Cetakan pertama
Jakarta, April 2013
ISBN : 978-602-8068-83-3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya, buku Konsultasi dan Konseling Keluarga Lansia dan Lansia
Pada Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Buku ini disusun sebagai acuan dan rujukan bagi semua pihak dalam
penyelenggaraan dan pengembangan PPKS. Dengan diterbi tkannya buku ini
diharapkan para pengelola dan pelaksana dapat melaksanakan berbagai kegiatan
secara terintegrasi dengan melibatkan unsur terkait dalam pelaksanaan dan
pengembangan PPKS disemua tingkatan.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada
seluruh tim penyusun yang telah memberikan sumbangan pikiran dan tenaga dalam
penyusunan buku ini. Kami menyadari bahwa penyusunan buku ini masih belum
sempurna, untuk itu kami mohon masukan dan saran untuk perbaikan dimasa yang
akan datang.
i
KATA SAMBUTAN
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan program kependudukan dan keluarga berencana di Indonesia
telah diakui oleh masyarakat dan pemerintah Indonesia, dan juga telah dikenal
oleh negara-negara di dunia.Salah satu buktinya adalah, Indonesia ditunjuk
sebagai tempat pelatihan negara-negara berkembang lainnya dalam program
keluarga berencana. Penurunan total fertility rate dari sekitar 5,6 pada tahun 70-
an menjadi 2,6 pada akhir tahun 90-an merupakan bukti bahwa program
tersebut telah dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia secara
sungguh-sungguh. Namun demikian, mulai tahun 2004 dimana Indonesia
mengalami perubahan lingkungan strategis yang sangat drastis, yaitu sebagian
kewenangan program KB diserahkan kepada pemerintah kabupaten dan kota,
maka capaian programpun terasa mulai menurun. Bahkan dalam 10 tahun
terakhir dari hasil dua kali survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI),
ternyata pencapaian program KB tersebut terlihat stagnan.
Jumlah penduduk lanjut usia pada tahun 2012 diperkirakan sekitar 24 juta
orang atau 9,7 % dari penduduk Indonesia. Kondisi ini menimbulkan masalah
baru bagi keluarga, maupun bagi pemerintah. Perubahan secara fisik biologis,
munculnya penyakit degeneratif, perubahan mental psikologis, kemampuan
sosialisasi, kemampuan ekonomi dan lain sebagainya merupakan hal-hal yang
sangat umum terjadi pada penduduk lansia tersebut. Apabila hal ini tidak
1
ditangani secara serius, terencana, terorganisir, terintegrasi dan tidak secara
berkelanjutan, maka masalah yang dihadapi akan semakin besar.
BKKBN dalam hal ini Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan
(Dithanlan) berusaha untuk merubah masalah-masalah tersebut di atas menjadi
peluang yang menantang.Dengan demikian pemikiran pesimistis harus dirubah
menjadi pemikiran yang optimis dan positif. Melalui berbagai usaha seperti
membentuk dan mengembangkan program Bina Keluarga Lansia, serta
pengembangan program lansia potensial. Saat ini program lansia merupakan
bagian dari 7 (tujuh) program besar Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera
(PPKS).
B. Tujuan
Memberikan kemudahan bagi pelaksana pelayanan bidang konsultasi dan
konseling keluarga Lansia dan Lansia dalam melaksanakan tugasnya agar
Lansia mampu menjalani kehidupan dengan Sehat, Mandiri, dan Sejahtera
(SMS), dan produktif serta selalu mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha
Kuasa.
C. Batasan Pengertian
1. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami dan
istri, atau suami, istri dan anak, atau ayah dan anak, atau ibu dan anak. (UU.
No.52, Tahun 2009)
2
3. Lansia (Lanjut Usia) adalah orang yang telah berusia 60 tahun keatas. (UU.
No. 13Tahun 1998)
11. Sistem Sensori adalah bagian dari sistem saraf yang terdiri dari reseptor
sensori yang menerima rangsangan dari lingkungan internal maupun
3
eksternal, jalur neural yang menyalurkan informasi dari reseptor ke otak, dan
bagian otak yang terutama bertugas mengolah informasi tersebut.
12. Patologis adalah ilmu tentang penyakit atau pengertian lain adalah dalam
keadaan sakit.
14. Dimensia adalah suatu penyakit degeneratif pada orang lanjut usia yang
disebabkan oleh kerusakan sel-sel otak sehingga sistem syaraf tidak dapat
lagi membawa informasi dari dan ke otak serta mengakibatkan kemunduran
daya ingat/pelupa dan keterampilan secara progresif, disertai gangguan
emosi dan perubahan perilaku.
15. Tingkah Laku Regresi (Sigmund Freud) adalah salah satu bentuk dari
mekanisme defensif untuk seolah kembali ketika masih anak-anak atau
tingkah laku yang kurang matang yang merupakan ciri dari tingkah laku anak
kecil.
16. Ambivalensi adalah perasaan tidak sadar yang saling bertentangan terhadap
situasi yang sama/terhadap seseorang pada waktu yang sama atau dapat
disebut juga sebagai perasaan mendua.
18. Agama adalah suatu keyakinan yang berasal dari ajaran nabi, rasul, dewa,
roh kudus dan sebagainya yang disampaikan kepada umatnya sebagai
bekal hidup di dunia dan di akhirat.
19. Mental adalah sikap kejiwaan seseorang yang menjadi pengatur aktivitas
fisik (raga) dalam menjalani kehidupan bersama orang lain.
20. Spiritual adalah suatu keyakinan yang percaya kepada kekuatan yang maha
kuasa (Tuhan) di atas segala kemampuan manusia.
4
21. Sosial Kemasyarakatan adalah penanaman nilai kepada setiap anggota
bersama seluruh keluarganya, untuk dapat memiliki jiwa sosial, memiliki
empati atau kepedulian, tolong menolong, dan solidaritas bagi kepentingan
bersama sesama anggota kelompok lansia.
22. Usaha Ekonomi Produktif adalah kegiatan produktif lansia di bidang ekonomi
yang dapat menghasilkan pendapatan untuk dirinya. Kegiatan ekonomi yang
dilakukan diupayakan sebagai perpaduan dengan kegiatan rekreatif.
5
BAB II
KONSULTASI DAN KONSELING
KELUARGA LANSIA DAN LANSIA
A. Kesehatan Fisik
a. Proses Menjadi Tua
Menjadi lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari
oleh siapapun apabila seseorang mendapat anugrah panjang umur. Proses
menjadi lanjut usia selalu ditandai dengan kemunduran fungsi-fungsi organ
tubuh yang dapat menimbulkan masalah/gangguan yang akan banyak
mempengaruhi kegiatan/aktivitas sehari-hari seorang manusia, misalnya
menurunnya daya tahan tubuh, kelambatan gerak, kurang cepat bereaksi,
berkurangnya tenaga, menurunnyakemampuan panca indera dan lain
sebagainya.
6
jenis pelayanan, dan sistem pelayanan konsultasi dan konseling para
keluarga lansia yang diselenggarakan PPKS yang telah disiapkan untuk
melakukan berbagai pelayanan konsultasi dan konseling keluarga.
c. Penyakit Lansia
Didalam kehidupan sehari-hari para lansia dibagi dalam dua kelompok yaitu:
a. Kelompok aktif adalah lansia yang fisiknya masih mampu bergerak
tanpa bantuan orang lain, sehingga masih dapat melaksanakan sendiri
kegiatan sehari-hari, namun tetap perlu mendapat bimbingan,
pengawasan dan bantuan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan;
b. Kelompok pasif adalah lansia yang selalu memerlukan banyak
pertolongan dari orang lain dalam kegiatan sehari-hari karena sakit atau
lumpuh.
7
c. Keadaan lingkungan yang tidak nyaman;
d. Keadaan status perkawinan (janda/duda);
e. Kontradiksi antara khayalan dan kenyataan karena selalu
membayangkan masa kejayaan masa lalu;
f. Tanggapan masyarakat;
g. Persepsi internal yang menganggap dirinya sudah tidak berguna bagi
dirinya sendiri, keluarga, atau masyarakat.
h. Rasa takut mati yang dibayangi oleh rasa bersalah/dosa masa lalu.
1. Fase Senium
Fase Senium dialami oleh wanita berumur di atas 60 tahun dengan kondisi
mampu beradaptasi terhadap hidup tanpa estrogen. Gejala psikosomatik
menonjol. Secara patologis terdeteksi dengan mudah terjadinya patah tulang
sebagai akibat osteoporosis karena tulang tipis dan keropos. Disamping itu
juga terjadi gejala kemunduran Intelectual Quotient (lQ) yang ditandai
8
dengan cepat lupa, ingatan berkurang, tidak terasa bila berkemih dan buang
air besar, serta sulit melakukan aktivitas di tempat tidur.
2. Andropause
Andropause merupakan istilah penyebutan bagi laki-laki yang mengalami
penuaan dengan segala konsekuensi dan gejala-gejala yang ditimbulkannya
dibidang fisik, sosial, dan mentalnya. Ada pula yang memakai istilah
menopause pria. Istilah tersebut tidak tepat, terutama karena kalau
menopause pada perempuan kesuburannya berhenti, sedangkan pada laki-
laki tidak berhenti, tetapi hanya mengalami kemunduran secara bertahap
dan pasti. Disamping itu perubahan fisiologis reproduksi pada laki-laki lansia
tidak terlihat atau terasa dibandingkan perubahan pada perempuan yang
terlihat atau berakibat nyata.
Gejala Andropause meliputi:
a. Potensi seksual mulai menurun;
b. Kurang bergairah;
c. Mudah tersinggung;
d. Daya konsentrasi terganggu;
e. Mudah letih, lesu, lemah;
f. Kaku-kaku pada otot, sendi dan tulang;
g. Mengalami osteoporosis (penurunan massa tulang);
h. Rambut rontok ;
i. Kulit kering ;
1) Organ reproduksi laki-Iaki mengecil;
2) Bisa muncul impotensi terkait dengan masalah sistem sirkulasi
darah tidak lancar termasuk yang beredar di daerah organ
reproduksi;
9
berbeda dengan pria dimana umumnya pria lansia (yang masih sehat) tetap
aktif ingin melakukan hubungan seks.
10
e. Faktor penting yang mempengaruhi interaksi seksual lansia :
1) Keeratan hubungan (relasi) keseharian antara suami dan istri;
2) Kondisi fisik pasangan. Pasangan yang kondisinya kurang bugar
menyebabkan malas melakukan hubungan seksual;
C. Mental Psikologis
11
2) Kemampuan pemahaman
Pada lanjut usia, kemampuan pemahaman atau menangkap
pengertian dipengaruhi oleh fungsi pendengarannya. Penurunan
fungsi indera pendengaran mempengaruhi daya tangkap serta
kemampuan pemahaman terhadap sesuatu.
c. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan pada lanjut usia sering lambat atau seolah-olah
terjadi penundaan. Keberhasilan pengambilan keputusan akan
memberikan dampak positif bagi perkembangan jiwa lansia.
d. Pemecahan masalah
Masalah-masalah yang dihadapi lanjut usia tentu semakin banyak.
Banyak hal yang dahulunya dengan mudah dapat dipecahkan menjadi
terhambat karena terjadi penurunan pada fungsi panca indera.
e. Daya ingat/memori
Daya ingat adalah kemampuan untuk menerima, mencamkan,
menyimpan dan menghadirkan kembali rangsangan/peristiwa yang
pernah dialami seseorang. Pada lanjut usia, daya ingat merupakan
salah satu fungsi yang seringkali paling awal mengalami penurunan.
f. Motivasi
Pada lanjut usia, motivasi untuk mencapai/memperoleh sesuatu cukup
besar, namun motivasi tersebut seringkali kurang didukung oleh
kekuatan fisik maupun psikologis, sehingga hal-hal yang diinginkan
banyak berhenti di tengah jalan.
12
2. Perubahan Emosi/Perasaan Lansia
Aspek emosi/perasaan adalah fenomena yang dihayati secara subyektif
sebagai sesuatu yang menimbulkan kesenangan atau kesedihan yang pada
dasarnya dibedakan atas :
a. biologis, meliputi perasaan indera (panas, dingin, pahit, asin dan
sebagainya), perasaan vital (lapar, haus, kenyang dan lain-lain) dan
perasaan naluriah (antara lain kasih sayang, cinta, takut);
b. psikologis, meliputi : perasaan diri, perasaan sosial, perasaan etis,
estetis, perasaan intelek serta perasaan religius.
Pada usia lanjut umumnya perasaan tetap berfungsi dengan baik dan jika
ada yang mengalami penurunan seringkali sebagai akibat dari penurunan
fungsi organ tubuh. Sedangkan psikologis relatif tetap berperan dengan
baik, bahkan makin mantap, kecuali bagi mereka yang mempunyai masalah
fisik ataupun mental.
Penurunan fungsi afektif tampak jelas pada usia lanjut yang sangat tua
(diatas 90 tahun). Penurunan tersebut sering diikuti oleh tingkah laku
regresi, misalnya mengumpulkan segala macam barang untuk dibawa ke
tempat tidur.
13
cemas dan tertekan dibandingkan dengan laki-laki karena keadaan
tersebut.
D. Mental Spiritual
1. Kebutuhan Manusia terhadap Agama
Manusia adalah makhluk berTuhan, karena setiap orang pasti percaya pada
kekuatan diluar kemampuan manusia. Dalam agama kekuatan yang maha
besar dan maha tinggi, bahkan tertinggi kedudukannya itu disebut dengan
Tuhan Yang Maha Kuasa. Dia adalah sosok yang sangat dibutuhkan dan
diyakini mampu membantu menyelesaikan berbagai masalah yang manusia
hadapi. Agamamerupakan ajaran mulia yang datangnya dari Tuhan yang
maha Kuasa tadi yang dipercaya oleh ummatnya akan memberikan jalan
untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Agama berperan untuk menjelaskan hal-hal yang tidak bisa dipecahlan dan
dijawab oleh akal manusia, diantaranya:
a. Tuhan memberikan petunjuk, pedoman dan aturan yang tercantum
dalam kitab-kitab suci yang diturunkan dan disampaikan melalui Nabi
dan Rasul-Nya seperti Nabi Nuh untuk Kitab Taurat, Nabi Isa untuk Kitab
Injil dan Nabi Muhammad untuk Kitab Al-Qur’an.
b. Kemampuan akal manusia memiliki keterbatasan. Karena itu tidak
semua persoalan dapat dijawab oleh akal manusia termasuk ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diciptakannya seperti perubahan gejala
alam. Kekuatan itulah yang disebut dengan kekuasaan Tuhan (Allah).
c. Dalam kehidupan beragama setiap orang diajarkan tentang hubungan
dirinya dengan Tuhan, hubungan dirinya dengan manusia dan hubungan
dirinya dengan makhluk alam lainnya
d. Pembinanan hidup beragama memerlukan proses yang dilakukan
secara sistematik, bertahap dan berlanjut sejak dari muda, dewasa
sampai di usia lanjut (lansia). Kemantapan mental spiritual merupakan
proses yang harus terus dibina.
14
2. Peran Keluarga Dalam Pembinaan Mental Spiritual Lansia
Keluarga adalah orang-orang terdekat dalam hidup dan kehidupan dimasa
lansia. Oleh sebab itu orang tua yang baik tidak akan mengabaikan
perawatan, pengasuhan dan pendidikan anak-anaknya sejak kecil sampai
usia dewasa. Apabila tugas dan tanggung jawab itu dilaksanakan dengan
baik dan ikhlas sesuai dengan norma umum dan agama, maka balasan
perbuatan baik akan diberikan oleh anak dan keluarga terdekat ketika kita
menjalani masa tua. Untuk itu ada beberapa peran untuk membina mental
spiritual lansia yang harus dilakukan anggota keluarga terdekat, antara lain
sebagai berikut:
a. Anak dan keluarga yang baik tidak akan menelantarkan orang tua yang
masuk lansia, apalagi memasukkannya ke Panti Jompo atau tidak peduli
dengan perawatan lansia. Hukum Tuhan akan ditunjukkan di dunia atau
kelak diakhirat. Anak yang baik akan mengurus orang tua yang
memasuki usia lanjut (lansia) sampai mereka menemui ajalnya.
b. Dari sisi pelaksanaan ajaran agama keluarga bisa melakukan: mengajak
ibadat bersama (seperti shalat jama’ah dalam Islam), mempelajari kitab
suci dengan cara yang ringan dan menyenangkan, meminta nasihat
agama untuk memotivasi pembelajaran agama, melibatkan dan
memerankan lansia pada upacara-upacara hari besar keagamaan,
mendampingi pada kegiatan pembelajaran agama (majelis taklim)
c. Hubungan emosional antara orang tua dan anak tidak bisa diganti oleh
orang lain. Hubungan emosional yang baik dan harmonis akan
membawa kesejahteraan lahir batin bagi lansia begitu pula bagi anak-
cucu keturunannya. Selalu melakukan silaturahmi kepada keluarga
lansia dan mengajak mereka bersilaturahmi kepada keluarga, kepada
pimpinan dan tokoh agama merupakan hal yang sangat baik dilakukan.
d. Mengurus lansia memerlukan ketabahan dan kesabaran anak dan
keluarga. Diharapkan agar nilai-nilai agama selalu bersatu dalam
pelayanan kepada mereka dan mereka akan terus meniti nilai-nilai
keagamaan itu di akhir kehidupannya.
e. Mengurus dan melayani kebutuhan lansia yang tidak mampu berbuat
dan bekerja merupakan ujian berat bagi anak dan anggota keluarga.
15
Anak dan keluarga yang berhasil berbuat kebajikan dan merawat lansia
akan mendapat ganjaran pahala dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
E. Sosial Kemasyarakatan
Lansia dalam keluarga tentu merupakan sosok yang berjasa. Keberadaan
keluarga saat ini, tentu secara langsung atau tidak langsung adalah berkat
keberadaan lansia tersebut.
16
a. Penelantaran lansia oleh keluarga
b. Tindakan kekerasan dan kejahatan
F. Ekonomi Produktif
Para lansia yang masih sehat dapat dilibatkan secara aktif dalam kegiatan
ekonomi produktif yang lebih bernuansa rekreatif dan kreatif sesuaidengan
potensi yang dimiliki para lansia
1. Langkah-Langkah Kegiatan Pengembangan Ekonomi Produktif Lansia
Sebelum memulai usaha, perlu dilakukan identifikasi apakah usaha yang
dilakukan merupakan usaha lanjutan (sudah dilakukan oleh lansia sejak usia
muda), atau usaha yang sama sekali baru (baru saja akan usaha saat
lansia). Bagi usaha lanjutan maka yang lebih diperlukan oleh lansia adalah
pendampingan usaha, misalnya meningkatkan kualitas produk, pengemasan
dan legalitas usaha dan juga kemitraan.Sedangkan bagi usaha baru, maka
yang pertama kali diperlukan adalah perubahan “mind-set”.Lansia perlu
diikutkan pada pelatihan penumbuhan jiwa kewirausahaan terlebih dahulu.
17
Bidang Industri kecil dan industri rumah tangga, bidang Perdagangan
dan jasa
18
e. Mengembangkan kreatifitas berusaha
Mengembangkan kreatifitas usaha dapat ditempuh dengan cara antara
lain :
1) Mau belajar dari pengalaman orang lain yang berhasil,
2) Berani mencoba melaksanakan keinginan dan siap menghadapi
kegagalan,
3) Tidak ragu-ragu dalam mengemukakan gagasan atau tujuan yang
ingin dicapai, dan carilah orang lain atau ahli yang bisa diajak
berembuk.
4) Bebas dari perasaan tegang atau beban yang berlebihan, nikmati
usaha yang sedang dilakukan sambil mencari perbaikan.
5) Tidak terpaku dengan cara-cara lama atau aturan-aturan yang
kurang rasional.
6) Memperhatikan contoh-contoh usaha lansia yang berhasil
19
9) Ajak anggota kelompok untuk studi banding, magang, atau menjadi
peserta inkubator usaha.
20
7) Stimulan bantuan Modal usaha
Bantuan modal usaha didapat dari pemerintah provinsi atau
kabupaten dan kota setempat.
8) Bank perkreditan Rakyat (BPR)
Modal didapatkan dari BPR untuk semua jenis kredit dengan bunga
komersial.
21
BAB III
PERMASALAHAN LANSIA DAN UPAYA PEMECAHAN
a. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat berolahraga bagi lansia
adalah :
1) Latihan dilaksanakan secara berjenjang;
2) Hindarkan pertandingan untuk prestasiatau olahraga yang
bersifatkompetitif;
3) Lansia yang berpenyakit berat dan jenis olahraga yang dilarang
dokter.
22
c. Manfaat Olahraga bagi Lansia adalah:
1) Pencegahan penyakit.
2) Pengobatan penyakit.
3) Membantu Proses Pemulihan dari sakit
d. Kegiatan dan olahraga yang baik dilakukan oleh lansia secara rutin.
a. Gangguan Pernafasan
Bila terjadi gangguan pernafasan yang disebabkan sakit jantung,segera
tidurkan pasien dengan kepala ditinggikan, longgarkan pakaian, dan
tempatkan di ruangan berudara segar untuk mendapat oksigen. Pasien
segera dibawa ke dokter/rumah sakit dan tidak boleh banyak bergerak
apalagi berjalan.
23
Bila terjadi gangguan pernafasan yang disebabkan terganggunya
saluran pernafasan, segera dudukkan/tidurkan pasien dengan kepala
ditinggikan dan berikan udara segar/kipas sekitar hidungnya.
c. Gangguan Pencernaan
Gangguan pencernaan yang paling sering adalah mencret dan perut
kembung. Untuk menolong lansia dengan keluhan ini, waspadailah agar
mereka tidak mengalami dehidrasi denganmemberikan cairan gula
garam, berikan minuman hangat dan makanan lembek ditambah
susu,dan sering berikan larutan gula dan garamsetelah suatu serangan
diare.
24
mengganggu metabolisme tubuh yang dapat menimbulkan penyakit
jantung koroner, kencing manis, kolesterol tinggi, dan menambah beban
berat pada sendi dan tulang yang sudah terganggu.
Demikian juga harus diusahakan agar makan tidak terlalu sedikit, takut
ini, takut itu, sehingga asupan gizi tidak mencukupi untuk mengganti sel-
sel rusak, kurus, tanpa tenaga
b. Mengetahui tentang pola makan yang benar bagi lansia
Pola makan yang benar bagi lansia dianjurkan lebih banyak
mengonsumsi buah dan sayuran, agar bahan serat lebih banyak.
Makanan jenis serat ini akan membantu penurunan lemak tubuh dan
kolesterol yang dapat mengurangi berbagai penyakit seperti kanker,
tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner dan membantu proses
pencernaan.
c. Mengkonsumsi vitamin dan zat penting lainnya
Vitamin yang dianjurkan bagi lansia adalah vitamin B kompleks, yang
bersumber dari kacang-kacangan, sayuran segar. Vitamin A banyak
terkandung pada buah-buahan berwarna. Melalui bantuan sinar
matahari, vitamin D dapat menjadi provitamin D dibawah kulit.
Disamping itu, mineral yang sangat dibutuhkan bagi tubuh adalah
kalsium untuk memperpadat massa tulang dan memperlambat proses
osteoporosis. Zat besi (tambah darah) untuk mencegah anemia dan
suplemen lainnya sesuai kebutuhan.
d. Mempertahankan aktivitas fisik
Untuk menjaga dan mempertahankan kesehatan dan kebugaran, lansia
dianjurkan secara teratur berolah-raga disesuaikan dengan usia dan
kemampuan dengan frekuensi minimal dua kali dalam seminggu dengan
durasi sekitar 30 menit.
25
B. Masalah Kesehatan Reproduksi
26
1. Upaya mempersiapkan kehidupan
Agar para lansia merasa nyaman dalam kehidupan sehari-hari, beberapa hal
yang perlu diperhatikan oleh lansia untuk dapat menemukan makna
hidupnya adalah:
a. Tempat tinggal yang nyaman untuk masa tua;
b. Menyesuaikan diri dengan uang pensiun yang diperolehnya/uang yang
dimilikinya;
c. Memantapkan kegiatan rutin rumah tangga secara memuaskan;
d. Memelihara hubungan yang harmonis dengan suami/istri;
e. Mengahadapi kehidupan diri sendiri atau persiapan diri untuk hidup
tanpa pasangan;
f. Memelihara hubungan dengan anak dan cucu;
g. Memelihara hubungan dengan lingkungan sekitar;
h. Menjalankan dan mendalami ajaran agama sesuai dengan ajaran
agama yang dianutnya.
27
a. Menerima usia lanjut dengan lapang dada
Menerima perubahan dirinya dengan hati pasrah. Kenyataan bahwa
dirinya menjadi tua diterima secara positif dengan senang hati untuk
memasuki tingkatan hidup yang baru.
28
d. Gangguan daya ingat
Gangguan yang terjadi pada seseorang dengan lanjut usia dan
menderita dimensia, yaitu mereka tidak dapat mengingat peristiwa atau
kejadian yang baru dialami, akan tetapi hal-hal yang telah lama terjadi
masih diingat.
1) Menerima kondisi ini sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari jiwa
raga seorang lansia;
2) Tidak memperlihatkan ketidaksenangan kepada mereka, karena
sesungguhnyamereka tetap menyadari adanya kondisi lingkungan
sekitar, walau cepat lupa, tetapi perasaan kecewa akan
memperburuk situasi, dan akan lebih menyulitkan keluarga untuk
mengimbangi mereka.
3) Selalu mendampingi dan memberikan hormat, penghargaan dan
pujian pada hal-hal sukses melakukan sesuatu sesederhana
apapun.
4) Semua anggota keluarga harus sepakat dan seirama dalam
menghadapi kondisi lansia tersebut. Tentu memerlukan
pengorbanan ekstra.
5) Dasari dengan keyakinan agama, bahwa pengabdian kepala orang
tua adalah ibadah yang maha tinggi nilainya di sisi Tuhan yang
Maha Kuasa, dan dosa besar menyia-nyiakan mereka, walau hanya
sekedar menghardiknya.
29
Seluruh kondisi tersebut bahkan masih lebih banyak lagi
kondisimenakutkan dan mengawatirkan lainnya tidak mungkin dijawab
dengan akal manusia, dengan rumus-rumus duniawi. Kondisi semacam
ini hanya akan bisa dijawab, dinetralisir oleh keyakinan kepada agama.
Melakukan ibadah, bertaqwa, tawakal, pasrah dengan sungguh-
sungguh, dan melakukan hubungan secara konstan baik yang bersifat
vertikal maupun horizontal. Dengan melakukan semua ini dengan ikhlas
akan membantu menetralisir kondisi psikologis yang mereka rasakan.
Dunia ini adalah tempat hidup dan mengabdikan diri sebagai bekal hidup
yang lebih abadi di akhirat. Karena itu kendalikan emosi dan berusaha
melakukan pendekatan diri kepada Tuhan.
30
4. Perbanyak dan latih berpikir positif sehingga mampu menjadi manusia yang
pemaaf dan melupakan kesalahan yang dilakukan orang lain terhadap
dirinya.
5. Perbanyak memberikan pandangan dan nasihat sesuai dengan
pengetahuan dan pengalaman hidup yang pernah dijalani, baik untuk ditiru
dan buruk untuk ditinggalkan.
6. Perbanyak melakukan hubungan sosial (silaturahim) dengan sesama teman
bahkan dengan musuh sekalipun.
7. Hidup dengan damai, pemaaf dan tanpa mendendam walau dengan orang
yang pernah mencelakakan atau mendholimi kita sekalipun.
8. Kerjakan pekerjaan untuk mengisi waktu jangan suka melamun, tetapi
dengan risiko terkecil, usaha halal dan berguna bagi diri dan keluarga.
9. Rencanakan hidup yang selaras, serasi, dan seimbang lahir batin sesuai
dengan perkembangan usia dan potensi yang dimiliki.
31
Pelecehan, kekerasan, dan kejahatan terhadap lansia merupakan
pelanggaran hak azasi manusia yang menyebabkan cidera, penyakit,
kehilangan produktivitas, isolasi, dan putus asa. Penyelesaian tindak
kekerasan dilaksanakan secara multidimensi, yang berkaitan dengan aparat
keamanan dan hukum.
Peran kelompok lansia dapat meminimalisir kasus seperti ini, dengan cara
semakin meningkatkan kepedulian, membuka lebar forum curhat (curahan
hati) sebagai kegiatan wajib pada kegiatan pertemuan penyuluhan, sehingga
apabila memang terjadi pelecehan, kekerasan maupun kejahatan dapat
dicegah sejak dini.
5. Melakukan silaturahmi
Berkunjung atau mengunjungi sesama lansia dalam rangka silaturahmi
adalah merupakan terapi yang sehat bagi lansia. Kenangan masa lalu, atau
pengalaman masa kanak-kanak maupun remaja, atau masa aktif bekerja
menjadi terapi yang menyenangkan untuk diingat dan dikenang.
32
Mengunjungi lansia yang sedang sakit juga merupakan langkah terpuji. Nilai
silaturahmi dalam mengunjungi sesama lansia yang sedang sakit akan
sangat bermakna. Selain memiliki nilai ibadah, juga bagi lansia yang sedang
sakit akan dapat memberikan dorongan dan kepercayaan diri yang akan
memacu semangat hidupnya.
Selain itu, manfaat bagi lansia yang melayat lansia yang meninggal akan
lebih menanamkan kesadaran bahwa pada usia senja merupakan waktu
yang tepat untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Kuasa dan
berusaha agar sisa waktunya diisi dengan hal-hal yang bermanfaat.
33
sangat menarik bila diceritakan kepada generasi muda, bahkan anak-
anak.
g. Menjadi pendamping kegiatan sosial kemasyarakatan bagi lansia yang
mempunyai keahlian tertentu, misalnya pendamping Posyandu oleh
lansia peduli yang ahli di bidang kesehatan atau gizi anak balita.
h. Menjadi “Bapak atau Orang tua Asuh” bagi lansia peduli yang ingin
bersedekah dengan hartanya, misalnya bagi anak sekolah yang kurang
mampu.
34
BAB IV
PENUTUP
Masa lanjut usia adalah masa yang penuh keprihatinan dan kesulitan bagi orang
yang tidak siap menghadapi kondisinya. Usia lanjut merupakan hasil produk kinerja
yang dilakukan ketika usia muda dan dewasa.Oleh karena itu perlu persiapan sejak
dini untuk menyongsong kehidupan di masa lanjut usia, baik bagi keluarganya
maupun lansianya itu sendiri.
Buku konsultasi dan konseling keluarga lansia dan lansia ini merupakan salah satu
materi yang disediakan di PPKS untuk membantu para lansia dan keluarganya untuk
dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi sehingga keluarga lansia dapat
membantu para lansianya untuk tetap berkarya dan potensial dalam kehidupannya.
Kesuksesan dalam hidup bukan hanya sukses pada masa muda namun pada saat
lanjut usia pun tetap sukses dan tetap dapat bermanfaat dan berguna bagi keluarga,
masyarakat, negara dan lingkungan disekitarnya.
35