Anda di halaman 1dari 48

MEKANISME KERJA KELOMPOK BINA KELUARGA

LANSIA

TIM PENGARAH :
Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D, Sp.GK
Prof. Dr. Saparinah Sadli, Psi

TIM PENULIS :
Prof. Tri Budi. W. Rahardjo Prof. Dr. Clara M. Kusharto, M.Sc
Dr. dr. Nugroho Abikusno, M.Sc Dr. Ir. Adhi Santika, MS, SH
Dr. Soemiarti Patmonodewo, Psikolog dr. D. Dian Indahwati, Sp.OG
dr. Upik Rukmini, MKM Evita Djaman, M.Psi., Psikolog
Dra. Juny Gunawan Ismet Syaifullah, AKS, MM
Drs. Furqan Ia Faried, MA Retno Dwi Sulistyowati, SH. MH
Nurlaila Susilowati, SKM, MKes Dra. Elly Irawan, MS, Psikolog
Lenny Widjaya, BSc Kartono Donousodo, SH, M.Pd
Masnuryati, SE Juli Yanto, S.Sos

TIM EDITOR :
Prof. Tri Budi. W. Rahardjo Dr. Sudibyo Alimoeso, MA
Nurlaila Susilowati, SKM, MKes Dra. Elly Irawan, MS, Psikolog
Dr. Ir. Adhi Santika, MS, SH Dra. Elisabeth Kuji

ILUSTRATOR:
Dr. Ir. Adhi Santika, MS, SH

TATA LETAK & DESAIN SAMPUL:


Ridwan Nugraha

I
Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan
Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Cetakan pertama
Jakarta, Juni 2014

Cetakan Kedua
Jakarta, 2015

Diperbolehkan memperbanyak dan menggandakan buku dengan


izin dari Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan,
tanpa mengubah isi.

ISBN 978-602-8068-99-4

II
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................... i


SAMBUTAN KEPALA BKKBN .............................................. iii
SAMBUTAN DEPUTI KSPK ................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................. vii

A. PENDAHULUAN ............................................................ 1
B. TUJUAN PEMBELAJARAN ........................................... 2
C. TATA CARA KERJA KELOMPOK BKL .......................... 2
D. TEKNIK PENDAMPINGAN ANGGOTA KELOMPOK
BKL ............................................................................... 16
E. CARA MENJALIN KEMITRAAN ................................... 19
F. PENUTUP ..................................................................... 23

i
ii
SAMBUTAN
KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN
DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

Undang-undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Pasal 47 menyatakan
bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah menetapkan kebijakan
Pembangunan Keluarga melalui Pembinaan Ketahanan dan
Kesejahteraan Keluarga.
Kebijakan pembangunan keluarga sesuai Pasal 48 Ayat (1)
dilaksanakan melalui Pembinaan Ketahanan dan Kesejahteraan
Keluarga yang diarahkan pada pemberdayaan keluarga dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga
kecil bahagia sejahtera.
Untuk membangun keluarga yang berkualitas, maka setiap keluarga
Indonesia didorong untuk memberikan perhatian pada 1.000 hari
pertama kehidupan anaknya, yakni sejak bayi lahir hingga anak
berusia 3 tahun. Selanjutnya, keluarga diharapkan mempunyai
keterampilan dan kemampuan dalam pengasuhan dan pembinaan
tumbuh kembang anak secara sempurna dan seimbang melalui
kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) yang membentuk keluarga-
keluarga Indonesia menjadi Orang Tua Hebat.
Ketika telah memasuki usia remaja, keluarga harus dapat membina
dan melindungi serta menyiapkan mereka menjadi Generasi Emas
agar terhindar dari bahaya Napza, HIV/AIDS, dan seks bebas
pranikah dengan mengikuti kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR)
atau Generasi Berencana (GenRe) yang dioperasionalkan melalui
kegiatan remaja di sekolah dan kampus-kampus, dengan
memanfaatkan Pusat Informasi Konseling (PIK) remaja/mahasiswa.
Bila telah memasuki masa praLansia, maka keluarga perlu
menyiapkan praLansia tersebut agar menjadi Lansia yang sehat, aktif,
mandiri, dan produktif sehingga mereka menjadi Lansia Tangguh.

iii
Untuk memberdayakan Lansia tersebut, Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengembangkan kegiatan
Bina Keluarga Lansia (BKL) yang saat ini telah berkembang di
sebagian besar kecamatan di seluruh Indonesia yang berjumlah 9.500
kelompok BKL. Berbagai pelayanan untuk Lansia dapat
dikembangkan di berbagai wadah yang sudah ada selama ini,
termasuk Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera (PPKS) yang
keberadaannya di tingkat provinsi, kabupaten/kota, sampai ke tingkat
kecamatan.
Kami sangat berharap agar Bahan Ajar Lansia Tangguh yang sudah
disusun oleh Keluarga Sahabat Lansia dapat digunakan oleh semua
instansi yang menangani Lansia karena materi ini disusun bersama
dengan memperhatikan kebutuhan yang diharapkan oleh para Lansia
tangguh dengan memperhatikan tujuh dimensi.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih serta apresiasi
yang tinggi kepada para anggota Keluarga Sahabat Lansia sebagai
tim penyusun yang sudah bekerja keras sehingga materi yang
dibutuhkan dapat selesai dengan baik.
Secara khusus saya ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Saparinah
Sadli, Psi yang tak henti-hentinya memberikan semangat bagi kita
semua agar peduli dan harus berbuat sesuatu bagi Lansia yang saat
ini jumlahnya semakin meningkat.

Jakarta, Juni 2014


Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional

Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D, Sp.GK

iv
SAMBUTAN
DEPUTI BIDANG KELUARGA SEJAHTERA
DAN PEMBERDAYAAN KELUARGA

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin


meningkatnya usia harapan hidup yang menyebabkan jumlah
penduduk lanjut usia (Lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.
Jumlah penduduk Lansia merupakan terbesar keempat setelah Cina,
India, dan Jepang. Berdasarkan Proyeksi Penduduk tahun 2014, saat
ini Lansia Indonesia berjumlah 20,8 juta atau empat kali jumlah
penduduk Singapura. Pada tahun 2035, jumlah Lansia diperkirakan
akan mencapai 80 juta, di mana setiap empat orang Indonesia
terdapat satu orang berumur di atas 60 tahun.
Dalam kehidupan sehari-hari, ditemui variasi permasalahan yang
dihadapi Lansia. Untuk itu, Lansia harus menjadi perhatian kita
semua, baik pemerintah, swasta, lembaga terkait, dan masyarakat
dalam penanggulangan permasalahan yang sangat bervariasi
tersebut.
Program Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
(sesuai Undang-undang No. 52 Tahun 2009) merupakan upaya
komprehensif dari pemerintah untuk membangun kualitas sumber
daya manusia (SDM) sebagai salah satu modal pembangunan
keluarga. Pembangunan Keluarga tersebut sudah dimulai sejak dalam
kandungan, kemudian sesudah anak lahir diberikan stimulasi dan
pengasuhan yang optimal melalui Bina Keluarga Balita (BKB).
Selanjutnya keluarga harus menyiapkan anak agar tumbuh menjadi
remaja yang perlu dipersiapkan menjadi Generasi Emas.
Ketika memasuki usia praLansia, berbagai upaya harus dipersiapkan
oleh Lansia itu sendiri maupun keluarga agar nantinya menjadi Lansia
yang sehat, aktif, mandiri, dan produktif yang disebut sebagai Lansia
Tangguh.

v
Lansia tangguh bukan merupakan beban bagi keluarga, masyarakat,
dan negara melainkan menjadi suatu potensi bagi pembangunan
keluarga. Potensi Lansia Tangguh tersebut dalam kehidupan sehari-
hari sangat berperan dalam masing-masing keluarga karena berperan
sebagai pengasuh anak cucu atau grand parenting, serta sebagai
motivator bagi program Pembangunan Keluarga.
Sebagai salah satu kepedulian dari BKKBN sesuai tugas pokok dan
fungsinya yaitu untuk meningkatkan pembangunan keluarga, maka
BKKBN bersama-sama dengan berbagai instansi pemerintah
menyusun suatu materi Lansia Tangguh yang komprehensif agar
keluarga yang mempunyai Lansia maupun Lansia itu sendiri
mendapatkan informasi yang lengkap sesuai kebutuhan para Lansia.
Kami harapkan agar Bahan Ajar Lansia Tangguh dapat dimanfaatkan
secara maksimal oleh berbagai instansi maupun pemerintah daerah
yang menangani Lansia dan menghimbau bila dibutuhkan dapat
menambah muatan lokal sesuai kebutuhan masing-masing instansi
atau daerah.

Jakarta, Juni 2014


Deputi Bidang Keluarga Sejahtera
dan Pemberdayaan Keluarga

Dr. Sudibyo Alimoeso, MA

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,


karena atas rahmat dan karunia-Nya dapat tersusunnya Bahan Ajar
Lansia Tangguh Tujuh Dimensi yang terdiri dari dua macam paket
buku, yaitu untuk fasilitator dan kader.
Penyusunan Bahan Ajar Lansia Tangguh Tujuh Dimensi ini dikoordinir
oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) bekerja sama dengan Komisi Nasional Lanjut Usia (Komnas
Lansia) bersama berbagai instansi pemerintah terkait (Kementerian
Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat), para Dokter, Psikolog, Akademisi, dan
pengelola panti Lansia yang menamakan komunitasnya sebagai
Keluarga Sahabat Lansia.
Adapun tujuan dari penyusunan Bahan Ajar Lansia Tangguh Tujuh
Dimensi ini agar materi yang diberikan kepada fasilitator maupun
kader Bina Keluarga Lansia (BKL) secara holistik dan integratif karena
sasaran di lapangan sama.
Kami berharap semoga Bahan Ajar Lansia Tangguh Tujuh Dimensi ini
dapat bermanfaat bagi seluruh instansi, organisasi, ataupun pemerhati
Lansia yang secara terus-menerus melakukan pelayanan,
perlindungan, dan pemberdayaan Lansia di Indonesia. Masukan dan
kritik membangun kami terima dengan senang hati untuk perbaikan
yang lebih sempurna.

vii
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun yang
telah berkontribusi dan sehingga Bahan Ajar Lansia Tangguh Tujuh
Dimensi dapat tersusun dengan baik dan tepat waktu.

Jakarta, Juni 2014


Direktur Bina Ketahanan Keluarga Lansia
dan Rentan

Dra. Elisabeth Kuji

viii
MEKANISME KERJA KELOMPOK BINA
KELUARGA LANSIA

A. PENDAHULUAN
Bina Keluarga Lansia (BKL) adalah Kelompok
Kegiatan (Poktan) keluarga yang mempunyai
Lansia yang bertujuan meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan keluarga yang memiliki Lansia dan
Lansia itu sendiri untuk meningkatkan kualitas
hidup Lansia dalam rangka mewujudkan Lansia
Tangguh. Lansia Tangguh adalah seseorang atau
kelompok yang mencapai optimalisasi masa
tuanya secara berkualitas, sehingga tetap sehat
secara fisik, sosial dan mental selama siklus
hidupnya, mandiri, aktif dan produktif dengan rasa
aman yang didukung oleh lingkungan yang aman
dan nyaman.
Kelompok Bina Keluarga Lansia dapat
memberikan kontribusi terhadap terwujudnya
Lansia tangguh dan berjalan secara berlanjut
apabila memiliki mekanisme kerja yang dipahami
dan disepakati oleh anggota kelompok. Mekanisme
kerja yang jelas merupakan acuan untuk dapat
dioperasionalkan dalam mencapai tujuan
kelompok. Sehubungan dengan hal itu, kader
kelompok BKL perlu memiliki pemahaman tentang
mekanisme kerja kelompok BKL meliputi: Tata
cara kerja kelompok BKL, Teknik pendampingan

1
kepada anggota kelompok, dan cara melakukan
kemitraan.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari bahan ajar ini peserta
mampu mempraktikkan mekanisme kerja
Kelompok Bina Keluarga Lansia (BKL).
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta
dapat menjelaskan:
a. menjelaskan tata cara kerja kelompok BKL
b. mempraktikan teknik pendampingan kepada
anggota Kelompok BKL
c. mempraktikan cara menjalin kemitraan

C. TATA CARA KERJA KELOMPOK BKL

Guna mencapai terwujudnya tujuan Lansia


tangguh, mekanisme kerja kelompok BKL
seyogyanya dapat dilaksanakan secara optimal.
Mekanisme kerja meliputi tata cara kerja, teknik
pendampingan kader BKL, dan kemitraan.
Mengawali uraian mengenai hal tersebut berikut ini
dikemukakan mengenai tata cara kerja kelompok
BKL.

2
Apakah yang dimaksud dengan tata cara
kerja ?

Tata cara kerja adalah cara melakukan pekerjaan


dengan benar dan efektif atau dapat mencapai
tingkat efisien yang maksimal. Berkaitan dengan
tata cara kerja dimaksud tidak terlepas dari
kata/pengertian prosedur kerja. Prosedur
merupakan tahapan dalam tata cara kerja yang
harus dilalui suatu pekerjaan baik mengenai dari
mana asal pekerjaan dan mau menuju ke mana,
kapan pekerjaan tersebut harus diselesaikan
maupun alat apa yang harus digunakan agar
pekerjaan tersebut dapat diselesaikan.
Mengacu pada pengertian tersebut, maka tata cara
kerja yang harus dikuasai oleh kader kelompok
BKL adalah berkaitan dengan pembentukan
kelompok BKL, dan pokok-pokok kegiatan yang
dilaksanakan dalam kelompok BKL yang terdiri
dari: tata laksana penyuluhan, temu keluarga,
rujukan, pencatatan dan pelaporan, serta
monitoring dan evaluasi. Berikut ini adalah uraian
mengenai hal dimaksud.
1. Pembentukan Kelompok BKL
Langkah-langkah pembentukan kelompok BKL
adalah sebagai berikut.
a. Persiapan
Kegiatan persiapan terdiri dari pendataan
keluarga yang memiliki Lansia dan keluarga

3
Lansia, potensi kader dan potensi dukungan
lainnya, serta pendekatan tokoh (tokoh
masyarakat, tokoh agama, dan tokoh adat).
b. Penggalangan kesepakatan
Penggalangan kesepakatan dilaksanakan
dalam pertemuan yang membahas tentang
pentingnya BKL, dan perlunya dibentuk
kelompok BKL. Setiap kelompok BKL terdiri
dari kurang lebih 20 anggota dengan kader
minimal 4 orang.
c. Pembentukan kelompok
Pembentukan kelompok dapat dilakukan
oleh PKB/PLKB dan mitra kerja (tokoh
masyarakat, tokoh agama, dan tokoh adat)
melalui langkah-langkah: pemilihan kader,
pembekalan, dan pembentukan kelompok.
Kader yang terpilih adalah kader hendaknya
yang memenuhi syarat;
1) wanita/pria yang aktif di masyarakat;
2) dapat membaca, menulis, dan mampu
berkomunikasi;
3) bertempat tinggal di lokasi kegiatan;
4) sehat jasmani dan rohani;
5) bersedia mengikuti
pelatihan/orientasi/magang;
6) bersedia menjadi kader;

4
7) bersedia menjalankan tugas kader
secara sukarela yaitu:
a) mengelola kelompok BKL;
b) melakukan penyuluhan;
c) melakukan kunjungan rumah;
d) melakukan pembinaan;
e) melakukan rujukan;
f) melakukan pencatatan dan
pelaporan;
g) melakukan pengembangan program
kelompok kegiatan;
h) melakukan konsultasi kepada
Penyuluh Keluarga Berencana
(PKB)/Petugas Lapangan Keluarga
Berencana (PLKB), dan tim
pembina.
Setelah calon kader terpilih, dilakukan
pembekalan, melalui pelatihan, orientasi,
ataupun magang dan penugasan sesuai
dengan kebutuhan. Selanjutnya dilakukan
pembentukan kelompok BKL yang disahkan
oleh Kepala Desa/Lurah atau Camat.
2. Pokok-pokok kegiatan kelompok
BKL/Kader.
a. Kegiatan utama yang dilakukan pada
kelompok BKL/kader meliputi: penyuluhan,
temu keluarga, kunjungan rumah, rujukan,

5
pencatatan dan pelaporan, serta monitoring
dan evaluasi.
b. Kegiatan pengembangan antara lain:
1) bina kesehatan fisik antara lain olah
raga, senam, penyediaan makanan
tambahan;
2) bina sosial dan lingkungan antara lain
rekreasi, bina lingkungan;
3) bina rohani/spiritual melalui kegiatan
keagamaan, sosial kemasyarakatan;
4) bina peningkatan pendapatan usaha
ekonomi produktif melalui UPPKS,
UKM, Koperasi, dan lain-lain.

Hal-hal apa sajakah yang harus dilakukan


oleh Kader Kelompok BKL dalam
melaksanakan kegiatan utama ?
a. Melakukan penyuluhan
Penyuluhan dilaksanakan dalam pertemuan
yang dilakukan setiap 1 atau 2 kali sebulan,
dengan pelaksana Kader BKL, di tempat
yang telah ditetapkan berdasarkan
kesepakatan.
Pada setiap pertemuan penyuluhan, kader
menyampaikan materi sesuai dengan topik
yang telah ditetapkan. Oleh karena setiap
materi memiliki keluasan dan kedalaman
materi yang berbeda, maka satu topik

6
materi dapat disampaikan dalam 1
pertemuan atau lebih dari 1 kali. Materi
yang dibahas dalam pertemuan penyuluhan
kelompok adalah sebagai berikut.
1) Kebijakan pembangunan keluarga (1x
pertemuan)
2) Konsep dasar Lansia tangguh (1x
pertemuan)
3) Pembangunan keluarga Lansia tangguh
dimensi spiritual (1x pertemuan)
4) Pembangunan keluarga Lansia tangguh
dimensi intelektual (1x pertemuan)
5) Pembangunan keluarga Lansia tangguh
dimensi fisik (3x pertemuan)
6) Pembangunan keluarga Lansia tangguh
dimensi emosional (2x pertemuan)
7) Pembangunan keluarga Lansia tangguh
dimensi sosial kemasyarakatan (1x
pertemuan)
8) Pembangunan keluarga Lansia tangguh
dimensi profesional dan vokasional (2 x
pertemuan)
9) Pembangunan keluarga Lansia tangguh
dimensi lingkungan (1x pertemuan)
Dengan demikian, keseluruhan materi yang
berkaitan dengan 7 dimensi Lansia
Tangguh disampaikan oleh kader dalam 13

7
kali pertemuan penyuluhan. Untuk lebih
mempermudah penyerapan materi, maka
pada kegiatan penyuluhan tersebut, kader
dapat menggunakan media cetak berupa:
leaflet (lembar kecil yang dilipat), poster,
buku seri bahan ajar Lansia tangguh,
modul, flip chart (lembar balik), dan atau
media partisipatif/alat peraga lain.
Bagaimana tata laksana penyuluhan
yang harus dilakukan oleh kader pada
setiap pertemuan penyuluhan ?
1) Pembukaan
Kegiatan ini merupakan kegiatan wajib
yang meliputi: pemeriksaan kesehatan,
senam bersama/olah raga, dan curahan
hati (Curhat) membahas permasalahan
Lansia khususnya yang berkaitan
dengan permasalahan dalam penerapan
dimensi Lansia Tangguh yang telah
dijelaskan pada pekerjaan rumah (PR)
dalam pertemuan sebelumnya.
Sebelum kegiatan penyuluhan dimulai
terlebih dahulu diadakan senam Lansia
selama 30 menit dan dilanjutkan dengan
pemeriksaan kesehatan oleh dokter
yang telah ditunjuk. Lamanya pemerik-
saan disesuaikan dengan jumlah

8
Lansia. Bagi Lansia yang bermasalah
dengan penyakit diberi rujukan ke
Puskesmas atau rumah sakit.
Selalu mengingatkan keluarga yang
mempunyai Lansia dalam kesertaan
ber-KB.
2) Kegiatan inti meliputi:
a) penjelasan materi (penyuluhan) oleh
kader sesuai dengan topik materi
pada pertemuan tersebut (misal:
pada pertemuan IV, kader
menyampaikan materi
“Pembangunan Keluarga Lansia
Tangguh Dimensi Intelektual”. Untuk
materi yang berkaitan dengan
dimensi fisik, kader
menyampaikannya pada pertemuan
V, VI dan VII);
b) praktik/demonstrasi;
praktik/demonstrasi; sebagai contoh:
1) untuk pertemuan IV tentang
dimensi intelektual kader
mempraktikkan tentang cara
melakukan senam otak;
2) untuk pertemuan V, VI, dan VII
kader mempraktikkan peng-
gunaan media Beberan Tangga
Lansia Sehat dan Produktif

9
c) penugasan: kader menugaskan
anggota BKL melakukan penga-
matan di keluarga masing-masing
tentang penerapan materi yang baru
disampaikan dan merupakan
pekerjaan rumah (PR) untuk
dibahas pada pertemuan berikutnya
3) Penutup, meliputi
a) kesimpulan;
b) mengingatkan pertemuan yang akan
datang;
c) pembacaan doa;
d) membuat catatan kegiatan/
kunjungan rumah jika ada Lansia
yang tidak hadir dalam pertemuan
selama 2 kali berturut-turut.
b. Temu keluarga
Penyuluhan dihadiri oleh keluarga Lansia
dan Lansia. Dari materi penyuluhan yang
diperoleh, peserta penyuluhan dapat
berbagi pengalaman, melakukan upaya
pembinaan agama, fisik dan psikis, olah
raga, rekreasi, pengasuhan terhadap Balita,
dan sebagainya.

10
c. Kunjungan rumah
Kader melakukan kunjungan rumah yang
dilaksanakan sebagai upaya pembinaan
langsung kepada keluarga Lansia,
khususnya yang tidak hadir dalam
pertemuan penyuluhan selama 2 kali
berturut-turut.
d. Rujukan
Kegiatan ini dilaksanakan oleh kader untuk
mengatasi masalah yang dihadapi dalam
pengelolaan kelompok BKL. Rujukan
dilakukan kepada petugas lapangan, tenaga
ahli, atau ke fasilitas pelayanan
(Puskesmas, Pusat Pelayanan Keluarga
Sejahtera/PPKS, Posyandu Lansia) yang
ada sesuai dengan permasalahan yang
harus diatasi. Apabila belum terpecahkan,
maka petugas lapangan dan atau tenaga
ahli dimaksud dapat membawa ke tingkat
yang lebih tinggi antara lain:
1) Tokoh Masyarakat (Toma), Tokoh
Agama (Toga), Tokoh Adat (Todat)
2) Posyandu Lansia, Pos Pembinaan
Terpadu (Posbindu)
3) Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera
(PPKS), Puskesmas
4) Panti Wreda
5) Rumah Sakit

11
6) Pusat Pelayanan Terpadu Pember-
dayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A),
Kepolisian Resort (Polres), Kepolisian
Sektor (Polsek)
Berikut ini beberapa contoh rujukan yang
dapat dilakukan oleh kader BKL.

Petugas/Fasilitas
No Permasalahan yang Harus Diatasi
Pelayanan Rujukan
1 2 3
1. Tokoh masyarakat/Tokoh a. Hubungan yang kurang harmonis
agama/Tokoh adat antara anggota BKL dengan orang tua
yang memasuki usia lanjut
b. Hubungan yang kurang harmonis
antara Lansia anggota BKL dengan
tetangga
2. Posyandu Lansia/Pos a. Lansia yang mengalami keluhan
Pembinaan Terpadu dalam mengatasi penyakit rutin yang
(Posbindu) diderita atau kehabisan obat (antara
lain: diare, sakit kepala)
b. Konsultasi makanan bergizi untuk
Lansia

12
1 2 3

3. Pusat Pelayanan Keluarga a. Pengecekan tekanan darah dan berat


Sejahtera (PPKS) badan secara berkala berkaitan
dengan kondisi kesehatan Lansia.
b. Konsultasi dengan psikolog bagi
anggota BKL yang mengalami
masalah antara lain: kesehatan pasca
reproduksi, kesedihan akibat ditinggal
oleh pasangan hidup/orang terdekat
dalam keluarga, mudah tersinggung,
dan ingin menyendiri

4. Puskesmas a. Keluhan mudah lelah, sulit tidur,


pendengaran yang berkurang, dan
penglihatan menurun.
b. Obesitas dan pola makan sehat dan
seimbang sesuai dengan usia Lansia.
c. Pasca menopause dan andropause
(misal: penurunan gairah seksual,
disfungsi ereksi).

5. Panti Wredha a. Lansia yang banyak mengalami


gangguan fisik dan tidak memiliki
sanak keluarga dekat.
b. Lansia rentan dan miskin, serta tidak
memiliki sanak keluarga.

6. Rumah Sakit Lansia dengan penyakit berat (jantung,


diabetes, hipertensi).

7. Pusat Pelayanan Terpadu a. Lansia yang mengalami Kekerasan


Pemberdayaan Perempuan Dalam Rumah Tangga (KDRT) oleh
dan Anak anak atau anggota keluarga lain.
(P2TP2A)/Polres/Polsek
b. Lansia yang ditelantarkan oleh
keluarganya.

13
e. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan Kelompok BKL
sudah terakomodasi dan merupakan
subsistem dari Sistem Kependudukan dan
Keluarga (SIDUGA). Pencatatan dan
pelaporan yang dilakukan oleh kader
kelompok BKL adalah berupa: Kartu Data
Potensi Kelompok Kegiatan BKL
(K/0/BKL/10), Register Keluarga yang
Mempunyai Lansia (R/I/BKL/10), dan
Catatan Kelompok Kegiatan Bina Keluarga
Lansia (C/I/BKL/10).
Kartu Data Potensi Kelompok Kegiatan
BKL (K/0/BKL/10) dibuat oleh Ketua
kelompok BKL dan digunakan sebagai
sarana untuk mencatat data potensi
kelompok BKL, serta dilakukan setiap awal
tahun anggaran (bulan Januari). Kartu ini
dibuat rangkap 2 yaitu: 1 lembar untuk
PLKB/PKB/Petugas KB Desa/PPKBD/Sub
PPKBD, dan 1 lembar untuk arsip
Kelompok BKL.
Register Keluarga yang Mempunyai
Lansia (R/I/BKL/10) digunakan untuk
mencatat nama keluarga yang memiliki
Lansia, tahapan KS anggota kelompok
BKL, kesertaan dalam kelompok BKL,

14
anggota kelompok BKL yang berstatus
PUS, kesertaan ber KB bagi anggota
kelompok BKL, kehadiran dalam pertemuan
per bulan bagi anggota kelompok BKL.
Catatan Kelompok Kegiatan Bina
Keluarga Lansia (C/I/BKL/10), digunakan
untuk mencatat jumlah keluarga sasaran
kelompok BKL yang menjadi anggota
kelompok BKL, yang hadir/aktif dalam
pertemuan/penyuluhan, yang masih
berstatus PUS, jumlah anggota kelompok
BKL yang berstatus PUS dari Keluarga Pra
S dan KS I, jumlah PUS anggota kelompok
BKL yang menjadi peserta KB, jumlah PUS
anggota kelompok BKL yang menjadi
peserta KB Keluarga Pra S dan KS I, jumlah
pertemuan/penyuluhan, dan jumlah kader
BKL yang ada.
f. Monitoring dan evaluasi (Monev)
Pada dasarnya kegiatan monitoring dalam
kegiatan kelompok BKL dilaksanakan
dalam bentuk kunjungan rumah dan
pendampingan kepada anggota kelompok
BKL. Sedangkan untuk kegiatan evaluasi
dapat dilakukan oleh kader dengan cara:
1) membandingkan jumlah keluarga yang
mempunyai Lansia dan Lansia dengan
yang menjadi anggota kelompok BKL;

15
2) membandingkan jumlah anggota
kelompok BKL yang aktif/hadir dalam
pertemuan penyuluhan dengan jumlah
anggota kelompok BKL yang terdaftar;
3) membandingkan jumlah anggota
kelompok BKL yang aktif/hadir mengikuti
kegiatan rekreatif dengan jumlah anggota
kelompok BKL yang terdaftar;
4) membandingkan jumlah anggota
kelompok BKL yang aktif/hadir dan yang
terdaftar dari tahun ke tahun.

D. TEKNIKP EN D AM P I N G AN ANGGOTA
KELOMPOK BKL
Sebagaimana telah dikemukakan pada uraian
terdahulu bahwa keikutsertaan keluarga yang
memiliki Lansia dan Lansia dalam kelompok BKL
ditujukan agar menjadi Lansia Tangguh. Untuk
tercapainya hal itu, maka kader kelompok BKL
perlu melakukan pendampingan kepada para
keluarga tersebut.
Bagaimanakah cara kader melakukan pendam-
pingan kepada anggota kelompok BKL ?
Pendampingan dilakukan oleh kader kepada
anggota kelompok BKL yang mengalami gangguan
dan atau permasalahan yang berkaitan dengan 7
dimensi Lansia Tangguh. Selain itu kader
kelompok BKL juga dapat melakukan

16
pendampingan dalam membantu anggota
kelompok BKL untuk meningkatkan
ketrampilannya.
Pendampingan apa sajakah yang dapat
dilakukan oleh kader kelompok BKL yang
berkaitan dengan 7 dimensi Lansia Tangguh?
Kader dapat melakukan pendampingan sesuai
dengan permasalahan yang dihadapi anggota
kelompok BKL dan berkaitan dengan 7 dimensi
Lansia Tangguh. Berikut ini beberapa contoh
pendampingan yang dapat dilakukan oleh kader
kelompok BKL.
No. Permasalahan Cara Pendampingan
Menurut Dimensi
Lansia Tangguh

1 2 3
1. Spiritual a. Memfasilitasi untuk mencarikan pemuka
agama bagi anggota BKL yang ingin
mempelajari agama/kitab suci dan
mempraktikkan amaliyah agama bagi diri,
keluarga dan masyarakat.
b. Membantu anggota BKL yang memiliki
hubungan yang kurang harmonis dengan
orang tua yang memasuki Lansia dengan
mengingatkan bahwa berbuat kebajikan dan
merawat Lansia akan mendapat ganjaran
pahala dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
2. Intelektual Membantu anggota BKL yang mengalami kesulitan
dalam mempraktikkan/berlatih cara menstimulasi
otak

17
1 2 3

3. Fisik a. Memotivasi anggota BKL untuk selalu


mengikuti olahraga dalam pertemuan
penyuluhan.
b. Membantu memfasilitasi anggota BKL yang
memerlukan pemeriksaan kesehatan secara
berkala.
c. Membantu menghubungkan dengan tenaga
kesehatan bagi Lansia yang mengalami
keluhan kesehatan pasca reproduksi.
4. Emosional a. Membantu menumbuhkan motivasi anggota
BKL yang kurang percaya diri & mengalami
gangguan emosi akibat menurunnya kondisi
fisik.
b. Membantu menghubungkan dengan tenaga
ahli (psikolog), bagi keluarga yg mempunyai
Lansia yang mengalami masalah dalam cara
berkomunikasi dengan Lansia.
c. Mengidentifikasi kemampuan/hobi Lansia dan
membantu menghubungkan dengan sumber
belajar untuk meningkatkan kemampuan/hobi
sebagai upaya mengatasi rasa kesepian
karena menjadi Lansia.
5. Sosial a. Membantu pendekatan dengan keluarga
kemasyarakatan Lansia yang ditelantarkan dan memberi
pemahaman tentang pentingnya memberikan
perlindungan kepada Lansia.
b. Membantu Lansia untuk meningkatkan
kepedulian terhadap sesama dan
kemampuannya dalam mendampingi anak
Balita (cucu).
c. Membuka lebih luas forum curhat (curahan
hati) sebagai kegiatan wajib pada kegiatan
pertemuan penyuluhan, sehingga apabila
terjadi pelecehan, kekerasan maupun
kejahatan dapat dicegah sejak dini.
d. Mengadakan kegiatan yang bersifat rekreatif
secara berkala.

18
1 2 3
6. Lingkungan a. Membantu menghubungkan dengan
narasumber untuk pemanfaatan barang
bekas.
b. Membantu anggota BKL dalam melalukan
pengelolaan lingkungan dengan prinsip 3R
(reduce, reuse, recycle)
7. Profesional a. Mengidentifikasi potensi anggota BKL yang
vokasional memiliki kemampuan dalam usaha ekonomi
produktif.
b. Mengidentifikasi & menginventarisasi potensi
lingkungan dari segi ekonomi (bahan baku,
pengolahan, pemasaran & pesaing yang ada
c. Membantu menghubungkan dengan sumber
belajar dan sumber pendanaan.

E. CARA MENJALIN KEMITRAAN


Apakah yang dimaksud dengan kemitraan ?
Berbagai pengertian dan batasan tentang
kemitraan telah ditulis oleh para ahli, beberapa di
antaranya adalah sebagai berikut
1. Kemitraan dikenal juga dengan istilah gotong
royong atau kerjasama dari berbagai pihak,
baik secara individual maupun kelompok.
2. Kemitraan adalah kerjasama antara dua pihak
atau lebih, berdasarkan kesetaraan,
keterbukaan dan saling menguntungkan
(memberikan manfaat).
3. Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah
suatu kerja sama formal antara individu-
individu, kelompok-kelompok atau organisasi-
organisasi untuk mencapai suatu tugas atau
tujuan tertentu.

19
Berdasarkan pengertian dan batasan tersebut,
maka pada hakikatnya kemitraan adalah sikap
menjalankan bisnis yang berorientasi pada
hubungan kerjasama yang solid (kokoh dan
mendalam), berjangka panjang, saling percaya,
saling menguntungkan, dan dalam kedudukan
yang setara.
Mengapa kemitraan penting ?
Kemitraan dapat memenuhi kebutuhan dalam
menjaga kinerja kompetitif, kesinambungan dan
keberlanjutan program/kegiatan yang sama atau
yang berkorelasi serta dapat membangun
kebersamaan dan penguatan sesama pelaksana
program/kegiatan. Untuk memenuhi hal tersebut,
perlu diperhatikan beberapa unsur dan dasar
dalam membangun kemitraan sebagai berikut.
1. Unsur kemitraan
a. Adanya hubungan (kerjasama) antara dua
pihak atau lebih
b. Adanya kesetaraan antara pihak-pihak
tersebut
c. Adanya keterbukaan atau kepercayaan
(trust relationship) antara pihak-pihak
tersebut
d. Adanya hubungan timbal balik yang saling
menguntungkan atau memberi manfaat

20
2. Dasar kemitraan
Untuk membangun sebuah kemitraan,
hendaknya didasarkan pada hal-hal berikut.
a. Kesamaan perhatian (common interest)
atau kepentingan, dan bersifat saling
menguntungkan
b. Saling mempercayai dan saling
menghormati, serta saling memperkuat dan
saling membutuhkan
c. Tujuan yang jelas dan terukur (visi, misi,
tujuan dan nilai yang sama) serta berpijak
pada landasan yang sama untuk dilakukan
secara bersama-sama
d. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu,
tenaga, maupun sumber daya yang lain.
e. Akuntabilitas (dapat
dipertanggungjawabkan) dan disiplin.

Bagaimana cara kelompok BKL melakukan


kemitraan dan dengan siapa saja?
Kelompok BKL dapat melakukan kemitraan antara
lain melalui penyelenggaraan kegiatan, pemberian
fasilitasi bagi Lansia, penyediaan sarana yang
dibutuhkan Lansia, penyediaan sumber belajar,
dan sumber pembiayaan yang dilakukan bersama
mitra kerja terkait. Berikut ini beberapa kegiatan

21
kemitraan yang dapat dilakukan oleh kader
kelompok BKL.
No. Mitra Kerja Bentuk Kegiatan Kemitraan

1 2 3
1. Pengelola PPKS a. Penanganan keluhan/permasalahan
Lansia yang mengalami kesulitan
dalam mengembangkan dimensi
emosional (rasa percaya diri, cara
berkomunikasi efektif, membina
keharmonisan hubungan antara
keluarga yang memiliki Lansia
dengan Lansia yang bersangkutan.
b. Penanganan keluhan/permasalahan
Lansia yang mengalami kesulitan
dalam mendampingi anak Balita dan
atau remaja.
c. Penanganan keluhan/permasalahan
Lansia dalam mengembangkan usaha
ekonomi produktif.
d. Penanganan keluhan/permasalahan
Lansia tentang kesehatan pasca
reproduksi.
e. Pengelolaan kelompok BKL.
2. a. Balai Latihan Kerja a. Pelatihan ketrampilan dalam
b. Tim Penggerak PKK peningkatan kualitas produksi.
c. Kelompok kegiatan yg b. Pelatihan pemasaran hasil produksi.
tergabung dalam Pos c. Pelatihan ketrampilan pemanfaatan
Pemberdayaan Keluarga barang bekas.
(Posdaya) d. Ketrampilan usaha ekonomi produktif,
d. Silver College kebun bergizi.

3. a. Bank Perkreditan Rakyat a. Pemberian bantuan modal usaha


b. BRI Unit Desa tanpa agunan.

22
1 2 3
4. a. Unit kerja instansi terkait a. Penyediaan sarana produksi.
b. Unit Corporate Social b. Penyediaan tenaga sumber belajar/
Responsibility (CSR) pendanaan untuk sumber belajar.
perusahaan di sekitar c. Penyediaan bantuan obat-obatan/
desa lokasi BKL pemeriksaan kesehatan.
d. Penyediaan bantuan kegiatan rekreatif.
5. Tokoh/pemuka agama Penanganan bagi Lansia utk
meningkatkan kemampuan dalam bidang
keagamaan.

F. PENUTUP
Bina Keluarga Lansia (BKL) merupakan salah satu
kelompok kegiatan yang bertujuan meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan anggotanya di
dalam meningkatkan kualitas hidup Lansia untuk
mewujudkan Lansia tangguh. Tujuan tersebut akan
dapat dicapai apabila pelaksanaan kegiatan dalam
kelompok BKL dilakukan dengan mekanisme kerja
yang jelas, tepat, dan terarah. Pemahaman kader
kelompok BKL mengenai mekanisme kerja
kelompok BKL dapat memberikan kontribusi
terhadap terwujudnya Lansia tangguh.

23
RANCANGAN FASILITASI PEMBELAJARAN
MEKANISME KERJA KELOMPOK BKL

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bahan ajar ini peserta diharapkan dapat:
1. menjelaskan tatacara kerja kelompok BKL
2. mempraktikkan teknik pendampingan kepada anggota
Kelompok BKL
3. mempraktikkan cara menjalin kemitraan

B. Waktu : 180 menit (4 JP)

C. Rincian Kegiatan Fasilitasi Pembelajaran


Topik Waktu Metode Media

1. Pengantar 10  Ceramah Slide 1 s/d 4


menit singkat
 Tanya jawab
2. Tata cara 45  Curah  Papan tulis/Flipchart
kerja menit pendapat  Slide 5 s/d 19
kelompok  Ceramah
BKL Tanya Jawab
(CTJ)
 Diskusi kelas
3. Teknik 60  CTJ  Slide 20 s/d 23
pendampinga menit  Diskusi  Papan tulis/Flipchart
n kelompok  Kertas folio
 Bermain
peran
4. Cara 60  CTJ  Slide 24 s/d 28
menjalin menit  Diskusi  Papan tulis/Flipchart
kemitraan kelompok  Kertas folio
 Bermain
peran
5. Penutup 5 Ceramah  Slide 2 dan 29
menit singkat  Bahan ajar
Mekanisme Kerja
Kelompok BKL

24
D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Pengantar 10 menit

Kegiatan

a. Ucapkan salam dan perkenalkan diri kepada peserta


b. Tayangkan slide 1 dan 2 tentang tujuan pembelajaran
pada bahan ajar.
c. Sampaikan kepada peserta bahwa bahan ajar ini
merupakan bagian akhir setelah rangkaian materi yang
berkaitan dengan 7 dimensi Lansia tangguh.
d. Tanyakan kepada beberapa peserta tentang
pentingnya kader kelompok BKL memiliki pemahaman
tentang mekanisme kerja kelompok BKL. Kemudian
lanjutkan dengan menayangkan slide 3 dan 4.
e. Sampaikan kepada peserta bahwa pembahasan,
metode dan media yang dipergunakan dalam bahan
ajar ini akan mempermudah pemahaman peserta
tentang pentingnya Mekanisme Kerja Kelompok BKL.
Oleh sebab itu, partisipasi aktif seluruh peserta sangat
diperlukan.

2. Tata Cara Kerja Kelompok BKL 45 menit

Kegiatan

a. Minta beberapa peserta mengemukakan pendapatnya


mengenai pengertian tata kerja secara umum. Catat
semua jawaban peserta di papan tulis/flipchart.
b. Rangkum jawaban peserta dan kemudian tayangkan
slide 5.
c. Lakukan curah pendapat tentang tata kerja yang
berkaitan dengan kegiatan kelompok BKL rangkum dan
jelaskan dengan menayangkan slide 6 s/d 9.

25
d. Fasilitator melanjutkan dengan memberikan penjelasan
tentang pokok-pokok kegiatan kelompok BKL dengan
menayangkan slide 10 s/d 12.
e. Tanyakan kepada peserta apa yang mereka ketahui
tentang kegiatan-kegiatan dalam tata laksana kegiatan
penyuluhan. Lanjutkan dengan memberikan penjelasan
melalui tayangan slide 13 s/d 15.
f. Diskusikan secara umum dengan seluruh peserta
mengenai kasus-kasus yang dapat dirujuk oleh kader
BKL ke petugas/fasilitas pelayanan rujukan.seperti:
Toma/Toga/Todat, Posyandu Lansia, PPKS,
Puskesmas, Panti Wreda, Rumah Sakit, dan
P2TP2A/Polres/Polsek. Selanjutnya berikan penjelasan
dengan menayangkan slide 16 dan 17.
g. Fasilitator menjelaskan tentang pencatatan dan
pelaporan, serta monitoring dan evaluasi yang juga
merupakan tugas pook kader BKL sambil
menayangkan slide 18 dan 19.

3. Teknik Pendampingan 60 menit

Kegiatan

a. Fasilitator menyampaikan penjelasan tentang teknik


pendampingan melalui penayangan slide 20 s/d 23.
b. Fasilitator membagi peserta ke dalam 4 kelompok.
Setiap kelompok diminta mendiskusikan tentang cara
melakukan pendampingan kepada Lansia yang
menghadapi permasalahan sebagai berikut:
1) kelompok I : permasalahan dimensi spiritual dan
intelektual
2) kelompok II : permasalahan dimensi fisik
3) kelompok III : permasalahan dimensi emosional
dan sosial kemasyarakatan

26
4) kelompok IV : permasalahan dimensi professional
vokasional dan lingkungan
Berdasarkan hasil diskusi kelompok, selanjutnya setiap
kelompok membuat skenario bermain peran untuk
melakukan pendampingan dan menentukan pemeran
dari masing-masing anggota kelompok.
c. Setelah semua kelompok bermain peran, fasilitator
memberikan tanggapan/ulasan terhadap hasil
penyajian kelompok yang dikaitkan dengan teknik
pendampingan yang harus dilakukan oleh kader BKL.

4. Cara Melakukan Kemitraan 60 menit

Kegiatan

a. Fasilitator menayangkan slide 24 s/d 28.


b. Fasilitator meminta kembali peserta dalam 4 kelompok
di atas untuk mendiskusikan tentang cara
kader/kelompok BKL melakukan kemitraan yakni
masing-masing dengan:
1) kelompok I : pengelola PPKS;
2) kelompok II : kelompok kegiatan yang
tergabung dalam posdaya;
3) kelompok III : bank perkreditan rakyat;
4) kelompok IV : unit csr perusahaan di sekitar
desa lokasi BKL.
Berdasarkan hasil diskusi kelompok, selanjutnya setiap
kelompok membuat skenario bermain peran untuk
melakukan kemitraan dan menentukan pemeran dari
masing-masing anggota kelompok.
c. Setelah semua kelompok bermain peran, fasilitator
memberikan tanggapan/ulasan terhadap hasil penyajian
kelompok yang dikaitkan dengan cara melakukan
kemitraan yang harus dilakukan oleh kader BKL.

27
5. Penutup 5 menit

Kegiatan

a. Simpulkan kegiatan pembelajaran ini dengan


menyampaikan kembali bahwa mekanisme kerja
kelompok BKL merupakan hal penting yang harus
dipahami dengan sungguh-sungguh oleh para kader
BKL dan menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan
di kelompok BKL.
b. Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh kader BKL,
adalah:
1) menguasai dengan baik bahan ajar Pembangunan
Keluarga Lansia Tangguh dari 7 dimensi;
2) melaksanakan seluruh kegiatan-kegiatan yang
sudah ditetapkan dalam rangkaian kegiatan
penyuluhan, mulai dari pembukaan sampai
dengan penutup,pertemuan penyuluhan.
3) mengembangkan kemampuan secara terus
menerus dan berupaya untuk dapat menerapkan
mekanisme kerja kelompok BKL dan bertekad
untuk dapat menjadi Kelompok BKL percontohan
Pembangunan Lansia Tangguh.
c. Tayangkan kembali slide 2 tentang tujuan
pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk
mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran.
Selanjutnya tayangkan slide 29
d. Bagikan bahan ajar Mekanisme Kerja Kelompok BKL.

28
Pengantar...(lanjutan)
• BKL : Kelompok kegiatan Keluarga yang mempunyai Lansia
dan Lansia untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan keluarga yang memiliki Lansia dan Lansia
dalam rangka mewujudkan Lansia Tangguh
• Lansia Tangguh : Seseorang/kelompok yang mencapai
optimalisasi masa tuanya secara berkualitas agar :
• tetap sehat (fisik, sosial dan mental) selama siklus
MEKANISME KERJA hidupnya;
KELOMPOK BINA KELUARGA LANSIA (BKL) • mandiri;
• aktif dan produktif
• dengan rasa aman yang didukung oleh lingkungan yang
aman dan nyaman
Disampaikan Oleh:

29
TUJUAN PEMBELAJARAN
Kompetensi Dasar • Kelompok BKL dapat memberikan kontribusi untuk terwujudnya
Lansia tangguh dan berjalan secara berlanjut, jika memiliki
Setelah mempelajari bahan ajar ini peserta mampu mekanisme kerja yang dipahami dan disepakati anggota
mempraktikkan mekanisme kerja Kelompok Bina kelompok
Keluarga Lansia (BKL) • Mekanisme kerja yang jelas merupakan acuan untuk dapat
™Indikator keberhasilan dioperasionalkan untuk mencapai tujuan kelompok.
Kader kelompok BKL perlu memahami
Setelah mempelajari bahan ajar ini peserta dapat
menjelaskan peserta dapat :
• menjelaskan tata cara kerja kelompok BKL
• mempraktikkan teknik pendampingan kepada
anggota Kelompok BKL • Tata cara kerja kelompok BKL
• mempraktikkan cara menjalin kemitraan • Teknik pendampingan
• Cara melakukan kemitraan
TATA CARA KERJA KELOMPOK BKL Pembentukan Kelompok BKL
• Tata Cara Kerja Persiapan
" Cara melakukan pekerjaan dengan benar dan " Pendataan keluarga yang memiliki Lansia dan
efektif/dapat mencapai tingkat efisien yang maksimal, keluarga Lansia, potensi kader dan potensi dukungan
dan berkaitan dengan prosedur kerja. lainnya, serta pendekatan tokoh.
" Prosedur merupakan tahapan dalam tata cara kerja yang " Penggalangan kesepakatan dilaksanakan dalam
harus dilalui suatu pekerjaan, baik mengenai: pertemuan yang membahas: pentingnya BKL, dan
• dari mana asal pekerjaan; perlunya dibentuk kelompok BKL. Setiap kelompok
• mau menuju ke mana; BKL kurang lebih 20 anggota dengan kader minimal
• kapan pekerjaan tersebut harus diselesaikan; 4 orang.
• alat apa yang harus digunakan agar pekerjaan " Pembentukan kelompok
tersebut dapat diselesaikan.

30
Pembentukan...(lanjutan)

• Tata Cara Kerja Kelompok BKL, meliputi: Pembentukan kelompok oleh PKB/PLKB dan mitra kerja
dengan langkah-langkah: pemilihan kader, pembekalan, dan
" pembentukan kelompok BKL; pembentukan kelompok. Kader yang terpilih hendaknya yang
" pokok-pokok kegiatan yang dilaksanakan dalam memenuhi syarat:
¾ wanita/pria yang aktif di masyarakat;
kelompok BKL mencakup:
¾ dapat membaca, menulis, dan mampu berkomunikasi;
• tatalaksana penyuluhan; ¾ bertempat tinggal di lokasi kegiatan;
• temu keluarga; ¾ sehat jasmani dan rohani;
• rujukan; ¾ bersedia mengikuti latihan/orientasi/magang;
• pencatatan dan pelaporan; ¾ bersedia menjadi kader;
¾ menjalankan tugas kader secara sukarela
• monitoring dan evaluasi.
Kegiatan Utama yang berkaitan dengan
Tugas Kader Kelompok BKL
Penyuluhan
• Mengelola kelompok BKL
• Dilaksanakan dalam pertemuan setiap 1 atau 2
• Melakukan penyuluhan
• Melakukan kunjungan rumah kali/bulan
• Melakukan pembinaan • Pelaksana Kader BKL
• Melakukan rujukan
• Di tempat yang disepakati bersama
• Melakukan pencatatan dan pelaporan
• Melakukan pengembangan program kelompok kegiatan (Poktan) • Setiap pertemuan penyuluhan, kader
• Melakukan konsultasi kepada PKB/PLKB, tim pembina menyampaikan materi sesuai dengan topik yang
‰ Calon kader terpilih mendapat pembekalan melalui pelatihan,
orientasi, magang dan penugasan sesuai dengan kebutuhan
telah ditetapkan.
‰ Pembentukan kelompok BKL disahkan oleh Kades/Lurah atau Camat • Satu topik materi disampaikan dalam 1 atau lebih
dari 1 X pertemuan

31
Pokok-pokok kegiatan Kelompok BKL/Kader Materi Pertemuan Penyuluhan
• Kegiatan utama yang dilakukan kelompok BKL/kader meliputi: Materi yang dibahas dalam pertemuan penyuluhan
penyuluhan, temu keluarga, kunjungan rumah, rujukan, 1. Kebijakan pembangunan keluarga (1x pertemuan)
pencatatan dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi.
2. Konsep dasar Lansia tangguh (1x pertemuan)
3. Pembangunan keluarga Lansia tangguh dimensi spiritual (1x )
• Kegiatan pengembangan antara lain:
4. Pembangunan keluarga Lansia tangguh dimensi intelektual (1x)
o bina kesehatan fisik: olahraga, senam, pemberian makanan
tambahan (PMT); 5. Pembangunan keluarga Lansia tangguh dimensi fisik (3x )
o bina sosial dan lingkungan: rekreasi, bina lingkungan; 6. Pembangunan keluarga Lansia tangguh dimensi emosional (2x )
o bina rohani/spiritual melalui kegiatan keagamaan, sosial 7. Pembangunan keluarga Lansia tangguh dimensi sosial
kemasyarakatan; kemasyarakatan (1x pertemuan)
o bina peningkatan pendapatan usaha ekonomi produktif 8. Pembangunan keluarga Lansia tangguh dimensi profesional
melalui UPPKS, Usaha Kecil Menengah (UKM), koperasi, dan vokasional (2 x pertemuan)
lain-lain 9. Pembangunan keluarga Lansia tangguh dimensi lingkungan (1x)
Tata laksana kegiatan penyuluhan Tata laksana… (lanjutan)

• Pembukaan 3. Penugasan: kader menugaskan anggota BKL


Kegiatan ini merupakan kegiatan wajib meliputi:
1. senam Lansia atau olahraga 30 menit; melakukan pengamatan di keluarga masing-masing
2. pemeriksaan kesehatan sederhana;
a. pengukuran berat dan tinggi badan, denyut nadi dan tekanan tentang penerapan materi yang baru disampaikan
darah; dan merupakan pekerjaan rumah (PR) untuk dibahas
b. Lansia yang bermasalah dirujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
3. Curahan hati (Curhat) yang membahas mengenai: pada pertemuan berikutnya.
a. permasalahan-permasalahan yang dihadapi, baik oleh Lansia
maupun keluarga Lansia;
b. membahas permasalahan Lansia yang berkaitan dengan • Penutup meliputi: Kesimpulan, mengingatkan
permasalahan dalam penerapan dimensi Lansia Tangguh yang
merupakan PR dalam pertemuan sebelumnya; pertemuan yang akan datang, pembacaan do’a dan
c. selalu mengingatkan keluarga yang mempunyai Lansia dalam membuat catatan kegiatan/kunjungan rumah jika
kesertaan ber-KB
(Kegiatan dipimpin oleh kader, kalau ada didampingi oleh petugas Lansia tidak hadir dalam pertemuan selama 2 kali
yang kompeten) berturut-turut

32
Tata laksana… (lanjutan)

• Kegiatan inti • Temu keluarga


1. Penjelasan materi (penyuluhan) oleh kader sesuai Penyuluhan dihadiri oleh keluarga Lansia dan Lansia.
dengan topik materi pada pertemuan tersebut
(pertemuan I: materi “Konsep Dasar Lansia Dari materi penyuluhan yang diperoleh peserta
Tangguh”. Materi dimensi fisik, pada pertemuan V, penyuluhan dapat berbagi pengalaman, melakukan
VI dan VII) upaya pembinaan agama, fisik dan psikis, olahraga,
2. Praktik/demontrasi; sebagai contoh: rekreasi, pengasuhan terhadap Balita, dan
a. Untuk pertemuan IV (dimensi intelektual) sebagainya.
praktik tentang cara melakukan senam otak; • Kunjungan rumah
b. Untuk pertemuan V, VI dan VII praktik
penggunaan media Beberan Tangga Lansia Upaya pembinaan langsung kepada keluarga Lansia,
Sehat dan Produktif khususnya yang tidak hadir dalam pertemuan
penyuluhan selama 2 kali berturut-turut.
Rujukan ….(lanjutan)
Rujukan Petugas/
Oleh kader untuk mengatasi masalah dalam pengelolaan kelompok Fasilitas
BKL Rujukan dilakukan kepada petugas lapangan, tenaga ahli, atau ke No Permasalahan yang Harus Diatasi
Pelayanan
fasilitas pelayanan (Puskesmas, PPKS, Posyandu Lansia) yang ada Rujukan
sesuai dengan permasalahan. Bila belum terpecahkan, petugas
lapangan dapat membawa ke tingkat yang lebih tinggi yaitu: 1 2 3
4. Puskesmas x Mudah lelah, sulit tidur, pendengaran berkurang,
• Toma/Toga/Todat x Pasca menopause dan andropause
x Obesitas, pola makan sehat dan seimbang
• Posyandu Lansia/Posbindu 5. Panti Wreda x Lansia dengan banyak gangguan fisik dan tidak ada keluarga
• PPKS, Puskesmas dekat.
x Lansia rentan dan miskin, serta tidak memiliki sanak
• Panti Wreda keluarga
6. Rumah Sakit x Lansia dengan penyakit berat (jantung, diabetes, hipertensi)
• Rumah Sakit
7. P2TP2A/Polr x Lansia yang mengalami KDRT oleh anak/anggota keluarga
• P2TP2A/Polres/Polsek x Lansia yang diterlantarkan oleh keluarganya.
es/Polsek

33
Contoh Kasus-kasus yang Dirujuk Oleh Kader BKL Pencatatan dan Pelaporan
Petugas/ • K/0/BKL/10 ¼ Data potensi kelompok BKL, setiap awal tahun
Fasilitas anggaran (Januari). rangkap 2 : untuk PLKB/PKB/Petugas KB
No Permasalahan yang Harus Diatasi
Pelayanan Desa/PPKBD/Sub PPKBD, dan arsip Kelompok BKL.
Rujukan
1 2 3 • R/I/BKL/10 ¼ Nama keluarga yang memiliki Lansia, tahapan KS
1. Toma/Tokoh x Hubungan yang kurang harmonis antara anggota BKL anggota kelompok BKL, kesertaan dalam kelompok BKL, anggota
agama/ dengan orang tua yang memasuki usia lanjut kelompok BKL PUS, kesertaan ber KB anggota kelompok BKL,
Tokoh adat x Hubungan yang kurang harmonis antara Lansia anggota BKL kehadiran dalam pertemuan per bulan.
dengan tetangga
2. Posyandu x Keluhan Lansia mengatasi penyakit rutin/ kehabisan obat • C/I/BKL/10 ¼ Jumlah keluarga sasaran kelompok BKL yang
Lansia/ (misal: diare, sakit kepala) menjadi anggota kelompok BKL, yang hadir/aktif dalam
Posbindu x Konsultasi makanan bergizi untuk Lansia pertemuan/penyuluhan, yang masih berstatus PUS, jumlah
anggota kelompok BKL berstatus PUS dari keluarga Pra S dan KS I,
3. Pusat x Pengecekan tekanan darah dan berat badan secara berkala jumlah PUS anggota kelompok BKL yang menjadi peserta KB,
Pelayanan berkaitan dengan kondisi kesehatan Lansia. jumlah PUS anggota kelompok BKL yang menjadi peserta KB dari
Keluarga x Konsultasi dengan psycholog bagi anggota BKL yang keluarga Pra S dan KS I, jumlah pertemuan/ penyuluhan, dan
Sejahtera mengalami: masalah kesehatan pasca reproduksi, kesedihan jumlah kader BKL yang ada
(PPKS) ditinggal pasangan, mudah tersinggung
Monitoring dan Evaluasi Contoh Pendampingan oleh Kader BKL
• Monitoring dilakukan dengan kunjungan rumah dan No Permasalahan Cara Pendampingan
pendampingan kepada anggota kelompok BKL Menurut Dimensi
Lansia Tangguh
• Evaluasi dilakukan oleh kader dengan cara: 1 2 3
‰ membandingkan jumlah keluarga yang mempunyai Lansia 1. ƒ Memfasilitasi untuk mencarikan pemuka agama bagi yang ingin
Spiritual
dan Lansia dengan yang menjadi anggota kelompok BKL ; mempelajari agama/kitab suci dan mempraktikkan amaliyah
‰ membandingkan jumlah anggota kelompok BKL yang agama untuk diri, keluarga dan masyarakat.
aktif/hadir dalam pertemuan penyuluhan dengan jumlah ƒ Membantu anggota BKL yang memiliki hubungan kurang
anggota kelompok BKL yang terdaftar; harmonis dengan orang tua Lansia
‰ membandingkan jumlah anggota kelompok BKL yang 2. Intelektual ƒ Membantu Lansia yang sulit dalam mempraktikkan/berlatih cara
aktif/hadir mengikuti kegiatan rekreatif dengan jumlah menstimulasi otak
anggota kelompok BKL yang terdaftar; 3. Fisik ƒ Memotivasi anggota BKL untuk selalu mengikuti olahraga dalam
‰ membandingkan jumlah anggota kelompok BKL yang aktif pertemuan penyuluhan
/hadir dan yang terdaftar dari tahun ke tahun. ƒ Memfasilitasi anggota BKL yang memerlukan pemeriksaan
kesehatan secara berkala.
ƒ Membantu menghubungkan dengan tenaga kesehatan bagi
Lansia yang mengalami keluhan kesehatan pasca reproduksi.

34
Pendampingan ….(lanjutan.)
TEKNIK PENDAMPINGAN Permasalahan
No. Cara Pendampingan
Menurut Dimensi
Bagaimanakah cara kader melakukan pendampingan Lansia Tangguh
kepada anggota kelompok BKL ? 1 2 3
4. Emosional ƒ Membantu menumbuhkan motivasi anggota BKL yang
kurang percaya diri dan mengalami gangguan emosi
akibat menurunnya kondisi fisik
• Pendampingan oleh kader kepada anggota kelompok BKL ƒ Membantu menghubungkan dengan tenaga ahli bagi
keluarga yang mempunyai Lansia yang mengalami
yang mengalami gangguan dan atau permasalahan yang masalah dalam cara berkomunikasi dengan Lansia
ƒ Mengidentifikasi kemampuan/hobi Lansia dan
berkaitan dengan 7 dimensi Lansia Tangguh. menghubungkan dengan sumber belajar untuk
meningkatkan kemampuan
• Pendampingan dalam membantu anggota kelompok BKL 5. Sosial ƒ Membantu pendekatan dengan keluarga Lansia yang
kemasyarakatan ditelantarkan
untuk meningkatkan ketrampilannya. ƒ Membantu Lansia untuk meningkatkan kepedulian
terhadap sesama dan kemampuan dalam mendampingi
anak Balita
ƒ Membuka lebih luas forum curhat sebagai kegiatan
wajib pada kegiatan, pertemuan
ƒ Mengadakan kegiatan rekreatif secara berkala.
Pendampingan ….(lanjutan.) Mengapa Kemitraan Penting ?
No Permasalahan Cara Pendampingan • Kemitraan dapat:
Menurut Dimensi ‰ memenuhi kebutuhan dalam menjaga kinerja kompetitif,
Lansia Tangguh kesinambungan dan keberlanjutan program/ kegiatan yang
1 2 3 sama/yang berkorelasi
6. Lingkungan ƒ Membantu menghubungkan dengan narasumber ‰ membangun kebersamaan dan penguatan sesama
untuk pemanfaatan barang bekas pelaksana program/kegiatan
ƒ Membantu anggota BKL dalam melakukan
Unsur kemitraan
pengelolaan lingkungan dengan prinsip 3R (reduce,
reuse, recycle)
‰ Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
7. Profesional Vokasional ƒ Mengidentifikasi potensi anggota BKL yang memiliki ‰ Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
kemampuan dalam usaha ekonomi produktif ‰ Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship)
ƒ Mengidentifikasi/menginventarisasi potensi antara pihak-pihak tersebut
lingkungan dari segi ekonomi (bahan baku, ‰ Adanya hubungan timbal balik yang salingmenguntungkan
pengolahan, pemasaran, dan pesaing yang ada). /memberi manfaat
ƒ Membantu menghubungkan dengan sumber belajar
dan sumber pendanaan

35
CARA MENJALIN KEMITRAAN
(Pengertian)
Dasar Kemitraan
• Kemitraan dikenal juga dengan istilah gotong royong atau ™ Kesamaan perhatian (common interest) /kepentingan,
kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun
kelompok. dan bersifat saling menguntungkan
™ Saling mempercayai dan saling menghormati, serta
• Kemitraan: kerjasama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan saling memperkuat dan saling membutuhkan
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan
manfaat). ™ Tujuan yang jelas dan terukur (visi, misi, tujuan dan nilai
yang sama serta berpijak pada landasan yang sama
• Kemitraan (Notoatmodjo ,2003) adalah suatu kerja sama formal untuk dilakukan secara bersama-sama
antara individu, kelompok-atau organisasi untuk mencapai suatu
tugas /tujuan tertentu. ™ Kesediaan untuk berkorban, baik waktu, tenaga, mau
pun sumber daya lain
Sikap menjalankan bisnis yang berorientasi pada hubungan ™ Akuntabilitas (dapat dipertanggungjawabkan) dan
kerjasama yang solid (kokoh dan mendalam), berjangka disiplin,
panjang, saling percaya dan dalam kedudukan yang setara
Cara Kelompok BKL Melakukan Kemitraan
No Mitra Kerja Bentuk kegiatan Kemitraan
1 2 3
1. Pengelola PPKS • Penanganan keluhan/permasalahan Lansia yang
mengalami kesulitan dalam mengembangkan dimensi
emosional (percaya diri, cara berkomunikasi efektif,
membina keharmonisan hubungan antara keluarga
dengan Lansia dan Lansia yang bersangkutan.
• Penanganan keluhan Lansia yang kesulitan dalam
mendampingi anak Balita /remaja
• Penanganan permasalahan Lansia dalam
mengembangkan usaha ekonomi produktif.
• Penanganan keluhan/permasalahan Lansia tentang
kesehatan pasca reproduksi
• Pengelolaan kelompok BKL
2. a. Balai Latihan Kerja • Pelatihan ketrampilan dalam peningkatan kualitas
b. TP PKK produksi
c. Kelompok kegiatan yang • Pelatihan pemasaran hasil produksi
tergabung dalam • Pelatihan ketrampilan pemanfaatan barang bekas
Posdaya • ketrampilan usaha ekonomi produktif, kebun bergizi
d. Silver college

36
Cara Kelompok BKL Melakukan Kemitraan

No Mitra Kerja Bentuk kegiatan Kemitraan


1 2 3
3. a. Bank Perkreditan Rakyat Pemberian bantuan modal usaha tanpa
b. BRI Unit Desa agunan
4. a. Unit kerja instansi terkait • Penyediaan sarana produksi
b. Unit CSR (Corporate • Penyediaan tenaga sumber belajar/
Social Responsibility) pendanaan untuk sumber belajar
perusahaan di sekitar • Penyediaan bantuan obat-obatan/
desa lokasi BKL pemeriksaan kesehatan
• Penyediaan bantuan kegiatan rekreatif
5. Tokoh/pemuka agama • Penanganan bagi Lansia untuk
meningkatkan kemampuan dalam
bidang keagamaan

Anda mungkin juga menyukai