasilan Final.
Dasar Hukum :
1. PP 16 TAHUN 2009 (berlaku sejak 1 Januari 2009) tentang PPh atas penghasilan
berupa bunga obligasi
2. PMK-85/PMK.03/2011(berlaku sejak 23 Mei 2011) tentang tata cara pemotongan,
penyetoran, dan pelaporan PPh atas bunga obligasi
3. PMK-07/PMK.11/2012 (berlaku setelah 20 hari terhitung sejak tanggal diundangkan
PMK ini) tentang perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
85/PMK.03/2011 tentang tata cara pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh atas
bunga obligasi
Pemotong:
penerbit Obligasi atau kustodian selaku agen pembayaran yang ditunjuk, atas bunga dan/atau
diskonto yang diterima pemegang Obligasi dengan kupon pada saat jatuh tempo Bunga
Obligasi, dan diskonto yang diterima pemegang Obligasi tanpa bunga pada saat jatuh tempo
Obligasi; dan/atau
perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku pedagang perantara dan/atau pembeli, atas bunga
dan diskonto yang diterima penjual Obligasi pada saat transaksi.
Tarif :
Bunga dari obligasi dengan kupon
1. Wajib Pajak dalam negeri dan Badan Usaha Tetap (BUT) dikenakan tarif
15%.
2. Wajib Pajak luar negeri non BUT seusai Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) dikenakan tarif 20%.
Diskonto dari obligasi dengan kupon
1. Wajib Pajak luar negeri non BUT seusai BUT dikenakan tarif 15% dari selisih
lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi atau tidak
termasuk harga berjalan.
2. Wajib Pajak luar negeri non BUT seusai P3B dikenakan tarif 20% dari selisih
lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi atau tidak
termasuk harga berjalan.3.
Diskonto dari obligasi tanpa bunga
1. Wajib Pajak dalam negeri dan BUT dikenakan tarif 15% dari selisih lebih
harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi.
2. Wajib Pajak luar negeri non BUT seusai P3B dikenakan tarif 20% dari selisih
lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan obligasi.
Bunga dan/atau diskonto dari obligasi yang diterima dan/atau diperoleh Wajib
Pajak reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan untuk :
1. Tahun 2009 – 2010 dikenakan tarif sebesar 0%.
Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi.
Manajemen investasi adalah manajemen profesional yang mengelola beragam sekuritas
atau surat berharga seperti saham, obligasi dan aset lainnya seperti properti dengan tujuan
untuk mencapai target investasi yang menguntungkan bagi investor.
Contoh Perhitungan 1:
Pada tanggal 1 Juli 2018, PT. Gyan (wajib pajak dalam negeri) menerbitkan obligasi
dengan kupon (interest bearing bond) dengan nilai nominal Rp10.000.000 per lembar.
Jangka waktu Obligasi 5 tahun (jatuh tempo tanggal 1 Juli 2023). Bunga tetap
sebesar 16% per tahun, jatuh tempo bunga setiap tanggal 30 Juni dan 31
Desember. Penerbitan perdana tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT. Mekari pada saat penerbitan perdana membeli 10 lembar Obligasi dengan harga
di bawah nilai nominal Rp9.000.000 per lembar. Berapa besaran pajak yang harus
dibayarkan atas bunga obligasi tersebut?
Jawab:
Penghasilan Atas Diskonto Surat Perbendaharaan Negara (SPN)
Surat Perbendaharaan
Negara yang selanjutnya disebut SPN adalah Surat Utang Negara
yang berjangka waktu paling lama 12
(dua belas) bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto.
Objek Pajak :
Penghasilan berupa diskonto SPN yaitu selisih lebih antara nilai nominal/ harga jual
dengan harga perolehan di pasar perdana/ pasar sekunder.
Pemotong Pajak :
Penerbit SPN (emiten)
Perusahaan efek (broker) selaku pedagang perantara
Tarif Pajak :
20% bagi Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT); dan
20% bagi Wajib Pajak penduduk/berkedudukan di luar negeri,
Contoh Perhitungan:
Pada tanggal 1
Mei 2018 Pemerintah Kota Meraman (emiten) menerbitkan Surat Perbendaharaan Negara s
ebagai berikut:
Nilai nominal Rp 100.000.000,00.
Jangka waktu SPN 12 bulan (jatuh tempo tanggal 1 Mei 2019).
PT. Domestika (investor) pada saat penerbitan perdana membeli SPN dengan harga R
p 94.000.000,00.
PT. Domestika tetap memegang SPN tersebut hingga saat jatuh tempo.
Perhitungan diskonto dan PPh final
yang terutang oleh PT. Domestika pada saat jatuh tempo
SPN adalah sebagai berikut:
Diskonto: Rp 100.000.000,00 – Rp 94.000.000,00 = Rp 6.000.000,00
PPh Final: 20% x Rp 6.000.000,00 = Rp 1.200.000,00
Objek Pajak :
dividen, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagia
n sisa hasil usaha koperasi. Dividen merupakan laba atau keuntungan yang diterima oleh
pemilik saham yang berasal dari keuntungan perusahaan dalam menjalankan usaha selama
satu periode.
Tarif Pajak : 10% dari jumlah bruto dividen yang diterima.
Pemotong Pajak :
Pihak yang membayar atau pihak lain
yang ditunjuk selaku pembayar dividen sekaligus melakukan penyetoran Pajak Peng
hasilan atas dividen tersebut dan melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak
Contoh perhitungan :
Berdasarkan hasil RUPS PT. Malika Jaya akan membagikan dividen kepada para pe
megang sahamnya. Deviden yang dibagikan adalah sebesar Rp250 per lembar saha
m. Komposisi pemegang saham yang tercatat :
Sabrina, dengan kepemilikan sebesar 100.000 lembar saham;
Wibowo, dengan kepemilikan sebesar 150.000 lembar saham; dan
Tyas, dengan kepemilikan sebesar 300.000 lembar saham.
Bagaimana kewajiban pemotongan dan pemungutan
Jawab:
PPh atas transaksi pembagian dividen tersebut?
- PPh final atas dividen yang diterima Sabrina : 10% x Rp250 x 100.000 = Rp2.500.000,00
- PPh final atas dividen yang diterima Wibowo : 10% x Rp250 x 150.000 = Rp3.750.000,00
- PPh final atas dividen yang diterima Tyas : 10% x Rp250 x 300.000 = Rp7.500.000,00
Objek Pajak :
atas penghasilan berupa hadiah undian dengan nama dan dalam bentuk apapun dipotong at
au dipungut Pajak Penghasilan yang bersifat final.
PPh Final dipotong oleh PT Oke Indonesia adalah:
25% x Rp 470.000.000 = Rp117.500.000.
Orang Pribadi atau badan yang tercantum namanya dalam Daftar Pemegang
Saham PT atau AD PT sebelum pendaftaran kepada Bapepam.
Orang Pribadi atau badan yang menerima pengalihan saham dari pendiri mel
alui:
1. Warisan
2. Hibah
3. Cara pengalihan lain yang tidak dikenai PPh.
Tidak termasuk dalam pengertian saham pendiri adalah:
1. saham yang diperoleh pendiri yang berasal dari pembagian dividen berupa sa
ham;
2. saham yang diperoleh pendiri setelah penawaran umum perdana (initial
public
offering) yang berasal dari pelaksanaan hak pemesanan efek terlebih dahulu
(right issue), waran, obligasi konversi dan efek konversi lainnya;
3. saham yang diperoleh pendiri perusahaan Reksadana
Contoh perhitungan :
Brian menjual saham yang dimilikinya, yang terdiri atas :
20 lot saham Unilever @ Rp 1.200 per lembar,
30 lot saham Indofood @ Rp 1.500 per lembar, dan
10 lot saham Astra @ Rp 6.000 per lembar.
Hitunglah PPh final yang dikenakan terhadap Brian (1 lot saham = 100 lbr).
Jawaban:
Saham Unilever = 20 x 100 x 1.200 = 2.400.000,00
Saham Indofood = 30 x 100 x 1.500 = 4.500.000,00
Saham Astra = 10 x 100 x 6.000 = 6.000.000,00
Total saham yang dijual = 12.900.000,00
PPh Final = 0,1% x 12.900.000,00 = 12.900,00
Jika terdapat 5
lot saham Astra merupakan saham pendiri, maka tambahan beban pajak dikenakan
atas transaksi tersebut:
PPh = 12.900 + (0,5% x (5 x 100 x 6.000)
= 12.900 + (0,5% x 3.000.000)
= 12.900 + 15.000
= 27.900
Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perenc
anaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsite
ktural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta keleng
kapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
Objek PPh yang bersifat final adalah penghasilan dari usaha jasa konstruksi.
Tarif:
Tuan Karso mendapat pekerjaan untuk membangun pos satpam di pintu depan dan
pintu belakang Perumahan Indah Permai senilai Rp50.000.000,00.
Tuan Karso memiliki sertifikasi yang diterbitkan oleh LPJK sebagai pengusaha jasa
pelaksanaan konstruksi gred 1
(kualifikasi usaha kecil) . Pembayaran atas pekerjaan pembangunan pos satpam ter
sebut dilakukan oleh PT. Semampai selaku pengembang Perumahan Indah Permai.
Bagaimana kewajiban pemotongan atau pemungutan PPh final PT. Semampai terkai
t pembayaran pekerjaan pembangunan dua pos satpam kepada Tuan Karso ?
Jawaban:
PPh yang bersifat final atas penghasilan dari usaha jasa kontruksi:
2% x Rp50.000.000,00 = Rp1.000.000,00.
Objek Pajak:
Penghasilan berupa sewa atas tanah dan atau bangunan berupa tanah, rumah, rum
ah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, gedung pertokoan, atau g
edung pertemuan termasuk bagiannya, rumah kantor, toko, rumah toko, gudang dan
bangunan industri, dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final.
Tarif :
10% jumlah bruto nilai persewaan tanah dan atau bangunan.
Pemotong Pajak:
Pemotongan dilakukan oleh penyewa dalam hal penyewa adalah Badan Pem
erintah, Subjek Pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk u
saha tetap, kerjasama operasi, perwakilan perusahaan luar negeri lainnya, da
n orang pribadi yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Dalam penyewa adalah orang pribadi atau bukan Subjek Pajak, selain yang t
ersebut di atas, PPh disetor sendiri oleh yang menyewakan.
Contoh perhitungan :
Moreno menyewa rumah milik Damas selama 5 tahun dari Desember 2017 sampai
dengan Desember 2022 sebesar Rp 125.000.000 yang dibayar pada awal sewa.
Atas pembayaran sewa tersebut hitunglah pembayaran pajak yang dilakukan oleh
damas atas transaksi penyewaan tanah dan bangunan tersebut.
Jawab:
Objek Pajak :
a. pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; atau b. perjanjian pengikatan jual beli atas
tanah dan/atau bangunan beserta perubahannya, terutang Pajak Penghasilan yang bersifat
final.
Sumber: https://setkab.go.id/pp-no-342016-pph-pengalihanjual-beli-tanahbangunan-25-di-
bawah-rp-60-juta-dikecualikan/
Pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, yaitu penghasilan yang
diterima atau diperoleh pihak yang mengalihkan hak atas tanah dan/atau
bangunan melalui penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan
hak, lelang, hibah, waris, atau cara lain yang disepakati antara para pihak
penghasilan yang diterima atau diperoleh pihak yang mengalihkan hak atas tanah dan/atau
bangunan melalui penjualan, tukar-menukar, pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah,
waris, atau cara lain yang disepakati antara para pihak
Sumber: https://setkab.go.id/pp-no-342016-pph-pengalihanjual-beli-tanahbangunan-25-di-
bawah-rp-60-juta-dikecualikan/penghasilan yang diterima atau diperoleh pihak yang
mengalihkan hak atas tanah dan/atau bangunan melalui penjualan, tukar-menukar,
pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah, waris, atau cara lain yang disepakati antara
para pihak
Sumber: https://setkab.go.id/pp-no-342016-pph-pengalihanjual-beli-tanahbangunan-25-di-
bawah-rp-60-juta-dikecualikan/
a. pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; atau b. perjanjian pengikatan jual beli atas
tanah dan/atau bangunan beserta perubahannya, terutang Pajak Penghasilan yang bersifat
final.
Sumber: https://setkab.go.id/pp-no-342016-pph-pengalihanjual-beli-tanahbangunan-25-di-
bawah-rp-60-juta-dikecualikan/
a. pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; atau b. perjanjian pengikatan jual beli atas
tanah dan/atau bangunan beserta perubahannya, terutang Pajak Penghasilan yang bersifat
final.
Sumber: https://setkab.go.id/pp-no-342016-pph-pengalihanjual-beli-tanahbangunan-25-di-
bawah-rp-60-juta-dikecualikan/
a. pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; atau b. perjanjian pengikatan jual beli atas
tanah dan/atau bangunan beserta perubahannya, terutang Pajak Penghasilan yang bersifat
final.
Sumber: https://setkab.go.id/pp-no-342016-pph-pengalihanjual-beli-tanahbangunan-25-di-
bawah-rp-60-juta-dikecualikan/
Pajak Penghasilan Final untuk UKM awalnya diatur pada Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 46 Tahun 2013 dengan ketentuan PPh Final untuk usaha kecil menengah
yaitu pajak atas penghasilan (omzet) dari bisnis yang didapat atau diterima wajib
pajak dikenakan tarif 1%. Selain itu PPh Final dikhususkan bagi wajib pajak yang
punya omzet kurang dari Rp 4,8 miliar selama setahun.
Kemudian pada tanggal 1 Juli 2018, pemerintah menerbitkan PP Nomor 23 Tahun
2018 soal tarif baru untuk PPh Final UKM/UMKM. Tarif tersebut yang tadinya
sejumlah 1% dipotong menjadi 0,5% dengan persyaratan sebagai berikut:
Wajib pajak orang pribadi dapat menerima tarif PPh Final 0,5% selama
jangka waktu 7 tahun.
Wajib pajak badan atau usaha seperti koperasi, Perseroan Komanditer (CV),
dan juga Firma bisa menerima tarif PPh Final 0,5% dalam waktu 4 tahun.
Sementara untuk Perseroan Terbatas (PT), menerima tarif PPh Final 0,5%
hanya dalam jangka waktu 3 tahun.
Sementara tarif PPh Final 0,5% untuk UKM dikenakan berdasarkan:
Omzet perusahaan atau usaha mencapai Rp 4,8 miliar dalam satu tahun.
Wajib pajak tetap dikenakan tarif PPh Final 1% hingga akhir tahun pajak yang
bersangkutan jika omzet kumulatifnya tidak lebih dari Rp 4,8 miliar dalam
setahun.
Wajib pajak dikenakan tarif PPh sesuai ketentuan UU Pajak Penghasilan jika
omzet yang didapat lebih dari Rp 4,8 miliar dalam setahun.
Untuk menghitung PPh Final UKM sebetulnya cukup sederhana, karena setiap
transaksi penjualan dari bisnis Anda per bulan harus ditotalkan dahulu dan dikalikan
dengan 0,5%. Setiap tanggal 15 bulan berikutnya, Anda wajib membayarkan PPh
Final ke kas negara. Setelah melakukan pembayaran, Anda akan mendapat bukti
bayarnya berupa Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN).
Contohnya:
Tuan Komang sebagai wajib pajak orang pribadi mempunyai omzet dari usahanya
setiap bulan sebesar Rp 20.000.000 pada bulan September 2019. Maka, di tanggal
15 Oktober 2019, Tuan Komang harus membayarkan PPh Final terhutangnya
sebesar Rp 20.000.000 x 0,5% = Rp 100.000.
Pembayaran PPh Final bisa Anda lakukan pada bank persepsi ataupun di kantor
pos, namun sebelum itu Anda harus lebih dulu memiliki kode pembayaran lewat
aplikasi e-Billing (SSE). Selain itu, Anda juga bisa melakukan pembayaran pajak
melalui mesin ATM, internet banking, maupun mobile banking di bank yang ditunjuk
langsung oleh Kementerian Keuangan.
Setelah Anda membayar pajak, tidak diharuskan lagi untuk melapor lewat SPT
Masa. Karena tanggal validasi Nomor Transaksi Penerimaan Negara sudah tertera
pada setoran surat pajak PPh Final dan dianggap sudah melapor oleh SPT Masa
oleh Dirjen Pajak.
Dengan adanya tarif pajak PPh Final sebesar 0,5% khusus untuk usaha kecil
menengah atau usaha mikro kecil menengah ini, diharapkan tidak lagi memberatkan
pengusaha dalam melakukan pembayaran kepada kas negara. Disamping itu,
penetapan tarif pajak PPh Final tersebut bertujuan untuk membantu meningkatkan
pertumbuhan perekonomian negara, serta minat masyarakat dalam membangun
UKM.
Sementara untuk pembayaran dan pelaporan PPh Final bisa Anda lakukan secara
online di situs resmi Dirjen Pajak atau mitra resmi yang ditunjuk Dirjen Pajak.
Untuk lebih jelasnya tentang PPh Final UKM silahkan baca PP N0. 23 Tahun 2018
SHARE THIS POST
RELATED POSTS
Pajak Penghasilan Yang Bersifat Final
Fungsi Finansial SLN, SYD dan DDB
Mengolah Data dengan Fungsi Waktu Otomatis
Mengolah data dengan Fungsi Tanggal Otomatis
0 RESPONSE TO "PAJAK PENGHASILAN YANG BERSIFAT FINAL"
Evaluasi Hasil Kegiatan Usaha
Setiap aktivitas keuangan usaha sudah pasti harus dibuatkan pertanggungjawaban sebagai bentuk
evaluasi kegiatan usaha dan sebagai dasar untu...
Daftar Hadir Siswa
Halo anak-anak selamat berjumpa kembali di tahun ajaran baru 2021/2022. Tetap semangat
belajar ya meskipun tahun ini kembali kita haru...
Pengertian, Jenis, dan Fungsi Program Pengolah Angka/ Spreadsheet
Kemajuan teknologi di bidang elektronika memberi banyak manfaat kepada semua orang untuk
mempermudah mereka dalam menyelesaikan pekerjaan me...
Bagian-Bagian Microsoft Excel Beserta Fungsinya
Setelah mengenal microsoft excel sekarang mari berkenalan dengan tampilan antar muka
microsoft excel dan mengetahui fungsi bagian-bagian mic...
Fungsi Finansial SLN, SYD dan DDB
Setelah memahami dan mengaplikasikan fungsi matematika dan fungsi statistik dalam Microsoft
Excel, berikut ini akan dibahas tentang fungsi f...
FEATURED POST
RECENT POST
LABELS
BLOG ARCHIVE
September (1)
August (1)
April (2)
March (3)
February (11)
October (14)
September (21)
August (14)
July (12)
April (1)
March (4)
February (5)
January (5)
November (1)
October (12)
September (3)
August (8)
July (8)
June (1)
TOTAL PAGEVIEWS
About
Contact
Privacy Policy
Disclaimer
Sitemap
Copyright 2018 Kelasmega
Website pajakku menggunakan cookies untuk peningkatan pengalaman menjelajah yang lebih baik
Syarat & KetentuanKebijakan PrivasiPerjanjian Lisensi
MENGERTI
ARTIKEL
TULISAN ANDA
Artikel Lainnya
Subscribe
Dapatkan informasi terbaru dari pajakku
Name
Email
BERLANGGANAN
Sekilas Pajakku
Pajakku menjadi Mitra Strategis Direktorat Jenderal Pajak sejak 2005 melalui lisensi
terbaru SK KEP-211/PJ/2022 sebagai PJAP
Pajakku telah ditunjuk oleh Peruri sebagai Distributor Meterai Elektronik melalui
Surat Perjanjian no.SP-1437/XII/2021
Terdaftar Fintech di Bank Indonesia sebagai Sistem pembayaran sejak 2018
Mitra Strategis Direktorat Jenderal Perbendaharaan sejak 2020 melalui lisensi SK
KEP-159/PB/2020 sebagai Lembaga Persepsi Lainnya
Bersertifikasi internasional ISO/IEC 27001:2013 untuk Sistem Keamanan Informasi,
ISO 9001:2015 untuk Sistem Manajemen Mutu, dan ISO/IEC 20000-1:2018 untuk
Sistem Manajemen Layanan Teknologi Informasi, dari British Standards Institution
Memiliki tim support terlatih melalui sertifikasi brevet AB
Alamat
Operational Office
The Nebula Center Jakarta 2nd Floor, Jl. Kemanggisan Utama Raya no. J4,
Palmerah, Jakarta. 11480.
Bandung
The Nebula Center Bandung Jl. Cigadung Raya Barat no. 6,
Bandung. 40191.
Bali
The Nebula Center Bali Jl. Tukad Unda IV no. 3X, Renon,
Denpasar, Bali. 80226.
Kontak
Phone Hunting
EMAIL KAMI
2022 © PT. Mitra PajakkuSyarat & KetentuanKebijakan PrivasiPerjanjian Lisensi
Perhatian, Pajakku Ganti Nomor Telepon! Kini, nomor telepon Head Office dan Support Pajakku
beralih menjadi 0804 1 501 501
BA YA R
PNBP