Anda di halaman 1dari 73

LAPORAN INDIVIDU KELUARGA BINAAN

PRAKTIK KLINIK LAPANGAN KOMUNITAS PADA BAYI NY “D”USIA

9 BULAN DENGAN KONSELING PEMBERIAN MP-ASI

DI RT 11 RW 002 KELURAHAN LENTENG AGUNG

KECAMATAN JAGAKARSA

TAHUN 2019

DISUSUN OLEH :

DESAK KOMANG INDAH PERMATA SARI

NPM : 07180100114

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

JAKARTA

2019
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Individu Keluarga Binaan Praktik Klinik Lapangan Komunitas

Mahasiswa program studi kebidanan program sarjana terapan

Di RT 11 RW 002 Kelurahan Lenteng Agung

Kecamatan Jagakarsa

DisusunOleh :

DESAK KOMANG INDAH PERMATA SARI

NPM : 07180100114

Telah Disetujui Di Jakarta

Pada Agustus 2019

Menyetujui,

Dosen Pembimbing RT 11 RW 002

(RITA AYU YOLANDA, S.ST.M,Kes)


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Berkat rahmat dan

spenulis dapat menyelesaikan Laporan ini tepat pada waktunya. Dalam penyusunan Laporan ini

penulis menyadari bahwa, masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan baik isi maupun

cara penulisan yang dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang penulis

miliki.

Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

semua pihak demi sempurnanya Laporan ini di masa yang akan datang. Adapun maksud dari

pembuatan Laporan ini untuk melengkapi salah satu syarat dalam melaksanakan Praktik Klinik L

apangan SekolahTinggi IlmuKesehata Indonesia Maju Program Studi DIV Kebidanan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada

semua pihak yang ikut memberi bantuan baik secara moril dan material, kami juga mengucapkan

terima kasih kepada yang kami hormati :

1. Drs. H. Jakub Chatib sebagai Ketua Yayasan Indonesian Maju Jakarta

2. Dr. Dr. dr. Hafizurrachman, MPH sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Indonesia Maju.

3. Dr. Sobar Dharmadja., S.Psi, MKM, selaku Wakil Ketua I Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju.

4. Astrid Novita,SKM,MKM,Sebagai wakil ketua II Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Indonesia Maju.

ii
5. Hidayani Amd.Keb, SKM,MKM Selaku Kepala Departemen Profesi dan Vokasi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.

6. Retno Sugesti, Am.Keb., SKM., Mkes selaku Koordinator Program Studi Kebidanan

program sarjana terapan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.

7. Rita Ayu Yolanda, SST. M.Kes selaku Dosen Pamong RT 11/RW 002 Kelurahan

Lenteng Agung yang telah meluangkan waktu untuk membimbing,mengarahkan dan

memberikan dorongan serta saran kepada penulis dalam menyusun laporan ini.

8. Keluarga Bapak Marzuki yang telah bersedia menjadi keluarga binaan penulis

9. Warga Masyarakat Lenteng Agung yang telah banyak membantu keberhasilan

kegiatan PKL ini

10. Orang tua dan orang-orang yang terkasih yang telah memberikan support baik secara

materi dan spiritual.

11. Teman teman seperjuanga Prodi D IV Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Indonesia Maju Untuk itulah dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak

terima kasih. Semoga Tuhan membalas dan melimpahkan rahmat atas bantuan yang

telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan Laporan ini.

Penyusun

Desak Komang I. P Sari

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Tujuan .............................................................................................. 3

1.2.1 Tujuan Umum........................................................................ 3

1.2.2 Tujuan Khusus ....................................................................... 3

1.3 Manfaat ............................................................................................ 3

1.3.1 Bagi Teoritis .......................................................................... 3

1.3.2 Bagi Metedologis .................................................................. 3

1.3.3 Bagi Lahan Praktis ................................................................ 3

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Teori atau Konsep Dasar Komunitas ............................................... 6

2.1.1 Pengertian Kebidanan Komunitas ......................................... 6

2.1.2 Tujuan Pelayanan Kebidanan Komunitas.............................. 7

2.1.3 Sasaran Pelayanan Kebidanan Komunitas............................. 7

2.1.4 Peran Bidan Di Komunitas..................................................... 7

2.1.5 Langkah-langkah Kebidanan Komunitas……………………..11

2.2 Konsep Dasar Keluarga Binaan………………………………………14

2.2.1 Defisnisi Keluarga Binaan ..................................................... 14

2.2.2 Kriteria Keluarga Binaan ....................................................... 15

2.2.3 Bentuk-bentuk Pelayanan Keluarga Binaan .......................... 15

2.2.4 Strategi Keluarga Binaan ....................................................... 18

ii
2.2.5 Peran Fungsi Keluarga Binaan .............................................. 18

2.2.6 Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat ........... …21

2.3 Pemberian MP-ASI ................................................................. 22

2.3.1. Pengertian MP-ASI ............................................................ 22

2.3.2. Tujuan pemberian mp-asi................................................... 22

2.3.3. Manfaat pemberian mp-asi ................................................... 24

2.3.4. pengelompokan MP-ASI………………………………….. 24

2.3.5. Faktor yang mempengaruhi ibu

dalam pemberian MP-ASI pada Bayi…………………………25

2.3.6. Kerugian memberikan MP-ASI Terlalu Dini…………….. . 28

2.3.7. Kerugian bila terlambat memberikan MP-ASI…………… . 28

2.3.8. Makanan apa saja yang boleh di berikan pada bayi………. 28

2.3.9. Cara pemberian MP-ASI pada bayi………………………. 29

2.3.10. Syarat pemberian MP-ASI………………………………… 29

2.3.11 Indikator bahwa bayi siap menerima MP-ASI………………30

2.3.12. Dampak Pemberian MP-ASI pada Bayi…………………. 31

2.4 Manajemen Kebidanan..................................................................... 31

2.4.1 Varney.......................................................................................... . 31

2.6.1 SOAP ..................................................................................... 35

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA PIKIR DAN DAFTAR ISTILAH

3.1 Kerangka Teori ................................................................................ …38

3.2 Kerangka Pikir ................................................................................. …39

3.3 Daftar Istilah ................................................................................... …39

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis laporan keluarga binaan.............................................................41

4.2 Lokasi keluarga binaan…. ...........................................................41

ii
4.3 Subjek keluarga binaan................................................................41

4.4 Waktu penelitian..........................................................................41

4.5 Teknik pengumpulan data............................................................41

4.6 Alat-alat yang dibutuhkan............................................................42

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil pengumpulan data

1 Kunjungan Binaan ke-1 ............................................................... 43

2 Kunjungan Binaan ke-2 ............................................................... 43

3Kunjungan Binaan ke-3 ................................................................ 44

4Kunjungan Binaan ke-4 ................................................................ 44

5.2 pembahasan ...................................................................................... 45

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ............................................................................................. 47

5.2 Saran .................................................................................................. 47

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Varney

Lampiran 2 SOAP

Lampiran 3 Job Sheet

Lampiran 4 AP

Lampiran 5 Daftar Tilik

Lampiran 7 Dokumentasi

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan

kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan upaya

mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit,

peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang

dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi pelayanan kebidanan (Spradly, 1985; Logan dan Dawkin, 1987 6

Pelaksanaan pelayanan kebidanan komunitas didasarkan pada empat konsep

utama dalam pelayanan kebidanan yaitu : manusia, masyarakat/lingkungan,

kesehatan dan pelayanan kebidanan yang mengacu pada konsep paradigma

kebidanan dan paradigm sehat sehingga diharapkan tercapainya taraf

kesejahteraan hidup masyarakat (Meilani,Niken dkk, 2009 : 8).

Tujuan dari pelayanan kebidanan komunitas adalah meningkatkan kesehatan

ibu dan anak balita di dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat sejahtera

dalam komunitas tertentu. Dari tujuan tersebut maka dilakukanlah binaan

terhadapan salah satu keluarga agar dapat meningkatkan kesehatan ibu dan balita (

melaksanakan AsuhanKeluarga Binaan).

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna

memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI berupa makanan padat atau

cair yang diberikan secara bertahap sesuai dengan usia dan kemampuan

1
2

pencernaan bayi. Pada usia 6-24 bulan ASI hanya menyediakan 1/2 kebutuhan

gizi bayi. Dan pada usia 12-24 bulan ASI menyediakan 1/3 dari kebutuhan

gizinya. Sehingga MP-ASI harus diberikan pada saat bayi berusia 6 bulan

(Kemenkes RI, 2014).

Usia 6 bulan sampai dengan 24 bulan, merupakan masa rawan pertumbuhan

bayi/anak. Varghese & Susmitha (2015) menyebut periode ini dengan nama

penyapihan (weaning) yang merupakan proses dimulainya pemberian makanan

khusus selain ASI, berbentuk padat atau semi padat secara bertahap jenis, jumlah,

frekuensi, maupun tekstur dan konsistensinya sampai seluruh kebutuhan nutrisi

anak dipenuhi. Memulai pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada

saat yang tepat akan sangat bermanfaat bagi pemenuhaan kebutuhan nutrisi dan

tumbuh kembang anak. Tumbuh kembang anak akan terganggu jika makanan

pendamping tidak diperkenalkan pada di usia 6 bulan, atau pemberiannya dengan

cara yang tidak tepat. Karena di usia 6 bulan, kebutuhan bayi untuk energi dan

nutrisi mulai melebihi apa yang disediakan oleh ASI, dan makanan pendamping

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pada usia ini perkembangan bayi

sudah cukup siap untuk menerima makanan lain (WHO, 2016).

Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012, memberikan makanan

pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat sejak umur 6 bulan dan meneruskan

pemberian ASI sampai umut 2 tahun. Penerapan pola pemberian makan ini akan

mempengaruhi derajat kesehatan selanjutnya dan meningkatkan status gizi bayi.

Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) adalah mengkajian

kegiatan masyarakat dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri dalam

2
3

memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhannya di bidang kesehatan dan

bidan lain yang berkaitan, agar mampu mencapai sehat sejahtera (Effendi : 1998)

Kesehatan ibu dan anak adalah pangkal kesehatan dan kesejahteraan bangsa.

Ibu sehat akan melahirkan anak yang sehat, menuju keluarga sehat dan bahagia.

Mengingat anak-anak merupakan salah satu aset bangsa maka masalah kesehatan

anak memerlukan prioritas masih cukup tinggi.

1.2.TUJUAN

1.2.1 Tujuan Umum

Mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Komunitas Tentang

Konseling pemberian MP-ASI Pada By.Ny D di RT 11/RW 002

Kelurahan Lenteng Agung.

1.2.2 Tujuan Khusus

Mampu memberikan asuhan kebidanan kepada Balita tentang

Konseling pentiingnya pemberian MP-ASI

1.3.MANFAAT

1.3.1. Manfaat Teoritis

Penyuluhan ini tidak menghasilkan teori baru, penulis hanya

mengkonfirmasi teori yang sudah ada.

1.3.2. Manfaat Metodologis

Laporan ini tidak menghasilkan teori baru, penulis hanya mengkonfirmasi

teori yang sudah ada.

3
4

1.3.3. Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Responden

Membantu ibu dan keluaga dalam menemukan masalah tentang

pemberian MP-ASI

b. Manfaat Bagi Mahasiswi

Menjadi dasar untuk terjun dan berkecimbung dalam pelayanan

kesehatan di masyarakat serta meningkatkan pengalaman bagi

mahasiswi untuk mengetahui masalah yang terdapat di masyarakat

dan memecahkan masalah tersebut menurut prioritasnya selain ini

juga bisa menjadi bahan perbandingan mahasiswa terhadap teori yang

didapat di pendidikan formal dengan lingkungan nyata yang

nonformal.

c. Bagi Institusi

1. Menambah pengetahuan dan pengalaman institusi

pendidikan dalam pelaksanaan praktik kebidanan

komunitas bagi mahasiswa

2. Mengetahui kemampuan mahasiswanya dalam menerapkan

ilmu pendidikan yang diperoleh mahasiswa di bangku

kuliah

3. Mengetahui adanya kesenjangan dan fakto-faktor penyebab

kesenjangan antara teori dan praktek sebagai bahan analisa

untuk pendidikan praktik kebidanan komunitas yang akan

datang.

4
5

d. Manfaat Bagi Masyarakat

Membantu masyarakat dalam menemukan masalah yang

terdapat pada dirinya serta membantunya dalam mendapatkan

pelayanan kesehatan dasar. Meningkatkan peran serta dan

partisipasi masyarakat terhadap kesehatan individu dan

lingkungan. Sehingga dapat menungkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Selain itu juga membantu masyarakat dalam

mengambil keputusan terhadap hal yang menyangkut kesehatan

diri keluarga dan lingkungan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Teori atau Konsep Dasar Komunitas

2.1.1. Pengertian

Menurut IBI, Bidan merupakan seorang wanita yang mendapat pendidikan

kebidanan formal dan lulus serta terdaftar di badan resmi pemerintah dan

mendapat izin serta kewenangan melakukan kegiatan praktek mandiri. Kebidanan

(Midwifery) mencakup pengetahuan yang dimiliki dan kegiatan pelayanan untuk

menyelamatkan ibu dan bayi. (Syahlan, 1996 : 12). Komunitas berasal dari bahasa

Latin yaitu “Communitas” yang berarti kesamaan, dan juga “communis” yang

berarti sama, publik ataupun banyak. Dapat diterjemahkan sebagai kelompok

orang yang berada di suatu lokasi/ daerah/ area tertentu (Meilani, Niken dkk, 2009

: 1). Menurut Saunders (1991) komunitas adalah tempat atau kumpulan orang atau

sistem sosial (Walyani 2014).

Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional syang

ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi,

dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan

penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan

yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan (Walyani 2014).

6
7

2.1.2. Tujuan Pelayanan Komunitas

Pelayanan kebidanan komunitas adalah bagian dari upaya kesehatan

keluarga. Kesehatan keluarga merupakan salah satu kegiatan dari upaya kesehatan

di masyarakat yang ditujukan kepada keluarga. Penyelenggaraan kesehatan

keluarga bertujuan untuk mewujudkan keluarga kecil, sehat, bahagia dan

sejahtera. Kesehatan anak diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan

perkembangan anak.

Tujuan dari pelayanan kebidanan komunitas adalah meningkatkan

kesehatan ibu dan anak balita di dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat

sejahtera dalam komunitas tertentu (Walyani 2014).

2.1.3. Sasaran/ fokus pelayanan Komunitas

Menurut (Syahlan, 1996 : 16) Komuniti adalah sasaran pelayanan

kebidanan komunitas. Di dalam komuniti terdapat kumpulan individu yang

membentuk keluarga atau kelompok masyarakat. Dan sasaran utama pelayanan

kebidanan komunitas adalah ibu dan anak. Menurut UU No. 23 tahun 1992

tentang kesehatan, yang dimaksud dengan keluarga adalah suami, istri, anak dan

anggota keluarga lainnya. (Syahlan, 1996 : 16).Ibu : pra kehamilan, kehamilan,

persalinan, nifas dan masa interval. Anak : meningkatkan kesehatan anak dalam

kandungan, bayi, balita, pra sekolah dan sekolah. Keluarga : pelayanan ibu dan

anak termasuk kontrasepsi, pemeliharaan anak, pemeliharaan ibu sesudah

persalinan, perbaikan gizi, imunisasi dan kelompok usila (gangrep). Masyarakat

(community): remaja, calon ibu dan kelompok ibu. Sasaran pelayanan kebidanan

7
8

komunitas adalah individu, keluarga dan masyarakat baik yang sehat, sakit

maupun yang mempunyai masalah kesehatan secara umum (Walyani 2014).

2.1.4. Peran Bidan di Komunitas

Sebagai bidan yang bekerja di komunitas maka bidan harus

memahami perannya di komunitas, yaitu :

a. Sebagai Pendidik

Dalam hal ini bidan berperan sebagai pendidik di masyarakat. Sebagai

pendidik, bidan berupaya merubah perilaku komunitas di wilayah kerjanya sesuai

dengan kaidah kesehatan. Tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan di komunitas

dalam berperan sebagai pendidik masyarakat antara lain dengan memberikan

penyuluhan di bidang kesehatan khususnya kesehatan ibu, anak dan keluarga.

Penyuluhan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti ceramah,

bimbingan, diskusi, demonstrasi dan sebagainya yang mana cara tersebut

merupakan penyuluhan secara langsung. Sedangkan penyuluhan yang tidak

langsung misalnya dengan poster, leaf let, spanduk dan sebagainya (Walyani

2014).

b. Sebagai Pelaksana (Provider)

Sesuai dengan tugas pokok bidan adalah memberikan pelayanan kebidanan

kepada komunitas. Disini bidan bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebidanan.

Sebagai pelaksana, bidan harus menguasai pengetahuan dan teknologi kebidanan

serta melakukan kegiatan sebagai berikut :

1. Bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra perkawinan.

8
9

2. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, menyusui dan

masa interval dalam keluarga.

3. Pertolongan persalinan di rumah.

4. Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan dengan resiko

tinggi di keluarga.

5. Pengobatan keluarga sesuai kewenangan.

6. Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan

reproduksi.

7. Pemeliharaan kesehatan anak balita.

c. Sebagai Pengelola

Sesuai dengan kewenangannya bidan dapat melaksanakan kegiatan

praktek mandiri. Bidan dapat mengelola sendiri pelayanan yang dilakukannya.

Peran bidan di sini adalah sebagai pengelola kegiatan kebidanan di unit

puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan. Sebagai pengelola bidan

memimpin dan mendayagunakan bidan lain atau tenaga kesehatan yang

pendidikannya lebih rendah. Contoh : praktek mandiri/ BPS (Walyani 2014).

d. Sebagai Peneliti

Bidan perlu mengkaji perkembangan kesehatan pasien yang dilayaninya,

perkembangan keluarga dan masyarakat. Secara sederhana bidan dapat

memberikan kesimpulan atau hipotersis dan hasil analisanya. Sehingga bila peran

ini dilakukan oleh bidan, maka ia dapat mengetahui secara cepat tentang

permasalahan komuniti yang dilayaninya dan dapat pula dengan segera

melaksanakan tindakan.

9
10

e. Sebagai Pemberdaya

Bidan perlu melibatkan individu, keluarga dan masyarakat dalam

memecahkan permasalahan yang terjadi. Bidan perlu menggerakkan individu,

keluarga dan masyarakat untuk ikut berperan serta dalam upaya pemeliharaan

kesehatan diri sendiri, keluarga maupun masyarakat.

f. Sebagai Pembela klien (advokat)

Peran bidan sebagai penasehat didefinisikan sebagai kegiatan memberi

informasi dan sokongan kepada seseorang sehingga mampu membuat keputusan

yang terbaik dan memungkinkan bagi dirinya.

g. Sebagai Kolaborator

Kolaborasi dengan disiplin ilmu lain baik lintas program maupun sektoral

(Walyani 2014).

h. Sebagai Perencana

Melakukan bentuk perencanaan pelayanan kebidanan individu dan keluarga

serta berpartisipasi dalam perencanaan program di masyarakat luas untuk suatu

kebutuhan tertentu yang ada kaitannya dengan kesehatan (Walyani 2014).

2.1.5. Langkah-Langkah Kebidanan Komunitas

1. Identitas Masalah

Dalam identifikasi masalah bidan melakukan pengumpulan data

berdasarkan sumber data, pengumpulan dilakukan secara langsung di

masyarakat (data subyektif) dan secara tidak langsung (data obyektif).

Data subyektif didapat dari informasi yang langsung diterima dari

masyarakat melalui wawancara. Data obyektif adalah data yang diperoleh

10
11

dari hasil obserfasi pemeriksaan dan penelaahan catatan keluarga,

masyarakat dan lingkungannya.

Kegiatan yang dilakukan oleh bidan dalam pengumpulan data ini adalah

pengumplan data tentang keadaan kesehatan desa dan pencatatan data

keluarga sebagai sasaran pemeriksaan (Romauli 2009).

2. Data Desa

Data desa meliputi:

a. Wilayah desa (Luas, keadaan geografi, jarak desa dan

fasilitas kesehatan pemeriksaan).

b. Penduduk (jumlah, komposisi penduduk, jumlah keluarga,

mata pencaharian, pertumbuhan penduduk, dinamika

penduduk).

c. Status kesehatan (angka kematian, jenis dan angka kesaktan

ibu, anak dan balita).

d. Keadaan lingkungan (jumlah sarana air minum, jumlah

jamban keluarga, pembuangan sampah dan kotoran,

pembuangan tinja dan kondisi tinja).

e. Sosial ekonomi (pendidikan, pendapatan perkapita,

organisasi dari lembaga swadaya masyarakat yang ada,

media komunikasi yang dimiliki masyarakat).

f. Data keluarga.Pemeriksaan fisik anggota keluarga yaitu

ibu, bayi dan balita. Pemeriksaan lingkungan keluarga

(rumah, pekarangan, pembuangan sampah dan kotoran).

11
12

3. Analisa dan Perumusan Masalah

Setelah data dikumpulkan dan dicatat sebagai syarat dengan

ditetapkan masalah kesehatan lingkungan di komuniti.

a. Analisis

Tujuan analisis adalah menggunakan data yang terkumpul dan mencari

kaitan satu dengan lainnya sehingga ditemukan berbagai masalah, melalui

proses analisis ditemukan jawaban tentang hubungan antara penyakit atau

kasus kesehatan dengan lingkungan keadaan sosial budaya (perilaku).

Pelayanan kesehatan serta faktor keturunan yang berpengaruh terhadap

kesehatan.

b. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dapat dikumpulkan berdasarkan hasil analisi. Dalam

rumusan masalah mencakup masalah utama dan penyebabnya serta masalah

potensial. (Romauli 2009).

4. Rencana dan Tindakan

Bila sudah diketahui masalah utama kesehatan lingkungan serta

penyebannya, maka disusun rencana dan tindakan yang dilakukan.

Tindakan dilakukan berdasarkan rencana yang disusun:

a. Rencana

Rencana untuk pemecahan masalah kesehatan lingkungan di

komunitas dapat dibagi menjadi tujuan, rencana pelaksanaan, dan

evaluasi. Untuk pencapaian tujuan tersebut perlu ditetapkan sasaran,

maka disusun rencana pelaksanaan.

12
13

Di dalam pelaksanaan mencakup:

1. Pemeliharaan kesehatan lingkungan.

2. Penyuluhan tentang kesehatan yang diberikan pada keluarga.

Untuk mengetahui hasil suatu upaya, maka perlu ditentukan

kriteria keberhasilan, kriteria ini ditetapkan di dalam rencana

evaluasi tercakup:

1) Tingkat kesehatan lingkungan.

2) Frekuensi penyuluhan.

3) Partisipasi keluarga dalam bentuk tindakan.

a. Tindakan

Di dalam pelaksanaan kegiatan, bidan harus memonitor perkembangan dan

perubahan yang terjadi terhadap lingkungan kemungkinan penetapan tujuan juga

tidak tepat, bila hal ini terjadi, maka perlu dilakukan modifikasi dan juga

menyebabkan perubahan dalam melaksanakan tindakan dan evaluasi.

5. Evaluasi

Tujuan evaluasi adalah mengetahui ketepatan dan kesempurnaan antara

hasil yang dicapai dengan tujuan yang ditetapkan. Suatu pengkajian dinyatakan

berhasil bila evaluasi menunjukan data yang sesuai dengan tujuan yang akan

dicapai. Bila tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji kembali penyebabnya. Bila

kegiatan berhasil mencapai tujuan maka identifikasi dilakukan dalam mengantisip

asi kemungkinan terjadi masalah lain yang timbul akibat keberhasilan tersebut

(Romauli 2009).

13
14

2.2. Konsep Dasar Keluarga Binaan

2.2.1. Definisi Keluarga Binaan

Pembina dapat diartikan bantuan dari seseorang atau sekelompok orang

yang ditujukan kepada orang atau sekelompok orang lain melalui materi

pembinaan dengan tujuan dapat mengembangkan kemampuan, sehingga tercapai

apa yang diharapkan.

Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak

belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak

melakukan interaksi yang intim. Keluarga adalah sekumpulan orang yang

dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan

menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga.

Derajat kesehatan merupakan salah satu ukuran kesejahteraan dan kualitas

sumber daya manusia. Sebagaimana lazimnya untuk menggambarkan derajat

kesehatan digunakan indikator kualitas utama seperti angka kematian, kesakitan,

kelahiran, status gizi dan lain-lain.Peran serta masyarakat sangat penting dalam

mencapai derajat kesehatan yang optimal. Jika masyarakat sudah menciptakan

hidup sehat maka derajat masyarakatpun meningkat. Untuk itu perlu adanya suatu

pendekatan dalam meningkatkan peran serta masyarakat, salah satunya melalui

pendekatan asuhan kebidanan komunitas. Melalui pendekatan asuhan kebidanan

komunitas dapat meningkatkan pengetahuan dan motivasi masyarakat sehingga

dapat memacu masyarakat untuk mampu dan mandiri dalam meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat. Keluarga adalah dua atau lebih dari duaindividu yang

tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan ataupengangkatan dan

14
15

mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satusama lain, dan di dalam

perannya masing – masing menciptakan sertamempertahankan kebudayaan.

2.2.2. Kriteria Keluarga Binaan

Ada beberapa kiteria yang dapat digunakan untuk menentukan keluarga

binaan, terutama keluarga-keluarga yang termasuk resiko tinggi dalam bidag

kesehatan :

1. Mudah dijangkau

2. Komunikasi dengan baik

3. Minat dan tanggapan keluarga positif terhadap pelayanan kesehatan

dan keperawatan yang diberikan

4. Termasuk dalam kategori sosial ekonomi rendah

5. Ada wadah peran serta masyarakat misalnya posyandu

6. Daerah tersebut tidak terlalu rawan

2.2.3. Bentuk- Bentuk Pelayanan keluarga Binaan

1) Ditingkat Individu

Dapat dilaksanakan dirumah dan dipuskesmas dengan tidur atau

dengan rawat jalan, yang meliputi:

a. Penderita yang memerlukan pelayanan tidak lanjut karena

berbagai sebab tidak mungkin dilakukan asuhan keperawatan

dirumah dan perlu penanganan puskesmas atau rumah sakit.

b. Penderita tergolong resiko tinggi, seperti DHF, mungkin

berak dan bila tidak segera ditangani akan mengancam

kehidupan penderita

15
16

c. Kebutuhan dan perawatan memerlukan pengawasan dan

perwatan yang berkelanjutan, misalnya ibu hamil, bayi, usia

lanjut dan penderita – penderita kronis.

2) Ditingkat Keluarga

Diarahkan kepada keluarga sebagai unit terkecil dari

masyarakat, diutamakan keluar-keluarga dengan resiko tinggi

dalam bidang kesehatan yang benar benar membutuhkan

pelayanan kesehatan, diantaranya adalah:

a. Keluarga dengan sosial ekonomi rendah yang mempunyai

resiko untuk menderita gangguan gizi, membuat penyakit,

anggota keluarga yang terlalu besar, mempunyai penyakit

turunan.

b. Keluarga yang anggota keluarganya menderita penyakit

menular.

3) Ditingkat Kelompok

Pelayanan terhadap kelompok khusus bertujuan untuk

membantu kelompok khusus yang mempunyai masalah

kesehatan dan keperawatan tertentu, yang penekannya pada saat

ini ditujukan terhadap:

a. Kelompok ibu dan anak : ibu hamil, ibu bersalin, ibu

menyusui, ibu nifas, bayi dan balita.

b. Kelompok usia lanjut : di institusi ( panti ), di luar institusi

(rumah).Pelayanan terhadap kelompok khusus ini

16
17

diberikan dalam bentuk peyuluhan kesehatan, penemuan

kasus dini, pelayanan kesehatan dasar dan sebagainya.

4) Ditingkat Masyarakat

Perawatan kesehatan masyarakat di tingkat masyarakat dilakukan dalam

lingkup kecil sampai dengan ligkup yang luas didalam suat wilayah kerja

puskesmas. Pelayanan di tingkat masyarakat dibatasi oleh batas-batas wilayah (

RT, RW,desa/ kelurahan, kecamatan ) atau masyarakat yang mempunyai ciri-ciri

tertentu, misalnya kebudayaan, kepercayaan, pekerjaan, pendidikan dan

sebagainya.

Untuk dapat mengetahui masalah kesehatan disuatu wilayah kerja

puskesmas diperlukan suvei mawas diri dengan megumpulkan data

kependudukan, data sosial budaya ekonomi, kesehatan lingkungan, data

kesehatan, pola penyakit, kebiasaan – kebiasaan masyarakat yang berkaitan engan

masalah kesehatan.

Data tersebut kemudian diolah, dianalisa, setelah itu barulah dikemukakan

masalah kesehatan dan perawatan yang terjadi pada masyarakat tersebut,

kemudian masalah tersebut dibawa dalam pertemuan tingkat desa. Yang intiya

pertemuan tersebut untuk mencari alternatif pemecahan masalah kesehatan dan

perawatan yang dihadapi masyarakat dan kemudian disusun perencanaan

penanggulangan yang melibatkan partisipasi masyarakat secara menyeluruh.

2.2.4 Strategi Keluarga Binaan

1 Peningkatan pengetahuan dan keterampila tenaga pengelola dan

pelaksana perawatan kesehatan masyrakat diberbagai tigkat

pelayanan melalui pendidikan dan pelatihan.

17
18

2 Meningkatkan kemampuan managemen pegelola dan pelaksanaan

sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.

3 Pembinaan keluarga binaan yang rawan terhadap masalah

kesehatan

4 Mengadakan koordinasi dengan seluruh upaya kesehatan pokok

puskesmas dalam memberkn pelayanan yang komprehensif baik

di dalam dan diluar gedung sesuai dengan fingsi puskesmas.

2.2.4. Peran fungsi keluarga Binaan

Keluarga mempunyai peran dan tugas di bidang kesehatan yang perlu

dipahami dan dilakukan yang meliputi:

a. Mengenal masalah kesehatan

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan

karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak berarti dan karena kesehatanlah

seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal

keadaan sehat dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarganya.

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung

akan menjadi perhatian dari orang tua atau pengambil keputusan dalam keluarga.

Mengenal menurut Notoadmojo (2007) diartikan sebagai pengingat sesuatu yang

sudah dipelajari atau diketahui sebelumnya. Sesuatu tersebut adalah sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Dalam mengenal masalah kesehatan keluarga haruslah mampu mengetahui

tentang sakit yang dialami pasien.

b. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga

18
19

Peran ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan

siapa diantara keluarga yang mempunyai keputusan untuk memutuskan tindakan

yang tepat. Kontak keluarga dengan sistem akan melibatkan lembaga kesehatan

profesional ataupun praktisi lokal (Dukun) dan sangat bergantung pada:

1) Apakah masalah dirasakan oleh keluarga ?

2) Apakah kepala keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang

dihadapi salah satu anggota keluarga ?

3) Apakah kepala keluarga takut akibat dari terapi yang dilakukan terhadap

salah satu anggota keluarganya ?

4) Apakah kepala keluarga percaya terhadap petugas kesehatan?

5) Apakah keluarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau fasilitas

kesehatan?

c. Memberikan perawatan terhadap keluarga yang sakit

Beberapa keluarga akan membebaskan orang yang sakit dari peran atau

tangung jawabnya secara penuh, Pemberian perawatan secara fisik merupakan

beban paling berat yang dirasakan keluarga. Keluarga memiliki keterbatasan

dalam mengatasi masalah perawatan keluarga. Dirumah keluarga memiliki

kemampuan dalam melakukan pertolongan pertama. Untuk mengetahui dapat

dikaji :

1) Apakah keluarga aktif dalam ikut merawat pasien?

2) Bagaimana keluarga mencari pertolongan dan mengerti

tentang perawatan yang diperlukan pasien ?

19
20

3) Bagaimana sikap keluarga terhadap pasien? (Aktif

mencari informasi tentang perawatan terhadap pasien)

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan

keluarga

1) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki

disekitar lingkungan rumah

2) Pengetahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan dan

manfaatnya.

3) Kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara

lingkungan rumah yang menunjang kesehatan.

e. Menggunakan pelayanan kesehatan

Keluarga tertentu bila ada anggota keluarga yang sakit

jarang dibawa ke puskesmas tapi ke mantri atau dukun. Untuk

mengetahui kemampuan keluarga dalam memanfaatkan sarana

kesehatan perlu dikaji tentang :

1) Pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang

dapat dijangkau keluarga

2) Keuntungan dari adanya fasilitas kesehatan

3) Kepercayaan keluarga terhadap fasilitas kesehatan yang

ada

4) Apakah fasilitas kesehatan dapat terjangkau oleh

keluarga.

Tenaga kesehatan dapat menjadi hambatan dalam usaha

keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.

20
21

Hambatan yang dapat muncul terutama kamunikasi (Bahasa)

yang kurang dimengerti oleh petugas kesehatan. Pengalaman

yang kurang menyenangkan dari keluarga ketika berhadapan

dengan petugas kesehatan ketika berhadapan dengan petugas

kesehatan.

2.2.6 Upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, pemahaman,

danpenerapanperilaku hidup bersih dan sehat.

2. Meningkatkan kualitas sumber daya, manusia lingkungan,

prasaranadan sarana kesehatan.

3. Meningkatkan kualitas lembaga dan pelayanan kesehatan.

4. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai

potensi kesehatan secara penuh agar lebih tahan terhadap

penyakit.

5. Pencegahan penyakit melalui imunisasi : bumil, bayi, anak

dan juga melindungi masyarakat dari pencemaran.

2.3. MP-ASI

2.3.1. Pengertian

Makanan pengganti ASI (MP-ASI) merupakan proses transisi dari asupan

yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Pengenalan dan

pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun

jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak. ASI hanya

memenuhi kebutuhan gizi bayi sebanyak 60% pada bayi usia 6-12 bulan. Sisanya

harus dipenuhi dengan makanan lain yang cukup jumlahnya dan baik gizinya .

21
22

Oleh sebab itu pada usia 6 bulan keatas bayi membutuhkan tambahan gizi lain

yang berasal dari MP-ASI (Mufida, dkk, 2015) . MP-ASI biasanya diberikan

kepada neonatus dengan proses menyusui >1 jam setelah lahir dengan alasan ASI

belum keluar atu alasan tradisi . Pemberian MP-ASI dapat diberikan oleh

penolong persalinan atau oleh orang tua dan keluarga neonatus . Berdasarkan

uraian tersebut MP-ASI yang diberikan pada neonatus sebelum ASI ibu keluar

selama 1 – 2 hari seperti susu, madu, air kelapa, pisang, air tajin, dan air nasi

(Riskesdas, 2013) .

2.3.2. Tujuan MP-ASI

a. Mencapai tumbuh kembang yang optimal baik dari perkembangan fisik,

motorik, dan perkembangan intelektual.

b. Menghindari terjadinya kekurangan gizi

c. Mencegah terjadinya malnutrisi

d. Menghindari terjadinya penyakit

e. Mencegah defisiensi zat besi, zinc, kalsium, vitamin A, vitamin C, dan

asam folat yang dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang.

Jika Anda akan menyiapkan MP-ASI yang baik perlu memperhatian hal

berikut:

1. Padat energi, protein dan zat mikro (zat besi, Zinc, Kalsium, Vitamin A

Vitamin C dan folat

2. Tidak berbumbu tajam, tidak menggunakan gula, garam, penyedap rasa

danpengawet

3. Mudah ditelan dan disukai anak

4. Tersedia lokal dan harganya terjangkau

22
23

Makanan utama adalah makanan padat yang diberikan secara bertahap

(bentuk,jumlah dan frekuensi) bisa dilihat pada tabel berikut

Tabel Pemberian makan pada bayi usia 6 – 8 bulan

USIA BENTUK BERAPA KALI BERAPA

MAKANAN SEHARI BANYAK

SETIAP KALI

MAKAN

6-8 bulan - ASI - Teruskan - 2-3

- Makanan pemberian sendok

lumat(bubur ASI Sesering makan

dan makanan mungkin secara

keluarga yang - Makanan bertahap

dilumatkan) lumat 2-3 kali hingga

- Sari buah sehari mencapai

- Makanan ½ gelas

selingan 1-2 atau 125

kali sehari ml setiap

(buah/biskuit) kali

makan

2.3.3. Manfaat pemberian MP- ASI

1. Melengkapi zat-zat yang kurang terdapat dalam ASI

2. Menembangan kemapuan bayi untuk menerima bermacam-macam

makanan dengan berbagai rasa dan tekstur

23
24

3. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan

4. Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energy

yang tinggi.

2.3.4. Pengelompokan MP-ASI

Menurut buku kuliah 1 ilmu kesahatan anak (Cetakan 11.2007), MP-ASI

dikelompokan menjadi beberapa bagian yaitu:

a. Menurut rasanya : manis dan netral. Contohnya adalah susu formula, susu

bubuk ataupun susu kental manis yang dapat dibuat sendiri yang

dikeluarkan oleh suatu pabrik susu, dan juga dapat menggunakan air putih

sebagai MP-ASI

b. Menurut pH cairan. Baik yang sudah diasamkan ataupun yang tidak

diasamkan.

c. Menurut kadar nutrient. Contohnya adalah MP-ASI yang mengandung

rendah lemak ataupun rendah laktosa.

d. Menurut bahan utama sumber protein. Contohnya adalah MP-ASI yang

terbuat dari keledai seperti susu kedelai. Biasanya banyak digunakan

untuk bayi yang mempunyai alergi pada susu formula.

e. Menurut maksud penggunaan. Baik yang digunakan sebagai pengganti

ASI untuk program diet dengan bayi yang mempunyai penyakit metabolik

bawaan tertentu sehingga memerlukan pengobatan, ataupun digunakan

sebagai pelenkap ASI.

f. Menurut komposisi nutrient. Contohnya seperti susu formula yang

mempunyai nutrient hampir sama dengan ASI, ataupun yang mempunyai

nutrient lengkap daripada ASI.

24
25

2.3.5. Faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI pada Bayi

a. Pekerjaan Ibu

Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh

atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan untuk memenuhi

kebutuhan hidup. Masyarakat pekerja memiliki peranan dan kedudukan yang

sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan, dimana dengan

berkembangnya IPTEK dituntut adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang

berkualitas dan mempunyai produktifitas yang tinggi sehingga mampu

meningkatkan kesejahteraan (Siregar,2010). Praktek pemberian makan pada bayi

dari ibu bekerja di rumah sama dengan pada ibu yang tidak bekerja.

Ibu yang bekerja dengan meninggalkan rumah 2 kali lebih besar

kemungkinannya memperkenalkan susu botol pada bayinya dalam waktu dini

dibanding yang bekerja tanpa meninggalkan rumah dan 4 kali dibanding ibu yang

tidak bekerja. Pertukaran jam kerja yang kaku, tidak tersedianya tempat penitipan

anak, jarak lokasi bekerja yang jauh dan kebijakan cuti melahirkan yang kurang

mendukung menyebabkan ibu harus meninggalkan bayinya selama beberapa jam

sehingga sulit untuk menyusui on demand (Pernanda, 2010)

b. Pendapatan

Pendapatan adalah salah satu faktor yang berhubungan dengan kondisi

keuangan yang menyebabkan daya beli untuk makanan tambahan menjadi lebih

besar . Tingkat penghasilan keluarga berhubungan dengan pemberian MP-ASI

dini. Penurunan prevalensi menyusui lebih cepat terjadi pada masyarakat

golongan ekonomi menengah ke atas (Harahap, 2013) . Menurut penelitian

Zulfanetti di Jambi, ibu-ibu dengan penghasilan keluarga Rp.260-000 –

25
26

Rp.360.000 yang memberikan MP-ASI berupa susu formula sebesar 30%, 26%

pada ibu-ibu dengan pendapatan keluarga sebesar Rp.361.000-Rp.560.000,

sedangkan ibu-ibu dengan pendapatan keluarga lebih dari Rp.561.000

memberikan MP-ASI berupa susu formula sebesar44% (Pernanda, 2010) .

c. Pendidikan

Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

persepsi seseorang untuk lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi yang baru

(Notoatmodjo, 2010) . Domain pengetahuan erat kaitanya dengan usia dan tingkat

pendidikan seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah atau sedang akan

mempengaruhi pengetahuan dan pemahaman responden tentang pemberian MP-

ASI rendah dan sebaliknya tingkat pendidikan tinggi dan tinggi sekali akan

menjadikan pengetahuan dan pemahaman responden tentang pemberian MP-ASI

pada bayi usia 6-12 bulan lebih baik (Sunaryo, 2010).

d. Pengetahuan

Pengetahuan para ibu juga berhubungan dengan sumber informasi yang ibu

dapatkan dari mitos dan media massa. Ibu menyatakan bahwa penyebab

pemberian MP-ASI dini pada bayi mereka dikarenakan adanya kebiasaan ibu

dalam memberikan MP-ASI turun temurun dari orang tuanya seperti pemberian

bubur nasi dan bubur pisang pada saat upacara bayi (aqiqah) yang telah mencapai

usia tiga bulanan. Tidak hanya itu saja, ibu menyatakan juga tertarik akan iklan

susu formula yang sekarang ini sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh produsen

susu (Ginting, Sekawarna dan Sukandar, 2013)

26
27

e. Budaya/Suku

Pada suku- suku ataupun adat tertentu terdapat beberapa hal yang berkaitan

dengan pemberian MP-ASI terlalu dini,sehingga terdapat kegagalan dalam

pemberian ASI eksklusif. Sosial Budaya, Sosio budaya (culture) setempat

biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku seseorang (Ratih,

2013).

f. Dukungan petugas kesehatan

Dukungan petugas kesehatan dan gencarnya pemberian susu formula juga

menyebabkan terjadinya penurunan jumlah ASI eksklusif. Petugas kesehatan saat

ini mulai banyak yang melakukan pemberian susu formula dan produk bayi

lainnya tanpa berdasarkan indikasi medis hanya berdasarkan pada keuntungan

finansial (Kristianto & Sulistyani, 2013) .

2.3.6 Kerugian memberikan MP-ASI Terlalu Dini

Resiko pemberian MP-ASI pada bayi terlalu dini yaitu infeksi

saluran pencernaan(muntah,diare),infeksi saluran pernapasan,

meningkatkan resiko alergi,meningkatkan resiko kegemukan,

meningkatkan resiko kurang gizi,meningkatkan resiko kematian.

2.3.7. Kerugian bila terlambat memberikan MP-ASI

a. Berat badan bayi tidak bertambah,malah menjadi kurang gizi

b. Akan lebih sulit membujuk bayi mulai makan makanan padat pada

usia lebih tua

c. Bayi yang tidak di latih makan pada umur 6 bulan biasanya tidak

tahu makanan lain selain ASI,susu formula atau minuman cair

sesudah berumur 1 tahun.

27
28

2.3.8 Makanan apa saja yang boleh di berikan pada bayi

1. Buah pisang

Buah pisang dapat di berikan pada bayi dengan mengambil sedikit demi

sedikit dengan menggunakan sendok. Nutrisi yang terkandung dalam buah

pisang antara lain viamin A,asam folat dan kalsium.

2. Bubur susu

Bayi yang sudah berusia 6 bulan bisa mulai di coba dengan memberikan

bubur susu. Bubur yang di buat sendiri dengan bahan tepung beras merah

dan tambahan susu.

3. Nasi Tim

Penyajian nasi tim sangatlah muda dengan bahan dasar beras,santan dan

garam secukupnya.

Untuk menambah gizi pada bayi maka bisa ditambahkan sayuran seperti

bayam atau wortel untuk sumber nutrisi.

2.3.9 Cara pemberian MP-ASI pada bayi

1. Memberikan secara hati-hati sedikit demi sedikit secara berangsur-

angsur

2. Makanan diperkenalkan satu persatu sampai bayi benar-benar

dapat menerimanya.

3. Makanan yang dapat menimbulkan alergi di berikan paling terakhir

dan harus di coba sedikit demi sedikit misalnya telur,cara

pemberiannya kuningnya lebih dahulu setelah tidak ada reaksi

alergi maka hari berikutnya putihnya.

28
29

4. Pada pemberian makanan jangan di paksa, sebaliknya di berikan

pada waktu lapar.

2.3.10 Syarat pemberian MP-ASI

Menurut Badan koordinasi Keluarga Berencana Nasional,

Direktorat kelangsungan Hidup Ibu, Anak pada tahun 2005 dalam Ayu TP.

2011, pemberian MP-ASI benar – benar dipastikan pada balita usia 6

bulan hingga 2 tahun. Pemberian MP-Asi ini diberikan dalam jumlah dan

kualitas yang cukup secara bertahap sesuai dengan umur dan koondisi

balita termasuk melihat pada system pencernaannya. MP-ASI merupakan

segala bentuk makanan ataupun minuman yang memiliki cakupan gizi

yang diperlukan bayi, sehingga nasi bukan satu0satunya sumber

karbohidrat yang amat penting dalam pemenuhan gizi seimbang

didalamnya.

2.3.11 Indikator bahwa bayi siap menerima MP-ASI

Indikator bahwa bayi siap untuk menerima MP-ASI menurut

KEMENKES RI 2012 antara lain :

a. Kemampuan bayi untuk mempertahankan kepalanya untuk tegak tanpa

disangga

b. Menghilangnya refleks menjulurkan lidah

c. Bayi mampu menunjukkan keinginannya pada makanan dengan cara

membuka mulut, lalu memajukan anggota tubuhnya ke depan untuk

mrnunjukkan rasa lapar, dan menarik tubuh ke belakang atau membuang

muka untuk menunjukkan ketertarikan pada makanan.

29
30

d. Bayi bersemangat untuk mengambil makanan dan mencoba untuk

meraihnya.

e. Kelihatan menyukai rasa-rasa baru.

f. Bayi sudah bisa membawa makanan sendiri dalam genggaman tangannya

2.3.12. Dampak Pemberian MP-ASI pada Bayi

MP-ASI ini berbahaya karena makanan ini dapat menggantikan

kolostrum sebagai makanan bayi yang paling awal . bayi mungkin terkena

diare karena faktor sistem pencernaan yang belum siap

menerima MP-ASI, septisemia dan meningitis, bayi mungkin menderita

intoleransi terhadap protein di dalam susu formula tersebut, serta timbul

alergi misalkan eksim . pemberian MP-ASI sangat merugikan karena akan

menghilangkan rasa haus bayi serta malas menyusui atau “bingung puting

ibu” (Riskesdas, 2013) . Selain mengalami gangguan diatas, dapat timbul

efek samping lain, yaitu berupa kenaikan berat badan yang terlalu cepat

sampai terjadi obesitas, bisa juga anak mengalami alergi dari makanan

yang dikonsumsi (Sari, 2013) .

2.4. Manajemen Kebidanan

2.4.1. Manajemen 7 Langkah Varney

Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, dan

setiap langkah disempurnakan secara priodik. Proses dimulai dengan

pengumpulan data dasar dan berakhir drngan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut

membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi

apapun. Akan Tetapi, setiap langkah bisa diuraikan lagi menjadi langkah-langkah

30
31

yang lebih rinci dan hal ini bisa berubah sesuai dengan kebutuhan pasien,

langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data dasar

Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan samua

data yang diperlukan utuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu:

a. Riwayat kesehatan

b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan

c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya

d. Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil

studi

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua

sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar

awal yang lengkap. Bila klien mengajukan komplikasi yang perlu dikonsultasikan

kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.

2. Interprestasi data dasar

Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis

atau masalah, dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar dan dasar

tanda-tanda yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan

diinterprestasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis spesifik. Diagnosis

kebidanan yaitu diagnosis yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup

praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosis

kebidanan. Standar nomenkultur diagnosis kebidanan tersebut adalah :

31
32

a. Diakui dan telah disahkan oleh profesi

b. Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan

c. Memiliki ciri khas kebidanan

d. Didukung oleh clinical judgenment dalam praktik kebidanan

e. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.

3. Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial

lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan.

Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.

4. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan

penanganan segera.

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan angota tim kesehatan yang lain

sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan

dari proses manajemen kebidanan. Jadi Manajemen bukan hanya selama asuhan

primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tapi juga selama wanita tersebut

bersama bidan terus-menerus. Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan

satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus

menunggu dokter.

5. Merencanakan Asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini dilakukan Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang

menyeluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

32
33

kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi

atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat

dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang

sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan

tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap perempuan tersebut seperti

apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan,

konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang

berkaitan dengan social ekonomi, cultural atau masalah psikologis. Pada langkah

ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan langkah-langkah

sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis

atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini

informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang

menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien

atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman

antisipasi terhadap perempuan tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi

berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk

klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan social ekonomi, cultural

atau masalah psikologis. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi

apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang

berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap perempuan

tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan

penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah

yang berkaitan dengan social ekonomi, cultural atau masalah psikologis.

33
34

6. Melaksanakan perencanaan

Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima

harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh

klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Manajemen yang efisien akan

menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.

7. Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah

terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam

masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang

benar efektif dalam pelaksanaannya.

Mengingat bahwa proses manajemen asuhan kebidanan ini merupakan

suatu hasil pola fikir bidan yang berkesinambungan, maka perlu mengulang

kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen

untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan

penyesuaian pada rencana asuhan tersebut (Muslihatun 2009).

2.4.2. Pendokumentasian SOAP

Dokumentasi kebidanan adalah bagian dari kegiatan yang harus dikerjakan

oleh bidan setelah memberi asuhan kepada pasien, merupakan informasi lengkap

meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan

keperawatan/kebidanan serta respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya.

Pendokumentasian asuhan kebidanan menggunakan pendekatan SOAP.

Catatan SOAP terdiri atas 4 langkah yang disarikan dari proses pemikiran

34
35

penatalaksanaan kebidanan yang dipakai untuk mendokumentasikan asuhan klien

dalam rekam medis klien sebagai catatan kemajuan.

SOAP adalah catatan yang tertulis secara singkat, lengkap, dan bermanfaat

buat bidan atau pemberi asuhan yang lain. Penggunaan SOAP dalam asuhan ibu

hamil cacatan SOAP ditulis satu kali setiap kunjungan. Sementara bagi ibu

dengan intrapartum, SOAP dibuat lebih dari satu catatan untuk satu orang perhari.

Langkah-langkah pendokumentasian SOAP :

1. Subyektif (S)

Informasi atau data yang diperoleh dari apa yang dikatakan klien.

2. Obyektif (O)

Data yang diperoleh dari apa yang dilihat dan dirasakan oleh bidan

sewaktu melakukan pemeriksaan dan hasil laboratorium.

3. Analisa (A)

Kesimpulan yang dibuat berdasarkan data subyektif dan obyektif

4. Penatalaksanaan (P)

Perencanaa, pelaksanaan dan evaluasi sesuai dengan kesimpulan

yang telah dibuat.

Pendokumentasian dianggap penting karena metode SOAP merupakan

kemajuan informasi yang sistematis yang mengorganisasi penemuan dan kesimpul

an untuk menjadi suatu rencana asuhan.Metode ini merupakan penyaringan inti

sari dari proses penatalaksanaan kebidanan untuk tujuan penyediaan dan

pendokumentasian asuhan. SOAP merupakan urut-urutan yang dapat membantu

dalam mengorganisir pikiran dan memberikan asuhan yang menyeluruh.

35
36

36
BAB III

KERANGKA TEORI, KERANGKA PIKIR,

DAN DAFTAR ISTILAH

3.1. KERANGKA TEORI

Konseling Pelaksanaan MP-


ASI

Konseling 1. Persiapan
2. Perencanaan
3. Implementasi
4. Evaluasi

Aksi/tindakan

Pelaksanaan Konseling MP-ASI

Isyarat tindakan:

Pengeahuan
Media
keluarga

Kerangka Teori modifikasi Sheeran dan Abraham 1995 dan Novelasari 2010

37
38

3.2. KERANGKA PIKIR

1. Defenisi MP-ASI
2. Tujuan MP-ASI
3. Manfaat MP-ASI
4. Kerugian
MP-ASI
pemberian MP-ASI
5. Dampak pemberian
MP-ASI

3.3. DAFTAR ISTILAH

1. Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan profesional yang

ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok

resiko tinggi, dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal

melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin

keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan

klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pelayanan kebidanan.

2. Pelayanan kebidanan komunitas adalah bagian dari upaya kesehatan

keluarga. Kesehatan keluarga merupakan salah satu kegiatan dari

upaya kesehatan di masyarakat yang ditujukan kepada keluarga

3. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman

yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24

38
39

bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI berupa

makanan padat atau cair yang diberikan secara bertahap sesuai dengan

usia dan kemampuan pencernaan bayi. Pada usia 6-24 bulan ASI

hanya menyediakan 1/2 kebutuhan gizi bayi. Dan pada usia 12-24

bulan ASI menyediakan 1/3 dari kebutuhan gizinya. Sehingga MP-

ASI harus diberikan pada saat bayi berusia 6 bulan.

39
40

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis laporan Keluarga Binaan

Jenis laporan keluarga binaan yang digunakan dengan metode deskriptif.

Metode deskriptif adalah suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama untuk

memaparkan atau membuat gambaran tentang keadaan secara obyektif.

4.2 Lokasi keluarga Binaan

Lokasi adalah tempat dimana pengambilan kasus dilaksanakan dan

penelitian dilakukan di RT 11/RW 002 Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan

Jagakarsa.

4.3 Subjek Keluarga Binaan

Subyek adalah hal atau orang yang dikenai kegiatan pengambilan kasus

(Notoatmodjo, 2010). Keluarga binaan ini memfokuskan pada pemberian

Konseling tentang pentingnya pemberian MP-ASI, sehingg menjadi subjek

dalam penelitan ini adalah Bayi Umur 6 bulan dengan konseling pemberian

MP-ASI.

4.4 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan selama 3 minggu, mulai dari tanggal 8

Agustus 2019 sampai 27 Agustus 2019.

4.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

 Data Primer adalah materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan

sendiri oleh peneliti pada saat berlangsunya suatu penelitian

(Nursalam, 2009).

40
41

 Data Sekunder adalah data yang diperoleh selain dari pemeriksaan atau

terapi, melainkan diperoleh dari keterangan keluarga dan

lingkungannya, mempelajari status dan dokumentasi pasien.

4.6 Alat-alat Yang Dibutuhkan

Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengambilan data adalah

sebagai berikut:

a. Buku tulis

b. Bolpoin

41
42

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.Hasil Pengumpulan Data

Pada laporan individu ini penulis memberikan konseling kepada balita Ny. D

usia 9 Bulan dengan konseling pentingnya pemberian MP-ASI dan menggunakan

manajemen asuhan kebidanan 7 langkah varney dan dilanjutkan dengan

pendokumentasian menggunakan SOAP. Pasien balita Ny. D S berumur 9 Bulan

agama Islam, suku Jawa, beralamat di RT 11/RW 002, kelurahan Lenteng Agung,

Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan..

5.1.1. Kunjungan keluarga Binaan pertama Tanggal 27 Agustus 2018

Pada Tanggal 13 Agustus 2019 Bertempat Di Rumah Ny.D Di

Kelurahan Lenteng Agung RT 11/RW 002 Kecamatan Jagakarsa, Dilakukan

Pemeriksaan Fisik Pada By.A Usia 9 Bulan, Islam, Indonesia, Ibu

mengatakan bahwa Bayi dalam keadaan baik.

Pemeriksaan Fisik Keadaan umum By A.baik, kesadaran composmetis,

N: 120x/menit, S: 36,8oC, BB 8,5 kg, PB 65 cm.Interpretasi Data: Dari hasil

pengkajian data subjektif dan objektif yang dilakukan maka didapatkan

diagnosa sebagai berikut By.Ny.D dalam keadaan baik, tidak ada keluhan

apapun.

Perencanaan yang dilakukan antara lain: Beritahukan hasil pemeriksaan

saat ini pada ibu, dan lebih memperhatikan tumbuh kembang balitanya.

Pelaksanaan dari asuhan kebidanan yang dilakukan oleh bidan antara

lain: Memberitahukan hasil pemeriksaan saat ini kepada Ny.D Bahwa Bayi

dalam keadaan baik, N : 120 x/menit, R: 35 x/m, S : 36,8oC BB 8,5 kg, PB

42
43

65cm. Memberikan pengetahuan tentang pentingnya pemberian MP-ASI pada

Bayi. Mendokumentasikan samua asuhan yang telah diberikan dan seluruh

hasil pemeriksaan.

Setelah dilakukan asuhan maka dilakukan evaluasi dengan hasil, Ny.D

mengerti tentang pentingnya pemberian MP-ASI pada Bayi. Semua asuhan

telah di dokumentasikan.

5.1.2. Kunjungan keluarga binaan kedua tanggal 20 Agustus 2019

Pada hari Sabtu tanggal 20 Agustus 2019 dilakukan pemeriksaan pada

By.A ibu mengatakan tidak ada keluhan untuk saat ini, Pemeriksaan fisik

Keadaan umum: Baik, kesadaran Composmetis, N : 120 x/menit, R: 35x/m,

S: 36,7oC. Pemeriksaan sistematis: semua keadaan normal.

Planingnya : Beritahukan Ny.S hasil pemeriksaan. Memberitahukan

hasil pemeriksaan saat ini bahwa keadaan Bayi baik-baik saja, N :

120x/menit, R: 35x/m, S : 37oC. Dokumentasikan semua hasil pemeriksaan

dan asuhan yang telah diberikan.

5.1.3. Kunjungan keluarga Binaan ketiga Tanggal 24 Agustus 2019

Pada hari jumat tanggal 24 Agustus 2019 dilakukan pemeriksaan pada

By.A tidak mengeluh apa-apa, Pemeriksaan fisik Keadaan umum: Baik,

kesadaran: Composmeti, N : 120 x/menit, R: 35 x/m, S : 36,7oC. Pemeriksaan

sistematis: semua keadaan normal. Planingnya : Memberitahu Ny.S hasil

pemeriksaan saat ini bahwa Bayi dalam keadaan baik-baik saja, N : 120

x/menit, R: 35 x/m, S: 37oC. Pemeriksaan sistematis: semua keadaan normal

Dokumentasikan semua hasil pemeriksaan dan asuhan yang telah diberikan.

43
44

5.2.Pembahasan

Pada pembahasan ini, mahasiswa akan membandingkan praktek dengan teori

belajar lapangan di Kelurahan Lenteng Agung RT 11/RW 002

khususnya pada keluarga Tn.M. Dari keseluruhan permasalahan yang ditemukan

berdasarkan hasil pendekatan dan tabulasi data, telah dilakukan langkah-

langkah pemecahan masalah bersama keluarga Tn.M.

5.2.1. Pengumpulan Data

Pada tahap pengkajian ini data diperoleh melalui observasi dan wawancara yang

dilakukan secara kunjungan rumah. Menurut Andreas, (2012) pengumpulan data

diperoleh dari data subjektif dan data objektif.

5.2.2. Data Subjektif

Menurut Andreas (2012) Data Subjektif adalah data yang didapatka dari klien

sebagai suatu pendataan terhadap suatu dan kejadian. Penulis melakukan

pengkajian data subjektif pada By.Ny S berdasarkan proses pengkajian melalui

wawancara dan observasi kunjungan dan berdasarkan hasil pengkajian data

subjektif bahwa An.L tidak memiliki masalah atau kendala.

5.2.3. Data Objektif

Menurut Andreas (2012) data obyektifadalah data yang dapat diobservasi dan

diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba)

selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, berat badan,

tingkat kesadaran.

Berdasarkan pelaksanaan Keluarga Binaan di dapatkan hasil By.Ny.D

memiliki BB 8,5 kg dan tinggi 65 cm. Menurut WHO Usia balita pada rentang

usia 6-8 bulan memiliki berat badan standar 6,5- 10 kg. Maka dapat di simpulkan

44
45

bahwa berat badan By.Ny D dalam batas normal . Maka ada tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktek.

Dengan demikian penulis melakukan pengumpulan data objektif menggunakan

metode yang sesuai dengan teori sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara

teori dengan praktek.

45
46

BAB VI

PENUTUP

6.1 KESIMPULAN

Setelah penulisan melakukan asuhan keluarga binaan Tn. M maka di

dapatkan kesimpulan :

1. Kesehatan By. A. tidak ada masalah, sehingga jika terdapat

komplikasi dapat dideteksi secara dini.

2. Pada waktu kunjungan keluarga binaan pada bayi Ny.D

berlangsung secara normal dan tidak terdapat komplikasi.

3. Konseling yang disampaikan berupa pentingnya pemberian MP-

ASI pada bayi,Tujuan dan manfaat serta serta hal-hal yang perlu di

perhatikan dalam pemberian MP-ASI.

6.2 SARAN

1. Bagi Keluarga Binaan

Kepada keluarga yang di bina, agar apa yang di berikan baik dalam

bentuk pelayanan maupun penyuluhan supaya dapat di terapkan untuk

masa-masa yang akan datang sehingga keluarga akan lebih mandiri dan

bertanggung jawab terhadap kesehatan diri dan keluarga.

2. Bagi Kader RT 11/RW002 Kelurahan Lenteng Agung

Diharapkan para Kader RT Lebih memperhatikan dan mendata

terkait Kesehatan dan Kesejahteraan Warga RT 11 Sehingga dapat di

lakukan tindak lanjut oleh pihak-pihak yang bersangkutan sehingga dapat

meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan warga RT 11/RW 002

Kelurahan Leteng Agung.

46
47

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Agar tetap mempertahankan dan meningkatkan asuhan kebidanan

yang telah ada, dan selalu menerapkan teori-teori yang telah didapatkan

dan disesuaikan dengan kondisi lapangan. Sehingga tetap tercermin citra

bidan yang profesional.

47
DAFTAR PUSTAKA.

Hikmawati,Isna M.Kes. 2011. Promosi kesehatan untuk kebidanan. Nuha

medika.Yogjakartahttp ://pelayanan kesehatan anak-balita.html diakses.http://

tujuan/sasaran-pelayanan kesehatan-pada anak-dan-balita.html diakses

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka

Cipta.Jakarta.

Depkes RI, 2008, http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=16101100001.

Mariyati Sukami (1994), Kesehatan Keluarga dan Lingkungan, Penerbit Kanisius,

Yogyakarta

Meilani dkk, 2010. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik, edisi

3. Fitramaya, Yogjakarta

Nasrul Efendy (1998).Op.Cit

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka

Cipta.

Nurcahyo, J. 2010. Bahaya Kanker Rahim dan Payudara. Jakarta: Wahana

Totalita Publisher.

Setiadi ( 2008 ). Pengertian keluarga, diakses tanggal 7 Oktober 2011.


49

LAMPIRAN

DOKUMENTASI KEBIDANAN

KUNJUNGAN PERTAMA

TANGGAL : Rabu,13 Agustus 2019

WAKTU : 11.00 WIB

A. PENGKAJIAN

1. Biodata / identitas

a. Identitas pasien ;

- Nama : By.A

- Umur : 9 Bulan

- Tanggal Lahir : 5 Oktober 2018

- Jenis kelamin : Perempuan

b. Identitas orang tua :

Nama ibu : Ny. D Nama Ayah : Tn.D

Umur : 36 Tahun Umur : 39 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan

Alamat : RT 11/RW 002 Kelurahan Lenteng Agung

Kecamatan Jagakarsa.

49
50

2. Keluhan Utama : ibu mengatakan bahwa Bayinyanya tidak ada sakit

sekarang dan tidak ada juga riwayat sakit lainnya.

3. Riwayat Persalinan

Hamil
Persalinan Anak Nifas
Ke

Tahun Tempat Umur Jenis Penolong J BB Lakta Komplik

Kehamilan Persalinan K si asi

1 2018 RS 39 Minggu Spontan Dokter dan P 2900 Norm Normal

Bidan gr al

4. Imunisasi :

Jenis WaktuPemberian

HB 0  5 Oktober 2018

BCG  5 November 2018

HEPATITIS B  7 Desember 2018

 7 Desember 2018

POLIO  5 November 2018

DPT  12 Januari 2019

5. Riwayat Penyakit Keluarga

A. Pms : Tidak Ada

B. TBC : Tidak Ada

50
51

C. Hiv/Aids : Tidak Ada

D. Hepatitis : Tidak Ada

E. Dm : Tidak Ada

F. Asma : Tidak Ada

G. Hipertensi : Tidak Ada

H. Jantung : Tidak Ada

6. Pola Makan Sehari-hari

Menu Makan Sehari-hari : ASI,Bubur

7. Pola Eliminasi

BAB : 2 kali sehari

BAK : 5 kali sehari

8. PolaIstirahat

Siang : 1 jam

Malam : 10 jam

9. AktifitasSehari-hari

Pergerakan : Normal

Keaktifan : Aktif

B. DATA OBYEKTIF

1. PemeriksaanUmum

A. Keadaanumum : Baik

Keadaan Emosional : Stabil

Kesadaran : Composmentis

B. Tanda vital

Nadi : 120 x/menit

51
52

Pernafasan : 45 x/menit

Suhu tubuh : 36,5°C

C. PB : 65 cm

BB :8,5 kg

2. Pemeriksaan fisik

a) Kepala : Rambutbersihberwarnahitam

b) Mata : Konjungtiva : Tidakpucatkanandankiri

Sklera : Tidak ikterik kanan dan kiri

c) Hidung : Bersih, tidak ada polip

d) Mulut& Gigi : Bibir : Kemerahan

Labioschiziz : Tidakada

Palatumschiziz : Tidakada

e) Telinga : Simetris, terdapatlubang, bersih, tidakada

serumen

e) Dada : Simetris, Retraksidinding dada normal

f) Abdomen : Tidak ada benjolan

g) Ekstremitas atas dan bawah :

Gerakan : Aktif

Jumlah jari-jari : Normal

Simetris : Ya

h) Punggung : Tidakadapembengkakan

D. INTERPRETASI DATA

1. Diagnosa kebidanan

By. A umur 9 bulan dengan Balita Normal

52
53

2. Masalah

Tidak Ada

E. DIAGNOSA POTENSIAL

Tida kada

F. TINDAKAN SEGERA

1. Mandiri : Dilakukan

2. Kolaborasi : Tidak Dilakukan

3. Rujukan : Tidak Dilakukan

G. PERENCANAAN

1. Bina hubungan baik dengan keluarga binaan

2. Jelaskan hasil pemeriksaan

3. Jelaskan pada ibu tentang asupan nutrisi dan pentingnya memberikan MP-

ASI pada bayinya

4. Jelaskan tentang tanda bahaya pada balita

5. Jelaskan pada ibu bahwa akan dilakukan kunjungan ulang dan meminta ibu

untuk menjadi keluarga binaan

H. PELAKSANAAN

1. Membina hubungan yang baik dengan keluarga binaan

2. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan pada ibu bahwa bayi

ibu dalam keadaan sehat dan normal dengan PB : 65 cm BB : 8,5 Kg, S :

36,5°C

3. Menjelaskan pada ibu tentang asupan nutrisi anaknya yaitu beri bayi ASI

Seseringmungkin

53
54

4. Menjelaskan kepada ibu tentang bahaya pada bayinya yaitu salah satunya

adalah demam tinggi.

5. Meminta ibu agar bersedia untuk dilakukan kunjungan ulang 1 hari kemudia

n sekaligus diminta untuk jadi keluarg yang di bina.

I. EVALUASI

1. Sudah terjalin hubungan yang baik dengan keluarga binaan

2. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan yang sudah dijelaskan

3. Ibu mengerti dan paham mengenai makanan yang diperlukan bayinya

4. Ibu mengetahui bahaya yang jika bayinya demam tinggi dan tau apa yang

harus dilakukan bila bayinya demam

5. Ibu tau kapan akan dilakukan kunjungan ulang oleh bidan

Kunjungan 2 (20 Agustus 2019)

S : Ketika dilakukan binaan ibu balita mengatakan tidak ada keluhan dan

anak dalam keadaan sehat

O :KU: balita baik dan kesadaran composmentis, nadi 130x/menit,

pernapasan 45 x/menit, Suhutubuh 36,5°C, Mata : Konjungtiva tidak

pucat, sklera tidak kuning, mulut tidak ada kelainan, BAB dan BAK tidak

ada masalah,

BB : 8,5 kg

PB : 65 cm

A : By.L. umur 6 Bulan aktif dengan balita normal dan sehat

P :

 menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa Bayinya baik

ibu tau keadaan bayinya

54
55

 menjelaskan kepada ibu balita tentang asupan makanan yang baik

untuk bayinya

Ibu paham dengan penjelasan

 meminta ibu untuk dilakukan kunjungan ulang 1 hari kemudian

ibu tahu kapan kunjungan ulang

Kunjungan 3 (24 Agustus 2019)

S : ketika dilakukan binaan ke dua ibu balita mengatakan tidak ada keluhan

tentang

Bayinya.

O :

KU:

balita baik dan kesadaran composmentis, nadi 130x/menit, pernapasan 44

x/menit, Suhu tubuh 36,6°C, Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak

kuning, mulut tidak ada kelainan, BAB dan BAK tidak ada masalah,

PB : 65 cm

BB : 8,5 Kg

A :. By.L. aktif dengan balita normal dan sehat

P :

 menjelaskan hasil pemeriksaan

ibu tau keadaan anaknya

 Menjelaskan kepada ibu balita tentang pola istrahat yang baik untuk

balita,

Ibu sekarang tahu pola istirahat yang baik dan cukup untuk bayinya,

siang minimal 2 jam dan pada malam hari 11-13 jam.

55
56

AP (ACUAN PRAKTIK )

MATA KULIYAH/ PRAKTIKUM : KOMUNITAS

KODE MATA KULIAH/SKS :-

SEMESTER :8

SASARAN : MAHASISWA

MATERI POKOK : KONSELING TENTANG

PEMBERIAN MP-ASI PADA

BAYI USIA 6 -9 BULAN

WAKTU/ PERTEMUAN :

PROGRAM STUDI : DIV KEBIDANAN

A. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator

1. Standar Kompetensi/

Tujuan pembelajaran : Untuk memberikan pengetahuan tentang

MP-ASI pada Bayu

2. Kompetensi Dasar : Ibu mampu mengetahui pentingnya

MP-ASI pada bayi.

3. Indikator :

Setelah proses konseling mahasiswa dapat:


1. Mengerti dan mampu menjelaskan kembali tentang pengertian MP-
ASI
2. Mampu menjelaskan kembali tujuan dan manfaat MP-ASI
3. Mampu menjelaskan tentang kerugian memberikan MP-ASI terlalu
dini dan kerugian terlambat memberikan MP-ASI

56
57

4. Mampu mejelaskan kembali tentang Makanan yang boleh diberikan


pada bayi
A. Materi :
1. Pengertian MP-ASI
2. Tujuan dan manfaat MP-ASI
3. Kerugian memberikan MP-ASI terlalu dini dan kerugian bila
terlambat memberikan MP-ASI
4. Makanan yang boleh diberikan pada Bayi
B. Metode dan Media

1. Metode : konseling dan Tanya jawab

2. Media : job sheet dan daftar tilik

C. Langkah Pembelajaran

No Tahap kegiatan Kegiatan penyuluhan Kegiatan Pasien dan


Kesehatan keluarga
1 Pembukaan 1. Memberi salam 1. Pasien atau keluarga
binaan)
Ev : pembimbing
mengetahui pasien
2. Menjelaskan identitas 2. Pasien atau keluarga
binaan)
Ev : pembimbing
mengetahui pasien
3. Menjelaskan tujuan 3. Pasien atau keluarga
binaan)
Ev: pasien
mengetahui tentang
Pemberian MP-ASI
Pada Bayi
4. Menggali tingkat 4. Pasien (Keluarga
pengetahuan pasien binaan)
dan keluarga tentang Ev: pengetahuan

57
58

MP-ASI tentang pemberian


MP-ASI

2 Pembahasan 1. Menjelaskan tentang 1. Pasien (Keluarga


pengertian tentang binaan)
MP-ASI Ev: pasien mampu
memahami tentang
pentingnya
2. Memberi kesempatan memberikan MP-ASI
pada pasien dan Pada bayi
keluarga untuk 2. Pasien (Keluarga
bertanya tentang hal binaan)
yang kurang di Ev: pasien mampu
mengerti menanyakan hal yang
kurang di mengerti
3 Penutup 1. Mengevaluasi tujuan
penyuluhan tanda
bahaya kehamilan
2. Mengucapkan
terimakasih atas
perhatian yang di
berikan dan memberi
salam penutup

E. Evaluasi

1. Struktural
a. Peserta hadir di tempat penyuluhan
b. Penyelenggaraan penyuluhan yang di laksananakan di Rumah
Keluarga binaan
2. Proses
a. Selama penyuluhan pasien (keluarga binaan) memperhatikan

58
59

penjelasan yang disampaikan


b. Selama penyuluhan pasien (keluarga binaan) bertanya tentang
penjelasan yang disampaikan
c. Selama penyuluhan pasien (keluarga binaan)aktif menjawab
pertanyaan yang diajukan
3. Hasil
a. Pasien (keluarga binaan) mampu memahami pengertian MP-ASI
b. Pasien (keluarga binaan) mampu memahami Tujuan pemberian MP-
ASI.
c. Pasien (keluarga binaan) mampu memahami manfaat pemberian MP-
ASI.
d. Pasien (keluarga binaan) dapat mengetahui makanan apa saja yg dapat
di berikan pada bayi.

F. Daftar Pustaka/ refrensi : Sukesi A,dkk, 2016,Asuhan kebidanan

neonatus,bayi,balita dan anak prasekolah.

Jakarta, Agustus 2018

Dosen Pengajar

(Rita Ayu Yolanda, SST. M. Kes)

59
60

JOB SHEET

MATA KULIAH : KOMUNITAS

KODE/ SKS :

MATERI POKOK :KONSELING TENTANG PEMBERIAN

MP-ASI PADA BAYI

SEMESTER :8

SASARAN :MAHASISWA

WAKTU/ PERTEMUAN :

PROGRAM STUDI : DIV KEBIDANAN

DASAR TEORI SINGKAT

MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan

kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI merupakan

makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga.

Tujuan Pemberian makanan tambahan pendamping ASI adalah:

a. melengkapi zat gizi yang sudah berkurang

b. mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam macam

makanan dengan berbagai rasa dan bentuk;

c. mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan;

d. mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi

tinggi.

60
61

manfaat pemberian Mp- ASI

5. Melengkapi zat-zat yang kurang terdapat dalam ASI

6. Menembangan kemapuan bayi untuk menerima bermacam-macam

makanan dengan berbagai rasa dan tekstur

7. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan

8. Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energy

yang tinggi.

PETUNJUK
1. Melakukan informend consent
2. Memberikan informasi dengan baik dan benar
3. Melakukan pendokumentasian
4. Baca dan pelajari lembar kerja dengan baik
5. ikuti petunjuk yang ada pada job sheet
6. Bekerja secara hati-hati dan teliti.

KESELAMATAN KERJA
1. Patuhi prosuder pekerjaan
2. Letakkan peralatan pada tempat yang terjangkau oleh petugas
3. Berikan informasi dengan baik dan benar.

PERSIAPAAN
1. Periksa dan pastikan semua alat, perlengkapan dan bahan-bahan yang
diperlukan sudah tersedia sesuai dengan job sheet.

61
62

PROSEDUR TINDAKAN

No Langkah dan Key point Ilustrasi gambar


1 Sapa klien dengan ramah dan
perkenalkan diri anda dan
tanyakan kedatanggannya
Key point:
 Mempersilahkan ibu
duduk dengan nyaman
dan membina
hubungan baik.
2 Melakukan pengkajian
Key point:
 Menanyakan
informasi

3 Menyiapkan alat dan bahan


secara baik dan benar
Key point:
 Dekatkan alat dan
bahan
4  Memberikan
pelaksanaan konseling
Menjelaskan pengertian MP-
ASI
Menjelaskan tentang tujuan
pemberian MP-ASI
Menjelaskan tentang manfaat
pemberian MP-ASI

62
63

Menjelaskan tentang kerugian


memberikan MP-ASI terlalu
dini
Menjelaskan tentang kerugian
bila terlambat memberikan
MP-ASI
Menjelaskan makanan apa
saja yang boleh di berikan
pada bayi
Menjelaskan tentang cara
pemberian MP-ASI yang
benar pada bayi

5 Melakukan Evaluasi hasil


konseling yang sudah di
sampaikan

63
64

6 Dokumentasikan dan
beritahukan hasil kepada ibu

REFERENSI : Sukesi A,dkk, 2016,Asuhan kebidanan

neonatus,bayi,balita dan anak


prasekolah.

64
65

DAFTAR TILIK

KONSELING MP-ASI

PENILAIAN

0 Kurang Langkah kerja atau kegiatan tidak di lakukan


1 Baik Langkah kerja atau kegiatan di lakukan

Beri tanda ceklist (√) pada kolom penilaian

NO LANGKAH KEGIATAN PENILAIAN

0 1

PERSIAPAN TEMPAT
1 Menyediakan tempat yang nyaman untuk
melakukan konseling
PERSIAPAN ALAT
2 Alat bantu untuk melakukan konseling
PERSIAPAN PASIEN
3 Sambut pasien dengan ramah
4 Perkenalkan diri
5 Persilahkan pasien duduk dan ciptakan suasana
yang nyaman
6 Jelaskan maksud dan tujuan kunjungan
PELAKSANAAN KONSELING
7 Menjelaskan pengertian MP-ASI
8 Menjelaskan tentang tujuan pemberian MP-ASI
9 Menjelaskan tentang manfaat pemberian MP-ASI
10 Menjelaskan tentang kerugian memberikan MP-
ASI terlalu dini
11 Menjelaskan tentang kerugian bila terlambat
memberikan MP-ASI
12 Menjelaskan makanan apa saja yang boleh di
berikan pada bayi
13 Menjelaskan tentang cara pemberian MP-ASI yang
benar pada bayi
EVALUASI
14 Evaluasi hasil konseling yang sudah di sampaikan
15 Menanyakan pada pasien apakah sudah mengerti
dengan penjelasan yang di sampaikan
16 Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
bertanya
17 Meminta ibu untuk mengulangi inti dari penjelasan
yang di sampaikan
TOTAL SKOR :

65

Anda mungkin juga menyukai