(The Utilization Of Plants That Produce Natural Dye For Tenun Ikat By Dayak Iban Tribe in The
Tekalong and Kelawik Subvillages Kapuas Hulu West Borneo)
Abstract
The utilization of plants as natural dye products has long been used by Dayak Iban tribe lives in
the Tekalong and Kelawik subvillage. Most of plants is used obtained from the forest surrounding
their subvillages. The research uses descriptive methode by observation technique, the data
collected with semi structural interview. Based on it the Tekalong and Kelawik subvillages are
obtained 3 of the key responden and 18 general responden. There are 22 plants consist of 15
families by Dayak Iban tribe as natural dye source, there are 36 type of colouring result. The
natural dyeing process used by Iban tribe are consist of 3 stages, mordanting, extracting and
fixation. The products resulted are woven fabric and songket woven fabric, with the kinds of fabric
motif from their philosophy. There are consist of fabric, bag and woven scarf, with the price from
90.000 for scarf to 5.000.000 for the woven.
Keyword: Dayak Iban tribe, Natural Dye and Textile.
837
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (4) : 837 – 847
Tekalong dan dusun Kelawik. Masyarakat Dusun Tekalong dan Dusun Kelawik
suku ini memiliki banyak budaya dan sebagai penghasil warna alami. Penelitian
aktivitas hidup yang berhubungan dengan dilakukan menggunakan metode deskriptif
lingkungan alam seperti berkebun, berburu dengan teknik observasi (pengamatan)
dan meramu hasil hutan. Satu diantara langsung di lapangan. Pengambilan data
kekayaan budaya dari suku Dayak Iban baik data kuantitatif maupun kualitatif
adalah menenun kain tradisional dengan dilakukan dengan wawancara semi
aneka motif yang memiliki filosofinya struktural (semi structural intervew) yang
masing-masing. Pemanfaatkan perwana mengacu pada daftar kuisioner. Data yang
alami untuk tenun ikat suku Dayak Iban diperoleh dari lapangan disajikan dalam
lebih dari sekedar komoditas usaha kecil bentuk tabulasi, gambar dan foto kemudian
rakyat yang bernilai ekonomi. dianalisis secara deskriptif.
Tujuan penelitian ini adalah untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang Berdasarkan wawancara yang
digunakan sebagai pewarna alami pada dilakukan dilapangan pada 2 dusun yaitu
masyarakat Dayak Iban, bentuk Dusun Tekalong dan Dusun Kelawik,
pemanfaatan, serta cara pelestariannya. diperoleh responden kunci sebanyak 6 orang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dari kedua dusun tersebut. Semua responden
bermanfaat sebagai informasi dasar untuk kunci berjenis kelamin perempuan dengan
keperluan studi etnobotani dalam kaitannya usia 40-50 tahun. Pemanfaatan tumbuhan
dengan pemanfaatan tumbuhan sebagai sebagai penghasil warna alami telah lama
pewarna alami. dilakukan oleh masyarakat suku Dayak Iban
METODE PENELITIAN yang berdomisili di Dusun Tekalong dan
Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Dusun Kelawik. Sebagian besar tumbuhan
Tekalong dan Dusun Kelawik Kecamatan yang dimanfaatkan diperoleh dari hutan
Batang Lupar Kabupaten Kapuas Hulu disekitar tempat tinggal mereka. Hasil
Kalimantan Barat, dengan lama waktu pengamatan yang dilakukan di lapangan,
penelitian ± 4 minggu (Mei-Juni 2018). Alat keragaman tumbuhan penghasil warna alami
yang digunakan dalam penelitian ini daftar dikelompokkan berdasarkan famili, habitus,
kuisioner, alat tulis menulis, gunting stek, status tumbuhan, tempat tumbuh dan lokasi
kaliper, kamera digital, alat pembuatan Dusun, yang digunakan oleh masyarakat
herbarium, tally sheet pengamatan, Munsell suku Iban disajikan dalam Tabel 1.
Soil Color Chart (Munsell Warna Jaringan Pada Tabel 1, terdapat 22 tumbuhan
Tanaman), untuk mengukur tingkat warna yang termasuk ke dalam 15 famili,
yang dihasilkan dari tumbuhan. Objek keragaman genetik dari 22 tumbuhan
penelitian ini adalah semua jenis tumbuhan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
yang digunakan oleh suku Dayak Iban di Keragaman genetik tertinggi berasal dari
838
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (4) : 837 – 847
famili Fabaceae (13,65%), terdiri dari: I. digunakan untuk menenun. Terdapat dua
arrecta, I. tinctoria dan C. alata. Famili jenis tenunan yang dibuat oleh masyarakat
Rubiaceae (13,65%), yang terdiri dari: M. suku Dayak Iban yaitu tenun ikat dan tenun
citrifolia, T. fragrans dan Psychotria sp . songket. Perbedaan dari kedua tenunan ini
Famili Acanthaceae (9,1%), yang terdiri ialah dari proses penenunannya, menurut
dari: Srylocoryne sp dan A. gangetica. wawancara yang dilakukan dilapangan
Famili Dipterocarpaceae (9,1%), terdiri respon mengatakan bahwa proses
dari: S. balangeran dan S. macrophylla, dan pembuatan (menenun) tenun songket jauh
dari famili Lauraceae (9,1%), terdiri dari: L. lebih tinggi tingkat kesulitannya dan
ochracea dan E. zwageri. Sedangkan 10 membutuhkan waktu yang lama, sedangkan
famili lainnya dengan persentase 4,54% dan untuk tenun ikat proses pembuatannya
digunakan dalam jumlah yang terbatas. (menenun) cenderung lebih mudah.
Penggunaan pewarna alami untuk Berdasarkan bentuk pemanfaatan tumbuhan
tekstil telah dilakukan sejak lama, pewarna alami sebagai bahan pewarna
pengetahuan yang dimiliki oleh suku Dayak tekstil dalam kehidupan masyarakat suku
Iban ini diwarisi secara turun temurun. Dayak Iban di Dusun Tekalong dan Dusun
Masyarakat suku Dayak Iban menggunakan Kelawik secara umum di sajikan pada Tabel
tumbuhan penghasil warna alami terutama 2 dan 3.
Rubiacecae
Phyllathaceae
Piperaceae
Myrtaceae
Melastomataceae
Lauraceae
Lamiaceae
Famili
Fabaceae
Euphorbiaceae
Dipterocarpaceae
Cyperaceae
Clusiaceae
Arecaceae
Anacardiaceae
Acanthaceae
Gambar 1. Keragaman Genetik Tumbuhan Pewarna Alami yang Digunakan Masyarakat Suku Iban
Dayak di Dusun Tekalong dan Dusun Kelawik (Genetic Diversity Of Plant Natural
Dyes Used By Dayak Iban in Tekalong and Kelawik Subvillages)
839
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (4) : 837 – 847
Tabel 1. Jenis Tumbuhan Penghasil Warna Alami yang Digunakan Masyarakat Suku
Dayak Iban di Dusun Tekalong dan Dusun Kelawik (The Natural Dye of
Plants used By Dayak Iban In Tekalong and Kelawik Subvillages)
Nama Status Tempat
No. Nama Ilmiah Famili Habitus Dusun
Lokal Tumbuhan Tumbuh
Litsea ochracea (Blume)
1. Beting Lauraceae Pohon Liar Hutan Tekalong
Boerl
Tekalong,
2. Engkrebai Srylocoryne sp Acanthaceae Perdu Liar Hutan
Kelawik
Engkrebai Asystasia gangetica (L.) T. Tekalong,
3. Acanthaceae Perdu Liar Hutan
Laut Anderson Kelawik
4. Jangau Aporosa lunata (Miq.) Kurz Phyllathaceae Pohon Liar Hutan Tekalong
Budidaya
5. Jati Tectona grandis L. f. Lamiaceae Pohon Kebun Tekalong
(Bibit)
6. Kawi Shorea balangeran Dipterocarpaceae Pohon Liar Hutan Tekalong
Tekalong.
7. Kemunting Melastoma malabathricum Melastomataceae Perdu Liar Hutan
Kelawik
Lengkar
8. Clerodendrum sp Euphorbiaceae Perdu Liar Hutan Tekalong
(Empait)
Budidaya Kebun
9. Mangga Mangifera indica Anacardiaceae Pohon Tekalong
(Biji) Pekarangan
Budidaya Tekalong,
10. Manggis Garcinia mangostana L. Clusiaceae Pohon Kebun
(Biji) Kelawik
11. Mengkudu Morinda citrifolia Rubiaceae Pohon Liar Hutan Tekalong
Mengkudu Tekalong,
12. Tarenna fragrans (Blume) Rubiaceae Pohon Liar Hutan
Kayu Kelawik
13. Pinang Areca catechu L. Arecaceae Pohon Liar Hutan Tekalong
Tekalong,
14. Rengat Akar Psychotria sp Rubiaceae Perdu Liar Hutan
Kelawik
Budidaya Kebun Tekalong,
15. Rengat Padi Indigofera arrecta Fabaceae Perdu
(Steak) Pekarangan Kelawik
Rumput Tekalong,
16. Cyperus rotundus L. Cyperaceae Herba Liar Hutan
Teki Kelawik
Syzygium polyanthum Wigh
17. Salam Myrtaceae Pohon Liar Hutan Kelawik
Walp
Budidaya Kebun
18. Sirih Piper battle L. Piperaceae Pemanjat Tekalong
(Steak) Pekarangan
19. Surgan Cassia alata L. Fabaceae Perdu Liar Hutan Kelawik
Budidaya Tekalong,
20. Tarum Indigofera tinctoria Fabaceae Perdu Kebun
(Steak) Kelawik
Tekalong,
21. Tebelian Eusideroxylon zwageri Lauraceae Pohon Liar Hutan
Kelawik
Budidaya
22. Tengkawang Shorea macrophylla Dipterocarpaceae Pohon Kebun Tekalong
(Bibit)
840
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (4) : 837 – 847
841
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (4) : 837 – 847
842
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (4) : 837 – 847
Benang
Munsell
a b c d
Gambar 2. Hasil Pewarnaan dari Shorea balangeran yang dibandingkan dengan Munsell
Soil Color Chart (a: Dasar, b: Kapur, c: Tawas, d: Tunjung) (Coloring
Results From Shorea balangeran Compare To Munsell Soil Color Chart)
Ekstraksi adalah proses merebus kedua Dusun. Perbedaan warna ini tidak
akar, biji, bunga, daun serta kulit batang terlalu signifikan terlihat, tetapi bila
yang akan digunakan untuk mewarnai diamati dengan seksama kepekatan warna
benang (Muflihati, 2014). Fiksasi adalah benang yang dihasilkan oleh suku Dayak
proses penguncian warna benang Iban Dusun Tekalong lebih kuat
menggunakan kapur, tawas dan tunjung dibandingkan dengan warna benang di
sebagai bahan penguncinya (fiksator). Dusun Kelawik. Hal ini dikarenakan
Fiksasi bertujuan untuk mencegah benang proses pencelupan yang dilakukan oleh
supaya tidak luntur dan warna lain tidak suku Dayak Iban di Dusun Tekalong lebih
ikut tercampur pada benang tersebut. sering (berulang kali) dibandingkan
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh dengan Dusun Kelawik.
Berlin et al. (2017), penambahan bahan Setelah semua proses pewarnaan
fiksator berupa tawas dan kapur sirih pada benang dilakukan, selanjutnya
pada bahan yang akan diwarnai dapat benang siap untuk di tenun (menjadi
menghasilkan warna yang lebih terang kain). Dalam proses menenun terdapat
dan mampu bertahan lebih lama. motif-motif yang disampaikan oleh si
Setelah dilakukan pengamatan di penenun. Ada beberapa motif yang
Dusun Tekalong dan Dusun Kelawik menggambarkan khas suku Dayak Iban
terhadap teknik pembuatan pewarna yaitu:
alami tidak ditemukan perbedaan dari a. Motif Lepu (Gajah Antu Nyawak
kedua Dusun tersebut. Namun, terdapat Nyeru Semalam-malam, Bejit Gajah
perbedaan warna pada benang yang telah Langit Nyawak Ngigit Sebulan-bulan)
dicelupkan bahan pewarna alami dari merupakan motif khas menandakan
843
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (4) : 837 – 847
suku Dayak Iban (Gambar 3b) Lepu manusia dan buaya yang sedang
merupakan perwujudan hantu yang berperang (Gambar 3a). Manusia
memiliki kekuatan dan keberanian membawa bulir padi ditangannya
yang sangat besar. Dikalangan dengan keyakinan bahwa dengan
masyarakat Dayak Iban dipercayai membawa bulir padi maka kekuatan
bahwa tidak sembarang orang boleh manusia tersebut akan bertambah
membuat tenun ikat dengan motif ini. (semakin kuat).
b. Motif Gulung Padi (Manang Jelati),
motif yang satu ini menceritakan kisah
(a) (b)
Gambar 3. Motif Tenun Ikat suku Dayak Iban (a) Motif Gulung Padi; (b) Motif Lepu (Dayak Iban
Tribal Weaving Motives)
Setelah benang ditenun dan menjadi mulai dari kain panjang, aksesoris syal
kain, maka tenunan siap untuk dijual. dan juga tas. Kisaran harga untuk produk
Para penenun suku Dayak Iban menjual tenunan masyarakat suku Dayak Iban
hasil tenunan mereka dengan harga yang disajikan pada Tabel 4.
beragam. Hasil tenunan juga beragam
844
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (4) : 837 – 847
Tabel 4. Kisaran Harga Produk Tenunan Masyarakat Suku Dayak Iban (The Price
Range Of Dayak Iban Tribal Weaving Products)
No. Bentuk Produk Ukuran Kisaran Harga (Rp)
1. Kain Tenun Songket 180 cm (lebar) x 250 cm (panjang) 5.000.000,-
2. Kain Tenun Ikat 180 cm (lebar) x 250 cm (panjang) 1. 300.000,-
3. Tas Tenun Songket 30 cm (lebar) x 45 cm (panjang) 700.000,-
4. Tas Tenun Ikat 30 cm (lebar) x 45 cm (panjang) 500.000,-
5. Tas Kecil Tenun Ikat 13 cm (lebar) x 17 cm (panjang) 180.000,-
6. Syal Tenun Ikat 5 cm (lebar) x 100 cm (panjang) 90.000,-
Menurut pengakuan dari masyarakat sebelum kain tenunan yang mereka buat
penghasilan rata-rata yang bisa diperoleh selesai, maka kain tenunan tersebut harus
perbulannya dari hasil menenun sekitar dibongkar, agar tidak ada penghambat
Rp. 500.000,- untuk pembelian syal. saat mereka melahirkan. (b) Ketika ada
Produk kain dan yang lainnya lebih sering saudara atau tetangga yang sedang
terjual bila ada acara besar seperti berduka (meninggal dunia) perempuan
festival, pameran atau gawai. dilarang menenun untuk menghormati
Didalam adat istiadat suku Dayak orang yang sedang berduka. (c) Saat
Iban, bagi perempuan menenun adalah mengetam padi perempuan harus fokus
pekerjaan yang sangat diwajibkan bahkan terhadap ladang dan boleh menenun lagi
menjadi syarat utama agar mereka bisa setelah gawai selesai. Dari hasil
menikah. Diseluruh dunia, pada wawancara dilapangan, tidak ditemukan
umumnya perempuan mempunyai penenun yang berjenis kelamin laki-laki,
pekerjaan sebagai pengrajin tenun. hal ini dikarenakan dalam suku Dayak
Lembaran-lembaran tenunan yang Iban sudah tertulis bahwa laki-laki
merupakan karya seni tersebut bertugas berburu dan mencari nafkah.
dipersembahkan untuk suami, anak dan Menurut adat istiadat suku Dayak Iban
keluarga sebagai lambang penghormatan laki-laki diharamkan untuk menenun,
dan cinta kasihnya. Hasil tenunan yang laki-laki boleh ikut serta dalam kerajinan
telah dibuat juga akan dijadikan sebagai tangan tapi dalam hal yang berbeda,
sarana memperkenalkan dan tali seperti memahat, membuat parang dan
persaudaraan. Selain itu menenun juga mengukir alat musik tradisonalnya.
dijadikan sebagai kerja sampingan untuk Berdasarkan hasil wawancara
memperoleh penghasilan (Salviany et al. terhadap 21 responden, diperoleh bahwa
2013). 57% atau 12 responden yang berumur 10
Namun ada 3 larangan untuk wanita sampai 25 tahun memperoleh
tidak boleh menenun menurut adat pengetahuan tentang pemanfaatan
istiadat suku Dayak Iban yaitu; (a) Ketika tumbuhan sebagai penghasil pewarna
sedang hamil dan akan melahirkan alami secara turun temurun. Pengetahuan
845
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (4) : 837 – 847
yang dimiliki oleh generasi muda saat ini dikedua Dusun ialah dengan membangun
diwariskan secara tidak langsung sesuai kebun semai khusus untuk tumbuhan
kondisi lingkungan tempat tinggal saat penghasil warna alami.
ini. Pengetahuan tentang pewarna alami SIMPULAN DAN SARAN
yang mereka peroleh dari daerah asal Penelitian ini dilakukan pada 2
tidak semuanya diterapkan di daerah yang dusun, yaitu dusun Tekalong dan dusun
baru, sehingga pengetahuan yang Kelawik. Pengetahuan yang dimiliki
diwariskan kepada generasi muda masyarakat Suku Dayak Iban di dusun
menjadi berkurang. Proses pewarisan Tekalong dan dusun Kelawik merupakan
pengetahuan terutama dalam kaitanya pengetahuan yang diwariskan secara
dengan pemanfaatan tumbuhan sebagai turun temurun dari orang tua mereka.
penghasil warna alami dilakukan oleh Terdapat 22 tumbuhan yang digunakan
orang tua dengan cara melibatkan anak- oleh masyarakat suku Dayak Iban yang
anak mereka baik mengambil tumbuhan terdiri dari 15 famili. Keragaman genetik
yang akan digunakan sebagai pewarna tertinggi berasal dari famili Fabaceae
maupun dalam penggunaanya. Semakin (13,65%) dan Rubiaceae (13,65%).
sedikit tumbuhan ynag digunakan sebagai Teknik pembuatan bahan pewarna alami
pewarna alam oleh orang tua, maka dari kedua dusun terdiri dari 3 proses
sedikit pula pengetahuan yang diterima yaitu: mordanting, ekstraksi dan fiksasi.
oleh generasi mudanya. Masyarakat suku Dayak Iban
Kehadiran dan keberadaan suku-suku memanfaatkan tumbuhan penghasil warna
lain dalam kehidupan masyarakat Dayak alami terutama digunakan untuk
Iban, meskipun membawa perubahan menenun. Terdapat dua jenis tenunan
dalam sebagian pola hidup mereka namun yang dibuat oleh masyarakat suku Dayak
dalam hal pemanfaatan tumbuhan sebagai Iban yaitu tenun ikat dan tenun songket,
pewarna alami tidak banyak berpengaruh dengan aneka motif yang memiliki
bahkan tidak terlihat sama sekali. filosofinya masing-masing. Satu dianatara
Umumnya mereka memanfaatkan motif khas suku Dayak Iban yaitu motif
pengetahuan yang mereka peroleh secara Lepu (Gajah Antu Nyawak Nyeru
turun temurun tentang pewarna alami Semalam-malam, Bejit Gajah Langit
sehingga, tidak terlihat adanya pengaruh Nyawak Ngigit Sebulan-bulan). Produk
dari suku lain dalam hal memanfaatkan yang dihasilkan berupa kain, tas dan syal
tumbuhan sebagai pewarna alami. tenun, dengan kisaran harga dari Rp.
Pewarna alami yang digunakan umumnya 90.000,- (untuk syal) sampai Rp.
berasal dari hutan/lingkungan disekitar 5.000.000,- (untuk kain).
tempat tinggal mereka, usaha konservasi Perlu dilakukan penelitian lanjutan
yang dilakukan oleh suku Dayak Iban tentang uji kelunturan dari pewarna alami
846
JURNAL HUTAN LESTARI (2018)
Vol. 6 (4) : 837 – 847
yang dibuat oleh Suku Iban di Dusun Mensiau Kabupaten Kapuas Hulu.
Tekalong dan Dusun Kelawik. Perlu Protoboint 4(1): 58-61.
dilakukannya pengamatan tentang jarak Sutara PK. 2009. Jenis tumbuhan sebagai
pewarna alam pada beberapa
waktu yang tepat dalam pengambilan
perusahaan tenun di Gianyar. J
bahan baku seperti kulit kayu atau daun Bumi Lestari. 9(2): 217-223.
yang dimanfaatkan oleh Suku Dayak Iban Widiawati, D. 2009. The Revival of the
sehingga mengurangi resiko kematian Usage of Natural Fibers and Natural
tumbuhan tersebut. Dyes in Indonesian Textile. ITB J.
DAFTAR PUSTAKA Vis. Art & Des., 3(2):115-128.
Berlin SW, Linda R, Mukarlina. 2017.
Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai
Bahan Pewarna Alami Oleh Suku
Dayak Bidayuh Di Desa Kenaman
Kecamatan Sekayam Kabupaten
Sanggau. Protoboint 6(3): 303-309.
Muflihati, Nawawi DS, Rahayu IS, Syafii
W. 2014. Perubahan Warna Kayu
Jabon Terwarnai Ekstrak Kulit
Kayu Samak (Syzygium
inophyllum). J. Ilmu dan Teknologi
Kayu Tropis 12(1): 11-19.
Pujilestari T. 2014. Pengaruh Ekstraksi
Zaat Warna Alam Dan Fiksasi
Terhadap Ketahanan Luntur Warna
Pada Kain Batik Katun. Dinamika
Kerajinan dan Batik 31(1).
Rizqi, Suminto M, Ermawati P. 2017.
Potret Perempuan Dayak Iban,
Kayan, Desa dan Sungkung di
Kalimantan Barat. specta̅ 1(1): 51-
68.
Salviany LA, Suwartiningsih S. 2013.
Makna Tenun Ikat Bgi Perempuan .
KRITIS Jurnal Studi Pembangunan
Interdisiplin 22(1): 20-40.
Sancaya R. 2001. Pesona Warna Alami
Indonesia. Jakarta: KEHATI.
Santa EK, Mukarlina, Linda R. 2015.
Kajian Etnobotani Tumbuhan yang
Digunakan Sebagai Pewarna Alami
Oleh Suku Dayak Iban di Desa
847