Jumlah penduduk Indonesia menurut Sensus Penduduk (SP) tahun 2010 berjumlah 237,6
juta jiwa. Jumlah yang besar ini terdiri dari lapisan penduduk balita, anak, dewasa, dan
lansia. Khusus lansia, menurut Pendataan Keluarga tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ternyata jumlah penduduk lansia
di Indonesia berjumlah 15,5 juta jiwa. Jumlah ini semakin tahun akan semakin besar. Hal ini
karena adanya pembangunan kesehatan dan sosial ekonomi yang diselenggarakan di
Indonesia.
Jumlah penduduk lansia yang besar ini membutuhkan penanganan yang serius, sebab mau
tidak mau penduduk lansia akan menjadi salah satu lapisan penduduk yang jika tidak
diberdayakan dengan maksimal akan menjadi lapisan penduduk yang dianggap beban
pembangunan. Agar penduduk lansia tidak menjadi beban pembangunan diperlukan adanya
pemberdayaan penduduk lansia. Hal ini sesuai dengan undang-undang No.13 tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lansia. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa penduduk
lansia di Indonesia dibagi menjadi dua golongan, yaitu penduduk lansia potensial dan
penduduk lansia tidak potensial.
Kelompok kegiatan BKL merupakan wadah kegiatan bagi keluarga lansia dan keluarga yang
memiliki lansia yang berusaha meningkatkan kegiatan dan keterampilan keluarga dalam
memberikan pelayanan, perawatan, dan pengakuan yang layak sebagai orang tua bagi lansia
tidak potensial dan meningkatkan kesejahteraan keluarga lansia melalui kegiatan
pemberdayaan, pembinaan, serta pengembangan potensi bagi lansia.
Tujuan utama adanya kelompok BKL adalah pengetahuan, sikap, dan perilaku (PSP) keluarga
lansia dan keluarga yang memiliki lansia dalam meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan
keluarga. Dengan demikian, kelompok BKL menjadi sangat penting dan strategis
keberadannya. Agar pengelolaan dan penyelenggaraan Program Pembinaan Ketahanan
Keluarga Lansia semakin optimal, maka diperlukan Pedoman Pembinaan Ketahanan
Keluarga Lansia.
i
Buku Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia merupakan Buku untuk
penyelenggaraan Program Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia. Dengan adanya buku ini,
yang terdiri dari 10 (sepuluh) seri yaitu 1. Program Kependudukan dan KB Nasional ; 2.
Pembinaan Kesehatan Fisik Bagi Lansia; 3. Pembinaan Kesehatan Reproduksi Bagi Lansia; 4.
Pembinaan Mental Emosional Bagi Lansia; 5. Pembinaan Mental Spiritual Bagi Lansia; 6.
Pembinaan Sosial Kemasyarakatan Bagi Lansia; 7. Pengembangan Ekonomi Produktif Bagi
Lansia; 8. Teknik Fasilitasi; 9. Teknik Dinamika Kelompok; dan 10. Teknik Advokasi dan KIE.
Diharapkan penyelenggaraan Program Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia di setiap
tingkatan wilayah dapat bergairah dan berjalan dengan baik.
Semoga Buku Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia yang terdiri dari
10 (sepuluh) seri ini dapat menjadi acuan dan pegangan bagi para pengelola dan pembina
pelaksana program Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia. Dengan demikian, akan
terwujud penduduk Lansia yang sehat, sejahtera, mandiri, dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita Panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karunia-
Nya, Seri Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia dapat diselesesaikan.
Ketahanan Keluarga Lansia yang dilembagakan melalui wadah kelompok kegiatan (poktan)
yang bernama Bina Keluarga Lansia (BKL). Kelompok BKL diharapkan dapat meningkatkan
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku (PSP) keluarga lansia dan lansia itu sendiri. Pembinaan
Ketahanan Keluarga Lansia adalah bagian integral dari Program Pembangunan Ketahanan
dan Kesejahteraan Keluarga (PK3).
Sekaitan dengan hal tersebut diatas, diperlukan adanya kumpulan Media Pembelajaran
Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok BKL dan
mengakselerasi tujuan pembinaan ketahanan keluarga lansia, yaitu peningkatan PSP
keluarga lansia dan lansia itu sendiri yang pada akhirnya dapat mendukung peningkatan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia dapat digunakan juga dalam
kegiatan peningkatan kapasitas tenaga pelatih dan pengelola BKL. Selain itu kami harapkan
seri media pembelajaran ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang membutuhkan.
Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia terdiri dari 10 (sepuluh) seri,
dan pada seri kesembilan akan dibahas mengenai Teknik Dinamika Kelompok.
Apabila Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia yang kami susun
memiliki banyak kekurangan kami mohon maaf, dan kami sangat terbuka terhadap saran
dan kritik untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Akhirnya kepada semua pihak yang senantiasa membantu kami menyelesaikan Media
Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia, kami sampaikan terimakasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) baik melalui kegiatan pelatihan, orientasi
maupun sosialisasi terutama dalam era otonomi daerah memegang kunci dalam
pengembangan SDM yang prima. SDM adalah titik pangkal dalam mencapai
keberhasilan suatu organisasi. Terutama dalam pengelolaan program Kependudukan
dan KB (KKB), pengembangan SDM program KKB merupakan langkah utama dalam
mencapai keberhasilan Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS) tahun 2015.
Pendekatan belajar dalam organisasi pendidikan saat ini, menuntut institusi Diklat harus
bekeja bekerja dalam suatu tim yang solid. Kebersamaan harus ditumbuhkan dari mulai
pengelola Diklat dan pelaksana Diklat, dari mulai staf, widyaiswara/fasilitator sampai
pimpinan di dalam institusi diklat ataupun komponen-komponen yang akan
menyelenggarakan kegiatan pelatihan. Terlebih bagi widyaiswara atau fasilitator dalam
mengelola organisasi belajarnya. Keberhasilan belajar saat ini tidak ditentukan oleh
menonjolnya seorang fasilitator secara individu-individu.
Kebersamaan dalam suatu organisasi belajar (team learning), adalah tuntutan yang saat
ini diperlukan dalam pengembangan program KKB. Proses pembelajaran di kelas, team
teaching dalam suatu program pembelajaran merupakan model yang perlu
dikembangkan baik oleh widyaiswara maupun fasilitator. Agar kerjama tim ini dapat
berhasil dengan baik, maka diperlukan kemampuan berinteraksi dalam mengadakan
hubungan antar pribadi yang baik. Interaksi kelompok biasanya berlangsung melalui
proses tertentu yaitu berupa tahapan dalam siklus dinamika kelompok mulai
pembentukan kelompok, perpecahan, penyesuaian, perubahan dan akhirnya kembali
pada tahap awal berupa siklus pembentukan apabila semua peserta pelatihan sudah
cair.
1
Proses mendinamisir kelompok, yang akan mengantar peserta Diklat untuk siap belajar
dan menerima pelajaran dapat dipercepat melalui suatu proses interaktif, sehingga
kelompok belajar dapat berfungsi lebih efektif dan menunjang pencapaian tujuan
pelatihan. Proses untuk mempercepat dan melancarkan peran kelompok digunakan
teknik yang disebut dinamika kelompok.
B. SASARAN
Sasaran pembelajar materi teknik dinamika kelompok ini adalah
1. Widyaiswara
2. Fasilitator atau calon fasilitator yang akan mengampu materi pelatihan Bina
Keluarga Lansia (BKL) dan rentan.
3. Pejabat di lingkungan program KKB yang secara fungsional bertanggungjawab
membina kelompok BKL.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari bahan ajar ini peserta diharapkan akan terampil dalam
proses mendinamisir kelompok, sehingga menjadi tim yang berfungsi secara
efektif.
2. Indikator Hasil Belajar
Setelah mempelajari bahan ajar ini peserta dapat:
a. Menjelaskan konsep dinamika kelompok
b. Mengaplikasikan teknik dinamika kelompok melalui permainan simulasi
D. BATASAN PENGERTIAN
1. ANDRAGOGI
Adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk bagaimana cara belajar bagi orang
dewasa.
2. DINAMIKA KELOMPOK
Adalah salah satu cara berinteraksi dalam mengadakan hubungan antar pribadi
yang baik dalam rangka mendinamisir suatu kelompok belajar atau grup belajar.
Titik tekan dinamika kelompok adalah membangun hubungan antar pribadi,
melalui proses komunikasi yang sehat, jujur, relaks dan terhindar dari rasa cemas
dalam mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.
3. JENDELA JOHARI
Adalah teknik perubahan dalam teori pembukaan diri yang terkenal dengan
istilah Johari Window, dikembang oleh Luft & Ingham.
2
4. TEKNIK PEMBENTUKAN
Adalah teknik yang perlu dibangun oleh fasilitator pada awal proses pelatihan
untuk menciptakan suasana yang baik, berupa kegiatan pencairan mulai dari
perkenalan, rasa kebersamaan dan keterbukaan.
5. TEKNIK PERPECAHAN
Adalah suatu teknik dalam pembentukan kelompok yang biasa terjadi dalam
suasana pelatihan. Sudah biasa dalam suasana pelatihan terjadi konflik antar
anggota kelompok, terutama bagi durasi pelatihan yang memerlukan waktu
panjang ataupun pendek. Pengalaman terjadinya konflik melalui permainan
sangat diperlukan untuk membangun keutuhan kelompok itu sendiri.
6. TEKNIK PENYESUAIAN
Adalah suatu teknik dinamika kelompok berupa penyesuaian individu untuk
membangun kembali kelompok setelah suasana perpecahan. Semua peserta
pelatihan diharapkan akan menjadi utuh kembali, karena kelompok yang kompak
akan terjalin kerjasama yang mantap.
7. TEKNIK PERUBAHAN
Adalah teknik dalam dinamika kelompok yang menuntut peserta agar punya
kemauan untuk membuka diri, dengan cara memperkecil jarak dengan membuka
topeng yang biasa dipakai untuk menutup dirinya dan mau membuka selebar-
lebarnya dalam pelatihan untuk pencapaian tujuan pelatihan.
3
BAB II
KONSEP DASAR DINAMIKA KELOMPOK
Penciptaan suasana pelatihan yang mendukung merupakan salah satu persyaratan yang
harus diusahakan oleh setiap fasilitator, terutamadalam kegiatan instruksional yang
bersifat andragogik.
Salah satu untuk menciptakan lingkungan pelatihan yang mendukung, adalah melalui
pembinaan hubungan antar pribadi melalui Teknik Dinamika Kelompok, yang harus
dilakukan pada setiap awal pemberian materi. Keberhasilan kegiatan pembinaan
hubungan antar pribadi, sangat ditentukan oleh penguasaan oleh setiap fasilitator atas
konsep dinamika kelompok.
Secara umum Dinamika Kelompok adalah salah satu cara berinteraksi dalam
mengadakan hubungan antar pribadi yang baik. Sebagian pihak ada yang mengatakan
bahwa dinamika kelompok merupakan Hubungan Antar Manusia (HAM). Kalau dilihat
dari segi komunikasi, hubungan antar manusia adalah suatu proses komunikasi yang
sehat, jujur, relaks dan terhindar dari rasa cemas dalam mencapai tujuan yang
ditetapkan.
Sejalan dengan pandangan tersebut di atas dalam kaitannya dengan proses belajar
mengajar, jadi hubungan antar manusia sama dengan dinamika kelompok, yang
dilakukan melalui proses komunikasi yang dilandasi kematangan kepribadian untuk
mencapai tujuan pelatihan.
4
B. TUJUAN DINAMIKA KELOMPOK
Dinamika merupakan teknik yang tidak akan terwujud dengan sendirinya, melainkan
perlu dibina dan diarahkan secara tepat oleh fasilitator.
Ini biasa, karena peserta pelatihan di lingkungan program KKB, adalah orang dewasa
yang memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan peserta didik pada pendidikian formal.
Walau peserta pelatihan cukup bervariasi, secara fisik dan psikologis tujuan yang harus
dicapai pada akhir pelatihan adalah sama, seperti yang telah dirumuskan dalam tujuan
pelatihan yang bersangkutan.
Secara garis besar manfaat dinamika kelompok sebagai berikut:
1. Bagi Individu
Mengenal dan memperoleh gambaran tentang peserta lainnya dan menarik
pelajaran maupun pengalan dari apa yang disampaikan peserta lainnya.
2. Bagi Kelompok
Pengalaman cara pengambilan keputusan, komitmen dan consensus kelompok,
prosedur dan mekanisme kerja kelompok serta bagaimana konflik atau perselisihan
pendapat yang timbul dalam kelompok.
5
3. Bagi organisasi
Cara kerja percepatan keinginan dalam kelompok dapat dijadikan dasar kerjasama
antar unit-unit kerja dalam organisasi.
Suasana seperti di atas yang akan ditemui dalam hubungan antar pribadi, apabila dapat
diwujudkan akan merupakan kondisi yang menguntungkan bagi pencapaian tujuan
pelatihan. Untuk mewujudkan kondisi seperti ini, maka dibutuhkan penguasaan teknik
dinamika kelompok, yang pelaksanaannya dapat dilakukan sebelum proses belajar mengajar
atau saat proses pembelajaran sedang berlangsung, terutama bagi pelatihan yang durasi
cukup panjang.
6
BAB III
TAHAPAN DAN PERMAINAN SIMULASI DALAM DINAMIKA KELOMPOK
Proses terjadinya kelompok yang efektif dalam suatu proses belajar mengajar, secara
umum dapat digambarkan dalam 4 (empat) tahapan sebagai berikut:
1. PEMBENTUKAN
4. PERUBAHAN 2. PERPECAHAN
3. PENYESUAIAN
7
B. PERMAINAN SIMULASI DALAM DINAMIKA KELOMPOK
1. TEKNIK PEMBENTUKAN
a. Permainan Pencairan
Pada awal pelatihan, tugas fasilitator adalah menciptakan suasana yang baik
agar peserta pelatihan mengenal satu sama lain, mengenal fasilitator dan
sebaliknya fasilitator mengenal seluruh peserta, demikian juga peserta
mengenal panitia pelatihan. Salah satu bentuk pencairan adalah melalui
perkenalan.
Perkenalan yang baik akan menciptakan rasa kebersamaan untuk mencapai
tingkat keterbukaan yang mantap.
Kebersamaan dan keterbukaan adalah modal utama terbentuknya kelompok
yang kuat, dalam kelompok seperti itu setiap peserta akan lebih mudah
mengemukakan harapan dalam pelatihannya.
Pembentukan kelompok merupakan suatu proses, sehingga tidak selesai pada
awal pelatihan saja, harus dibina selama pelatihan berlangsung.
4. Cara Pelaksanaan
a) Fasilitator menjelaskan pada peserta jalanya permainan dan
member instruksi pada peserta tentang cara bermain.
b) Fasilitator membagikan kartu nama /kertas kosong berukuran 7 x
10 cm kepada masing-masing peserta
c) Peserta di minta menulis pada kertas tersebut :
- Nama lengkap
- Asal lembaga atau komponen
Pekerjaan/tugas dalam lembaga (Dapat dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan )
8
d) Setelah kertas tersebut diisi lengkap, kertas kemudian diaduk
,untuk kemudian dibagikan pada peserta,dengan cara mengambil
sendiri-sendiri .
e) Setelah masing–masing mendapat kartu nama (bukan miliknya
sendiri ) , mereka diminta untuk mencari pemilk. Kemudian
mereka berkenalan dengan pasanganya,meminta penjelasan
lengkapsesuai yang diperintahkan fasilitator.
f) Selanjutnya peserta diminta untuk duduk kembali,masing-masing
diminta memperkenalkan pasanganya.
g) Setelah masing-masing memperkenalkan pasangan-
nya,ditawarkan kepada semua peserta,siapa yang dapat
menyebutkan nama peserta sebanyak-banyaknya.
5. Pembahasan
Setelah selesai kegiatan, fasilitator meminta kepada peserta untuk
mengungkapkan pengalaman dan perasaan yang timbul selama
melakukan kegiatan.
6. Kesimpulan
- Terciptanya suasana akrap karena setiap orang sudah saling kenal
- Mengungkap diri orang lain ternyata tidak mudah, sebab harus
menjaga perasaan orang yang diperkenalkan
- Komunikasi antar peserta menjadi lebih lancer.
9
“tin” dan “tin ton”, begitu seterusnys sampai sebagian besar
peserta mendapat giliran.
d) Kembali fasilitator meminta peserta untuk menyebut nama-nama
peserta sebanyak mungkin.
5. Pembahasan
a) Fasilitator menanyakan pengalaman dan perasaan peserta selama
permainan tersebut. Bila perlu memancing beberapa pertanyaan.
o Apakah mudah menghapal nama orang lain?
o Apakah ada cara untuk memudahkan kita menghafal orang
lain ?
o Bagaimana perasaan kita bila nama yang disebut salah ?
o Bagaimana perasaan kita bila nam kita tidak dikenal?
6. Kesimpulan
Berdasarkan ungkapan-ungkapan perasaan dan pendapat dari
peserta, fasilitator menarik kesempulan :
a) Untuk mengenal teman-teman dalam kelompok tidak cukup
dalam waktu yang singkat. Terlebih untuk mengenal sikap teman
b) Ada perasaan tidak enak bila diperkenalkan orang lain dengan
nama yang salah.
10
a. Menghafal banyak orang untuk waktu yang singkat sangat sulit
b. Perlu konsentrasi daya ingat dan keseriusan
c. Untuk memudahkan menghafal peserta,perlu mengingat ciri yang
khas dari orang tersebut.
4. Cara Pelaksanaan
a) Fasilitator menugaskan kepada peserta untuk mencari pasangan
masing-masing. Setiap pasangan saling berhadapan, bisa
menggambar dari mana saja, tetapi tidak boleh melihan kertas
sama sekali
b) Gerakan tangan mengikuti arah gerak pandangan yang menelusuri
garis wajah pasanganya.
c) Setelah selesai menggambar, masing-masing pasangan bergantian
berkenalan sambil mewawancari pasanganya, mengenai nama, asal
komponen, keluarga, hobi, bintang,dan lain-lain.
d) Berikutnya fasilitator berdiri dalam kelompok member kesempatan
pada pasangan untuk memperkenalkan temanya masing-masing
sambil memperlihatkan gambar wajah pasanganya.
5. Pembahasan
- Fasilitator member kesempatan kepada peserta untuk menarik
hekmah dari permainan tersebut
- Biasanya untuk pertama perkenalan dengan memandang
wajah/menatap mata sangat sulit
- Dianggap tidak sopan, dan lain-lain.
6. Kesimpulan
a. Dalam suasana yang baru, sering peserta merasa canggung apalagi
diharuskan menggambar
b. Melatih peserta dengan cara yang sederhana, tentang
menggambar dan menghilangkan perasaan peserta bahwa mereka
tidak mampu menggambar.
11
b. Permainan Komunikasi
Kebersamaan dan keterbukaan dalam suatu kegiatan pelatihan sangat
diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan pelatihan. Komunikasi dapat terjalin
baik melalui tindakan maupun ucapan.
Oleh karena itu, ketrampilan berkomunikasi sangat diperlukan dan harus
menjadi pokok bahasan yang penting dalam mengembangkan kelompok.
Kelompok baru dapat berfungsi dengan baik apabila terjadi komunikasi antara
orang-orang yang terlibat di dalamnya.
12
2) Nama Permainan : “Komunikasi Satu Arah dan Dua Arah”
1. Tujuan :
Peserta mengetahui kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam
komunikasi satu arah dan dua arah
2. Waktu : 45 menit
3. Bahan :
a) Sebuah gambar ukuran 30 x 40 cm
b) Kertas buram ukuran folio secukupnya
c) White board
4. Cara Pelaksanaan
a) Fasilitator meminta 10 orang sukarelawan untuk maju kedepan
kelas;
b) Fasilitator membagi 10 orang peserta tersebut menjadi 2
kelompok
c) Kelompok 1 diminta untuk duduk berjajar kesamping dengan jarak
2 meter menghadap ke peserta lain.
d) Masing-masing peserta kelompok 2 memilih pasangan dari
peserta kelompok 1 (satu) dan berdiri dibelakangnya dengan cara
membelakangi peserta tersebut.
Contoh gambar :
(Fasilitator dapat memodifikasi atau membuat gambar lain)
e) Fasilitator memasang gambar ditempat tersembunyi (missal
dibelakang papan tulis/papan flipchart,yang tidak mudah terlihat
dari peserta kelompok 1)
f) Semua peserta kelompok 2 diminta berjalan perlahan-lahan
melewati gambar dan mengamati gambar yang telah dipasang
g) Setelah mempejari gambar tersebut,peserta kelompok 2 kembali
ke pasanganya dan member petunjuk-petunjuk cara membuat
gambar seperti yang baru dilihat tadi kepada pasangan no.1;
h) Setiap peserta dari kelompok 1 di minta menggambarkan diatas
kertas sesuai dengan petunjuk pasanganya. Pesert Kelompok 1
tidak diperbolehkan berbicara. Dalam gambar tersebut beri kode
(A).
i) Selama proses menggambar peserta dari kelompok 2 tidak
diperbolehkan melihat gambar lagi.
j) Sekarang peserta kelompok 2 dipersilahkan melihat kembali
gambar tadi yang dipasang fasilitator, diminta untuk mencermati
kembali gambar tersebut dengan cara yang sama
13
k) Kemudian peserta dari kelompok 2 diminta kembali menemui
pasanganya dan memberi petunjuk kelompok 1 cara
menggambar. Untuk kali ini seperti kelomok 1 boleh Tanya apa
bila kurang jelas. Dalam permainan terjalin komonikasi dua arah.
Untuk gambar komunikasi 2 arah, beri kode gambar (B).
l) Setelah gambar kedua selesai, peserta diminta membandingkan
kedua gambar yang dihasilkan,kemudian dicocokan dengan
gambar yang asli,yang dibuat oleh fasilitator.
5. Pembahasan
Sambil membandingkan kedua gambar,fasilitator dapat mengajukan
beberapa pertanyaan, antara lain :
a) Gambar mana yang paling baik ?
b) Kenapa gambar kedua lebih baik ?
c) Kepada peserta kelompok 1, fasilitator menanyakan : bagaimana
perasaan saudara waktu menggambar dan tidak boleh bicara.
d) Kepada peserta kelompok 2, fasilitator juga menanyakan :
bagaimana prasaan saudara pada waktu member petunjuk ,tetapi
tidak diijinkan membantu membantu pasanganya lebih lebih
lanjut
e) Tanyakan pada seluruh peserta ,mana yang lebih baik atau
menguntungkan,komunikasi yang pertama atau yang kedua?
f) Apa saja keuntungan komunikasi timbale balik ?
6. Kesimpulan
a) Komunikasi timbal balik (dua arah) lebih unggul daripada
komunikasi satu arah
b) Komunikasi timbale balik lebih cepat diterima dan dimengerti oleh
pendengar dengan pendengar
c) Komunikasi timbale balik dapat menghilangkan rasa curiga,kecewa
,masa bodoh, dan lain-lain
d) Dalam komunikasi dua arah memungkinkan umpan baliksegera
disampaikan.
14
2. Waktu : 45 – 60 menit
3. Bahan : Teks pesan yang akan disampaikan,tidak lebih dari lima
kalimat.
Contoh :
Istrinya temenya adik saya meninggal dunia ketika melahirkan anak
yang ke 3 . Kasihan anaknya masih kecil-kecil. Angka kematian ibu di
Indonesia masih sangat tinggi mungkin paling tinggi di Negara-negara
Asean. Diperkirakan ibu hamil/melahirkan ada 2 (dua) ibu meninggal
setiap jamnya.
4. Cara Pelaksanaan
a) Fasilitator menyiapkan teks pesan yang ingin disampaikan,
tuliskan diatas secarik kertas. Sebaiknya pesan tersebut ditulis
tidak lebih dari 5 kalimat,dan pilihlah kejadian-kejadian yang
berarti bagi peserta.
Usakan urutan penyajinya tidak teratur,kalau bisa ada angka-
angka,kata-kata yang sulit,dan sebagainya.
b) Bagi peserta dalam kelompok terdiri dari 5 anggota. Tempat
duduk/berdiri jaraknya + 1 meter , dan setiap kelompok diminta
berhitung, sehingga setiap kelompok diminta berhitung, setiap
anggota mempunyai nomor urut.
c) Semua peserta yang yang bernomor satu diminta untuk menemui
fasilitator ditempat yang agak terpisah (di luar kelas)
d) Pemandu (fasilitator) membacakan pesan kepada semua peserta
yang ber nomor satu. Peserta tidak diijinkan berbicara pada
pemandu;
e) Selanjutnya peserta bernomor satu diminta membisikkan pesen
tersebut kepada peserta nomor 2 dari masing-masing kelompok.
Demikian pula peserta nomor 2 membisikanya kepada peserta
nomor 3, dan begitu serusnya sampai nonmor lima. Selama proses
penyampaian tidak diijinkan bertanya.
f) Setelah semua anggota masing-masing kelompok menerima
pesan, maka peserta nomor terkhir harus menuliskan pesan yang
diterimanya, kemudian membacakanya.
g) Berikutnya fasilitator menyampaikan pesan asli kepada semua
peserta.
5. Pembahasan
a) Fasilitator mengajak semua peserta untuk membandingkan isi
pesan asli dengan pesan-pesan yang sudah disampaikan secara
berantai. Carilah bersama-sama contoh penyimpanganya.
b) Ajak peserta bersama-sama membahas hal-hal yang
menyebabkan penyimpangan-penyimpangan tersebut, meliputi
15
dari sisi pengiriman pesan,penerima pesan, isi pesanya dan cara
penyampainnya.
6. Kesimpulan
a) Hal-hal yang dicatat dan dibahas dikumpulkan sebagai factor-
faktor yang sering menghambat dalam bekomunikasi;
b) Faktor-faktor diatas yang menghambat, kalau dibalik dan
disimpulkan sebagai factor yang memperlancar komunikasi.
5. Pembahasan
a) Fasilitator meminta kepada beberapa pengamat untuk
menyampaikan hasil pengamatanya.
b) Dari jawaban – jawaban tersebut diperoleh daftar factor-faktor
yang menyebabkan orang sulit mendengarkan.
16
6. Kesimpulan
Fasilitator menekankan dan memberikan ulasan bagaimana menjadi
pendengar yang baik. “Pendengar yang baik” sangat diperlukan dalam
pergaulan,maupun dalam diskusi-diskusi yang dikembangkan selama
pelatihan.
c. Permainan Kepemimpinan
Setiap orang pada dasarnya adalah pemimpin, baik dalam lingkungan keluarga
maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut ini permainan yang dapat menggerakkan jadi pemimpin.
17
5. Pembahasan
a) Fasilitator mengangkat hasil pengamatan dan pengalaman serta
kesan-kesan peserta menjadi topic diskusi
b) Diskusi diarahkan pada pertanyaan – pertanyaan sebagaiberikut :
Bagi yang membersihkan cermin
1) Apakah saudara ada usaha – usaha untuk mempermudah
gerakan pada waktu membersihkan cermin ?
2) Apakah alas an saudara untuk tidak mempermudah ?
Kalau mempermudah apa alasanya ?
3) Apakah puas apabila yang menjadi bayangan tidak bisa
mengikuti gerakan saudara ?
4) Apakah saudara sadar waktu membersihkan cermin saudara
menjadi pemimpin ?
Bagi Yang Menjadi Bayangan
1) Apakah saudara sekuat tenaga untuk menirukan sewaktu
menjadi bayangan ?
2) Apakah saudara sulit menjadi bayangan ? apa alasanya ?
3) Apakah saudara sadar saat menjadi bayangan, bahwa saudara
menjadi bawahan ?
6. Kesimpulan
a) Seorang pemimpin harus mempertimbangkan kemampuan
bawahan;
b) Sebagai pemimpin tindakanya akan membawa akibat terhadap
bawahan;
c) Seorang pemimpin harus jadi teladan.
1. Tujuan :
Peserta dapat memahami pendekatan kepemimpinan dengan
garis komando
2. Waktu : 45 – 60 menit
3. Bahan :
Ruang kelas yang cukup luas
3 lembara sapu tangan atau kain untuk penutup mata
3 buah kursi untuk duduk, sebagai stasiun bumi
18
Benda-benda yang ada di kelas, untuk mengandaikan planit-
planit yang akan menghalangi ( buku, ,batu,gelas, botol, dll. )
3 buah kursi untuk ,mengandaikan bulan.
4. Cara Pelaksanaan
a) Fasilitator meminta 6 peserta untuk menjadi sukarelawan yang
akan memerankan permainan, 6 orang tersebut dibagi
menjadi 3 pasang;
b) Setiap pasang menentukan peran, siapa yang menjadi astronot
apolo, dan siapa yang akan berperan sebagai pengendali
stasiun bumi. Tugas astronot menancapkan bendera ke Bulan,
sedangkan tugas pengendali stasiun bumi member komando
kepada astronot;
c) Peserta yang lain menjadi pengamat,dan sebagian mengatur
rintangan, yang diibaratkan planit atau bintang – bintang yang
bertaburan;
d) Para astronot diperlihatkan ada rintangan didepanya yang
akan menghalangi pada saat mereka berjalan menuju bulan
(terdiri dari benda pecah belah maupun yang tidak
berbahaya);
e) Astronot di tutup matanya dengan sapu tangan atau
kain,setelah ditutup benda yang berhaya seperti gelas,botol,
diganti dengan benda yang tidak berbahaya; sehingga yang
tersisa benda benda sebagai rintangan yang tidak berbahaya (
yakinkan bahwa astronot tidak mengetahui bahwa rintangan
diganti );
f) Fasilitator member tugas kepada pengendali stsiun bumi, agar
member komando/perintah kepada astronot apolo berjalan
sampai ke bulan tanpa menyentuh rintangan dalam
menancapkan bendera;
g) Setiap astronot yang menyentuh rintangan (planit ) harus
kembali ke bumi dan mengulang dari awal:
h) Apabila permainan sudah berlangsung 15 menit, permainan
bisa dihentikan,tanpa melihat ada yang berhasil atau tidak.
5. Pembahasan
a) Fasilitator menanyakan pada peserta yang berperan sebagai
astronot apolo, bagaimana perasaanya ketika menerima
perintah dari stasiun bumi.
Di dalam pembahasan kemungkinan akan muncul kesan :
- Astronot merasa ragu-ragu untuk bertindak, karena kurang
percaya diri pada stasium bumi;
19
- Astronot merasa terganggu oleh suara – suara stasiun
bumi lainya (terlalu banyak komando dan kurang
terorganisir );
- Astronot merasa jengkel karena tidak boleh ikut
menentukan langkah.
b) Fasilitator menanyakan kesan pada peserta yang ber peran
sebagai pengendali stasiun bumi;
c) Fasilitator juga menanyakan tanggapan-tanggapan atau
komentar dari para pengamat;
6. Kesimpulan
a. Bahwa tidak semua garis komando itu negative
b. Pendekatan kepemimpinan garis komando efektif bila
diterapkan pada situasi tertentu, seperti pegawai baru, situasi
tidak kondosif.
c. Garis komando merupakan salah satu pendekatan
kepemimpinan yang efektif.
3. Bahan :
- Sapu tangan atau kain penutup yang berwarna gelap secukupnya.
- Setting kelas, yang menggambarkan medan yang penuh rintangan
yang akan dilalui
4. Cara Pelaksanaan
a) Fasilitator memilih peserta 5 (lima) pasang dibagi dalam dua
kelompok, kelompok A dan B, mata masing-masing kelompok A
ditutup dengan kain atau sapu tangan , sehingga tidak dapat
melihat;
b) Peserta kelompok B yang tidak tertutup matanya, diharuskan
memilih pasangan dari anggota kelompok A (yang tertutup);
c) Mereka merupakan pasangan, anggota kelompok B diharuskan
membimbing pasanganya tanpa berbicara, dan diberikan
kesempatan untuk berjalan kemana saja sekitar kelas , agar
20
peserta yang tertutup matanya merasakan sesuatu melalui panca
indra (kurang lebih 15 menit)
d) Peserta lainya yang tidak berperan bertindak sebagai pengamat.
5. Pembahasan
Fasilitator mengajukan pertanyaan kepada kelompok A (yang
dibimbing) :
a) Bagaimana perasaan saudara saat mata di tutup ?
b) Pengalaman apa yang mengesankan selama mata ditutup ?
c) Bagaimana perasaan saudara terhadap pembimbing ?
d) Apakah kecurigaan ? apa alasanya ?
e) Apakah saudara merasa mendapat perhatian ? buktinya apa ?
f) Apakah saudara merasa dipermainkan ? misalnya apa ?
Fasilitator bertanya pada kelompok B (yang membimbing)
a) Bagaimana perasaan saudara selama membimbing ?
b) Usaha-usaha apa yang saudara lakukan selama membimbing ?
1) Mencari hal-hal yang mudah bagi yang dibimbing ?
2) Mencari hal-hal yang menyulitkan ?
3) Memberikan perhatian sepenuhnya ?
c) Apakah dibiarkan bebas ?
d) Apakah saudara menceritakan keadaan yang sedang dihadapi ?
Fasilitator memberikan kesempatan kepada kelompok pengamat
mengenai hasil pengamatanya secara selektif.
6. Bagaimana sebaiknya seorang pembimbing (pemimpin) dalam
bersikap, bertidak dan berbuat.
a) Tidak akan membiarkan yang dibimbing bebas mengambil
kegiatan seenaknya sendiri .
b) Tidak selalu mengikat pada orang yang dibimbing dan hanya boleh
bertindak sesuai kehendaknya
c) Selalu memberikan penjelasan yang wajar, tidak meakut-nakuti
atau tidak mengecilkan karena beban yang sedang dihadapi
d) Bertindak berdasarkan persaan, dan kemampuan yang dibimbing.
e) Tut wuri handayani
21
2. TEKNIK PERPECAHAN
1) Tujuan :
Bunga Mawar
Bunga Melati
Bunga Anggrek
4) Cara Pelaksanaan
22
d) Berikan kesempatan pada masing-masing kelompok, untuk
memberikan argumen kenepa memilih bunga favoritnya seperti itu.
5) Pembahasan
6) Kesimpulan
c) Dalam permainan ini tidak ada unsur menang dan kalah,baik dan
buruk,besar maupun kecil.
23
b. Nama Permainan : ” Sinbad Si Pelaut ”
1) Tujuan :
3) Bahan :
4) Cara Pelaksanaannya
5) Pembahasan
a) Sajikan hasil diskusi dalam kertas flip chart dan presentasikan dalam
pleno
6) Kesimpulan
24
CERITA BERBUAYA
NONA dan ABI adalah sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta.
Mereka tinggal disuatu daerah yang dipisahkan oleh sebuah sungai
yang penuh dengan buaya. Meskipun tempat tinggal mereka
dipisahkan oleh sungai itu, mereka dapat saling berkunjung
menyeberangi sungai melalui jembatan kecil. Pada suatu hari terjadi
badai besar yang meruntuhkan dan menghanyutkan jembatan
tersebut. Pasangan kekasih itu sangat menderita oleh karenanya,
lenyaplah satu-satunya cara untuk bertemu dengan NONA berdiri
ditepi sungai setiap hari, menantikan mu’jizat.
Maka NONA pergi kepada teman lainnya yang bernama BUDI. Setelah
diceritakann ceritanya dari awal sampai akhir,Budi memutuskan untuk
menemui ABI. Dia menghajar ABI habis-habisan......,bagaimanapun
juga,mengapa seorang seperti ABI sampai hati memperlakukan gadis
semanis NONA sedemikian itu ?
25
Pertanyaan :
1. Dari kelima orang ini ,siapakah yang anda anggap paling bersalah ?
2. Buatlah urutan rengking dari kelima itu berdasarkan berat ringan
nya kesalahan masing-masing
3. TEKNIK PENYESUAIAN
Dalam suatu pelatihan ,semua peserta diharapkan menjadi satu kelompok . Karena
dengan kelompok yang bapak akan terjalin kerjasama yang mantap .tetapi dapat
juga sebaliknya , kerja sama yang baik diantara anggota kelompok , dapat
menghasilkan yang kompak . jadi dalam teknik Dinamika Kelompok,penyesuaian
individu dalam kelompok mutlak diperlukan.
Berikut ini beberapa teknik permaina yang menjadi peserta kerja dalam kelompok
,atau disebut ” Teknik Kerjasama”
b) Spidol/ball point
4) Cara pelaksana
a) Pasilitator meminta peserta untuk berpasangan
5) Pembahasan
a) Tanyakan pada peserta, bagaimana parasaan dan reaksi saudara
selama menggambar tadi ?
26
c) Kemudian mintalah peserta untuk bergabung dengan pasangan lain
(dua pasangan bergabung) untuk mendiskusikan apakah ada
hubungan antara pengalaman tadi dengan kenyataan zaherí-hari
dalam kerjasama.
6) Kesimpulan
a) Dalam kerjasama perlu penyesuaian
1) Tujuan:
kelompok
3) Bahan :
4) Cara pelaksanaan
27
d) Setiap peserta bebas untuk menambah hal-hal yang dianggap
perlu untuk menyempurnakan gambar kelompok,sesuai warna
spidol yang dipegangnya
5) Pembahasan
Pembahasan lebih ditekan kan pada kerja sama yang terjadi, apakah
kelompok melakukan proses perencanaan, apakah saling mengisi
atau ada angota yang menonjol, bila dilihat dari dominasi warna.
6) Kesimpulan
2) Waktu : 15 – 30 menit
3) Bahan :
a) 5 ( lima ) lembar potongan kertas yang berasal dari guntungan
hurup “F”
4) Cara pelaksanaan
a) Fasilitator membagi peserta dalam kelompok kecil masing-
masing 5 (lima) orang
28
c) masing-masing kelompok diberi 5(lima) lembar potongan
kertas yang berasal dari gabungan hurup “F” yang telah
dimasukkan dalam amplop
5) Pembahasan
a) Beri kesempatan kepada peserta yang jadi pengamat untuk
menyampaikan hasil pengamatannya tentang proses
permainan
6) Kesimpulan
a) Untuk kerjasama dalam kelompok diperlukan kesabaran
b) Bahwa dalam kerjasama kelompok, jangan sampai
menyepelekan hal-hal yang kecil.
29
4. TEKNIK PERUBAHAN
1) Tujuan :
2) Waktu : 30 menit
3) Bahan :
4) Cara Pelaksanaan
30
d) Panitia atau fasilitator lain apabila mendengar aba-aba berubah
untuk segera secara bersamaan menarik kertas yang ditinggalkan
peserta.
5) pembahasan
6) Kesimpulan
1) Tujuan:
2) Waktu: 30 menit
3) Bahan:
31
telunjuk dan jari tengah, sedang jari lainnya dilipat, ”kertas”
dengan merentangkan seluruh jari tangan.
4) Cara Pelaksanaan
32
c) pada saat permainan terjadi , walaupun Fasilitator sudah
mengingatkan ”sut” harus denga cara batu , gunting dan
kertas. biasanya peserta akan tetap menggunakan telunjuk
jempol dan kelilingking.
6) Kesimpulan
33
BAB IV
PENUTUP
Modul ini berisi tentang Teknik Permainan yang mendinamisir kelompok, yang
intinya agar kelompok tersebut siap menerima isi pembelajaran dan peserta siap
untuk belajar.
34
DAFTAR PUSTAKA
YIS, Bermain Menghayati dan Belajar”, Kumpulan Permainan Latihan, Solo, 1981.
Simon HT, Program Nasional Pelatihan dan Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu,
Kumpulan Permainan dan Simulasi Dinamika Kelompok , Jakarta.
35