Anda di halaman 1dari 43

PENGARUH LIKUIDITAS, LEVERAGE dan SOLVABILITAS TERHADAP

PERTUMBUHAN LABA DENGAN UKURAN PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL


MODERASI PADA PERUSAHAAN SEKTOR LQ45 YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA PERIODE 2018-2021

1.1. LATAR BELAKANG


Persaingan dalam dunia industri menjadi semakin kuat dengan
adanya teknologi dan informasi yang semakin berkembang. Dengan adanya
persaingan dalam dunia industri tersebut, perkonomian baik lokal maupun
global tidak ada yang selamanya aman. Hal tersebut perlu adanya
pengembangan strategi baru bagi setiap perusahaan untuk bisa bersaing dan
mempertahankan pertumbuhan perusahaannya terutama dalam memperoleh
laba (profit). Sama halnya yang terjadi pada perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu perusahaan disektor industri perdagangan,
jasa dan investasi. Dengan jumlah perusahaan pada industri ini yang terus
meningkat, tentu dapat mengakibatkan adanya peningkatan persaingan antar
pelaku usaha dalam industri tersebut. Walaupun persaingan dalam suatu
dunia usaha pada dasarnya merupakan syarat untuk terjadinya suatu
perekonomian (Gulo, Irmayanti, Monikha dan Ike, 2021).
Pasar modal memegang peranan penting dalam mendorong
perusahaan yang telah go publik untuk lebih meningkatkan kinerja mereka,
salah satunya dengan mengumumkan laba dan dividen yang akan dibagikan
kepada para pemegang saham perusahaan. Perusahaan LQ45 adalah
perusahaan yang paling likuid di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan dengan
kategori indeks LQ45 adalah perusahaan yang mempunyai nilai kapitalisasi
dan likuiditasnya paling besar.

Pada laporan keuangan suatu perusahaan laba atau rugi merupakan


laporan terpenting untuk mengetahui kinerja operasional perusahaan yang
dapat mengukur terjadinya peningkatan atau penurunan bisnis yang
dijalankan dalam satu periode. Laba merupakan pengumpulan jumlah
ekonomi yang ada di dalam perusahaan meliputi seluruh kegiatan
operasional perusahaan ataupun kegiatan non operasional. Pertumbuhan
laba tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi perusahaan itu sendiri tetapi
kondisi luar mempengaruhi sebagaimana pada pertumbuhan ekonomi dan
tingkat inflasi. Pertumbuhan laba dapat diukur menggunakan Earning After
Tax (EAT). Laporan keuangan yang digunakan dalam menghitung
pertumbuhan laba perusahaan dalam satu periode menggunakan
perhitungan laba periode berjalan setelah pajak. Laba perusahaan yang
diperoleh setiap tahunnya diharapkan mengalami peningkatan, karena laba
dikatakan lebih baik apabila perusahaan mengalami pertumbuhan laba setiap
periodenya. Perusahaan dengan kondisi kinerja yang baik akan terlihat dari
pertumbuhan laba perusahaan yang diperoleh. Laba merupakan ukuran
kinerja dalam suatu perusahaan, jika laba meningkat maka perusahaaan
akan lebik baik dan begitu juga sebaliknya. Pada penelitian ini perubahan
dalam laba diduga disebabkan dari faktor lain yang mempengaruhi
pertumbuhan laba diantaranya ialah likuiditas. Tingkat likuiditas yang tinggi
menjadi sinyal positif bahwa perusahaan dapat dikatakan sehat secara
ekonomi apabila nilai likuiditas dapat dimanfaatkan dengan baik yang akan
memikat para investor untuk memasukkan modalnya. (Diyanti dan
Anwar,2021)
Indeks LQ 45 merupakan indikator indeks saham di BEI (Bursa Efek
Indonesia) yang terdiri dari 45 saham-saham yang paling aktif
diperdagangkan atau yang berlikuiditas tinggi. Saham yang terdaftar dalam
indeks LQ 45 akan berubah setiap periodenya bergantung pada tinggi
rendahnya perdagangan saham pada emiten-emiten tersebut. Hanya saham
yang aktif diperdagangkan saja yang akan masuk dalam indeks LQ 45. Hal ini
berarti indeks LQ 45 merupakan saham dari emiten yang banyak diminati
oleh para investor, oleh sebab itu indeks LQ 45 dapat dijadikan sebagai
acuan dalam menilai aktivitas kinerja perdagangan saham di pasar modal.
Penelitian ini menggunakan sektor LQ45 terdaftar BEI periode 2017 -
2021 sebagai objek penelitian, dikarenakan perusahaan sektor LQ45 setiap
tahunnya hampir semua laporan keuangan diterbitkan baik di BEI atau
website profil perusahaan. Perusahaan sektor LQ45 merupakan sektor
penyumbang utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah

2. Apakah Likuiditas berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba?


3. Apakah Leverage berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba?
4. Apakah Solvabilitas berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba?
5. Apakah Ukuran Perusahaan memoderasi pengaruh Likuiditas terhadap
Pertumbuhan Laba?
6. Apakah Ukuran Perusahaan memoderasi pengaruh Leverage terhadap
Pertumbuhan Laba?
7. Apakah Ukuran Perusahaan memoderasi pengaruh Solvabilitas
terhadap Pertumbuhan Laba?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari Likuiditas,
Leverage, solvabilitas terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan sector
LQ45. Berdasarkan penelitian terdahulu dengan hasil beragam, sehingga
penulis merumuskan masalah yang dipaparkan diatas dengan tujuan untuk:
1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Likuiditas terhadap
Pertumbuhan Laba
2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Leverage terhadap
Pertumbuhan Laba
3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Solvabilitas terhadap
Pertumbuhan Laba
4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Ukuran Perusahaan
memoderasi pengaruh Likuiditas terhadap Pertumbuhan Laba
5. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Ukuran Perusahaan
memoderasi pengaruh Leverage terhadap Pertumbuhan Laba
6. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Ukuran Perusahaan
memoderasi pengaruh Solvabilitas terhadap Pertumbuhan Laba
1.4. Kontribusi Penelitan
Dengan adanya penelitian inidiharapkan dapat memberikan suatu manfaat dan
kontribusi yang baik bagi penulis maupun bagi pihak-pihak yang terkait. Adapun
kontribusi dari penelitian ini sebagai berikut.
1.4.1. Kontribusi Teoritis
Penelitian ini dimaksud dapat memberikan pengembangan teori dan
pengetahuan dibidang akuntansi, serta dapat menjadi tambahan informasi dan
referensi bagi penelitian selanjutnya.
1.4.2. Kontribusi Praktis
Pada praktiknya penelitian ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang
berkepentingan:
1. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan atau informasi dan
pertimbangan kepada pengambil keputusan dengan tujuan memaksimalkan
laba perusahaan dan diharapkan kepada pemerintah maupun instansi terkait
dalam menentukan langkah-langkah kebijakan,khususnya dalam membantu
meningkatkan kembali ekonomi Indonesia.
2. Bagi Peneliti
Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan referensi dari hasil
penelitian mengenai informasi pertumbuhan laba pada perusahaan sektor
LQ45 yang diuji dengan variabel likuiditas, leverage, dan solvabilitas pada
moderasi Ukuran Perusahaan.
3. Bagi Akademik,
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan bagi peneliti
selanjutnya yang akan meneliti dengan menggunakan variabel penelitian
yang sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teori Sinyal

Signalling Theory ialah teori yang dikemukakan oleh Ross (1977) merupakan
pemberian petunjuk terhadap investor mengenai sudut pandang manajemen untuk
kedepannya perusahaan. Sinyal yang baik untuk perusahaan adalah hal penting dalam
pengambilan keputusan investor apabila membeli sebuah saham suatu perusahaan.
Menurut Putri dan Santoso (2020) mengacu dalam Jama’an (2008) menjelaskan
pemberian inforamasi terhadap pihak yang bersangkutan dengan suatu informasi yang
menggambarkan keunggulan perusahaan disebut teori sinyal.

Sinyal yang dimiliki perusahaan dapat menunjukkan kualitas perusahaan


tersebut. Semakin baik kualitas perusahaan tersebut maka semakin mudah menarik
respon pasar terhadap perusahaan. Informasi yang diberikan perusahaan, diharapkan
mampu membedakan kualitas perusahaan yang baik dan kualitas perusahaan yang
buruk. Contoh informasi perusahaan tersebut ialah laba dan informasi lain yang
terdapat di dalam laporan keuangan.

Manajer dapat menggunakan, profitabilitas, dan likuiditas yang tinggi sebagai


sinyal yang baik bagi para investor karena profit yang tinggi menunjukkan perusahaan
mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan laba bersih untuk pemegang
saham, likuiditas yang tinggi menunjukkan perusahaan mempunyai kemampuan
memenuhi kewajiban jangka pendek yang tinggi. Investor akan merespon informasi
rasio keuangan tersebut positif bagi dirinya untuk menginvestasikan dananya ke
perusahaan. Permintaan atas saham perusahaan yang tinggi menyebabkan nilai
perusahaan akan ikut meningkat.

2.1.2. Pertumbuhan Laba

Ukuran kinerja salah satunya menggunakan rasio pertumbuhan laba. Mengukur


pertumbuhan perusahaan untuk memperkirakan dalam mempertahankan
perekonomian dan pasar produk bekerja. Pertumbuhan laba berkaitan terhadap
kestabilan laba di masa mendatang. Keuangan yang baik dikatakan perusahaan dapat
mengendalikan dan memanfaatkan secara tepat untuk memperoleh untung sehingga
mencerminkan laba berkembang dengan baik. Sedangkan menurut Putri dan Santoso
(2020) pertumbuhan laba dilihat dengan menilai kinerja keuangan..

Pertumbuhan laba adalah perubahan persentase kenaikan laba yang diperoleh


perusahaan serta menunjukkan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan laba
bersih yang diperoleh dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan laba merupakan salah satu
aspek yang dibutuhkan oleh manajer keuangan untuk mengevaluasi kinerja keuangan
perusahaan. Indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan laba dalah
sebagai berikut:

Et−Et −1
∆ Et =
Et −1

Keterangan:

ΔEt = Pertumbuhan Laba

Et = Laba berjalan periode dihitung

Et-1 = Laba berjalan periode tahun sebelumnya

2.1.3. Rasio Likuiditas

Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan


kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi
tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan utang lancar. Current Ratio
merupakan salah satu rasio likuiditas. Current Ratio menunjukkan tingkat keamanan
(margin of safety) kreditor jangka pendek. Tetapi current ratio yang tinggi belum tentu
menjamin akan dapat dibayarnya utang perusahaan yang sudah jatuh tempo karena
proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan (Munawir, 2004).

Rasio ini dapat dibuat dalam bentuk berapa kali atau dalam bentuk prosentase.
Apabila rasio lancar ini 1:1 atau 100%, ini berarti bahwa aktiva lancar dapat menutupi
semua utang lancar. Rasio lancar yang lebih aman adalah jika berada di atas 1 atau di
atas 100% (Harahap, 1998:301). Hal yang paling penting dalam mengukur rasio modal
kerja (rasio likuiditas) bukanlah pada besar kecilnya perbedaan aktiva lancar dengan
utang jangka pendek, melainkan harus dilihat pada hubungannya atau
perbandingannya yang mencerminkan kemampuan mengembalikan utang. Current
ratio yang tinggi mungkin menunjukkan adanya uang kas yang berlebihan dibandingkan
dengan tingkat kebutuhan atau adanya unsur aktiva lancar yang rendah likuiditasnya
(seperti persediaan) yang berlebihan. Current ratio yang tinggi tersebut memang baik
dari sudut pandang kreditor, namun dari sudut pandang investor, hal ini kurang
menguntungkan karena aktiva lancar tidak didayagunakan dengan efektif. Sebaliknya,
current ratio yang rendah relatif lebih riskan, tetapi menunjukkan bahwa manajemen
telah mengoperasikan aktiva lancar secara efektif (Djarwanto, 2004:150).

Menurut Putri dan Fuadati (2019) rasio likuiditas ialah indikator kemampuan
perusahaan melunasi kewajiban finansial saat hari yang ditentukan dengan memakai
aktiva lancar saat ini. Rasio likuiditas menjadi takaran perusahaan membayar hutang
waktu dekat yang segera berakhir. Rasio likuiditas digunakan melihat seberapa
likuidnya perusahaan. Rasio yang pakai yaitu rasio lancar (current rasio). Sejalan
dengan Signalling Theory yang menyatakan, perusahaan yang mampu melunasi
kewajiban-kewajiban jangka pendeknya merupakan sinyal yang baik untuk investor
terkait kinerja dimasa depan memberikan perkembangan di masa selanjutnya.
Perusahaan yang dapat melunasi kewajiban jangka pendek memberikan sinyal positif
untuk investor menentukan keputusan asetnya karena memiliki laba bersih yang tinggi
agar tetap mampu dalam membayar kewajiban suatu perusahaan (As’ari dan Pertiwi,
2021).

Aset Lancar
Current Ratio=
Utang Lancar

2.1.4. Rasio Leverage

Leverage adalah rasio yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi


seluruh kewajibannya yang ditunjukan oleh bagian modal sendiri yang digunakan untuk
membayar hutang (Kasmir, 2012). Leverage yang diproksikan dengan debt to equity
ratio dihitung dengan membagi total kewajiban perusahaan dengan total ekuitas
pemegang saham. Salah satu ukuran leverage keuangan perusahaan adalah rasio
utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio - DER). Debt to equity ratio yaitu
perbandingan antara total kewajiban (liabilities) dengan total modal sendiri (equity).
Rasio ini menunjukkan sejauh mana modal sendiri menjamin seluruh utang. Debt to
equity ratio yang tinggi berarti sebuah perusahaan telah melaksanakan pembiayaan
yang agresif sehingga perusahaan tumbuh bersamaan dengan utangnya Semakin
besar rasio debt to equity ratio menujukkan semakin besar pula tingkat ketergantungan
perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya
hutang yang harus dibayar perusahaan. Peningkatan hutang akan mempengaruhi
besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang
akan diterima.

Leverage digunakan untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan


utang (Fahmi 2019). Dalam penelitian ini leverage diukur dengan Debt Equity Ratio
(DER). Menurut Sayekti & Saputra (2015), leverage tidak mempunyai pengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba karena besarnya DER menunjukan tingginya
ketergantungan perusahaan dalam memperoleh modal dari pihak luar yang
menyebabkan beban perusahaan semakin berat sehingga dapat membuat
pertumbuhan laba manurun. Dalam penelitian Rahayu & Sitohang (2019), terdapat
pengaruh bersifat positif dan tidak signifikan antara leverage terhadap pertumbuhan
laba. Dari hasil tersebut, tingginya tingkat rata-rata DER perusahaan, menunjukan
bahwa dalam menjalankan aktivitas operasionalnya, perusahaan lebih banyak
manggunakan hutang dari pada modal perusahaan.

Total Liabilitas
Debt ¿ Equity Ratio= x 100 %
Ekuitas

2.1.5. Rasio Solvabilitas


Solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya
apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio-rasio ini dapat dihitung dari pos-pos
yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan utang jangka panjang.
Debt Equity Ratio merupakan salah satu rasio solvabilitas. Sutrisno
(2003:249) mengemukakan bahwa rasio utang dengan modal sendiri (debt to
equity ratio) merupakan imbangan antara utang yang dimiliki perusahaan
dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin
sedikit dibandingkan dengan utangnya. Bagi perusahaan, sebaiknya
besarnya utang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetapnya tidak
terlalu tinggi. Untuk pendekatan konservatif, besarnya utang maksimal sama
dengan modal sendiri, artinya debt to equitynya maksimal 100% atau dengan
kata lain, DER akan lebih baik jika kurang dari 1 yang mengartikan bahwa
perusahaan mampu membayar seluruh utangnya dengan modal yang dimiliki
(Salim, 2010). Menurut Jusuf (2007), debt equity ratio menunjukkan sejauh
mana modal sendiri menjamin seluruh utang. Rasio ini juga dapat dibaca
sebagai perbandingan antara dana pihak luar dengan dana pemilik
perusahaan yang dimasukkan ke perusahaan.

Total Kewajiban
Debt Ratio=
Total Aktiva

2.1.6. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan gambaran mengenai besar kecilnya suatu


perusahaan yang dapat ditunjukkan melalui total aset, total penjualan, rata-rata tingkat
penjualan, serta ratarata dari total aset. Umumnya, ukuran perusahaan juga dapat
menentukan cara perusahaan dalam menguasai persaingan yang muncul selama
menjalani kegiatan bisnis. Perusahaan dengan ukuran besar, cenderung memiliki
kegiatan operasional yang besar pula.ikut adalah indikator yang digunkan dalam
menghitung besarnya ukuran perusahaan:

Size: Ln (Total Asset)


Menurut Agustin et.al. (2020) ukuran perusahaan sebuah faktor yang ditinjau
investor dalam investasi. Perusahaan besar maka kegiatan operasional yang dimiki
akan besar. Ukuran perusahaan menggambarkan adanya resiko yang cukup berbeda
usaha perusahaan besar dan usaha perusahaan kecil. Perusahaan yang memiliki aset
besar memperlihatkan kemampuan lebih banyak dan lebih dapat mengontrol aktivitas
bisnisnya, sehingga dapat menghasilkan laba lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian
oleh Wigati (2020) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan ikut andil dalam mengatur
pengaruh likuiditas (current ratio) terhadap pertumbuhan laba. Besarnya ukuran
perusahaan dapat memperkuat (memoderasi) dalam menghadapi gejolak ekonomi.
Perusahaan yang besar dan terkontrol akan memperkuat perusahaan dengan tingkat
keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan. Besarnya aktiva perusahaan, aset
yang dimiliki akan semakin besar. Besarnya penjualan akan membuat perputaran yang
luas sehingga memberikan keuntungan perusahaan.
2.2. Kajian Empiris
ALAT
NO JUDUL PENULIS TAHUN VARIABEL METODOLOGI KESIMPULAN
ANALISIS
Secara Parsial
Seluruh Variabel
Variabel Berpengaruh
Dependen: Terhadap
Pertumbuhan Pertumbuhan Lab
Laba Perusahaan Hal I
Pengaruh Debt To Equity Dapat Dirangkum
Nur Amalina, Regresi
Ratio, Current Ratio Dan Variabel Deskriptif Sebagai Berikut:
1. Adi Rizfal 2021 Linear
Net Profit Margin Terhadap Independen: Kausal To Equity Ratio
Efriandi Berganda
Pertumbuhan Laba Debt To Equity Mempunyai Nilai
Ratio, T Sebesar 0,116
Current Ratio 0,05. Menjelaskan
Net, Secara Parsial
Profit Margin Berpengaruh Pos
Terhadap
Pertumbuhan Lab
Variabel
Dependen:
Pengaruh Likuiditas
Pertumbuhan
Terhadap Pertumbuhan
Laba
Laba Dengan Ukuran
Perusahaan Sebagai Normalinda Moderated
Variabel Regresi
2. Variabel Moderasi Pada Diyanti, 2021 Regression
Independen: Moderasi Likuiditas
Perusahaan Sektor Muhadjir Anwar Analysis
Likuiditas Mempengaruhi
Consumer Goods Industry
Secara
Yang Terdaftar Di Bursa
Moderasi: Negatif Dan
Efek Indonesia
Ukuran Signifikan Terhad
Perusahaan Pertumbuhan Lab
Current Ratio (CR
Secara Parsial
Berpengaruh Pos
Dan Tidak Signifik
Terhadap
Variabel
Pertumbuhan Lab
Dependen:
Perusahaan Sub
Pertumbuhan
Pengaruh Rasio Keuangan Sektor
Laba
Terhadap Iman Rusdianto, Konstruksi Di Bur
Pertumbuhan Laba Bambang Analisis Regresi Purposive Efek Indonesia. D
3. 2020 Variabel
Perusahaan Sub Sektor Waluyo, Data Panel Sampling To Assets Ratio
Independen:
Konstruksi Di Bursa Efek Fatimah (DAR) Secara Pa
Ratio Keuangan
Indonesia Berpengaruh Pos
Dan Signifikan
Moderasi: Sub
Terhadap
Sektor Konstruksi
Pertumbuhan Lab
Perusahaan Sub
Sektor Konstruks
Bursa Efek
Indonesia.
Current Ratio (Cr
Dan Debt To Equ
Ratio (Der) Tidak
Memiliki Pengaru
Terhadap
Pertumbuhan
Laba,Gross Profit
Margin (Gpm) Da
Total Asset Turno
(Tato) Memiliki
Pengaruh Positif
Variabel Signifikan Terhad
Dependen: Pertumbuhan Lab
Pertumbuhan Perusahaan,Mod
Pengaruh Rasio Keuangan Laba ed Regression
Sekar Arum
Terhadap Pertumbuhan Analysis (Mra) Da
Mitha Purposive
4. Laba Dengan Ukuran 2020 Variabel   Disimpulkan Bahw
Saraswati1, Ida Sampling
Perusahaan Sebagai Independen: Ukuran Perusaha
Nurhayati2
Variabel Moderasi Ratio Keuangan Hanya Mampu
Memperkuat
Moderasi: Ukuran Hubungan Antara
Perusahaan Current Ratio (Cr
Dengan
Pertumbuhan
Laba,Ukuran
Perusahaan Tida
Dapat Memodera
Hubungan Antara
Debt To Equity R
(Der), Gross Prof
Margin (Gpm), Da
Total Asset Turno
(Tato)
hasil uji modera
dimana ukura
perusahaan tid
mampu
memoderasi
hubungan anta
kepemilikan
manajerial,
FAKTOR DETERMINAN kepemilikan
MANAJEMEN LABA institusional, dew
x: Manajemen
DENGAN purposive direksi, dan lever
5 Hendi, Kitty 2022 laba, Y: Ukuran  
UKURAN PERUSAHAAN sampling terhadap manaje
perusahaan
SEBAGAI VARIABEL laba, sedangka
MODERASI mampu memode
hubungan anta
komite audit,
profitabilitas, arus
bebas, dan prog
opsi saham
bagi karyawan
terhadap manaje
laba
6 PENGARUH STRUKTUR Estiani Sinta 2016 X1: Struktur observasi non purposive pertumbuhan
KEPEMILIKAN, UKURAN Dewi Teresia, Kepemilikan, perilaku sampling perusahaan dapa
PERUSAHAAN DAN Hermi X2:Ukuran memberikan
KEPUTUSAN KEUANGAN Perusahaan dan pengaruh
TERHADAP NILAI X3: Keputusan signifikan terhada
PERUSAHAAN DENGAN keuangan Y: nilai perusahaan tetap
PERTUMBUHAN perusahaan Z: tidak mampu
PERUSAHAAN SEBAGAI Pertumbuhan memperkuat
VARIABEL MODERATING Perusahaan pengaruh atau
Pengaruh Struktu
Kepemilikan, Uku
Perusahaan
Variabel Yang Pa
Berpengaruh
Terhadap Harga
Saham LQ 45 Ad
Profitabilitas Deng
Indikator ROA
(Return On Asset
Sebesar 40,2%. 2
Analisis Perbandingan
Variabel Penelitia
Pengaruh Likuiditas,
Christine Dwi Regresi Solvabilitas
Solvabilitas, Dan Purposive
7 Karya 2012 Linear Menunjukkan
Profitabilitas Terhadap Sampling
Susilawati Sederhana Pengaruh Yang
Harga Saham Pada
Variabel Signifikan Terhad
Perusahaan LQ 45
Dependen : Harga Saham LQ
Harga Saham Hanya Pengaruhn
Kecil Hanya Sebe
Variabel 7,5%. 3. Variabel
Independen: Penelitian Likuidit
Likuiditas, Tidak Menunjukka
Solvabilitas, Dan Pengaruh Terhad
Profitabilitas Harga Saham LQ
rasio Solvabilitas
Profitabilitas dan
RASIO FUNDAMENTAL Aktivitas berpeng
Analisis
TERHADAP Andri Gunawan terhadap
X: Pertumbuhan purposive regresi
8 PERTUMBUHAN LABA: Putra As’ari, Tri 2021 pertumbuhan laba
laba, sampling linear
VARIABEL MODERASI Kartika Pertiwi dan ukuran
berganda
UKURAN PERUSAHAAN perusahaan
merupakan variab
moderas
laverage yang di-
proksikan oleh-DE
profitabilitas-yang
proksikan ROE
X1: Leverage,
Pengaruh Laverage, terhadap
Tien Kartika X2:Profitabilitas,
Profitabilitas, Ukuran pertumbuhan laba
Kumala Dewi, dan X3: ukuran
Perusahaan uji-regresi-linier- purposive Sementara itu uku
9 Kartika Hendra 2021 perusahaan X4:
Dan Tingkat Inflasi berganda sampling perusahaan yang
Titisari, Tingkat inflasi
Terhadap Pertumbuhan proksikan oleh tot
Purnama Siddi Y:pertumbuhan
Laba aktiva tidak-
laba
memiliki-pengaru
atau dampak yan
pada pertumbuha
laba
secara simultan
variabelindepend
terdiri dari ukuran
perusahaan,
likuiditas, leverag
dan
aktivitasberpenga
PENGARUH UKURAN signifikan terhada
PERUSAHAAN, variabel pertumbu
LIKUIDITAS, LEVERAGE, laba. Secara pars
DANAKTIVITAS Adventius Gulo1 X1:Ukuran menunjukanbahw
TERHADAP Irmayanti perusahaan, X2: ukuran perusahaa
Analisis dan likuiditas tida
PERTUMBUHAN LABA Lumban Lukuiditas, X3:
purposive regresi terdapat pengaru
10 PADA Gaol2 ,Monikha 2021 Leverage, X4:
sampling linear dan tidak
PERUSAHAANSEKTOR Tampubolon3 , Aktivitas,
berganda signifikanterhadap
PERDAGANGAN, JASA Ike Rukmana Y:Pertumbuhan
DAN INVESTASI YANG Sari laba pertumbuhan laba
TERDAFTAR DIBURSA Sementara variab
EFEK INDONESIA leverage terdapat
PERIODE 2016-2019 pengaruh
bersifatnegatif da
signifikan terhada
pertumbuhan laba
dan variabel aktiv
terdapatpengaruh
bersifat positif dan
signifikan terhada
pertumbuhan laba
2. METODE PENELITIAN

Metode adalah suatu cara kerja yang dapat digunakan untuk memperoleh sesuatu. Sedangkan metode penelitian dapat
diartikan sebagai tata cara kerja di dalam proses penelitian, baik dalam pencarian data ataupun pengungkapan fenomena
yang ada (Zulkarnaen, W., et al., 2020:229). Definisi Operasional Definisi operasional merupakan keterangan variabel
yang dipakai dipenelitian untuk dibahas dan disimpulkan. Variabel yang pakai antara lain variabel dependen (Y), variabel
independen (X), dan Variabel moderasi (Z).

3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini berjumlah 45 perusahaan perdagangan, jasa dan investasi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama tahun 2017 sampai dengan tahun 2021.
3.2 Sampel
Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan yang didasarkan pada kriteria tertentu untuk
memperoleh sampel yang representatif terhadap populasi penelitian. Kriteria pemilihan sampel sabagai berikut:
1. Sampel merupakan perusahaan sector LQ45 yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada periode 2016-2019.
2. Sampel merupakan perusahaan sector LQ45 yang mempublikasikan laporan keuangan lengkap secara
berturutturut selama periode 2017-2021.
3. Sampel merupakan perusahaan sector LQ45 yang memperoleh laba secara berturut-turut selama periode
2017-2021.
4. Sampel merupakan perusahaan sector LQ45 yang menggunakan mata uang rupiah selama periode 2017-
2021.
Tabel 3.1.
Daftar Perusahaan LQ45
No Kode Nama Perusahaan Sektor
1. ACES Ace Hardware Indonesia Tbk. Trade, Service
& Investment
2. ADRO Adaro Energy Tbk. Materials

3 AKRA AKR Corporindo Tbk. Trade, Service


& Investment
4 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk Materials

5 ASII Astra International Tbk. Misc Industry

6 BBCA Bank Central Asia Tbk. Finance

7 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Finance


Tbk.

8 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Finance


Tbk

9 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Finance


Tbk.

10 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk. Finance

11 BRPT Barito Pacific Tbk. Chemical


Industry

12 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk. Property &


Construction

13 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk Chemical


Industry

14 ERAA Erajaya Swasembada Tbk. Trade, Service


& Investment

15 EXCL XL Axiata Tbk. Infrastructure &


Transportation

16 GGRM Gudang Garam Tbk. Consumer


Goods

17 HMSP H.M. Sampoerna Tbk. Consumer


Goods

18 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Consumer


Goods

19 INCO Vale Indonesia Tbk Materials

20 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. Consumer


Goods

21 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. Chemical


Industry

22 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Chemical


Industry

23 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk. Materials

24 JPFA JAPFA Comfeed Indonesia Tbk Chemical


Industry

25 JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk. Infrastructure &


Transportation

26 KLBF Kalbe Farma Tbk. Consumer


Goods

27 MDKA Merdeka Copper Gold Tbk. Materials

28 MEDC Medco Energi Internasional Tbk Materials

29 MIKA Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. Trade, Service


& Investment

30 MNCN Media Nusantara Citra Tbk. Trade, Service


& Investment

31 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Infrastructure &


Tbk. Transportation

32 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk Materials

33 PTPP PP (Persero) Tbk. Property &


Construction

34 PWON Pakuwon Jati Tbk. Property &


Construction

35 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk. Chemical


Industry

36 SMRA Summarecon Agung Tbk. Property &


Construction

37 TBIG Tower Bersama Infrastructure Tbk. Infrastructure &


Transportation

38 TINS Timah (Persero) Tbk Materials

39 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. Chemical


Industry

40 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Infrastructure &


Tbk. Transportation

30 MNCN Media Nusantara Citra Tbk. Trade, Service


& Investment

31 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Infrastructure &


Tbk. Transportation

32 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk Materials


33 PTPP PP (Persero) Tbk. Property &
Construction

34 PWON Pakuwon Jati Tbk. Property &


Construction

35 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk. Chemical


Industry

36 SMRA Summarecon Agung Tbk. Property &


Construction

37 TBIG Tower Bersama Infrastructure Tbk. Infrastructure &


Transportation

38 TINS Timah (Persero) Tbk Materials

39 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. Chemical


Industry

40 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Infrastructure &


Tbk. Transportatio

41 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk. Infrastructure &


Transportation

42 TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk Chemical


Industry

43 UNTR United Tractors Tbk. Trade, Service


& Investment

44 UNVR Unilever Indonesia Tbk. Consumer


Goods

45 WIKA Wijaya Karya (Persero) Tbk. Property &


Construction

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian adalah sebuah proses yang harus dilakukan dalam perencanaan dan pelaksaan penelitian
dimana tujuannya adalah memperoleh jawaban dari pertanyaan suatu penelitian hingga ditariklah sebuah
kesimpulan penelitian. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriftif kuantitatif yang menggambarkan
keadaan serta fenomena suatu objek disertai data statistik melalui data sampel penelitian kuantitatif merupakan
penelitian salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya sistematis, terencana, terstruktur dengan jelas sejak
awal hingga pembuatan desain penelitiannya, dan pengumpulan data digunakan instrumen penelitian, analisis
data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Alasan
menggunakan penelitian kuantitatif dikarenakan data yang tercantum sudah cukup jelas, dikarenakan juga
penelitian ini bermaksud untuk menguji hipotesis.

Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang sumbernya berasal dari annual report
dalam laporan tahunan di LQ 45. Data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara
tidak langsung melalui media perantara diperoleh dan dicatat oleh pihak lain Sugiyono (2014:131).

3.2. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang sumbernya berasal dari annual report dalam laporan tahunan di
LQ 45. Menurut Sugiyono (2014:131), data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).

40

3.3. Populasi dan Sampel


Suatu generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan Sugiyono, (2018: 130)

Populasi dalam penelitian ini merupakan perusahaan manufaktur sektor industri dan dasar kimia, sektor aneka
industri dan sektor industri barang dan konsumsi yang telah terdaftar dalam indeks LQ 45 di Bursa Efek
Indonesia.

Indeks yang digambarkan di LQ 45 adalah salah satu indeks saham yang ada pada Bursa Efek Indonesia yang
menghitung indeks rata-rata 45 saham yang memenuhi kriteria berkapitalisasi pasar terbesar dan mempunyai
tingkat likuiditas nilai perdagangan yang tinggi. Indeks LQ 45 pertama kali dimulai pada bulan Februari 1997 dan
dievaluasi setiap enam bulan sekali.

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode judgement sampling yang merupakan
salah satu bentuk purposive sampling dalam mengambil sampel yang telah ditentukan dimana sampel sengaja
dipilih untuk mewakili populasinya yang didasarkan oleh maksud, tujuan serta kriteria-kriteria

yang ditentukan. Adapun kriteria-kriteria tersebut antara lain: 1. Perusahaan LQ 45 yang menggunakan mata
uang Rupiah dalam laporan
keuangannya.

2. Perusahaan LQ 45 yang telah menyampaikan laporan keuangan tahunan berturut-turut untuk tahun 2015-
2019 dimana di dalamnya terdapat data dan informasi yang dapat digunakan dalam penelitian ini serta laporan
keuangan tahunan tersebut dilengkapi dengan laporan auditor independen

Berdasarkan kriteria diatas terdapat 45 perusahaan yang masuk kedalam LQ 45 terdapat 45 sampel 225 unit
selama 5 tahun

Tabel 3. 1

Daftar Perusahaan Sampel Terpilih

3.4. Definisi dan Pengukuran Variabel

Variabel penelitian yaitu segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam variabel yang
digunakan adalah variabel Dependent, variabel Independent, variabel Moderasi sebagai berikut:
3.4.1. Variabel Terikat (Dependent Variabel)

Variabel Dependent (terikat) adalah merupakan variabel yang mempengaruhi yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel independent (bebas). Variabel dependent (terikat) pada penelitian ini
adalah Audit delay sebagai variabel (Y).

43

Menurut Halim (2000:4) dalam Miradhi dan Juliarsa (2016) menyatakan bahwa, "Keterlambatan audit adalah
lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan buku hingga tanggal diterbitkannya
laporan audit.

Rentang waktu yang diukur berdasarkan lamanya hari dalam menyelesaikan proses audit oleh auditor
independen dari tanggal tutup buku pada tanggal 31 Desember sampai dengan tanggal yang tercantum dalam
laporan auditor independen dengan menggunakan laporan keuangan yang memiliki tutup buku per 31
Desember sampai dengan diterbitkannya laporan audit ialah audit delay.

Audit Delay Tanggal Laporan Keuangan Tanggal Laporan Audit


=

3.4.2. Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel Independent (bebas) adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahnnya atau timbulnya variabel dependent (terikat). Variabel independent dalam penelitian ini Opini Audit
sebagai X1, Profitabilitas sebagai X2, Solvabilitas sebagai X3. 1. Opini Audit

Menurut Palim & Pratiwi (2017) Opini Audit adalah pendapat yang diberikan oleh auditor setelah melakukan
beberapa tahapan proses audit untuk menilai kewajaran dari laporan keuangan yang diberikan pihak
perusahaan. Opini audit yang baik mengemukakan bahwa laporan keuangan yang telah diaudit sesuai dengan
ketentuan standar akuntansi keuangan dan tidak ada penyimpangan material yang dapat mempengaruhi
pengambilan suatu keputusan.

Variabel ini diukur menggunakan variabel dummy. Dimana jika

perusahaan mendapat pernyataan Wajar Tanpa Pengecualian diberi angka 1 (satu),


dan jika perusahaan mendapat pernyataan selain Wajar Tanpa Pengecualian

(Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas, Wajar Dengan

Pengecualian, Tidak Wajar dan Tidak Memberikan Pendapat) akan diberi angka (

(nol).

2. Profitabilitas

Menurut Halim (2016:81) Rasio Profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan mengahsilkan keuntungan
Profitabilitas pada tingkat penjualan, asset dan saham yang tertentu terdapat tiga rasio yaitu: profit margin,
return on asset (ROA) dan return on equity (ROE). Pada penelitian ini Profitabilitas ini diukur dengan melihat
Return On Assets (ROA). Akhir dari pengecekan laporan keuangan yaitu pendapat yang diberikan oleh auditor.
Pendapat Auditor berpijak pada audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing dan atas temuan
temuannya.

Return on Asset (ROA)= LABA SETELAH PAJAK TOTAL ASET X 100%.


3. Solvabilitas

Menurut Kasmir (2012:151) solvabilitas adalah "Rasio yang digunakan untuk mengukur berapa aktiva
perusahaan dibiayai dengan utang. Maksudnya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan
dibanding dengan aktivanya",

Menurut Hery (2016:161) solvabilitas adalah "Rasio yang digunakan untuk mengukur berapa aset perusahaan
dibiyai dengan utang. Rasio solvabilitas ataupun rasio leverage ialah rasio yang digunakan dalam mengukur
seberapa besar beban utang yang harus ditanggung perusahaan dalam rangka pemenuhan aset".

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa rasio solvabilitas dapat diartikan sebagai
perbandingan antara jumlah hutang dengan jumlah aset yang dimiliki perusahaan. Jika sebuah perusahaan
mampu membayar utang-utangnya dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut akan mampu menyajikan
laporan keuangannya tepat waktu.

total utang total aset Debt to asset ratio =

3.4.3. Variabel Moderasi (Moderasi Variabel)


Variabel moderasi adalah variabel yang bersifat memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel predictor
atau penjelasan (independent) terhadap variabel respon atau tergantung (dependent). Variabel moderasi pada
penelitian ini adalah Ukuran perusahaan sebagai variabel (Z).

Menurut Setiawan (2013) dalam Miradhi & Juliansa (20016) Ukuran Perusahaan diartikan sebagai suatu skala
dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan dengan berbagai cara antara lain dinyatakan dalam total
aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain. Ukuran perusahaan mencerminkan seberapa besar kekayaan yang
dimiliki oleh suatu perusahaan serta mencerminkan ukuran dari perusahaan tersebut.

Penelitian ini menggunakan total aset yang kemuadian diukur dengan natural log (Ln) sebagai tolak ukur dari
besar kecilnya suatu perusahaan. Total aset dipilih karena mengacu pada penelitian yang menyatakan semakin
besar nilai aset suatu perusahaan, maka semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Tidak hanya itu total aset
diseleksi untuk pengukuran perusahaan karena total aset dapat menggambarkan berapa besar skala dari
perusahaan yang dilihat dari banyak kekayaan perusahaan tersebut.

3.5. Metode Analisis


Analisis kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan alat analisis program SPPS (Statistical Package for Social
Science) for windows 26, analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan. Pengolahan
data dengan analisis kuantitatif melalui beberapa tahap yaitu uji asumsi klasik dan uji regresi linier berganda.

3.5.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan cerminan ataupun deskripsi suatu informasi yang dilihat dari nilai rata-rata
(mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum atas ukuran perusahaan, profitabilitas, dan solvabilitas
berdasarkan data olahan SPSS (Ghozali, 2011). Sedangkan variabel opini audit tidak di ikutsertakan

46

dalam perhitungan statistik deskriptif karena variabel-variabel tersebut memiliki skala nominal. Skala nominal
merupakan skala pengukuran kategori atau kelompok. Angka tersebut hanya dapat digunakan sebagai label
kategori semata tanpa nilai intrinsik, maka dari itu kurang tepat apabila digunakan untuk menghitung nilai rata-
rata (mean) dan standar deviasi dari variabel tersebut. Jenis penelitian kuantitatif meliputi data-data penelitian
berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.

3.6. Uji Asumsi Klasik


Kelayakan model penelitian yang baik dapat dilakukan dengan pengujian uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik
yang digunakan dalam penelitian ini mencakup uji heteroskedastisitas dan uji multikolinearitas. Pengujian uji
asumsi klasik dilakukan untuk menentukan kalah sampel yang diteliti terbebas dari gangguan normalitas,
multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi dalam model regresi.

3.6.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dalam sebuah model regresi, variabel pengganggu atau
residual mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki
distribusi normal atau mendekati normal (Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini uji normalitas memakai One-
Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Dasar keputusan berdasarkan pada taraf signifikan hasil hitung dengan
ketentuan sebagai berikut:

• Probabilitas > 0,05: hipotesis diterima artinya data terdistribusi secara normal • Probabilitas < 0,05: hipotesis
ditolak artinya data tidak terdistribusi secara normal

3.6.2. Uji Heterokedastisitas


Uji heteroskedastisitas dilakukan menguji apakah sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian residual
berdasarkan satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka dianggap Heteroskedastisitas (Ghozali,

47

2011:139). Dengan memakai uji spearman bisa mengetahui tidak adanya

heteroskedastisitas ditunjukkan tidak terdapat satupun variabel independen yang

signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut

Residual (AbsRes). Dasar untuk mengambil keputusan pada uji Heteroskedasitas

yakni dengan melihat nilai signifikan lebih besar dari 0.05 kesimpulannya tidak

terjadi heteroskedastitas.

3.6.3. Uji Multikolinieritas


Ghozali (2011:105) memaparkan bahwa uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam regresi
ditemukan adanya hubungan antar variabel bebas pada penelitian. Model regresi yang baik seharusnya tidak
mengandung korelasi diantara variabel bebas. Cara mendeteksi terjadinya multikolinearitas dilihat dari nilai
tolerance value dan lawannya, yaitu variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan variabel
bebas yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Apabila tolerance value > 0,10 dan VIF < 10 maka dapat
disimpulkan bahwa model regresi bebas dari multikolinearitas. Sebaliknya, untuk tolerance value < 0,10 dan VIF
> 10 maka terjadi multikolinearitas yang tinggi diantara variabel bebas.

3.6.4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi untuk mengetahui apakah pada suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan
pengganggu dalam periode t menggunakan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Apabila terjadi korelasi,
disinyalir ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul disebabkan adanya observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan penganggu) tidak
bebas dari satu observasi ke observasi yang lainnya. Kerap ditemui pada informasi runtut waktu ataupun time
series karena "gangguan" pada individu/kelompok cenderung mempengaruhi "gangguan” pada individu/
kelompok yang sama pada periode selanjutnya. Bebas dari autokorelasi adalah model regresi yang baik. Untuk
mengetahui ada tidaknya autokorelasi,

48
sehingga dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW). Model dikatakan bebas dari autokorelasi apabila nilai DW
lebih besar dari nilai DU pada tabel.

3.7. Uji Regresi Linier Berganda

Dikarenakan penelitian ini menggunakan variabel moderasi, Model analisis yang digunakan untuk menguji
hipotesis adalah Moderated Regression Analysis (MRA). Moderated Regression Analysis (MRA) atau uji
interaksi adalah aplikasi khusus regresi linear berganda dimana dalam persamaan regresinya mengandung
unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen) (Liana, 2009 dalam sulistiawati, 2018). Jika
variabel tersebut merupakan variabel moderating maka nilai koefisien harus signifikan pada tingkat signifikan
yang ditentukan. Adapun contoh dasar berdasarkan regresi linier berganda dari penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:

Yu-a+BI Xlia+ 82 X21 + 83 X3ia + B4 Za + B5 (X1u Zu)+ B6 (X2Z)+

87 (X3u Zu)+ €2,


Keterangan:

Audit delay

= Opini Audit

XI

- Profitabilitas

Solvabilitas

X2
X3

= Ukuran Perusahaan

= Konstanta

- Koefisien regresi masing-masing variabel independen

Koefisien regresi interaksi variabel moderasi dan

B1, B2, B3, B4

B5, B6, B7
independen

= Error term

i,t

-Data perusahaan, tahun

3.8. Uji Hipotesis

3.8.1 Uji Parsial (Uji t)

Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelasan atau independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013:98). Pengujian dilakukan
menggunakan significance level 0,05 (α-5%) artinya pengambilan keputusan pada uji t dapat dilakukan dengan
melihat nilai signifikannya pada taraf kepercayaan 0,05. Penerimaan dan penolakan hipotesis dilakukan dengan
kriteria sebagai berikut:

Jika nilai signifikannya > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan) hal tersebut berarti
variabel independen tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b. Jika nilai signifikannya < 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan) ini berarti variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

c. Jika t hitung << t tabel maka variabel independen secara individu tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

d. Jika t hitung > t tabel maka variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen.

3.8.2 Uji Kelayakan Model (Uji f)


Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen (bebas) yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen (terikat) (Ghozali, 2013). Uji f adalah uji yang
bertujuan untuk mengetahui model regresi adalah model yang tepat dan layak. Uji f juga digunakan untuk
membuktikan apakah secara simultan seluruh variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel
dependen. Kriteria pengujian ini adalah jika probabilitas < 0.05, maka variabel independen secara simultan
berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika probabilitas > 0.05, maka variabel independen secara simultan
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

50

3.83 Koefisien Determinasi (Adjusted-R Square)

Koefisien determinasi (R) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen (Ghozali, 2013). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang
kecil menandakan kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi-variabel dependen
sangat terbatas. Sebaliknya nilai R2 y yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara garis besar
koefisien determinasi dalam bentuk data silang (crossection) relatif rendah ini disebabkan adanya variasi yang
besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya memiliki
nilai koefisien determinasi yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai