Anda di halaman 1dari 40

KONSULTASI DAN KONSELING KELUARGA LANSIA DAN LANSIA

PADA PUSAT PELAYANAN KELUARGA SEJAHTERA

Penanggung Jawab : Dra. Elisabeth Kuji


Penulis : Drs. Furqon Ia Faried, MA
Kontributor : 1. Dra. Elly Irawan, MS
2. Nurlaila Susilowati, SKM, M.Kes
3. Kartono Donousodo,SH, M.pd
4. Suharwinoto,SE
5. Indrawati,SH
6. Sugeng Widodo, S.Sos
7. Zulkipli Lubis,SE
8. Chairul Zaman,SE
9. Santoso, SE
Tata letak & : Ridwan Nugraha
Desain sampul

Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan


Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Cetakan pertama
Jakarta, April 2013

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau


seluruh isi buku ini tanpa izin dari Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan
Rentan

ISBN : 978-602-8068-83-3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya, buku Konsultasi dan Konseling Keluarga Lansia dan Lansia
Pada Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.

Buku ini disusun sebagai acuan dan rujukan bagi semua pihak dalam
penyelenggaraan dan pengembangan PPKS. Dengan diterbi tkannya buku ini
diharapkan para pengelola dan pelaksana dapat melaksanakan berbagai kegiatan
secara terintegrasi dengan melibatkan unsur terkait dalam pelaksanaan dan
pengembangan PPKS disemua tingkatan.

Pada kesempatan ini kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada
seluruh tim penyusun yang telah memberikan sumbangan pikiran dan tenaga dalam
penyusunan buku ini. Kami menyadari bahwa penyusunan buku ini masih belum
sempurna, untuk itu kami mohon masukan dan saran untuk perbaikan dimasa yang
akan datang.

Jakarta, April 2013


Direktur Bina Ketahanan
Keluarga Lansia & Rentan

Dra. Elisabeth Kuji

i
KATA SAMBUTAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan arus informasi begitu


deras masuk ke seluruh lapisan masyarakat. Informasi tersebut tentunya membawa
pengaruh bagi kehidupan keluarga. Pengaruh tersebut dapat berdampak positif dan
negatif, terutama pengaruh dari budaya barat yang kurang sesuai dengan budaya
timur yang dianut oleh bangsa Indonesia.

Sehubungan dengan hal tersebut diharapkan setiap keluarga diIndonesia harus


memiliki ketahanan keluarga yang kuat. Undang-undang No. 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, pasal 47 menyatakan
bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah menetapkan Kebijakan Pembangunan
Keluarga melalui Pembinaan Ketahanan dan K esejahteraan Keluarga.

Ketahanan keluarga adalah kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan


ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik material guna hidup mandiri dan
mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan
kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin.

Dalam upaya pembangunan ketahanan keluarga di Indonesia, maka mulai tahun


2012, Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) diseluruh Indonesia telah membentuk Pusat Pelayanan Keluarga
Sejahtera (PPKS). PPKS ini merupakan wadah yang berbasis institusi yang
memberikan konsultasi, KIE, konseling, bimbingan, dan fasilitasi pada keluarga.

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegi atan di PPKS, maka disediakan 8


(delapan) materi konsultasi, konseling, bimbingan, dan pembinaan yang terdiri dari
pelayanan data dan informasi kependudukan dan keluarga berencana; konsultasi
dan konseling keluarga balita dan anak; keluarga remaja dan remaja; pranikah;
keluarga berencana dan kesehatan reproduksi ; keluarga harmonis; keluarga lansia
dan lansia; dan pembinaan pemberdayaan usaha ekonomi keluarga.

Saya menyambut baik diterbitkannya buku materi konsultasi, konseling, dan


pembinaan program keluarga sejahtera untuk mendukung pelaksanaan PPKS.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang peduli pa da pelaksanaan
dan pengembangan PPKS.

Jakarta, April 2013


Deputi Bidang Keluarga Sejahtera
dan Pemberdayaan Keluarga,

Dr. Sudibyo Alimoeso, MA

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


KATA SAMBUTA N .................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUA N ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................................... 1
C. Batasan Pengertian ............................................................................... 2

BAB II KONSULTASI DAN KONSELING


KELUARGA LANSIA DAN LANSIA .................................................................... 6
A. Kesehatan Fisik ..................................................................................... 6
B. Kesehatan Reproduksi Lansia ............................................................... 8
C. Mental Psikologis ................................................................................... 11
D. Mental Spiritual ...................................................................................... 14
E. Sosial Kemasyarakatan ......................................................................... 16
F. Ekonomi Produktif ................................................................................. 17

BAB III PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH


A. Masalah Pemeliharaan Kesehatan Lansia ............................................ 22
B. Masalah Kesehatan Reproduksi ............................................................ 26
C. Pembinaan masalah Psikologis ............................................................ 26
D. Pembinaan Mental Spiritual ................................................................... 30
E. Masalah Sosial Kemasyarakatan .......................................................... 31

BAB IV PENUTUP ...............................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan program kependudukan dan keluarga berencana di Indonesia
telah diakui oleh masyarakat dan pemerintah Indonesia, dan juga telah dikenal
oleh negara-negara di dunia.Salah satu buktinya adalah, Indonesia ditunjuk
sebagai tempat pelatihan negara-negara berkembang lainnya dalam program
keluarga berencana. Penurunan total fertility rate dari sekitar 5,6 pada tahun 70-
an menjadi 2,6 pada akhir tahun 90-an merupakan bukti bahwa program
tersebut telah dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia secara
sungguh-sungguh. Namun demikian, mulai tahun 2004 dimana Indonesia
mengalami perubahan lingkungan strategis yang sangat drastis, yaitu sebagian
kewenangan program KB diserahkan kepada pemerintah kabupaten dan kota,
maka capaian programpun terasa mulai menurun. Bahkan dalam 10 tahun
terakhir dari hasil dua kali survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI),
ternyata pencapaian program KB tersebut terlihat stagnan.

Keberhasilan program KB dalam menurunkan tingkat fertilitas dan peningkatan


tingkat kesertaan ber-KB, di sisi lain memberikan pengaruh pada peningkatan
jumlah penduduk lanjut usia (Lansia). Salah satu penyebabnya antara lain,
dengan jumlah anak yang sedikit maka kesempatan keluarga memperhatikan
kesehatan anggota keluarganya semakin meningkat, dana pemerintahpun bisa
dialihkan untuk meningkatkan kapasitas dan fasilitas serta profesionalisme
pelayanan kesehatan.Dengan meningkatnya status kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat, maka jumlah penduduk lanjut usiapun semakin
meningkat.

Jumlah penduduk lanjut usia pada tahun 2012 diperkirakan sekitar 24 juta
orang atau 9,7 % dari penduduk Indonesia. Kondisi ini menimbulkan masalah
baru bagi keluarga, maupun bagi pemerintah. Perubahan secara fisik biologis,
munculnya penyakit degeneratif, perubahan mental psikologis, kemampuan
sosialisasi, kemampuan ekonomi dan lain sebagainya merupakan hal-hal yang
sangat umum terjadi pada penduduk lansia tersebut. Apabila hal ini tidak

1
ditangani secara serius, terencana, terorganisir, terintegrasi dan tidak secara
berkelanjutan, maka masalah yang dihadapi akan semakin besar.

BKKBN dalam hal ini Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan
(Dithanlan) berusaha untuk merubah masalah-masalah tersebut di atas menjadi
peluang yang menantang.Dengan demikian pemikiran pesimistis harus dirubah
menjadi pemikiran yang optimis dan positif. Melalui berbagai usaha seperti
membentuk dan mengembangkan program Bina Keluarga Lansia, serta
pengembangan program lansia potensial. Saat ini program lansia merupakan
bagian dari 7 (tujuh) program besar Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera
(PPKS).

Dalam rangka pengembangan program PPKS, bidang penanganan lanjut usia


harus melakukan advokasi kepada para pemegang kewenangan, melakukan
pelatihan bagi para kader, konselor, dan pengelola program, menyiapkan bahan
dan materi untuk konsultasi dan konseling keluarga lansia dan penduduk lanjut
usia.

B. Tujuan
Memberikan kemudahan bagi pelaksana pelayanan bidang konsultasi dan
konseling keluarga Lansia dan Lansia dalam melaksanakan tugasnya agar
Lansia mampu menjalani kehidupan dengan Sehat, Mandiri, dan Sejahtera
(SMS), dan produktif serta selalu mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha
Kuasa.

C. Batasan Pengertian

1. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami dan
istri, atau suami, istri dan anak, atau ayah dan anak, atau ibu dan anak. (UU.
No.52, Tahun 2009)

2. Ketahanan dan kesejahteraan keluarga adalah kondisi keluarga yang


memiliki keuletan dan ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik–
material guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya
untuk hidup harmonis dalam meningkatkan kesejahteraan serta
kebahagiaan lahir dan batin.

2
3. Lansia (Lanjut Usia) adalah orang yang telah berusia 60 tahun keatas. (UU.
No. 13Tahun 1998)

4. Keluarga Lansia adalah keluarga yang memiliki salah satu anggota


keluarganya telah berusia 60 tahun keatas atau keluarga yang terdiri dari
suami istri, yang berusia 60 tahun keatas

5. Bina Keluarga Lansiaadalah kelompok kegiatan (Poktan) keluarga yang


mempunyai lansia dan keluarga lansia yang bertujuan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan keluarga yang memiliki lansia dan lansia itu
sendiri untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dalam rangka
meningkatkan kesertaan, pembinaan, dan kemandirian ber- KB bagi PUS
anggota kelompok kegiatan.

6. Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia adalah program peningkatan


ketahanan dan kesejahteraan lahir bathin, material spiritual bagi keluarga
lansia .

7. Kesehatan Reproduksi Lansia adalah kondisi sehat yang menyangkut


sistem, fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh lansia. Pengertian
sehat disini bukan semata-mata berarti secara fisik bebas dari penyakit atau
kecacatan, namun juga sehat secara mental dan sosio kultural berkait
dengan kehidupan reproduksinya.

8. Pembinaan Kesehatan Reproduksi Lansia adalah rangkaian dan/atau


kelompok kegiatan yang berkaitan dengan upaya menjaga KRL.

9. Perbedaan Pendidikan Kesehatan Reproduksi dengan Pendidikan Seks

10. Pendidikan seks merupakan bagian dari pendidikan kesehatan reproduksi.


Lingkup bahasan Pendidikan kesehatan reproduksi lansia mencakup
seluruh proses yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan aspek-
aspek yang mempengaruhinya, mulai dari aspek proses menuju era
menopause sampai dengan hak-hak reproduksi. Dalam hal ini pendidikan
seks lebih difokuskan kepada hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan atau
perilaku seksualitas.

11. Sistem Sensori adalah bagian dari sistem saraf yang terdiri dari reseptor
sensori yang menerima rangsangan dari lingkungan internal maupun

3
eksternal, jalur neural yang menyalurkan informasi dari reseptor ke otak, dan
bagian otak yang terutama bertugas mengolah informasi tersebut.

12. Patologis adalah ilmu tentang penyakit atau pengertian lain adalah dalam
keadaan sakit.

13. Afektif/Affectivedomain (Ranah Afektif) adalah perilaku-perilaku yang


menekankan pada aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap,
apresiasi, dan cara penyesuaian diri.

14. Dimensia adalah suatu penyakit degeneratif pada orang lanjut usia yang
disebabkan oleh kerusakan sel-sel otak sehingga sistem syaraf tidak dapat
lagi membawa informasi dari dan ke otak serta mengakibatkan kemunduran
daya ingat/pelupa dan keterampilan secara progresif, disertai gangguan
emosi dan perubahan perilaku.

15. Tingkah Laku Regresi (Sigmund Freud) adalah salah satu bentuk dari
mekanisme defensif untuk seolah kembali ketika masih anak-anak atau
tingkah laku yang kurang matang yang merupakan ciri dari tingkah laku anak
kecil.

16. Ambivalensi adalah perasaan tidak sadar yang saling bertentangan terhadap
situasi yang sama/terhadap seseorang pada waktu yang sama atau dapat
disebut juga sebagai perasaan mendua.

17. Aktualisasi/Aktualisasi Diri adalah proses menjadi diri sendiri dan


mengembangkan sifat-sifat serta potensi-potensi psikologis yang unik, akan
berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang.

18. Agama adalah suatu keyakinan yang berasal dari ajaran nabi, rasul, dewa,
roh kudus dan sebagainya yang disampaikan kepada umatnya sebagai
bekal hidup di dunia dan di akhirat.

19. Mental adalah sikap kejiwaan seseorang yang menjadi pengatur aktivitas
fisik (raga) dalam menjalani kehidupan bersama orang lain.

20. Spiritual adalah suatu keyakinan yang percaya kepada kekuatan yang maha
kuasa (Tuhan) di atas segala kemampuan manusia.

4
21. Sosial Kemasyarakatan adalah penanaman nilai kepada setiap anggota
bersama seluruh keluarganya, untuk dapat memiliki jiwa sosial, memiliki
empati atau kepedulian, tolong menolong, dan solidaritas bagi kepentingan
bersama sesama anggota kelompok lansia.

22. Usaha Ekonomi Produktif adalah kegiatan produktif lansia di bidang ekonomi
yang dapat menghasilkan pendapatan untuk dirinya. Kegiatan ekonomi yang
dilakukan diupayakan sebagai perpaduan dengan kegiatan rekreatif.

5
BAB II
KONSULTASI DAN KONSELING
KELUARGA LANSIA DAN LANSIA

A. Kesehatan Fisik
a. Proses Menjadi Tua
Menjadi lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari
oleh siapapun apabila seseorang mendapat anugrah panjang umur. Proses
menjadi lanjut usia selalu ditandai dengan kemunduran fungsi-fungsi organ
tubuh yang dapat menimbulkan masalah/gangguan yang akan banyak
mempengaruhi kegiatan/aktivitas sehari-hari seorang manusia, misalnya
menurunnya daya tahan tubuh, kelambatan gerak, kurang cepat bereaksi,
berkurangnya tenaga, menurunnyakemampuan panca indera dan lain
sebagainya.

Pengetahuan dan pemahaman secara mendalam tentang proses penurunan


kemampuan seorang lansia sangat dibutuhkan baik oleh para orang dewasa
menjelang lanjut usia, para lansia, dan semua keluarga yang mempunyai
lansia dalam keluarganya. Diharapkan mereka mampu menerima kondisi
tersebut dengan penuh kesadaran dan sikap positif, siap,sabar, tabah, dan
selalu berusaha mengimbangi kemampuan tersebut dengan aktifitas
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

Para anggota keluarga diharapkan memahami tanda-tanda kondisi normal


dan kondisi kritis yang perlu penanganan secara khusus dan serius dan
menyimpang dari kondisi normal sebagai lansia, termasuk memahami
kepada siapa dan kemana mereka harus merujuk anggota keluarganya yang
lansia pada saat kritis tersebut.

Menanggapai hal yang terakhir inilah sangat diperlukan pemahaman dan


kesiapan daripada pengelola PPKS agar mereka dapat memberikan
informasi yang jelas melalui kegiatan sosialisasi, advokasi, dan
penyuluhankepada para pemangku kebijakan dan kepada masyarakatumum
tentang pentingnya melakukan berbagai usaha pelayanan dan
pemberdayaan para lanjut usia, serta memberikan informasi tentang tempat,

6
jenis pelayanan, dan sistem pelayanan konsultasi dan konseling para
keluarga lansia yang diselenggarakan PPKS yang telah disiapkan untuk
melakukan berbagai pelayanan konsultasi dan konseling keluarga.

b. Penurunan Kondisi Tubuh Lansia


Penurunan kondisi Tubuh lansia meliputi :
a. Sistem Syaraf dan Panca Indera
b. Pembuluh Darah dan Jantung
c. Sistem Pernapasan
d. Sistem Pencernaan
e. Sistem Otot, Sendi, dan Tulang
f. Sistem Kesehatan Pasca Reproduksi
g. Saluran Kemih
h. Gangguan Metabolisme
i. Gangguan lainnya:
1) Gangguan pola tidur;
2) Rambut beruban atau rontok;
3) Berkurangnya elastisitas kulit.

c. Penyakit Lansia
Didalam kehidupan sehari-hari para lansia dibagi dalam dua kelompok yaitu:
a. Kelompok aktif adalah lansia yang fisiknya masih mampu bergerak
tanpa bantuan orang lain, sehingga masih dapat melaksanakan sendiri
kegiatan sehari-hari, namun tetap perlu mendapat bimbingan,
pengawasan dan bantuan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan;
b. Kelompok pasif adalah lansia yang selalu memerlukan banyak
pertolongan dari orang lain dalam kegiatan sehari-hari karena sakit atau
lumpuh.

Hal yang mempengaruhi timbulnya penyakit dan rasa kebosanan pada


Lansia adalah :
a. Masalah pekerjaan, terutama kondisi post power syndrom;
b. Perlakuan dan sikap keluarga yang dirasakan tidak adil, kurang
perhatian;

7
c. Keadaan lingkungan yang tidak nyaman;
d. Keadaan status perkawinan (janda/duda);
e. Kontradiksi antara khayalan dan kenyataan karena selalu
membayangkan masa kejayaan masa lalu;
f. Tanggapan masyarakat;
g. Persepsi internal yang menganggap dirinya sudah tidak berguna bagi
dirinya sendiri, keluarga, atau masyarakat.
h. Rasa takut mati yang dibayangi oleh rasa bersalah/dosa masa lalu.

Karena lansia banyak mengalami kemunduran jasmani maupun rohani maka


penyakit yang diderita memiliki ciri-ciri khusus diantaranya adalah:
a. Berlangsung lama/menahun;
b. Semakin lama penyakit semakin bertambah parah;
c. Sering kambuh;
d. Tanpa gejala;
e. Menyebabkan cacat dalam waktu lama.

Berbagai jenis penyakit yang banyak dialami lansia adalah :


a. Stroke
b. Penyakit Jantung
c. Penyakit Gula/Diabetes Mellitus
d. Penyakit Tulang dan Sendi

B. Kesehatan Reproduksi Lansia


Kondisi fisikmental dan sosial setiap orangmengalami perubahansecara pelan,
teratur dan pasti. Menjelang lansia, kesehatan reproduksi diawali dengan fase
klimakterium, menopause, selanjutnya pada saat lansia akan berlanjut ke fase
senium dan andropause.

1. Fase Senium
Fase Senium dialami oleh wanita berumur di atas 60 tahun dengan kondisi
mampu beradaptasi terhadap hidup tanpa estrogen. Gejala psikosomatik
menonjol. Secara patologis terdeteksi dengan mudah terjadinya patah tulang
sebagai akibat osteoporosis karena tulang tipis dan keropos. Disamping itu
juga terjadi gejala kemunduran Intelectual Quotient (lQ) yang ditandai

8
dengan cepat lupa, ingatan berkurang, tidak terasa bila berkemih dan buang
air besar, serta sulit melakukan aktivitas di tempat tidur.

2. Andropause
Andropause merupakan istilah penyebutan bagi laki-laki yang mengalami
penuaan dengan segala konsekuensi dan gejala-gejala yang ditimbulkannya
dibidang fisik, sosial, dan mentalnya. Ada pula yang memakai istilah
menopause pria. Istilah tersebut tidak tepat, terutama karena kalau
menopause pada perempuan kesuburannya berhenti, sedangkan pada laki-
laki tidak berhenti, tetapi hanya mengalami kemunduran secara bertahap
dan pasti. Disamping itu perubahan fisiologis reproduksi pada laki-laki lansia
tidak terlihat atau terasa dibandingkan perubahan pada perempuan yang
terlihat atau berakibat nyata.
Gejala Andropause meliputi:
a. Potensi seksual mulai menurun;
b. Kurang bergairah;
c. Mudah tersinggung;
d. Daya konsentrasi terganggu;
e. Mudah letih, lesu, lemah;
f. Kaku-kaku pada otot, sendi dan tulang;
g. Mengalami osteoporosis (penurunan massa tulang);
h. Rambut rontok ;
i. Kulit kering ;
1) Organ reproduksi laki-Iaki mengecil;
2) Bisa muncul impotensi terkait dengan masalah sistem sirkulasi
darah tidak lancar termasuk yang beredar di daerah organ
reproduksi;

3. Seksualitas di Era Lansia


Seiring dengan bertambahnya usia dan menjadi lansia, maka terjadilah
kemunduran fisiologis, mental dan sosial secara menyeluruh, termasuk
minat untuk melakukan hubungan seksual mengalami penurunan. Namun
demikian pada dasarnyamemasuki masa menopause bukan berarti
menghentikan aktivitas seksual, hanya saja keinginan untuk melakukan
hubungan seksual mulai menurun(Pratiwi, 2005).Kondisi menopause ini

9
berbeda dengan pria dimana umumnya pria lansia (yang masih sehat) tetap
aktif ingin melakukan hubungan seks.

a. Seksualitas pada lansia wanita


Minat hubungan seksual pada wanita lansia menurun oleh karena
indung telur tak lagi mengeluarkan telur dan hormon. Produksi hormon
berhenti, dalam arti secara biologis telah terjadi mati haid, Kekurangan
hormon menyebabkan terjadinya atrofi (pengecilan ukuran) vagina,
terjadi penyempitan, kering, aliran darah menurun yang berakibat
dispareunia yakni perasaan nyeri saat bersenggama, serta mengalami
penurunan sensasi (Anisah, 2002). Lebih dari itu, implikasi yang
kemudian muncul adalah; kulit keriput, payudara yang melembek.

b. Keinginan dan tantangan seksual lansia wanita


Pada dasarnya wanita pasca menopause tetap ingin melakukan
hubungan seksual, namun ada yang merasa tidak nyaman berhubungan
seksual

c. Seksualitas pada lansia laki-laki


Naluri seks pria meski sudah lanjut usia masih lebih nyata dan lebih kuat
dibanding wanita lansia. Pria lansia dapat mengalami "ereksi" setiap
saat tanpa disadari. Maka tak heran banyak kejadian seorang kakek
melakukan perbuatan yang tak pantas ditiru seperti pencabulan pada
anak-anak perempuan, perselingkuhan dengan wanita idaman lain,
sampai dengan tindak perkosaan.

d. Beberapa deskripsi seksualitas pada lansia


Temuan penelitian Kinsey di Amerika Serikat (1976) menyatakan:
1) 97 persen laki-Iaki dan 93 persen perempuan usia di atas 50 tahun
menyatakan, secara seksual mereka masih aktif;
2) 94 persen laki-Iaki dan 84 persen perempuan usia 60 tahun ke atas
menyatakan masih aktif berhubungan seksual;

10
e. Faktor penting yang mempengaruhi interaksi seksual lansia :
1) Keeratan hubungan (relasi) keseharian antara suami dan istri;
2) Kondisi fisik pasangan. Pasangan yang kondisinya kurang bugar
menyebabkan malas melakukan hubungan seksual;

f. Penyebab menurunnya gairah seksual


1) Gangguan saat bersenggama;
2) Menderita penyakit kronis antara lain jantung, paru- paru, hipertensi,
TBC dan sebagainya;
3) Secara psikologis sedang mengalami depresi, stress;
4) Keletihan fisik dan psikis;
5) Problem relasi hubungan personal suami istri;
6) Problem seksual pasangannya seperti ejakulasi dini, kemunduran
kualitas ereksi, impotensi (Anisah, KR, 22-12-2002);
7) Bagi pasangan lansia yang saat usia muda kurang aktif dan tidak
teratur melakukan hubungan seksual, akan merasa menderita,
karena bisa menyebabkan lecet dan bahkan perdarahan (bleeding).

C. Mental Psikologis

1. Perubahan Psikologis Pada Lansia


Melambatnya rangsangan sensoris/sensoryinformation berpengaruh
terhadap kemampuan untuk menangani lingkungan secara keseluruhan
antara lain untuk akses terhadap pengetahuan tentang kehidupan dunia.
Kondisi ini akan menimbulkan keterbatasan dalam melakukan komunikasi
yang efektif dengan lingkungan dan orang-orang sekelilingnya. Akibatnya
Lansia mengalami perubahan dalam beberapa hal seperti

a. Perubahan pada aspek kemampuan berpikir


Perubahan pada aspek kemampuan berpikir berkaitan dengan
kemampuan belajar dan pemahaman
1) Kemampuan belajar
Lanjut usia yang tidak mengalami masalah fisik atau mental, masih
memiliki kemampuan belajar yang baik.

11
2) Kemampuan pemahaman
Pada lanjut usia, kemampuan pemahaman atau menangkap
pengertian dipengaruhi oleh fungsi pendengarannya. Penurunan
fungsi indera pendengaran mempengaruhi daya tangkap serta
kemampuan pemahaman terhadap sesuatu.

b. Menjaga kualitas Kinerja


Pada individu dengan lanjut usia yang sangat tua memang akan terlihat
penurunan kinerja baik secara kuantitatif maupun kualitatif sesuai
dengan perubahan organ-organ biologis ataupun perubahan yang
sifatnya patologis.

c. Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan pada lanjut usia sering lambat atau seolah-olah
terjadi penundaan. Keberhasilan pengambilan keputusan akan
memberikan dampak positif bagi perkembangan jiwa lansia.

d. Pemecahan masalah
Masalah-masalah yang dihadapi lanjut usia tentu semakin banyak.
Banyak hal yang dahulunya dengan mudah dapat dipecahkan menjadi
terhambat karena terjadi penurunan pada fungsi panca indera.

e. Daya ingat/memori
Daya ingat adalah kemampuan untuk menerima, mencamkan,
menyimpan dan menghadirkan kembali rangsangan/peristiwa yang
pernah dialami seseorang. Pada lanjut usia, daya ingat merupakan
salah satu fungsi yang seringkali paling awal mengalami penurunan.

f. Motivasi
Pada lanjut usia, motivasi untuk mencapai/memperoleh sesuatu cukup
besar, namun motivasi tersebut seringkali kurang didukung oleh
kekuatan fisik maupun psikologis, sehingga hal-hal yang diinginkan
banyak berhenti di tengah jalan.

12
2. Perubahan Emosi/Perasaan Lansia
Aspek emosi/perasaan adalah fenomena yang dihayati secara subyektif
sebagai sesuatu yang menimbulkan kesenangan atau kesedihan yang pada
dasarnya dibedakan atas :
a. biologis, meliputi perasaan indera (panas, dingin, pahit, asin dan
sebagainya), perasaan vital (lapar, haus, kenyang dan lain-lain) dan
perasaan naluriah (antara lain kasih sayang, cinta, takut);
b. psikologis, meliputi : perasaan diri, perasaan sosial, perasaan etis,
estetis, perasaan intelek serta perasaan religius.

Pada usia lanjut umumnya perasaan tetap berfungsi dengan baik dan jika
ada yang mengalami penurunan seringkali sebagai akibat dari penurunan
fungsi organ tubuh. Sedangkan psikologis relatif tetap berperan dengan
baik, bahkan makin mantap, kecuali bagi mereka yang mempunyai masalah
fisik ataupun mental.

Penurunan fungsi afektif tampak jelas pada usia lanjut yang sangat tua
(diatas 90 tahun). Penurunan tersebut sering diikuti oleh tingkah laku
regresi, misalnya mengumpulkan segala macam barang untuk dibawa ke
tempat tidur.

3. Perubahan Sikap dan Perilaku


Beberapa perubahan yang dialami Lansia serta berkaitan dengan sikap dan
perilaku.
a. Kemunduran psikomotorik yaitu gerakan kaku dan lamban.
b. Perubahan dalam menjalin hubungan sosial, cenderung mencari orang-
orang seusianya, dan mengurangi partisipasi dalam hubungan sosial.
c. Memimpikan dan berorientasi pada masa lampaunya dengan kenangan-
kenangan yang menyenangkan; kejayaan, keunggulan dan
keberhasilan.
d. Kemunduran fisikbagaimanapun akan berpengaruh terhadap
kemampuan dan perilaku seseorang. Seseorang yang pada masa
mudanya dianggap cantik/tampan akan merasa kehilangan daya
tariknya jika memasuki masa tua. Perempuan biasanya lebih merasa

13
cemas dan tertekan dibandingkan dengan laki-laki karena keadaan
tersebut.

D. Mental Spiritual
1. Kebutuhan Manusia terhadap Agama
Manusia adalah makhluk berTuhan, karena setiap orang pasti percaya pada
kekuatan diluar kemampuan manusia. Dalam agama kekuatan yang maha
besar dan maha tinggi, bahkan tertinggi kedudukannya itu disebut dengan
Tuhan Yang Maha Kuasa. Dia adalah sosok yang sangat dibutuhkan dan
diyakini mampu membantu menyelesaikan berbagai masalah yang manusia
hadapi. Agamamerupakan ajaran mulia yang datangnya dari Tuhan yang
maha Kuasa tadi yang dipercaya oleh ummatnya akan memberikan jalan
untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Agama berperan untuk menjelaskan hal-hal yang tidak bisa dipecahlan dan
dijawab oleh akal manusia, diantaranya:
a. Tuhan memberikan petunjuk, pedoman dan aturan yang tercantum
dalam kitab-kitab suci yang diturunkan dan disampaikan melalui Nabi
dan Rasul-Nya seperti Nabi Nuh untuk Kitab Taurat, Nabi Isa untuk Kitab
Injil dan Nabi Muhammad untuk Kitab Al-Qur’an.
b. Kemampuan akal manusia memiliki keterbatasan. Karena itu tidak
semua persoalan dapat dijawab oleh akal manusia termasuk ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diciptakannya seperti perubahan gejala
alam. Kekuatan itulah yang disebut dengan kekuasaan Tuhan (Allah).
c. Dalam kehidupan beragama setiap orang diajarkan tentang hubungan
dirinya dengan Tuhan, hubungan dirinya dengan manusia dan hubungan
dirinya dengan makhluk alam lainnya
d. Pembinanan hidup beragama memerlukan proses yang dilakukan
secara sistematik, bertahap dan berlanjut sejak dari muda, dewasa
sampai di usia lanjut (lansia). Kemantapan mental spiritual merupakan
proses yang harus terus dibina.

14
2. Peran Keluarga Dalam Pembinaan Mental Spiritual Lansia
Keluarga adalah orang-orang terdekat dalam hidup dan kehidupan dimasa
lansia. Oleh sebab itu orang tua yang baik tidak akan mengabaikan
perawatan, pengasuhan dan pendidikan anak-anaknya sejak kecil sampai
usia dewasa. Apabila tugas dan tanggung jawab itu dilaksanakan dengan
baik dan ikhlas sesuai dengan norma umum dan agama, maka balasan
perbuatan baik akan diberikan oleh anak dan keluarga terdekat ketika kita
menjalani masa tua. Untuk itu ada beberapa peran untuk membina mental
spiritual lansia yang harus dilakukan anggota keluarga terdekat, antara lain
sebagai berikut:
a. Anak dan keluarga yang baik tidak akan menelantarkan orang tua yang
masuk lansia, apalagi memasukkannya ke Panti Jompo atau tidak peduli
dengan perawatan lansia. Hukum Tuhan akan ditunjukkan di dunia atau
kelak diakhirat. Anak yang baik akan mengurus orang tua yang
memasuki usia lanjut (lansia) sampai mereka menemui ajalnya.
b. Dari sisi pelaksanaan ajaran agama keluarga bisa melakukan: mengajak
ibadat bersama (seperti shalat jama’ah dalam Islam), mempelajari kitab
suci dengan cara yang ringan dan menyenangkan, meminta nasihat
agama untuk memotivasi pembelajaran agama, melibatkan dan
memerankan lansia pada upacara-upacara hari besar keagamaan,
mendampingi pada kegiatan pembelajaran agama (majelis taklim)
c. Hubungan emosional antara orang tua dan anak tidak bisa diganti oleh
orang lain. Hubungan emosional yang baik dan harmonis akan
membawa kesejahteraan lahir batin bagi lansia begitu pula bagi anak-
cucu keturunannya. Selalu melakukan silaturahmi kepada keluarga
lansia dan mengajak mereka bersilaturahmi kepada keluarga, kepada
pimpinan dan tokoh agama merupakan hal yang sangat baik dilakukan.
d. Mengurus lansia memerlukan ketabahan dan kesabaran anak dan
keluarga. Diharapkan agar nilai-nilai agama selalu bersatu dalam
pelayanan kepada mereka dan mereka akan terus meniti nilai-nilai
keagamaan itu di akhir kehidupannya.
e. Mengurus dan melayani kebutuhan lansia yang tidak mampu berbuat
dan bekerja merupakan ujian berat bagi anak dan anggota keluarga.

15
Anak dan keluarga yang berhasil berbuat kebajikan dan merawat lansia
akan mendapat ganjaran pahala dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

3. Peran Lansia Dalam Pembinaan Mental Spiritual Keluarga


Selama manusia hidup maka tidak ada kata selesai tugas dan tanggung
jawab terhadap keluarga. Terutama para lansia potensial biasanya menjadi
contoh dan teladan bagi anggota keluarga yang lebih muda. Karena itu,
lansia meskipun sudah tua tetap memberikan pemahaman dan bimbingan
bagi anggota keluarga agar mengamalkan ajaran agama sesuai dengan
yang diyakininya, misalnya:
a. Lansia yang baik akan menjadi contoh dan teladan bagi anggota
keluarga dalam menjalankan syari’at agama baik di rumah maupun di
rumah ibadah bersama masyarakat. Mengajak ibadat bersama kepada
cucunya, belajar kitab suci biasanya lebih menarik bila dilakukan oleh
seorang kakek atau neneknya, karena cara dan ajakan biasanya
dilakukan dengan kasih sayang dan bersifat memanjakan.
b. Lansia potensial dari sisi agama akan selalu menjadi rujukan dan tempat
bertanya bagi anggota keluarga yang lebih muda ketika mengalami
hambatan dan kesulitan dalam hidup berkeluarga.
c. Lansia yang taat dan bijaksana akan selalu memberikan nasehat
kebajikan bagi anggota keluarganya sesuai pengalaman hidup dan
keyakinan agama yang dianutnya.

E. Sosial Kemasyarakatan
Lansia dalam keluarga tentu merupakan sosok yang berjasa. Keberadaan
keluarga saat ini, tentu secara langsung atau tidak langsung adalah berkat
keberadaan lansia tersebut.

Perlindungan terhadap lansia sudah dibahas di tingkat dunia maupun nasional.


Kerangka kebijakan telah mengundang pembahasan dan penyusunan rencana
aksi yang mempromosikan “penuaan sehat dan aktif”. Perlindungan dan
Pembinaan lansia diatur dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia dan PP Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan
Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia. Perlindungan bagi lansia
terutama yang mengalami masalah, diantaranya sebagai berikut.

16
a. Penelantaran lansia oleh keluarga
b. Tindakan kekerasan dan kejahatan

F. Ekonomi Produktif
Para lansia yang masih sehat dapat dilibatkan secara aktif dalam kegiatan
ekonomi produktif yang lebih bernuansa rekreatif dan kreatif sesuaidengan
potensi yang dimiliki para lansia
1. Langkah-Langkah Kegiatan Pengembangan Ekonomi Produktif Lansia
Sebelum memulai usaha, perlu dilakukan identifikasi apakah usaha yang
dilakukan merupakan usaha lanjutan (sudah dilakukan oleh lansia sejak usia
muda), atau usaha yang sama sekali baru (baru saja akan usaha saat
lansia). Bagi usaha lanjutan maka yang lebih diperlukan oleh lansia adalah
pendampingan usaha, misalnya meningkatkan kualitas produk, pengemasan
dan legalitas usaha dan juga kemitraan.Sedangkan bagi usaha baru, maka
yang pertama kali diperlukan adalah perubahan “mind-set”.Lansia perlu
diikutkan pada pelatihan penumbuhan jiwa kewirausahaan terlebih dahulu.

Langkah kegiatan yang perlu dilaksanakan oleh kelompok lansia dalam


pengembangan Ekonomi Produktif antara lain adalah sebagai berikut :

a. Identifikasi dan inventarisasi potensi


Dalam pemilihan SDM yang khusus menangani kegiatan ekonomi
produktif kelompok minimal memiliki kemampuan sebagai berikut:
1) Pernah melaksanakan kegiatan usaha ekonomi,
2) Pernah memproduksi barang,
3) Pernah memasarkan produk,
4) Pernah mengelola suatu usaha,

b. Penetapan jenis usaha


Penetapan Jenis usaha ini disesuiakan dengan kondisi lingkungan,
potensi wilayah dan keterampilan dari anggota kelompok serta
kebutuhan masyarakat akan produk yang akan dipasarkan.
Adapun alternatif jenis usaha dibidang ekonomi produktif berdasarkan
usahanya berupa:bidang usaha Pertanian;Peternakan, Perikanan,

17
Bidang Industri kecil dan industri rumah tangga, bidang Perdagangan
dan jasa

c. Pertimbangan dan penetapan jenis usaha yang akan dikembangkan


Agar kita dapat melakukan usaha tersebut dan memperoleh
keuntungan, pertimbangan yang kita perlukan dalam penetapan jenis
usaha antara lain adalah :
1) Sesuaikan dengan minat dan kemampuan kelompok /anggota
2) Ada yang bisa mengerjakan /ada pensiunan tenaga terampil
3) Ada bahan bakunya/bahan baku mudah didapat dan tersedia
dilingkungan sekitar
4) Peralatan untuk mengerjakan mudah didapat
5) Ada yang membina
6) Ada kesiapan dana kegiatan usaha
7) Hasil usaha dibutuhkan banyak orang/sesuai dengan permintaan
pasar
8) Proses produksi tidak terlalu lama dan tidak sulit
9) Memberikan keuntungan dengan cepat
10) Untuk tahap pertama hindari kegagalan
11) Penjualan dibayar tunai

d. Resiko dalam berusaha dan penyebabnya


Yang dimaksud resiko usaha adalah suatu hal atau kejadian yang tak
dapat diperhitungkan datangnya dan mengakibatkan kerugian.Penyebab
resiko usaha antara lain :
1) Kurang motivasi
2) Kelompok/anggota kurang mampu mengelola usaha.
3) Perencanaan yang kurang matang dalam penetapan waktu, bahan
baku, peralatan, tenaga, calon pembeli/pasar, dan cara pelayanan.
4) Jumlah produksi berlebihan atau kekurangan.

18
e. Mengembangkan kreatifitas berusaha
Mengembangkan kreatifitas usaha dapat ditempuh dengan cara antara
lain :
1) Mau belajar dari pengalaman orang lain yang berhasil,
2) Berani mencoba melaksanakan keinginan dan siap menghadapi
kegagalan,
3) Tidak ragu-ragu dalam mengemukakan gagasan atau tujuan yang
ingin dicapai, dan carilah orang lain atau ahli yang bisa diajak
berembuk.
4) Bebas dari perasaan tegang atau beban yang berlebihan, nikmati
usaha yang sedang dilakukan sambil mencari perbaikan.
5) Tidak terpaku dengan cara-cara lama atau aturan-aturan yang
kurang rasional.
6) Memperhatikan contoh-contoh usaha lansia yang berhasil

f. Cara Mengerahkan anggota dalam memilih jenis usaha


Cara mengerahkan anggota kelompok UEP bagi kelompok lansia dalam
memilih jenis usaha yang akan dilaksankan antara lain sebagai berikut:
1) Ajak anggota untuk mengenali potensi dirinya, meliputi bakat, minat
dan kemampuan serta penggunaan waktu luang yang dimiliki.
2) Ajak anggota kelompok untuk mengenali sumber daya, yaitu :
tenaga, bahan baku, peralatan, dan sumber dana untuk kegiatan
usaha serta besarnya dana yang dibutuhkan untuk kegiatan usaha.
3) Ajak anggota kelompok untuk mengetahui calon pembina yang
akan membimbingnya.
4) Ajak anggota kelompok untuk mengenali: calon pembeli (konsumen)
5) tempat pemasaran, selera calon pembeli, kemampuan/daya beli
masyarakat (persaingan pasar), produk sejenis (kompetitor)
6) Ajak anggota Kelompok untuk menghitung melakukan analisa
usaha.
7) Besarnya keuntungan yang akan diperoleh (biaya produksi, harga
jual), Resiko atau kerugian yang mungkin terjadi
8) Ajak anggota kelompok untuk membahas pemilihan jenis usaha.

19
9) Ajak anggota kelompok untuk studi banding, magang, atau menjadi
peserta inkubator usaha.

g. Penggalangan modal kerja usaha


Ada beberapa pilihan untuk mendapatkan modal kerja usaha antara lain
adalah sebagai berikut:
1) Iuran Para Anggota
Kelompok menghimpun modal kerja melalui penarikan iuran secara
rutin dan disepakati oleh para anggota kelompok
2) Bantuan pinjaman modal kerja dari BUMN
Kelompok dapatmengusulkan kepada BUMN yang mempunyai
program bantuan kegiatan sosial ekonomi untuk mendapatkan
bantuan modal kerja usaha, kelompok melalui kepala desa atau
institusi Pembina kelompok lansia.
3) Bantuan modal usaha dari Takesra-Kukesra
Untuk mendapatkan kredit, kelompok mengusulkan melalui
PLKB/PKB kepada BKKBN setempat untuk mendapatkan bantuan
modal usaha melalui program Takesra-Kukesra.
4) Bantuan modal usaha dari kredit pengembangan kemitraan usaha
(KPKU)Untuk mendapatkan kredit, kelompok mengusulkan melaui
PLKB/PKB kepada BKKBN setempat untuk mendapatkan bantuan
modal usaha melalui program KPKU.
5) Bantuan dari kredit pengembangan teknologi tepat guna (KPTTG)
Untuk mendapatkan, kelompok mengusulkan melalui PLKB/PKB
kepada BKKBN atau Pokjanis Taskin setempat untuk mendapatkan
bantuan modal usaha melalui program Kredit Taskin KPTTG.
6) Kredit Taskin
Jenis kredit ini meliputi kredit Industri Kerajinan Rakyat (Inkra),
Usaha kecil menengah dan koperasi (UKMK) dan Agrobisnis, yang
disalurkan melaui bank. Untuk mendapatkan kredit ini kelompok
dapat mengajukan melalui PLKB/PKB atau BKKBN ke tim pokjanis
Taskin setempat. Setelah disetujui baru pencariannya melaui Bank

20
7) Stimulan bantuan Modal usaha
Bantuan modal usaha didapat dari pemerintah provinsi atau
kabupaten dan kota setempat.
8) Bank perkreditan Rakyat (BPR)
Modal didapatkan dari BPR untuk semua jenis kredit dengan bunga
komersial.

h. Ukuran keberhasilan kegiatan usaha ekonomi produktif


Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan usaha lansia dapat dilihat dari
ukuran-ukuran sebagai berikut :
1) Meningkatnya jumlah kelompok ekonomi produktif lansia
2) Meningkatnya pendapatan anggota kelompok
3) Meningkatnya jumlah kelompok ekonomi produktif lansia yang
bermitra usaha dengan pelaku ekonomi lainya
4) Meningkatnya kesertaan KB dalam kelompok dan masyarakat
sekitarnya.
5) Meningkatnya jumlah produksi dan pemasaran hasil produksi
6) Meningkatnya modal usaha kelompok.
7) Berkembangnya jaringan pemasaran produk kelompok.

21
BAB III
PERMASALAHAN LANSIA DAN UPAYA PEMECAHAN

A. Masalah Pemeliharaan Kesehatan Lansia

1. Pemberian Gizi Seimbang


a. Mengurangi bahan makanan yang banyak mengandung lemak terutama
yang berasal dari hewan;
b. Batasi asupan gula, kopi, garam, dan makanan yang diawetkan;
c. Meminum susu rendah lemak;
d. Makan makanan yang banyak mengandung zat besi seperti kacang-
kacangan, hati, daging, bayam dan sayuran hijau;
e. Konsumsi makanan yang segar dan banyak mengandung vitamin.
f. Mengkonsumsi cairan yang cukup dengan minum air putih minimal 2 liter
(lebih kurang 6-8 gelas) per hari.

2. Latihan dan Olah Raga

a. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat berolahraga bagi lansia
adalah :
1) Latihan dilaksanakan secara berjenjang;
2) Hindarkan pertandingan untuk prestasiatau olahraga yang
bersifatkompetitif;
3) Lansia yang berpenyakit berat dan jenis olahraga yang dilarang
dokter.

b. Olahraga untuk lansia bertujuan untuk:


1) Pengembangan otot, untuk membantu tubuh agar tetap dapat
bergerak, stabil, dan bugar;
2) Perbaikan stamina agar secara lambat laun menaikkan kemampuan
fisik/tubuh;
3) Membangun kontak psikologis lebih luas untuk menghindari
perasaan terisolir.

22
c. Manfaat Olahraga bagi Lansia adalah:
1) Pencegahan penyakit.
2) Pengobatan penyakit.
3) Membantu Proses Pemulihan dari sakit

d. Kegiatan dan olahraga yang baik dilakukan oleh lansia secara rutin.

e. Jenis kegiatan olahraga yang tidak dianjurkan karena dinilai


membahayakan.

3. Pemeliharaan kebersihan diri


a. Kebersihan diri bagi lansia sangat bermanfaat.
b. Upaya yang dilakukan dalam merawat kebersihan diri.

4. Kebersihan Lingkungan meliputi


a. Mengusahakan tempat dan waktu tidur yang nyaman;
b. Mengatur lingkungan yang tentram dan nyaman, tidak berbau, tidak
pengap, dan tidak bising;
c. Minum-minuman hangat sebelum tidur;
d. Waktu tidur lebih kurang 5 jam perhari, disesuaikan kondisi lansia, yang
penting bukan lama tidurnya, tapi lebih penting adalah kualitas tidur

5. Pemeriksaan Kesehatan Berkala


Lansia memerlukan pemeriksaan kesehatan berkala seperti pemeriksaan
tekanan darah, jantung, fungsi ginjal, fungsi hati/liver dan gula darah.Bagi
lansia yang mengidap penyakit tertentu pemeriksaan dilakukan menurut
petunjuk dokter dan bagi lansia yang tidak mempunyai penyakit tertentu,
pemeriksaan dilakukan setiap bulan.

6. Pertolongan Pertama Pada Gangguan Kesehatan

a. Gangguan Pernafasan
Bila terjadi gangguan pernafasan yang disebabkan sakit jantung,segera
tidurkan pasien dengan kepala ditinggikan, longgarkan pakaian, dan
tempatkan di ruangan berudara segar untuk mendapat oksigen. Pasien
segera dibawa ke dokter/rumah sakit dan tidak boleh banyak bergerak
apalagi berjalan.

23
Bila terjadi gangguan pernafasan yang disebabkan terganggunya
saluran pernafasan, segera dudukkan/tidurkan pasien dengan kepala
ditinggikan dan berikan udara segar/kipas sekitar hidungnya.

b. Gangguan Jantung dan Pembuluh Darah


Biasanya gangguan pembuluh darah menyebabkan darah tinggi dan
diikuti dengan gangguan jantung. Apabila seseorang mendapat
serangan penyakit ini, maka segera istirahatkan, jangan banyak
bergerak, tidak boleh berjalan, longgarkan pakaian dan segera bawa ke
rumah sakit.

c. Gangguan Pencernaan
Gangguan pencernaan yang paling sering adalah mencret dan perut
kembung. Untuk menolong lansia dengan keluhan ini, waspadailah agar
mereka tidak mengalami dehidrasi denganmemberikan cairan gula
garam, berikan minuman hangat dan makanan lembek ditambah
susu,dan sering berikan larutan gula dan garamsetelah suatu serangan
diare.

d. Gangguan Persendian dan Tulang


Lansia yang mendapat gangguan persendian dan tulang yang berat,
segera istirahatkan, jangan berdiri/berjalan dan berikan obat penghilang
rasa sakit.

e. Gangguan Saluran Kemih


Gangguan saluran kemih yang berat biasanya berupa kolik ginjal
dengan gejala rasa sakit yang luar biasa, keluar keringat dingin, kadang-
kadang sampai muntah dan susah kencing. Untuk itu, segera tidurkan
dengan posisi yang dirasa enak, berikan air putih yang banyak.

7. Krisis penuaan pada lansia


a. Mengetahui tentang pola makan yang salah dan akibatnya
Makanan yang diperlukan tidak terlalu banyak, sekedar dapat
mempertahankan proses pergantian jaringan yang rusak. Mengonsumsi
makanan berlebih akan berakibat terbentuknya lemak di bokong,
payudara, dan perut, berat badan bertambah, akibatnya keindahan
tubuh berkurang. Implikasi lain adalah tubuh yang terlalu gemuk

24
mengganggu metabolisme tubuh yang dapat menimbulkan penyakit
jantung koroner, kencing manis, kolesterol tinggi, dan menambah beban
berat pada sendi dan tulang yang sudah terganggu.
Demikian juga harus diusahakan agar makan tidak terlalu sedikit, takut
ini, takut itu, sehingga asupan gizi tidak mencukupi untuk mengganti sel-
sel rusak, kurus, tanpa tenaga
b. Mengetahui tentang pola makan yang benar bagi lansia
Pola makan yang benar bagi lansia dianjurkan lebih banyak
mengonsumsi buah dan sayuran, agar bahan serat lebih banyak.
Makanan jenis serat ini akan membantu penurunan lemak tubuh dan
kolesterol yang dapat mengurangi berbagai penyakit seperti kanker,
tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner dan membantu proses
pencernaan.
c. Mengkonsumsi vitamin dan zat penting lainnya
Vitamin yang dianjurkan bagi lansia adalah vitamin B kompleks, yang
bersumber dari kacang-kacangan, sayuran segar. Vitamin A banyak
terkandung pada buah-buahan berwarna. Melalui bantuan sinar
matahari, vitamin D dapat menjadi provitamin D dibawah kulit.
Disamping itu, mineral yang sangat dibutuhkan bagi tubuh adalah
kalsium untuk memperpadat massa tulang dan memperlambat proses
osteoporosis. Zat besi (tambah darah) untuk mencegah anemia dan
suplemen lainnya sesuai kebutuhan.
d. Mempertahankan aktivitas fisik
Untuk menjaga dan mempertahankan kesehatan dan kebugaran, lansia
dianjurkan secara teratur berolah-raga disesuaikan dengan usia dan
kemampuan dengan frekuensi minimal dua kali dalam seminggu dengan
durasi sekitar 30 menit.

25
B. Masalah Kesehatan Reproduksi

1. Krisis Menopause dan Andropause


Yang harus diingat adalah menopause dan andropause bukanlah suatu
penyakit, tetapi merupakan bagian dari siklus hidup yang semestinya wajar
dijalani. Upaya untuk menyikapinya adalah sebagai berikut:
a. Menikmati kegiatan yang selama ini tidak dilakukan karena kesibukan
tugas, pekerjaan rutin di kantor;
b. Mengikuti kursus-kursus atau meneruskan kuliah lagi;
c. Melakukan kegiatan sosial dan seni budaya;
d. Menjalani karier baru yang dulu sama sekali tak pernah terpikirkan
misalnya berbisnis tanaman hias, beternak, mengembangkan minat
menulis dan lainnya
e. Saling memahami, memberi, dan menerima dukungan dalam keluarga;
f. Meningkatkan kekhusyukan dalam kehidupan spiritual.

2. Penanganan pada pasangan yang terganggu aktivitas hubungan


seksualnya
a. Berikan konseling: Informasikan bahwa menopause bukanlah penyakit,
tetapi semata-mata proses alami. Menopouse tidak mengganggu
aktivitas dan produktivitas seseorang.
b. Penanganan lainnya dapat dilakukan dengan melakukan diet seimbang
terutama mengurangi asupan karbohidrat yang mengandung gula,
mengonsumsi susu tinggi kalsium, tempe, kedelai (estrogen alami)
c. Tindakan lanjutan yaitu terapi hormonal jika diperlukan.

C. Pembinaan masalah psikologis


Pembinaan yang dilakukan antara lain dengan mempersiapkan Lansia agar
mempunyai kehidupan yang lebih nyaman di masa tua, pembinaan Lansia oleh
keluarga, dan upaya yang harus dilakukan sendiri oleh Lansia sebagaimana
uraian berikut ini.

26
1. Upaya mempersiapkan kehidupan
Agar para lansia merasa nyaman dalam kehidupan sehari-hari, beberapa hal
yang perlu diperhatikan oleh lansia untuk dapat menemukan makna
hidupnya adalah:
a. Tempat tinggal yang nyaman untuk masa tua;
b. Menyesuaikan diri dengan uang pensiun yang diperolehnya/uang yang
dimilikinya;
c. Memantapkan kegiatan rutin rumah tangga secara memuaskan;
d. Memelihara hubungan yang harmonis dengan suami/istri;
e. Mengahadapi kehidupan diri sendiri atau persiapan diri untuk hidup
tanpa pasangan;
f. Memelihara hubungan dengan anak dan cucu;
g. Memelihara hubungan dengan lingkungan sekitar;
h. Menjalankan dan mendalami ajaran agama sesuai dengan ajaran
agama yang dianutnya.

2. Upaya yang dilakukan keluarga dalam pembinaan lansia


Keluarga yang tinggal dengan anggota keluarga lansia dapat
memberdayakan lansia tersebut dengan melakukan hal-hal berikut.
a. Keluarga membantu menemukan makna hidup pada usia lanjut.
b. Keluarga menyediakan waktu untuk mengajak berbicara dari hati ke hati
serta membantu agar lansia dapat menyampaikan keluhannya.
c. Keluarga berupaya untuk memahami apa yang dirasakan lansia,
mencari penyebab masalah dan berbagi pengalaman dengan keluarga
lansia lain.
d. Keluarga berusaha memenuhi kebutuhan lansia dengan memberikan
perhatian, kasih sayang yang tulus dan rasa aman.
e. Keluarga merujuk kepada institusi atau tenaga ahli, apabila menghadapi
lansia yang mengalami gangguan mental yang cukup mengganggu.
f. Keluarga menjadi pembina dan pembimbing dalam membantu
mengembangkan aktualisasi diri Lansia
g. Keluarga membantu untuk dapat menciptakan suasana yang
menyenangkan bagi kehidupan Lansia.

3. Upaya yang dilakukan lansia dalam menjalani masa tua

27
a. Menerima usia lanjut dengan lapang dada
Menerima perubahan dirinya dengan hati pasrah. Kenyataan bahwa
dirinya menjadi tua diterima secara positif dengan senang hati untuk
memasuki tingkatan hidup yang baru.

b. Berlatih melepaskan diri dan bijaksana


Cara ini dilakukan dengan berlatih untuk memiliki sikap “lepas bebas”
dari kehidupan duniawi dalam arti mengambil jarak dari segala milikNya,
untuk kemudian dapat memperoleh perspektif baru yaitu: hidup dengan
arif, bijaksana, penuh cinta kasih dan pengertian kepada generasi muda.
Hal ini bisa tercapai bila lansia memiliki kematangan jiwa dan kaya
dengan pengalaman hidup.

c. Berupaya menghadapi “kesepian”


Upaya yang dilakukan dalam menghadapi kesepian adalah:
1) berusaha membuat dirinya bermanfaat bagi orang lain;
2) mengunjungi teman lansia yang hidup sendiri;
3) memperhatikan dan menghibur orang yang mengalami kesusahan;
4) bagi lansia yang sudah tidak dapat pergi kemana-mana, upaya ini
dapat dilakukan melalui surat-menyurat dengan tulisan pendek atau
melalui telepon, sehingga akan menyebabkan dirinya ikut terhibur;
5) membuka diri untuk bergaul;
6) melaksanakan ibadah nenurut agama yang dianutnya dengan tekun;
7) menciptakan kegiatan/kesibukan yang bermanfaat bagi dirinya,
keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki;
8) menemukan kembali minat dan bakat serta berprestasi/
9) Saat kekuatan jasmani mulai menyusut, ada potensi dan kekuatan
dalam diri yang baru berkembang. Seseorang akhirnya menemukan
dan mengembangkan bakat dan minatnya sehingga dapat
berprestasi di berbagai bidang, misalnya seni, musik, sastra, agama,
perkebunan, pertanian dan lain sebagainya.

28
d. Gangguan daya ingat
Gangguan yang terjadi pada seseorang dengan lanjut usia dan
menderita dimensia, yaitu mereka tidak dapat mengingat peristiwa atau
kejadian yang baru dialami, akan tetapi hal-hal yang telah lama terjadi
masih diingat.

Menghadapi kondisi ini, walaupun bukan mustahil, tetapi memang


sangat sulit untuk diobati dan dilatih. Yang harus dilakukan oleh para
keluarga lansia adalah:

1) Menerima kondisi ini sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari jiwa
raga seorang lansia;
2) Tidak memperlihatkan ketidaksenangan kepada mereka, karena
sesungguhnyamereka tetap menyadari adanya kondisi lingkungan
sekitar, walau cepat lupa, tetapi perasaan kecewa akan
memperburuk situasi, dan akan lebih menyulitkan keluarga untuk
mengimbangi mereka.
3) Selalu mendampingi dan memberikan hormat, penghargaan dan
pujian pada hal-hal sukses melakukan sesuatu sesederhana
apapun.
4) Semua anggota keluarga harus sepakat dan seirama dalam
menghadapi kondisi lansia tersebut. Tentu memerlukan
pengorbanan ekstra.
5) Dasari dengan keyakinan agama, bahwa pengabdian kepala orang
tua adalah ibadah yang maha tinggi nilainya di sisi Tuhan yang
Maha Kuasa, dan dosa besar menyia-nyiakan mereka, walau hanya
sekedar menghardiknya.

4. Kondisi psikologis lansia yang berkaitan dengan agama

a. Kecemasan dan ketakutan


Perasaan ketidakpastian dalam menghadapi masa depan yangberubah
jauh dari pola hidup biasanya, banyak dialami oleh lansia. Ketakutan
karena potensi terserang penyakit fisik dan psikologis, keyakinan dan
kenyataan bahwa setiap yang muda akan tua dan setiap yang hidup
akan mati.

29
Seluruh kondisi tersebut bahkan masih lebih banyak lagi
kondisimenakutkan dan mengawatirkan lainnya tidak mungkin dijawab
dengan akal manusia, dengan rumus-rumus duniawi. Kondisi semacam
ini hanya akan bisa dijawab, dinetralisir oleh keyakinan kepada agama.
Melakukan ibadah, bertaqwa, tawakal, pasrah dengan sungguh-
sungguh, dan melakukan hubungan secara konstan baik yang bersifat
vertikal maupun horizontal. Dengan melakukan semua ini dengan ikhlas
akan membantu menetralisir kondisi psikologis yang mereka rasakan.

b. Mudah tersinggung dan cenderung emosional


Pertambahan umur dan perubahan fisik jasmani, langsung atau tidak
langsung akan mempengaruhi kemantapan emosional dan ketabahan
spiritual seseorang. Orang yang memasuki lansia umumnya memiliki
kepribadian yang labil, mudah tersinggung, takut kesepian, turun
percaya diri, nostalgia dengan masa jaya (lampau). Sikap dan emosi
tersebut hanya bisa diatasi dengan melakukan introspeksi diri dan
mawas diri sekaligus mendekatkan diri kepada Tuhan.

Dunia ini adalah tempat hidup dan mengabdikan diri sebagai bekal hidup
yang lebih abadi di akhirat. Karena itu kendalikan emosi dan berusaha
melakukan pendekatan diri kepada Tuhan.

D. Pembinaan Mental Spiritual


1. Perbuat amal kebaikan yang bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat
sebanyak mungkin tanpa pernah jenuh dan putus asa walau tidak mendapat
penghargaan atau imbalan dari siapapun.
2. Sering melakukan introspeksi, restrospeksi dan mawas diri lalu insyaf dan
sadar bila ada perbuatan yang salah diwaktu lalu dengan mendekatkan diri
pada Tuhan untuk memohon ampunan sebelum ajal tiba.
3. Perbanyak membaca dan menulis terutama yang berhubungan dengan
agama agar sisa hidup tetap bermanfaat dan tidak menjadi beban orang
lain.

30
4. Perbanyak dan latih berpikir positif sehingga mampu menjadi manusia yang
pemaaf dan melupakan kesalahan yang dilakukan orang lain terhadap
dirinya.
5. Perbanyak memberikan pandangan dan nasihat sesuai dengan
pengetahuan dan pengalaman hidup yang pernah dijalani, baik untuk ditiru
dan buruk untuk ditinggalkan.
6. Perbanyak melakukan hubungan sosial (silaturahim) dengan sesama teman
bahkan dengan musuh sekalipun.
7. Hidup dengan damai, pemaaf dan tanpa mendendam walau dengan orang
yang pernah mencelakakan atau mendholimi kita sekalipun.
8. Kerjakan pekerjaan untuk mengisi waktu jangan suka melamun, tetapi
dengan risiko terkecil, usaha halal dan berguna bagi diri dan keluarga.
9. Rencanakan hidup yang selaras, serasi, dan seimbang lahir batin sesuai
dengan perkembangan usia dan potensi yang dimiliki.

E. Masalah Sosial Kemasyarakatan

1. Membantu lansia yang ditelantarkan oleh keluarga


Keberadaan lansia yang tidak diinginkan oleh keluarganya sendiri terjadi
karena motif ekonomi, sosial, atau psikologis. Dalam perlindungan sosial di
manapun, di seluruh dunia, keluarga memberikan sebagian besar
pertolongan kepada lansia yang memerlukan bantuan.

Kelompok lansia dapat membantu lansia yang terlantar dengan berbagai


macam cara sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing.
Bantuan sekecil apapun dapat meringankan beban hidup lansia yang
ditelantarkan oleh keluarganya. Misalnya dengan cara membantu
pendekatan dengan keluarga lansia yang ditelantarkan, dan memberi
pemahaman kepada keluarga bahwa semua orang yang ditakdirkan
berumur panjang, suatu saat juga akan menjadi lansia.

2. Mengatasi tindakan kekerasan dan kejahatan


Lansia yang lemah dan hidup sendiri ataupun yang ada di lingkungan
keluarganya sangat rentan terhadap kekerasan dan kejahatan, seperti
pencurian dan pemukulan.

31
Pelecehan, kekerasan, dan kejahatan terhadap lansia merupakan
pelanggaran hak azasi manusia yang menyebabkan cidera, penyakit,
kehilangan produktivitas, isolasi, dan putus asa. Penyelesaian tindak
kekerasan dilaksanakan secara multidimensi, yang berkaitan dengan aparat
keamanan dan hukum.

Peran kelompok lansia dapat meminimalisir kasus seperti ini, dengan cara
semakin meningkatkan kepedulian, membuka lebar forum curhat (curahan
hati) sebagai kegiatan wajib pada kegiatan pertemuan penyuluhan, sehingga
apabila memang terjadi pelecehan, kekerasan maupun kejahatan dapat
dicegah sejak dini.

3. Meningkatkan Kepedulian Sesama Lansia


Dalam menumbuhkan kepedulian terhadap sesama lansia, sebaiknya lansia
tetap dihargai, baik sebagai subjek maupun objek. Keluarga sebaiknya
mendukung kebutuhan lansia untuk tetap berbuat sesuatu maupun
berkarya, sehingga sisa hidupnya masih berarti bagi keluarga, sesama,
maupun bangsanya. Penumbuhan minat sosial kemasyarakatan harus
dijaga.

4. Memberikan santunan kepada sesama


Lansia sebagai sosok pribadi yang harus tetap dipenuhi kebutuhannya.
Tidak semua lansia beruntung nasibnya. Ada lansia yang telantar atau
ditelantarkan oleh keluarganya. Sebaiknya ditumbuhkan kepedulian
antarsesama lansia sendiri, maupun oleh keluarga yang mampu dengan
memberikan santunan. Santunan bisa berupa uang, jasa, maupun barang,
seperti makanan/minuman, pakaian, dan lain-lain, yang diberikan secara
insidentil atau tetap melalui kegiatan yayasan dan lansia, ataupun
organisasi kemasyarakatan lainnya.

5. Melakukan silaturahmi
Berkunjung atau mengunjungi sesama lansia dalam rangka silaturahmi
adalah merupakan terapi yang sehat bagi lansia. Kenangan masa lalu, atau
pengalaman masa kanak-kanak maupun remaja, atau masa aktif bekerja
menjadi terapi yang menyenangkan untuk diingat dan dikenang.

6. Mengunjungi lansia yang sakit

32
Mengunjungi lansia yang sedang sakit juga merupakan langkah terpuji. Nilai
silaturahmi dalam mengunjungi sesama lansia yang sedang sakit akan
sangat bermakna. Selain memiliki nilai ibadah, juga bagi lansia yang sedang
sakit akan dapat memberikan dorongan dan kepercayaan diri yang akan
memacu semangat hidupnya.

7. Melayat lansia yang meninggal


Melayat lansia yang meninggal adalah merupakan wujud rasa empati
sesama lansia. Mengunjungi lansia yang meninggal merupakan suatu
penghormatan dengan memberikan doa yang tulus, agar arwahnya diterima
oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dan diberikan keringanan-keringanan serta
diampuni segala dosa-dosanya.

Selain itu, manfaat bagi lansia yang melayat lansia yang meninggal akan
lebih menanamkan kesadaran bahwa pada usia senja merupakan waktu
yang tepat untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Kuasa dan
berusaha agar sisa waktunya diisi dengan hal-hal yang bermanfaat.

8. Kegiatan sosial kemasyarakatan bagi lansia


Kegiatan sosial kemasyarakatan yang dapat diterapkan dalam kelompok
lansia dan keluarganya adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan spiritual di bidang keagamaan, dalam rangka menyiapkan
lansia dalam mengadapi hari depan.
b. Kegiatan gotong royong untuk memupuk kebersamaan.
c. Kegiatan bakti sosial maupun kerja bakti sekitar lingkungan kegiatan
kelompok lansia.
d. Kegiatan ekonomi produktif bagi lansia yang ingin dan berminat untuk
menambah penghasilan.
e. Kegiatan penyaluran hobi dan bakat, seperti bidang kesenian dan
budaya, kerajinan dan lain-lain. Kerajinan juga sekaligus dapat dikaitkan
dengan kegiatan lingkungan dengan cara menggunakan bahan daur
ulang.
f. Menjadi “guru tamu” (membagikan pengalaman). Lansia mempunyai
pengalaman yang sangat kaya tentang berbagai pengalaman hidup,
sejarah yang di alami, dan pengalaman kerja. Pengalaman ini akan

33
sangat menarik bila diceritakan kepada generasi muda, bahkan anak-
anak.
g. Menjadi pendamping kegiatan sosial kemasyarakatan bagi lansia yang
mempunyai keahlian tertentu, misalnya pendamping Posyandu oleh
lansia peduli yang ahli di bidang kesehatan atau gizi anak balita.
h. Menjadi “Bapak atau Orang tua Asuh” bagi lansia peduli yang ingin
bersedekah dengan hartanya, misalnya bagi anak sekolah yang kurang
mampu.

34
BAB IV
PENUTUP

Pertumbuhan penduduk lansia yang pesat selama beberapa dekade terakhir


merupakan implikasi dari semakin baiknya hidup manusia sehingga usia harapan
hidup meningkat.

Masa lanjut usia adalah masa yang penuh keprihatinan dan kesulitan bagi orang
yang tidak siap menghadapi kondisinya. Usia lanjut merupakan hasil produk kinerja
yang dilakukan ketika usia muda dan dewasa.Oleh karena itu perlu persiapan sejak
dini untuk menyongsong kehidupan di masa lanjut usia, baik bagi keluarganya
maupun lansianya itu sendiri.

Buku konsultasi dan konseling keluarga lansia dan lansia ini merupakan salah satu
materi yang disediakan di PPKS untuk membantu para lansia dan keluarganya untuk
dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi sehingga keluarga lansia dapat
membantu para lansianya untuk tetap berkarya dan potensial dalam kehidupannya.
Kesuksesan dalam hidup bukan hanya sukses pada masa muda namun pada saat
lanjut usia pun tetap sukses dan tetap dapat bermanfaat dan berguna bagi keluarga,
masyarakat, negara dan lingkungan disekitarnya.

35

Anda mungkin juga menyukai