Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH RETURN OF ASSET, RETURN OF EQUITY, NET PROFIT MARGIN,

DAN EARNINGS PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN


MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2009-2012

Di Susun Oleh :
Pion Seto Rakidewo
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang
Dangerous_xtreme@yahoo.co.id

Dosen Pembimbing :
Mychelia Champaca, SE., MM., Ak

Abstrak
From some of the facts, the performance of manufacturing firms in 2014 is predicted
to decline that led to investor uncertainty in determining investment decisions. Therefore,
investors need to measure the success of the company in investment activity through the
analysis of the profitability ratio, which is expected to be used to predict the stock price with
good manufacturing company. The purpose of research to determine the effect Return on
Assets (ROA), Return on Equity ( ROE ), Net Profit Margin (NPM) and Earning Per Share
(EPS) simultaneously significant effect on stock prices and to determine the effect of Return
On Equity (ROE), Return On Assets (ROA), Net Profit Margin ( NPM ) and Earning Per
Share (EPS) is partially significant effect on stock prices.
Kata kunci : Return on Assets, Return on Equity, Net Profit Margin, Earning Per Share, dan
Harga Saham.

1. PENDAHULUAN.

Berbagai macam alternatif kegiatan frekuensi transaksi harian saham naik


untuk melakukan investasi di Indonesia 9,23% dibanding tahun 2011 (Tandjung,
mempunyai banyak pilihan bagi seorang AntaraNews.com).
investor yang mempunyai kelebihan dana Informasi lain menyatakan bahwa
dalam menyalurkan dananya. Salah satu kinerja perekonomian Indonesia pada
tempat investasi yang dapat digunakan semester 1 tahun 2012 tumbuh 6,3%,
oleh investor untuk melakukan menjadikan Indonesia sebagai negara
investasinya selain di bank atau investasi anggota G20 dengan pertumbuhan terpesat
yang berwujud seperti emas maupun tanah sesudah China dan untuk pertama kalinya,
yaitu investasi di pasar modal. Bagi investasi memberikan kontribusi terbesar
investor, pasar modal merupakan tempat terhadap pertumbuhan domestik bruto
untuk menyalurkan dananya dalam bentuk (PDB), yaitu sebesar 11,2% (Hoesen,
berupa saham. Investasi saham SindoNews.com).
mempunyai daya tarik bagi investor karena Pasar modal dapat digunakan oleh
dengan investasi berupa saham investor investor untuk memperoleh tingkat
mempunyai harapan untuk memperoleh penghasilan yang tinggi dan juga memiliki
keuntungan berupa capital gain ataupun risiko yang tinggi terhadap investasi
dividen saham yang tinggi. Hal ini terlihat tersebut. Sedangkan bagi perusahaan yang
dari perkembangan aktivitas pasar modal go public, pasar modal merupakan tempat
pada bulan Januari hingga Juli tahun 2012, untuk memperoleh tambahan dana untuk
pasar modal Indonesia mengalami kegiatan operasional perusahaan agar
pertumbuhan sebesar 8,45% dengan kelangsungan hidup perusahaan dapat

1
bertahan dan agar dapat mampu bersaing industri logam akan menurun tajam.
dengan perusahaan lain. Diperberat dengan kenaikan listrik yang
Investor mempunyai berbagai menambah ongkos produksi. Jadi tahun
pertimbangan untuk memutuskan sebuah 2014 industri manufaktur akan cenderung
investasi saham di pasar modal. Fluktuasi datar (www.kontan.com, 2014).
harga saham yang tidak menentu dan Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa
mengandung risiko menyebabkan harga saham tahun 2014 diprediksi tidak
ketidakpastian investor dalam menentukan menentu dan mengandung risiko
keputusan investasinya. Faktor lain yang menyebabkan ketidakpastian investor
turut mempengaruhi harga saham adalah dalam menentukan keputusan investasinya.
faktor makro ekonomi suatu Negara Menghadapi kondisi tersebut, maka
seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, investor perlu untuk melihat keberhasilan
faktor stabilitas politik dan faktor atau kinerja perusahaan dari sisi rasio
keamanan. Suatu Negara yang tidak bisa keuangan khususnya rasio profitabilitas,
menjamin keamanan bagi investor untuk karena dari rasio ini akan dapat diprediksi
menanamkan modalnya di suatu Negara, laba yang akan diperoleh investor dari
dapat menurunkan tingkat kepercayaan aktivitas investasinya.
investor dalam berinvestasi sehingga dapat Untuk mengukur tingkat
mempengaruhi kinerja pasar modal keberhasilan perusahaan dalam aktivitas
terutama akan berpengaruh pada harga investasi terdapat suatu analisis yaitu
saham. analisis terhadap rasio profitabilitas.
Seperti dikatakan Kharismawati Menurut Brigham dan Houston (2008:
(www.kontan.com, 2014), bahwa 107) profitabilitas adalah hasil akhir dari
perlambatan ekonomi global serta berbagai sejumlah kebijaksanaan dan keputusan
kebijakan moneter ketat Bank Indonesia yang dilakukan oleh perusahaan dalam hal
(BI) dan pemerintah akan dirasakan penuh menunjukan kombinasi efek dari
dampaknya di tahun ini. Karena itu, laju likuiditas, manajemen aktiva, dan utang
perkembangan industri manufaktur pada hasil operasi. Rasio profitabilitas
Indonesia pada tahun 2014 ini diproyeksi antara lain adalah margin laba atas
melambat. Kalangan pengusaha menyoroti penjualan, kemampuan dasar untuk
berbagai permasalahan yang menjadi menghasilkan laba, tingkat pengembalian
momok tahun ini. Dua permasalahan total aktiva/investasi ROI (Return on
utamanya adalah suku bunga yang tinggi Investment) dan tingkat pengembalian atas
yaitu mencapai 7,5% dan kenaikan tarif ekuitas ROE (Return Of Equity).
dasar listrik industri per 1 Mei 2014 Terdapat beberapa penelitian
mendatang. Hal ini diperkuat dengan tentang pengaruh rasio profitabilitas
penjelasan Kepala Ekonom BII Juniman dengan harga saham. Murtiningsih (2012)
melihat industri manufaktur akan menyimpulkan bahwa semakin tinggi
bertumbuh 5,3% tahun ini atau lebih NPM maka akan semakin tinggi pula
rendah dibanding tahun 2013. Selain itu, harga saham. Return On Assets (ROA)
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan adalah kemampuan sebuah unit usaha
Industri (Kadin) Bidang Pemberdayaan untuk memperoleh laba atas sejumlah asset
Daerah Tertinggal Natsir Mansyur yang dimiliki oleh unit usaha tersebut.
mengatakan, pertumbuhan industri Rasio ini mengukur tingkat pengembalian
manufaktur di tahun 2014 diprediksi akan investasi yang telah dilakukan perusahaan
berada di kisaran 5%. Suku bunga tinggi dengan menggunakan seluruh aktiva yang
dan tarif listrik yang naik menjadi beban dimiliki. Net Profit Margin (NPM)
berat industri. Suku bunga akan menekan menunjukkan kemampuan perusahaan
konsumsi masyarakat sehingga pembelian memperoleh laba dari setiap penjualan
kendaraan bermotor yang menjadi dasar yang diciptakan oleh perusahaan

2
sedangkan perputaran aktiva menunjukkan akhir ini mengalami kondisi yang
seberapa jauh perusahaan mampu fluktuatif dari tahun 2009 hingga tahun
menciptakan penjualan dari aktiva yang 2012, bahkan menurun 0,82% pada akhir
dimilikinya. Penelitian Indriana (2012) tahun 2012. Menurut data Badan Pusat
dalam penelitiannya mengatakan bahwa Statistik yang dipublikasikan Jakarta (IFT)
ROA merupakan salah rasio yang baik diakses 22 Juli 2014 pertumbuhan
dalam memprediksi harga saham, semakin produksi industri manufaktur besar dan
tinggi ROA maka akan semakin tinggi sedang (year-on-year) pada kuartal I 2012
pula harga saham. meningkat 4,88% dibanding kuartal I
ROE merupakan salah satu rasio 2011. Angka ini lebih tinggi dibanding
profitabilitas yang menggambarkan kuartal I 2011 yang tumbuh 3,51%
kemampuan perusahaan untuk dibanding kuartal I 2010. Sementara secara
menghasilkan laba bagi pemegang saham kuartalan, pertumbuhan produksi kuartal I
atas modal yang mereka investasikan 2012 turun 0,82% dibanding kuartal IV
dalam perusahaan (Tandelilin, 2001: 240). 2011. Pada 2011 industri manufaktur
Semakin tinggi ROE maka semakin baik tumbuh 6,2%. Penurunan tersebut dapat
perusahaan tersebut di mata investor dan mempengaruhi kinerja perusahaan dan
hal ini dapat menyebabkan harga saham akan direspon oleh investor sehingga dapat
perusahaan yang bersangkutan semakin mempengaruhi harga saham perusahaan.
naik. Hasil penelitian Amanda (2012) Menurut Juniman, Kepala Ekonom PT
menunjukkan bahwa ROE memiliki Bank Internasional Indonesia Tbk (BNII)
pengaruh positif dan signifikan terhadap penurunan tersebut lebih dikarenakan
harga saham, di mana meningkatnya nilai perlambatan ekspor sebagai dampak dari
ROE akan menyebabkan harga saham pelemahan ekonomi global (Jakarta (IFT,
meningkat. diakses 22 Juli 2014).
Selain kebijakan mengenai Berdasarkan uraian di atas,
kegiatan investasinya, harga saham juga terlihat bahwa pada kinerja perusahaan
dapat dipengaruhi oleh EPS (Earning Per manufaktur pada tahun 2014
Share)/laba per lembar saham perusahaan. diprediksi mengalami penurunan yang
Menurut Baridwan (2004:443) yang menyebabkan ketidakpastian investor
dimaksud dengan EPS (Earning Per dalam menentukan keputusan investasinya.
Share) atau laba per saham adalah jumlah Oleh karena itu, investor perlu mengukur
pendapatan yang diperoleh dalam satu keberhasilan perusahaan dalam aktivitas
periode untuk setiap lembar saham yang investasi melalui analisis rasio
beredar. Laba per lembar saham dapat profitabilitas, yang diharapkan dapat
memberikan informasi bagi investor untuk digunakan untuk memprediksi harga
mengetahui perkembangan dari saham perusahaan manufaktur dengan
perusahaan. baik.
Berdasarkan beberapa teori dan
kajian penelitian terdahulu seperti di 2. KAJIAN PUSTAKA.
uraikan di atas, maka menarik untuk 2.1 Harga Saham.
diteliti lebih lanjut pengaruh Return On Harga saham menjadi indikator
Equity (ROE), Return On Assets (ROA), keberhasilan manajemen dalam mengelola
Net Profit Margin (NPM) DAN Earning perusahannya. Jika harga saham suatu
Per Share (EPS) terhadap harga saham perusahaan selalu mengalami kenaikan,
periode penelitian 2009 sampai tahun 2012 maka investor dapat menilai bahwa
pada perusahaan manufaktur. perusahaan tersebut berhasil mengelola
Pemilihan perusahaan manufaktur usahanya. “Harga saham terbentuk
sebagai obyek penelitian dalam penelitian berdasarkan pertemuan antara penawaran
ini karena perusahaan manufaktur akhir- jual dan permintaan beli saham”

3
(idx.co.id). Undang-undang perseroan begitu besar. Apabila harga saham
yang berlaku di Indonesia, diatur hak dan ditentukan terlalu tinggi (over valued),
kewajiban hukum para pemegang saham maka harga saham akan merosot kerena
dalam bentuk saham biasa. Berdasarkan permintaan akan saham berkurang atau
undang-undang tersebut saham adalah bahkan tidak laku dijual karena
surat berharga yang dikeluarkan oleh subscribed. Selanjutnya jika harga
sebuah perusahaan yang berbentuk ditetapkan terlalu rendah, maka
perseroan terbatas (PT) atau biasa disebut permintaan akan saham akan meningkat
emiten (Sunariyah, 2004:61), sedangkan atau bahkan melambung tinggi.
menurut Panji dan Ninik (2002:51) Menurut Sawidji (2008:430) harga
mengatakan bahwa saham merupakan saham dapat dibedakan menjadi :
tanda penyertaan modal pada suatu
perseroan terbatas. 1) Harga Nominal
Berbagai jenis saham yang dikenal, Harga ini merupakan nilai yang
di bursa yang diperdagangkan yaitu saham ditetapkan emiten, untuk menilai setiap
biasa (common stock) dan saham preferen lembar saham yang dikeluarkannya.
(preferred stock). Saham biasa adalah Emiten bebas menentukan besarnya harga
saham yang tidak memperoleh hak nominal per lembar sahamnya.
istimewa. Pemegang saham biasa
mempunyai hak untuk memperoleh 2) Harga Perdana
deviden sepanjang perseroan memperoleh Merupakan harga saham sebelum
keuntungan, mempunyai hak suara pada saham tersebut dicatatkan di bursa efek.
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Besarnya harga saham pasar perdana
sesuai dengan jumlah saham yang biasanya tergantung dari persetujuan
dimilikinya. Pada likuidasi perseroan penjamin emisi (underwriter) dan emiten,
pemilik saham memiliki hak memperoleh dengan demikian akan diketahui berapa
sebagian kekayaan perusahaan setelah harga saham emiten tersebut.
semua kewajiban dilunasi. Saham preferen
merupakan hak untuk mendapatkan 3) Harga Pasar
deviden dan atau bagian kekayaan pada Merupakan harga jual dari investor
saat perusahaan dilikuidasi lebih dahulu yang satu dengan investor yang lain. Harga
dari saham biasa, disamping itu ini terjadi setelah saham tersebut dicatat di
mempunyai preferensi untuk mengajukan bursa efek.
usul pencalonan direksi atau komisaris.
Harga pasar saham adalah harga 4) Harga Pembukaan
yang terjadi di pasar pada saat tertentu Adalah harga yang diminta oleh
yang ditentukan oleh pelaku pasar penjual dari pembeli pada saat hari bursa
(Prasetiya, 2011). Sedangkan Sawidji dibuka.
(2008:430) menyatakan bahwa harga pasar
saham adalah nilai dari penyertaan atau 5) Harga Penutupan
kepemilikan seseorang dalam suatu Adalah harga yang diminta oleh
perusahaan. Jadi dari kedua pengertian di penjual dan pembeli pada saat akhir hari
atas maka dapat dijelaskan bahwa harga bursa.
saham itu ditentukan oleh pasar artinya
kekuatan permintaan dan penawaran 6) Harga Tertinggi
saham akan berpengaruh terhadap harga Adalah harga yang paling tinggi
saham. Dalam prakteknya harga saham pada satu hari bursa.
yang ditetapkan bersama-sama oleh emiten
dan investor pada pasar perdana dianggap 7) Harga Terendah
wajar sehingga fluktuasi harga saham tidak

4
Merupakan kebalikan dari harga 3) Hak suara : pemilik saham
tertinggi, yaitu harga paling rendah pada memiliki hak suara yang dapat
satu hari bursa. dipergunakan pada rapat umum
pemegang saham, untuk menentukan
8) Harga Rata-rata jalannya suatu perusahaan.
Merupakan rata-rata dari harga 2.2 Return On Asset (ROA).
tertinggi, harga terendah. Harga ini bisa Menurut Mardiyanto (2009: 196)
dicatat untuk transaksi harian, bulanan atau ROA adalah rasio digunakan untuk
tahunan. mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba yang berasal dari
9) Indeks Harga Saham aktivitas investasi. Menurut Dendawijaya
Adalah indeks harga saham yang (2003: 120) rasio ini digunakan untuk
telah disusun dan dihitung sedemikian mengukur kemampuan manajemen dalam
rupa sehingga diharapkan menghasilkan memperoleh keuntungan (laba) secara
trend. keseluruhan. Semakin besar ROA,
Menurut Suad (2001:288) pedoman semakin besar pula tingkat keuntungan
yang digunakan dalam menentukan harga yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan
saham adalah: semakin baik pula posisi perusahaan
tersebut dari segi penggunaan asset.
a) Apabila NI > harga pasar Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196)
saat ini, maka saham tersebut dinilai ROA adalah rasio yang digunakan untuk
undervalued (harga terlalu rendah) dan mengukur keuntungan bersih yang
karenanya layak dibeli atau ditahan jika diperoleh dari penggunaan aktiva. Dengan
saham tersebut telah dimiliki. kata lain, semakin tinggi rasio ini maka
semakin baik produktivitas asset dalam
b) Apabila NI < harga pasar memperoleh keuntungan bersih. Hal ini
saat ini, maka saham tersebut dinilai selanjutnya akan meningkatkan daya tarik
overvalued (harga terlalu tinggi) dan perusahaan kepada investor. Peningkatan
karenanya harus dijual. daya tarik perusahaan menjadikan
perusahaan tersebut makin diminati
c) Apabila NI = harga pasar investor, karena tingkat pengembalian
saat ini, maka saham tersebut dinilai akan semakin besar.
wajar harganya dan berada dalam Hal ini juga akan berdampak
kondisi seimbang. bahwa harga saham dari perusahaan
(Keterangan: NI = Nilai intrinsik) tersebut di Pasar Modal juga akan semakin
meningkat sehingga ROA akan
Keuntungan dari kepemilikan berpengaruh terhadap harga saham
saham menurut Panji dan Ninik (2002:51) perusahaan. Menurut Lestari dan Sugiharto
meliputi : (2007: 196) angka ROA dapat dikatakan
baik apabila > 2%. Pengukuran ROA
1) Dividen : bagian dari keuntungan adalah persentase (%). Rasio ini dapat
perusahaan yang dibagikan kepada dirumuskan sebagai berikut:
pemilik saham
Laba Bersih
2) Capital Gain : selisih keuntungan ROA = x100 %
dari harga jual dan harga beli yang Total Aktiva
disebut juga selisih kenaikan kurs yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kurs
pada waktu membelinya.
2.3 Return Of Equity (ROE).

5
ROE merupakan perbandingan net Menurut Alexandri (2008: 200)
income dengan equity pada tahun yang NPM adalah rasio yang digunakan untuk
sama. ROE menggambarkan sejauh mana menunjukkan kemampuan perusahaan
kemampuan perusahaan menghasilkan dalam menghasilkan keuntungan bersih
laba yang tersedia bagi pemegang saham setelah dipotong pajak. Menurut Bastian
(earning available for common dan Suhardjono (2006: 299) NPM adalah
stockholder’s) agar bisa terlihat seberapa perbandingan antara laba bersih dengan
besar kemampuan modal sendiri dalam penjualan. Semakin besar NPM, maka
menghasilkan laba, maka diperlukan kinerja perusahaan akan semakin
perhitungan laba bersih yang sudah produktif, sehingga akan meningkatkan
dikurangi dengan biaya bunga dari modal kepercayaan investor untuk menanamkan
asing (cost of debt) dan pajak perseroan modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio
(income tax). Sedangkan modal yang ini menunjukkan berapa besar persentase
dihitung adalah modal sendiri yang bekerja laba bersih yang diperoleh dari setiap
dalam perusahaan. penjualan. Semakin besar rasio ini, maka
Dari sudut pandang investor ROE dianggap semakin baik kemampuan
merupakan salah satu indikator penting perusahaan untuk mendapatkan laba yang
untuk menilai prospek perusahaan di masa tinggi.
mendatang. Dengan mengetahui tingkat Hubungan antara laba bersih
ROE, investor dapat menilai prospek sesudah pajak dan penjualan bersih
perusahaan di masa mendatang dan menunjukkan kemampuan manajemen
melihat sejauh mana pertumbuhan dalam mengemudikan perusahaan secara
profitabilitas perusahaan. Indikator ROE cukup berhasil untuk menyisakan margin
sangat penting diperhatikan untuk tertentu sebagai kompensasi yang wajar
mengetahui sejauh mana investasi yang bagi pemilik yang telah menyediakan
akan dilakukan investor di suatu modalnya untuk suatu resiko. Hasil dari
perusahaan mampu memberikan return perhitungan mencerminkan keuntungan
yang sesuai dengan tingkat yang netto per rupiah penjualan. Para investor
diharapkan investor. Dalam menentukan pasar modal perlu mengetahui kemampuan
pilihannya, investor biasanya akan perusahaan untuk menghasilkan laba.
mempertimbangkan perusahaan yang Dengan mengetahui hal tersebut investor
mampu memberikan kontribusi ROE yang dapat menilai apakah perusahaan itu
lebih besar. Bagi investor, semakin tinggi profitable atau tidak. Menurut Sulistyanto
ROE menunjukkan risiko investasi kecil. (tanpa tahun: 7) angka NPM dapat
Atau dengan kata lain, dikatakan bahwa dikatakan baik apabila > 5 %. Pengukuran
semakin tinggi ROE akan mengakibatkan NPM adalah persentase (%). Rasio ini
beta saham tersebut semakin rendah, dapat dirumuskan sebagai berikut:
sebaliknya bila ROE rendah akan
mengakibatkan beta sahamnya semakin Laba Bersih Setelah Pajak
tinggi. Pengukuran ROE adalah persentase NPM = x100%
(%). Formula menurut Syafarudin dan Penjualan
Bambang (2009:31) adalah:

Laba bersih Setelah Pajak 2.5 Earnings Per Share (EPS).


ROE = EPS adalah ukuran kemampuan
Modal sendiri perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan per lembar saham bagi para
pemiliknya. Analisis EPS sering digunakan
2.4 Net Profit Margin (NPM). para investor karena mencerminkan
kemungkinan tingkat laba yang diperoleh

6
oleh pemegang saham. EPS yang tinggi memperoleh informasi tentang keadaan
dapat diartikan bahwa perusahaan akan perusahaan. Menurut Arikunto (2006:231),
memberikan peluang tingkat pengembalian metode dokumentasi yaitu mencari data
atau pendapatan yang cukup besar bagi mengenai hal-hal atau variabel yang
para investor. berupa catatan, transkrip, buku, surat
Menurut Raharjo dalam Prasetya kabar, majalah, pasasti, notulen rapat,
(2011:39), “EPS merupakan salah satu lengger, agenda, dan sebagainya. Data
rasio saham. EPS, merupakan salah satu yang diperoleh dengan menggunakan
angka yang dipertimbangkan oleh analisis teknik ini, diperoleh dengan cara
saham dihitung dengan membagi laba mengumpulkan informasi melalui
yang tersedia bagi pemegang saham biasa dokumen atau catatan yang berhubungan
(laba setelah pajak dikurangi deviden dengan penelitian dan arsip perusahaan.
saham preferen.) dengan rata-rata Pada penelitian ini data sekunder berupa
tertimbang jumlah lembar saham yang dokumen dan arsip perusahaan, literatur,
beredar selama periode tertentu atau dapat hasil penelitian terdahulu, dan artikel dari
dikatakan EPS merupakan tolak ukur internet.
profitabilitas modal yang telah ditanamkan Analisis data dilakukan dengan
pemegang saham.” Mengukur jumlah menggunakan model regresi berganda
pendapatan per lembar saham biasa. (multiple regression), baik secara parsial
Pengukuran EPS adalah rupiah. Rumus dan simultan. Hal ini disebabkan karena
Earning Per Share menurut Raharjo dalam variabel terikat kemungkinan dipengaruhi
Prasetya (2011:39) adalah sebagai berikut: oleh lebih dari satu variabel bebas.
Variabel independen yang digunakan
Laba Bersih Setelah Pajak dalam regresi linier berganda adalah
EPS = indikator keuangan diukur dengan rasio
Jumlah Saham Yang Beredar keuangan ROE, ROA, NPM dan EPS
sedangkan variabel dependen adalah harga
saham.
3 HIPOTESIS.
1. Variabel bebas yang terdiri dari Return 4.1 Analisis Regresi Linier Berganda.
On Assets (ROA), Return On Equity Dari hasil koefisien regresi
(ROE), Net Profit Margin (NPM), dan berganda masing-masing variabel, maka
Earning Per Share (EPS), secara dapat diketahui ada tidaknya pengaruh
simultan pengaruhnya terhadap harga variabel bebas terhadap variabel terikat.
saham perusahaan manufaktur periode Model persamaan regresi dalam penelitian
2009-2012. ini menurut Mudrajat (2003:216) adalah:
2. Variabel bebas yang terdiri dari Return
On Assets (ROA), Return On Equity Yi = αi+ β1X1i + β2X2i + β3X3i + β4X4i + ℮i
(ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Keterangan:
Earning Per Share (EPS), secara parsial Yi = Harga saham
signifikan pengaruhnya terhadap harga αi = konstanta
saham perusahaan manufaktur periode X = ROA
2009-2012. X2i = ROE
X3i = NPM
4. METODE PENELITIAN. X4i = EPS
Metode pengumpulan data yang β1, β2, β3 β4, Koefisien regresi dari
digunakan dalam penelitian ini adalah: =
Dokumentasi. Memperoleh data dengan variabel independen.
jalan melihat dan mencatat dokumen- ei = Koefisien pengganggu.
dokumen yang dimaksudkan untuk

7
Penyimpangan dari asumsi klasik
yang kedua adanya heterokedastisitas yaitu
4.2 Uji Asumsi Klasik. suatu keadaan dimana varians dari error
Secara teoritis model regresi linier adalah konstan (lawannya adalah
berganda akan menghasilkan nilai homosedastisitas). Heterokedastisitas
parameter model praduga yang sahih dan dapat diuji dengan menggunakan uji grafik
Best Linear Unbiased Estimation (BLUE) Scatterplot, dimana dari hasil pengujian
bila dipenuhi asumsi klasik. Pengujian dapat dijelaskan sebagai berikut:
asumsi klasik yang dilakukan pada
penelitian ini antara lain: uji normalitas a) Jika pola tertentu, seperti titik-titik
data, uji non-heteroskedastisitas, uji non- (point-point) yang ada membentuk
multikolinearitas, dan uji non-autokorelasi. suatu pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian
a. Uji Normalitas Data. menyempit), maka telah terjadi
Distribusi normal merupakan heteroke-dastisitas.
distribusi teoritis dan variabel random
yang kontinyu. Kurva yang b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta
menggambarkan distribusi normal adalah titik-titik menyebar di atas dan di
kurva normal yang berbentuk simetris. bawah angka 0 pada sumbu Y, maka
Metode yang digunakan adalah dengan tidak terjadi heterokedastisitas.
melihat normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari Pengujian yang kedua dilakukan
data sesungguhnya dengan distribusi dengan menggunakan Rank Spearmen test,
kumulatif dari distribusi normal. Dasar yaitu dengan melihat kekuatan hubungan
pengambilan keputusannya adalah jika antar variabel bebas. Suatu model
data menyebar di sekitar garis diagonal persamaan regresi dikatakan bebas dari
dan mengikuti arah garis diagonal heterokedastisitas apabila didalam
menunjukkan pola distribusi normal, maka hubungan antar variabel bebas nilainya
model regresi memenuhi asumsi tidak lebih dari 0,7.
normalitas. Uji normalitas dilakukan
dengan melihat normal probability plot d. Uji Gejala Autokorelasi.
yang membandingkan distribusi kumulatif Pengujian autokorelasi perlu
dari data sesungguhnya dengan distribusi dilakukan untuk mengetahui model yang
kumulatif dari distribusi normal. dibuktikan dinyatakan merupakan model
liniear atau bukan. Metode yang digunakan
b. Uji Gejala Multikolinieritas. untuk menguji autokorelasi dalam suatu
Pengujian ini dilakukan untuk penelitian adalah dengan menggunakan
menemukan adanya korelasi antar variabel Durbin Watson. Dikatakan memenuhi
independen, jika terjadi kolerasi maka asumsi linearitas apabila Durbin Watson
dinamakan terdapat problem test lebih besar dari atasnya
multikolinearitas. Untuk mendeteksi (Imam,2001:61).
keberadaan multikolinearitas dapat
digunakan besaran Variance Inflation 5. HASIL DAN PEMBAHASAN.
Factor (VIF) dan Tolerance dalam 5.1 Regresi Linear Berganda.
program SPSS. Pada umumnya jika VIF Persamaan analisis regresi linear
lebih besar dari 10 maka variabel tersebut berganda digunakan untuk
mempunyai masalah multikolinearitas menggambarkan model hubungan antara
dengan variabel bebas lainnya. variabel bebas dengan variabel terikatnya.
c. Uji Gejala Heteroskedastisitas. Variabel bebas dalam penelitian adalah
ROA (X1), ROE (X2), NPM (X3) dan EPS

8
(X4) dan variabel terikat adalah harga saham. Artinya jika terjadi kenaikan
saham (Y). ROE (X2) satu satuan maka akan
diikuti penurunan harga saham sebesar
Tabel 1 0.319 satu satuan. Misalnya, jika terjadi
peningkatan ROE (X2) 10%, maka
harga saham akan mengalami
penurunan sekitar 3.19% atau jika
terjadi penurunan ROE (X2) 10%, maka
harga saham akan mengalami
peningkatan sebesar 3.19%.
c. Koefisien regresi NPM (X3)
sebesar 0.816 bernilai positif, yang
berarti NPM memiliki pengaruh
berbanding lurus terhadap terhadap
harga saham. Artinya jika terjadi
kenaikan NPM (X3) satu satuan maka
akan diikuti peningkatan harga saham
sebesar 0.816 satu satuan. Misalnya,
jika terjadi peningkatan NPM (X3) 10%,
maka harga saham akan mengalami
Model regresi linier berganda peningkatan sebesar 8.16% atau jika
berdasarkan hasil analisis regresi berganda terjadi penurunan NPM (X3) 10%, maka
pada tabel di atas dapat disusun sebagai harga saham akan mengalami
berikut: penurunan sebesar 8.16%.

Y = 4.625 – 0.561X1 – 0.319X2 + 0.816X3 d. Koefisien regresi EPS (X4)


+ 0.758X4 sebesar 0.758 bernilai positif, yang
berarti EPS memiliki pengaruh
Model regresi tersebut dapat berbanding lurus terhadap terhadap
dijelaskan sebagai berikut: harga saham. Artinya jika terjadi
kenaikan EPS (X4) satu satuan maka
a. Koefisien regresi ROA (X1) akan diikuti peningkatan harga saham
sebesar – 0.561 bernilai negatif, yang sebesar 0.758 satu satuan. Misalnya,
berarti ROA memiliki pengaruh jika terjadi peningkatan EPS (X4) 10%,
berbanding terbalik terhadap harga maka harga saham akan mengalami
saham. Artinya jika terjadi kenaikan peningkatan sebesar 7.58% atau jika
ROA (X1) satu satuan maka akan diikuti terjadi penurunan EPS (X4) 10%, maka
penurunan harga saham sebesar 0.561 harga saham akan mengalami
satu satuan. Misalnya, jika terjadi penurunan sebesar 7.58%.
peningkatan ROA (X1) 10%, maka
harga saham akan mengalami 5.2 Pengujian Hipotesis I.
penurunan sekitar 45.61% atau jika Hipotesis I menyatakan variabel
terjadi penurunan ROA (X1) 10%, maka bebas ROA, ROE, NPM, dan EPS secara
harga saham akan mengalami simultan signifikan pengaruhnya terhadap
peningkatan sebesar 5.61%. harga saham. Uji hipotesis pertama
dilakukan dengan melihat nilai koefisien
b. Koefisien regresi ROE (X2) regresi, yaitu R Square (R2) yang
sebesar – 0.319 bernilai negatif, yang mencerminkan besarnya pengaruh variabel
berarti ROE memiliki pengaruh bebas secara simultan.
berbanding terbalik terhadap harga

9
Tabel 2 Berdasarkan tabel 3, nilai Fhitung
adalah 45,188 dengan nilai sig. 0,000.
Nilai sig. 0,000 lebih kecil dari 0,05,
artinya variabel bebas ROA (X1), ROE
(X2), NPM (X3), EPS (X4) secara
simultan berpengaruh terhadap harga
saham (Y).

5.3 Pengujian Hipotesis 2.


Hipotesis II menyatakan variabel
bebas ROA, ROE, NPM, dan EPS secara
parsial signifikan pengaruhnya terhadap
Berdasarkan tabel 2, angka R harga saham.
Square (R2) adalah 0,754 sebagai dasar Uji hipotesis kedua dapat dilakukan
menghitung koefisien determinasi dengan melihat nilai koefisien t maupun
berganda. Nilai koefisien determinasi koefisien sig. untuk mengetahui tingkat
adalah 75.4%, artinya pengaruh variabel signifikansi korelasi variabel bebas secara
ROA, ROE, NPM, dan EPS secara parsial terhadap variabel terikat. Nilai
simultan terhadap harga saham adalah koefisien t dan koefisen sig. secara rinci
75,4% sedangkan sisanya 24,6% disajikan dalam tabel 4 sebagai berikut
dipengaruhi variabel bebas lainnya yang
tidak dibahas. Angka koefisien determinasi
sebesar 75,4% menunjukkan kontribusi
atau kemampuan menjelaskan variabel
bebas, yaitu ROA, ROE, NPM, dan EPS
secara simultan terhadap perubahan harga
saham sebesar 75,4%. Jika variabel bebas
meningkat 100% maka harga saham juga
akan meningkat sebesar 75,4%.
Nilai koefisien F maupun koefisien Tabel 4
sig menunjukkan tingkat signifikansi
korelasi variabel bebas secara simultan
terhadap variabel terikat. Nilai koefisien F
dan koefisien sig disajikan dalam tabel 3
sebagai berikut : 1) Pengaruh ROA
(X1) terhadap harga saham (Y).
Dari hasil uji statistik pada tabel 4
diperoleh nilai t hitung variabel ROA (X1)
sebesar -2,355 lebih besar dari t tabel =
-1.67109 menghasilkan Ho ditolak dan Ha
di diterima pada tingkat signifikan 5%
(taraf signifikan α = 0,05). Hal ini berarti
Tabel 3 secara parsial (individual) variabel ROA
(X1) memiliki pengaruh signifikan negatif
terhadap harga saham (Y).
2) Pengaruh ROE
(X2) terhadap harga saham (Y).
Dari hasil uji statistik pada tabel 4
diperoleh nilai t hitung variabel ROE (X2)
sebesar -1.153 lebih kecil dari t tabel =
10
-1.67109 menghasilkan keputusan Ho penelitian Wiasta, Janu Widi (2010) yang
diterima dan Ha ditolak pada tingkat mengatakan bahwa Secara simultan: ROA,
signifikan 5% (taraf signifikan α = 0,05). ROE, EPS, dan NPM berpengaruh
Hal ini berarti secara parsial (individual) signifikan terhadap harga saham pada
variabel ROE (X2) tidak berpengaruh lembaga keuangan. Besar pengaruh 75.4%
terhadap harga saham (Y). menandakan bahwa variabel ROA, ROE,
3) Pengaruh NPM NPM, dan EPS berpengaruh kuat terhadap
(X3) terhadap harga saham (Y). harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa
Dari hasil uji statistik pada tabel 4 harga saham perusahaan manufaktur yang
diperoleh nilai t hitung variabel NPM (X 3) terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
sebesar 3.883 lebih besar dari t tabel = 2009-2012 dapat dijelaskan oleh variabel
1.67109 maka Ho ditolak dan Ha diterima bebas yang terdiri dari ROA, ROE, NPM,
pada tingkat signifikan 5% (taraf dan EPS.
signifikan α = 0,05). Hal ini berarti secara Hal ini berarti bahwa variabel
parsial (individual) variabel NPM (X 3) ROA, ROE, NPM dan EPS yang ada pada
memiliki pengaruh signifikan terhadap hasil penelitian ini mampu menjelaskan
harga saham (Y). pola pergerakan harga saham pada
4) Pengaruh EPS perusahaan manufaktur sebesar 75.4% (R2
(X4) terhadap harga saham (Y). = 0.754), sedangkan 24.6% dijelaskan oleh
Dari hasil uji statistik pada tabel 4 faktor lain yang belum masuk ke dalam
diperoleh nilai t hitung variabel EPS (X 3) model ini. Hal ini berarti bagi para
sebesar 9.977 lebih besar dari t tabel = investor, untuk memprediksi harga saham
1.67109 maka Ho ditolak dan Ha diterima dapat mempertimbangkan rasio ROA,
pada tingkat signifikan 5% (taraf ROE, NPM dan EPS karena merupakan
signifikan α = 0,05). Hal ini berarti secara preditor harga saham yang baik. Namun
parsial (individual) variabel EPS (X4) demikian, rasio-rasio lain yang dapat
memiliki pengaruh signifikan terhadap mempengaruhi harga saham juga harus
harga saham (Y). tetap diperhatikan atau dipertimbangkan
Berdasarkan hasil uji t, diketahui karena terbukti dari penelitian ini masih
bahwa secara parsial ROA, NPM dan EPS terdapat 24.6% pengaruh rasio yang lain.
berpengaruh signifikan terhadap harga Keempat variable tersebu dapat
saham, sedangkan ROE tidak berpengaruh menjadi informasi penting bagi investor
signifikan terhadap harga saham. Dengan untuk memprediksi harga saham dan
demikian disimpulkan bahwa Hipotesis II menentukan saham pilihan dalam
yang menyatakan Diduga ROA (X1), ROE perusahaan manufaktur. Bagi perusahaan
(X2), NPM (X3) dan EPS (X4) secara manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
parsial berpengaruh signifikan terhadap Indonesia diharapkan dapat meningkatkan
harga saham (Y) tidak dapat diterima. kinerjanya, khususnya yang berkaitan
dengan variabel ROA, ROE, NPM, dan
6. Interpretasi Hasil Penelitian. EPS.
6.1 Pengaruh Variabel Bebas secara
Simultan terhadap Harga Saham. 6.2 Pengaruh Variabel Bebas secara
Dari hasil penelitian ini, diketahui Parsial terhadap Harga Saham.
bahwa secara simultan ROA, ROE, NPM a. Return On Assets.
dan EPS memiliki pengaruh signifikan Hasil penelitian ini menunjukkan
terhadap harga saham mencapai 75.4% bahwa ROA berpengaruh berbanding
dimana 24.6% (R2 = 0.754) disebabkan terbalik terhadap harga saham. Hasil
oleh faktor lain yang tidak dimasukkan penelitian ini sesuai dengan hasil
dalam model penelitian ini. Hasil penelitian Wiasta, Janu Widi (2010) yang
penelitian ini sesuai dengan hasil mengatakan bahwa secara parsial ROA

11
berpengaruh berbanding terbalik terhadap pemegang saham atau calon pemegang
harga saham pada lembaga keuangan. saham dan juga bagi manajemen karena
Hasil ini tidak sesuai dengan pendapat rasio tersebut merupakan ukuran atau
Dendawijaya (2003: 120) bahwa ROA indikator penting dari shareholder value
digunakan untuk mengukur kemampuan creation.
manajemen dalam memperoleh Tidak berpengaruhnya ROE
keuntungan (laba) secara keseluruhan. disebabkan kurang efisiennya perusahaan
Peningkatan tersebut diminati investor, dalam mengelola modal sendiri yang
karena tingkat pengembalian akan dimilikinya, sehingga kurang
semakin besar. Hal ini juga akan menghasilkan laba yang optimal, maka
berdampak bahwa harga saham dari para investor cenderung untuk tidak
perusahaan tersebut di pasar modal juga memilih perusahaan ini untuk
akan semakin meningkat. menginvestasikan dananya dalam bentuk
ROA bertanda negative berarti saham.
bahwa dari total aktiva yang Selain itu, diduga tingkat ekuitas
dipergunakan, perusahaan mendapatkan perusahaan lebih tinggi jika dibandingkan
kerugian karena total aktiva yang dengan tingkat laba perusahaan. Secara
digunakan tidak memberikan laba. Selain keseluruhan rata-rata ROE mengalami
itu, pengelolaan perusahaan kurang efisien penurunan disetiap tahunnya, namun rata-
sehingga investor menilai kinerja rata harga saham mengalami peningkatan
perusahaan kurang baik dan menyebabkan disetiap tahunnya. Sehingga dapat
harga saham menjadi turun. Pengelolaan disimpulkan bahwa ROE tidak
perusahaan yang kurang efisien disini bisa berpengaruh terhadap harga saham.
disebabkan karena beberapa faktor c. Net Profit Margin.
diantaranya suatu perusahaan Hasil penelitian ini menyimpulkan
menghasilkan laba bersih yang tinggi bahwa NPM berpengaruh searah terhadap
tetapi perusahaan tersebut juga harus harga saham. Hasil penelitian ini
mengeluarkan biaya-biaya yang lebih mendukung dengan hasil penelitian Dwi
tinggi untuk pemeliharaan aktiva tetap dan Murtiningsih (2011). Hasil penelitian ini
biaya depresiasi alat-alat dan gedung, juga sesuai dengan pendapat Bastian dan
selain itu dapat disebabkan oleh suatu Suhardjono (2006: 299) Net Profit Margin
perusahaan menghasilkan laba bersih yang adalah perbandingan antara laba bersih
rendah tetapi perusahaan tersebut harus dengan penjualan. kinerja perusahaan
mengeluarkan biaya-biaya pemeliharaan semakin produktif, dianggap kemampuan
aktiva tetap dan biaya depresiasi alat-alat perusahaan untuk mendapatkan laba juga
dan gedung yang tinggi, jadi bisa tinggi sehingga akan meningkatkan
dikatakan pengelolaan perusahaan disini kepercayaan investor untuk menanamkan
kurang efisien. modalnya pada perusahaan tersebut.
Net Profit Margin (NPM)
b. Return Of Equity. merupakan rasio antara laba setelah pajak
Hasil penelitian ini diketahui dengan penjualan yang mengukur laba
bahwa ROE tidak berpengaruh terhadap bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah
harga saham. Hasil penelitian ini sesuai penjualan. Menurut Weston dan Copeland
dengan hasil Dwi Murtiningsih (2011) (2004), tingginya Net Profit Margin berarti
yang mengatakan bahwa secara parsial perusahaan efisien dalam mengeluarkan
ROE tidak berpengaruh signifikan biaya-biaya sehubungan dengan kegiatan
terhadap harga saham. Hasil penelitian ini operasinya. Di samping itu rasio ini juga
tidak sesuai dengan teori yang bermanfaat untuk mengukur tingkat
dikemukakan oleh S. Munawir (2002:89), efisiensi total pengeluaran biaya-biaya
return on equity sangat menarik bagi operasional dalam perusahaan. Jika

12
perusahaan efisien dalam pengeluaran dalam memperoleh laba dan
biaya-biayanya, maka tingkat keuntungan mendistribusikan laba yang diraih
(return) yang akan diperoleh perusahaan perusahaan kepada pemegang saham,
juga besar. Hubungan antara laba bersih investor dapat menggunakannya sebagai
dan penjualan bersih menunjukkan indikator tingkat nilai perusahaan dan
kemampuan manajemen dalam investor dapat menggunakannya sebagai
menjalankan perusahaan secara cukup salah satu cara untuk mengukur
berhasil untuk menyisakan margin tertentu keberhasilan dalam mencapai keuntungan
sebagai kompensasi yang wajar bagi bagi para pemiliki saham dalam
pemilik yang telah menyediakan modalnya perusahaan. Dari informasi inilah yang
untuk suatu risiko. Para investor pasar menyebabkan EPS memiliki pengaruh
modal perlu mengetahui kemampuan paling besar (dominan) terhadap harga
perusahaan untuk menghasilkan laba. saham.
Dengan mengetahui hal tersebut investor
dapat menilai apakah perusahaan itu 6.3 Variabel Bebas yang Memiliki
profitabel atau tidak. Pengaruh Dominan terhadap Harga
Saham.
d. Earning Per Share. Berdasarkan analisis yang telah
Hasil penelitian ini menyimpulkan dilakukan maka diperoleh tiga variabel
bahwa EPS berpengaruh signifikan positif bebas yang signifikan pengaruhnya
terhadap harga saham. Hasil penelitian ini terhadap harga saham, yaitu ROA, NPM,
mendukung hasil penelitian Amanda dan EPS. Variabel bebas yang berpengaruh
(2012), Murtiningsih (2011) dan Wiasta, dominan dapat dilihat melalui nilai
Janu Widi (2010). Para calon pemegang standardized coefficients beta pada tabel 5
saham tertarik dengan earning per share sebagai berikut :
yang besar, karena hal ini merupakan salah Tabel 5
satu indikator keberhasilan suatu
perusahaan (Lukman Syamsudin, 1992 :
66).
Pada umumnya dalam
menanamkan modalnya investor
mengharapkan manfaat yang akan
dihasilkan dalam bentuk laba per lembar
saham (EPS). Sedangkan jumlah laba per
lembar saham yang didistribusikan kepada
para investor tergantung pada kebijakan
perusahaan dalam hal pembayaran
deviden. Jadi apabila laba per lembar
saham yang dibagikan kepada para
investor tinggi maka menandakan bahwa
perusahaan tersebut mampu memberikan Berdasarkan tabel 6, nilai
tingkat kesejahteraan yang baik kepada standardized coefficients beta EPS adalah
pemegang saham, sedangkan laba per 0,851 yang merupakan nilai koefisien
lembar saham yang dibagikan rendah tertinggi di antara variabel bebas lainnya.
maka menandakan bahwa perusahaan Artinya EPS menjadi variabel bebas yang
tersebut gagal memberikan kemanfaatan memiliki pengaruh dominan terhadap
sebagaimana diharapkan oleh pemegang harga saham perusahaan manufaktur
saham. selama tahun 2009-2012. EPS merupakan
Berdasarkan EPS ini investor dapat rasio profitabilitas yang mengukur income
mengetahui kemampuan perusahaan untuk pemegang saham atas jumlah saham

13
yang telah ditanamkan, sehingga 7.2 Saran.
pemegang saham sangat memperhatikan 1. Bagi investor :
nilai EPS dalam berinvestasi. Nilai EPS a. Untuk memprediksi harga saham dapat
yang dominan juga menandakan bahwa mempertimbangkan rasio ROA, ROE,
investor menggunakan rasio ini untuk NPM dan EPS karena merupakan
memprediksi harga saham perusahaan preditor harga saham yang baik. Namun
Manufaktur di periode berikutnya. demikian, rasio-rasio lain yang dapat
mempengaruhi harga saham juga harus
7. KESIMPULAN DAN SARAN. tetap diperhatikan atau dipertimbangkan
7.1 Kesimpulan. karena terbukti dari penelitian ini masih
Hipotesis 1 diterima, Diduga ROA terdapat 24.6% pengaruh rasio yang
(X1), ROE (X2), NPM (X3) dan EPS (X4) lain
secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap harga saham (Y) secara simlutan b. Untuk berhati-hati bagi perusahaan
berpengaruh terhadap harga saham (Y) (F yang memiliki rasio ROA negative,
hitung > F tabel menghasilkan keputusan karena menunjukkan bahwa
terhadap Ho ditolak). pengelolaan perusahaan kurang efisien
ROA, ROE, NPM dan EPS secara sehingga kinerja perusahaan kurang
simultan dapat menjelaskan 75.4% variasi baik dan menyebabkan harga saham
besarnya perubahan harga saham, menjadi turun.
sedangkan perubahan harga saham yang
lain dipengaruhi oleh variabel lain yang c. ROE belum dapat digunakan sebagai
tidak diteliti yaitu sebesar 24.6%. bahans pertimbangan dalam
memprediksi harga saham, karena tidak
Dari hasil uji t disimpulkan bahwa: berpengaruh pada harga saham.
a. Secara parsial (individual)
variabel ROA (X1) memiliki pengaruh d. Para investor pasar modal perlu
signifikan negatif terhadap harga saham mengetahui kemampuan perusahaan
(Y). untuk menghasilkan laba dengan
memperhatikan rasio NPM. Dengan
b. Secara parsial (individual) mengetahui hal tersebut investor dapat
variabel ROE (X2) tidak berpengaruh menilai apakah perusahaan itu
terhadap harga saham (Y). profitabel atau tidak.

c. Secara parsial (individual) e. Investor dapat menggunakan EPS


variabel NPM (X3) memiliki pengaruh sebagai indikator tingkat nilai
signifikan positif terhadap harga saham perusahaan dan investor dapat
(Y). menggunakan EPS sebagai salah satu
cara untuk mengukur keberhasilan
d. Secara parsial (individual) dalam mencapai keuntungan bagi para
variabel EPS (X4) memiliki pengaruh pemiliki saham dalam perusahaan.
signifikan positif terhadap harga saham
(Y). 2. Bagi perusahaan:
a. Agar kesediaan investor
Hipotesis II yang menyatakan tinggi terhadap saham perusahaan,
Diduga ROA (X1), ROE (X2), NPM (X3) maka kinerja perusahaan harus
dan EPS (X4) secara parsial berpengaruh ditingkatkan, misalnya mendeteksi
signifikan terhadap harga saham (Y) tidak keunggulan komparatif dari
dapat diterima. perusahannya, karena hal ini berguna

14
untuk menentukan variabel yang paling Alexandri, Moh. Benny. 2008. Manajemen
berpengaruh terhadap harga saham. Keuangan Bisnis. Cetakan Kesatu.
Bandung: Alfabeta.
b. Perusahaan harus peka
terhadap faktor yang cenderung sulit Arikunto, Suharismi 2006. Prosedur
untuk diprediksi dan tidak dapat Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
diminimalisasikan dengan diversifikasi Rineka Cipta. Jakarta.
sekalipun namun sangat mempengaruhi
kelangsungan hidup perusahaan, seperti Baridwan. Zaki. 2004. Intermediate
krisis moneter. Accounting. Yogyakarta: BPFE

c. Perusahaan perlu Bastian, Indra dan Suhardjono. 2006.


meningkatkan nilai ROE, karena jika Akuntansi Perbankan. Edisi 1.
nilai ROE tinggi menunjukkan bahwa Jakarta: Salemba Empat.
kemampuan perusahaan menghasilkan
laba dari modal yang diinvestasikan Bringham, Eugene F, dan Joel F
juga mengalami peningkatan. Houston, 2001, Manajemen
Peningkatan nilai ini akan dapat Keuangan, Diterjemahkan oleh
mempengaruhi penilaian pemegang Herman Wibowo, 2008, Edisi
saham atas kemampuan perusahaan revisi, Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
dalam menghasilkan keuntungan yang
lebih baik dari modal yang Dendawijaya, Lukman. 2003.
diinvestasikan yang ditunjukkan dengan Manajemen Perbankan. Jakarta:
meningkatnya harga saham perusahaan. Ghalia Indonesia

Bagi peneliti lain, hendaknya Dwi Prastowo dan Rifka Julianty, 2002,
mengembangkan rasio yang lain agar Analisis Laporan Keuangan:
benar-benar dapat digunakan sebagai dasar Konsep dan Aplikasi, Edisi 2,
untuk menilai harga saham, misalnya ROI, Penerbit STIE YKPN, Yogyakarta.
DPS, EPS, BV, CR dan rasio lainnya.
Harahap, Sofyan Syafri, 1997, Teori
Akuntansi, Edisi 1, Raja Grafindo
DAFTAR PUSTAKA Persada, Jakarta.

Abdullah, 2003, Manajemen Perbankan, Helfert, A. Erich, 1996, Teknik Analisis


(Teknik Analisis Kinerja Keuangan Laporan Keuangan: Petunjuk
Bank), Edisi Pertama, Cetakan Praktis untuk Mengelola dan
Pertama, UMM Malang. Mengukur Kinerja Perusahaan, Edisi
kedelapan, Cetakan pertama,
Amanda. Asrtid, 2012. Pengaruh Debt Erlangga, Jakarta
To Equity Ratio, Return On Equity,
Earning Per Share, dan Price Ikatan Akuntansi Indonesia, 2004, SAK
Earning Ratio Terhadap Harga (Standar Akuntansi Keuangan),
Saham (Studi pada Perusahaan Buku Satu, Penerbit Salemba Empat,
Food and Beverages yang Terdaftar Jakarta
di BEI Tahun 2008-2011). Fakultas
Ilmu Administrasi. Universitas Imam Gozali, 2001, Aplikasi Analisis
Brawijaya Multivariate dengan Program SPSS,
Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Yogyakarta.

15
Indriana. Novi. 2012. Pengaruh DER, Murtiningsih. Dwi. 2011. Pengaruh ROA,
BOPO, ROA Dan EPS Terhadap ROE, NPM, EPS, dan DER
Harga Saham Di Bursa Efek Terhadap Tingkat Harga Saham.
Indonesia (BEI) Pada Bank Devisa. Fakultas Ekonomi Universitas
Jurusan Akuntansi Universitas Semarang
Gunadarma, Jakarta
Nur Indriantoro, Bambang Supomo, 2002,
Kasmir. 2013. Analisis Laporan Penelitian Bisnis: Untuk Akuntansi
Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers. dan Manajemen, Edisi 1, BPFE,
Yogyakarta.
Lestari, Maharani Ika dan Toto Sugiharto.
2007. Kinerja Bank Devisa Dan Panji Anoraga, Ninik Widiyanti, 2002,
Bank Non Devisa Dan Faktor-Faktor Pasar Modal: Keberadaan dan
Yang Mempengaruhinya. Proceeding Manfaatnya Bagi Pembangunan,
PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Rineka Cipta, Jakarta.
Arsitek & Sipil). 21-22 Agustus,
Vol.2. Fakultas Ekonomi, Universitas Prastowo, Dwi, Rifka Julianty, 2002,
Gunadarma Analisis Laporan Keuangan: Konsep
dan Aplikasi, Edisi 2, YKPN,
Lukman Syamsuddin, 2000, Manajemen Yogyakarta.
Keuangan Perusahaan dan
Aplikasinya dalam Perencanaan, Prasetiya. 2010. Analisis Rasio
Pengawasan dan Pengambilan Profitabilitas, Rasio Solvabilitas dan
Keputusan, Edisi 4, Radja Grafindo Rasio Likuiditas terhadap Harga
Persada, Jakarta. Saham Perbankan Periode 2007-
2009. Fakultas Ekonomi, Universitas
Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Brawidjaya Malang.
2003, Analisis Laporan Keuangan, Priatinah. 2012. Pengaruh Return On
Edisi Pertama, Cetakan kedua, AMP, Investment (ROI), Earning Per Share
YKPN, Yogyakarta. (EPS), Dan Dividen Per Share
(DPS) Terhadap Harga Saham
Mardiyanto, Handoyo. 2009. Intisari Perusahaan Pertambangan Yang
Manajemen Keuangan. Jakarta: PT Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Grasindo (Bei) Periode 2008-2010. Jurnal
Nominal / Volume I Nomor I / Tahun
Mudrajad Kuncoro, 2003. Metode Riset 2012, Fakultas Ekonomi Universitas
untuk Bisnis dan Ekonomi, Erlangga, Negeri Yogyakarta.
Jakarta.
Sawidji Widyoatmojo, 2008, Cara Cepat
Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen, Memulai Investasi Saham: Panduan
cetakan kesatu. Jakarta: Salemba Bagi Pemula, Edisi 1, Elev Media
Empat. Komputindo, Jakarta.
Mulyono, Sri, Statistik Untuk Ekonomi, Sekaran, Uma, 2006, Research Methods
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi for Bisnis: Metodologi Penelitian
Universitas Indonesia, Jakarta. Untuk Bisnis, Edisi 4, Salemba
Empat, Jakarta.
Munawir, 2002, Analisa Laporan
Keuangan, Edisi 1, Liberty,
Yogyakarta,

16
Suad Husnan, 2001, Dasar-Dasar Teori Terjemhan: A. Joko Wasana, Bina
Portofolio & Analisis Sekuritas, Rupa Aksara, Jakarta
Edisi 4, YKPN, Yogyakarta. Wiasta, Janu Widi. 2010. Analisis
Pengaruh Profitabilitas Terhadap
Sugiono, 2004. Metode Penelitian Bisnis. Harga Saham Pada Lembaga
Alfabeta. Bandung. Keuangan Yang Go Public Di BEI
Internet:
Sunariyah, 2004, Pengantar Pengetahuan
Pasar Modal, Edisi 1, YKPN, (Hoesen, SindoNews.com)
Yogyakarta.
(Tandjung, AntaraNews.com)
Syafarudin Alwi dan Bambang Riyanto,
2009, Analisis Keuangan Rasio Kharismawati (www.kontan.com, 2014)
Keuangan, Universitas Gunadarma,
http://sap.gunadarma.ac.id. www.kontan.com, 2014
Tandelin, Eduardus. 2001. Analisis
Investasi dan Manajemen Portofolio. www.jakartaift.com 2014
Edisi Satu. BPFE, Yogyakarta.

Weston. J. Fred; Thomas E. Copeland,


2005, Manajemen Keuangan,

17

Anda mungkin juga menyukai