Disusun Oleh:
Erisa Susanti
2019008145
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah
pada penelitian ini yaitu:
dipakai dalam mencerminkan besar kecilnya perusahaan yang di dasarkan pada asset
yang ada pada perusahaan, Log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Jika perusahaan
memiliki total asset yang besar, pihak manajemen lebih leluasa dalam mempergunakan
asset yang ada di perusahaan tersebut. Perusahaan dengan ukuran asset yang besar
memiliki akses lebih luas untuk mendapat sumber dana dari luar, sehingga untuk
Semakin besar perusahaan, maka akan semakin dikenal oleh masyarakat yang artinya
perusahaan. Bahkan perusahaan besar yang memiliki total aktiva yang tinggi akan
Ukuran perusahaan dapat di ukur dengan menggunakan logaritma natural dari total
2.1.3 Profitabilitas
Profitabilitas yang tinggi dari suatu perusahaan membuatnya lebih
kompetetif antar perusahaan. Perusahaan yang menghasilkan profit tinggi akan
membuka lini atau cabang baru, kemudian menambah atau memulai investasi
baru yang terkait dengan perusahaan induk Menurut (Kasmir 2019:11).
Profitabilitas adalah rasio utama dalam sebuah laporan keuangan perusahaan,
karena tujuan utama perusahaan adalah untuk mendapatkan laba yang maksimal,
rasio profitabilitas digunakan untuk melihat seberapa besar efektif perusahaan
dalam mencapai tujuannya. Rasio profitabilitas sering digunakan tidak hanya
untuk manajemen operasional, tetapi juga untuk pengambilan keputusan investor
dan kreditor. Bagi investor, keuntungan adalah satu-satunya ukuran perubahan
nilai efek suatu perusahaan. Bagi kreditor, laba merupakan ukuran arus kas
operasi yang nantinya dapat digunakan sebagai sumber pembayaran bunga dan
pokok pinjaman.
Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu.
Menurut Hery (2020: 193) menyatakan bahwa Return On Assets (ROA)
merupakan rasio yang menunjukkan pentingnya kontribusi aset terhadap
perolehan laba bersih. terdapat beberapa cara untuk mengukur besar kecilnya
profitabilitas, yaitu:
1. Return on Assets (ROA) = Earning After Taxes / Total Assets
ROA menunjukan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh
aktiva yang miliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Rasio ini penting
bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi efektifitas dan efisiensi
manajemen perusahaan dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan.
semakin besar ROA, berarti semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan
atau dengan kata lain jumlah aktiva yang sama bisa dihasilkan laba yang
lebih besar, dan sebaliknya.
2. Return on Equity (ROE) = Earning After Taxes / Total Equity
ROE menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan.
ratio ini penting bagi pihak pemegang saham, untuk mengetahui efektifitas
dan efisiensi pengelolaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak
manajemen perusahaan. semakin tinggi ratio ini berarti semakin efisien
penggunaan modal sendiri yang dilakukan pihak manajemen perusahaan.
3. Profit Margin Ratio
Profit margin ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dengan menggunakan penjualan yang dicapai
perusahaan. semakin tinggi rasio ini menunjukan perusahaan semakin efisien
dalam menjalankan operasinya.
Profit Margin Ratio dibedakan menjadi:
a. Net Profit Margin (NPM) = Earning After Taxes / Sales
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
bersih dari penjualan yang dilakukan perusahaan. Rasio ini mencerminkan
efisiensi seluruh bagian, yaitu produksi, personalia, pemasaran, dan keuangan
yang ada dalam perusahaan.
b. Operating Profit Margin (OPM) = Earning Before Interest and Taxes /
Sales
Rasio ini mengukur kemampuan untuk menghasilkan laba sebelum bunga
dan pajak dengan penjualan yang dicapai perusahaan. Rasio ini menunjukan
efisiensi bagian produksi, personalia, serta pemasaran dalam menghasilkan
laba.
c. Gross profit Magrin (GPM) = Gross Profit / Sales
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
kotor dengan penjualan yang dilakukan perusahaan. Rasio ini
menggambarkan efisiensi yang dicapai bagian produksi.
2.1.4 Laverage
Laverage merupakan kebijakan pendanaan yang telah diputuskan oleh
perusahaan dalam membiayai perusahaannya menggunakan sumber hutang
(Utami dan Nurweni 2021). Perusahaan yang menggunakan hutang mempunyai
kewajiban atas beban pokok pinjaman yang telah disepakati (Massie dkk, 2018).
Penggunaan hutang yang cukup banyak memiliki risiko yang cukup besar,
sehingga perusahaan harus memperhatikan betul bagaimana kemampuannya
dalam menghasilkan laba (Sinuraya dan Dillak, 2021). Sedangkan menurut
(Yudha dkk, 2021) leverage atau rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur
sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dari hutang yang dimiliki. Jika leverage
atau rasio solvabilitas mengalami peningkatan maka kesempatan perusahaan
untuk memperoleh laba yang besar akan semakin sulit sehingga dapat
menyebabkan penurunan pada nilai perusahaan, hal tersebut mempengaruhi
minat investor dalam menanamkan dananya ke dalam perusahaan. (Anni’Mah
dkk, 2020).
Laverage timbul karena perusahaan dalam operasinya menggunakan
aktiva dan sumber dana yang menimbulkan beban tetap bagi perusahaan.
Penggunaan aktiva yang menimbulkan beban tetap disebut dengan operating
leverage, sedangkan penggunaan dana dengan beban tetap disebut financial
leverage. Menurunnya minat investor pada saham perusahaan akan berpengaruh
pada prospek perusahaan dimasa mendatang, yang menyebabkan semakin
besarnya tingkat hutang maka prioritas perusahaan untuk membayar dividen
akan semakin kecil dikarenakan adanya kewajiban perusahaan yang harus
dipenuhi (Kolamban dkk, 2020).
1. Debt to Total Assets Ratio = Total Debt / Total Asset
Debt ratio ini mengukur proporsi dana yang bersumber dari utang untuk
membiayai aktiva perusahaan. semakin besar rasio ini menunjukan porsi
penggunaan utang dalam membiayai investasi pada aktiva semakin besar, yang
berarti pula risiko keuangan perusahaan meningkat dan sebaliknya.
2. Debt to Equity Ratio = Total Debt / Total Equity
Debt to equity ratio adalah rasio yang membandingkan antar hutang
terhadap ekuitas. semakin besar rasio ini menunjukan porsi penggunaan utang
dalam membiayai ekuitas semakin besar, maka risiko keuangan
perusahaanbmeningkat dan sebaliknya. Semakin rendah debt equity maka
semakin baik karena aman bagi kreditor saat likuidasi.
3. Times interest ratio = EBIT / Interest
Times interest ratio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar
beban tetap berupa bunga dengan menggunakan EBIT (Earning Before Interest
and Taxes). Semakin besar rasio ini berarti kemampuan perusahan untuk
membayar bunga semakin baik. Dan peluang untuk mendapatkan tambahan
pinjaman juga semakin tinggi.
4. Cash coverage ratio = (EBIT + Depreciation) / Interest
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dengan menggunakan EBIT
ditambah dana dari depresiasi untuk membayar bunga. Semakin besar rasio ini
menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga. Semakin besar
rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga semakin
tinggi, dengan demikian peluang untuk mendapatlan pinjaman baru juga semakin
besar.
5. Long-term debt to equity ratio = Long-term debt / Equity
Long Term Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan dalam
mengukur seberapa besar modal perusahaan yang dimiliki untuk dijadikan
jaminan dalam melunasi hutang jangka panjang (Riskiana dan Nurhayati, 2021).
b. Harga Perdana
Harga perdana adalah harga pada waktu saham tersebut dicatat dibursa
efek dalam rangka penawaran umum penjualan saham perdana yang disebut
dengan IPO (Initial Public Offering). Harga saham pada pasar perdana biasanya
ditetapkan oleh penjamin emisi (Underwriter) dan perusahaan public yang
terdaftar dibursa (Emiten). Pada kasus tertentu, apabila saham yang dijual
memiliki permintaan yang lebih banyak dari saham yang tersedia
(oversubscribed) maka harga sahamnya tidak seperti angka yang tertera di
sertifikat saham (nominal).
c. Harga Pasar
Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor
yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut dicatatkan dalam bursa efek.
Transaksi disini sama sekali tidak lagi melibatkan eniten dan penjamin emisi.
Harga inilah yang disebut sebagai harga dipasar sekunder dan merupakan harga
yang benar-benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada transaksi
dipasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga antara investor dengan
perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari diumumkan di surat kabatr atau
media lainya adalah harga pasar yang tercatat pada waktu penutupan(closing
price) akltivitas dibursa efek Indonesia yang akan digunakan sebagai harga
saham pembukaan keesokan harinya saat pembukaan bursa.
(Aqila dan (Fera, Khusnatul, (Siti, Rizki, Erma, (Rizqia Mohamad (Ni Wayan dan (Helty dan
Agus, 2021) Arif, 2018) 2021) Zulman, 2021) Sayu Ketut, 2019) Muhammad
Nuryatno, 2020)
Variabel
Penelitian
Nilai
Perusahaan
Ukuran x x x
Perusahaan
Tipe
Industri
Leverenge x x x x x
Profitibilitas x x
Ukuran
Dewan
Komisaris
Keterangan
Tambahan
Subjek Perusahaan Perusahaan Sektor Manajemen Laba Seluruh Perusahaan Perusahaan Perusahaan
Sektor Industri Barang Perusahaan Property pada sektor Manufaktur yang Manufaktur yang
Industri Konsumsi Manufaktur Property, Real Estate terdaftar di BEI terdaftar di BEI
Barang dan Konstruksi di
Konsumsi BEI
Metode Path Analisis Regresi Analisis deskriptif, Regresi data panel Analisis Regresi Logistik Analisis
Analysis Berganda uji asumsi klasik Berganda Regresi
dan analisis regresi
linear berganda
Tujuan Untuk Untuk mengetahui Untuk mengetahui Untuk mengetahui Untuk menguji Untuk mengetahui
mengetahui dampak ukuran pengaruh ukuran pengaruh Ukuran pengaruh ukuran pengaruh pajak,
pengaruh perusahaan, perusahaan, Perusahaan, perusahaan, ukuran perusahaan,
ukuran profitabilitas, profitabilitas dan Leverage, dan profitabilitas, dan profitabilitas, dan
perusahaan, leverage, tipe leverage terhadap Profitabilitas pada leverage terhadap leverage
profitabilitas industry dan ukuran manajemen laba Nilai Perusahaan. kebijakan dividen. pada keputusan
dan dewan komisaris perusahaan perusahaan untuk
leverage terhadap corporate manufaktur yang melakukan praktik
terhadap social responsibility terdaftar di BEI. transfer pricing.
harga saham disclosure pada Populasi dalam
dengan nilai perusahaan sektor penelitian ini adalah
perusahaan industry barang perusahaan
sebagai konsumsi yang manufaktur yang
variabel terdaftar di Bursa terdaftar di BEI
intervening. Efek Indonesia periode 2017-2019.
periode 2013-2016.
2.3 Penelitian Hipotesis:
Ukuran
Perusahaan
Leverage
DAFTAR PUSTAKA
Al-Slehat, Z. A. F. (n.d.). Impact of Financial Leverage, Size and Assets Structure on Firm
Value: Evidence from Industrial Sector, Jordan. International Business Research, 13(1),
109–120.
Delariani, Hari Gursida, dan E. R. (2020). Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas
terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Sub Sektor Konstruksi dan Bangunan
yang terdafar di BEI Periode 2014-2018. Vol 7 No.2, Hal 1-13.
Fahmi, I. (2015). Analisis Laporan Keuangan. ALFABETA.
Harahap, S. S. (2013). Analisis Kritis atas laporan Keuangan (Edisi Pert). PT Bumi Aksara.
Hartono, J. (20133). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. BPFE.
Hery. (2016). Mengenal dan Memahami dasar dasar laporan keuangan. PT Grasindo.
I Dewa Gede Suryawan, I. G. A. W. (2017). Pengaruh Current Ratio, Debt To Equity Ratio
dan Return On Assets pada Harga Saham. Jurnal Akuntansi, Vol 21 No.
Indrarini, S. (2019). Nilai Perusahaan Melalui Kualitas Laba (Good Governance dan
Kebijakan Perusahaan). Scopindo.
Kasmir. (2016). Analisis Laporan Keuangan. Rajagrafindo Persada.
Kasmir. (2019). Analisis Laporan Keuangan. (Edisi Pert). PT Raja Grafindo Persada.
Mahendra Dj, Alfredo., Artini, Luh Gede Sri., Suarjaya, A. . G. (2013). Pengaruh Kinerja
Keuangan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis Dan Kewirausahaan, 6(2), 130–138.
Purwanti, T. (2020). The Effect of Prifitability, Capital Structure, Company Size and
Dividend Policy on Company Value on the Indonesia Stock Exchange. International
Journal of Secology, 1(2), 60–66.
Ristanti, A. dan N. (2021). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas Dan Likuiditas
Terhadap Nilai Perusahaan Food And Beverages di BEI. Jurnal Ilmu Dan Riset
Manajemen, Vol 10 No., Hal 1-19.
Shah, Faiza Maqbool., Khalidi, M. A. (2020). Determinants of Firm Value in Shariah
Compliant Companies. Management Science, 15(1), 86–100.
Silaban, P. dan H. L. S. (2020). Pengaruh Penghindaran Pajak dan Profitabilitas terhadap
Nilai Perusahaan Terlisting di BEI Peiode 2017-2019. Jurnal Terapan Ilmu Manajemen
Dan Bisnis, Vol 3 No 2, Hal 54-67.
Sutama, Dedi Rossida., Lisa, E. (2018). Pengaruh Leverage dan Profitabilitas terhadap Nilai
Perusahaan (Studi pada Perusahaan Sektor Manufaktur Foof and Beverage yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Sains Manajemen Dan Akutansi, 10(1),
21.39.
Sutrisno. (2020). Corporate Governance, Profitability and Firm Value Study on The
Indonesian Islamic Index. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam, 6(2), 292–303.
Yusna, Sulistiono, S. (2019). The Effect of FCF and Firm Size to Firm Value and IOS as
Mediation Variable. Business and Management Research, 136(1), 178–183.