Anda di halaman 1dari 46

PENGARUH LEVERAGE DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI

PERUSAHAAN DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL


PEMODERASI (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2014-2018)

PROFOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelas


Magister Manajemen Pada Program Studi Magister Manajemen Program
Pascasarjana Universitas Mataram

Oleh :

AGUS GURNITA ADI KANTA


NIM : I2A018002

UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
MAGISTER MANAJEMEN
2020
PERSETUJUAN TESIS

PENGARUH LEVERAGE DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI


PERUSAHAAN DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL
PEMODERASI (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2014-2018)

Diajukan Oleh :

AGUS GURNITA ADI KANTA

NIM : I2A018002

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Drs. Hermanto, MBA., DBA. Dr. Ni Ketut Surasni, M.Si.


NIP : 19570116198602 1 001 NIP : 19580105 1978703 2 001
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Nilai perusahaan merupakan presepsi investor dengan tingkat

keberhasilan perusahaan yang biasanya dikaitkan dengan harga saham

(Sambora et,al, 2014). Harga saham yang tinggi akan membuat nilai dari

perusahaan tersebut juga tinggi, nilai perusahaan yang tinggi akan

membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini

namun pada prospek perusahaan di masa yang akan datang.

Nurlela dan Ishaluddin (2008) dalam Kusumadilaga (2010)

menyebutkan bahwa nilai perusahan adalah harga yang bersedia dibayar

oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual, yang dimana nilai

perusahaan dapat menggambarkan keadaan perusahaan, apabila harganya

tinggi dapat dikatakan perusahaan itu sedang dalam keadaan yang sehat,

begitu pula sebaliknya apabila harganya rendah dapat dikatakan

perusahana itu dalam keadaan yang buruk.

Nilai perusahaan di anggap penting dikarenakan didalamnya

mengandung banyak makna, di dalam nilai perusahaan terkadung sinyal

kepada investor, yang dimana naik turunnya nilai perusahaan akan

menentukan keputusan investor untuk menanamkan atau menarik modal

yang ditanamkannya pada perusahaan. Beberapa faktor yang

mempengaruhi nilai perusahaan adalah : keputusan pendanaan, kebijakan


dividen, keputusan investasi, struktur modal, pertumbuhan perusahaan,

ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas (Atmaja, 2008)

Salah satu faktor untuk melihat nilai perusahaan yang baik adalah

dengan cara melihat dari profitabilitas perusahaan tersebut, profitabilitas

akan menunjukan sisi pendapatan dan sisi kemampuan perusahaan

didalam menghasilkan laba pada berbagai tingkat operasi. Jika perusahaan

tidak mampu menghasilkan profitabilitas yang cukup maka dapat

dikatakan perusahaan tersebut tidak akan mampu untuk menjaga

kelangsungan hidup bisnisnya. Oleh karena itu perusahaan perlu mencari

sumber dana alternative untuk menjaga kelangsungan hidup bisnisnya.

Salah satu sumber dana alternative adalah melalui pinjaman, yang

dimana dari pinjaman ini akan mempengaruhi tingkat leverage perusahaan.

Menurut Van Home (1997) Leverage merupakan sumber dana yang

memiliki beban tetap, dengan harapan akan memberikan tambahan

keuntungan pada beban tetap, sehingga akan menambah keuntungan

pemegang saham. Leverage adalah pemakaian dana yang bersumber dari

luar perusahaan, leverage juga dikenal dengan istilah rasio solvabilitas

yang merupakan rasio yang menunjukan kemampuan dari suatu perusahan

untuk memenuhi segala kewajiban finansial dari perusahaan tersebut

(Agnes, 2004). Peningkatan dan penurunan leverage akan mempengarui

nilai pasar (Nor, 2011).


Hutang yang terlalu besar akan berdampak negative terhadap

perusahaan, Riyanto (2008) menyatakan bahwa penggunaan hutang yang

terlalu besar melebihi aktiva akan berdampak pada penurunan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba, namun apabila hutang tersebut dapat

dikelola dengan baik dan digunakan untuk proyek investasi yang

produktif, hutang tersebut dapat membeirkan pengaruh positif yang

berdampak pada peningkatan profitabilitas.

Profitabilitas adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

nilai perusahaan (Amirya dan Atmini, 2007) dalam Lifessy (2011).

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan pada tingkat penjualan, asset dan modal tertentu (Hanafi, 2003

:8). Salah sau indikator penting bagi investor dalam menilai prospek

perushaana di masa depan adalah dengan melihat sejauh mana

pertumbuhan profitabilitas perusahaan tersebut (Tandelilin, 2001:240)

Menurut Haryanto dan Toto ( 2003) profitabilitas perusahaan

adalah salah satu cara untuk menilai secara tepat sejauh mana tingkat

pengembalian yang akan didapat dari aktivitas inevestasi yang

dilakukannya. Profitabilitas dapat mencerminkan keuntungan dari

investasi keuangan, yang artinya profitabilitas berpengaruh terhadap nilai

perusahaan karena sumber internal yang semakin besar ( Sudarma, 2004)

semakin baik pertumbuhan proftabilitas perusahaan artinya prosfrk dimasa

depan akan semakin baik juga, apabila kemampuan profitabilitas


perusahaa baik maka akan menigkatkan nilai perusahaan juga (Husnan,

2001:317).

Faktor lain yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah

dividen.kebijakan deviden pada dasrnya adalah penentuan besar kecilnya

porsi keuntungan yang akan diberikan kepada pemegang saham.

Kebijakan dividen merupaka hal yang penting yang menyangkut apakah

arus kas akan dibayarkan kepada investor atau akan diinvestasikan

kembali oleh perusahaan (Brigham, 2001, 65), tingkat pengembalian

adalah salah satu faktor yag memotivasi investor dalam berinvestasi dan

juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas

investasi yang dilakukannya (Tandelilin, 2001). Salah satu tingkat

pengembalian yang diperoleh investor adalah dividen, dividen merupakan

hak pemegang saham terhadap laba yang dihasilkan oleh perusahaan atas

kegiatas bisnis yang dilakukannya.

Penelitian tentang nilai perusahaan telah banyak dilakukan

sebelumnya, diantaranya adalah penlitian yang dilakunan oleh Sukma

Perdana (2012) dengan judul pengaruh Hutang Jangka Panjang dan

Kebijakan Dividen terhdap Nilai Perushaan, dalam Hasil penelitian

tersebut dikatakan bahwa Hutang Jangka Panjang dalam penelitian

tersebut di proksikan dengan DER memiliki pengaruh positif signifikan

terhadap nilai perusahaan, Sudiartha (2016) membuktikan bahwa leverage

dan profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, Mendey

et,at (2017) menyatakan bahwa leverage dan profitabilitas mempunyai


pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, Rafique dan

Andrestani et al (2012) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh

negative dan signifikan terhadap kebijakan nilai perusahan melalui

dividen, Ayunitias Kurnia (2013) menyatakan bahwa profitabilitas

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan yang didukung juga oleh

penelitian Mardiati (2010)

Banyak juga penelitian yang mengemukakan bahwa dengan adanya

pembagian dividen maka nilai perusahaan akan menurun, yang didukung

oleh penelitian Sari dan Abudanti (2014) yang menyatakan bahwa

penguanan hutang dan profitabilias berpengaruh negative signifikan

terhadap nilai perusahaan

Perusahaan manufaktur terdiri dari berbagai sub sektor industri

yang paling dominan memberi kontribusi besar terhadap pertumbuhan

Indonesia, sehingga secara keseluruhan dapat mewakili pasar modal.

Perusahaan manufaktur memiliki aktivitas produksi yang

berkesinambungan yang melakukan proses produksi dari tahap awal

sampai akhir, sehingga akan membutuhkan sumber dana yang besar untuk

membiayai operasional perusahaan. Berikut adalah rata-rata industri

perusahaan manufaktur periode 2014-2018


Tabel 1.1 Rata-rata Industri Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2014-2018 (dalam jutaan rupiah kecuali dinyatakan dalam
rupiah)

Tahun Total Aktiva Total Hutang Laba Bersih Nilai Pasar Dividen

2014 416,500,019 201,388,894 55,537,536 1,108,163,036 6,197

2015 449,104,616 199,971,505 69,980,809 1,084,327,415 5,210

2016 417,117,452 201,544,549 55,228,290 1,104,795,707 6,186

2017 450,451,668 201,056,156 69,952,041 1,084,539,343 5,210

2018 426,476,994 204,557,371 69,948,026 1,034,575,338 6,111

Rata-rata 431,930,150 201,703,695 64,129,340 1,083,280,168 5,783

Sumber : www.idx.co.id (data diolah) 2020

Berdasarkan data rata-rata industri perusahaan manufaktur yang

ditampilkan di tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa kecenderungan pergerakan data

selama periode 2014-2018 memiliki nilai yang berfluktuasi. Total aktiva

menunjukan adanya peningkatan di tahun 2015 tetapi hal berbeda terjadi dengan

total hutang, laba bersih, nilai pasar dan dividen yang mengalami penurunan.

Terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan dari table 1.1 diatas, yang

pertama yakni pada tahun 2014 ke tahun 2015 total hutang mengalami penurunan

sebesar 8,87 persen, dividen yang dibayarkan pada tahun yang sama juga

mengalami penurunan sebsar 8,6 persen, yang dimana hal ini menunjukan bahwa

dengan adanya leverage perusahaan akan mempengaruhi besar kecilnya

pembayaran dividen. Pada data diatas dinyatakan bahwa semakin tinggi leverage
perusahaan maka semakin besar pula dividen yang dibayarkan, begitu pula

sebaliknya.

Kedua, melihat hubungan laba bersih dengan dividen yang dibayarkan

oleh investor ke perusahaan. Pada tabel 1.1 diketahui bahwa penurunan

pembayaran laba dari tahun 2014 ke tahun 2015 sebesar 12,97 persen yang

dimana penurunan tersebut juga dik ikuti dengan penurunan pembayaran dividen

sebesar 8,6 persen. Yang dimana hal ini menunjukan bahwa semakin besarnya

laba yang dibayarkan perusahaan kepada investor akan mempengaruhi dividen

yang dibayarkan begitu pula sebaliknya.

Ketiga, kondisi dimana harga saham yang dibayarkan pada tahun 2015

mengalamipenurunan dari tahun 2014 yakni sebesar 10,18 persen yang dimana

penuruna itu juga diikuti oleh penurunan pembayaran dividen sebesar 8,6 persen.

Yang dimana kondisi tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi harga harga

saham akan berdampak buruk terhadap pembayaran dividen, tetapi hal tersebut

tidak terjadi pada kondisi tabel 1.1 diatas, yang dimana penurunan harga saham

menyebabkan penurunan pembayaran dividen juga.

Berdasarkan kesenjangan penelitian terdahulu tersebut maka dapat

dikatakan bahwa variabel independen dalam penelitaian ini yaitu Leverage dan

Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan sebagai variabel dependen dengan

dividen sebagai variabel pemoderasi. Sehingga diperlukan adanya penelitian lebih

lanjut dengan judul “ Pengauh Leverage, Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan


dengan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Pemoderasi studi pada Perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018”

1.1. Perumusan Masalah

Adapun Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana Pengaruh Leverage terhadap Nilai perusahaan.?

b. Bagaimana Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan?

c. Bagaimana Pengaruh Leveraga Terhadap Nilai Perusahaan yang

dimoderasi oleh Dividen?

d. Bagaimana Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan yang

dimoderasi oleh Dividen?

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah adalah ruang lingkup masalah atau upaya membatasi

ruang lingkup masalah yang terlalu luas atau terlalu lebar. Penelitian ini dibatasi

dengan ruang lingkup masalahnya dengan tujuan agar penelitian dapat terfokus

pada sasaran dan pemecahan masalah yang akan dicapai. Pada penelitian ini

permsalahanny hanya dibatasi pada Pengaruh Leverage Profitabilitas Terhadap

Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Pemoderasi pada

Perusahaan Manufaktur Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-

2018.
1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah diatas dapat ditentukan tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh Leverage terhadap Nilai Perusahaan

b. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap Nilai

Perusahaan

c. Untuk menganalisis bagaiamana efek pemoderasi Dividen dalam pengaruh

Leverage terhadap Nilai Perusahaan

d. Untuk Menganalisis Bagaimana efek Pemoderasi Dividen dalam pengaruh

Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan

1.5. Manfaat Penelitian

a. Secara akademis sebagai salah satu syarat untuk mencapai kebulatan studi

program strata dua (S-2) pada Program Studi Magister Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram.


b. Secara Teoritis ilmiah sebagai sara untuk mengembangkan kemampuan

penulis dalam membuat suatu karya ilmiah yang berkaitan dengan

manajemen keuangan.

c. Secara praktis sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya serta hasil

penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi pihak yang

berkepentingan

TINJAUAN TEORITIS

2.1 LANDASAN TEORITIS

2.1.1. Nilai Perusahaan.

Manajemen Keuangan memiliki beberapa tujuan yaitu memaksimalkan

nilai perusahaan, menjaga stabilitas Financial dalam keadaan yang selalu

terkendali, dan mamperkecil risiko perusahaan dimasa sekarang dan yang akan

datang. Menurut Irham (2014) dari beberapa tujuan yang paling utama adalah

memaksimalkan nilai perusahaan yang tinggi, nilai perusahaan yang tinggi akan

menarik investor untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan tersebut.

Menurut Brigham (2001) nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia

dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Sedangkan

menurut Keown (2004) nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga

hutang dan equitas pemegang saham yang beredar. Nilai perusahaan merupakan

presepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan

dengan harga saham kebijakan dividen.


Nilai sebuah perusahaan yang sudah Go Public tercemin dalam harga

pasar perusahaan, sedangkan nilai perusahaan yang belum go public dapat diukur

dengan harga jual seandainya perusahaan tetapi meliputi tingkat risiko usaha,

prosfek perusahaan, manajemen, lingkungan usaha, dan faktor-faktor lainnya.

Menurut Hartono (2000) terdapat tiga jenis penilaian yang berhubungan

dengan saham, yaitu nilai buku (book value), nilai pasar (nilai market), dan nilai

instrinsik (intrinsic value). Nilai buku merupakan saham menurut pembukuan

nilai saham menurut pembukuan emiten. Nilai pasar merupakan pembukuan nilai

saham di pasar dan instrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham.

Beberapa indikator untuk mengukur nilai perusahaan antara lain :

1. Price earning ratio

Price Earning Ratio menunjukan beberapa banyak jumlah uang yang rela

dikeluarkan oleh para investor untuk memabayar setiap dollar laba yang

dilaporkan (Brigham dan Houston, 2011). Kegunaan Price Earning Ratio

adalah untun melihat bagaimana pasar menghargai kinerja perusahaan

yang dicerminkan oleh earning per sharenya. Price earning ratio

menunjukan hubungan atara pasar saham biasa dengan earning

persharenya.

2. Price book value


Price book value merupakaan salah satu variabel yang dipertimbangkan

seorang investor dalam menentukan saham mana yang akan dibeli. Untuk

perusahaan-perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio ini

mencapai diatas satu, yang menunjukan bahwa nilai pasar saham lebih

besar dari nilai bukunya. Semakin besar nilai price book value semakin

tinggi perusahaan di nilai oleh para investor.

3. Tobin”s Q

Tobin’s Q adalah nilai pasar dari asset perusahaan dengan biaya

penggantinyya. Menurutnya konsep rasio Q lebih unggul daripada rasio

nilai pasar terhadap nilai buku karena rasio ini fokus pada beberapa nilai

pada beebrapa nilai perusahaan saat ini secara relative terhadap beberapa

biaya yang dibutuhkan untuk menggantinya.

Penelitian ini menggunakan Tobin’s Q sebagai indicator

pengukuran nilai perusahaan, karena Tobin’s Q lebih unggul daripada

rasio nilai pasar terhadap nilai buku karena rasio ini fokus pada beberapa

nilai perusahaan saat ini secara relatif terhadap beberapa biaya yang

dibuthkan untuk menggantinya.

Faktor yang dapat mengoptimalkan nilai perusahaan menurut

Horne dan Wachowicz (2005:3) bahwa terdapat tiga keputusan dalam

bidang manajemen keuangan yaitu keputusan investasi, keputusan

pendanaan dan kebijakn dividen. Kombinasi yang optimal dari ketiganya


akan memaksimalkan nilai perusahaan yang selanjutnya akan

meningkatkan kemakmuran kekayaan pemegang saham.

Menurut Horne dan Warcowicz (2005:3) tiga keputusan manajemen

keuangan tersebut yaitu :

2.1.2 Dividen

Stice et. al (2015) menyatakan bahwa dividen adalah pembagian laba

kepada pemegang saham dari suatu perusahaan secara proposional sesuai dengan

jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik. Pembagian dilakukan

agar laba yang ditahandan kas yang berlebih di perusahaan berkurang, yang

dimana itu merupakan salah satu tujuan utama bisnis dilakukan. Dividen akan

dibagikan kepada pemegang saham ketika RUPS (rapat umum pemegang saham)

yang dimana dividen merupakan slaah satu daya tarik bagi pemegang saham

jangka panjang, dividen yang dibagikan kepada pemegang saham berupa

presentase atas nilai saham atau sejumlah uang saham yang dimiliki oleh

pemegang saham.

Keputusan untuk menahan atau membagikan dividen disebut sebagai

kebijakan dividen, adapun teori sebagai landasan untuk menentukan dividen

adalah sebagai berikut :

a. Dividen Irrelevance Theory

Teori ini dikemukakan oleh Profesor Merton dan Franco

Modigliani (MM) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan

tidak berpengaruh terhadap harga perusahaan maupun biaya modal suatu


perushaaan, karena kebijakan dividen merupakan suatu yang Irrelevan.

MM mengembangkan teori mereka berdasarkan sekumpulan asumsi yang

ketat, dan berdasarkan asumsi-asumsi tersebut mereka membuktikan

bahwa nilai sutau perusahaan hanya ditentukan oleh profitabilitas dasar

risiko usahanya. Nilai perusahaan hanya bergantung pada laba yang

dihasilkannya oleh asetnya, bukan pada bagaimana laba itu dipecah atara

dividend dan laba ditahan.

Keown et. al (2010) menyatakna bahwa pada teori Dividen

irrelevance theory tidak ada hubungan antara kebijakan dividen dengan

nilai saham. Satu kebijakan dividen sama bagusnya dengan lainnya. Secara

agregat investor hanya mementingkan pengembalian total keputusan

investasi, tidak peduli pengembalian berasal dari perolehan modal atau

pendapatan dividen.

b. Bird in the hand theory

Teori ini dikembangkan oleh Myron Gordon dan Jhon Linter yang

menyatakan bahwa investor jauh lebih menyukai pendapatan yang

diharapkan berupa dividen, dibangdingkan pendapatan yang diharapkan

dari keuntungan modal, karena dividen memiliki risiko yang leih kecil

daripada keuntungan modal (Capital gain). risiko yang kecil pada dividen

dimaksudkan sebagai faktor yang masih dapat dapat dikendalikan

perusahaan, berbeda dengan Capital gain merupakan faktor yang

dikendalikan oleh pasar melalui mekanisme harga saham, sehingga adanya

ketidakpastian.
c. Tax preference theory

Teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap

dividend dan capital gain maka para investor lebih menyukai capital gain

karena dapat menunda pembayaran pajak dengan alasan :

1) Keuntungan midal dikarenakan tarif pajak yang lebih rendah

daripada untuk pembagian dividen, karena itu investor yang kaya

mungking lebih menyukai perusahaan menahan dan menanamkan

kembali laba di dalam perusahaan.

2) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual,

karena adanya nilai efek waktu, satu dollar pajak yang dibayarkan

dimasa mendatang mempunyai biaya efektif yang lebih rendah

daripada satu dollar yang dibayarkan hari ini.

3) Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal,

sama sekali tidka ada pajak keuntungan modal yang terhutang, ahli

waris akan terhindar dari pajak keuntungan modal.

d. Information content or Signaling Hypotesis

Para manajer sering kali memiliki informasi yang lebih baik

tentang prosfek dividen dimasa depan dibandingkan dengan pemegang

saham publik, sehingga terdapat muatan informasi dalam pengumuman

dividen. Dampak sinyal sehausnya sudah dapat diperhitungkan ketika

perusahaan mempertimbangkan perubahan dalam kebijakan dividen.

Keterkaitannya dengan kesempatan investasi, jika perusahaan memiliki


prosfek jangka panjang yang baik dan membutuhkan kas untuk mendanai

investasi saat ini, perusahaan mungkin akan mengurangi porsi pembayaran

dividen untuk meningkatkan dana yang tersedia untuk investasi. Namun,

disisi lain tindakan ini akan dapat menyebabkan harga saham mengalami

penurunan, karena pengurangan dividen dinilai sebagai suatu sinyal bahwa

perusahaan memiliki laba yang menurun, meskipun yang benar

sebaliknya. Jadi, pihak manajemen sebaiknya mempertimbangkan dampak

sinyal ketika menentukan kebijakan dividen.

e. Clientele Effect Theory

Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang

saham yang berbeda akan memiliki preferensi berbeda terhadap kebijakan

dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan

penghasilan pada saat ini akan lebih menyukai Deviden Payout Ratio yang

tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu

membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan

sebagian besar laba bersih perusahaan. Jika ada perpedaan pajak bagi

individu maka kelompok pemegang saham yang dikenai pajak tinggi lebih

menyukai capital gain karena dapat menunda pembauyaran pajak .

kelompok ini lebih senang jika perusahaan membagi dividen yang kecil.

Sebaliknya kelompok pemegang saham yang dikenai pajak relatif rendah

cenderung menyukai dividen yang besar.


f. Dividen residual theory

Pembayaran dividen dapat dilakukan jika perusahaan memiliki

dana sisa. Dana sisa muncul setelah membiayai investasi-investasi yang

memiliki NPV positif dengan mengggunakan laba ditahan . apabila

perusahaan tidak memiliki dana sisa, maka tidak ada pembayaran dividen

yang dilakukan. Keputusan pembiayaan investasi dengan pendanaan

internal seperti laba ditahan lebih disukai perusahaan, dibandingkan

dengan pembiayaan eksternal karena biaya yang dikeluarkan akan lebih

murah. Oleh karena itu, perusahaan akan cenderung membiayai proyek-

proyek investai dengan menggunakan laba ditahan. Teori ini menjelaskan

mengapa perusahaan yang mengalami pertumbuhan cepat cenderung

jarang mebayarkan dividend dan memiliki rasio pembayaran dividen yang

rendah.

2.1.3 Teori Kebijakan Hutang

Menurut SAFC (Statement of Financial Accounting Concepts) hutang

didefinisikan sebagai kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomis dimasa yang

akan datang untuk mentransfer asset atau memberikan jasa ke perusahaan lain di

masa yang akan datang sebagai hasil transaksi masa lalu: Menurut Mardiasmo

(1997) pengertian hutang adalah sebagai berikut:


“hutang (kewajiban) merupakan pengorbanan ekonomis yang wajib dilakukan

oleh perusahaan pada masa yang akan datang dalam bentuk penyerahan aktiva

atau pemberian jasa yang disebabkan oleh transaksi pada masa sebelumnya”

Hutang dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu (1) Hutang Jangka pendek

(short term debt), (2) Hutang jangka menengah (intermediate-term debt), (3)

Hutang jangka panjang (long term debt). Hutang juga merupakan sumber

pembiayaan eksternal yang digunakan suatu perusahaan dalam membiayai

kegiatan oprasionalnya. Perusahaan yang berhubungan dengan hutang seperti

yang dijelaskan Jensen (1976) adalah permasalahan biaya agensi yang dimana

biaya tersebut disebabkan oleh adaya kegiatan peminjaman dana oleh perusahaan

dari pihak kreditur. Seperti yang diketahui tujuan perusahaan adalah unuk

mensejaterakan pemegang saham, dalam upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut

diperlukan suatu strategi dialam perusahaan. Salah satu strategi yang diperlukan

adalah berkaitan dengan keputusan pendanaan. Yang dimana Keputusan pendaan

perusahaan yang baik akan dapat meningkatkan nilai perusahaan tersebut,

semakin besar suatu perusahaan semakin besar pula dana yang dibutuhkannya

yang dimana menyebabkan perusahaan seringkali menggunakan sumberdana

eksternal atau dengan menggunakan hutang sebagai sumber dananya.

Didalam berhutang ada juga keuntungan yang secara tidak langsung

didapatkan oleh perusahaan, yang dimana dengan menggunakan hutang

perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaannya yang dimana disebabkan

oleh penggunaan hutang yang mengurangi pajak oleh beban bunga hutang yang

dimiliki perusahaan. Hutang juga dapat digunakan untuk mengendalikan Free


Cash Flow secara berlebihan oleh pihak manajemen, sehingga mengurangi

investasi yang sia-sia dan tidak optimal untuk perusahaan, namun didalam

kebijakan hutang hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana komposisi hutang

tersebut, jika komposisi hutang tersebut berlebihan maka akan menyebabkan

penurunan nilai perusahaan.

Hal yang perlu diperhatikan dalam berhutang adalah mempertimbangkan

besarnya biaya tetap yang muncul dari hutang yang berupa bunga, bunga tersebut

akan menyebabkan semakin tingginya leverage keuangan dan semakin tidak

pastinya tingkat pengembalian bagi pemegang saham biasa. Jika hal ini dibiarkan

terjadi, maka harga saham perusahaan akan menurun dan nilai perusahaanpun ikut

menurun. Risiko terbesar dalam penggunanan hitang adalah jika perusahaan tak

mampu memenuhi kewajiban dari hutang tersebut sehingga akan berdampak pada

likuiditas perusahaan dan pada akhirnya dapat menyebabkan kebangkrutan.

2.1.3.1 Trade Off Theory

Konsep Trade off dalan bidang Balncing Theory adalah

menyeimbangkan manfaat dan biaya dari penggunaan hutang dalam

struktur modal sehingga disebut sebagai Treade off theory (Brigham

Houston,2013), Trade Off Theory diungkapkan oleh Myers dan Brealey

(2001) sebagai berikut :

“Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu,


dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama
dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress)”.
Biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya

kebangkrutan (bankruptcy costs) dan biaya keagenan (agency costs) yang

meningkat sebagai akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan.

Sesuai teori di atas, perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang

tinggi cenderung akan berhutang untuk mengurangi pajak yang akan

dibayarkan. Namun pada kenyataannya perusahaan dengan tingkat

profitabilitas yang tinggi cenderung memiliki tingkat debt yang rendah,

sehingga teori ini tidak mampu menjelaskan korelasi negatif yang terjadi

antara profitabilitas dengan tingkat debt.

Menurut Mamduh (2004) biaya kebangkrutan yang cukup

signifikan dapat mencapai 20% nilai perusahaan. Biaya tersebut mencakup

dua hal :

1) Biaya langsung : biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya

administrasi, pengacara, dan lainnya yang sejenis.

2) Biaya tidak langsung : biaya yang terjadi karena dalam kondisi

kebangkrutan perusahaan lain atau pihak lain tidak mau

berhubungan dengan perusahaan secara normal.

2.1.3.2. Pecking Order Theory (POT)

Menurut Myers dan Brealey (2001) pecking order theory menyatakan

bahwa: ”Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat

hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki

sumber dana internal yang berlimpah”. Pecking Order Theory ini menetapkan

suatu urutan keputusan pendanaan dimana para manajer pertama kali akan
memilih untuk menggunakan laba ditahan, kemudian hutang dan yang terakhir

adalah penerbitan saham sebagai pilihan terakhir. Menurut Myers dan Brealey

(2001) urutan pemilihan sumber dana dalam pecking order theory adalah sebagai

berikut :

1) Perusahaan lebih menyukai internal financing (dana internal).

Dana internal tersebut diperoleh dari laba yang dihasilkan dari

kegiatan perusahaan.

2) Perusahaan menyesuaikan target dividend payout ratio terhadap

peluang investasi mereka, sementara mereka menghindari

perubahan dividen secara drastis.

3) Kebijakan dividen yang sticky ditambah fluktuasi profitabilitas

dan peluang investasi yang tidak dapat diproksi menyebabkan

manajer selalu menjaga agar dividen per lembar saham tidak

berubah meskipun terjadi fluktuasi.

4) Apabila pendanaan eksternal diperlukan pertama-tama

perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman yaitu

mulai dari penerbitan hutang, convertible bond, dan alternatif

paling akhir adalah saham.

2.1.3.3. Signaling Theory

Brigham dan Houston (2013) menyatakan bahwa sinyal adalah suatu

tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan untuk memberikan petunjuk

bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan.


Perusahaan dengan prospek yang baik cenderung menghindari penjualan saham

dan lebih pada mengusahakan modal baru dengan cara berhutang. Teori ini

didasarkan pada asumsi bahwa manajer dan pemegang saham tidak mempunyai

akses informasi perusahaan yang sama. Apabila perusahaan menerbitkan saham

baru lebih sering dari biasanya, hal ini dapat mendatangkan sinyal negatif yang

pada akhirnya dapat menurunkan harga saham perusahaan tersebut.

2.1.3.4 Agency Approach

Menurut Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa agency conflict

akan terjadi bila proporsi kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari

100%, sehingga manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan

dirinya dan sudah tidak berdasarkan maksimalisasi nilai dalam pengambilan

keputusan pendanaan. Hubungan keagenan ini dapat menimbulkan permasalahan

pada saat pihak-pihak yang bersangkutan memiliki tujuan yang berbeda, yaitu

antara tujuan dari pemegang saham dan tujuan dari manager perusahaan yang

pada akhirnya akan menimbulkan agency cost.

Biaya agensi menurut Saidi (2004) adalah biaya-biaya yang berhubungan

dengan pengawasan manajemen untuk menyakinkan bahwa manajemen bertindak

konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditur dan

pemegang saham. Berikut adalah beberapa hal yang menjadi pertimbangan

manajemen dalam memilih menggunakan hutang (Sundjaja et. al, 2007) :

1) Biaya hutang terbatas, walaupun perusahaan memperoleh laba

besar dan besar bunga yang dibayarkan besarnya tetap.


2) Tidak ada perubahan pengendalian atas perusahaan bila

pembiayaan menggunakan hutang.

3) Pembayaran bunga merupakan beban biaya yang dapat

mengurangi pajak yang akan dibayarkan.

2.1.4. Profitabilitas

Profitabilitas adalah rasio atau perbandingan untuk mengetahui

kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba (profit) dari pendapatan

(earning) terkait penjualan, asetm dan ekuitas berdasarkan dasar pengukuran

tertentu. Dalam penelitian ini menggunakan Return On Asset yang dimana

merupakan tingkat pengembalian asset untuk menilai presentase keuntungan

(laba) yang diperoleh perusahaab terkait sumber daya atau total asset sehingga

efisiensi suatu perusahaan dalam menggelola asetnya bisa dilihat dari presentas

rasio ini.

2.2 TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan pertimbangan dan untuk

memperkaya bahan tulisan dalam penelitian ini. Adapun yang akan dijadikan

perbandingan dalam penelitian ini yaitu tesis, disertasi dan jurnal terdahulu

yang ada kaitannya dengan judul dan permasalahan yang diangkat sebagai

bahan penelitan.
1. Penelitian Mahendra (2011) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh

Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Kebijakan Dividen sebagai

variabel pemoderasi) pada perusahaan Manufaktur di Bursa Efek

Indonesia”. Penelitian ini menggunakan 30 sampel pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar du BEI yang secara berturut-turut mebagikan

dividen selama periode 2006-2009. Pengujian hipotesis penelitian

menggunakan teknik analisis berganda dan moderated regression analysis.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kinerja keuangan

terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel

pemoderasi. Hasil penlitian menunjukan bahwa 1) likuiditas berpangaruh

positif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, 2) kebijakan dividen

tidak mampu secara signifikan memoderasi pengaruh likuiditas terhadap

nilaiperusahaan, 3) DER berpengaruh negative tidak signifikan terhadap

nilai perusahaan, 4) kebijakan dividen tidak mampu secara signifikan

memoderasi pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan, 5) ROE

berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan, 6) kebijakan

dividen tidak mampu secara signifikan memoderasi pengaruh ROE

terhadap nilai perusahaan.

2. Raharja (2016) dengan judul “Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas

terhadap Harga saham dengan kebijakan dividen sebagai variabael

pemoderasi studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

periode 2011-2014”. Hasil dalam penelitian tersebut adalah likuidtias


berpengaruh signifikan terhadap harga saham, kebijkanan dividen mampu

secara signifikan memoderasi pengaruh likuiditas terhadap harga saham.

3. Puspitaningtyas (2017) dengan judul “Efek moderasi kebijakan dividen

dalam pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan manufaktur”.

Yang dimana nilai perusahan merupakan kodnisi yang menggambarkan

pencapaian suatu perusahaan selama proses operasinya. Peningkatan nilai

perusahaan merupakan prestasi yang mencerminkan peningkatan

kemakmuran bagi pemegang saham. Tujuan studi ini adalah untuk

mengetahui efek moderasi kebijakan dividen dalam pengaruh profitabilitas

terhadap nilai perusahaan padap perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016. Berdasarkan teknik purposive

sampling, terdapat 24 perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai sampel

penelitian. Analisis data dilakukan dengan menggunakan moderated

regression analysis. Hasil analisis membuktikan bahwa, pada tingkat

signifikansi 5% kebijakan deviden tidak mampu memoderasi pengaruh

profitabilitas terhadap nilai perusahaan.

4. Martini dan Riharjo (2014) dengan judul “Pengaruh kebijakan utang dan

profitabilitas terhadap nilai perusahaan : keijakan dividen sebagai variabel

pemoderasi”. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah kebijakan

utang dan proftabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dimana

kebijakan dividen sebagai variabel pemoderasi. Teknik anlaisis yang

digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen menggunakan moderated regression analysis. Dalam penleitian


ini, nilai perusahaan diukur dengan Price to book value, kebijakan utang

diukur dengan debt to asset ratio, profitabilitas diukur dengan return on

equity dan kebijakan dividen diukur dengan dividen payout ratio. Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa : 1) kebijakan utang berpengaruh positif

terhadap nilai perusahaan 2)profitabilitas berpangaruh positif terhadap

nilai perusahaan; 3)kebijakan dividen dapat memoderasi hubungan antara

kebijakan utang terhadap nilai perusahaan; 4) kebijakan dividen dapat

memoderasi hubungan antara profitabilitas terhadap nilai perusahaan.

5. Elvira (2014) dengan judul “pengaruh return on equity ROE dan debt to

equity ratio DER terhadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen

sebagai variabel moderating pada perusahaan manufaktu yang terdaftar di

BEI” . penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara ROE dan

Der tehadap nilai perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel

pemoderasi. Sesuai dengan penlitian yang dilakukan maka dapat

disimpulkan bahawa hasil pengujian hipotesis pertama terdapat pengaruh

Roe terhadap PBV. Dapat dilihat dari table ANOVA memiliki nilai

profitabilitas sebesar 0,029 yang berarti profitabilitas lebih kecil dari 0,05

yang berarti HO ditolak dan HA diterima. Artinya secara simultan ada

pengaruh signifikan anttara ROE terhadap PBV. Dan dilihat di table t,

dengan nilai 0,29 maka HA diterima, artinya secara parsial ROE

berpangruuh signifikan terhadap PBV. Hal ini selaras dengan penelitian

dari Alfredo Mahendra DJ dalam penleitiannya “Pengaruh kinerja

keuangan terhadpa nilai perushaan (Kebijakan deviden sebagai variabel


moderating) pada perusahaan manufaktur di BEI. Dengan hasil penleitaian

bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai

perushaan ini berarti profitabilitas yang tinggi dapat memberikan nilai

tambah kepada nilai perusahaannya, yang tercermin dengan meningkatnya

Tobin’s Q. hasil pengujian hipotesis kedua, terdapat pengaruh DPR dalam

interaksi anatara ROE terhadap PBV, dilihat dari analisis MRA terdapat

nilai profitabilias

6. Sukma Perdana (2012) dengan judul pengaruh Hutang Jangka Panjang dan

Kebijakan Dividen terhdap Nilai Perushaan, dalam Hasil penelitian

tersebut dikatakan bahwa Hutang Jangka Panjang dalam penelitian

tersebut di proksikan dengan DER memiliki pengaruh positif signifikan

terhadap nilai perusahaan,

7. Sudiartha (2016) membuktikan bahwa leverage dan profitabilitas

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan,

8. Mendey et,at (2017) menyatakan bahwa leverage dan profitabilitas

mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan,

9. Rafique dan Andrestani et al (2012) menyatakan bahwa profitabilitas

berpengaruh negative dan signifikan terhadap kebijakan nilai perusahan

melalui dividen,

10. Ayunitias Kurnia (2013) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh

positif terhadap nilai perusahaan.

11. Sari dan Abudanti (2014) yang menyatakan bahwa penguanan hutang dan

profitabilias berpengaruh negative signifikan terhadap nilai perusahaan.


12. Veronica Hasibuan, Dkk (2016) menemukan bahwa profitabilitas (ROE)

berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q).

13. Grandy Tarima, DKK (2016) menyatakan Bahwa Profitabilitas secara

parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

14. Mayati Rahayu dan Bida Sari (2018) membuktikan bahwa DAR

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan

15. Mareta Nurjin Sambora, Dkk (2014) yang manyatakan bahwa DAR tidak

berpengaruh terhadap PBV

16. Ainur Rochmah dan Astri Fitria (2017) menemukan bahwa kebijakan

dividen mampu secara signifikan memoderasi pengaruh profitabilitas

terhadap nilai perusahaan.

17. Ni Putu Yeni Ari Yastini dan I Made Mertha (2015)menyatakan variable

kebijakan dividen memiliki pengaruh yang positif namun tidak signifikan

terhadap nilai perusahaan

2.3 Hipotesis Penelitian

2.3.1 Pengaruh Leverage Terhadap Nilai Perusahaan

Leverage merupakan rasio yang menunjukan bagaimana

perusahaan mampu untuk mengelola hutangnya dalam rangka memperoleh

keuntungan dan juga mampu untuk mengelola hutangnya untuk

memperoleh keuntungan. perusahan yang tidak solvabel adalah

perusahaan yang memiliki hutang lebih besar dibandingkan total assetnya


(fahmi,2014;116) penelitian tentang leverage terhadap nilai perusahaan

telah diteliti oleh ria yunita (2015) hasil dari variabel leverage berpengaruh

terhadap nilai perusahaan. hal inimenunjukan bahwa setap penambahan

hutang akan menurunkan nilai perusahaan.

H1: Semakin Tinggi Leverage Maka semakin rendah Nilai Perusahaan

2.3.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perushaaan

Profitabilitas merupakan rasio yang menunjukan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba. semaikin baik rasio profitabilitas

maka semakin baik kemampuan untuk memperoleh laba perusahaan yang

akan meningkatkan nilai perusahaa (fahmi,2014;135) penelitian tentang

profitabilitas terhadap nilai perusahaan telah dilakukan oleh ria yunita

(2014), hasil penelitian menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh

signifikan terhadap nilai perusahaan. semakin besar laba yang dihasilkan

makan semakin besar nilai perusahaan. penelitian ini didukung juga oleh

corry(2013), fadhli (2015)

H2 : Semakin Tinggi Profitabilitas maka Semakin tinggi juga Nilai

Perusahaan

2.3.3 Pengaruh Leverage terhadap Nilai Perusahaan yang di Moderasi

Oleh Dividen

Menurut ahmad (2014;191) kebijakan dividen diartikan sebagai

pembayaran laba perusahaan kepada pemegang sahamnya. kebijakan


dividen akan mempertimbangkan apakah pembayaran dividen akan

meningkatkan kemakmuran pemegang saham. nilai perusahaan dapat

dilihat dari besarnya dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham.

besarnya dividen yang dibayarkan akan mempengaruhi besarnya hutang

yang dimiliki oleh perusahaan yang menentukan nilai perusahaan tersebut.

erlangga (2009) mengatakan bahwa kebijakan dividen memoperkuat

pengaruh leveragae terhadap nilai perusahaan. yang artinya setelah

dibayarkankan dividen dengan leverage yang besar akan membuat

semakin besar nilai perusahaan

H3 : Peningkatan Leverage akan meningkatkan Nilai perusahaan yang

dimoderasi oleh Dividen

2.3.4 Pengaruh Profitabilitas terhdap Nilai Perusahaan yang di Moderasi

oleh Dividen

Nilai perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan

membayar dividen, besarnya dividen yang dibayarkan akan meningkatkan

profitabilitas dan nilai perusahaan. yang artinya semakin besar dividen

yang dibayar akan meningkatkan laba serta nilai perusahaan. Erlangga

(2009) mengatakan bahwa profitabilitas beerpengaruh terhadap nilai

perusahaan yang dimoderasi oleh kebijakan dividen, yang didukung oleh

fadli (2015) menyimpulkan bahwa pengaruh profitabilitas melalui dividen

positif terhadap nilai perusahaan, yang artinya semakin tinggi profitabilitas

dan dividen maka semakin tinggi juga nilai perusahaan


H4 : Peningkatan Profitabilitas akan meningkatkan Nilai Perusahaan yang

di moderasi oleh Dividen

2.4 Kerangka Konseptual Penelitian

DAR

TOBIN’S
DPR Q

ROA

METODOLOGI
PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah asosiatif kausal. Penelitian asosiatif kausal

adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan permaslahan yang

bersifat hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini
bertujuan untuk mengatahui pengaruh Leverage, Profitabilitas terhadap Nilai

Perusahaan dengan Dividen sebagai Variabel Pemoderasi.

3.2 Obyek penelitian

Obyek pada penelitian ini adalah perusahaan Manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia, Perusahaan manufaktur terdiri dari berbagai sub

sektor industri yang paling dominan memberi kontribusi besar terhadap

pertumbuhan Indonesia, sehingga secara keseluruhan dapat mewakili pasar

modal. Perusahaan manufaktur memiliki aktivitas produksi yang

berkesinambungan yang melakukan proses produksi dari tahap awal sampai

akhir, sehingga akan membutuhkan sumber dana yang besar untuk membiayai

operasional perusahaan.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan metode Pooling data

yang dimana merupakan gabungan dari data time series (antar waktu) dan data

Cross section (antar individu /ruang). Menurut Ekanda (2016) dan Nachrowi

& Usman (2006) secara teoritis, ada beberapa keunggulan yang digunakannya

pooled data ini, yaitu semakin banyaknya jumlah N yang dimiliki untuk

parameter populasi, semakin banyak pula jumlah observasi tersebut membawa

dampak positif dengan memperbesar derajat kebeasan yang akan menurunkan

kemungkinan kolineritas antar variable lebih efisien, selain itu Data panel
memiliki keuntungan dalam hal estimasi masing-masing karakteristik individu

maupun karakteristik waktu.

3.4 Populasi dan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun. Teknik pengambilan sampel

dilakukan melalui teknik purposive sampling dengan tujuan untuk

mendapatkan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik purposive

sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada

beberapa pertimbangan atau kriteria terentu (Sugiyono, 2014). Kriteria

perusahaan yang akan menjadi sampel pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) secara berturut-urut selama 5 tahun periode 2014-2018

b) Mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit setiap tahun

selama 5 tahun periode 2014-2018.

c) Perusahaan yang membagi dividen tunai selama lima tahun

berturut-turut selama 5 tahun periode 2014-2018

Tabel 3.1 : Kriteria Pengambilan Sampel.

No Keterangan Jumlah

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa efek


1 158
Indonesia Periode 2014-2018

2 Perusahaan Manufaktur yang tidak melaporkan data (29)


Annual report periode 2014-2018

Perusahaan manufaktur yang tidak membagikan


3 (106)
Dividen secara berturut-turut periode 2014-2018

Perusahaan Manufaktur yang tidak memiliki semua


4 (99)
unsur-unsur variabel di dalam penelitian

Perusahaan Manufaktur yang menjadi sampel


21
penelitian

Sumber : www.idx.co.id (diolah tahun 2019)

3.5 Jenis Data

Penelitian ini menggunakan jenis data sebagai berikut:

 Data Kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka atau data

kualitatif yang diangkakan. Data kuantitatif yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain yaitu laporan keuangan, harga saham, dan

data historis dividen yang terdapat pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 5 tahun berturut-

turut

 Data Kualitatif yaitu data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan

gambar. Data kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah

beberapa informasi penting mengenai perusahaan yang menjadi

sampel untuk mengetahui gambaran umum perusahaan tersebut.


3.6 Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder. Data

sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak

langsung melalui media perantara, yang umumnya berupa bukti, catatan, atau

laporan yang telah tersusun dalam arsip baik yang dipublikasikan maupun

yang tidak dipublikasikan (Indriantoro, 2000; dalam Hastuti, 2013). Dalam hal

ini data sekunder diperoleh dalam bentuk data eksternal yang dipublikasikan

oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama 5 tahun berturut-

turut.

3.7 Identifikasi Variabel

Berdasarkan pokok permasalahan dan hipotesis yang telah dirumuskan maka

variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini diidentifikasi sebagai

berikut :

 Leverage ( Debt To Asset Ratio)

 Profitabilitas (Return On Asset)

 Dividen (Dividen Payout Ratio)

 Nilai Perusahaan (Tobin’s Q)

3.8 Klasifikasi Variabel


Berdasarkan indentifikasi Variabel diatas, variabel-variabel tersebut dapat

dikelompokan sebagai berikut :

 Variabel Bebas (Independen) dalam penelitian ini adalah Debt To

Asset Ratio dan Return On Asset, merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbul

variabel Tobin’s Q (Dependen)

 Variabel Terikat (Dependen) dalam penelitian ii adalah Tobin’s Q,

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya variabel Debt To Asset Ratio dan Return On Asset.

 Variabel Moderasi (Moderating) dalam penelitian ini adalah

Dividen Payout Ratio, variabel tersebut akan mempengaruhi (dapat

memperkuat/meperlemah) hubungan varibel independen terhadap

variabel dependen

3.9 Definisi Operasional Variabel

a. Debt To Asset Ratio

Debt To Asset Ratio adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban perusahaannya dari total asset yang dimilikinya, Debt To Asset

Ratio dapat di hitung dengan rumus sebagai berikut :

( )

Total Hutang
Debt ¿ Asset Ratio= x 100 %
Total Asset
b. Return On Asset

Return on Asset adalah kemapuan perusahaan didalam menghasilkan laba

dari total asset yang dimilikinya. Return On Asset dapat dihitung dengan

Rumus sebagai Berikut:

( )

Laba Setelah Pajak
Return On Asset= x 100 %
Total Asset

c. Dividen Payout Ratio

Dividen Payout Ratio adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan yang diperoleh yang didistribusikan kepada pemegang saham,

Dividen Payout Ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Dividen Payout Ratio=¿ ¿

d. Tobin’s Q

Tobin’s Q adalah rasio yang menunjukan nilai perusahaan sebagai bentuk

dari nilai kombinasi antara asset lancar dan asset tetap, Tobin’s Q dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

'
Tobi n s Q=¿ ¿
3,10 Prosedur Analisis Data

Analisis data adalah proses untuk mengolah data yang tahapan-tahapannya

diuraikan secara sesuai prosedur analisis yang akan digunakan agar data tersebut

mudah dipahami dan untuk menguji hipotesis. Analisis data dalam penelitian ini

menggunakan program software SPSS 17.

I. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi

gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi

sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2005). Analisis statiskik deskriptif

dalam penelitian bertujuan untuk memberi gambaran tentang variabel-

variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu Debt to Asset Ratio ,

Return On Asset , Dividend Payout Ratio, dan Tobin’s Q.

II. Analisis Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk menghasilkan model

regresi yang baik berdasar metode estimasi Ordinary Least Square (OLS)

dan akan memberikan hasil yang Best Linier Unbiased Estimator (BLUE)

(Ghozali, 2013). Uji asumsi klasik antara lain:

a. Pengujian Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variable dependen dan variabel independen keduanya


mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik

adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk

mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan uji statistik. Uji

statistik yang dapat digunakan antara lain analisis grafik histogram,

normal probability plots dan Kolmogorov-Smirnov Test (Ghozali

2013). Dalam penelitian ini pengujian terhadap normalitas data

dilakukan dengan mengunakan Kolmogorov-Smirnov Test. Kriteria

pengujiannya adalah apabila nilai signifikansi > 0,05 maka distribusi

data normal dan dapat digunakan regresi berganda. Apabila nilai

signifikansi < 0,05 maka distribusi data dikatakan tidak normal, untuk

itu perlu dilakukan transformasi data dengan cara menambah jumlah

data, menghilangkan data yang dianggap sebagai penyebab data tidak

normal atau dibiarkan saja tetapi peneliti menggunakan alat analisis

lain.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya hubungan antara variabel bebas. Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.

Multikolinieritas dapat dilihat dari korelasi antara masing-masing

variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi kuat

(biasanya diatas 0,90) maka kejadian ini mengindikasikan adanya

multikolinieritas. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas

tersebut dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan variance


inflation factor (VIF). Nilai cutoff yang dipakai untuk menunjukkan

adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF >

10 (Ghozali, 2013).

c. Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel

independen akan memberikan kontribusi yang sama terhadap variabel

dependen (Santoso, 2000). Menurut Priyatno (2010) heteroskedasitas

adalah keadaan dimana terjadi ketidaksamaan varian dari residual

untuk semua pengamatan pada model regresi. Jika varian dari residual

satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut

homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas

(Ghozali, 2013). Penelitian ini menggunakan uji park dimana seluruh

data ditransformasikan dalam bentuk logaritma natural (Ln). Pengujian

ini dilakukan dengan meregresikan nilai absolute residual (Lnei2)

dengan masing-masing variabel independen (LnX1 dan LnX2) dengan

menggunakan dasar pengambilan keputusan, jika nilai Sig variabel

independen < 0,05 terjadi heteroskedasitas dan jika nilai Sig variabel

independen > 0,05 tidak terjadi heterokedasitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk mneguji apakah dalam model

regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan periode t-1 sebelumnya. Autokorelasi tersebut dapat

dilihat menggunakan uji Durbin-Watson (DW) (Adhiputra, 2010;


dalam Fistyarini, 2015). Pengambilan keputusan ada atau tidaknya

autokorelasi menurut Imam Ghozali (2013) adalah sebagai berikut:

 Bila nilai DW terletak di antara bata atas, yaitu antara du

dan 4-du, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol

yang berarti tidak terjadi autokorelasi.

 Bila nilai DW terletak lebih rendah dari batas bawah yaitu

dl, maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol yang

berarti terjadi autokorelasi positif.

 Bila nilai DW lebih besar dari 4-dl, maka koefisien

autokorelasi lebih kecil dari nol yang berarti terjadi

autokorelasi negatif.

 Bila nilai DW terletak di antara batas atas dan batas bawah,

yaitu antara du dan dl atau antara 4-du dan 4-dl, maka

koefisien autokorelasi berada pada wilayah indication yang

berarti membutuhkan pengujian secara lebih lanjut.

e. Uji Hipotesis

Langkah selanjutnya adalah teknik pengujian hipotesis yang

digunakan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang


signifikan dari variabel bebas terhadap kebijakan dividen dengan Uji

Statistik t dan Analisis Regresi Moderasi.

f. Uji Statistik t

Uji parsial (uji t) digunakan untuk menguji ada tidaknya pengaruh

dari variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.

Pengujian terhadap hasil regresi dilakukan dengan melihat hasil output

menggunakan program SPSS dari tabel coefficients. Adapun tahap-

tahap yang dilakukan sebagai berikut:

Perumusan Hipotesis

 Leverage

H01: β1 ≤ 0, artinya tidak ada pengaruh positif dan signifikan

leverage terhadap Nilai perusahaan

Ha1: β1 ≥ 0, artinya ada pengaruh positif dan signifikan antara

leverage terhadap Nilai Perusahaan

 Profitabilitas

H02: β2 ≤ 0, artinya tidak ada pengaruh positif dan signifikan

profitabilitas terhadap nilai perusahaan.

Ha2: β2 ≥ 0, artinya ada pengaruh positif dan signifikan

profitabilitas terhadap nilai perusahaan.

 Menemukan tingkat signifikansi

- Tingkat signifikan dalam penelitian ini menggunakan α = 5%

 Menemukan kriteria pengujian


- Jika t hitung > t tabel atau probabilitas < tingkat Signifikansi (Sig.

< 0,05), menolak H0 dan menerima Ha.

- Jika t hitung < t tabel atau probabilitas > tingkat Signifikansi (Sig.

> 0,05), menerima H0 dan menolak Ha.

 Menarik kesimpulan

- Jika H0 ditolak dan Ha diterima berarti terdapat pengaruh yang

signifikan antara variabel independen secara parsial terhadap

variabel dependen.

- Jika H0 diterima dan Ha ditolak berarti tidak terdapat pengaruh

signifikan antara variabel independen secara parsial terhadap

variabel dependen.

g. Analisis Regresi Moderasi

Analisis Regresi Moderasi digunakan untuk menguji variabel

Dividen Payout Ratio dalam memoderasi masing-masing pengaruh

Leverage dan profitabilitas terhadap Nilai perusahaan. Hubungan

langsung Leveraga terhadap kebijakan Nilai perusahaan dan

profitabilitas terhadap Nilai perusahaan menggunakan regresi linier

sederhana. Sedangkan untuk menguji pengaruh interaksi dari variabel

moderasi Deviden Payout Ratio yang mendukung masing-masing

pengaruh Leverage dan profitabilitas terhadap Nilai perusahaan

digunakan Moderated Regression Analysis (MRA).

Moderated Regression Analysis (MRA) atau uji interaksi

merupakan aplikasi khusus regresi linier yang dalam persamaan


regresinya mengandung unsur interaksi β 3 X 1 Z (perkalian dua atau

lebih variabel independen). Variabel perkalian tersebut juga variabel

moderat karena menggambarkan pengaruh moderating variabel Z

kepada X 1 atau X 2 terhadap variabel Y (Liana, 2009). Persamaan

statistik yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Persamaan analisis regresi moderasi :

1. Tobi n' s Q=α 0 + β 1 DAR+e

2. Tobi n' s Q=α 0 + β 2 ROA + e

3. Tobi n' s Q=α 0 + β 1 DAR+ β 3 DPR +e

4. Tobi n' s Q=α 0 + β 1 ROA + β 3 DPR+e

5. Tobi n' s Q=α 0 + β 1 DAR+ β 1 DAR∗β 3 DPR+e

6. Tobi n' s Q=α 0 + β 2 ROA + β 5 ROA∗β 3 DPR +e

Anda mungkin juga menyukai