Anda di halaman 1dari 12

Management Analysis Journal 4 (1) (2015)

Management Analysis Journal

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/maj

PENGARUH FAKTOR EKONOMI MAKRO DAN KINERJA KEUANGAN


TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

Cahyati Agustina, Anindya Ardiansari

Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh faktor ekonomi makro dan kinerja
Diterima Januari 2015 keuangan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Disetujui Februari 2015 Indonesia tahun 2010-2012. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
Dipublikasikan Maret terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2010 sampai tahun 2012. Jumlah sampel
2015 yang digunakan dalam penelitian ini adalah 52 sampel dengan metode purposive sampling. Variabel
________________ nilai perusahaan diprosikan dengan Price Earning Ratio (PER), variabel faktor ekonomi makro
Keywords: diproksikan dengan inflasi dan kurs, kinerja keuangan diproksikan dengan Return on Equity (ROE)
Corporate; Financial dan Debt to Equity Ratio (DER). Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda,
Performance Value; menggunakan software SPSS 16.0. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa
Macroeconomics Factors hanya DER yang berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur
____________________ di BEI tahun 2010-2012.

Abstract
___________________________________________________________________
The aim of this research is to know the effect of macroeconomics factors and financial performance on corporate
value of the manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange on 2010-2012. Population in this research
is manufacturing companies listed on Indonesia Stock Exchange in the period from 2010 until 2012. Number
of sample that used in this research is 52 samples with purposive sampling method. Corporate value variable is
proxied by Price Earning Ratio (PER), macroeconomics factors variable is proxied by inflation and exchanges
rate, financial performance variable is proxied by Return on Equity (ROE) and Debt to Equity Ratio (DER).
The analytical tool used is multiple regression analysis, using software SPSS 16.0. Based on the results of the
study, it can be concluded that only DER has significant effect on corporate value of manufacturing companies
in IDX on 2010-2012.

© 2015 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6552
Gedung C6 Lantai 1 FE Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: agustina_cahyati@yahoo.co.id, niend_ku@yahoo.com

10
Cahyati Agustina, Anindya Ardiansari/ Management Analysis Journal 4 (1) (2015)

PENDAHULUAN Menurut Prasetyo (2009) menyatakan bahwa


inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan harga-harga
Suatu perusahaan mempunyai tujuan untuk umum secara terus menerus dalam suatu periode
memakmurkan pemiliknya dalam hal inipara tertentu. Menurut Adisetiawan (2009) menyatakan
pemegang saham dengan cara meningkatkan nilai bahwa tingkat inflasi yang tinggi menyebabkan harga
perusahaan (Cahyaningdyah, 2012). Menurut barang-barang mengalami peningkatan, sehingga daya
Kusumajaya (2011) menyatakan bahwa nilai beli masyarakat menurun. Hal ini akan menurunkan
perusahaan sangat penting karena mencerminkan minat investor untuk berinvestasi. Jika minat investor
kinerja perusahaan yang dapat mempengaruhi persepsi untuk berinvestasi pada perusahaan turun, maka akan
investor terhadap perusahaan. Nilai perusahaan dapat terjadi penurunan harga saham perusahaan.
dilihat dari harga pasar saham perusahaan (Pujiati & Nilai tukar atau kurs valuta asing menunjukkan
Widanar, 2009). Sedangkan kinerja keuangan dapat harga atau nilai mata uang sesuatu negara dinyatakan
diukur dengan efisiensi rasio yaitu rasio perbandingan dalam nilai mata uang negara lain (Sukirno, 2006).
antara masukan dan keluaran (Indrayati, 2012). Menurut Madura (2000) menyatakan bahwa sejalan
Menurut Kusumajaya (2011) menyatakan nilai dengan berubahnya kondisi ekonomi, nilai tukar juga
perusahaan merupakan persepsi investor terhadap dapat berubah secara substansial. Pelemahan nilai
tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan tukar rupiah terhadap mata uang asing, menyebabkan
dengan harga saham. Nilai perusahaan dapat diukur biaya produksi meningkat dan profitabilitasnya
dengan Price Earning Ratio (PER) yang menurun yang pada akhirnya nilai perusahaan juga
menggambarkan bagaimana keuntungan perusahaan ikut menurun (Darminto, 2010).
atau emiten saham terhadap harga sahamnya, yang Menurut Dwipartha (2013) menyatakan bahwa
menunjukkan besarnya rupiah yang harus dibayarkan faktor internal yang mempengaruhi kemampuan
investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan yang go public dalam mencapai tujuan
perusahaan. Semakin tinggi pertumbuhan laba, maka jangka panjangnya untuk meningkatkan nilai
nilai PER akan semakin tinggi (Dwipartha, 2013). perusahaan dapat dilihat dari kinerja keuangannya.
Kondisi ekonomi makro sebagai faktor eksternal Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu
dapat mempengaruhi kinerja dan nilai perusahaan faktor yang dipertimbangkan oleh para investor dalam
(Dwipartha, 2013). Menurut Prasetyo (2009) berinvestasi.
menyatakan bahwa ekonomi makro merupakan studi Menurut Samsul (2006) menyatakan bahwa
tentang ekonomi secara keseluruhan. Ekonomi makro banyak sekali rasio keuangan yang dapat dianalisis,
menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi tetapi tidak semua rasio itu dibutuhkan oleh investor.
banyak rumah tangga (household) dan perusahaan serta Investor harus selalu mengikuti perkembangan rasio
pasar. Penelitian Fama dalam Dwipartha (2013) ekuitas terhadap utang ataupun Debt to Equity Ratio
menyatakan bahwa pergerakan faktor ekonomi makro (DER). Investor juga perlu mengetahui efisiensi
dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan harga manajemen dalam menjalankan modalnya melalui
saham. rasio Return on Equity (ROE). Oleh karena itu, rasio
Hasil penelitian Wulandari (2010) setiap peneliti keuangan yang digunakan untuk mencerminkan
menggunakan faktor ekonomi makro yang berbeda- kinerja keuangan perusahaan pada penelitian ini
beda karena belum ada konsensus faktor ekonomi adalah Return on Equity Ratio (ROE) dan Debt to Equity
makro mana yang berpengaruh terhadap harga saham. Ratio (DER).
Indikator ekonomi makro yang seringkali Menurut Sawir (2001) menyatakan bahwa
dihubungkan dengan pasar modal adalah fluktuasi Return on Equity (ROE) menunjukkan sejauh mana
tingkat bunga, inflasi, kurs rupiah, dan pertumbuhan perusahaan mampu mengelola modal sendiri secara
PDB (Kewal, 2012). Dalam penelitian ini variabel efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi
ekonomi makro yang digunakan adalah inflasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau
dankurs. memegang saham perusahaan. Sementara itu,

11
Cahyati Agustina, Anindya Ardiansari/ Management Analysis Journal 4 (1) (2015)

menurut Tandelilin (2010) salah satu indikator penting diberlakukan ACFTA (Asean China Free Trade Area),
untuk menilai prospek perusahaan di masa datang sehingga meningkatkan hubungan perdagangan antara
adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan China dengan Indonesia. Kondisi tersebut dapat
profitabilitas perusahaan yang dapat dilihat melalui menciptakan suatu persaingan yang ketat antar
rasio Return on Equity (ROE). perusahaan-perusahaan industri tidak terkecuali
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio perusahaan manufaktur. Persaingan dalam industri
yang diperkirakan dapat mempengaruhi return suatu manufaktur membuat setiap perusahaan semakin
saham. Rasio ini merupakan rasio solvabilitas yang meningkatkan kinerja agar tujuannya dapat tetap
mengukur kemampuan kinerja perusahaan dalam tercapai, yaitu memaksimumkan nilai perusahaan.
mengembalikan hutang jangka panjangnya dengan ACFTA menjadi awal dimulainya hubungan
melihat perbandingan antara total hutang dengan total perdagangan internasional antara China dengan
ekuitasnya (Ang, 1997). Menurut Sudana (2011) nilai Indonesia. Hal itu akan mempengaruhi faktor
perusahaan akan menurun jika perusahaan ekonomi makro, karena adanya perubahan kebijakan
menggunakan utang lebih dari modal sendiri. pemerintah tentang ekspor dan impor.
Manufaktur merupakan jenis perusahaan yang Penelitian terdahulu mengenai variabel inflasi
mengolah bahan baku menjadi barang jadi. yang dilakukan oleh Pareira (2010), membuktikan
Perkembangan perusahaan dalam bidang industri bahwa terdapat hubungan negatif antara inflasi dengan
manufaktur yang telah go public dan terdaftar di Bursa harga saham. Sedangkan menurut Demir (2007) inflasi
Efek Indonesia telah mengalami kemajuan yang cukup memiliki pengaruh negatif secara signifikan terhadap
pesat dari tahun 2010-2012. Berdasarkan data dari profitabilitas perusahaan manufaktur. Namun berbeda
Badan Pusat Statistik yang dimuat dalam Berita Resmi dengan penelitian yang dilakukan oleh Sangkyun
Statistik No. 11/02/Th. XV tanggal 1 Februari 2012 (1997) dan Triayuningsih (2003) yang menyebutkan
mengenai Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur bahwa laju inflasi tidak memiliki pengaruh yang
menunjukkan kenaikan pertumbuhan produksi signifikan terhadap return saham yang berdampak pada
industri manufaktur tahun 2010 naik sebesar 4.45% harga saham perusahaan manufaktur.
dari tahun 2009 dan tahun 2011 naik sebesar 5.56% Pada dasarnya kenaikan laju inflasi tidak
dari tahun 2010, serta tahun 2012 naik sebesar 4.12% disukai oleh para pelaku pasar modal karena akan
dari tahun 2011 yang dimuat dalam Berita Resmi meningkatkan biaya produksi yang akhirnya
Statistik No. 12/02/Th. XVI tanggal 1 Februari 2013. berdampak buruk terhadap harga dan pendapatan
Pertumbuhan produksi industri manufaktur (Samuelson dalam Utami & Rahayu, 2003). Menurut
tersebut menunjukkan adanya peningkatan kenerja Kewal (2012), inflasi yang terlalu tinggi akan
dari perusahaan. Selain itu, industri pengolahan atau menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing
manufaktur merupakan sektor yang memberikan power of money) dan mengurangi tingkat pendapatan riil
peraran terbersar terhadap ekonomi makro dan yang diperoleh investor dari investasinya. Berdasarkan
penerimaan devisa negara (Saimul dkk., 2011). uraian diatas maka dapat disusun hipotesis berikut:
Terbukti pada tahun 2012, industri manufaktur H1: Inflasi yang tinggi akan menurunkan nilai
mempunyai peranan yang paling besar yaitu sebesar perusahaan pada perusahaan manufaktur yang
23.98%, diikuti sektor pertanian, peternakan, terdaftar di BEI tahun 2010-2012
kehutanan danperikanan sebesar 14.44%, sektor
perdagangan, hotel dan restoran sebesar 13.90%, Penelitian terdahulu tentang variabel kurs atau
pertambangan dan penggalian sebesar 11.78%, sektor nilai tukar yang dilakukan oleh Kurihara (2006)
jasa-jasa sebesar 10.78%, sertasektor menyatakan bahwa nilai tukar berpengaruh positif dan
konstruksi/bangunan sebesar 10.45% signifikan terhadap harga saham di Jepang. Penelitian
(www.kemenperin.go.id). ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Periode pengamatan pada penelitian ini adalah Bahmani-Oskooee dan Sohrabian (1992) yang
tahun 2010-2012. Hal itu karena pada Januari 2010 menyebutkan bahwa nilai tukar mempunyai pengaruh

12
Cahyati Agustina, Anindya Ardiansari/ Management Analysis Journal 4 (1) (2015)

terhadap harga saham. Berbeda dengan penelitian berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Price
Gupta et al. (2000) menyatakan bukti bahwa tidak Earning Ratio.
terdapat hubungan yang kuat antara harga saham Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
dengan nilai tukar. Penelitian tersebut, didukung oleh Susilowati dan Turyanto (2011) yang menyebutkan
penelitian yang dilakukan Koostanto (2013) yang bahwa ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap
menyatakan bahwa nilai tukar tidak berpengaruh return saham. Menurut Harahap (2007) ROE
signifikan terhadap return saham disebabkan dalam digunakan untuk mengukur besarnya pengembalian
memperoleh return, investor kurang memperhatikan terhadap investasi para pemegang saham. Angka
nilai tukar dalam berinvestasi. tersebut menunjukkan seberapa baik manajemen
Menurut Samsul (2006) perubahan satu variabel memanfaatkan investasi para pemegang saham. ROE
makro ekonomi memiliki dampak yang berbeda diukur dalam satuan persen. Tingkat ROE memiliki
terhadap harga saham, yaitu suatu saham dapat hubungan yang positif dengan harga saham, sehingga
terkena dampak positif sedangkan saham lainnya semakin besar ROE semakin besar pula harga pasar,
terkena dampak negatif. Misalnya, perusahaan yang karena besarnya ROE memberikan indikasi bahwa
berorientasi impor, depresiasi kurs rupiah terhadap pengembalian yang akan diterima investor akan tinggi
dolar Amerika yang tajam akan berdampak negatif sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham
terhadap harga saham perusahaan. Sementara itu, tersebut, dan hal itu menyebabkan harga pasar saham
perusahaan yang berorientasi ekspor akan menerima cenderung naik. Berdasarkan uraian diatas maka dapat
dampak positif dari depresiasi kurs rupiah terhadap disusun hipotesis berikut:
dolar Amerika. Saat ini sebagian besar bahan baku H3: Return on Equity (ROE) yang tinggi akan
bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia masih meningkatkan nilai perusahaan pada perusahaan
mengandalkan impor dari luar negeri manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-
(www.kemenperin.go.id). Ketika mata uang rupiah 2012.
terdepresiasi, hal ini akan mengakibatkan naiknya
biaya bahan baku tersebut. Kenaikan biaya produksi Penelitian terdahulu mengenai variabel Debt to
akan mengurangi tingkat keuntungan perusahaan. Equity Ratio (DER) yang dilakukan oleh Natarsyah
Oleh karena itu bagi investor, proyeksi penurunan (2000) dan Sparta (2000), menunjukkan bahwa DER
tingkat laba tersebut akan dipandang negatif (Coleman berpengaruh positif dan signifikan terhadap return
& Tettey dalam Novianto, 2011). Berdasarkan uraian saham. Berbeda dengan penelitian Hidayat dan
diatas maka dapat disusun hipotesis: Manao (2000) yang menyatakan justru bahwa return
H2: Kurs yang tinggi akan menurunkan nilai saham tidak dipengaruhi secara nyata oleh perubahan
perusahaan pada perusahaan manufaktur yang porsi sumber dana dari pinjaman DER. Menurut Ratih
terdaftar di BEI tahun 2010-2012 dkk. (2013) DER berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap harga saham.
Penelitian terdahulu tentang variabel Return on Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Equity (ROE) yang dilakukan oleh Purnomo (1998) Pangestuti dan Aji (2012) menunjukkan bahwa DER
dan Triayuningsih (2003) menemukan bahwa Return berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
on Equity (ROE) berpegaruh positif terhadap return PER. Menurut Ang (1997) Debt to Equity Ratio (DER)
saham. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang adalah rasio yang menunjukan persentase penyedian
dilakukan oleh Dwipartha (2013) yang menyebutkan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi
bahwa kinerja keuangan yang dicerminkan oleh Return pinjaman. Para investor cenderung menghindari
on Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap nilai saham-saham yang memiliki nilai DER yang tinggi
perusahaan. Sedangkan Pangestuti dan Aji (2012) karena nilai DER yang tinggi mencerminkan risiko
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Price perusahaan yang relatif tinggi. Nilai perusahaan akan
Earning Ratio pada perusahaan manufaktur di BEI, menurun jika perusahaan menggunakan utang lebih
menemukan bahwa Return on Equity (ROE)

13
Cahyati Agustina, Anindya Ardiansari/ Management Analysis Journal 4 (1) (2015)

dari modal sendiri (Sudana, 2011). Berdasarkan uraian


diatas maka dapat disusun hipotesis berikut: Kerangka Berpikir
H4: Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi akan Sesuai dengan penjelasan diatas maka kerangka
menurunkan nilai perusahaanpada perusahaan berpikir dalam penelitian ini dapat disajikan dalam
manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010- Gambar 1.
2012.

Gambar 1. Kerangka Berpikir

METODE PENELITIAN yang digunakan adalah teknik purposive sampling.


Jumlah sampel penelitian adalah 52 perusahaan
Jenis penelitian yang dilakukan pada objek yang selama periode 2010-2012 atau dengan kata lain
diteliti adalah penelitian kuantitatif. Populasi dari terdapat 156 ringkasan kinerja dan laporan keuangan
penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang menjadi objek penelitian ini. Kriteria sampel
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010- penelitian ini secara lebih jelas akan dijabarkan dalam
2012 yang berjumlah 131. Teknik pengambilan sampel Tabel 1.

Tabel 1. Kriteria Sampel Penelitian


Kriteria Sampel
Perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 131
2010-2012.
Perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun (31)
2010-2012 yang tidak menerbitkan laporan keuangan secara lengkap selama tiga
tahun berturut-turut pada periode penelitian.
Perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang mengalami delisting periode (4)
tahun 2010-2012.
Perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun (44)
2010-2012 memiliki Price Earning Ratio bernilai negatif dan tidak aktif di bursa
selama periode penelitian.
Jumlah Sampel 52
Sumber: www.idx.co.iddan www.sahamok.com(data diolah)

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional dengan harga saham (Dwipartha, 2013). Dalam
Variabel Terikat (Dependen) penelitian ini, nilai perusahaan diproksikan dengan
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah nilai Price Earning Ratio (PER) yang dinyatakan dalam
perusahaan (Y). Nilai perusahaan merupakan persepsi satuan persentase dengan rumus sebagai berikut
investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan (Tandelilin, 2010):

14
Cahyati Agustina, Anindya Ardiansari/ Management Analysis Journal 4 (1) (2015)

menghasilkan laba yang bias diperolah pemegang


Harga saham saham. Rasio ROE dapat dihitung dengan rumus,
PER = x 100%
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 per lembar saham sebagai berikut (Tandelilin, 2010):

Data Price Earning Ratio (PER) yang digunakan Laba bersih setelah bunga dan pajak
dalam penelitian ini adalah Price Earning Ratio dalam
𝑅𝑂𝐸 =
Jumlah modal sendiri
ringkasan kinerja atau laporan keuangan yang
dikeluarkan oleh perusahaan manufaktur dan Data ROE yang digunakan dalam penelitian ini
dipublikasikan melalui www.idx.co.id atau website diperolah dari ringkasan kinerja atau laporan
resmi perusahaan dari tahun 2010-2012. keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan
manufaktur dan dipublikasikan melalui www.idx.co.id
Variabel Bebas (Independen) atau website resmi perusahaan dari tahun 2010-2012.
Inflasi (X1) merupakan faktor fundamental Debt to Equity Ratio (DER) (X4) merupakan salah
makro dari indikator makroekonomi yang satu rasio keuangan yang mengukur seberapa besar
menggambarkan kondisi ekonomi yang kurang sehat, kemampuan perusahaan melunasi utang dengan
karena harga harga barang secara umum meningkat modal yang dimiliki (Husnan dan Pudjiastuti, 2006).
sehingga melemahkan daya beli masyarakat Rumus Debt to Equity Ratio (DER) adalah sebagai
(Pangemanan, 2013). Rumus untuk menghitung laju berikut (Samsul, 2006):
inflasi dengan Indeks Harga Umum (general price index)
(Prasetyo 2009): total hutang
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
ekuitas
IHUt − IHUt − 1
LIt = x100% Data DER yang digunakan dalam penelitian ini
IHUt − 1
diperolah dari ringkasan kinerja atau laporan
Dimana: keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan
LIt = laju inflasi pada tahun atau periode t manufaktur dan dipublikasikan melalui www.idx.co.id
IHUt = harga umum periode t atau website resmi perusahaan dari tahun 2010-2012.
IHUt-1 = harga umum periode t-1
Metode Analisis
Data inflasi yang digunakan dalam penelitian Metode analisis data yang digunakan dalam
ini adalah Inflasi (Indeks Umum) yang terjadi di penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda
Indonesia yang dikeluarkan oleh BPS dari tahun 2010- (multiple regression). Menurut Sukestiyarno (2012)
2012. Nilai tukar atau kurs (X2) yaitu mengukur nilai analisis regresi ganda merupakan analisis regresi yang
dari suatu valuta dari perspektif valuta lain. Sejalan memproses pengaruh lebih dari satu variabel
dengan berubahnya kondisi ekonomi, nilai tukar juga independen terhadap sebuah variabel dependen.
dapat berubah secara substansial (Madura, 2000). Metode analisis data penelitian ini menggunakan alat
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang bantu program Software SPSS 16.0 dengan persamaan
asing menyebabkan biaya produksi meningkat dan regresi sebagai berikut:
profitabilitasnya menurun, yang pada akhirnya nilai
perusahaan juga ikut menurun (Darminto, 2010). Data Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+e
nilai tukar atau kurs yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kurs transaksi Bank Indonesia (mata uang Dimana:
US$) yang dikeluarkan oleh Bank Sentral Republik Y = Nilai perusahaan (PER)
Indonesia dari tahun 2010-2012. a = Konstanta
Return on Equity Ratio (ROE) (X3) X1 = Inflasi
menggambarkan sejauh mana kemampuan perusahaan X2 = Kurs

15
Cahyati Agustina, Anindya Ardiansari/ Management Analysis Journal 4 (1) (2015)

X3 = Return on Equity Ratio (ROE) determinasi R2 ini merupakan ukuran ringkas yang
X4 = Debt to Equity Ratio (DER) menginformasikan seberapa baik sebuah garis regresi
b1, 2, 3, 4 = Koefisien regresi variabel X1, 2, 3, 4 sampel sesuai dengan datanya (Ghozali, 2006). Sifat
e = Kesalahan Pengganggu (standard error) dari R2 sebagai berikut (Gujarati, 2012): Besarnya
tidak pernah negatif dan batasannya adalah 0 ≤ R2 ≤ 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN Jika R2 bernilai 1, artinya kesesuaian garisnya tepat.
Hasil pengujian koefisien determinasi (R2) dapat
Analisis Data dilihat pada Tabel 2.
Koefisien determinasi R2 merupakan sebuah
ukuran mengenai “goodness of fit”. Koefisien

Tabel 2. Hasil Uji Koefisien Determinasi


Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .293a .086 .062 5.60433
a. Predictors: (Constant), DER, KURS, ROE, INFLASI
b. Dependent Variable: PER
Sumber: data yang diolah (2015)

Berdasarkan tampilan output SPSS di atas, Uji Statistik F


terlihat bahwa besarnya nilai koefisien determinasi Uji statistik F pada dasarnya merupakan ukuran
variabel independen terhadap variabel dependen “goodness of fit” yang menunjukkan apakah semua
PER yang dinyatakan dengan nilai adjusted R2 variabel bebas yang dimasukkan dalam model
diperoleh sebesar 0.062. Hal ini berarti bahwa hanya mempunyai pengaruh secara bersama-sama
6.2% variasi variabel dependen yaitu PER dapat terhadap variabel terikat. Apabila nilai F > 4 maka
dijelaskan oleh variabel independen. Sedangkan H0 dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%.
sisanya yaitu sebesar 93.8% dipengaruhi oleh faktor Dengan kata lain, Hayang dalam Ghozali (2006)
lain yang tidak masuk dalam pengujian regresi menyatakan bahwa semua variabel independen
secara serentak dan signifikan mempengaruhi
variabel dependen diterima. Uji statistik F dapat
dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Uji Statistik F


Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 446.247 4 111.562 3.552 .008a
Residual 4742.694 151 31.409
Total 5188.941 155
a. Predictors: (Constant), DER, KURS, ROE, INFLASI
b. Dependent Variable: PER
Sumber: data yang diolah (2015)

16
Cahyati Agustina, Anindya Ardiansari/ Management Analysis Journal 4 (1) (2015)

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa variabel penjelas (bebas) secara individual dalam
dari uji ANOVA atau F test diatas, diperoleh menerangkan variasi variabel terikat. Apabila
nilai signifikansi sebesar 0.008 lebih kecil dari jumlah degree of freedom adalah 20 atau lebih dan
0.05 maka dapat disimpulkan bahwa semua derajat
variabel independen berpengaruh signifikan Kepercayaan sebesar 5% maka H0 dapat
terhadap variabel dependensecara serentak. ditolak bila nilai t > 2 (dalam nilai absolut).
Dengan kata lain, Hayang menyatakan variabel
Pengujian Hipotesis independen secara individual mempengaruhi
Uji Statistik variabel dependen diterima (Ghozali, 2006). Uji
Uji statistik t pada dasarnya merupakan ukuran statistik t dapat dilihat pada Tabel 4.
“goodness of fit” yang menunjukkan seberapa jauh

Tabel 4. Hasil Uji Statistik t


Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -7.304 16.367 -.446 .656
INFLASI .087 .365 .021 .239 .811
KURS .002 .002 .123 1.399 .164
ROE -.041 .042 -.077 -.979 .329
DER -1.973 .614 -.251 -3.215 .002
a. Dependent Variable: PER
Sumber: data yang diolah (2015)

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat menganggap variabel independen lain


persamaan regresinya, yaitu: konstan/tetap.
Koefisien X3 = -0.041 artinya bahwa jika
Nilai Perusahaan (PER)= -7.304 + 0.087 variabel ROE mengalami penurunan sebesar
INFLASI + 0.002 KURS - 0.041 ROE - 1.973 satu satuan maka akan meningkatkan nilai
DER + e perusahaan (PER) sebesar 0.041 dengan
menganggap variabel independen lain
Dari persamaan regresi diatas dapat diketahui konstan/tetap.
bahwa: 1) nilai konstanta sebesar -7.304 yang Koefisien X4 = -1.973 artinya bahwa jika
menunjukkan bahwa nilai perusahaan (PER) variabel DER mengalami penurunan sebesar
mempunyai nilai sebesar -7.304 dengan satu satuan maka akan meningkatkan nilai
menganggap variabel independen (inflasi, kurs, perusahaan (PER) sebesar 1.973 dengan
ROE dan DER) konstan/tetap. menganggap variabel independen lain
Koefisien X1 = 0.087 artinya bahwa jika konstan/tetap.
variabel inflasi mengalami kenaikan sebesar satu Berdasarkan hasil perhitungan statistik,
satuan maka akan meningkatkan nilai dapat disimpulkan bahwa inflasi memiliki
perusahaan (PER) sebesar 0.087 dengan koefisien regresi dengan arah positif terhadap
menganggap variabel independen lain nilai perusahaan (PER). Nilai signifikansi
konstan/tetap. variabel inflasi sebesar 0.811 lebih tinggi dari
Koefisien X2 = 0.002 artinya bahwa jika 0.05. Hal ini berarti, H1yang menyatakan inflasi
variabel kurs mengalami kenaikan sebesar satu yang tinggi akan menurunkan nilai perusahaan
satuan maka akan meningkatkan nilai pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
perusahaan (PER) sebesar 0.002 dengan BEI tahun 2010-2012 ditolak.

17
Cahyati Agustina, Anindya Ardiansari/ Management Analysis Journal 4 (1) (2015)

Hasil penelitian ini, berbeda dengan saham dengan nilai tukar. Penelitian tersebut,
penelitian yang dilakukan oleh Demir (2007), didukung oleh penelitian yang dilakukan
yang menyatakan bahwa inflasi memiliki Koostanto (2013) yang menyebutkan bahwa
pengaruh negatif secara signifikan terhadap nilai tukar tidak berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas perusahaan manufaktur. Selain itu, return saham disebabkan dalam memperoleh
Pareira (2010) juga menyebutkan bahwa return, investor kurang memperhatikan nilai
terdapat hubungan negatif antara inflasi dengan tukar dalam berinvestasi.
harga saham. Sesuai dengan hasil perhitungan statistik
Hasil penelitian ini, sesuai dengan hasil dapat dilihat bahwa memiliki koefisien regresi
penelitian yang dilakukan oleh Sangkyun (1997) positif dan nilai signifikansinya lebih besar dari
dan Triayuningsih (2003), yang menyebutkan 0.05. Hal tersebut berarti, saat kurs atau nilai
bahwa laju inflasi tidak memiliki pengaruh tukar mengalami peningkatan maka tidak
signifikan terhadap return saham yang berpengaruh signifikan terhadap nilai
berdampak pada harga saham perusahaan perusahaan yang pada penelitian ini diproksikan
manufaktur. Hasil penelitian ini, konsisten dengan PER.
dengan penelitian Tandelilin dalam Berdasarkan hasil perhitungan statistik,
Triayuningsih (2003) yang membuktikan bahwa dapat disimpulkan bahwa Return on Equity
inflasi bukan merupakan determinan return memiliki koefisien regresi dengan arah negatif
saham. terhadap nilai perusahaan (PER). Nilai
Sesuai dengan perhitungan statistik di signifikansi variabel Return on Equity (ROE)
atas, dapat dilihat bahwa inflasi memiliki sebesar 0.329 lebih tinggi dari 0.05. Hal ini
koefisien regresi positif dan nilai signifikansinya berarti bahwa H3 yang menyatakan ROE yang
lebih besar dari 0.05. Hal tersebut berarti, saat tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan pada
inflasi mengalami peningkatan maka tidak perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
berpengaruh signifikan terhadap nilai tahun 2010-2012 dinyatakan ditolak.
perusahaan yang pada penelitian ini diproksikan Hasil penelitian ini berbeda dengan
dengan PER. penelitian yang dilakukan oleh Pangestuti dan
Berdasarkan hasil perhitungan statistik, Aji (2012) yang menyebutkan bahwa ROE
dapat disimpulkan kurs memiliki koefisien berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
regresi dengan arah positif terhadap nilai PER. Selain itu Purnomo dalam Triayuningsih
perusahaan (PER). Nilai signifikansi variabel (2003) menemukan bahwa Return on Equity
kurs sebesar 0.164 lebih tinggi dari 0.05. Hal ini (ROE) berpegaruh positif terhadap return saham.
berarti H2 yang menyatakan kurs yang tinggi Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
akan menurunkan nilai perusahaan pada penelitian yang dilakukan oleh Ain (2013), yang
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI menyebutkan bahwa ROE tidak berpengaruh
tahun 2010-2012 dinyatakan ditolak. terhadap nilai perusahaan. Penelitian tersebut,
Hasil penelitian ini, berbeda dengan didukung oleh penelitian Susilowati dan
penlitian yang dilakukan oleh Kurihara (2006), Turyanto (2011) yang menyebutkan bahwa
yang menyatakan bahwa nilai tukar ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap
berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.
harga saham. Penelitian Kewal (2012) juga Sesuai dengan hasil perhitungan statistik
menyebutkan bahwa kurs berpengaruh secara dapat dilihat bahwa Return on Equity (ROE)
signifikan terhadap Indeks Harga Saham memiliki koefisien regresi negatif dan nilai
Gabungan (IHSG). signifikansinya lebih besar dari 0.05. Hal
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan tersebut berarti, saat Return on Equity (ROE)
penelitian yang dilakukan oleh Gupta et al. mengalami peningkatan maka tidak
(2000) yang menemukan bukti bahwa tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
terdapat hubungan yang kuat antara harga

18
Cahyati Agustina, Anindya Ardiansari/ Management Analysis Journal 4 (1) (2015)

perusahaan yang pada penelitian ini diproksikan signifikansinya lebih besar dari 0.05. Jadi bisa
dengan PER. disimpulkan bahwa saat inflasi mengalami
Berdasarkan hasil perhitungan statistik, peningkatan maka tidak berpengaruh signifikan
dapat disimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio terhadap nilai perusahaan yang pada penelitian
memiliki koefisien regresi dengan arah negatif ini diproksikan dengan Price Earning Ratio
terhadap nilai perusahaan (PER). Nilai (PER); 2) faktor ekonomi makro yang
signifikansi variabel Debt to Equity Ratio (DER) diproksikan dengan kurs (X2) memiliki koefisien
sebesar 0.002 lebih kecil dari 0.05. Hal ini regresi positif dan nilai signifikansinya lebih
menyatakan bahwa H4 yang menyatakan DER besar dari 0.05. Jadi bisa disimpulkan bahwa
yang tinggi akan menurunkannilai perusahaan saat kurs atau nilai tukar mengalami
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di peningkatan maka tidak berpengaruh signifikan
BEI tahun 2010-2012 dinyatakan diterima. terhadap nilai perusahaan yang pada penelitian
Hasil penelitian ini berbeda dengan ini diproksikan dengan Price Earning Ratio
penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah (2000) (PER); 3) Kinerja keuangan yang diproksikan
dan Sparta (2000) yang menunjukkan bahwa dengan Return on Equity (ROE) (X3) memiliki
DER berpengaruh positif dan signifikan koefisien regresi negatif dan nilai signifikansinya
terhadap return saham. Selain itu, Hidayat dan lebih besar dari 0.05. Jadi bisa disimpulkan
Manao (2000) dalam penelitiannya justru bahwa saat Return on Equity (ROE) mengalami
menunjukkan bahwa return saham tidak peningkatan maka tidak berpengaruh signifikan
dipengaruhi secara nyata oleh perubahan porsi terhadap nilai perusahaan yang pada penelitian
sumber dana dari pinjaman DER. Penelitian ini diproksikan dengan Price Earning Ratio (PER)
Pangestuti dan Aji (2012) juga menemukan dan 4) kinerja keuangan yang diproksikan
bahwa DER berpengaruh tidak signifikan dengan Debt to Equity Ratio (DER) (X4) memiliki
terhadap PER. koefisien regresi negatif dan nilai signifikansinya
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil lebih kecil dari 0.05. Jadi bisa disimpulkan
penelitian yang dilakukan oleh Susilowati dan bahwa saat Debt to Equity Ratio (DER)
Turyanto (2011) juga menyebutkan bahwa DER mengalami peningkatan maka nilai perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap return saham. yang pada penelitian ini diproksikan dengan
Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Price Earning Ratio (PER) akan mengalami
Ratih dkk. (2013) yang membuktikan bahwa penurunan.
DER berpengaruh negatif terhadap harga Adapun saran dari penulis adalah sebagai
saham. berikut: 1) bagi penelitian selajutnya, disarankan
Sesuai dengan hasil perhitungan statistik untuk menambah periode penelitian dan tidak
di atas, dapat dilihat bahwa Debt to Equity Ratio hanya terbatas pada perusahaan manufaktur
(DER) memiliki koefisien regresi negatif dan saja. Selain itu, penelitian selanjutnya dapat
nilai signifikansinya lebih kecil dari 0.05. Hal menggunakan variabel ekonomi makro lainnya
tersebut berarti, saat Debt to Equity Ratio (DER) seperti jumlah uang beredar dan Pertumbuhan
mengalami peningkatan, maka nilai perusahaan Domestik Bruto, sehingga diharapkan dapat
yang pada penelitian ini diproksikan dengan meningkatkan nilai koefisien determinasi R2; 2)
PER mengalami penurunan. bagi manajer perusahaan go public, hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
SIMPULAN DAN SARAN pertimbangan dalam meningkatkan nilai
perusahaan. Manajer perusahaan go public perlu
Berdasarkan hasil penelitian dan mempertimbangkan faktor ekonomi makro dan
pembahasan di atas, maka dapat ditarik kinerja keuangan dalam mengambil keputusan
kesimpulan sebagai berikut: 1) faktor ekonomi yang berkaitan dengan upaya peningkatan nilai
makro yang diproksikan dengan inflasi (X1) perusahaan. Manajer perusahaan go public juga
memiliki koefisien regresi positif dan nilai perlu memperhatikan nilai Debt Equity Ratio

19
Cahyati Agustina, Anindya Ardiansari/ Management Analysis Journal 4 (1) (2015)

(DER), karena nilai Debt to Equity Ratio (DER) Dwipartha, N. M. W. 2013. Pengaruh Faktor
yang tinggi berarti bahwa perusahaan Ekonomi Makro dan Kinerja Keuangan
menggunakan utang yang lebih besar dari modal Terhadap Nilai Perusahaan. E-Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana. 226-248.
sendiri, sehingga akan menurunkan nilai
Ghozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan
perusahaaa dan 3) Bagi investor yang ingin
Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit
menginvestasikan dananya pada perusahaan UNDIP.
manufaktur di Bursa Efek Indonesia, sebaiknya Gujarati, D. N. 2012. Dasar-dasar Ekonometrika.
memperhatikan faktor ekonomi makro dan Jakarta: Salemba Empat.
kinerja keuangan untuk memperoleh return Gupta, J. P., Alain, C & Fran S. 2000. The Cusality
saham yang diharapkan. Selain itu, investor juga Between Interest Rate, Exchange Rate and
perlu mempertimbangkan nilai Debt to Equity Stock Price in Emerging Market: The Case of
Ratio (DER), karena nilai Debt Equity Ratio Jakarta Stock Exchange. European Financial
Management Journal Graduate School of Bussiness.
(DER) yang tinggi mencerminkan risiko
Harahap, S. S. 2007. Analisis Kritis Atas Laporan
perusahaan yang relatif tinggi.
Keuangan. Jakarta: PT Raja Grasindo Persada.
Hidayat, H & Hakinus M. 2000. Asosiasi Laba
DAFTAR PUSTAKA Tahunan Emiten dengan Harga Saham
Adisetiawan. 2009. Hubungan Tingkat Suku Bunga, Ditinjau dari Ukuran da Debt-Equity Ratio
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Inflasi, dan Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi III:
IHSG. BENEFIT. Jurnal Manajemen dan Ikatan Akuntan Indonesia – Kompartemen
Bisnis. 13 (1): 23-33. Akuntan Pendidik. September: 522-536.
Ain, S. H. H & Herlin, T. S. 2013. Pengaruh Return on Husnan, S & Enny, P. 2006. Dasar-dasar Manajamen
Asset (ROA) Return on Equity (ROE) dan Keuangan. Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP
Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai STIM YPKN.
Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Indrayati, K. 2012. Kinerja Keuangan Berdasarkan
Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Metode Camel pada Koperasi Simpan Pinjam.
Periode 2009-2011). Universitas Bina Management Analysis Journal 1 (2)
Nusantara. Kewal, S. S. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga,
Ang, R. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Kurs, Dan Pertumbuhan PDB Terhadap
Jakarta: Mediasoft Indonesia. IHSG. Jurnal Economia. 8 (1).
Badan Pusat Statistik. 2012. Berita Resmi Statistik Koostanto, H. B. 2013. Pengaruh inflasi, suku bunga,
No.11/02/Th.XV mengenai Pertumbuhan nilai tukar dan PDB terhadap perubahan
Produksi Industri Manufaktur. tingkat pengembalian saham perusahaan yang
-----. 2013. Berita Resmi Statistik No. 12/02/Th.XVI terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Skripsi.
mengenai Pertumbuhan Produksi Industri Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Bogor:
Manufaktur. Institut Pertanian Bogor.
Bahmani-Oskooée, M & Sohrabian. 1992. Stock Kurihara, Y. 2006. The Relationship between
Prices and the Effective Exchange Rate of the Exchange Rate and Stock Prices during the
Dollar. Applied Economics. (24): 459-64. Quantitative Easing Policy in Japan.
Cahyaningdyah, D & Yustieana, D. R. 2012. International Journal of Business. 11 (4).
Pengaruh Kebijakan Manajemen Keuangan Kusumajaya, D. K. O. 2011. Pengaruh Struktur
Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Dinamika Modal dan PertumbuhanPerusahaan
Manajemen. 3 (1): 20-28. Terhadap Profitabilitas danNilai Perusahaan
Darminto. 2010. Pengaruh Faktor Eksternal dan Pada Perusahaan Manufaktur di BEI. Tesis.
Berbagai Keputusan Keuangan terhadap Bali: Universitas Udayana.
NilaiPerusahaan. Jurnal Aplikasi Manajemen. 8 Madura, J. 2000. Manajemen Keuangan Internasional.
(1). Jakarta: Erlangga.
Demir, F. 2007. Determinants of Manufacturing Firm Natarsyah, S. 2000. Analisis Pengaruh Faktor
Profitability Under Uncertainty and Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap
Macroeconomic Volatility: Evidence from an Harga Saham (Kasus Industri Barang
Emerging Market. White Paper of Departement Konsumsi yang Go-Public Di Pasar Modal
of Economics. University of Oklahoma. Indonesia). Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia
15 (3).

20
Cahyati Agustina, Anindya Ardiansari/ Management Analysis Journal 4 (1) (2015)

Novianto, A. 2011. Analisis Pengaruh Nilai Tukar Sawir, A. 2001. Analisa Kinerja Keuangan dan
(Kurs) DolarAmerika/Rupiah (US$/Rp), Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta:
Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi, dan Jumlah PT.Gramedia Pustaka Umum.
Uang Beredar (M2) TerhadapIHSG di BEI Sparta. 2000. Pengaruh Faktor Fundamental
Periode 1999.1-2010.6. Skripsi. Semarang: Lembaga Keuangan Bank Terhadap Harga
Universitas Diponegoro. Saham di BEJ. Jurnal Ekonomi. FE UNTAR.
Pangemanan, V. 2013. Inflasi, Nilai Tukar, Suku Sudana, I. M. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan
Bunga Terhadap Risiko Sistematis Pada Teori dan Praktik. Jakarta: Erlangga.
Perusahaan Sub-Sektor Food and Beverage di Sukestiyarno. 2012. Olah Data Penelitian Berbantuan
BEI. Jurnal EMBA. 1 (3): 189-196. SPSS, cetakan ketiga. Semarang: Universitas
Pangestuti, I. R. D & Aji. M. N. 2012. Analisis Sukirno, S. 2006. Makroekonomi Teori Pengantar.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Price Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Earning Ratio (Studi Empiris Pada Susilowati, Y & Tri, T. 2011. Reaksi Signal Rasio
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Profitabilitas dan Rasio Solvabilitas terhadap
2007-2010). Journal of Management. 1(1): 382- Return Saham. Jurnal Dinamika Keuangan dan
391. Perbankan. 17:73.
Pareira, D. 2010. Inflation, Real Stock Prices and Tandelilin, E. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan
Earnings: Friedman Was Right. Jakarta: Aplikasi, Edisi Pertama. Yogyakarta: Kanisius.
Garmendia. Triayuningsih, R. 2003. Analisi Pengaruh Kinerja
Prasetyo, P. E. 2009. Fundamental Makro Ekonomi. Keuangan Perusahaan dan Faktor Ekonomi
Yogyakarta: Beta Offset. Makro Terhadap Return Perusahaan Industri
Pujiati, D & Widanar, E 2009. Pengaruh Struktur Manufaktur di BEJ Periode 1999-2001. Tesis.
Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Semarang: Universitas Diponegoro.
Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Utami, M & Mudjilah, R. 2003. Peranan
Intervening. Jurnal Ekonomi Bisnis dan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi dan Nilai
Akuntansi Ventura. 12 (1): 71-86. Tukar Dalam Mempengaruhi Pasar Modal
Ratih, D., Apriatni, E. P & Saryadi. 2013. Pengaruh Indonesia Selama Krisis Ekonomi. Jurnal
EPS, PER, DER, ROE Terhadap Harga Manajemen & Kewirausahaan. 5 (2): 123-131.
Saham Pada Perusahaan Sektor Wulandari, D. 2010. Analisis Pengaruh Kebebasan
Pertambangan yang Terdaftar di BEI Tahun Ekonomi dan Variabel-variabel Ekonomi
2010-2012. Moneter TerhadapHarga Saham di Lima
Saimul, M. T., Oktaviani, R. M & Firdaus. 2011. Negara ASEAN. Disertasi. Malang:
Analisis Pengaruh Industri Manufaktur Pada Universitas Brawijaya.
Kinerja Makroekonomi Indonesia. Jurnal …………….2015. www.bi.go.id. Diunduh pada
Organisasi dan Manajemen 7 (2): 75-85. tanggal 8 Januari 2015.
Salvatore, D. 2005. Ekonomi Manajerial dalam …………….2015. www.bps.go.id. Diunduh pada
Perekonomian Global. Jakarta: Salemba Empat. tanggal 8 januari 2015.
Samsul, M. 2006. Pasar Modal dan Manajemen …………….2015. www.idx.co.id. Diunduh pada
Portofolio. Jakarta: Erlangga. tanggal 8 Januari 2015.
Sangkyun, P. 1997. Rationality of Negative Stock- …………….2015. www.kemenperin.go.id. Diunduh
Price Responses to Strong Economic Activity. pada tanggal 7 Januari 2015.
Financial Analysts Journal. 53 (5). ……………..2015. www.sahamok.com. Diunduh
pada tanggal 8 Januari 2015.

21

Anda mungkin juga menyukai