Abstract
The Kanayatn Dayak tribe in Sengah Temila Subdistrict of Landak Regency use rattan and bamboo for daily
needs and to improve the living standard and economy of rural society. This research aims to find out the
types of rattan and bamboo used and the from of its utilization, and to find out the contribution of rattan and
bamboo to the income of the family by the Kanayatn Dayak community in Sengah Temila Subdistrict of
Landak Regency. This research was conducted from March to May 2017. This research obtained 5 species of
bamboo plant from Poaceae Family and 2 species of rattan from Arecaceae Family. Rattan and bamboo are
potential as handicraft and food materials. In this research, the contribution of rattan and bamboo in Sengah
Temila Subdistrict of Landak Regency shows that rattan contribution was more dominant than bamboo with
the highest contribution of rattan by 43% and the lowest contribution 1.8%, while the highest contribution of
bamboo by 7% and the lowest contribution by 1.2%.
PENDAHULUAN
Menurut Kalima (2008) rotan merupakan salah
Rotan dan bambu merupakan bahan lokal yang satu tumbuhan hutan bernilai komersil cukup
memegang peranan sangat penting dalam tinggi, yang umumnya tumbuh secara alami di
kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat daerah dataran rendah maupun daerah pegunungan,
Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah memiliki banyak manfaat bagi masyarakat. Hampir
Temila Kabupaten Landak, ini dapat dilihat dari seluruh bagian rotan dapat digunakan baik sebagai
banyaknya penggunaan rotan dan bambu pada konstruksi kursi dan pengikat (Kusnaedi &
berbagai keperluan masyarakat, misalnya untuk Pramudita, 2013). Jumiati et al. (2012) salah satu
memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan sumber hasil hutan non-kayu yang dimanfaatkan
kerajinan tangan. oleh masyarakat adalah spesies-spesies rotan yang
banyak digunakan baik sebagai bahan anyaman,
Bambu merupakan produk hasil hutan non kayu keperluan tali temali maupun untuk dijadikan
yang memiliki sifat-sifat yang baik untuk bahan sayuran.
dimanfaatkan, karena memiliki batang yang kuat.
Bambu banyak ditemukan di sekitar permukiman Masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan
daerah pedesaan dan memiliki peranan penting Sengah Temila merupakan salah satu masyarakat
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari dan yang banyak memanfaatkan tumbuh-tumbuhan
menjadi tumbuhan serbaguna bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, salah
pedesaan (Mulyadi, 2010). satunya adalah tumbuhan rotan dan bambu yang
banyak digunakan untuk keperluan sehari-hari dan
untuk meningkatkan taraf hidup serta
Menurut Iqbal et al. (2014) bambu adalah salah perekonomian masyarakat di pedesaan. Rotan dan
satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang sangat bambu tersebut dimanfaatkan untuk keperluan
penting untuk dikembangkan dan berpotensi untuk makanan, konstruksi, kerajinan tangan, alat musik,
berbagai penggunaan dan sumber penghasilan upacara adat.
masyarakat. Bambu tidak hanya dibutuhkan untuk
benda kerajinan, tetapi juga digunakan untuk Kontribusi tumbuhan rotan dan bambu di
kebutuhan rumah tangga seperti bahan makanan Kecamatan Sengah Temila sangat berpengaruh
(rebung atau tunas bambu), bahan industri, sampai dalam meningkatkan pendapatan masyarakat,
kepada bahan konstruksi. khususnya masyarakat Suku Dayak Kanayatn.
Selain sebagai petani, mereka memiliki pekerjaan
233
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 233 – 239
sampingan, yaitu menjadi pengrajin rotan dan agar produksi yang dihasilkan mampu
bambu. Kontribusi rotan dan bambu sangat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga
berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat Suku rotan dan bambu dapat berkontribusi dalam
Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila. pendapatan masyarakat. Oleh sebab itu, perlu
dilakukannya penelitian tentang pemanfaatan rotan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan bambu yang bernilai ekonomis oleh Suku
mengenai jenis rotan, menurut Wiriadinata et al. Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila
(1993) masyarakat di pedalaman Siberida Propinsi Kabupaten Landak.
Riau memanfaatkan rotan Calamus ciliaris dan
Calamus exilis sebagai bahan pengikat dalam BAHAN DAN METODE
pembuatan rumah. Menurut Dransfield (1974) di
Indonesia terdapat delapan marga rotan dari Waktu dan Tempat Penelitian
delapan genera tersebut dua genera rotan yang Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, dimulai
bernilai ekonomi tinggi adalah Calamus dan dari bulan Maret sampai Mei 2017 di Desa Paloan,
Daemonorops. Jenis-jenis tumbuhan rotan yang Desa Pahauman, Desa Aur Sampuk, Desa Keranji
terdapat di hutan rakyat sekitar 23 jenis rotan yang Paidang dan Desa Saham di Kecamatan Sengah
bernilai ekonomi diantaranya jenis Calamus Temila Kabupaten Landak Identifikasi dilakukan
caesius, Calamus trachycoleus, Calamus javnesis, di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan
Calamus manan Miquel dan Calamus scipionum Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura
yang termasuk komersial dan merupakan jenis Pontianak
andalan setempat Kabupaten Katingan (Jasni et al.,
2012). Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Sengah Temila memiliki 14 Desa,
Berdasarkan penelitian Widjaja (2001) di Jawa yaitu Desa Andeng, Desa Aur Sampuk, Desa
bambu mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan Banying, Desa Gombang, Desa Keranji Mancal,
banyak dimanfaatkan baik untuk keperluan sehari- Desa Keranji Paidang, Desa Pahauman, Desa
hari maupun untuk hasil-hasil yang akan Paloan, Desa Rabak, Desa Saham, Desa Sebatih,
diperdagangkan, spesies tumbuhan bambu yang Desa Senakin, Desa Sidas dan Desa Tonang.
banyak digunakan untuk bahan kerajinan Penelitian ini hanya diambil 5 Desa, yaitu Desa
diantaranya adalah Gigantochloa apus (J.A. &J. H. Paloan memiliki luas daerah 121,50 km2, dengan
Schultes) Kurz atau bambu tali dan Gigantochloa data penduduk yang terdiri dari 1320 KK (Kepala
atroviolacea atau bambu hitam. Yuliatiningsih Keluarga), 3038 laki-laki, 3104 perempuan, Desa
(2005) pekerjaan sampingan usaha kerajinan Pahauman memiliki luas daerah 150,91 km2, yang
bambu memberikan kontribusi cukup besar, yaitu terdiri dari 1251 KK (Kepala Keluarga), 2629 laki-
43,5% dari total pendapatan petani. Wartanta laki, 2375 perempuan, Desa Aur Sampuk memiliki
(1998), usaha kerajinan anyaman bambu di luas 107,30 km2, yang terdiri dari 1314 KK
Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman dapat (Kepala Keluarga), 2676 laki-laki, 2490
meningkatkan pendapatan petani dan perempuan, Desa Keranji Paidang memiliki luas
meningkatkan pemerataan pendapatan sehingga daerah 152,70 km2, yang terdiri dari 1321 KK
dapat mengurangi kesenjangan sosial di pedesaan. (Kepala Keluarga), 2502 laki-laki, 2288
perempuan, Desa Saham memiliki luas daerah
Tanaman rotan dan bambu yang sudah ada perlu 170,16 km2, yang terdiri dari 800 KK (Kepala
dibudidayakan untuk meningkatkan produktivitas Keluarga), 1870 laki-laki, 1648 perempuan.
serta kualitas rotan dan bambu yang dihasilkan,
234
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 233 – 239
235
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 233 – 239
Tabel 1. Jenis-jenis Rotan dan Bambu serta Pemanfaatan oleh Masyarakat Dayak Kanayatn di 5 Desa di Kecamatan
Sengah Temila Kabupaten Landak
Spesies Tumbuhan Bambu dan Rotan Potensi Bentuk Pemanfaatan
No. Famili
Nama Lokal Nama Ilmiah Pemanfaatan
1. Poaceae Bambu Aur Bambusa balcooa Makanan Dapat dikonsumsi
2. Poaceae Bambu Gigantochloa atter Makanan Dapat dikonsumsi
Tarekng
3. Poaceae Bambu Munti Schizostachyum sp. Makanan Dapat dikonsumsi
4. Poaceae Bambu Pasak Schizostachyum lima Bahan Nyiruk, bakul, takin, katoro, inge,
Anyaman silamo, tarinak, pengayak padi dan
beras, topi
5. Poaceae Bambu lemang Schizostachyum brachycladum Bahan Bakul, nyiruk, pengayak padi,
(buluh) Anyaman katoro, inge, silamo
Tumbuhan rotan dan bambu yang terdapat di sebagai bahan kerajinan dapat dilihat pada tabel
Kecamatan Sengah Temila yang berpotensi berikut (Tabel 1).
sebagai bahan kerajinan tangan, yaitu S. lima, S.
brachycladum, C. caecius dan C. scipionum dan Kontribusi rotan dan bambu terhadap pendapatan
makanan, yaitu B. balcoa, Schizostachyum sp. dan Masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan
G. atter (Tabel 1). Berdasarkan hasil wawancara Sengah Temila Kabupaten Landak, dapat dilihat
diperoleh 10 (sepuluh) bentuk pemanfaatan pada tabel berikut (Tabel 2).
Tabel 2. Kontribusi Rotan dan Bambu Terhadap Pendapatan Mayarakat Suku Dayak Kanayatn Di Kecamatan Sengah
Temila Kabupaten Landak
Kontribusi %
No. Jenis Tumbuhan
Tertinggi Terendah
1. Rotan 43% 1,8%
2. Bambu 7% 1,2%
Kontribusi tumbuhan rotan dan bambu bagi yaitu 1,8%, sedangkan nilai tertinggi dari
pendapatan masyarakat Dayak Kanayatn di kontribusi bambu yaitu 7% dan nilai terendah
Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak, kontribusi bambu yaitu 1,2%.
menunjukan bahwa nilai tertinggi kontribusi rotan
yaitu 43% dan nilai terendah dari kontribusi rotan
236
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 233 – 239
menambah pendapatan, selain dari hasil kerja Hamzari, 2008, Ientifikasi Tanaman Obat-obatan yang
pokok, hal ini terlihat dari masyarakat setempat dimanfaatkan oleh masyarakat Sekitar Hutan
yang memanfaatkan bambu dan rotan sebagai Tabo-tabo, Jurnal Ilmiah staf dosen
bahan kerajinan. Menurut Birgantoro & Manajemen Hutan Universitas Tadulako.
Nurrochmat (2007) keberadaan kawasan hutan Iqbal, et al., 2014, Nilai ekonomi total sumberdaya
sangat berarti bagi kelangsungan hidup masyarakat bambu (Bambuseae sp.) di Kecamatan Sajira,
yang tinggal sekitar hutan, karena hasil hutan dapat Kabupaten Lebak, Banten, Jurnal Penelitian
memberikan nilai tambah bagi kehidupan mereka. Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 91—105 p.
Di Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak, Jasni, et al., 2012, Atlas Rotan Indonesia Jilid 3, Pusat
C. caesius, C. scipionum, S. lima, S. brachycladum Penelitian dan Pengembangan Keteknikan
yang paling umum dan dominan dimanfaatkan oleh Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, Badan
masyarakat. Menurut Widayati & Riyanto (2005) Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
jenis-jenis bambu yang diperdagangkan adalah Kementerian Kehutanan. Bogor.
jenis bambu yang berdiameter besar dan Jumiati., Hariyadi, B, & Murni, P, 2012, Studi
berdinding tebal, jenis-jenis tersebut diwakili oleh Etnobotani Rotan sebagai Bahan Kerajinan
warga Bambusa (3 jenis), Dendrocalalamus (2 Anyaman pada Suku Anak Dalam (SAD) di
jenis) dan Gigantochloa (8 jenis). Dusun III Senami, Desa Jebak, Kabupaten
Batanghari, Jambi. Biospecies, vol. 5, no.1.
Berdasarkan tabel 2 kontribusi tumbuhan rotan dan Kalima, T, 2008, Keragaman Spesies Rotan Yang
bambu bagi pendapatan masyarakat Dayak Belum Dimanfaatkan di HutanTumbang Hiran,
Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila, Katingan, Kalimantan Tengah. Jurnal Info
Kabupaten Landak, menunjukan bahwa nilai Hutan, vol. 5, no.1, hal 161-175.
tertinggi kontribusi rotan yaitu 43% dan nilai Kusnaedi, I & Pramudita AS, 2013, Sistem Bending
terendah dari kontribusi rotan yaitu 1,8%, Pada Proses Pengolahan Kursi Rotan di
sedangkan nilai tertinggi dari kontribusi bambu Cirebon, Jurnal Rekajiva, vol. 1, no. 2.
yaitu 7% dan nilai terendah kontribusi bambu yaitu
Lubis, U & Resky, 2012, Eksistensi Mebel Bambu Di
1,2%. Kontribusi rotan lebih dominan Tengah Perkembangan Desain dan Teknologi,
dibandingkan dengan kontribusi bambu terhadap Dimensi, vol.11, no.2
pendapatan masyarakat Suku Dayak Kanayatn di
Kecamatan Sengah Temila. Menurut Astana Mulyadi, S, 2010, Kajian Jenis dan Pemanfaatan
(2001), Sektor ekonomi dari bambu masih lebih Bambu di Kecamatan Siulak Kabupaten
Kerinci Provinsi Jambi, Skripsi, Fakulatas
rendah dari sektor ekonomi rotan, selain itu Pertanian Universitas Bengkulu.
pemanfaatan rotan relatif lebih cepat daripada
bambu dan perkembangan selera masyarakat Rajagukguk, V, 2012, Analisis Ekonomi Dan
terhadap bambu relatif lebih rendah Kontribusi Tanaman Bambu Terhadap
Pendapatan Masyarakat, Departemen
Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
DAFTAR PUSTAKA
Sumatera Utara
Arinasa, IBK, 2005, Keanekaragaman dan Penggunaan Stennis, V, 2005, Flora, Pradnya Paramita, Jakarta.
Jenis-jenis Bambu di Desa Tigawasa Bali,
Biodiversitas, vol.6, no.1, hal.17-21. Wardani, M, 2008, Keragaman Tumbuhan Berguna di
Cagar Alam Mandor Kalimantan Barat,
Astana, S, 2001, Kebijakan Pengembangan Agrisisnis Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Bambu, Infososial Ekonomi, vol.2, no.1, hal : Alam, vol.5, no.3, hal.251-266.
11-28.
Wartanta, 1998, Peran Usaha Kerajinan Anyaman
Birgantoro, BA & Nurrochmat, DR, 2007, Pemanfaatan Bambu dalam Meningkatkan Pendapatan
Sumberdaya Hutan oleh Masyarakat di KPH Petani di Kecamatan Minggir, Sleman,
Banyuwangi Utara, Jurnal Manajemen Hutan Skripsi, Program Sarjana Fakultas Pertanian,
Tropika, vol.13, no.3, hal.172-181. Universitas Gadjah Mada.
Dasuki, UA, 1991, Sistematika Tumbuhan Tingkat Widayati, WT & Riyanto, 2005, Kajian Potensi Hutan
Tinggi, Sekolah Tinggi Ilmu Hayati Institut Rakyat dan Analisis Interaksi Masyarakat
Teknologi Bandung. dengan Sumberdaya Alam di Kabupaten
Dransfield, J., 1974, Short Guide to Rattans. Bogor: Boyolali, Jurnal Hutan Rakyat, vol.VII, no.2.
BIOTROP
238
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 233 – 239
239