Anda di halaman 1dari 7

Protobiont (2017) Vol.

6 (3) : 233 – 239

Pemanfaatan Rotan dan Bambu yang Bernilai Ekonomis oleh


Masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila
Kabupaten Landak

Fransisca Linda1, Riza Linda1, Rafdinal1


1
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak,
email: fransiscalinda12@gmail.com

Abstract

The Kanayatn Dayak tribe in Sengah Temila Subdistrict of Landak Regency use rattan and bamboo for daily
needs and to improve the living standard and economy of rural society. This research aims to find out the
types of rattan and bamboo used and the from of its utilization, and to find out the contribution of rattan and
bamboo to the income of the family by the Kanayatn Dayak community in Sengah Temila Subdistrict of
Landak Regency. This research was conducted from March to May 2017. This research obtained 5 species of
bamboo plant from Poaceae Family and 2 species of rattan from Arecaceae Family. Rattan and bamboo are
potential as handicraft and food materials. In this research, the contribution of rattan and bamboo in Sengah
Temila Subdistrict of Landak Regency shows that rattan contribution was more dominant than bamboo with
the highest contribution of rattan by 43% and the lowest contribution 1.8%, while the highest contribution of
bamboo by 7% and the lowest contribution by 1.2%.

Keywords: Contribution, rattan, bamboo, Kanayatn Dayak Tribe

PENDAHULUAN
Menurut Kalima (2008) rotan merupakan salah
Rotan dan bambu merupakan bahan lokal yang satu tumbuhan hutan bernilai komersil cukup
memegang peranan sangat penting dalam tinggi, yang umumnya tumbuh secara alami di
kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat daerah dataran rendah maupun daerah pegunungan,
Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah memiliki banyak manfaat bagi masyarakat. Hampir
Temila Kabupaten Landak, ini dapat dilihat dari seluruh bagian rotan dapat digunakan baik sebagai
banyaknya penggunaan rotan dan bambu pada konstruksi kursi dan pengikat (Kusnaedi &
berbagai keperluan masyarakat, misalnya untuk Pramudita, 2013). Jumiati et al. (2012) salah satu
memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan sumber hasil hutan non-kayu yang dimanfaatkan
kerajinan tangan. oleh masyarakat adalah spesies-spesies rotan yang
banyak digunakan baik sebagai bahan anyaman,
Bambu merupakan produk hasil hutan non kayu keperluan tali temali maupun untuk dijadikan
yang memiliki sifat-sifat yang baik untuk bahan sayuran.
dimanfaatkan, karena memiliki batang yang kuat.
Bambu banyak ditemukan di sekitar permukiman Masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan
daerah pedesaan dan memiliki peranan penting Sengah Temila merupakan salah satu masyarakat
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari dan yang banyak memanfaatkan tumbuh-tumbuhan
menjadi tumbuhan serbaguna bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, salah
pedesaan (Mulyadi, 2010). satunya adalah tumbuhan rotan dan bambu yang
banyak digunakan untuk keperluan sehari-hari dan
untuk meningkatkan taraf hidup serta
Menurut Iqbal et al. (2014) bambu adalah salah perekonomian masyarakat di pedesaan. Rotan dan
satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang sangat bambu tersebut dimanfaatkan untuk keperluan
penting untuk dikembangkan dan berpotensi untuk makanan, konstruksi, kerajinan tangan, alat musik,
berbagai penggunaan dan sumber penghasilan upacara adat.
masyarakat. Bambu tidak hanya dibutuhkan untuk
benda kerajinan, tetapi juga digunakan untuk Kontribusi tumbuhan rotan dan bambu di
kebutuhan rumah tangga seperti bahan makanan Kecamatan Sengah Temila sangat berpengaruh
(rebung atau tunas bambu), bahan industri, sampai dalam meningkatkan pendapatan masyarakat,
kepada bahan konstruksi. khususnya masyarakat Suku Dayak Kanayatn.
Selain sebagai petani, mereka memiliki pekerjaan
233
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 233 – 239

sampingan, yaitu menjadi pengrajin rotan dan agar produksi yang dihasilkan mampu
bambu. Kontribusi rotan dan bambu sangat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga
berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat Suku rotan dan bambu dapat berkontribusi dalam
Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila. pendapatan masyarakat. Oleh sebab itu, perlu
dilakukannya penelitian tentang pemanfaatan rotan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan bambu yang bernilai ekonomis oleh Suku
mengenai jenis rotan, menurut Wiriadinata et al. Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila
(1993) masyarakat di pedalaman Siberida Propinsi Kabupaten Landak.
Riau memanfaatkan rotan Calamus ciliaris dan
Calamus exilis sebagai bahan pengikat dalam BAHAN DAN METODE
pembuatan rumah. Menurut Dransfield (1974) di
Indonesia terdapat delapan marga rotan dari Waktu dan Tempat Penelitian
delapan genera tersebut dua genera rotan yang Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, dimulai
bernilai ekonomi tinggi adalah Calamus dan dari bulan Maret sampai Mei 2017 di Desa Paloan,
Daemonorops. Jenis-jenis tumbuhan rotan yang Desa Pahauman, Desa Aur Sampuk, Desa Keranji
terdapat di hutan rakyat sekitar 23 jenis rotan yang Paidang dan Desa Saham di Kecamatan Sengah
bernilai ekonomi diantaranya jenis Calamus Temila Kabupaten Landak Identifikasi dilakukan
caesius, Calamus trachycoleus, Calamus javnesis, di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan
Calamus manan Miquel dan Calamus scipionum Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura
yang termasuk komersial dan merupakan jenis Pontianak
andalan setempat Kabupaten Katingan (Jasni et al.,
2012). Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Sengah Temila memiliki 14 Desa,
Berdasarkan penelitian Widjaja (2001) di Jawa yaitu Desa Andeng, Desa Aur Sampuk, Desa
bambu mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dan Banying, Desa Gombang, Desa Keranji Mancal,
banyak dimanfaatkan baik untuk keperluan sehari- Desa Keranji Paidang, Desa Pahauman, Desa
hari maupun untuk hasil-hasil yang akan Paloan, Desa Rabak, Desa Saham, Desa Sebatih,
diperdagangkan, spesies tumbuhan bambu yang Desa Senakin, Desa Sidas dan Desa Tonang.
banyak digunakan untuk bahan kerajinan Penelitian ini hanya diambil 5 Desa, yaitu Desa
diantaranya adalah Gigantochloa apus (J.A. &J. H. Paloan memiliki luas daerah 121,50 km2, dengan
Schultes) Kurz atau bambu tali dan Gigantochloa data penduduk yang terdiri dari 1320 KK (Kepala
atroviolacea atau bambu hitam. Yuliatiningsih Keluarga), 3038 laki-laki, 3104 perempuan, Desa
(2005) pekerjaan sampingan usaha kerajinan Pahauman memiliki luas daerah 150,91 km2, yang
bambu memberikan kontribusi cukup besar, yaitu terdiri dari 1251 KK (Kepala Keluarga), 2629 laki-
43,5% dari total pendapatan petani. Wartanta laki, 2375 perempuan, Desa Aur Sampuk memiliki
(1998), usaha kerajinan anyaman bambu di luas 107,30 km2, yang terdiri dari 1314 KK
Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman dapat (Kepala Keluarga), 2676 laki-laki, 2490
meningkatkan pendapatan petani dan perempuan, Desa Keranji Paidang memiliki luas
meningkatkan pemerataan pendapatan sehingga daerah 152,70 km2, yang terdiri dari 1321 KK
dapat mengurangi kesenjangan sosial di pedesaan. (Kepala Keluarga), 2502 laki-laki, 2288
perempuan, Desa Saham memiliki luas daerah
Tanaman rotan dan bambu yang sudah ada perlu 170,16 km2, yang terdiri dari 800 KK (Kepala
dibudidayakan untuk meningkatkan produktivitas Keluarga), 1870 laki-laki, 1648 perempuan.
serta kualitas rotan dan bambu yang dihasilkan,

234
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 233 – 239

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Prosedur Kerja Desa Paloan, Desa Aur Sampuk, Desa Pahauman,


Penentuan Lokasi dan Responden Desa Keranji Paidang dan Desa Saham disajikan
Penentuan lokasi dan responden penelitian secara :
mengunakan purposive sampling dengan teknik
pengambilan sampel sampel berdasarkan tujuan 1). Pengolahan Data
tertentu yaitu sampel yang diambil dari masyarakat Pengolahan data dibagi menjadi 2, yaitu data
adalah masyarakat yang memanfaatkan rotan dan primer dan data sekunder.
bambu. Cara pemilihan responden, yaitu apabila
dalam tiap desa terdapat lebih dari 10 orang yang 2). Analisis Data
memanfaatkan rotan dan bambu, maka jumlah Analisis data dibagi menjadi 2, yaitu :
responden yang digunakan tetap 10 orang, namun  Harga barang yang dihasilkan dari rotan
apabila jumlah responden yang memanfaatkan dan bambu dianalisis dengan pendekatan
rotan dan bambu kurang dari 10 orang maka semua harga pasar.
diambil sebagai responden (Hamzari, 2008)  persentase pendapatan dari rotan dan
bambu dapat dihitung dengan rumus
Identifikasi Tumbuhan sebagai berikut :
Identifikasi jenis tumbuhan rotan dan bambu
menggunakan buku “Flora” (Stennis, 2005) dan
buku “Identifikasi Tumbuhan Tingkat Tinggi”
(Dasuki, 1991). Identifikasi ini dilakukan
dilapangan dan akan dilanjutkan di Laboratorium Keterangan :
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu R = Persentase pendapatan dari rotan/bambu
Pengetahuan Alam, Universitas Tanjungpura, Rhr = Pendapatan dari rotan/bambu
Pontianak. Rt = Pendapatan total (hasil penjumlahan antara
pendapatan dari bambu dan rotan (Rajagukguk,
2012)
Penyajian Data
Data-data tumbuhan rotan dan bambu yang
dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak Kanayatn di

235
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 233 – 239

HASIL DAN PEMBAHASAN balcooa, Schizostachyum sp., S. lima, S.


brachycladum, Gigantochloa atter dan 2 jenis
Hasil rotan, yaitu Calamus caecius dan C. scipionum.
Hasil wawancara terhadap 50 responden Rotan dan bambu tersebut dimanfaatkan sebagai
masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan bahan kerajinan tangan dan bahan makanan (Tabel
Sengah Temila, Kabupaten Landak diperoleh 5 1).
jenis tumbuhan bambu yang dimanfaatkan oleh
masyarakat Suku Dayak Kanayatn, yaitu Bambusa

Tabel 1. Jenis-jenis Rotan dan Bambu serta Pemanfaatan oleh Masyarakat Dayak Kanayatn di 5 Desa di Kecamatan
Sengah Temila Kabupaten Landak
Spesies Tumbuhan Bambu dan Rotan Potensi Bentuk Pemanfaatan
No. Famili
Nama Lokal Nama Ilmiah Pemanfaatan
1. Poaceae Bambu Aur Bambusa balcooa Makanan Dapat dikonsumsi
2. Poaceae Bambu Gigantochloa atter Makanan Dapat dikonsumsi
Tarekng
3. Poaceae Bambu Munti Schizostachyum sp. Makanan Dapat dikonsumsi

4. Poaceae Bambu Pasak Schizostachyum lima Bahan Nyiruk, bakul, takin, katoro, inge,
Anyaman silamo, tarinak, pengayak padi dan
beras, topi

5. Poaceae Bambu lemang Schizostachyum brachycladum Bahan Bakul, nyiruk, pengayak padi,
(buluh) Anyaman katoro, inge, silamo

6. Arecaceae Rotan Saga Calamus caecius Bahan Bide, inge, jare


Anyaman
7. Arecaceae Rotan Simamu Calamus scipionum Bahan Jare, takin, inge, tarinak
Anyaman
Keterangan :
1. Nyiruk : penampi beras 5. Jare : keranjang untuk kayu api
2. Katoro : keranjang untuk benih padi 6. Tarinak : topi untuk ke sawah
3. bakul : keranjang 7. Inge : keranjang untuk padi
4. Bide : tikar untuk jemur padi 9. Takin : Keranjang untuk sayur
5. Silamo : keranjang untuk menangkap ikan

Tumbuhan rotan dan bambu yang terdapat di sebagai bahan kerajinan dapat dilihat pada tabel
Kecamatan Sengah Temila yang berpotensi berikut (Tabel 1).
sebagai bahan kerajinan tangan, yaitu S. lima, S.
brachycladum, C. caecius dan C. scipionum dan Kontribusi rotan dan bambu terhadap pendapatan
makanan, yaitu B. balcoa, Schizostachyum sp. dan Masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan
G. atter (Tabel 1). Berdasarkan hasil wawancara Sengah Temila Kabupaten Landak, dapat dilihat
diperoleh 10 (sepuluh) bentuk pemanfaatan pada tabel berikut (Tabel 2).

Tabel 2. Kontribusi Rotan dan Bambu Terhadap Pendapatan Mayarakat Suku Dayak Kanayatn Di Kecamatan Sengah
Temila Kabupaten Landak
Kontribusi %
No. Jenis Tumbuhan
Tertinggi Terendah
1. Rotan 43% 1,8%
2. Bambu 7% 1,2%

Kontribusi tumbuhan rotan dan bambu bagi yaitu 1,8%, sedangkan nilai tertinggi dari
pendapatan masyarakat Dayak Kanayatn di kontribusi bambu yaitu 7% dan nilai terendah
Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak, kontribusi bambu yaitu 1,2%.
menunjukan bahwa nilai tertinggi kontribusi rotan
yaitu 43% dan nilai terendah dari kontribusi rotan

236
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 233 – 239

Pembahasan bahan kerajinan, yaitu C. caesius Blume., C.


Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden diepenhorstii Miq., Daemanorops didymophylla
Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan Sengah Becc., Daemanorops elongatus Blume.
Temila, dari hasil penelitian dan identifikasi
ditemukan 5 spesies bambu dari Famili Poaceae, Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden
diantaranya 2 spesies yang dimanfaatkan sebagai S. lima, S. brachycladum, C. Caesius dan C.
bahan kerajinan dan 2 spesies rotan dari Famili scipionum yang paling umum digunakan oleh
Arecaceae yang juga dimanfaatkan sebagai bahan masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan
kerajinan serta 3 spesies bambu yang dimanfaatkan Sengah Temila, masyarakat setempat banyak
sebagai bahan makanan. Berdasarkan tabel 1. Jenis memanfaatkan ke 4 (empat) spesies ini, karena
rotan dan bambu yang terdapat di Kecamatan selain mudah untuk didapatkan ke 4 (empat)
Sengah Temila ada 7 spesies, yaitu B. balcooa, spesies tumbuhan ini memiliki nilai jual apabila
Schizostachyum sp., S. lima, S. brachycladum G. diolah, ke 3 (tiga) spesies lainnya, yaitu B.
atter, C. caesius dan C. scipionum, namun yang balcooa, Schizostachyum sp. dan G. atter, menurut
dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan oleh hasil wawancara digunakan sebagai bahan
masyarakat Suku Dayak Kanayatn di daerah makanan yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat
tersebut hanya 4 spesies saja, S. lima, S. setempat, karena ke 3 (tiga) rebung ini yang paling
brachycladum, C. Caesius dan C. scipionum, umum dikonsumsi, selain dari ke 3 (tiga) jenis
sedangkan 3 spesiesnya dimanfaatkan sebagai rebung ini masyarakat setempat tidak pernah
bahan makanan. mengkonsumsinya, karena menurut hasil
wawancara terhadap masyarakat selain rebung B.
Widjaja (1985) mengatakan bahwa bambu balcooa, Schizostachyum sp. dan G. atter, rebung
merupakan tanaman yang memiliki banyak lainnya tidak dapat dikonsumsi karena berracun.
kegunaan mulai dari benda kerajinan, bahan
makanan, bahan industri, sampai kepada bahan Kebanyakan masyarakat Suku Dayak Kanayatn di
konstruksi. Maka tidak salah jika banyak Kecamatan Sengah Temila menggunakan rotan
masyarakat yang menjadikan tanaman bambu dan bambu secara bersamaan sebagai bahan
sebagai salah satu penunjang kehidupan kerajinan, bahan yang digunakan adalah batang
masyarakat yang memang tinggal dan berdekatan rotan dan batang bambu. Adapun rotan yang
pada daerah yang sangat subur akan tanaman dimanfaatkan masyarakat Suku Dayak Kanayatn di
bambu. Sama halnya dengan rotan juga menjadi Kecamatan Sengah Temila sebagai bahan
salah satu penunjang kehidupan masyarakat, rotan kerajinan adalah C. caesius dan C. scipionum yang
juga merupakan tanaman yang memiliki banyak dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan bide, jare,
kegunaan, seperti bahan kerajinan. Berdasarkan takin, dan tarinak. Bambu yang dimanfaatkan
(tabel 1) di Kecamatan Sengah Temila S. lima dan masyarakat Suku Dayak Kanayatn di Kecamatan
S. brachycladum dimanfaatkan sebagai bahan Sengah Temila adalah S. lima dan S. brachycladum
kerajinan, seperti nyiruk, bakul, pengayak padi, yang dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan
katoro, inge, silamo, topi, pengayak beras, nyiruk/dako, bakul, inge, katoro, takin, silamo,
sedangkan C. caesius dan C. scipionum topi, pengayak padi, pengayak beras.
dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan bide, takin,
inge, tarinak, dan jare. Menurut Lubis & Resky (2012) , Struktur batang
bambu berbeda dengan rotan. Rotan memiliki
Arinasa (2005) menemukan 19 spesies bambu di kelebihan dalam hal elastisitas, sedangkan
Desa Tigawasa-Buleleng. Bambu yang ditemukan kemampuan elastis pada bambu, baru bisa dicapai
B. blumeana, B. maculata, B. vulgaris var.striata, setelah batang bambu dibelah-belah. Selain itu,
B. vulgaris var.striata, Dendrocalamus asper, G. rotan lebih banyak dijadikan sebagai struktur dasar
apus, G. hasskarliana, G. manggong, G. dalam pembuatan kerajinan tangan. Oleh sebab itu,
nigrociliata, Gigantochloa sp. 1, Gigantochloa sp. untuk menghasilkan satu kerajinan tangan
2, Gigantochloa sp. 3, Gigantochloa sp. 4, S. diperlukan kombinasi antar rotan dan bambu, agar
brachycladum, S. castaneum, S. silicatum, hasil yang didapatkan lebih baik.
Schizostachyum sp., S. lima S. zollingeri, semua
jenis bambu menghasilkan 54 kerajinan. Suku Dayak Kanayatn di 5 Desa, di Kecamatan
Berdasarkan hasil penelitian Wardani (2008) Sengah Temila ini memanfaatkan beberapa hasil
ditemukan 4 spesies rotan yang digunakan sebagai hutan, seperti jenis bambu dan rotan untuk
237
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 233 – 239

menambah pendapatan, selain dari hasil kerja Hamzari, 2008, Ientifikasi Tanaman Obat-obatan yang
pokok, hal ini terlihat dari masyarakat setempat dimanfaatkan oleh masyarakat Sekitar Hutan
yang memanfaatkan bambu dan rotan sebagai Tabo-tabo, Jurnal Ilmiah staf dosen
bahan kerajinan. Menurut Birgantoro & Manajemen Hutan Universitas Tadulako.
Nurrochmat (2007) keberadaan kawasan hutan Iqbal, et al., 2014, Nilai ekonomi total sumberdaya
sangat berarti bagi kelangsungan hidup masyarakat bambu (Bambuseae sp.) di Kecamatan Sajira,
yang tinggal sekitar hutan, karena hasil hutan dapat Kabupaten Lebak, Banten, Jurnal Penelitian
memberikan nilai tambah bagi kehidupan mereka. Sosial dan Ekonomi Kehutanan, 91—105 p.
Di Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak, Jasni, et al., 2012, Atlas Rotan Indonesia Jilid 3, Pusat
C. caesius, C. scipionum, S. lima, S. brachycladum Penelitian dan Pengembangan Keteknikan
yang paling umum dan dominan dimanfaatkan oleh Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, Badan
masyarakat. Menurut Widayati & Riyanto (2005) Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
jenis-jenis bambu yang diperdagangkan adalah Kementerian Kehutanan. Bogor.
jenis bambu yang berdiameter besar dan Jumiati., Hariyadi, B, & Murni, P, 2012, Studi
berdinding tebal, jenis-jenis tersebut diwakili oleh Etnobotani Rotan sebagai Bahan Kerajinan
warga Bambusa (3 jenis), Dendrocalalamus (2 Anyaman pada Suku Anak Dalam (SAD) di
jenis) dan Gigantochloa (8 jenis). Dusun III Senami, Desa Jebak, Kabupaten
Batanghari, Jambi. Biospecies, vol. 5, no.1.
Berdasarkan tabel 2 kontribusi tumbuhan rotan dan Kalima, T, 2008, Keragaman Spesies Rotan Yang
bambu bagi pendapatan masyarakat Dayak Belum Dimanfaatkan di HutanTumbang Hiran,
Kanayatn di Kecamatan Sengah Temila, Katingan, Kalimantan Tengah. Jurnal Info
Kabupaten Landak, menunjukan bahwa nilai Hutan, vol. 5, no.1, hal 161-175.
tertinggi kontribusi rotan yaitu 43% dan nilai Kusnaedi, I & Pramudita AS, 2013, Sistem Bending
terendah dari kontribusi rotan yaitu 1,8%, Pada Proses Pengolahan Kursi Rotan di
sedangkan nilai tertinggi dari kontribusi bambu Cirebon, Jurnal Rekajiva, vol. 1, no. 2.
yaitu 7% dan nilai terendah kontribusi bambu yaitu
Lubis, U & Resky, 2012, Eksistensi Mebel Bambu Di
1,2%. Kontribusi rotan lebih dominan Tengah Perkembangan Desain dan Teknologi,
dibandingkan dengan kontribusi bambu terhadap Dimensi, vol.11, no.2
pendapatan masyarakat Suku Dayak Kanayatn di
Kecamatan Sengah Temila. Menurut Astana Mulyadi, S, 2010, Kajian Jenis dan Pemanfaatan
(2001), Sektor ekonomi dari bambu masih lebih Bambu di Kecamatan Siulak Kabupaten
Kerinci Provinsi Jambi, Skripsi, Fakulatas
rendah dari sektor ekonomi rotan, selain itu Pertanian Universitas Bengkulu.
pemanfaatan rotan relatif lebih cepat daripada
bambu dan perkembangan selera masyarakat Rajagukguk, V, 2012, Analisis Ekonomi Dan
terhadap bambu relatif lebih rendah Kontribusi Tanaman Bambu Terhadap
Pendapatan Masyarakat, Departemen
Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
DAFTAR PUSTAKA
Sumatera Utara
Arinasa, IBK, 2005, Keanekaragaman dan Penggunaan Stennis, V, 2005, Flora, Pradnya Paramita, Jakarta.
Jenis-jenis Bambu di Desa Tigawasa Bali,
Biodiversitas, vol.6, no.1, hal.17-21. Wardani, M, 2008, Keragaman Tumbuhan Berguna di
Cagar Alam Mandor Kalimantan Barat,
Astana, S, 2001, Kebijakan Pengembangan Agrisisnis Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Bambu, Infososial Ekonomi, vol.2, no.1, hal : Alam, vol.5, no.3, hal.251-266.
11-28.
Wartanta, 1998, Peran Usaha Kerajinan Anyaman
Birgantoro, BA & Nurrochmat, DR, 2007, Pemanfaatan Bambu dalam Meningkatkan Pendapatan
Sumberdaya Hutan oleh Masyarakat di KPH Petani di Kecamatan Minggir, Sleman,
Banyuwangi Utara, Jurnal Manajemen Hutan Skripsi, Program Sarjana Fakultas Pertanian,
Tropika, vol.13, no.3, hal.172-181. Universitas Gadjah Mada.
Dasuki, UA, 1991, Sistematika Tumbuhan Tingkat Widayati, WT & Riyanto, 2005, Kajian Potensi Hutan
Tinggi, Sekolah Tinggi Ilmu Hayati Institut Rakyat dan Analisis Interaksi Masyarakat
Teknologi Bandung. dengan Sumberdaya Alam di Kabupaten
Dransfield, J., 1974, Short Guide to Rattans. Bogor: Boyolali, Jurnal Hutan Rakyat, vol.VII, no.2.
BIOTROP

238
Protobiont (2017) Vol. 6 (3) : 233 – 239

Widjaja, EA, 1985, Bamboo research in Indonesia, in


Lissard and A Chouinard (eds), Bamboo
Research in Asia Proceedings of a Workshop
held in Singapura. IDRC and IUFRO
Widjaja, EA, 2001, Identifikasi Jenis-jenis Bambu di
Kepulauan Sunda Kecil, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Biologi, LIPI, Bogor,
Indonesia.
Wiriadinata, et al., 1993, Jenis-jenis tumbuhan langka
Indonesia. Prosiding Seminar Hasil
Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Hayati, Puslitbang Biologi-LIPI, Bogor: 58-
67.
Yuliatiningsih, R, 2005, Kontribusi Usaha Kerajinan
Anyaman Bambu pada Kesempatan Kerja,
Pendapatan, dan Distribusi Pendapatan
Petani di Desa Selang Kecamatan Wonosari
Kabupaten Gunungkidul, Skripsi, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada.

239

Anda mungkin juga menyukai