Anda di halaman 1dari 7

SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2017

ISBN : 978-602-6428-12-7

Pelatihan Pengolahan Limbah Kayu Menjadi Media Cacing dan Tanam


Desa Mangliawan & Tunjungtirto Kota Malang
Yudistira Arya S1, Azwar Riza H2, Lukman Hakim3
1,2,3Program Studi Teknik Informatika STMIK ASIA Malang

Email: 1yuditstiraarya@gmail.com, 2riza.bj@gmail.com, 3bledeklukman@gmail.com

ABSTRACT
The increasing human use of wood, causing eventually growing a wide range of household industries
engaged in furniture manufacturing services. Utilization of wood into finished goods waste wood that can accumulate,
plus the utilization of wood waste by furniture manufacturers. The benefits of wood waste are quite varied, and the
results of the utilization of fine wood waste as a medium of worm cultivation is quite promising. Wood waste only
needs a little processed, can be used, and easily available. Utilization of wood waste in addition to maintaining
environmental hygiene, maintaining health from respiratory problems, processed waste wood also has a high enough
value. This devotion produces processed waste wood into a medium of cultivation of worms and planting media so
that it can be used in conjunction with worm farmers so that the utilization of waste wood can be done optimally.

Keywords: furniture, wood waste, worm

ABSTRAK
Semakin meningkatnya kebutuhan manusia dalam penggunaan kayu, menyebabkan penggunaan kayu
semakin banyak, akhirnya menumbuhkan berbagai macam home industry yang bergerak dalam bidang jasa
pembuatan mebel. Pemanfaatan kayu menjadi barang jadi menjadikan limbah kayu yang semakin menumpuk,
ditambah kurangnya kesadaran pemanfaatan limbah kayu oleh produsen mebel tersebut. Manfaat limbah kayu yang
cukup berfariatif, dan hasil pemanfaatan limbah kayu serut yang halus sebagai media budidaya cacing cukup
menjanjikan. Limbah kayu hanya perlu sedikit olahan, sudah dapat digunakan, serta mudah didapatkan.
Pemanfaatan limbah kayu selain menjaga kebersihan lingkungan, menjaga kesehatan dari gangguan pernapasan,
olahan limbah kayu juga memiliki nilai yang cukup tinggi. Pengabdian ini menghasilkan olahan limbah kayu menjadi
media budidaya cacing dan media tanam sehingga dapat bekerjasama dengan petani cacing agar pemanfaatan
limbah kayu dapat berjalan secara maksimal.

Kata Kunci: mebel,limbahkayu, cacing

1. Pendahuluan

Sebagai negara dengan basis kepulauan-kepulauan besar dan kecil yang jumlahnya sekitar
17.504 pulau, Indonesia dilewati garis Khatulistiwa yang beriklim tropis dengan wilayah hutan yang
sangat luas (Lasabuda, 2013:93). Hutan bakau, hutan rawa, dan hutan hujan tropis merupakan jenis
hutan yang melengkapi beraneka ragamnya hayati, botani, dan kekayaan alam negara Indonesia,
kekayaan alam yang melimpah dimiliki di Indonesia (Purba, 2015: 14). Luasnya hutan memberikan
keanekaragaman tersendiri akan kayanya sumber daya alam jenis flora dan fauna yang ada di negara
Indonesia, terlebih pada jenis flora penghasil kayu yaitu hutan (Ary, dkk, 2015).Eksploitasi sumber alam
yang tidak terkontrol seperti pohon, akan mengakibatkan dampak limbah kayu yang tidak terpakai secara
berlimpah dan mengakibatkan polusi sampah. Ketersediaan limbah kayu belum banyak disadari akan
manfaatnya oleh masyarakat, bahwasannya limbah kayu dapat diolah untuk menghasilkan barang yang
bernilai jual (Puntodewo dkk, 2003:4). Adapun hasil olahan yang dapat dimanfaatkan dari limbah kayu
adalah sebagai media tanam untuk budidaya tanaman jamur tiram putih (Fauzia, dkk, 2014: 45), dan
memungkinkan untuk budidaya sayur, serta media untuk budidaya cacing.

Desa Mangliawan Kabupaten Malang, Jawa Timur terdapat home industry yang memproduksi
mebel seperti meja, kursi, kusen, dan daun pintu. Tingkat produksi yang tinggi menyebabkan limbah
kayu, seperti potongan kayu yang tidak terpakai, serbuk kayu, dan serut kayu, sehingga limbah tersebut
cukup mengganggu, khususnya serbuk kayu halus mengganggu pernapasan(Suwahyono, 2016:19).

SENADIMAS 2017 39
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2017
ISBN : 978-602-6428-12-7

Pemanfaatan limbah kayu yang diolah menjadi media tanam maupun media budidaya cacing diharapkan
mampu menyadarkan pihak home industrimebel untuk bekerjasama dengan petani cacing.

Jenis cacingEudrilus Eugeniae merupakan salah satu jenis cacing tanah yang memilki potensi
untuk dibudidayakan para peternak cacing atau yang sering disebut cacing African Night Crawler(ANC).
Cacing ini berasal dari daerah iklim tropis hangat di dataran benua Afrika yang telah banyak
dikembangkan untuk keperluan ternak diberbagai penjuru dunia. Di Indonesia cacing Eudrilus Eugeniae
adalah cacing lokal yang biasa digunakan untuk campuran pakan ikan karena kandungan proteinnya
yang tinggi. Namun pada kenyataanya, di Indonesia cacing ini belum terlalu populer padahal iklim tropis
Indonesia bisa sangat mendukung pertumbuhan cacing Eudrilus Eugeniae seperti suhu hangat dan
udara lembab daripada dataran Eropa yang umumnya bersuhu dingin (Dominguez,2001:341).

Budidaya cacing mulai meningkat seiring adanya peningkatan permintaan cacing dari konsumen
kepada para petani,dalam kasus ini permintaan cacing meningkat karena cacing dapat dijadikan sebagai
bahan pakan alternatif yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah pakan pada ternak. Cacing
tanah merupakan bahan pakan hewani yang mengandung protein lebih tinggi dibandingkan dengan
tepung ikan dan bungkil kedelai (Matondang, dkk, 2001:561).Produksi cacing yang masih rendah dan
nilai jual yang rendah, mendapat kendala dalam mahalnya ongkos produksi media hidup untuk budidaya
cacing. Media hidup cacing yang umum digunakan yaitu baglog jamur (limbah jamur), baglog jamur
didapat dari petani jamur, namun seiring permintaan yang semakin tinggi semakin meningkatkan pula
nilai jual dari limbah jamur tersebut.Sehingga terdapat alternatif untuk mengganti media hidup cacing
dengan menggunakan limbah kayu. Limbah serut kayu banyak dan mudah diperoleh di wilayah home
industri mebel. Limbah kayu yang halus tidak terlalu memiliki nilai jual yang tinggi, tetapi limbah kayu
tidak serta merta bisa langsung digunakan. Limbah kayu membutuhkan beberapa proses sebelum
digunakan menjadi media budidaya cacing, dari beberapa hal tersebut diharapkan limbah kayu dapat
dijadikan alternatif media hidup cacing.

2. Metode

Pelatihan limbah kayu dilakukan dengan beberapa kelompok masyarakat, meliputi pengusaha
kayu yang menghasilkan limbah kayu yang berupa serut kayu, petani cacing dan masyarakat umum.
Penyelenggaraan dilakukan dan diikuti oleh petani cacing yang tergabung dalam kelompok petani cacing.
Kelompok petani cacing beranggotakan kurang lebih 20 orang.

Setiap kelompok mendapat bantuan berupa bibit, media taman berupa serut kayu untuk media
budidaya cacing.Fasilitator dan perwakilan kelompok cacing menyusun agenda pertemuan antara
kelompok cacing dan fasilitator.Metode kegiatan ini meliputi, diskusi-informasi, pelatihan, monitoring.
Secara rinci metode yang digunakan sebagai berikut:

1. Menjelaskan kepada peserta pelatihan mengenai macam cara mengembangkan cacing


dengan serut kayu, serta hasil dari pengembangan cacing dapat diolah kembali menjadi
media tanam yang subur.
2. Diskusi-informasi membahas cara mengatasi kesulitan dalam memulai mengembangkan
media serut kayu untuk media cacing serta menjelaskan cara untuk pengolahan serut kayu
sebelum dijadikan media cacing.
3. Peserta diberikan kesempatan untuk mencobah menanam dari hasil limbah cacing dari serut
kayu (Kascing Kayu)untuk media tanam.
4. Monitoring hasil dari media tanam untuk penanaman.

SENADIMAS 2017 40
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2017
ISBN : 978-602-6428-12-7

5. Hasil uji coba dari limbah cacing dari serut kayu selanjutnya dipresentasikan kepada
masyarakat.

3. Hasil dan Pembahasan

Pembuatan media tanam dengan menggunakan limbah kayu dan kascing dimanfaatkan sebagai
media tanam. Media tanam tersebut yang memanfaatkan limbah cacing yang kaya akan nitrogen (N)
dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi tanaman. Pemanfaatan limbah dari cacing sebagai pupuk tanaman
yang menghasilkan tanaman organik.

Dalam penerapan media cacing ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3
perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah: (P0) 100% Blotong tebu, (P1) 50% Blotong
+ 50% Limbah kayu, (P2) 100% Limbah kayu, 3 perlakuan tersebut karena pemeliharaan cacing tanah
yang baik adalah dengan pemberian pakan 50% sampai 60% (Febrita, 2015:170). Pada Pelatihan ini
menggunakan campuran serbuk kayu dan blotong tebu yang mana sudah dilakukan penelitian
sebelumnya yang menghasilkan peningkatan pada bobot cacing.

Perancangan pengolahan limbah adalah salah satu alternatif pemecahan masalah, yaitu dengan
mengolah limbah tersebut menjadi media budidaya cacing dan media tanam yang mudah didapatkan.
Hal ini memiliki tujuan, meningkatkan taraf sumber daya manusia dengan melatih dan memanfaatkan
sesuatu yang tidak terpakai menjadi sesautu yang bermanfaat, kemudian menganalisa dan menguji hasil
dari pengolahan limbah tersebut.Sebelum digunakan sebagai media tanam maupun media budidaya
cacing, serutan kayu harus diolah terlebih dahulu.

Limbah
Kayu

Kascing
menjadi pemisahan
media limbah
tanam

Pengolahan
Pemisahan limbah
limbah sebelum
cacing dijadikan
(kascing) media hidup
cacing
Penggunaan
limbah
menjadi media
hidup cacing

Gambar 1. Diagram Rangkuman Pengolahan Limbah

Pada Gambar 1 menjelaskan rangkuman pengolahan limabah kayu menjadi media tanam,
sebelum penggunaan limbah kayu menjadi media tanam terdapat tahapan yang harus dipenuhi untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Langkah pertama yaitu dengan pemisahan limbah kayu antara serut
kayu dan serbuk kayu. Langkah kedua yaitu dengan pengolahan limbah kayu di rendam dan penjemuran

SENADIMAS 2017 41
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2017
ISBN : 978-602-6428-12-7

untuk menghasilkan serut kayu tanpa getah dan zat-lainya. Langkah ketiga hasil penjemuran limbah kayu
digunakan untuk dasar media hidup cacing. Langkah keempat yaitu pemanenan dengan cara pemisahan
cacing dengan limbah cacing(kascing). Langkah kelima kascing digunakan untuk media tanam dengan
menambahkan tanah.

Jenis cacing yang digunakan adalah jenis cacing African Night Crawler(ANC)dikenal Eudrilus
Eugene, seperti namanya cacing ini berasal dari dataran hangat benua Afrika yang telah banyak
dikembangkan untuk keperluan ternak diberbagai penjuru dunia. jika dibandingkan dengan sesama
cacing seperti cacing Lumbricus Rubellus (lr). Ukuran cacing ANC bisa 2 kali lipat cacing biasa, dan
panjangnya mencapai 30-35 cm. Cacing ANC makan lebih banyak daripada cacing-cacing yang lain,
namun hewan berwarna merah keunguan atau coklat ini, cenderung bereproduksi secara cepat, apabila
lingkungan tempat mereka tinggali hangat dan mendukung(Rahmawati,2017:57).

Gambar 2 Cacing African Night Crawler

Sebelum digunakan, limbah kayu harus mendapat perlakuan agar aman digunakan sebagai media
budidaya cacing:

1. Pertama-tama harus dipilah antara limbah serutan yang halus dengan limbah yang kasar
atau malah utuh seperti potongan kayu.
2. Setelah benar-benar bersih dari bagian tersebut, limbah serutan halus direndam dalam
wadah berisi air, kurang lebih 1 malam, dan dibilas kurang lebih 3 kali.
3. Setelah limbah direndam dan dibilas, limbah dapat dijemur atau dibiarkan dalam wadah
terbuka, agar menghasilkan limbah yang lembut, dan aman digunakan untuk media budidaya
cacing.
4. Langkah selanjutnya limbah kayu dapat digunakan, untuk media budidaya cacing, hasil
olahan limbah cukup diambil dari wadah tersebut, lalu diletakkan langsung dalam tempat
pembiakan cacing. Pengolahan limbah serutan kayu menjadi media pembiakan cacing dapat
dilihat dalam Gambar 3.

SENADIMAS 2017 42
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2017
ISBN : 978-602-6428-12-7

Gambar 3 Pengolahan Limbah serut kayu sebagai media cacing

5. Media budidaya cacing harus selalu dibasahi, agar terjaga kelembapanya, tetapi juga tidak
sampai air menggenang.

Dalam pemanenan cacing dibagi menjadi dua bagian yang akan dipanen, yaitu cacing dan
kascing. Pada cacing African Night Crawler(ANC)pemanenan dapat di panen dalam usia produktif dapat
dipanen tiap hari dengan meletakkandi penampungan cacing dewasa, atau dengan memanen setiap 30
hari sekali dengan menimbang besar kecil cacing ANC.

Penerapanmedia serut kayu untuk cacing memberikan dampak positif dalam perkembangan
cacing. Peningkatan jumlah panen cacing dengan ukuran 1x3 dengan jumlah 3 kg pada usia produktif
(antara 4 – 6 bulan) dan dipanen yang dewasa saja dan tidak dikembalikan dalam 8 minggu disajikan
dalam gambar 4 berikut.

SENADIMAS 2017 43
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2017
ISBN : 978-602-6428-12-7

Gambar 4 Peningkatan Jumlah Cacing

Media tanam dengan menggunakan polibag yang dibuat memiliki beberapa keuntungan untuk
mengatasi permasalahan warga tersebut seperti Gambar 5

Gambar 5 Media Tanam Dengan polybag

Bibit tanaman yang digunakan untuk menanan dengan media tanam dari limbah kayu dan cacing
yaitu kangkung, sawi, tomat, cabai, dan selada. Pertumbuhan tanam dengan menggunakan media tanam
tersebut sangat bagus karena unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman sudah terkandung didalamnya,
dengan memanfaatkan nutrisi dari limbah cacing dan serut kayu sebagai penyerap air yang bagus,
sehingga pertumbuhan tanaman sangat bagus.

4. Simpulan

Pembudidayaan cacing menggunakan limbah serut kayu telah dilaksanakan di kedua Mitra,
Peningkatan produksi cacing ANC menggunakan media yang tidak terpakai, menjadi sesuatu yang
bermanfaat yaitu media hasil budidaya cacing. Media hasil budidaya cacing yaitu kascing, dapat
digunakan sebagai pupuk yang dapat dimanfaatkan kembali menjadi media tanam sayur-
sayuran.Produksi tanaman dari kascing kayu dan limbah kayu cukup baik, karena kascing kayu
mengandung unsur hara yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan tanaman.

Daftar Rujukan

Dominguez, Jorhe, Clive A. Edwards, John Ashby. 2001. The Biology and Population Dynamics of
Eudrilus Eugeniea (Kinberg)(Obligochaeta) in Cattel Waste Solids.Pedobiologia 45, 341-353.
Febrita, Elya, Darmadi, dan Endro Siswanto. 2015. Pertumbuhan Cacing Tanah (Lumbricus
Rubellus)dengan Pemberian Pakan Buatan Untuk Mendukung Proses Pembelajaran Pada Konsep
Pertumbuhan dan Perkembangan Inverterbrata. Jurnal Biogenesis Vol 11(2):169-176, 2015.

SENADIMAS 2017 44
SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2017
ISBN : 978-602-6428-12-7

Fauzia, Yusran, dan Irmasari. 2014. Pengaruh Media Tumbuh Beberapa Limbah Serbuk Kayu Gergajian
Terhadap Pertumnuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Warta Rimba Vol 2 (1): 45-53,
2014.
Lasabuda, Ridwan. 2013. Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan dalam Perspektif Negara
Kepulauan Republik Indonesia. Jurnal Ilmiah Platax Volume I No 2 Januari 2013.
Matondang, R. H., dkk. 2001. Studi Potensi dan Pemanfaatan Cacing Tanah untuk Pakan Unggas.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Nugroho, Ary Susatyo, Tria Anis, dan Maria Ulfa. 2015. Analisis Keanekaragaman Jenis Tumbuhan
Berbuah di Hutan Lindung Surokonto, Kendal,Jawa Tengah dan Potensinya Sebagai Kawasan
Konservasi Burung. Pros Sem Nas Masy Biodif Indon, Vol 1 No 3 Juni 2015
Purba, Darwin. 2015. Menuju Indonesia Baru 1.Indonesia: Guepedia
Puntodewo, Atie dkk. 2003. Sistem Informasi Geografis Untuk Pengolahan Sumberdaya Alam. Jakarta:
Center For International Forestry Research.
Rahmawati, Ferry Mei Nur, Suhandoyo, dan Ciptono. 2017. Pengaruh Kombinasi Media Serbuk Geraji
Batang Pohon Aren Dan Limbah Rumput ManilaTerhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kokon
Cacing Afrika(Eudrilus Eugeniae). Jurnal Prodi Biologi Vol 6 No 1 thn 2017.
Suwahyono, Untung. 2016. Cara Cepat Buat Kompos dari Limbah. Jakarta: Penebar Swadaya Grub.

SENADIMAS 2017 45

Anda mungkin juga menyukai