Anda di halaman 1dari 45

PEMBANGUNAN KELUARGA LANSIA TANGGUH

DIMENSI PROFESIONAL VOKASIONAL

TIM PENGARAH :
Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D, Sp.GK
Prof. Dr. Saparinah Sadli, Psi

TIM PENULIS :
Prof. Tri Budi. W. Rahardjo Prof. Dr. Clara M. Kusharto, M.Sc
Dr. dr. Nugroho Abikusno, M.Sc Dr. Ir. Adhi Santika, MS, SH
Dr. Soemiarti Patmonodewo, Psikolog dr. D. Dian Indahwati, Sp.OG
dr. Upik Rukmini, MKM Evita Djaman, M.Psi., Psikolog
Dra. Juny Gunawan Ismet Syaifullah, AKS, MM
Drs. Furqan Ia Faried, MA Retno Dwi Sulistyowati, SH. MH
Nurlaila Susilowati, SKM, MKes Dra. Elly Irawan, MS, Psikolog
Lenny Widjaya, BSc Kartono Donousodo, SH, M.Pd
Masnuryati, SE Juli Yanto, S.Sos

TIM EDITOR :
Prof. Tri Budi. W. Rahardjo Dr. Sudibyo Alimoeso, MA
Nurlaila Susilowati, SKM, MKes Dra. Elly Irawan, MS, Psikolog
Dr. Ir. Adhi Santika, MS, SH Dra. Elisabeth Kuji

ILUSTRATOR:
Dr. Ir. Adhi Santika, MS, SH

TATA LETAK & DESAIN SAMPUL:


Ridwan Nugraha

I
Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan
Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Cetakan pertama
Jakarta, Juni 2014

Cetakan Kedua
Jakarta, 2015

Diperbolehkan memperbanyak dan menggandakan buku dengan


izin dari Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan,
tanpa mengubah isi.

ISBN 978-602-8068-97-0

II
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................... i


SAMBUTAN KEPALA BKKBN ............................................... iii
SAMBUTAN DEPUTI KSPK ................................................. v
KATA PENGANTAR ............................................................. vii

A. PENDAHULUAN ............................................................ 1
B. TUJUAN PEMBELAJARAN ........................................... 1
C. LANSIA POTENSIAL ..................................................... 2
D. PENGEMBANGAN PROFESIONAL VOKASIONAL
LANSIA .......................................................................... 4
E. CARA LANSIA MENGELOLA KEUANGAN ................... 11
F. USAHA EKONOMI PRODUKTIF BAGI DAN OLEH
LANSIA .......................................................................... 13
G. PENUTUP ..................................................................... 19

i
ii
SAMBUTAN
KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN
DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

Undang-undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Pasal 47 menyatakan
bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah menetapkan kebijakan
Pembangunan Keluarga melalui Pembinaan Ketahanan dan
Kesejahteraan Keluarga.
Kebijakan pembangunan keluarga sesuai Pasal 48 Ayat (1)
dilaksanakan melalui Pembinaan Ketahanan dan Kesejahteraan
Keluarga yang diarahkan pada pemberdayaan keluarga dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga
kecil bahagia sejahtera.
Untuk membangun keluarga yang berkualitas, maka setiap keluarga
Indonesia didorong untuk memberikan perhatian pada 1.000 hari
pertama kehidupan anaknya, yakni sejak bayi lahir hingga anak
berusia 3 tahun. Selanjutnya, keluarga diharapkan mempunyai
keterampilan dan kemampuan dalam pengasuhan dan pembinaan
tumbuh kembang anak secara sempurna dan seimbang melalui
kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) yang membentuk keluarga-
keluarga Indonesia menjadi Orang Tua Hebat.
Ketika telah memasuki usia remaja, keluarga harus dapat membina
dan melindungi serta menyiapkan mereka menjadi Generasi Emas
agar terhindar dari bahaya Napza, HIV/AIDS, dan seks bebas
pranikah dengan mengikuti kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR)
atau Generasi Berencana (GenRe) yang dioperasionalkan melalui
kegiatan remaja di sekolah dan kampus-kampus, dengan
memanfaatkan Pusat Informasi Konseling (PIK) remaja/mahasiswa.
Bila telah memasuki masa praLansia, maka keluarga perlu
menyiapkan praLansia tersebut agar menjadi Lansia yang sehat, aktif,
mandiri, dan produktif sehingga mereka menjadi Lansia Tangguh.

iii
Untuk memberdayakan Lansia tersebut, Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengembangkan kegiatan
Bina Keluarga Lansia (BKL) yang saat ini telah berkembang di
sebagian besar kecamatan di seluruh Indonesia yang berjumlah 9.500
kelompok BKL. Berbagai pelayanan untuk Lansia dapat
dikembangkan di berbagai wadah yang sudah ada selama ini,
termasuk Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera (PPKS) yang
keberadaannya di tingkat provinsi, kabupaten/kota, sampai ke tingkat
kecamatan.
Kami sangat berharap agar Bahan Ajar Lansia Tangguh yang sudah
disusun oleh Keluarga Sahabat Lansia dapat digunakan oleh semua
instansi yang menangani Lansia karena materi ini disusun bersama
dengan memperhatikan kebutuhan yang diharapkan oleh para Lansia
tangguh dengan memperhatikan tujuh dimensi.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih serta apresiasi
yang tinggi kepada para anggota Keluarga Sahabat Lansia sebagai
tim penyusun yang sudah bekerja keras sehingga materi yang
dibutuhkan dapat selesai dengan baik.
Secara khusus saya ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Saparinah
Sadli, Psi yang tak henti-hentinya memberikan semangat bagi kita
semua agar peduli dan harus berbuat sesuatu bagi Lansia yang saat
ini jumlahnya semakin meningkat.

Jakarta, Juni 2014


Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional

Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D, Sp.GK

iv
SAMBUTAN
DEPUTI BIDANG KELUARGA SEJAHTERA
DAN PEMBERDAYAAN KELUARGA

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin


meningkatnya usia harapan hidup yang menyebabkan jumlah
penduduk lanjut usia (Lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.
Jumlah penduduk Lansia merupakan terbesar keempat setelah Cina,
India, dan Jepang. Berdasarkan Proyeksi Penduduk tahun 2014, saat
ini Lansia Indonesia berjumlah 20,8 juta atau empat kali jumlah
penduduk Singapura. Pada tahun 2035, jumlah Lansia diperkirakan
akan mencapai 80 juta, di mana setiap empat orang Indonesia
terdapat satu orang berumur di atas 60 tahun.
Dalam kehidupan sehari-hari, ditemui variasi permasalahan yang
dihadapi Lansia. Untuk itu, Lansia harus menjadi perhatian kita
semua, baik pemerintah, swasta, lembaga terkait, dan masyarakat
dalam penanggulangan permasalahan yang sangat bervariasi
tersebut.
Program Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
(sesuai Undang-undang No. 52 Tahun 2009) merupakan upaya
komprehensif dari pemerintah untuk membangun kualitas sumber
daya manusia (SDM) sebagai salah satu modal pembangunan
keluarga. Pembangunan Keluarga tersebut sudah dimulai sejak dalam
kandungan, kemudian sesudah anak lahir diberikan stimulasi dan
pengasuhan yang optimal melalui Bina Keluarga Balita (BKB).
Selanjutnya keluarga harus menyiapkan anak agar tumbuh menjadi
remaja yang perlu dipersiapkan menjadi Generasi Emas.
Ketika memasuki usia praLansia, berbagai upaya harus dipersiapkan
oleh Lansia itu sendiri maupun keluarga agar nantinya menjadi Lansia
yang sehat, aktif, mandiri, dan produktif yang disebut sebagai Lansia
Tangguh.

v
Lansia tangguh bukan merupakan beban bagi keluarga, masyarakat,
dan negara melainkan menjadi suatu potensi bagi pembangunan
keluarga. Potensi Lansia Tangguh tersebut dalam kehidupan sehari-
hari sangat berperan dalam masing-masing keluarga karena berperan
sebagai pengasuh anak cucu atau grand parenting, serta sebagai
motivator bagi program Pembangunan Keluarga.
Sebagai salah satu kepedulian dari BKKBN sesuai tugas pokok dan
fungsinya yaitu untuk meningkatkan pembangunan keluarga, maka
BKKBN bersama-sama dengan berbagai instansi pemerintah
menyusun suatu materi Lansia Tangguh yang komprehensif agar
keluarga yang mempunyai Lansia maupun Lansia itu sendiri
mendapatkan informasi yang lengkap sesuai kebutuhan para Lansia.
Kami harapkan agar Bahan Ajar Lansia Tangguh dapat dimanfaatkan
secara maksimal oleh berbagai instansi maupun pemerintah daerah
yang menangani Lansia dan menghimbau bila dibutuhkan dapat
menambah muatan lokal sesuai kebutuhan masing-masing instansi
atau daerah.

Jakarta, Juni 2014


Deputi Bidang Keluarga Sejahtera
dan Pemberdayaan Keluarga

Dr. Sudibyo Alimoeso, MA

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,


karena atas rahmat dan karunia-Nya dapat tersusunnya Bahan Ajar
Lansia Tangguh Tujuh Dimensi yang terdiri dari dua macam paket
buku, yaitu untuk fasilitator dan kader.
Penyusunan Bahan Ajar Lansia Tangguh Tujuh Dimensi ini dikoordinir
oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) bekerja sama dengan Komisi Nasional Lanjut Usia (Komnas
Lansia) bersama berbagai instansi pemerintah terkait (Kementerian
Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat), para Dokter, Psikolog, Akademisi, dan
pengelola panti Lansia yang menamakan komunitasnya sebagai
Keluarga Sahabat Lansia.
Adapun tujuan dari penyusunan Bahan Ajar Lansia Tangguh Tujuh
Dimensi ini agar materi yang diberikan kepada fasilitator maupun
kader Bina Keluarga Lansia (BKL) secara holistik dan integratif karena
sasaran di lapangan sama.
Kami berharap semoga Bahan Ajar Lansia Tangguh Tujuh Dimensi ini
dapat bermanfaat bagi seluruh instansi, organisasi, ataupun pemerhati
Lansia yang secara terus-menerus melakukan pelayanan,
perlindungan, dan pemberdayaan Lansia di Indonesia. Masukan dan
kritik membangun kami terima dengan senang hati untuk perbaikan
yang lebih sempurna.

vii
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun yang
telah berkontribusi dan sehingga Bahan Ajar Lansia Tangguh Tujuh
Dimensi dapat tersusun dengan baik dan tepat waktu.

Jakarta, Juni 2014


Direktur Bina Ketahanan Keluarga Lansia
dan Rentan

Dra. Elisabeth Kuji

viii
PEMBANGUNAN KELUARGA LANSIA TANGGUH
DIMENSI PROFESIONAL VOKASIONAL

A. PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil Susenas 2012 bahwa sekitar 80
% Lansia masih aktif di kegiatan-kegiatan sosial
kemasyarakatan, dan sekitar 60% Lansia laki-laki
masih bekerja mencari nafkah. Kondisi ini
menunjukkan bahwa Lansia Indonesia masih
berperan dari segi profesional dan vokasional
untuk mencapai derajat kemandirian dan kualitas
hidup yang prima.
Tidak ada kata terlambat untuk belajar, demikian
pula masih ada kesempatan kedua untuk berkarya
dan mengembangkan profesi atau vokasi baru
setelah pensiun. Guna terwujudnya pembangunan
keluarga Lansia tangguh diperlukan upaya
mengembangkan potensi dan profesional
vokasional Lansia diberbagai bidang.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari bahan ajar ini peserta
mampu mempraktikkan pembangunan keluarga
Lansia tangguh dimensi profesional vokasional.

1
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari bahan ajar ini, peserta
dapat menjelaskan:
a. menjelaskan Lansia potensial
b. menjelaskan pengembangan profesional
vokasional Lansia
c. menjelaskan cara Lansia mengelola
keuangan
d. menjelaskan usaha ekonomi produktif bagi
dan oleh Lansia

C. LANSIA POTENSIAL
Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun
1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia,
pengertian Lansia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas. Selanjutnya,
Lansia menurut UU tersebut dikelompokan menjadi
Lansia Potensial dan Tidak Potensial.
Lansia Potensial ádalah warga lanjut usia yang
masih mampu melakukan pekerjaan dan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan
atau jasa. Secara yuridis formal, ketentuan untuk
memenuhi hak Lansia diatur dalam Pasal 42 UU
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
yang menyatakan bahwa setiap warga negara
yang berusia lanjut, cacat fisik, dan atau cacat
mental berhak memperoleh perawatan,
pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas

2
biaya negara untuk menjamin kehidupan yang
layak sesuai dengan martabat kemanusiaannya,
meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuan
berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Lebih lanjut, menurut uu No.13/1998 tersebut,
pada Pasal 6 ayat (2) huruf a dan huruf b
dinyatakan bahwa sesuai dengan peran dan
fungsinya, lanjut usia juga berkewajiban untuk:
1. membimbing dan memberi nasihat secara arif
dan bijaksana berdasarkan pengetahuan dan
pengalamannya, terutama di lingkungan
keluarganya dalam rangka menjaga martabat
dan meningkatkan kesejahteraannya;
2. mengamalkan dan meneruskan ilmu
pengetahuan, keahlian, ketrampilan,
kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya
kepada generasi penerus;
3. memberikan keteladanan dalam segala aspek
kehidupan kepada generasi penerus.
Selain berdasarkan Undang-undang Nomor 13
Tahun 1998, kategori Lansia dapat dikelompokkan
sebagai berikut..
1. Kelompok pertama adalah kelompok mapan
dan berkualitas, baik secara fisik maupun
ekonomi.
2. Kelompok kedua adalah kelompok purnabakti,
yaitu para pensiunan dari PNS, TNI, Polri,
BUMN yang jumlahnya lebih dari 10 juta.

3
3. Kelompok ketiga adalah kelompok Lansia
miskin dan rentan. Kelompok ini menurut data
Kementerian Sosial mencapai 2,7 juta jiwa.
Sebanyak 80% Lansia tinggal di perdesaan dan
hanya 20% yang tinggal di perkotaan.
Jumlah pensiunan yang besar adalah potensi yang
belum tergali secara optimal dalam partisipasinya
untuk menggerakkan masyarakat. Para pensiunan
tersebut sebenarnya dapat berpartisipasi dalam
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas manusia
melalui kegiatan nyata seperti terlibat pada
kegiatan Posyandu, kegiatan ekonomi produktif,
dan kegiatan kelompok-kelompok pembinaan
peningkatan ketrampilan dan pendidikan.

D. PENGEMBANGAN PROFESIONAL
VOKASIONAL LANSIA
1. Pengertian profesional vokasional
Lansia memiliki banyak kelebihan, baik dari sisi
kemampuan maupun kesempatan yang dapat
dikembangkan untuk meningkatkan kualitas diri
dan hidupnya. Secara umum terdapat
pengakuan bahwa Lansia merupakan
seseorang yang handal di bidangnya,
berpengalaman, lebih dipercaya, lebih teliti dan
disiplin.

4
Di antara Lansia, terdapat Lansia potensial
dengan pendidikan yang relatif lebih tinggi dan
memiliki keahlian di bidang tertentu yang
selayaknya diberdayakan terus agar masih
dapat memberi makna kehadirannya sebagai
warga terhormat, bukan warga renta yang
sudah tidak berdaya dalam pandangan
masyarakat dan keluarganya.
Kelebihan ini hendaknya dapat ditangkap
untuk didekatkan kepada dimensi profesional
vokasional. Untuk lebih memahami pengertian
profesional, berikut ini pengertian profesional
yang dikutip dari berbagai sumber .
a. Hary Suwanda (http://carapedia.com),
profesional adalah: seorang yang benar-
benar ahli di bidangnya dan mengandalkan
keahliannya tersebut sebagai mata
pencahariannya.
b. Tanri Abeng (2002): seorang profesional
harus mampu menguasai ilmu pengetahuan
secara mendalam, mampu melakukan
kreativitas dan inovasi atas bidang yang
ditekuninya serta harus selalu berfikir positif
dengan menjunjung tinggi etika dan
integritas (tanggung jawab dan kejujuran)
profesi.
c. Arisandi (Arisandi21’s Blog) seorang
profesional adalah: orang yang mempunyai
profesi atau pekerjaan purna waktu (di luar

5
jam kerja) dan hidup dari pekerjaan tersebut
dengan mengandalkan suatu keahlian yang
tinggi. Atau seorang profesional adalah
seseorang yang hidup dengan
mempraktikkan suatu keahlian tertentu atau
dengan terlibat dalam suatu kegiatan
tertentu yang menuntut keahlian, sementara
orang lain melakukan hal yang sama hanya
sekedar hobi, untuk senang-senang, atau
untuk mengisi waktu luang.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut,
ciri-ciri orang yang profesional adalah sebagai
berikut.
a. Keinginan untuk selalu menampilkan
perilaku yang mendekati paling sempurna
Seseorang yang memiliki profesionalisme
tinggi akan selalu berusaha mewujudkan
dirinya sesuai dengan keahlian yang telah
dimilikinya. Ia akan mengidentifikasi dirinya
kepada seseorang yang dipandang memiliki
keahlian tersebut dan dijadikan sebagai
rujukan.
b. Keinginan untuk meningkatkan dan
memelihara kesan baik tentang profesi
Profesionalisme yang tinggi ditunjukkan
oleh besarnya keinginan untuk selalu
meningkatkan dan memelihara kesan baik

6
tentang profesi melalui perwujudan perilaku
profesional. Perwujudannya dilakukan
melalui berbagai cara misalnya penampilan,
cara percakapan, penggunaan bahasa,
sikap tubuh, sikap hidup sehari-hari,
hubungan dengan individu lainnya.
c. Keinginan untuk senantiasa mengejar
kesempatan mengembangkan kualitas
pengetahuan dan ketrampilan.
d. Memiliki komitmen terhadap profesi yang
ditunjukkan dengan kebanggaan diri
sebagai tenaga profesional, dan berusaha
terus-menerus untuk mengembangkan
kemampuan profesional, dan seterusnya.
Profesi merupakan suatu jabatan atau
pekerjaan yang menuntut keahlian dan tidak
dapat dilakukan oleh sembarang orang yang
tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus
untuk melakukan pekerjaan tersebut. Oleh
karena itu, untuk meningkatkan keahlian
tertentu sesuai dengan minat, hobi, bakat yang
dimiliki, Lansia dapat mengikuti pendidikan
vokasional.
Pendidikan vokasional adalah pendidikan
kejuruan atau ketrampilan yang diarahkan
untuk mempunyai keahlian khusus sehingga
dapat bekerja pada bidang tertentu misalnya:

7
melakukan pendampingan dan penyuluhan
kepada Lansia lain, serta memanfaatkan
keahliannya untuk meningkatkan produktivitas
dan pendapatan.
Mengacu pada pendapat Bachtiar Hasan
tentang arti dan tujuan pendidikan
vokasional/kejuruan, maka untuk mendapatkan
pendidikan vokasional/kejuruan dapat
dikembangkan pelatihan bagi Lansia dan
keluarganya antara lain:
a. pelatihan yang mempersiapkan Lansia
untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu;
b. pelatihan yang diarahkan untuk mempelajari
bidang khusus pada Lansia;
c. pelatihan yang diselenggarakan bagi para
Lansia yang merencanakan dan
mengembangkan karirnya pada bidang
keahlian tertentu untuk bekerja secara
produktif.
2. Peluang pengembangan profesional
vokasional Lansia
Lansia dapat mengembangkan kemampuannya
dalam dimensi profesional vokasional dengan
memanfaatkan peluang yang ada. Terdapat
peluang yang luas bagi Lansia dalam profesi
seperti:
a. profesi sebagai dokter melakukan promosi
kesehatan bagi masyarakat miskin;

8
b. seorang ahli gizi dapat melakukan
konseling gizi dan pendampingan kepada
para Lansia untuk berperilaku hidup sehat;
c. seorang pengacara dapat memberikan
penyuluhan tentang hak-hak hukum bagi
masyarakat;
d. insinyur yang membantu masyarakat untuk
membangun jembatan atau jalan di desa,
dan seterusnya.
e. Lansia terutama perempuan berpeluang
untuk melakukan pengasuhan kepada
anggota keluarga atau pun bagi anak-cucu
yang membutuhkan nasihat/teladan, dan
memerlukan pendampingan dalam
melakukan kegiatan pribadi sehari-hari;
f. Lansia yang sudah lama pensiun juga dapat
mempunyai pekerjaan sampingan sebagai
mentor bagi rekan-rekan yang masih aktif
untuk memberikan kearifan, pengetahuan
dan pengalaman di bidang teknis mereka
masing-masing;
g. Lansia dapat menjadi guru bagi anak-anak
muda yang berasal dari keluarga miskin,
keluarga yang kedua orangtuanya sibuk
bekerja penuh waktu dalam lingkungan
perumahan mereka;
h. Lansia menjadi relawan sosial untuk
masalah pengentasan kemiskinan, sebagai

9
kader kesehatan, pendamping di Pusat
Pelayanan Keluarga Sejahtera (PPKS)
dan lain sebagainya.
Di bidang vokasional Lansia dapat
mengembangkan kemampuan dalam kesenian
dan hobi. Pengembangan kesenian selain
mempromosikan dan melestarikan budaya lokal
masyarakat setempat juga mempunyai potensi
untuk pengembangan ekonomi kreatif yang
sedang dipromosikan oleh pemerintah sebagai
salah satu aset andalan devisa negara.
Pengembangan hobi yang digemari oleh Lansia
sejak masa muda mempunyai potensi untuk
dikembangkan dan merupakan bagian penting
dalam kewirausahaan misalnya hobi melukis
yang dapat dipamerkan dan merupakan
sumber penghasilan Lansia tersebut.
Berbagai peluang dalam pengembangan
industri yang berkaitan dengan Lansia dan
pengembangan usaha ekonomi produktif dapat
dilakukan melalui berbagai bidang di bawah ini.
a. Bidang ekonomi kreatif seperti batik dan
berbagai bentuk kesenian lain
b. Bidang konsumsi barang seperti mebel
(meja, kursi, lemari)

10
c. Bidang kesehatan dan pengobatan
tradisional seperti jamu, pijat
d. Bidang wisata dan kuliner
e. Bidang industri rumah tangga/pereko-
nomian
f. Bidang industri bisnis sosial pengasuhan
anak dan atau Lansia rentan

E. CARA LANSIA MENGELOLA KEUANGAN


Pada masa menjelang pensiun bagi Pegawai
Negeri Sipil (PNS) atau seseorang yang akan
memasuki usia lanjut, Lansia dapat dilatih kembali
untuk menjadi mandiri dengan cara mengelola
keuangan sendiri terutama bagi Lansia perempuan
yang menjadi kepala keluarga yang telah
ditinggalkan oleh pasangan hidupnya karena satu
atau lain sebab. Kemampuan mengelola keuangan
sangatlah penting mengingat penghasilan yang
terbatas dan pengaturan kembali berbagai
kebutuhan sesuai dengan peran Lansia dalam
keluarganya.
Latihan pengelolaan keuangan dalam keluarga
merupakan modul yang penting dalam pelatihan
kader untuk dapat disebarluaskan kepada
berbagai keluarga Lansia. Berikut cara mengelola
uang secara sederhana (Menurut ahli perencana
keuangan Ligwina Hananto)

11
Tahap 1: Mencatat uang pensiun atau
penghasilan lain.
Bila pasangan suami istri Lansia masih punya
usaha, maka penghasilan berdua adalah
merupakan pemasukan keluarga. Masukkan juga
pemasukan dari bukan gaji (rutin), seperti bisnis
sampingan, bunga bank dan lainnya.
Tahap 2: Mendata semua pengeluaran.
Datalah semua pengeluaran sebulan mulai dari
pengeluaran rumah tangga sampai keperluan anak
dan diri sendiri: listrik, telepon, transportasi
(termasuk suku cadang, servis, bensin), pekerja
(pembantu, sopir). Jangan lupa memasukkan
cicilan hutang (kredit rumah/barang), biaya
kesehatan, dana untuk pribadi (keperluan diri
sendiri dan pasangan).

12
Tahap 3: Mempersiapkan dana darurat.
Masukkan ke daftar pengeluaran sejumlah uang
untuk dana darurat. Ini penting karena dalam
keadaan genting, agar Lansia tetap dapat
menjalani hidup dengan layak dari dana ini. Tak
kalah penting adalah sejumlah uang untuk
ditabung .
Tahap 4: Menghitung sisa uang yang dimiliki.
Setelah menghitung jumlah penghasilan dan
pengeluaran, hitunglah sisanya. Jika masih ada
sisa yang cukup, berarti keuangan keluarga sehat.
Waspada bila ternyata keuangan menunjukkan
saldo negatif.

F. USAHA EKONOMI PRODUKTIF BAGI DAN


OLEH LANSIA
Kegiatan-kegiatan ekonomi produktif yang dapat
dilakukan oleh Lansia disesuaikan dengan kondisi
lingkungan, potensi wilayah dan ketrampilan
Lansia serta kebutuhan akan produk yang mudah
dipasarkan di masyarakat.
Berikut ini beberapa alternatif jenis usaha ekonomi
produktif berdasarkan jenis usaha.
1. Usaha yang termasuk bidang pertanian dan
peternakan, antara lain adalah:
a. tanaman hias (bunga-bungaan, palem dan
bonsai);

13
b. tanaman pangan
(tomat, cabe, jagung,
sayur-sayuran dan
buah- buahan) dan
tanaman obat
keluarga (toga).
c. peternakan (ternak
ayam, jangkrik, ternak kambing);
d. perikanan (ikan hias, tambak ikan dan
kolam ikan);

2. Usaha bidang industri kecil dan industri


rumah tangga, antara lain adalah :
a. kerajinan (perak, emas, kulit, kayu dan
rotan);
b. anyaman (anyaman bambu, rotan);
c. makanan kecil, minuman (kue jajan pasar,
minuman kemasan);
d. mebel (kursi, meja, lemari);

14
e. produk kreatif (kerajinan daur ulang
sampah, pupuk cair);
f. kesenian dan budaya (kerajinan tangan,
penari, penyanyi, pelukis, perias pengantin,
perangkai bunga, pemahat, pemandu
wisata)

3. Usaha yang termasuk dalam bidang


perdagangan dan jasa, antara lain:
a. warung makanan/jajanan kebutuhan sehari-
hari;
b. kios/toko kelontong, sembako, dan bensin;
c. penjaja makanan/minuman;
d. kios oleh-oleh makanan khas daerah;
e. warung pos;
f. kios pulsa telepon;
g. kios kerajinan tangan/souvenir;
h. warung internet (Warnet);
i. warung gizi sehat Lansia.
Agar Lansia dapat melakukan usaha dan
memperoleh keuntungan, perlu beberapa
pertimbangan dalam penetapan jenis usaha
sebagai berikut.
1. Sesuaikan dengan minat dan kemampuan
kelompok BKL/anggota
Jenis usaha yang dipilih mempertimbangkan
keinginan dan kemampuan yang dimiliki oleh
para anggota kelompok BKL, dengan demikian
proses produksi dan produk yang dihasilkan
akan berkualitas.

15
2. Ada yang bisa mengerjakan/ada pensiunan
tenaga trampil
Jenis usaha yang dikembangankan sesuai
dengan ketrampilan anggota kelompok atau
setidak-tidaknya ada sebagian anggota
kelompok trampil di bidang usaha yang akan
dikembangkan.
3. Ada bahan baku/bahan baku mudah didapat
dan tersedia di lingkungan sekitar
Bahan baku yang akan diolah untuk proses
produksi mudah didapat di lingkungannya
dengan harga yang murah, agar ongkos
produksi dapat relatif rendah sehingga nilai jual
produk dapat bersaing.
4. Peralatan untuk mengerjakan mudah
didapat
Teknologi yang dipakai adalah teknologi tepat
guna yang peralatannya mudah didapat dan
mudah untuk dilakukan pemeliharaan.
5. Ada yang membina
Sebaiknya kelompok mempunyai pembina
apakah dari instansi pemerintah, swasta,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)/
Lembaga Swadaya dan Organisasi Masyarakat
(LSOM) atau pembina yang bersifat individual
namun profesional dan peduli terhadap
perkembangan kelompok BKL.

16
6. Ada kesiapan dana kegiatan usaha
Sebelum melaksanakan kegiatan usaha,
sebaiknya kelompok BKL telah menyiapkan
dana untuk modal awal kegiatan usaha.
7. Hasil usaha dibutuhkan banyak
orang/sesuai dengan permintaan pasar
Produk kelompok BKL laku dijual, sehingga
jenis usaha disesuaikan dengan kebutuhan
serta kemampuan masyarakat dan harga
produk dapat bersaing dengan produk lainnya.
8. Proses produksi tidak terlalu lama dan tidak
sulit
Dalam menetapkan jenis usaha kelompok
dipilih yang proses produksinya cepat agar
perputaran modal juga cepat. Jika perputaran
modal cepat maka keuntungan akan dapat
berlipat.
9. Memberikan keuntungan dengan cepat
Keuntungan yang tidak besar dengan harga
yang relatif murah, maka omset penjualan akan
berkembang dan keuntungan pun berkembang
pula.
10. Hindari kegagalan
Pada tahap pertama harus betul-betul
diperhitungkan kesulitan-kesulitan mulai dari
proses produksi sampai dengan pemasaran.

17
Untuk hal ini diperlukan keuletan dan
ketangguhan serta perhitungan yang tepat
dalam melaksanakan kegiatan usaha.
11. Penjualan dibayar tunai
Mengingat modal kegiatan usaha relatif kecil
diupayakan setiap transaksi kegiatan usaha
dibayar tunai, karena proses produksi dapat
terganggu apabila modal usaha dalam bentuk
pinjaman.

18
G. PENUTUP
Bahan ajar ini diperlukan dan sangat penting untuk
kader BKL yang akan mendampingi kelompok Bina
Keluarga Lansia. Hal ini disebabkan semua pokok
bahasan mencerminkan kegiatan Lansia dalam
praktek kegiatan profesional vokasional.
Kegiatan ini perlu dipahami dengan baik agar
pembangunan keluarga Lansia tangguh dimensi
profesional vokasional dapat terwujud.
Sehubungan hal tersebut maka penting adanya
kesiapan petugas yang akan membina kader dan
kelompok Bina Keluarga Lansia dalam memahami
bahan ajar sangat diperlukan. Pemahaman
dimaksud terutama dalam hal penguasaan
bahasan tentang Lansia potensial, pengembangan
profesional vokasional Lansia, cara mengelola
uang dan usaha ekonomi produktif yang bisa
dilakukan bagi oleh Lansia. Dengan pemahaman
yang memadai, maka petugas yang akan membina
kader dan kelompok Bina Keluarga Lansia akan
dengan mudah menjelaskan bahan ajar ini, baik
kepada keluarga yang memiliki Lansia, Lansia
sendiri, maupun masyarakat secara keseluruhan.

19
DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. 2012. Pengembangan Ekonomi Produktif


Bagi Lansia. Media Pembelajaran BKL Seri
7.Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan
Rentan.BKKBN. Jakarta
Hasan, Bachtiar. Pendidikan Kejuruan di Indonesia. Di
akses pada Maret 2014 file.upi.ed./
PENDIDIKAN_KEJURUAN_DI_INDONESIA.pdf
Kusharto, CM. 2013.Kesempatan Kedua untuk
Berkarya. Kurikulum dan Modul Pelatihan Pra
Purnabakti yang Sehat, Mandiri dan Produktif.
Pusat Intelegensia Kesehatan. Kemenkes RI.
Jakarta

20
RANCANGAN FASILITASI PEMBELAJARAN
PEMBANGUNAN KELUARGA LANSIA TANGGUH
DIMENSI PROFESIONAL VOKASIONAL

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bahan ajar ini peserta dapat:
1. menjelaskan Lansia potensial
2. menjelaskan pengembangan profesional vokasional Lansia
3. menjelaskan cara Lansia mengelola keuangan
4. menjelaskan usaha ekonomi produktif bagi dan oleh Lansia
5. mempraktikkan penggunan media Kartu Ajaib Lansia
Handal dan Trampil

B. Waktu : 180 menit (4 JP)

C. Rincian Kegiatan Fasilitasi Pembelajaran

Topik Waktu Metode Media


1. Pengantar 10 Ceramah Tanya Slide 1 dan 2
menit Jawab (CTJ)
2. Lansia Potensial 20  Curah Slide 3 s/d 5
menit pendapat
 CTJ
3. Pengembangan 40  Curah Slide 6 s/d 17
Profesional menit pendapat
vokasional  CTJ
Lansia  Diskusi
kelompok
4. Cara Mengelola 15  Curah Slide 18
Keuangan menit pendapat
 CTJ

5. Usaha Ekonomi 45  CTJ Slide 19 s/d 21


Produktif Bagi menit  Diskusi
dan Oleh Lansia kelompok

21
Topik Waktu Metode Media
6. Penggunaan 45  Permainan  Beberan Kartu Ajaib
Media Kartu Menit (game) Lansia Handal dan
Ajaib Handal dan Trampil
Trampil
7. Penutup 5 menit  Ceramah  Slide 2 dan 22
singkat  Bahan ajar
Pembangunan
Keluarga Lansia
Tangguh Dimensi
Profesional
Vokasional

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Pengantar 10 menit

Kegiatan

a. Ucapkan salam dan perkenalkan diri kepada peserta.


b. Tayangkan slide 1 dan 2 tentang tujuan pembelajaran
pada bahan ajar.
c. Tanyakan kepada peserta pemahaman mereka
secara umum tentang materi 5 dimensi Lansia
Tangguh yang telah disampaikan sebelumnya.
d. Sampaikan kepada peserta bahwa bahan ajar ini
merupakan lanjutan dari bahan ajar sebelumnya yaitu
pembangunan Lansia tangguh dimensi sosial
kemasyarakatan.
e. Sampaikan kepada peserta bahwa pembahasan,
metode dan media yang dipergunakan dalam bahan
ajar ini akan mempermudah pemahaman peserta
tentang pentingnya pembangunan keluarga Lansia
tangguh dimensi Profesional Vokasional. Oleh sebab
itu, partisipasi aktif seluruh peserta sangat diperlukan.

22
2. Lansia Potensial 20 menit

Kegiatan

a. Fasilitator menanyakan kepada beberapa orang


peserta tentang:
1) pengertian Lansia berdasarkan Undang-undang
no 13 tahun 1998.
2) Pengelompokan Lansia, Jawaban peserta ditulis
di flipchart dan disimpulkan
b. Fasilitator menjelaskan tentang pengertian Lansia
yang produktif dan non produktif di kaitkan dengan
Undang-Undang No. 13 tahun 1998, dilanjutkan
dengan pengelompokan Lansia berdasarkan kondisi.
Tayangkan slide 3 dan 4.
c. Fasilitator menyampaikan tentang kewajiban Lansia
berdasarkan Undang-undang no 13 tahun 1998 pasal
6 melalui tayangan slide 5.

Pengembangan Profesional vokasional 40 menit


3.
Lansia

Kegiatan

a. Fasilitator melakukan curah pendapat tentang


pengertian profesional, profesi dan vokasional, ciri-ciri
seorang yang profesional. Tulis semua jawaban
peserta di papan tulis/flipchart. Simpulkan jawaban
peserta kemudian fasilitator menjelaskan kembali
melalui tayangan slide 6 s/d 11.

23
b. Fasilitator membagi peserta ke dalam 3 kelompok,
setiap kelompok diminta untuk mendiskusikan contoh-
contoh peluang pengembangan profesional vokasional
Lansia sebagai berikut.
1) kelompok I : peluang bagi Lansia pensiunan
Pegawai Negeri Sipil
(PNS)/TNI/POLRI;
2) kelompok II : peluang bagi Lansia pensiunan
buruh sektor formal;
3) kelompok III : peluang bagi Lansia pensiunan
pegawai swasta
c. Setelah semua kelompok melakukan diskusi, fasilitator
meminta setiap kelompok secara bergantian untuk
menyajikan hasil diskusi, dilanjutkan dengan
penjelasan fasilitator melalui penayangan slide 12 s/d
17

4. Cara Lansia Mengelola Keuangan 15 menit

Kegiatan

a. Jelaskan kepada peserta bahwa kemampuan


mengelola keuangan sangatlah penting bagi Lansia,
mengingat penghasilan yang terbatas. Oleh karena itu
lansia perlu mengatur kembali berbagai kebutuhan
dan mengelola keuangan pribadinya.
b. Minta pendapat beberapa peserta tentang cara
mereka mengelola keuangannya
c. Jelaskan langkah-langkah mengelola keuangan secara
sederhana dengan menayangkan slide 18

24
Usaha Ekonomi Produktif Bagi dan Oleh 45 menit
5.
Lansia

Kegiatan

a. Fasilitator menjelaskan jenis usaha ekonomi produktif


bagi Lansia melalui slide 19
b. Fasilitator membagi peserta ke dalam 3 kelompok dan
menugaskan setiap kelompok untuk mendiskusikan
hal-hal sebagai berikut:
4) kelompok I : mendiskusikan tentang jenis-jenis
usaha dalam bidang pertanian
dan peternakan beserta akses
untuk masing-masing jenis usaha;
5) kelompok II : mendiskusikan tentang jenis-jenis
usaha dalam bidang industri kecil
dan industri rumah tangga beserta
akses untuk masing-masing jenis
usaha;
6) kelompok III : mendiskusikan tentang jenis-jenis
usaha dalam bidang perdagangan
dan jasa beserta akses untuk
masing-masing jenis usaha.
c. Setelah semua kelompok melakukan diskusi, fasilitator
meminta secara bergantian untuk menyajikan hasil
diskusi, dilanjutkan dengan penjelasan fasilitator
melalui penayangan slide 19 s/d 21

25
Penggunaan media Kartu Ajaib Lansia 45 menit
6.
Handal dan Trampil

Kegiatan

a. Untuk lebih memantapkan pemahaman peserta


mengenai bahan ajar Pembanguna Keluarga Lansia
Tangguh Dimensi Profesional Vokasional, peserta
melakukan permainan (game) dengan menggunakan
Media Kartu Ajaib Lansia Handal dan Trampil.
b. Fasilitator membagi peserta ke dalam 3 kelompok dan
membagikan Media Kartu Ajaib Lansia Handal dan
Trampil.
c. Fasilitator memberikan penjelasan tentang cara
menggunakan Media Kartu Ajaib Lansia Handal dan
Trampil sesuai dengan penjelasan pada Petunjuk
Penggunaan.
d. Masing-masing kelompok secara bersamaan
melakukan permainan (game) dengan menggunakan
Media Kartu Ajaib Lansia Handal dan Trampil. Selama
peserta bermain, fasilitator mengamati partisipasi
semua peserta dalam kegiatan tersebut.
e. Fasilitator menyimpulkan makna permainan dan
memberikan ulasan secara menyeluruh.

26
7. Penutup 5 menit

Kegiatan

a. Simpulkan kegiatan pembelajaran ini dengan


menyampaikan kembali bahwa pembangunan keluarga
Lansia tangguh dimensi profesional vokasional sangat
penting dalam tugas mereka sebagai kader BKL.
b. Tayangkan kembali slide 2 tentang tujuan
pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk
mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran.
Tayangkan slide 22
c. Bagikan bahan ajar Pembangunan Keluarga Lansia
Tangguh Dimensi Profesional Vokasional.

27
LANSIA POTENSIAL
• UU No 13 Th 1998 tentang Kesejahteraan Lansia¼ Lansia:
Seseorang yang telah mencapai usia 60 th ke atas

• Lansia dibagi:
¾ Lansia potensial: warga lanjut usia yang masih mampu
melakukan pekerjaan & atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang /jasa
PEMBANGUNAN KELUARGA LANSIA TANGGUH
¾ Lansia tidak potensial (UU No 39/1999, psl 42):
DIMENSI PROFESIONAL VOKASIONAL Warganegara yang berusia lanjut, cacat fisik/mental
berhak memperoleh perawatan, pendidikan, bantuan
khusus atas biaya negara

Disampaikan Oleh:

28
TUJUAN PEMBELAJARAN
• Kompetensi Dasar
Kewajiban Lansia (UU No. 13/1998)
Setelah mempelajari bahan ajar ini peserta mampu memahami
pembangunan keluarga Lansia tangguh dimensi profesional ¾ Membimbing dan memberi nasihat secara arif
vokasional. bijaksana berdasarkan pengetahuan/
pengalamannya ¼ di lingkungan keluarga
• Indikator Keberhasilan
¾ Mengamalkan dan meneruskan ilmu
Setelah mempelajari bahan ajar ini peserta dapat:
pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan
• 1. menjelaskan potensi Lansia
pengalaman kepada generasi penerus
• 2. menjelaskan pengembangan profesional vokasional Lansia
• 3. menjelaskan cara mengelola uang ¾ Memberikan keteladanan dalam segala aspek
• 4. menjelaskan usaha ekonomi produktif bagi dan oleh Lansia kehidupan kepada generasi penerus
PENGELOMPOKAN LANSIA
Pengembangan … (Lanjutan)
BERDASARKAN KONDISI
• Kelompok mapan & berkualitas ¼ fisik &
ekonomi Lansia professional
• Kelompok purnabakti ¼ pensiunan PNS, TNI, Merupakan seseorang yang handal di bidangnya,
Polri, BUMN (> 10 juta) berpengalaman, lebih dipercaya, lebih teliti dan
• Kelompok miskin & rentan ¼ 2,7 juta jiwa (80% disiplin
di perdesaan)
• Lansia Tangguh Æ Sehat fisik, sosial, mental
mandiri, aktif dan produktif

29
PENGEMBANGAN PROFESIONAL
Ciri-ciri Orang yang Profesional
VOKASIONAL LANSIA
Pengertian Profesional • Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang
mendekati paling sempurna
• Seseorang yang benar-benar ahli di bidangnya dan
mengandalkan keahliannya tersebut sebagai mata
pencahariannya.(Hary Suwanda) • Keinginan untuk selalu meningkatkan dan
memelihara imej/kesan profesi melalui perwujudan
perilaku profesional
• Seorang profesional harus mampu menguasai ilmu
pengetahuannya secara mendalam, mampu melakukan • Selalu mengejar kesempatan mengembangkan
kreativitas dan inovasi atas bidang yang ditekuninya serta kualitas pengetahuan dan keterampilan
harus selalu berfikir positif dengan menjunjung tinggi
etika dan integritas profesi. • Memiliki komitmen terhadap profesi
Ciri-ciri...(Lanjutan) Pengembangan Vokasional Lansia
Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang Mengembangkan kemampuan dalam kesenian dan
menuntut keahlian dan tidak dapat dilakukan oleh hobi untuk pengembangan ekonomi kreatif dan
sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak kewirausahaan. misalnya hobi melukis yang dapat
disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan dipamerkan dan merupakan sumber penghasilan
tersebut. Lansia tersebut.

Oleh karena itu, untuk meningkatkan keahlian tertentu


sesuai dengan minat, hobi, bakat yang dimiliki, Lansia
dapat mengikuti pendidikan vokasional.

30
KURSUS MAIN GITAR DAN SENI SUARA
Pendidikan Vokasional
(CAS UI, 2013)
• Pendidikan vokasional adalah pendidikan kejuruan atau
keterampilan yang diarahkan untuk mempunyai keahlian
khusus sehingga dapat bekerja pada bidang tertentu
misalnya: melakukan pendampingan dan penyuluhan
kepada Lansia lain, serta memanfaatkan keahliannya
untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan.

• Untuk mendapatkan pendidikan vokasional/ kejuruan


dapat dikembangkan pelatihan/kursus bagi Lansia dan
keluarganya antara lain: pelatihan/kursus yang
mempersiapkan Lansia untuk dapat bekerja dalam bidang
tertentu secara produktif
PELUANG PENGEMBANGAN PROFESIONAL Pemberdayaan Lansia sebagai
VOKASIONAL LANSIA Narasumber dan Penasihat di Sekolah
(CAS UI, 2013)
• Dokter melakukan promosi kesehatan bagi
masyarakat miskin,
• Seorang ahli gizi dapat melakukan konseling gizi
kepada para Lansia untuk berperilaku hidup sehat;
• Seorang pengacara dapat memberikan penyuluhan
tentang hak-hak hukum bagi masyarakat
• Insinyur yang membantu masyarakat untuk
membangun jembatan atau jalan di desa, dan
seterusnya
• Lansia perempuan melakukan pengasuhan kepada
anggota keluarga

31
PELUANG DALAM PENGEMBANGAN USAHA
Peluang... (Lanjutan)
DI BIDANG INDUSTRI
• Lansia yang sudah lama pensiun sebagai mentor bagi
rekan-rekan yang masih aktif untuk memberikan • Bidang ekonomi kreatif : batik dan berbagai bentuk
kearifan, pengetahuan dan pengalaman di bidang kesenian
teknis mereka masing-masing. • Bidang konsumsi barang seperti mebel (meja, kursi,
• Lansia dapat menjadi guru bagi anak-anak muda lemari)
yang berasal dari keluarga miskin, keluarga yang Ortu • Bidang kesehatan dan pengobatan tradisional seperti
sibuk bekerja jamu, pijat
• Lansia menjadi relawan sosial untuk masalah • Bidang wisata dan kuliner
pengentasan kemiskinan, kader kesehatan, • Bidang industri rumah tangga/perekonomian
pendamping di Pusat Pelayanan Keluarga sejahtera • Bidang industri bisnis sosial pengasuhan anak dan atau
(PPKS) dsb. Lansia rentan.
PERTIMBANGAN DALAM MENETAPKAN
CARA LANSIA MENGELOLA KEUANGAN JENIS USAHA
1. Sesuaikan dengan minat dan kemampuan kelompok
• Tahap 1: Catat uang pensiun atau penghasilan Anda BKL/anggota
• Tahap 2: Datalah semua pengeluaran sebulan 2. Ada tenaga terampil di bidang usaha yang mampu
• Tahap 3: Masukkan ke daftar pengeluaran Anda, dana mengerjakan
darurat dan dana untuk ditabung 3. Bahan baku mudah didapat dan tersedia di lingkungan
• Tahap 4 ; Hitung sisanya, bila masih ada sisa yang cukup sekitar (potensi wilayah)
Î keuangan sehat. Bila saldo negatifÎ waspada 4. Teknologi tepat guna yang peralatannya mudah didapat
dan mudah pemeliharaannya
5. Ada yang membina

32
USAHA EKONOMI PRODUKTIF
Pertimbangan...(Lanjutan)
BAGI DAN OLEH LANSIA
1. Bidang usaha pertanian: peternakan, pertanian, 6. Ada kesiapan dana kegiatan usaha
perikanan, tanaman hias, tanaman pangan 7. Hasil usaha dibutuhkan banyak orang/ sesuai
2. Bidang industri kecil dan industri rumah tangga: permintaan pasar
kerajinan, anyaman, mebel, produk kreatif, makanan 8. Proses produksi tidak terlalu lama dan tidak sulit
kecil, kesenian dan budaya 9. Memberikan keuntungan dengan cepat
3. Bidang perdagangan dan jasa: warung makanan, kios 10. Hindari kegagalan dengan sikap ulet, tangguh dan
sembako, bensin, warung pos, kios pulsa telepon, kios perhitungan yang tepat
kerajinan tangan, warung internet, warung gizi sehat
Lansia 11. Penjualan dibayar tunai
33
Terima kasih
Selamat Berjuang

Anda mungkin juga menyukai