KONTRIBUTOR
Drs. Rudy Budiman (DirLaptik, BKKBN)
Dr. Mahyuzar, M.Si (Dirtifdok BKKBN)
N. Nurlina Supartini, S.Kp, MPH (KEMENKES RI)
dr. Yetty Mindo Parulian Silitonga (KEMENKES RI)
Tina Priyandari, SE., MM (KEMENSOS RI)
Wandansari (KEMENSOS RI)
Wahyu Suharto (Kasubdit Sosial & Budaya, Ditjen Bina Bangda Kemendagri)
Jodi Frency (Kepala Seksi Wilayah I, Subdit Sosial & Budaya, Ditjen Bina Bangda Kemendagri)
Dra. Aswarni, M.Si (PPAPP Prov DKI Jakarta)
dr. Iin Nadzifah Hamid (Perwakilan BKKBN Prov DIY)
Sri Sudarwati (OPD Kab. Batanghari Jambi)
Dra Cilawaty Lahabu (OPD Kab. Gorontalo)
Sitti Arifah,S.Sos.M.Si (OPD Kota Samarinda, Kalimantan Timur)
Dewi Endah (Perwakilan BKKBN Provinsi Kaltim)
Arsyad (Perwakilan BKKBN Provinsi Bengkulu)
Hartatik Sulistyoningsih, S.Kom, M.Eng (BKKBN)
Rezki Murwanto, S.Kom, MPH (BKKBN)
Hemiliana Dwi Putri, S.Psi, Psi (BKKBN)
Rani Widashanti,S.Sos, M.Si (BKKBN)
dr. Mila (BKKBN)
Titik Puspa Dewi, SE (BKKBN)
Fajar Siddiq, S.Kom (BKKBN)
PEMBAHAS
dr. Erna Mulati, M.Sc., CMFM (Direktur Kesehatan Keluarga KEMENKES RI)
Drs. Andi Hanindito, M.Si.(Direktur Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia, KEMENSOS RI)
Prof, Dr. drg. Tri Budi W.Rahardjo, MS (Rektor dan guru besar gerontologi URINDO, dan Counsil
member Of Active Ageing Consortium Asia Pasific)
DAFTAR ISI
Kata Sambutan
Kata Pengantar
Tim Penyusun
Daftar Isi
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
B. Dasar Hukum ............................................................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................................................ 5
D. Sasaran ......................................................................................................................... 6
E. Batasan Pengertian ................................................................................................... 7
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data statistik penduduk lanjut usia (BPS, 2019), pada tahun 2019,
persentase penduduk lanjut usia (Lansia) mencapai 9,60 persen atau sekitar 25,64
juta orang. Kondisi ini menunjukkan bahwa Indonesia sedang bertransisi menuju
fenomena penuaan penduduk, sehingga yang harus diperhatikan salah satunya adalah
menjaga agar kondisi dan kualitas hidup Lansia agar tetap sehat, salah satu faktor
yang mempengaruhi kualitas dan kesehatan para Lansia tersebut yaitu adanya peran
keluarga.
Fenomena penuaan penduduk juga tidak luput adanya permasalahan terkait dengan
kesehatan, ekonomi, sosial dan lingkungan yang harus menjadi perhatian oleh para
pemangku kepentingan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Namun
seringkali program-program yang dijalankan dalam rangka mewujudkan pelayanan
kesehatan bagi Lansia berjalan parsial dan masing-masing sehingga tidak
mendapatkan hasil yang maksimal.
1
Ada berbagai program kelanjutusiaan yang dijalankan oleh kementerian/lembaga dan
mitrakerja yang berada didalam komunitas, diantaranya Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) melalui kelompok kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL),
Kementerian Kesehatan melalui kegiatan Posyandu Lansia, Kementerian Sosial
melalui Pusat Santunan Keluarga(PUSAKA) dan Sekolah Lansia yang dikelola oleh
Universitas Respati Indonesia (Urindo) dan Indonesia Ramah Lansia (IRL).
Keempat program tersebut memiliki tujuan yang sama dalam upaya meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan Lansia menjadi Lansia yang sehat, aktif, mandiri,
produktif dan bermartabat. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan program
kelanjutusiaan di komunitas dan manfaatnya dapat dirasakan oleh keluarga Lansia
dan Lansia itu sendiri, maka diharap penting dilakukan sinergitas program antara
kementerian/lembaga dan mitra kerja terkait.
2
B. DASAR HUKUM
3
7. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);
8. Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2017 tentang Gerakan Pemberdayaan
dan Kesejahteraan Keluarga;
9. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2020 – 2024;
10. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah
Non Departemen, yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 145 Tahun 2015 Tentang perubahan kedelapan atas keputusan
presiden Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi,
dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen (lembaran negara republik
indonesia tahun 2015 nomor 322);
11. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 184 Tahun 2011 Tentang
Lembaga Kesejahteraan Sosial;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2019
Tentang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2020;
13. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 Tentang
Standar Nasional Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2020
Tentang Gerakan PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga);
15. Peraturan Menteri Sosial Republik ndonesia Nomor 5 Tahun 2018 Tentang
Standar Nasional Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia;
16. Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor
11 Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi;
17. Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Balai Pendidikan, dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga
Berencana;
18. Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 11
Tahun 2020 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional;
19. Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Balai Pendidikan, dan Pelatihan Kependudukan, dan
Keluarga Berencana
4
C. TUJUAN
Umum
Buku panduan ini sebagai acuan bagi para pelaksana dan pengelola program dalam
memberikan pelayanan bagi Lansia dan keluarga Lansia melalui kegiatan BKL
Terintegrasi.
Khusus
a. Adanya persamaan persepsi dalam memahami kegiatan layanan lanjut usia
melalui BKL terintegrasi.
b. Meningkatkan keefektifan kegiatan layanan lanjut usia melalui BKL terintegrasi.
c. Meningkatkan p embinaan ketahanan keluarga Lansia dan rentan melalui
sinergitas lintas pemangku kepentingan dan mitra.
5
D. SASARAN
1. Sasaran Langsung
a. Perwakilan BKKBN Provinsi yang membidangi Ketahanan Keluarga Lansia
b. Organisasi Perangkat Daerah Provinsi yang membidangi urusan
pengendalian penduduk dan KB
c. Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten dan Kota yang membidangi
urusan pengendalian penduduk dan KB
d. Kepala Unit Pelaksana Teknis KB/Koordinator Penyuluh KB/ PLKB di
tingkat kecamatan
e. Penyuluh KB/PLKB beserta pengurus dan ketua kader kelompok kegiatan
BKL di tingkat desa/kelurahan
6
E. BATASAN PENGERTIAN
1. Bina Keluarga Lansia yang selanjutnya disingkat BKL adalah wadah kelompok
masyarakat yang terdiri dari keluarga Lansia yang bertujuan meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku, dan keterampilan keluarga Lansia dan Pralansia
untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan Lansia dan Pralansia.
2. Institusi Masyarakat Pedesaan/Perkotaan (IMP) adalah wadah masyarakat yang
berperan serta dalam pengelolaan Program KKBPK, baik dalam bentuk kelompok,
organisasi, maupun perorangan yang mempunyai pengaruh di masyarakat.
3. Kartu Pendaftaran Kelompok Kegiatan Pembinaan Ketahanan keluarga BKL
(K/0/BKL) merupakan kartu catatan yang dibuat oleh ketua kelompok BKL yang
berisi data potensi kelompok yang meliputi identitas, informasi pengurus maupun
anggota kelompok serta ketersediaan sarana BKL.
4. Kader adalah orang dewasa, baik pria maupun wanita yang dipandang sebagai
orang-orang yang memiliki kelebihan berupa keberhasilan dalam kegiatan,
keluwesan dalam hubungan kemanusiaan, status sosial ekonomi dan kelebihan
lainnya.
5. Kelompok Kegiatan yang selanjutnya disingkat Poktan adalah Kelompok
masyarakat yang melaksanakan dan mengelola kegiatan ekonomi produktif
keluarga (seperti UPPKS,Takesra/Kukesra) dan kegiatan bina keluarga sejahtera
(BKB, BKR, BKL, dan PIKR) serta kegiatan Posyandu, PIKSA, PAKBD yang
berada di tingkat desa/keseluruhan ke bawah.
6. Keluarga Lansia adalah keluarga yang memiliki salah satu anggota keluarganya
telah lanjut usia atau keluarga yang terdiri dari suami istri yang telah lanjut usia
atau suami istri yang telah lanjut usia beserta keluarganya.
7. Lanjut Usia (Lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh)
Tahun ke atas.
8. Lansia Rentan adalah Lansia yang tidak mampu merawat dirinya sendiri, karena
mengalami keterbatasan fungsional, sebagian atau seutuhnya, baik fisik, mental,
dan spiritual sehingga memerlukan pendampingan dan perawatan jangka panjang.
7
9. Lansia Tangguh adalah Lansia yang sehat, aktif, mandiri, dan produktif melalui
penerapan 7 (tujuh) dimensi Lansia tangguh, yaitu: dimensi spiritual, intelektual
fisik, emosional, sosial kemasyarakatan, profesional vokasional, dan lingkungan.
10. Pusat Santunan Keluarga yang selanjutnya disingkat PUSAKA merupakan
nama lain dari LKS LU yang sudah di SK kan oleh Dinas Sosial Provinsi
adalah wadah berhimpun para Lansia dalam komunitas tertentu yang bersifat
kekeluargaan.
11. Mitra Kerja adalah perseorangan, lembaga pemerintah, organisasi swasta,
lembaga swadaya organisasi masyarakat yang berperan serta dalam
pengelolaan Program Banggakencana, meliputi kader, tokoh masyarakat,
tokoh agama, tokoh adat, kepala desa/kelurahan, dan lainnya.
12. Pemangku kepentingan adalah individu atau kelompok yang dan
mempengaruhi dan/atau terpengaruh oleh aktivitas, produk atau layanan,
serta kinerja organisasi serta terkait dengan isu dan permasalahan yang
menjadi fokus kajian atau perhatian.
11. Pencatatan dan Pelaporan Program Kependudukan dan Keluarga adalah
tata cara pencatatan dan pelaporan program pengendalian penduduk dan
Keluarga Berencana.
12. Pemangku Kepentingan adalah individu atau kelompok yang dapat
mempengaruhi dan/atau terpengaruh oleh aktivitas, produk atau layanan,serta
kinerja organisasi serta terkait dengan isu dan permasalahan yang menjadi
fokus kajian atau perhatian
13. Pencatatan dan Pelaporan Program Kependudukan dan Keluarga adalah tata
cara pencatatan dan pelaporan program Pembangunan Keluarga,Kependudukan
dan Keluarga Berencana (Banggakencana).
14. Pendampingan dan Perawatan Jangka Panjang(PJP) di BKL adalah Kegiatan
pendampingan dan perawatan yang dilakukan oleh anggota keluarga
dan/atau kader sebagai pendamping informal pada lansia yang tidak dapat
merawat dirinya sendiri baik sebagian maupun seutuhnya, akibat
keterbatasan fisik, mental dan spiritual, untuk menjaga kualitas hidupnya
sehingga tetap bermartabat sampai akhir hayat.
8
15. Pengelola Program Kelanjutusiaan adalah tenaga yang melakukan fungsi
memimpin dan mengorganisir, dalam rangka menggiatkan dan
memasyarakatkan program kelanjutusiaan di semua tingkatan wilayah kerja
BKKBN, Perwakilan Provinsi, Organisasi Perangkat Daerah Pengendalian
Penduduk dan KB Provinsi dan Kabupaten/Kota, Pemangku Kepentingan,
dan Mitra Kerja serta pihak terkait lainnya.
16. Penyuluh KB adalah Aparatur Sipil Negara(ASN) yang memenuhi kualifikasi
dan standar kompetensi serta diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan
hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan
kegiatan penyuluhan, pelayanan, penggerakan dan pengembangan program
Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga berencana
(BanggaKencana)
17. Petugas Lapangan KB yang selanjutnya disingkat PLKB adalah Aparatur Sipil
Negara dan Non Aparatur Sipil Negara yang bertugas melaksanakan,
mengelola, dan menggerakkan masyarakat dalam Program BanggaKencana
di tingkat Desa/Kelurahan.
18. Posyandu Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut
di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh
masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan.
19. Pralansia adalah seseorang yang berusia 45-59 Tahun.
20. Program Pembangunan Keluarga, kependudukan dan Keluarga Berencana
(Banggakencana) adalah upaya terencana dalam mewujudkan penduduk
tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas melalui pengaturan kelahiran
anak, jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, serta
mewujudkan keluarga yang sejahtera, mandiri dan bahagia.
21. Sekolah Lansia adalah salah satu upaya pendidikan secara informal yang
dilakukan sepanjang hayat bagi lanjut usia.
22. Sistem Informasi Keluarga yang selanjutnya disebut SIGA adalah
seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi, indikator, prosedur
perangkat, teknologi dan sumber daya manusia yang saling bertkaitan dan
dikelola secara terpadu u ntuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang
berguna dalam mendukung pembangunan keluarga.
23. Surat Keputusan (SK) kelompok kegiatan (Poktan) BKL adalah surat
keputusan pembentukan Poktan BKL yang dikeluarkan oleh wilayah setempat
seperti kepala Desa/lurah, camat, bupati/walikota.
9
BAB II
KEBIJAKAN & STRATEGI
BKL INTEGRASI
A. LATAR BELAKANG
Dalam upaya meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga Lansia, maka
diperlukan kebijakan dan strategi pelaksanaan kegiatan BKL terintegrasi antara lain
sebagai berikut:
A. KEBIJAKAN
1. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama lintas sektor dan mitra kerja
dalam rangka mendukung pelaksanaan pembinaan ketahanan keluarga Lansia.
2. Menguatkan akses dan kualitas penyelenggaraan BKL Integrasi
3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM pelaksana dan pengelola kegiatan
BKL Integrasi.
10
B. STRATEGI PELAKSANAAN
11
BAB III
PENGELOLAAN BKL
TERINTEGRASI
A. LATAR BELAKANG
A. PRINSIP DASAR KEGIATAN
Gambar 1.
Kegiatan di BKL
12
c. Tahapan Pembentukan BKL antara lain :
1) Melakukan pemetaan wilayah dan mengkompilasi data kependudukan
yang berkaitan dengan kelanjutusiaan dari hasil penelitian dan laporan
rutin;
2) Melakukan pemetaaan potensi, sumber daya, dan sarana yang dimiliki;
3) Penggalangan kesepakatan dilaksanakan oleh Penyuluh KB/PLKB dan IMP
dan/atau bersama Mitra Kerja;
4) Menyusun kepengurusan Poktan BKL; dan
5) Pengesahan pembentukan Poktan BKL
d. Pelaksanaan BKL dilakukan oleh kader, Penyuluh KB/Penyuluh Lapangan KB
tokoh agama, tokoh adat dan mitra kerja lain.
e. Kegiatan BKL terdiri atas kegiatan utama dan pengembangan, yang
di jelaskan sebagai berikut:
1) Kegiatan utama antara lain:
a) Penyuluhan, meliputi materi pembangunan Keluarga Lansia Tangguh
dan materi kelanjutusiaan sesuai dengan budaya kearifan lokal.
b) Kunjungan rumah, merupakan pembimbingan langsung kepada
Keluarga Lansia, khususnya yang tidak hadir dalam pertemuan
penyuluhan selama 2 (dua) kali berturut-turut.
c) Pendampingan, merupakan kegiatan pendampingan bagi Lansia yang
memiliki gangguan dan atau permasalahan yang berkaitan dengan 7
(tujuh) dimensi Lansia Tangguh dan atau pendampingan perawatan
jangka panjang bagi Lansia yang memiliki gangguan status fungsional
fisik, mental dan kognitif yang cenderung berkurang dengan
bertambahnya usia.
d) Rujukan merupakan kegiatan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
anggota BKL.
e) Pencatatan dan pelaporan
2) Kegiatan pengembangan meliputi kegiatan yang berkaitan dengan
penerapan 7 (tujuh) dimensi Lansia Tangguh, paling sedikit berupa:
a) Menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan fisik antara lain
olahraga, penyediaan makanan tambahan;
b) Kegiatan sosial kemasyarakatan, bina lingkungan dan kegiatan
keagamaan;
13
c) Kegiatan peningkatan pendapatan usaha ekonomi produktif melalui
kelompok usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera, usaha
peningkatan pendapatan keluarga, dan koperasi;
d) Penguatan kemitraan.
f. Materi penyuluhan BKL sebagai berikut :
1) Buku Pegangan Kader 7 Dimensi Lansia Tangguh
2) Pendampingan Perawatan Jangka Panjang Bagi Lansia
3) Media Partisipatif Lansia Tangguh (BKL Kit)
4) Video Tutorial Media Partisipatif Lansia Tangguh (BKL Kit)
5) Menyiapkan PraLansia menjadi Lansia Tangguh
6) Mobile Apps Lansia Tangguh (Golantang)
Gambar 2.
Materi Penyuluhan di BKL
14
2. POSYANDU LANSIA
Posyandu Lansia merupakan salah satu bentuk
Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) sebagai wadah pelayanan kepada Lansia
di masyarakat.
INVESTASI
TERBESAR PADA
MASA TUA
HANYALAH
TUBUH YANG
SEHAT
15
3. PUSAT SANTUNAN KELUARGA (PUSAKA)
a. PUSAKA sebagai wujud peran masyarakat dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial.
b. Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
c. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah, terpadu
dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar
setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial,
pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.
d. PUSAKA berkedudukan baik di provinsi maupun kabupaten/kota yang
bersifat otonom dan mandiri dengan fungsinya sebagai mitra pemerintah,
pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/ kota dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
e. PUSAKA memiliki peran, antara lain:
1) Mencegah terjadinya masalah
2) Memberikan pelayanan sosial kepada Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan
Sosial (PPKS)
3) Menyelenggarakan konsultasi kesejahteran keluarga.
f. Jumlah PUSAKA di masyarakat sebanyak 793 dengan 270 PUSAKA
terakreditasi, dengan total Lansia sebanyak 179.921 orang yang tersebar di
seluruh Indonesia (Kementerian Sosial RI, November 2020).
16
g. PUSAKA memiliki program yaitu Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI). Pada tahun
2020 Kemensos sudah tidak ada Dana Asistensi Sosial Lanjut Usia (ASLU) berganti
menjadi Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) yang terdiri dari 4 komponen antara
lain pemenuhan kebutuhan dasar, dukungan Keluarga perawatan sosial dan terapi.
h. Anggota Posyandu Lansia maupun Lansia di Kelompok BKL dapat mengajukan dana
ASTENSI melalui apabila memiliki kriteria penerima manfaat. Adapun kriteria
Penerima Manfaat Kriteria lanjut usia penerima ATENSI dimaksud adalah:
1) Lanjut Usia 60 tahun keatas dalam kategori lanjut usia tidak berdaya dalam
mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
2) Mempunyai identitas yang jelas dan terdaftar sebagai binaan di PUSAKA dan
terdaftar di Dinas Sosial setempat.
i. Prosedur untuk pengajuan ATENSI yaitu PUSAKA mengajukan proposal untuk
Lansia binaannya ke Direktorat Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI melalui
Balai Budi Dharma Bekasi, Balai Gau Mabaju di Makassar, Bali Loka Minaula di
Kendari.
j. Dukungan yang dapat diberikan oleh PUSAKA dalam mewujudkan kesejahteraan
Lansia anggota kelompok BKL maupun Posyandu Lansia antara lain:
1) Memfasilitasi anggota BKL dan Posyandu Lansia yang perlu mendapatkan
ATENSI.
2) Mengajak Lansia ataupun anggota keluarga Lansia penerima ATENSI untuk ikut
aktif mengikuti Kegiatan Integrasi BKL baik pemeriksaan kesehatan maupun
kegiatan penyuluhan di kelompok BKL setiap bulannya.
3) Melakukan updating data Lansia bersama-sama dengan para kader BKL dan
Posyandu Lansia terkait data Lansia penerima dana ATENSI.
4) Kader BKL maupun Kader Posyandu Lansia dapat mengusulkan kepada
PUSAKA untuk membantu keperluan Lansia antara lain berupa alat bantu lansia
seperti kursi roda dan tongkat.
17
4. PENGINTEGRASIAN KEGIATAN BKL, POSYANDU LANSIA &
PUSAKA
memiliki 2 (dua) tahap, yaitu tahap 1 adalah BKL yang terintegrasi dengan
Posyandu Lansia atau PUSAKA sedangkan tahap 2 adalah BKL yang
terintegrasi dengan Posyandu Lansia dan PUSAKA, seperti pada Gambar 5 di
bawah ini.
18
Pada kegiatan BKL, Posyandu Lansia dan PUSAKA dilakukan pembinaan oleh tiga
kementerian/lembaga (BKKBN, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial)
ada fungsi yg tidak saling beririsan, antara lain dijelaskan pada tabel 1 sebagai
berikut.
19
Gambar 5.
Video Tutorial Media Partisipatif BKL
20
5. SEKOLAH LANSIA
Sekolah Lansia merupakan model komprehensif pengelolaan Lansia di
masyarakat dengan pendekatan 7 Dimensi Lansia Tangguh. Sekolah Lansia
berupaya dalam pemberian informasi, pelatihan dan permainan edukatif kepada
Lansia tentang kesehatan, keagamaan, ekonomi, sosial budaya sehingga menjadi
Lansia SMART (Sehat, Mandiri, Aktif, pRoduktif dan bermartabaT). Konsep
Sekolah Lansia bersifat informal sesuai kurikulum dengan pembelajaran andragogi
atau pendidikan orang dewasa (pelibatan peserta didik dalam kegiatan). Sasaran
Sekolah Lansia yaitu pra Lansia (45 – 59 tahun) dan Lansia (usia 60 tahun ke atas).
Tujuan Sekolah Lansia antara lain sebagai berikut:
a) Meningkatkan pengetahuan dan perilaku Lansia terhadap kesehatan.
b) Meningkatkan kedekatan Lansia dengan nilai spiritual sehingga husnul
khatimah.
c) Meningkatkan usia harapan hidup yang berkualitas, tangguh dan
berdaya guna
d) Meningkatkan kebahagiaan dan kemandirian Lansia.
21
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan dan penyelenggaraan Sekolah
Lansia, antara lain dijelaskan didalam tabel. 2 berikut:
Tabel 2.
Penyelenggaraan Sekolah Lansia
22
Kurikulum Sekolah Lansia Mengadopsi 7 Dimensi Lansia Tangguh
23
Gambar 7. Ijazah dan Wisuda Sekolah Lansia
1. Persiapan
a. Masing-masing pelaksana kegiatan baik BKL, Posyandu Lansia
maupun LKS LU melakukan pertemuan untuk membahas potensi
kegiatan bersama antara BKL dan Posyandu Lansia (brainstorming).
b. Menggalang kesepakatan/komitmen antar instansi terkait tentang
tupoksi/peran BKL, Posyandu Lansia dan LKS LU dalam kegiatan yang
terintegrasi.
2. Pelaksanaan
Dalam melaksanakan kegiatan BKL terintegrasi, hal yang perlu diperhatikan
yaitu kegiatan dilakukan secara terstruktur dan dalam waktu dan tempat
yang bersamaan.
24
b. Tempat Penyelenggaraan
Tempat penyelenggaran BKL terintegrasi sebaiknya berada pada
lokasi yang mudah dijangkau masyarakat. Tempat kegiatan tersebut
dapat disalah satu rumah warga, halaman rumah, balai
desa/kelurahan, balai RW/RT/dusun, salah satu kios di pasar, salah
satu ruangan perkantoran, atau tempat khusus yang dibangun secara
swadaya oleh masyarakat serta berada di lingkungan masyarakat.
c. Penyelenggara Kegiatan
Kegiatan rutin diselenggarakan dan digerakkan oleh kader baik
kader BKL maupun kader Posyandu Lansia dengan bimbingan teknis
dari PKB/PLKB, Puskesmas, dan pekerja sosial serta sektor terkait.
Kegiatan yang dilaksanakan pada setiap langkah memiliki
penanggung jawab di masing-masing tahap kegiatan, baik
pelaksanaan saat pemeriksaan di Posyandu Lansia maupun saat
penyuluhan di Kelompok Kegiatan BKL.
d. Pelaksanaan Kegiatan BKL Terintegrasi
Pelaksanaan kegiatan BKL Intergrasi sebagai Suatu upaya
mensinergikan berbagai layanan yang dibutuhkan untuk kesehatan
dan kesejahteraan keluarga Lansia. Integrasi layanan ini
dilaksanakan dalam bentuk kegiatan di Posyandu Lansia, kegiatan
BKL dan LKS LU melalui skema pelaksanaan sebagai berikut:
Gambar 8.
Skema Pelaksanaan Kegiatan BKL Terintegrasi
25
Pelaksanaan Kegiatan BKL Terintegrasi yang dilaksanakan pada waktu yang sama dan
dilaksanakan di satu tempat dan diadakan setiap bulan sekali dengan tahapan
pelaksanaan kegiatan sebagai berikut antara lain :
Catatan:
1. Meja I dan Meja II dilakukan oleh kader PKK, Kader BKL dan
Pendamping/Pekerja Sosial
2. Meja III dan IV oleh kader/pekerja sosial terlatih/terorientasi serta
supervisi oleh tenaga kesehatan
3. Meja V oleh Mitra kerja
3) Penyuluhan : Anggota Posyandu Lansia dan keluarga Lansia mengikuti kegiatan
Penyuluhan tentang kesehatan dan 7 (tujuh) dimensi Lansia tangguh yang dapat
disampaikan melalui simulasi media partisipatif BKL Kit oleh kader (Permainan 7
Dimensi Lansia Tangguh ada pada lampiran), Lansia atau keluarga Lansia dapat
mengikuti kegiatan penyuluhan setelah pemeriksaan kesehatan atau sebelum
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan sambil menunggu giliran pemeriksaan.
26
e. Kegiatan BKL Integrasi lainnya
Selain kegiatan utama BKL integrasi, terdapat beberapa kegiatan integrasi lainnya,
antara lain:
1) Pendampingan PJP
Pendampingan PJP bagi Lansia adalah proses pemberian bantuan dan dukungan
jangka panjang kepada Lansia yang tidak mampu merawat dirinya sendiri baik
sebagian maupun total, karena mempunyai keterbatasan dalam aspek fisik dan
atau mental. Pendampingan PJP diberikan oleh caregiver informal maupun
profesional. Pengetahuan dalam hal pemberian pendampingan PJP bagi para
Lansia sangatlah diperlukan oleh para kader dengan tujuan meningkatkan
kualitas hidup Lansia dalam keluarga.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam hal perawatan jangka panjang oleh para
kader antara lain:
a) Pemeriksaan ADL dan IADL oleh kader atau keluarga
dan didampingi oleh tenaga kesehatan untuk mengidentifikasi Lansia yang
membutuhkan PJP atau tidak. Jika tidak didampingi oleh tenaga kesehatan,
kader atau keluarga harus dilatih terkait pendampingan PJP dan
pemeriksaan ADL dan IADL oleh instansi terkait.
b) Penyuluhan di kelompok BKL kepada keluarga Lansia
tentang pendampingan PJP oleh kader BKL agar dapat memberikan
pendampingan PJP bagi Lansia secara optimal di rumah.
c) Adanya sistem rujukan dalam hal PJP yang harus
dilakukan oleh keluarga maupun kader.
27
Gambar 9
Sistem Rujukan Perawatan Jangka Panjang
28
2) Kunjungan Rumah oleh Kader
Para Kader dapat melakukan kunjungan rumah apabila Lansia atau keluarga Lansia
tidak hadir dalam pertemuan selama 2 kali berturut-turut atau dapat melakukan
kunjungan rumah secara rutin untuk mengetahui kondisi Lansia terhadap Lansia
yang memerlukan pendampingan PJP.
Tugas dan tanggung jawab dari lintas sektor dan berbagai pihak tersebut di atas
antara lain melalui lembaga pemerintahan dan organisasi masyarakat, profesi serta
swasta seperti dijelaskan pada tabel 3 dan 4 sebagai berikut.
29
Tabel 3. Peran Lembaga Pemerintahan
30
Tabel 4
Peran Organisasi Masyarakat, Profesi dan Swasta
31
D. KADER/PELAKSANA
1. Syarat Kader/Pelaksana
Berdomisili di lokasi kegiatan, yang aktif dan empunyai minat dalam hal
pemberian pelayanan terhadap Lansia
Dapat membaca, menulis dan mampu berkomunikasi engan para Lansia dalam
Bahasa Indonesia atau Bahasa daerah setempat
Sehat jasmani dan rohani
Usia tidak dibatasi, tetapi dalam kondisi ertentu usia kader maksimal 50 tahun
(misalnya : kondisi pandemi covid-19)
Bersedia mengikuti peningkatan kapabilitas eperti pelatihan/orientasi/
magang
2. PeranKader/Pelaksana
3. Tugas Kader/Pelaksana
Sarana dan prasarana kegiatan BKL terintegrasi merupakan segala sesuatu yang
menjadi penunjang terselenggaranya kegiatan, antara lain:
1. Tempat kegiatan, Meja dan kursi, alat tulis
2. Alat pemeriksaan kesehatan sederhana (Timbangan dewasa, meteran/pengukur
tinggi badan, stetoskop, tensimeter, termometer, peralatan lab sederharna,
3. Obat-obatan dengan pengawasan Dokter
4. Media dan materi penyuluhan;
5. Media partisipatif BKL kit;
6. Buku kesehatan Lansia;
7. Buku Pedoman Kader
8. Buku/Formulir pencatatan kegiatan dan pelaporan.
F. PENDANAAN
32
BAB IV
PENCATATAN &
b
PELAPORAN
Pencatatan dan pelaporan terkait kegiatan BKL Integrasi perlu dilakukan secara rutin
dalam jangka waktu tertentu baik dilakukan bersama-sama antara BKKBN, Kementerian
Kesehatan dan Kementerian Sosial maupun dilakukan oleh masing-masing sektor secara
berjenjang untuk mengetahui kegiatan BKL Integrasi berjalan berkesinambungan sesuai
dengan yang direncanakan. Kegiatan pencatatan dan pelaporan merupakan penyediaan
informasi tertulis secara berjenjang, disajikan tepat waktu, terjamin akurasinya, tertib
dan teratur.
A. PENCATATAN
33
B. PELAPORAN
Gambar 10.
Alur Pencatatan dan Pelaporan BKL
34
BAB V
MONITORING & EVALUASI
b
Monitoring dan evaluasi terkait kegiatan BKL Integrasi perlu dilakukan secara rutin
dalam jangka waktu tertentu baik dilakukan bersama-sama antara BKKBN, Kementerian
Kesehatan dan Kementerian Sosial maupun dilakukan oleh masing-masing sektor secara
berjenjang untuk mengetahui kegiatan BKL Integrasi berjalan berkesinambungan sesuai
dengan yang direncanakan.
A. TUJUAN
B. WAKTU
35
C. PELAKSANA
F. PENDANAAN
36
BAB IV
PENUTUP
"Diharapkan juga panduan ini dapat mendorong terlaksananya layanan lanjut usia melalui BKL
yang terintegrasi dan terkoordinasi yang dilaksanakan oleh berbagai sektor pemerhati Lansia dan
juga dapat memberikan kontribusi secara luas kepada para pengelola dan pelaksana program
dalam rangka mensejahterakan dan meningkatkan kualitas hidup Lansia sehingga pelaksanaan
program yang dilaksanakan secara terpadu dapat berjalan dengan baik dan terarah guna
mewujudkan keluarga Lansia yang berkualitas.."
37
Panduan BKL Integrasi TA 2020
LAMPIRAN 1
MEDIA PARTISIPATIF
PENYULUHAN LANSIA TANGGUH
38
39
40
41
42
Panduan BKL Integrasi TA 2020
LAMPIRAN 2
43
1. Provinsi Aceh
44
2. Provinsi Sumatera Utara
45
3. Provinsi Sumatera Barat
46
4. Provinsi RIAU
5. Provinsi Jambi
47
6. Provinsi Sumatera Selatan
7. Provinsi Bengkulu
48
8. Provinsi Lampung
49
10. Provinsi Kepulauan Riau
50
12. Provinsi Jawa Barat
51
12. Provinsi Jawa Tengah
52
13. Provinsi D.I Yogyakarta
53
16. Provinsi Jawa Timur
54
17. Provinsi Bali
55
19. Provinsi Nusa Tenggara Timur
56
21. Provinsi Kalimantan Tengah
57
23. Provinsi Kalimantan Timur
58
25. Provinsi Sulawesi Utara
59
27. Provinsi Sulawesi Selatan
60
28. Provinsi Sulawesi Tenggara
61
30. Provinsi Sulawesi Barat
62
32. Provinsi Maluku Utara
63
34. Provinsi Papua
64
Panduan BKL Integrasi TA 2020
LAMPIRAN 3
65
1. Provinsi Aceh
65
2. Provinsi Sumatera Utara
66
3. Provinsi Sumatera Barat
4. Provinsi Riau
67
5. Provinsi Jambi
6. Provinsi Bengkulu
68
7. Provinsi Sumatera Selatan
8. Provinsi Lampung
69
9. Provinsi Bangka Belitung
70
11. Provinsi DKI Jakarta
71
14. Provinsi Jawa Barat
72
15. Provinsi Jawa Timur
73
16. Provinsi Jawa Tengah
74
17. Provinsi Bali
75
19. Provinsi Nusa Tenggara Timur
76
20. Provinsi Kalimantan Barat
77
22. Provinsi Kalimantan Selatan
78
24. Provinsi Kalimantan Utara
79
26. Provinsi Sulawesi Tengah
80
28. Provinsi Sulawesi Selatan
81
29. Provinsi Sulawesi Tenggara
82
31. Provinsi Maluku
83
33. Provinsi Papua
84
34. Provinsi Papua Barat
85
Panduan BKL Integrasi TA 2020
LAMPIRAN 4
86
1. Provinsi Aceh
87
2. Provinsi Sumatera Utara
88
3. Provinsi Sumatera Barat
4. Provinsi Riau
89
5. Provinsi Jambi
90
7. Provinsi Bengkulu
8. Provinsi Lampung
91
9. Provinsi Bangka Belitung
92
11. Provinsi DKI Jakarta
93
14. Provinsi Jawa Barat
94
15. Provinsi Jawa Tengah
95
16. Provinsi Jawa Timur
96
17. Provinsi Bali
97
19. Provinsi Nusa Tenggara Timur
98
20. Provinsi Kalimantan Barat
99
22. Provinsi Kalimantan Selatan
100
24. Provinsi Kalimantan Utara
101
26. Provinsi Sulawesi Tengah
102
28. Provinsi Sulawesi Selatan
103
29. Provinsi Sulawesi Tenggara
104
31. Provinsi Maluku
105
33. Provinsi Papua
106
34. Provinsi Papua Barat
107
Panduan BKL Integrasi TA 2020
LAMPIRAN 5
108
109
110
DAFTAR PUSTAKA
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), 2012. Pedoman
Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia. Jakarta, BKKBN, 2012
Kementerian Sosial RI, 2014. Pedoman Asistensi Sosial Lanjut Usia Melalui Lembaga
Kesejahteraan Sosial (LKS). Jakarta, Kemensos, 2014
Badan Pusat Statistik, 2019. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2019. Jakarta, BPS, 2019
111
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2020. Laporan
Dallap November, BKKBN, 2020
Kementerian Sosial RI, 2020. Keputusan Direktur Jenderal Rehabiltasi Sosial Tentang
Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) Penanganan Lanjut Usia Di Seluruh Indonesia.
Jakarta, Kemensos, 2020
112