Anda di halaman 1dari 136

BUKU PANDUAN PENYULUHAN

BKB HOLISTIK INTEGRATIF BAGI KADER

2
Pertemuan 6

Pertemuan 7

Pertemuan 8

Pertemuan 9

DIREKTORAT BINA KELUARGA BALITA DAN ANAK


BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
TAHUN 2016
II pendahuluan
Kata Sambutan

Dibalik sosoknya yang belia dan manja, anak-anak adalah


masa depan generasi saat ini. Oleh karena itu, mereka
memerlukan perhatian, dukungan dan keamanan. Hal-hal
ini dapat dipenuhi jika orangtua memiliki pemahaman yang
baik tentang bagaimanakah pengasuhan yang baik namun
tentu saja untuk mencetak anak-anak yang siap menjadi
generasi penerus generasi emas, terlebih dahulu perlu
membenahi pemahaman orangtua mengenai pengasuhan.
Hal ini penting agar pola asuh-asih-asah yang diberikan
orangtua benar benar tepat sasaran. Sebab anak-anak yang
cerdas dan berkarakter positif hanya lahir dari orangtua yang hebat yang juga pintar dan
berkarakter.

Dalam kaitannya dengan pengasuhan anak, Badan Kependudukan dan Keluarga


Berencana Nasional (BKKBN) memiliki tugas meningkatkan kualitas anak dengan
memberikan akses yang mendukung informasi, pendidikan penyuluhan dan pelayanan
tentang perawatan, pengasuhan, dan perkembangan anak.

Peran BKKBN perlu untuk mengadvokasi, melayani masyarakat, membuka pikiran


masyarakat akan pentingnya penanaman nilai-nilai kehidupan berbangsa bagi anggota
keluarga sejak dini akan menjadikan keluarga sebagai wahana yang tangguh bagi
terwujudnya keluarga yang berkualitas karena keluarga menjadi ujung tombak dalam
upaya memantapkan ketahanan nasional dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan
bangsa.

Kunci sukses keberhasilan suatu negara sangat ditentukan sejauh mana masyarakatnya
mempunyai karakter yang kondusif untuk bisa maju, inilah yang disebut modal sosial. Jadi
bukan ditentukan oleh banyaknya sumber daya alam, luas geografis atau jumlah
penduduknya. Sementara diperkirakan pada tahun 2030-2045, Indonesia akan mengalami
bonus demografi yaitu suatu kondisi struktur umur penduduk usia kerja jumlahnya melebihi
struktur umur penduduk yang tidak bekerja.

Bonus demografi tersebut akan menjadi kado istimewa bila sumber daya manusia usia
produktif (15-64 tahun) benar benar berkualitas baik dari aspek kompetensi maupun karakter.
Untuk itulah sudah saatnya kita melakukan revolusi mental berbasis keluarga. Hal ini berarti
harus ada perubahan pola pikir, pola sikap dan pola tindak yang mengarah kepada nilai
nilai pancasila.

BKKBN berniat menggencarkan pemahaman mengenai parenting, terutama di desa-


desa praktiknya melalui Bina Keluarga Balita (BKB). Ini merupakan salah satu program
BKKBN yang sangat peduli terhadap pengasuhan. Puluhan ribu kelompok BKB saat ini sudah
tersebar di seluruh Indonesia. Keberadaan BKB melalui pendekatan holistik integratif mulai
dirasakan manfaatnya setelah digulirkan pada tahun 2013. Pendekatan holistik integratif ini
menggabungkan peran BKB dengan Posyandu dan PAUD.
pendahuluan
III
Dengan bersinerginya ketiga komponen tersebut, generasi unggulan kelak diharapkan
akan melahirkan anak-anak yang sehat, cerdas dan siap membangun masyarakat
sesuai potensinya masing-masing. Tentu hal ini membutuhkan perjuangan panjang untuk
mewujudkannya dan inilah tugas berat yang diemban BKKBN sebagai lembaga negara yang
diberi peran menangani persoalan kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan
keluarga. Untuk itu sangat diharapkan dukungan dari berbagai pihak agar kader BKB di
lapangan dapat melaksanakan penyebarluasan konsep pengasuhan berkarakter kepada
masyarakat. Kami sangat menyambut baik dukungan dari Plan International Indonesia
untuk menjalin kerjasama membangun semangat pengasuhan berkarakter. Semoga
semangat menjadi gerakan serentak yaitu Gerakan Menjadi Orangtua Hebat.

IV pendahuluan
Kata Pengantar

Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia


perlu dilakukan secara terencana dan berkesinambungan.
Masa lima tahun ke bawah merupakan masa emas (golden
age) bagi perkembangan kecerdasan anak. Pada usia 4
tahun kapasitas kecerdasan anak telah mencapai 50%,
hal ini menunjukkan pentingnya memberikan rangsangan
pada anak usia dini. Anak di usia 5 tahun pertama diketahui
punya kemampuan photographic memory (mengingat)
ibarat mata kamera, oleh karena itu pendidikan anak di
usia dini merupakan pondasi yang sangat menentukan
perkembangan anak selanjutnya.

Sejak tahun 1984, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
mempunyai program Bina Keluarga Balita (BKB) yang merupakan wadah kegiatan kelompok
berbasis masyarakat dalam rangka memberikan pengetahuan dan keterampilan anggota
keluarga yang memiliki balita dalam membina tumbuh kembang anak secara optimal.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 60 tahun 2013 tentang Pengembangan Anak
Usia Dini Holistik-Integratif, bahwa untuk menjamin pemenuhan hak tumbuh kembang
anak usia dini diperlukan upaya peningkatan kesehatan, gizi, perawatan, pengasuhan,
perlindungan, kesejahteraan, dan rangsangan pendidikan yang dilakukan secara simultan,
sistematis, menyeluruh, terintegrasi, dan berkesinambungan. Dalam rangka mewujudkan
seluruh kebutuhan anak tersebut, maka program BKB sudah dilakukan secara holistik dan
terintegrasi dengan program lainnya seperti Posyandu dan PAUD.

Kader BKB merupakan anggota masyarakat yang bekerja sukarela dalam membina
dan memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang bagaimana cara merawat dan
mengasuh anak dengan baik dan benar. Agar tujuan program dapat tercapai dengan baik,
maka diperlukan kemampuan para kader dalam menyampaikan Panduan penyuluhan
BKB Holistik lntegratif Bagi Kader dengan tujuan untuk memberikan kemudahan kader
didalam melakukan kegiatan penyuluhan bina keluarga balita Holistik - lntegratif (BKB Hl)
dan sesuai Perkembangan kebutuhan masyarakat materi pengasuhan kepada anggota
kelompok BKB (orangtua dan anggota keluargalainnya), sehingga para anggota keluarga
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam membina tumbuh kembang balita dan
anak serta dapat memberikan stimulasi yang tepat demi terwujudnya generasi emas yang
lebih berkualitas. Untuk itu, BKKBN bekerjasama dengan Plan lnternasional lndonesia
mencoba menyusun Buku Panduan Penyuluhan BKB Holistik lntegratif Bagi Kader dengan

pendahuluan
V
tujuan untuk memberikan kemudahan kader didalam melakukan kegiatan penyuluhan
Bina Keluarga Balita Holistik - lntegratif (BKB Hl) dan sesuai Perkembangan kebutuhan
masyarakat.

Materi dalam buku ini dikembangan dengan memasukan yang terkait dengan informasi
tentang pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK ), karena tingkat kualitas
sangat ditentukan oleh pola pengasuhan dalam 1000 HPK yaitu sejak janin dalam
kandungan hingga berusia 2 tahun. Selain itu juga terdapat materi-materi lain terkait
dengan kesehatan, pendidikan, dan perlindungan anak. Umtuk itu buku ini tidak hanya
bisa digunakan bagi kader BKB saja melainkan juga dapat digunakan bagi kader-kader
lain yang bergerak didalam bidang layanan anak usia dini, karena cakupan meterinya
telah konprehensif. Selain itu sebagai bentuk terobosan dalam kegiatan BKB maka buku
ini didesign dalam bentuk lebih mengutamakan partisipasi dari para orangtua anggota
BKB. Metode ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi aktif dari orangtua balita untuk
mengikuti kegiatan kelompok BKB. Dengan demikian, anggota kelompok BKB diharpkan
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pengasuhan tumbuh kembang anak-
anaknya dengan benar.

Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada Plan International Indonesia dan
semua pihak yang telah berpartisipasi dalam mendukung tersusunnya buku pegangan
kader ini, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, selalu meridhoi maksud baik kita.

Jakarta, 10 September 2018


Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak

Dra. Evi Ratnawati

VI pendahuluan
Daftar isi

Sampul Buku......................................................................................................................................I

Kata Sambutan................................................................................................................................III

Kata Pengantar................................................................................................................................V

Daftar Isi..........................................................................................................................................VII

Pendahuluan .................................................................................................................................IX

Pertemuan 6 : Pembiasaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Anak
Usia Dini ...........................................................................................................................................1

Pertemuan 7 : Stimulasi Rangsangan Perkembangan Gerakan Kasar dan


Gerakan Halus ..............................................................................................................................15

Pertemuan 8 : Stimulasi (Rangsangan ) Perkembangan Komunikasi Aktif, Komunikasi


Pasif dan Kecerdasan ..................................................................................................................57

Pertemuan 9 : Stimulasi (Rangsangan) Perkembangan Kemampuan Menolong


Diri Sendiri dan Tingkah Laku Sosial ...........................................................................................91

Daftar Pustaka .............................................................................................................................120

pendahuluan
VII
VIII pendahuluan
Pendahuluan

pendahuluan
IX
Bagian I. Pendahuluan
A. Latar Belakang


Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan pilar utama pembangunan
karena sangat menentukan kemajuan bangsa. Kualitas SDM yang antara lain dicerminkan
oleh derajat kesehatan, tingkat intelegensia, kematangan emosional dan spiritual, serta
produktivitas sangat ditentukan oleh kualitas pada usia dini yaitu dari janin hingga anak
berusia 6 tahun (Bappenas, 2008).

Masa usia dini merupakan masa kritis bagi perkembangan seseorang. Di tahun-tahun
pertama kehidupan terjadi perkembangan yang pesat, dan interaksi anak dengan lingkungan
terutama keluarga akan menentukan pertumbuhan dan perkembangannya di kemudian
hari. Peran orangtua menjadi sangat penting, karena orangtualah yang akan mengasuh,
membimbing, dan memberikan berbagai stimulasi agar tumbuh kembang anak berlangsung
secara optimal. Dengan pengasuhan yang tepat, kualitas sumber daya manusia di Indonesia
akan meningkat (BKKBN, 2014).

Mengembangkan pemahaman orangtua tentang pentingnya tahun-tahun awal kehidupan


anak sangatlah penting. Orangtua perlu memiliki keterampilan pengasuhan dan stimulasi
yang efektif dan praktis, serta komitmen untuk mendorong tumbuh kembang dan perlindungan
anak (Plan International Indonesia, 2014). Program Bina Keluarga Balita (BKB) Holistik Integratif
merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua
terkait pengasuhan anak yang holistik, yaitu pengasuhan yang menyeluruh dalam memenuhi
kebutuhan dasar anak. Kebutuhan dasar akan pendidikan, kesehatan, gizi dan perlindungan
dari berbagai bentuk kekerasan.

Buku Panduan Penyuluhan BKB Holistik Integratif Bagi Kader ini disusun sebagai acuan
bagi kader BKB dalam melaksanakan pertemuan kelompok BKB. Buku ini berisi tahapan-
tahapan kegiatan yang akan memudahkan kader dalam menyampaikan pengetahuan dan
keterampilan sebagaimana yang ada di dalam Buku Menjadi Orangtua Hebat kepada para
peserta BKB.

Proses penyusunan buku ini dilakukan sejak Januari hingga Juni 2016 oleh Direktorat Bina
Keluarga Balita dan Anak, BKKBN bekerjasama dengan Plan International Indonesia. Selama
proses penyusunan, telah dilakukan sebanyak 3 kali loka karya yang melibatkan berbagai
pihak terkait Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUDHI), baik dari instansi
pemerintah di tingkat pusat dan daerah, praktisi anak usia dini dan pendidikan kepada
orangtua, bahkan kader BKB. Penyususan diawali dengan menentukan indikator perubahan
perilaku pengasuhan yang ingin dilihat pada peserta BKB setelah mereka mengikuti pertemuan.
Indikator ini menjadi hasil yang diharapkan dalam keseluruhan program BKB. Selanjutnya tim
penyusun, mengumpulkan semua bahan penyuluhan yang telah digunakan di program BKB
maupun program Kelompok Pengasuhan Anak, milik Plan International Indonesia yang telah
terbukti berjalan efektif dalam merubah perilaku pengasuhan anak menjadi lebih baik. Tim
kemudian, mengelompokan indikator perubahan perilaku dan materi yang ada, sehingga
didapat 13 judul pertemuan BKB Holistik Integratif.

X pendahuluan
Selain itu, penyusunan buku ini juga telah melalui proses uji coba di 8 kelompok BKB, dimana
kader BKB di wilayah DKI Jakarta, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Timor Tengah Selatan
mengujicobakan pertemuan BKB dengan menggunakan tahapan kegiatan seperti yang ada
pada buku ini. Hasil uji coba tersebut, kemudian menjadi masukan dalam penyusunan akhir
buku ini.

B. Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dari penggunaan Buku Panduan Penyuluhan BKB Holistik Integratif
Bagi Kader ini adalah sebagai panduan kegiatan bagi kader BKB dalam menyelenggarakan
pertemuan kelompok BKB. Dimana buku ini memuat semua informasi yang dibutuhkan kader
untuk dapat menyelenggarakan pertemuan kelompok BKB secara rutin yang telah mencakup
semua informasi terkait penyelenggaraan BKB Holistik Integratif (BKB HI).

C. Sasaran

Sasaran langsung dari buku ini adalah para kader BKB, sedangkan sasaran tidak langsung
dari penggunaan buku ini adalah para peserta BKB yang mengikuti pertemuan BKB dan para
petugas dari unit pelayanan KB, kesehatan, gizi dan pendidikan anak usia dini.

D. Sistematika Penulisan

Buku ini terdiri dari 3 bagian utama, yaitu :

Bagian I.
Pendahuluan, mengemukakan latar belakang, tujuan, sasaran dan sistematika
penulisan buku.

Bagian II.
Persiapan Pertemuan, membahas tugas dan peran kader dalam pengelolaan
pertemuan, saran terhadap teknik fasilitasi yang efektif, penggunaan alat dan bahan
di dalam pertemuan dan langkah-langkah dalam melakukan pertemuan awal dengan
calon/peserta BKB.

Bagian III.
Pertemuan BKB Holistik Integratif, menjabarkan tujuan, hasil yang diharapkan,
durasi, alat dan bahan serta tahapan kegiatan di 13 pertemuan kelompok BKB Holistik
Integratif. Bagian ketiga dari buku ini merupakan bagian inti yang sangat perlu untuk
dipahami oleh kader. Ada 13 pertemuan dengan judul dari setiap pertemuan adalah
sebagai berikut :

Pertemuan 1. Perencanaan Hidup Berkeluarga dan Harapan Orangtua Terhadap


Masa Depan Anak.
Pertemuan 2. Memahami Konsep Diri yang Positif dan Konsep Pengasuhan.
Pertemuan 3. Peran orangtua dan keterlibatan ayah dalam pengasuhan.

pendahuluan
XI
Pertemuan 4. Menjaga Kesehatan Anak Usia Dini.
Pertemuan 5. Pemenuhan Gizi Anak Usia Dini.
Pertemuan 6. Pembiasaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Anak
Usia Dini.
Pertemuan 7. Stimulasi Perkembangan Gerakan Kasar dan Gerakan Halus.
Pertemuan 8. Stimulasi Perkembangan Komunikasi Aktif, Komunikasi Pasif dan
Kecerdasan.
Pertemuan 9. Stimulasi Perkembangan Kemampuan Menolong Diri Sendiri dan
Tingkah Laku Sosial.
Pertemuan 10. Pengenalan Kesehatan Reproduksi Pada Anak Usia Dini.
Pertemuan 11. Perlindungan Anak.
Pertemuan 12. Menjaga Anak dari Pengaruh Media.
Pertemuan 13. Pembentukan Karakter Anak Usia Dini.

Struktur penulisan di dalam setiap pertemuan adalah sebagai berikut:

• Tujuan : berisi informasi bagi kader tentang poin-poin tujuan kegiatan pertemuan, yang
tidak perlu dibacakan kepada peserta, karena tujuan kegiatan yang perlu disampaikan
pada peserta akan ada pada bagian lainnya (pembukaan).

• Hasil yang diharapkan : berisi informasi bagi kader tentang poin-poin indikator perubahan
perilaku yang diharapkan dapat terjadi pada peserta, setelah mengikuti pertemuan. Hasil
yang diharapkan ini tidak perlu dibacakan kepada peserta.

• Durasi : merupakan perkiraan waktu maksimal penyelenggaraan pertemuan,yaitu


selama 2 jam maksimal.

• Bahan dan alat : berisi jenis media, bahan dan alat yang dibutuhkan untuk menyampaikan
informasi kepada peserta serta bahan bacaan bagi kader. Bahan dan alat ini perlu
disiapkan sebelum memulai pertemuan.

• Tahapan kegiatan : menjabarkan langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan dan


disampaikan kader secara berurutan agar dapat mencapai tujuan pertemuan. Tahapan
kegiatan ini terdiri dari:

1. Pembukaan dan Tinjauan Kembali: berisi do’a pembuka, informasi tentang KB, tinjauan
tentang materi/informasi pada pertemuan sebelumnya, tinjauan terhadap tugas rumah.
2. Pengenalan Topik: berisi informasi tentang judul dan tujuan pertemuan serta informasi
atau pun kegiatan pengantar yang berkaitan dengan topik pertemuan.
3. Kegiatan Inti: berisi diskusi kelompok, permainan, kalimat-kalimat informasi serta
penggunaan media, bahan dan alat pendukung seperti lembar balik, film cerita, poster
dan buku KIA.
4. Kesimpulan: berisi proses penarikan kesimpulan oleh seluruh peserta dan
penyampaikan kesimpulan oleh kader.
5. Pengisian KKA (Kartu Kembang Anak): merupakan kegiatan pengisian KKA oleh kader

XII pendahuluan
dan peserta (orangtua anak), untuk memantau perkembangan anak.
6. Penyampaian Tugas Rumah: berisi perilaku pengasuhan yang diharapakan untuk
dilakukan di rumah oleh peserta BKB.

7. Penutup: berisi do’a penutup, informasi tentang KB dan salam penutup.


Di dalam setiap pertemuan tersebut di atas peserta BKB tidak dibagi berdasarkan
kelompok umur anak, hanya pada saat pengisian KKA dan kegiatan inti pada pertemuan ke
6, 7,8, dan 9 peserta dibagi ke dalam kelompok berdasarkan umur/usia anak.

Kader dapat membaca secara langsung semua kalimat yang ada dalam tanda kutipan “…”
dan ditulis miring, sedangkan kalimat yang tidak ada tanda kutip dan tidak ditulis miring tidak
perlu dibacakan kepada peserta, karena kalimat tersebut merupakan instruksi bagi kader.
Begitu juga dengan catatan bagi kader, tidak perlu dibacakan kepada peserta.

pendahuluan
XIII
14 pendahuluan
PERTEMUAN 6
Pertemuan 6

Pembiasaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


(PHBS) pada Anak Usia Dini

6
“Bersihkanlah lingkunganmu sehingga pandanganmu melihat
kedamaian, bersihkanlah dirimu sehingga tubuhmu merasakan
kesejukan”
-anonymous-

2 pendahuluan
Tujuan :

1. Meningkatkan pengetahuan orangtua tentang PHBS.


2. Meningkatkan keterampilan orangtua dalam menerapkan PHBS kepada anaknya.
3. Menumbuhkan kesadaran orangtua dan anak dalam pembiasaan PHBS.

Hasil yang diharapkan:

1. Orangtua mampu menyediakan lingkungan yang bersih dan sehat (diantaranya rumah
yang bersih, cukup cahaya dan sirkulasi udara, penyediaan air bersih dan sabun, jamban
dan kamar mandi).
2. Orangtua memberikan kesempatan kepada anak untuk mempraktekkan PHBS (misalnya:
makan sendiri, cuci tangan pakai sabun, gosok gigi, mandi, BAB dan BAK di jamban dan
istirahat yang cukup).
3. Orangtua mampu mendorong anak untuk membiasakan diri dalam PHBS.

Durasi :

120 Menit

Bahan dan Alat:

• Kantong Wasiat.
• Buku KIA.
• Alat Tulis (kertas dan pulpen, atau kertass plano dan spidol).
• Perlengkapan PHBS (sabun, sikat gigi, gayung, gunting kuku dapat dibawa sendiri oleh
peserta atau meminta relawan untuk menyediakan).

Tahapan Kegiatan:

Pertemuan 6
3
Tahapan Kegiatan:

I. Pembukaan dan Tinjauan Kembali (10 menit)


I.1 Kader menyambut peserta dengan ramah dan menyapa dengan menyebut nama peserta.

I.2 Kader mengucapkan terima kasih kepada relawan yang sudah mengingatkan kita semua
terkait pertemuan hari ini.

I.3 Kader membuka kegiatan, dengan menyampaikan:


“Bapak/Ibu, terima kasih karena sudah bersedia hadir dalam pertemuan ini. Tujuan dari
pertemuan ini adalah untuk belajar bersama bagaimana cara menerapkan PHBS pada
anak usia dini”.

I.4 Kader meminta salah seorang peserta untuk memimpin do’a sebelum memulai kegiatan.
Selesai berdoa kader mengucapkan terima kasih kepada peserta yang telah memimpin
doa.

I.5 Kader mengajak peserta untuk meninjau kembali apa yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya dengan mengatakan :

”Sebelum kita memulai pertemuan hari ini marilah kita sama-sama mengingat kembali
apa yang telah kita pelajari pada pertemuan sebelumnya dan apa saja yang sudah kita
praktekkan di rumah. Siapa yang masih ingat apa yang sudah kita pelajari pada pertemuan
sebelumnya?”.

Catatan bagi kader: Jika tidak ada yang ingat, kader mengingatkan kembali secara

umum apa saja yang sudah di pelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu:

• Makanan bergizi bagi anak usia dini harus diberikan sesuai dengan usia dan
kebutuhannya, dari lahir hingga berusia 6 bulan ASI saja sudah cukup bagi anak, dari
6 bulan hingga 11 bulan tetap berikan ASI dan tambahkan MP-ASI dengan bentuk dan
porsi yang sesuai.
• Usia 1 hingga 2 tahun tetap berikan ASI dan mulai berikan makanan seperti anggota
keluarga dewasa lainnya sebanyak 3-4 kali dengan selingan makanan diantaranya.
Usia 2 tahun ke atas makan makanan seperti anggota keluarga lainnya.
• Makanan gizi seimbang mengandung zat energi (karbohidrat), zat pembangun (protein)
dan zat pengatur (vitamin dan mineral), kekurangan makanan bergizi akan menghambat
tumbuh kembang anak.
• Jika memungkinan buka kembali Buku KIA terkait pemenuhan kebutuhan gizi, MP-ASI
dan menu makanan bergizi.

4 Pertemuan 6
I.6 Kader bertanya siapa yang telah melakukan tugas rumah, khususnya tugas:
Ke-2. Memasak makanan yang mengandung gizi seimbang dan tanpa MSG/penyedap
makanan.
Ke-3. Makan bersama anak dan anggota keluarga lainnya, sambil menceritakan tentang
makanan yang dihidangkan makanan gizi seimbang.

Catatan bagi kader: tugas ke-1 adalah rangsangan (stimulasi) sesuai KKA akan dibahas
pada saat pengisian KKA).

I.7 Kader meminta beberapa orang peserta menceritakan bagaimana ia melakukan tugas
rumah untuk:
“Bagaimana Bapak/Ibu melakukannya?”.
“Bagaimana tanggapan pasangan (suami/istri) dan anak?.”

I.8 Kader mengucapkan terima kasih kepada peserta telah melakukan tugas rumah dan
memotivasi peserta yang belum melakukan tugas rumah untuk mau melakukannya
sebelum pertemuan berikutnya, karena tugas rumah tersebut membantu peserta untuk
menjadi orangtua yang lebih hebat.

I.9 Kader mengingatkan tentang KB, dengan bertanya dan menyampaikan hal berikut:
“Apakah Bapak/Ibu sudah ber-KB?”. (Tunggu jawaban peserta, lalu kader menanggapi)

“Terima kasih bagi yang sudah ber-KB. Semoga dapat terus dilakukan, karena ber-KB
membawa banyak manfaat bagi ibu, anak dan keluarga”.

“ Akan lebih baik dan sangat dianjurkan untuk menggunakan cara KB jangka panjang
yaitu sprial/IUD, implan/susuk KB, vasektomi (MOP), dan tubektomi (MOW)”.

“Bapak/Ibu yang belum ber-KB dapat melakukan diskusi dengan bidan untuk mengetahui
metode KB apa yang cocok dan jangka panjang manfaatnya”.

II. Pengenalan Topik (10 menit)

II.1 Kader meminta beberapa orang peserta untuk menyebutkan contoh-contoh Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat.

Catatan bagi kader: contoh PHBS diantaranya adalah mencuci tangan pakai sabun
sesudah BAB dan sebelum makan, mandi, sikat gigi, BAB dan BAK di jamban, dan tidur
siang.

Pertemuan 6
5
II.2 Ucapkan terima kasih kepada peserta yang telah menyampaikan pendapatnya.

II.3 Kader mengajak peserta untuk berdiri dan bernyanyi lagu “Bangun Tidur Ku Terus Mandi”
sambil melakukan gerakan bersama.

Lagu Bangun Tidur Ku Terus Mandi:

Bangun tidur ku terus mandi (gerakan mandi)


Tidak lupa menggosok gigi, (gerakan gosok gigi)
Habis mandi kutolong ibu (gerakan bebas)
Membersihkan tempat tidurku (gerakan bebas)
Diulang 3x

III. Kegiatan Inti (60 menit)



III.1 Diskusi kelompok. Kader membagi peserta menjadi 4 kelompok, minta setiap kelompok
untuk berdiskusi menjawab pertanyaan dan mempraktekkan hal berikut:

Kelompok I : a. Apa yang harus dilakukan oleh orangtua dalam menjaga


kebersihan anak sehari-hari?
b. Praktekkan cara memandikan anak yang tepat.

Kelompok II : a. Bagaimana cara melakukan perawatan gigi anak?


b. Paktekan cara sikat gigi yang benar.

Kelompok III : a. Apa yang harus dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan?
b. Praktek menggunting kuku atau membersihkan sampah disekitar
tempat BKB

Kelompok IV: a. Sebutkan kapan saja kita harus cuci tangan pakai sabun?
b. Praktekkan cara cuci tangan yang tepat.

Catatan bagi kader: berikan waktu 20 menit kepada setiap kelompok untuk mendiskusikan
jawaban dari pertanyaan tersebut dan mempersiapkan praktek ke depan. Berikan waktu 5
menit bagi setiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi dan praktek ke depan.

Jika tersedia berikan perlengkapan PHBS yang sesuai penugasan kelompok untuk membantu
praktek yang akan dilakukan.

6 Pertemuan 6
III.2 Kader meminta setiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya dan melakukan
praktek (mempraktekkan) sesuai penugasan yang diberikan. Kemudian minta kelompok
lain sebagai pengamat dan memberikan komentarnya.

III.3 Kader merangkum apa yang disampaikan oleh kelompok dan menyampaikan informasi
berikut:

Apa yang harus dilakukan oleh orangtua dalam menjaga kebersihan anak sehari-hari?
KEBERSIHAN ANAK

( sumber: Buku KIA tahun 2015 halaman 44. Anak usia 29 hari – 6 tahun. Perawatan anak
sehari-hari)

Pertemuan 6
7
Bagaimana cara melakukan perawatan gigi anak? Kader mengajak seluruh peserta
untuk praktek sikat gigi yang benar.
PERAWATAN GIGI ANAK USIA 29 HARI - 6 TAHUN

(sumber: Buku KIA tahun 2015 halaman 45. Anak usia 29 hari-6 tahun. Perawatan gigi)

8 Pertemuan 6
Apa yang harus dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan?

KEBERSIHAN LINGKUNGAN

(sumber: Buku KIA tahun 2015 halaman 46. Anak usia 29 hari – 6 tahun. Kebersihan Lingkungan )

Pertemuan 6
9
Sebutkan kapan saja kita harus cuci tangan pakai sabun?

6 waktu cuci tangan pakai sabun:


1. Sebelum makan.
2. Sebelum memberi makan bayi atau menyusui/memberi ASI kepada bayi.
3. Sebelum memasak .
4. Sesudah menceboki anak .
5. Sesudah BAB dan BAK.
6. Sesudah mengurus ternak atau dari kebun.

Kader mengajak seluruh peserta untuk praktek bersama cara cuci tangan yang benar
(tanpa harus menggunakan air dan sabun, hanya praktek gerakan cuci tangan yang
benar seperti gambar di bawah)
CUCI TANGAN PAKAI SABUN

(sumber: Buku KIA tahun 2015 halaman 28. Cuci Tangan Pakai Sabun)

10 Pertemuan 6
IV. Kesimpulan (10 menit)

IV.1 Kader meminta minimal 3 orang peserta untuk memberikan pendapat tentang:
“Apa yang sudah dipelajari hari ini?”. (Tunggu jawaban peserta, dorong peserta untuk
mau menyampaikan pendapatnya).

IV.2 Kader merangkum semua pendapat peserta. Dan menyampaikan kesimpulan:

• Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada anak usia dini dapat dibentuk dengan
pembiasaan sehari-hari di rumah dan teladan dari orangtua.
• Anak akan meniru apa yang dilakukan orangtua, ketika orangtua menerapkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada dirinya maka anak akan terdorong untuk
menerapkan PHBS dalam kehidupannya.

V. Pengisian KKA (20 menit)

V.1 Para kader membagi peserta sesuai kelompok umur anak dan membantu peserta untuk
mengisi KKA.

V.2 Jika kader menemukan ada anak yang belum dapat melaksanakan tugas perkembangan
tertentu. Maka kader memberikan tugas rumah kepada orangtua untuk melakukan
rangsangan (stimulasi) kepada anak yang sesuai dengan yang disarankan di KKA.
Sampaikan kepada orangtua dari anak tersebut untuk tidak merasa malu jika anaknya
belum mampu melakukan tugas perkembangan, karena kecepatan perkembangan
setiap anak berbeda-beda.

V.3 Jika diperlukan kader dapat melakukan kunjungan rumah kepada anak yang belum dapat
melaksanakan tugas perkembangannya.

V.4 Kader perlu memastikan orangtua telah melakukan tugas rumah untuk melakukan
rangsangan (stimulasi) pada pertemuan sebelumnya. Jika anak masih belum dapat
melakukan tugas perkembangannya meskipun sudah dilakukan rangsangan (stimulasi)
maka sarankan orangtua untuk merujuk (membawa) anak ke Puskesmas terdekat atau
tenaga ahli tumbuh kembang lainnya (dokter, psikolog, tenaga pendidik) agar mendapatkan
bantuan lebih lanjut.

VI. Penyampaian Tugas Rumah (5 menit)

VI.1 Kader mengatakan:


“Bapak/Ibu, kita telah mempelajari hal yang penting hari ini. Bicarakan dan diskusikan
dengan pasangan masing-masing di rumah tentang PHBS pada anak usia dini”.

Pertemuan 6
11
VI.2 Kader meminta peserta untuk melakukan tugas rumah sebagai berikut di bawah
ini,sampaikan juga tugas rumah ini akan ditinjau bersama pada pertemuan berikutnya.
1. Menstimulasi (memberikan rangsangan) perkembangan anak sesuai hasil dari KKA.
2. Mengajarkan anak dan pasangan (suami/istri) atau anggota keluarga lainnya cara
cuci tangan yang benar.
3. Mengajarkan kepada anak dan pasangan (suami/istri) atau anggota keluarga lainnya
cara gosok gigi yang benar.

VII. Penutup (5 menit)

VII.1 Kader bertanya tentang rencana pertemuan berikutnya (hari, tanggal, waktu dan tempat)
dan meminta relawan dari peserta.

“Siapa yang yang akan secara sukarela menjadi relawan untuk membantu kader
di pertemuan selanjutnya?”.

Relawan akan membantu mengingatkan peserta lainnya untuk hadir pada pertemuan
selanjutnya.

VII.2 Kader meminta peserta untuk membawa anak usia 0-6 tahun (anak kelompok BKB)
pada pertemuan yang akan datang, karena pada pertemuan yang akan datang akan
dilakukan kegiatan stimulasi bersama (memberikan rangsangan terhadap perkembangan).

VII.3 Kader mengingatkan tentang KB, dengan menyampaikan hal berikut:


“Bapak/Ibu yang belum ber-KB, ingatlah manfaat KB diantaranya adalah dapat
mengurangi resiko kehamilan pada ibu, yang dikenal dengan 4T”.

“Siapa yang ingat dengan apa itu 4T?”(tunggu jawaban peserta, lalu sampaikan).
• Terlalu muda (usia di bawah 21 tahun)
• Terlalu tua (usia di atas 35 tahun)
• Terlalu sering/dekat (Jarak ideal antar kelahiran anak adalah 3-5 tahun)
• Terlalu banyak (memiliki lebih dari dua orang anak)”.

VII.4 Kader menutup kegiatan:


“ Pertemuan hari ini cukup sampai di sini. saya mengucapkan terima kasih atas partisipasi
Bapak dan Ibu untuk bisa bergabung dalam kelompok BKB HI. Mohon maaf apabila dalam
pertemuan ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan”.

VII.5 Minta salah seorang peserta untuk memimpin do’a penutup kegiatan dan menutup
kegiatan dengan melakukan salam KB atau salam BKB atau yel-yel.

12 Pertemuan 6
pendahuluan
13
Pertemuan 7

PERTEMUAN 7
Stimulasi Rangsangan Perkembangan Gerakan
Kasar dan Gerakan Halus
“Anak tidak membutuhkan banyak mainan.
Mainan terbaik yang dapat dimiliki oleh anak
adalah orangtua yang mau bermain dengannya” –
-Bruce Perry-

“Jika anda ingin anak anda menjadi baik,


habiskan waktu dua kali lebih banyak dari
biasanya” –
-Abigail Van Buren-
Tujuan

1. eningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam melatih gerakan kasar kepada
M
anak agar kelak anak dapat lebih terampil dan tangkas melakukan berbagai gerakan yang
diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam melatih gerakan halus kepada
anak agar kelak anak dapat lebih terampil dan cermat menggunakan jari-jemari ketika
mengerjakan hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari, sekolah seperti menulis, melukis
dan lainnya.

Hasil yang Diharapkan :

1. Orangtua dapat melakukan stimulasi gerakan kasar kepada balita sesuai dengan usia.
2. Orangtua dapat melakukan stimulasi gerakan halus kepada balita sesuai dengan usia.
3. Orangtua dapat memantau perkembangan balita menggunakan KKA.
4. Orangtua mengetahui kapan harus mencari bantuan dari petugas kesehatan (bidan
desa dan petugas puskesmas) apabila tumbuh kembang anak terlambat.

Durasi:

120 menit

Bahan dan Alat:


• Kartu ilustrasi, buku pedoman dan • Kantong wasiat
lembar KKA • Lembar Balik Stimulasi Tumbuh
• Sarana/alat main yang terdapat di Kembang Anak 0-6 tahun
BKB Kit atau alat perrmainan lokal, • Buku 2 orangtua hebat sebagai
yang dapat menstimulasi aspek referensi bagi kader
perkembangan gerakan kasar dan • Buku KIA sebagai referensi bagi
halus anak usia 0-6 tahun. kader

Pertemuan 7
17
Tujuan kegiatan:


I. Pembukaan dan Tinjauan Kembali (15 menit)

I.1. Kader menyambut peserta yang berdatangan dengan menyebut nama mereka dengan
ramah.

Contoh: “Selamat datang ibu Asih, saya senang ibu dapat hadir kembali di kegiatan kelompok
BKB ini”.

I.2 Kader mengucapkan terima kasih kepada relawan yang sudah mengingatkan kita semua
terkait pertemuan hari ini.

I.3 Kader membuka kegiatan, dengan menyampaikan:

“Pada pertemuan kali ini, kita akan membahas tentang Stimulasi (Rangsangan)
Perkembangan Gerakan/motorik Kasar dan Gerakan/motorik Halus pada anak”.

“Tujuan stimulasi gerakan/motorik kasar dan halus adalah untukmeningkatkan pengetahuan
dan keterampilan orangtua dan keluarga dalam menstimulasi perkembangan gerakan/
motorik kasar dan halus”.

I.4 Kader meminta salah seorang peserta untuk memimpin do’a sebelum memulai kegiatan.
Selesai berdoa kader mengucapkan terima kasih kepada peserta yang telah memimpin doa.

I.5 Kader mengajak peserta untuk meninjau kembali apa yang telah dipelajari pada
pertemuan sebelumnya dengan mengatakan :

”Sebelum kita memulai pertemuan hari ini marilah kita sama-sama mengingat kembali apa
yang telah kita pelajari pada pertemuan sebelumnya dan apa saja yang sudah kita praktekan
di rumah. Siapa yang masih ingat apa yang sudah kita pelajari pada pertemuan sebelumnya?”.

Catatan untuk kader:


Jika tidak ada yang ingin berbagi, kader mengingatkan kembali secara umum,
apa saja yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya, terkait Pembiasaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Anak Usia Dini,

1. Menyediakan lingkungan yang bersih dan sehat.
2. Cara melakukan dan membiasakan PHBS pada AUD (misalnya: makan sendiri, cuci
tangan pakai sabun, gosok gigi, mandi, BAB dan BAK di jamban.

I.6 Kader bertanya siapa yang telah melakukan tugas rumah, khususnya tugas:

Ke- 2. Mengajarkan anak dan pasangan (suami/istri) atau anggota keluarga lainnya cara cuci
tangan yang benar.
Ke- 3. Mengajarkan kepada anak dan pasangan (suami/istri) atau anggota keluarga lainnya
cara gosok gigi yang benar.

18 Pertemuan 7
Catatan bagi kader:
tugas ke-1 adalah rangsangan (stimulasi) sesuai KKA akan dibahas pada saat
pengisian KKA).

I.7 Kader meminta beberapa orang peserta menceritakan bagaimana ia melakukan tugas
rumah
“Bagaimana Bapak/Ibu melakukannya?”.
“Bagaimana tanggapan pasangan (suami/istri) dan anak?”.

I.8 Kader mengucapkan terima kasih kepada peserta telah melakukan tugas rumah dan
memotivasi peserta yang belum melakukan tugas rumah untuk mau melakukannya sebelum
pertemuan berikutnya, karena tugas rumah tersebut membantu peserta untuk menjadi
orangtua yang lebih hebat.

I.9 Ajak peserta untuk melakukan tepuk hebat sebagai bentuk penghargaan bagi peserta yang
telah melakukan tugas rumah.
Kader menyebutkan “Tepuk hebat!”
Kader dan peserta melakukan Tepuk tangan (plok) sebanyak 3x sambil mengatakan
“hebat” (dengan gerakan Ibu jari kanan diacungkan), lalu “hebat” (dengan gerakan Ibu jari kiri
diacungkan) diulangi sebanyak 3 kali.

I.10 Kader mengingatkan tentang KB, dengan bertanya dan menyampaikan hal berikut:
“Apakah Bapak/Ibu sudah ber-KB?”.
(Tunggu jawaban peserta, lalu kader menanggapi)

“Terima kasih bagi yang sudah ber-KB. Semoga dapat terus dilakukan, karena ber-KB
membawa banyak manfaat bagi ibu, anak dan keluarga”.

“ Akan lebih baik dan sangat dianjurkan untuk menggunakan cara KB jangka panjang yaitu
sprial/IUD, implan/susuk KB, vasektomi (MOP), dan tubektomi (MOW)”.

“Bapak/Ibu yang belum ber-KB dapat melakukan diskusi dengan bidan untuk mengetahui
metode KB apa yang cocok dan jangka panjang manfaatnya”.


II. Pengenalan Topik (15 menit)

II.1 Kader mengatakan:


“Mengasuh anak adalah memberikan kebutuhan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal. Kebutuhan dasar anak yang harus dipenuhi orangtua yaitu:
kebutuhan kesehatan dan gizi, kebutuhan kasih sayang serta kebutuhan stimulasi (rangsangan
terhadap perkembangan anak)”.
(sumber: Buku 2 Orangtua Hebat Hal.30-31)

“Stimulasi (rangsangan) yang diberikan oleh orangtua diterima anak melalui panca indra,
yaitu indra pengelihatan, pendengaran, penciuman dan perabaan”.
(Sumber: Buku 2 Orangtua Hebat Hal.58-65)

“Orangtua dapat merangsang pengelihatan anak menggunakan kain perca berwarna


menarik atau menggunakan mainan gantung dengan pita aneka warna”.

Pertemuan 7
19
Merangsang Penglihatan Anak

Kegiatan:
Letakkan kain perca atau mainan gantung di atas wajah anak.
Kemudian gerakkan kain perca atau mainan gantung (berputar)
secara perlahan. Perhatikan apakah mata anak mengikuti
gerak kain atau gerak mainan gantung
Manfaat:
1. Deteksi dini penglihatan anak
2. Melatih gerakan bola mata anak

sumber : (Buku 2 Orangtua Hebat Hal.58-65)

“Contoh lainnya dapat dilihat dalam dalam lembar balik stimulasi tumbuh kembang
anak usia 0-1tahun”.

20 Pertemuan 7
Lembar balik. Merangsang penciuman (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Merangsang penciuman (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
21
“Beberapa hal yang perlu diingat terkait perkembangan anak adalah :

1. Perkembangan berlangsung sangat cepat, bertahap dan dalam waktu tertentu.


2. Hasil perkembangan 5 tahun pertama ini merupakan landasan/dasar yang kokoh bagi
perkembangan selanjutnya.
3. Perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor bawaan lahir dan lingkungan sehingga
setiap anak memiliki keunikannya masing-masing.
4. Perkembangan anak bervariasi (bermacam-macam) di setiap tahapannya dan memiliki
kecepatannya masing-masing”.

sumber : (Buku 2 Orangtua Hebat Hal.17-21)

“Tugas utama orangtua dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak adalah
dengan memenuhi kebutuhan anak akan makanan yang bergizi, menjaga kesehatan anak,
memberikan perlindungan dan pendidikan kepada anak”.

“Pemenuhan kebutuhan anak tersebut dilakukan oleh orangtua melalui interaksi yang
disesuaikan dengan usia anak, seperti:

a. Memberikan belaian, senyuman, dekapan, penghargaan.


b. Bermain, mendongeng, menyanyi.
c. Memberikan contoh tingkah laku sehari-hari yang baik dan benar kepada anak”.

sumber : (Buku 2 Orangtua Hebat Hal.50-51)

“Aspek-aspek perkembangan anak usia dini meliputi gerakan kasar, gerakan halus,
komunikasi aktif, komunikasi pasif, kecerdasan, menolong diri sendiri dan tingkah laku sosial.

“Ketujuh aspek perkembangan tersebut saling berkaitan sehingga tidak dapat dikatakan
atau dipilih salah satu sebagai yang paling baik. Aspek-aspek perkembangan tersebut akan
kita bahas dalam 3 pertemuan namun untuk pertemuan kali ini akan dibahas dua aspek
perkembangan saja yaitu gerakan kasar dan halus”.

“Adapun definisi dari keduanya adalah sebagai berikut:


- Gerakan kasar adalah gerakan yang dilakukan dengan melibatkan sebagian besar otot
tubuh dan biasanya memerlukan tenaga.

- Gerakan halus adalah gerakan yang dilakukan oleh bagian-bagian tubuh tertentu saja
dan hanya melibatkan sebagian kecil otot tubuh. Gerakan halus tidak begitu memerlukan
tenaga, tetapi perlu memusatkan perhatian (kerjasama) mata dengan anggota badan
(tangan dan kaki)”.

sumber : (Buku 2 Orangtua Hebat Hal.40-43)


22 Pertemuan 7
Catatan bagi kader:
contoh-contoh kegiatan stimulasi (rangsangan) dapat dilihat di buku 2 Orangtua Hebat,
khususnya pada halaman 59-70; 91-97; 112-123; 142-156; 176-199; 230-258.

III. Kegiatan Inti (60 menit)


III.1 Pembagian kelompok berdasarkan umur/usia anak, kader mengatakan:

“Pembahasan materi hari ini akan lebih efektif bila kita bahas dalam kelompok kecil
berdasarkan usia dari anak Bapak/Ibu. Masing-masing kelompok akan didampingi oleh
seorang kader dan setiap kader akan membawa lembar balik sesuai kelompok yang
didampinginya”.

Kelompok 1 : kelompok usia 0-1 tahun didampingi oleh kader …………


Kelompok 2 : kelompok usia 1-2 tahun didampingi oleh kader …………
Kelompok 3 : kelompok usia 2-3 tahun didampingi oleh kader …………
Kelompok 4 : kelompok usia 3-4 tahun didampingi oleh kader …………
Kelompok 5 : kelompok usia 4-5 tahun didampingi oleh kader …………
Kelompok 6 : kelompok usia 5-6 tahun didampingi oleh kader …………

Catatan bagi kader:


1. Jika jumlah kader terbatas sehingga tidak bisa mendampingi setiap kelompok
berdasarkan usia anak peserta, maka jumlah kelompok dapat disesuaikan dengan
jumlah kader yang ada. .

2. Kader yang melakukan penyuluhan dibantu oleh kader lainnya dalam menyiapkan alat
dan bahan yang dibutuhkan dalam diskusi kelompok, yaitu:
a. Kartu ilustrasi, buku pedoman dan lembar KKA.
b. Sarana/alat main untuk menstimulasi aspek perkembangan gerakan kasar dan
halus anak usia 0-6 tahun.
c. Buku KIA.
d. Buku 2 orangtua hebat dan Lembar Balik Orangtua Hebat 0-6 tahun.

Pertemuan 7
23
III.2 Kader di setiap kelompok menjelaskan lembar balik yang sesuai dengan kelompok
dampingannya.

Catatan bagi kader:


1. Jika di kelompok BKB tidak terdapat lembar balik orangtua hebat, maka kader dapat
menggunakan salinan lembar balik yang telah disediakan dalam buku panduan ini dan
di dalam kartu kantong wasiat.
2. Kader dapat mengembangkan sendiri kedalaman diskusi dari setiap lembar balik yang
disajikan, misalnya dengan menanyakan cara lain dalam melakukan stimulasi atau
pilihan mainan lain yang sifatnya mudah didapatkan di sekitar tempat tinggal
3. Kader atau peserta bisa menggunakan permainan atau lagu buatan sendiri. Jika
peserta memiliki permainan atau lagu buatan sendiri, kader memberikan kesempatan
kepada peserta untuk langsung memimpin kelompok dan memperagakannya. Kader
juga turut serta di dalamnya.
4. Kader dapat menggunakan permainan maupun lagu yang sudah pernah diajarkan
pada pertemuan-pertemuan sebelumnya.
5. Kader menjelaskan setiap lembar balik sambil meminta peserta untuk langsung
mempraktekkannya bersama anak

24 Pertemuan 7
Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
25
Lembar balik Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk kader)

26 Pertemuan 7
Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
27
Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk kader)

28 Pertemuan 7
Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
29
Lembar balik. Motorik kasar (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk kader)

30 Pertemuan 7
Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
31
Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk kader)

32 Pertemuan 7
Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
33
Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk kader)

34 Pertemuan 7
Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
35
Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk kader)

36 Pertemuan 7
Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
37
Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk kader)

38 Pertemuan 7
Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
39
Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk kader)

40 Pertemuan 7
Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
41
Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk kader)

42 Pertemuan 7
Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
43
Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk kader)

44 Pertemuan 7
Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
45
Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk Kader)

46 Pertemuan 7
Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
47
Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk kader)

48 Pertemuan 7
Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
49
Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk kader)

50 Pertemuan 7
III.3 Berikan kesempatan kepada peserta untuk melakukan tanya jawab kepada kader.

III.4 Kader membagikan kartu ilustrasi gambar KKA kepada peserta sesuai kelompok umur,
kartu ilustrasi gambar KKA tersedia pada lampiran dan kartu kantong wasiat.

“Di hadapan Bapak/Ibu sekalian terdapat sejumlah kartu. Setiap kartu kartu memuat dua
hal, yaitu tugas perkembangan anak dan tugas orangtua (pesan untuk orangtua). Contohnya
(ambil salah satu kartu):


III.5 Kader meminta peserta mempraktekan kegiatan stimulasi (rangsangan) kepada anak
sesuai dengan kartu ilustrasi gambar KKA yang di dapatnya.

“Sekarang, Bapak/Ibu perhatikan dan pilih satu set kartu untuk dipraktekkan bersama anak.
Bapak/ibu lakukan sesuai dengan isi di bagian tugas orangtua (pesan untuk orangtua) pada
bagian kanan kartu”.

Catatan bagi kader: Kader mengawasi apakah cara peserta melakukan stimulasi
(rangsangan) kepada anak, sudah sesuai dengan saran yang ada di gambar atau belum.
Peserta yang tidak membawa anak, bisa ikut membantu peserta lain yang membawa anak.

III.6 Selesai kegiatan stimulasi, kader mengucapkan terima kasih kepada peserta dan anak-
anak yang sudah berpraktek dan meminta peserta untuk melakukan lagi di rumah kegiatan
praktek tadi.

IV. Kesimpulan (10 menit)

IV.1 Kader menghimbau peserta yang duduk di dalam kelompok untuk memusatkan perhatian
kembali kepada kader yang akan menyampaikan kesimpulan.
.
IV.2 Kader meminta minimal 3 orang peserta untuk memberikan pendapat tentang:

“Apa yang sudah dipelajari hari ini?”. (Tunggu jawaban peserta, dorong peserta untuk mau
menyampaikan pendapatnya).

Pertemuan 7
51
IV.2 Kader merangkum semua pendapat peserta dan menyampaikan kesimpulan:

• Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini sehingga memerlukan peran aktif
orangtua agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
• Faktor bawaan lahir dan pengaruh lingkungan (budaya, sosial, ekonomi) membuat
setiap anak menjadi unik dan berbeda kecepatan perkembangannya.
(sumber: Buku 2 Orangtua Hebat Hal.17-21).
• Pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung secara cepat, bertahap dan
mengikuti pola tertentu berdasarkan kelompok usianya, misalnya sebelum anak berdiri
anak belajar menegakkan kepala, tengkurap, duduk, dan merangkak terlebih dahulu.
• Gerakan kasar adalah gerakan yang dilakukan dengan melibatkan sebagian besar otot
tubuh dan biasanya memerlukan tenaga.
• Gerakan halus adalah gerakan yang dilakukan oleh bagian-bagian tubuh tertentu saja
dan hanya melibatkan sebagian kecil otot tubuh. Gerakan halus tidak begitu memerlukan
tenaga, tetapi perlu memusatkan perhatian (kerjasama) mata dengan anggota badan
(tangan dan kaki).
• Orangtua dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan anak melalui lembar KKA
dan melakukan asah, asih dan asuh sesuai dengan tingkat perkembangan usia anak.
• Apabila peserta tidak dapat menangani permasalahan anak di dalam keluarga maka
dapat menyampaikannya kepada kader di kelompok BKB. Jika solusi dirasakan belum
maksimal maka kader dapat merujuknya ke Puskesmas terdekat, rumah sakit, dokter,
bidan, psikolog atau pendidik, tenaga ahli tumbuh kembang lainnya.

V. Pengisian KKA (20 menit)

V.1 Para kader membagi peserta sesuai kelompok umur anak dan membantu peserta untuk
mengisi KKA.

Catatan bagi kader : Jika diantara peserta sudah ada yang cukup mahir dalam mengisi
KKA, maka kader dapat meminta peserta tersebut menjadi relawan pendamping kader
selama pengisian KKA.

V.2 Minta peserta duduk berpasangan di dalam kelompok dan saling membantu mengisi KKA,
misalnya peserta A dan B berpasangan, lalu peserta A mengisi KKA anak peserta B, dan
peserta B mengisi KKA peserta A. Hal ini dilakukan untuk saling belajar mengisi dan memahami
KKA. Pastikan semua peserta paham tujuan saling mengisi KKA.

V.3 Kader memeriksa kembali KKA yang telah diisi oleh peserta. Jika kader menemukan ada anak
yang belum dapat melaksanakan tugas perkembangan tertentu. Maka kader memberikan
tugas rumah kepada orangtua untuk melakukan rangsangan (stimulasi) kepada anak yang
sesuai dengan yang disarankan di KKA. Sampaikan kepada orangtua dari anak tersebut
untuk tidak merasa malu jika anaknya belum mampu melakukan tugas perkembangan,
karena kecepatan perkembangan setiap anak berbeda-beda.

V.4 Jika diperlukan kader dapat melakukan kunjungan rumah kepada anak yang belum dapat
melaksanakan tugas perkembangannya.

52 Pertemuan 7
V.5 Kader perlu memastikan orangtua telah melakukan tugas rumah untuk melakukan rangsangan
(stimulasi) pada pertemuan sebelumnya. Jika anak masih belum dapat melakukan tugas
perkembangannya meskipun sudah dilakukan rangsangan (stimulasi) maka sarankan
orangtua untuk merujuk (membawa) anak ke Puskesmas terdekat atau tenaga ahli tumbuh
kembang lainnya (dokter, psikolog, tenaga pendidik) agar mendapatkan bantuan lebih lanjut.

VI. Penyampaian Tugas Rumah (5 Menit)


VI.1 Kader mengatakan:


“Bapak/Ibu, kita telah mempelajari hal yang penting hari ini. Bicarakan dan diskusikan
dengan pasangan masing-masing di rumah tentang Stimulasi Perkembangan Gerakan Kasar
dan Gerakan Halus pada anak usia dini”.

VI.2 Kader meminta peserta untuk melakukan tugas rumah sebagai berikut di bawah ini,
sampaikan juga tugas rumah ini akan ditinjau bersama pada pertemuan berikutnya.
1. Menstimulasi (memberikan rangsangan) perkembangan anak sesuai hasil dari KKA.

2. Menyanyikan lagu “kepala pundak lutut kaki” sambil memegang bagian tubuh yang
disebutkan dalam lirik. Pada awalnya sebaiknya anak dikenalkan terlebih dahulu dengan
anggota tubuh yang disebutkan dalam lirik lagu. Setelah itu orangtua meminta anak
untuk bernyanyi bersama sambil memegang bagian tubuh yang disebutkan dalam lirik
lagu berikut ini:

Judul Lagu : Kepala Pundak Lutut Kaki

Kepala. [pegang kepala]


Pundak. [pegang pundak]
Lutut. [pegang lutut]Kaki. [pegang kaki] -- diulang 2x
Daun Telinga. [pegang telinga]
Mata. [pegang mata]
Hidung. [pegang hidung]
Mulut. [pegang mulut]
Kepala. [pegang kepala]
Pundak. [pegang pundak]
Lutut. [pegang lutut] Kaki. [pegang kaki] -- diulang 2x

Gerak dan lagu ini akan lebih menarik bagi anak jika dinyanyikan dengan gembira dan
divariasikan tempo lagunya, misalnya mulai dari tempo lambat hingga cepat secara bertahap.

3. Melakukan kegiatan bermain bersama anak melalui permainan sederhana dengan atau
tanpa alat main yang sesuai dengan usia anak. Jika peserta ingin membuat alat main
sendiri dapat menggunakan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar seperti yang
telah dicontohkan dalam lampiran buku panduan.

Pertemuan 7
53
VII. Penutup (5 menit)

VII.1 Kader bertanya tentang rencana pertemuan berikutnya (hari, tanggal, waktu dan tempat) dan
meminta relawan dari peserta.

“Siapa yang yang akan secara sukarela menjadi relawan untuk membantu kader di
pertemuan selanjutnya?”.

Relawan akan membantu mengingatkan peserta lainnya untuk hadir pada pertemuan
selanjutnya.

VII.2 Kader meminta peserta untuk membawa anak usia 0-6 tahun (anak kelompok BKB)
pada pertemuan yang akan datang, karena pada pertemuan yang akan datang akan
dilakukan kegiatan stimulasi bersama (memberikan rangsangan terhadap perkembangan).

VII.3 Kader mengingatkan tentang KB, dengan menyampaikan hal berikut:

“Bapak/Ibu yang belum ber-KB, ingatlah manfaat KB diantaranya adalah dapat mengurangi
resiko kehamilan pada ibu, yang dikenal dengan 4T”.

“Siapa yang ingat dengan apa itu 4T?”(tunggu jawaban peserta, lalu sampaikan).

• Terlalu muda (usia di bawah 21 tahun).


• Terlalu tua (usia di atas 35 tahun).
• Terlalu sering/dekat (Jarak ideal antar kelahiran anak adalah 3-5 tahun).
• Terlalu banyak (memiliki lebih dari dua orang anak)”.

VII.4 Kader menutup kegiatan:

“ Pertemuan hari ini cukup sampai di sini. saya mengucapkan terima kasih atas partisipasi
Bapak dan Ibu untuk bisa bergabung dalam kelompok BKB HI. Mohon maaf apabila dalam
pertemuan ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan”.

VII.5 Minta salah seorang peserta untuk memimpin do’a penutup kegiatan dan menutup kegiatan
dengan melakukan salam KB atau salam BKB atau yel-yel.

54 Pertemuan 7
56 pendahuluan
Pertemuan 8

Stimulasi (Rangsangan ) Perkembangan


Komunikasi Aktif, Komunikasi Pasif dan
Kecerdasan

PERTEMUAN 8

“Saat berbicara dengan anak, bukan tentang apa


yang kita katakan tapi bagaimana kita
mengatakannya! Perhatikan nada suara dan
komunikasi non verbal Anda”
-Kevin Heath-

58 pendahuluan
Tujuan :

1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam melatih kemampuan


berkomunikasi pasif kepada anak agar kelak anak dapat lebih mudah menangkap dan
memahami maksud serta penjelasan orang lain tanpa menimbulkan kesalahpahaman.
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam melatih kemampuan
berkomunikasi aktif agar anak dapat mengungkapkan dirinya dengan baik sesuai dengan
anak seusianya.
3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam melatih kemampuan
kecerdasan anak agar berkembang dengan optimal sesuai dengan anak seusianya.

Hasil yang diharapkan:

1. Orangtua mampu melakukan stimulasi komunikasi pasif kepada balita sesuai dengan
usianya.
2. Orangtua mampu melakukan stimulasi komunikasi aktif kepada balita sesuai dengan
usianya.
3. Orangtua mampu melakukan stimulasi kecerdasan kepada balita sesuai dengan usianya.
4. Orangtua dapat memantau perkembangan anak menggunakan KKA.
5. Orangtua mengetahui kapan harus mencari bantuan dari petugas kesehatan (bidan desa
dan petugas puskesmas) apabila tumbuh kembang anak terlambat.

Durasi:

120 menit

Bahan dan Alat:


• Kartu ilustrasi, buku pedoman dan • Kantong wasiat
lembar KKA • Lembar Balik Stimulasi Tumbuh
• Sarana/alat main yang terdapat Kembang Anak 0-6 tahun
dalam BKB Kit atau alat permainan • Buku 2 Menjadi Orangtua Hebat
lokal, yang dapat menstimulasi aspek sebagai referensi bagi kader
perkembangan komunikasi pasif, • Buku KIA sebagai referensi bagi
komunikasi aktif dan kecerdasan anak kader
usia 0-6 tahun.

Pertemuan 8
59
Tahapan Kegiatan:

I.Pembukaan dan Tinjauan Kembali (15 menit)

I.1. Kader menyambut peserta yang berdatangan dengan menyebut nama mereka dengan
ramah.

I.2 Kader mengucapkan terima kasih kepada relawan yang sudah mengingatkan kita semua
terkait pertemuan hari ini.

I.3 Kader membuka kegiatan, dengan menyampaikan:

“Selanjutnya, kita akan membahas tentang Stimulasi Perkembangan Komunikasi Aktif,


Komunikasi Pasif dan Kecerdasan pada anak. Adapaun tujuan dari pertemuan hari ini
adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua dan keluarga dalam
menstimulasi perkembangan komunikasi aktif, komunikasi pasif dan kecerdasan”.

“Dengan demikian kita dapat membantu anak dalam berkomunikasi dengan baik dan
benar serta memaksimalkan kemampuannya dalam memperhatikan, mengamati, dan
mengingat”.

I.4 Kader meminta salah seorang peserta untuk memimpin do’a sebelum memulai kegiatan.
Selesai berdoa kader mengucapkan terima kasih kepada peserta yang telah memimpin
doa.

I.5 Kader mengajak peserta untuk meninjau kembali apa yang telah dipelajari pada
pertemuan sebelumnya dengan mengatakan :

”Sebelum kita memulai pertemuan hari ini marilah kita sama-sama mengingat kembali
apa yang telah kita pelajari pada pertemuan sebelumnya dan apa saja yang sudah kita
praktekan di rumah. Siapa yang masih ingat apa yang sudah kita pelajari pada pertemuan
sebelumnya?”.

Catatan bagi kader: Jika tidak ada yang ingin berbagi, kader mengingatkan kembali
secara umum, apa saja yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya, terkait:
- Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini sehingga memerlukan peran aktif
orangtua agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
- Faktor bawaan lahir dan pengaruh lingkungan (budaya, sosial, ekonomi) membuat
setiap anak menjadi unik dan berbeda kecepatan perkembangannya. (sumber: Buku
2 Orangtua Hebat Hal.17-21).
- Pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung secara cepat, bertahap dan
mengikuti pola tertentu berdasarkan kelompok usianya, misalnya sebelum anak
berdiri anak belajar menegakkan kepala, tengkurap, duduk, dan merangkak terlebih
dahulu.

60 Pertemuan 8
- Gerakan kasar adalah gerakan yang dilakukan dengan melibatkan sebagian besar
otot tubuh dan biasanya memerlukan tenaga.
- Gerakan halus adalah gerakan yang dilakukan oleh bagian-bagian tubuh tertentu
saja dan hanya melibatkan sebagian kecil otot tubuh. Gerakan halus tidak begitu
memerlukan tenaga, tetapi perlu memusatkan perhatian (kerja sama) mata dengan
anggota badan (tangan dan kaki).
- Orangtua dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan anak melalui lembar
KKA dan melakukan asah, asih dan asuh sesuai dengan tingkat perkembangan usia
anak.
- Apabila peserta tidak dapat menangani permasalahan anak di dalam keluarga maka
dapat menyampaikannya kepada kader di kelompok BKB. Jika solusi dirasakan belum
maksimal maka kader dapat merujuknya ke Puskesmas terdekat, rumah sakit, dokter,
bidan, psikolog atau pendidik, tenaga ahli tumbuh kembang lainnya.

I.6 Kader bertanya siapa yang telah melakukan tugas rumah, khususnya tugas:
Ke-2 Menyanyikan lagu “kepala pundak lutut kaki” sambil memegang bagian tubuh yang
disebutkan dalam lirik.
Ke-3 Melakukan kegiatan bermain bersama anak melalui permainan sederhana dengan
atau tanpa alat main yang sesuai dengan usia anak.

Catatan bagi kader: tugas ke-1 adalah rangsangan (stimulasi) sesuai KKA akan dibahas
pada saat pengisian KKA).

I.7 Kader meminta beberapa orang peserta menceritakan bagaimana ia melakukan tugas
rumah
“Bagaimana Bapak/Ibu melakukannya?”.
“Bagaimana tanggapan pasangan (suami/istri) dan anak?”.

I.8 Kader mengucapkan terima kasih kepada peserta telah melakukan tugas rumah dan
memotivasi peserta yang belum melakukan tugas rumah untuk mau melakukannya
sebelum pertemuan berikutnya, karena tugas rumah tersebut membantu peserta untuk
menjadi orangtua yang lebih hebat.

I.9 Ajak peserta untuk melakukan tepuk hebat sebagai bentuk penghargaan bagi peserta
yang telah melakukan tugas rumah.
Kader menyebutkan“Tepuk hebat!”
Kader dan peserta melakukan Tepuk tangan (plok) sebanyak 3x sambil mengtakan “hebat”
(dengan gerakan Ibu jari kanan diacungkan), lalu “ hebat” (dengan gerakan Ibu jari kiri
diacungkan) diulangi sebanyak 3 kali.

Pertemuan 8
61
I.10 Kader mengingatkan tentang KB, dengan bertanya dan menyampaikan hal berikut:
“Apakah Bapak/Ibu sudah ber-KB?”. (Tunggu jawaban peserta, lalu kader menanggapi)

“Terima kasih bagi yang sudah ber-KB. Semoga dapat terus dilakukan, karena ber-KB
membawa banyak manfaat bagi ibu, anak dan keluarga”.

“ Akan lebih baik dan sangat dianjurkan untuk menggunakan cara KB jangka panjang
yaitu sprial/IUD, implan/susuk KB, vasektomi (MOP), dan tubektomi (MOW)”.

“Bapak/Ibu yang belum ber-KB dapat melakukan diskusi dengan bidan untuk mengetahui
metode KB apa yang cocok dan jangka panjang manfaatnya”.

II. Pengenalan Topik (15 menit)


II. 1 Kader mengatakan:

“Pada awal kehidupan, anak belajar berkomunikasi untuk menyampaikan keinginannya


melalui gerakan tubuh, seperti ekspresi wajah, menunjuk, menyentuh, memeluk dan
menggelengkan kepala dan mengangkat bahu”.

“Pada masa bayi, anak merespon kata-kata yang ia dengar seolah-olah ia mengerti
dengan ekspresi wajah, tangisan dan celoteh. Meskipun ia tidak dapat mengerti makna
kata tapi anak memiliki minat untuk berkomunikasi dan ingin mendapatkan giliran untuk
berbicara”.

“Minat anak untuk berbicara akan hilang jika kata-kata yang disampaikan kepadanya
kurang banyak, dilakukan dari jarak jauh, tidak disertai dengan ekspresi, dan tanpa jeda
serta tanpa memberikan kesempatan kepada anak untuk ikut berbicara”.

“Terdapat dua bentuk komunikasi yang akan dibahas pada pertemuan ini, yaitu
komunikasi pasif dan aktif”.

“Komunikasi pasif adalah kesanggupan untuk mengerti isyarat dan pembicaraan orang
lain. Jika anak sudah distimulasi dengan baik maka anak dapat lebih mudah menangkap
serta memahami maksud dan penjelasan orang lain tanpa menimbulkan kesalahpahaman”.
(Sumber: Buku 2 Orangtua Hebat Hal.44-46)

“Komunikasi aktif adalah kemampuan menyatakan perasaan, keinginan, dan pikiran,


baik melalui tangisan, gerakan tubuh isyarat, maupun kata-kata. Jika anak sudah
distimulasi dengan baik maka anak dapat lebih mudah dalam mengungkapkan pikiran
dan perasaannya”.

“Selain materi tentang stimulasi aspek komunikasi, nanti kita juga akan membahas aspek
kecerdasan. Cerdas artinya cepat tanggap, cepat paham, mampu dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan tertentu, menyelesaikan masalah sesuai dengan usianya, dan

62 Pertemuan 8
mempunyai banyak gagasan”.

“Kecerdasan tidak hanya terkait dengan belajar pelajaran di sekolah, tetapi juga terkait
dengan kemampuan mengingat, fokus pada satu hal, memecahkan masalah dengan
berbagai cara, bagaimana anak bereaksi terhadap suatu peristiwa yang ia dengar, lihat,
rasakan lewat panca indera”.

“Pencapaian kemampuan tersebut tidak sama dengan orang dewasa karena kecerdasan
anak berkembang secara bertahap, mulai dari hal yang sederhana hingga yang rumit”.

(Sumber: Buku 2 Orangtua Hebat Hal.71-79)

Catatan bagi kader: contoh-contohnya dapat dilihat di buku 2 Orangtua Hebat,


khususnya pada halaman 71-79; 98-103; 124-133; 157-166; 200-217; 255-275

III. Kegiatan Inti (60 menit)


III.1 Pembagian kelompok berdasarkan umur/usia anak, kader mengatakan:


“Pembahasan materi hari ini akan lebih efektif bila kita bahas dalam kelompok kecil
berdasarkan usia dari anak Bapak/Ibu. Masing-masing kelompok akan didampingi oleh
seorang kader dan setiap kader akan membawa lembar balik sesuai kelompok yang
didampinginya”.
Kelompok 1 : kelompok usia 0-1 tahun didampingi oleh kader …………
Kelompok 2 : kelompok usia 1-2 tahun didampingi oleh kader …………
Kelompok 3 : kelompok usia 2-3 tahun didampingi oleh kader …………
Kelompok 4 : kelompok usia 3-4 tahun didampingi oleh kader …………
Kelompok 5 : kelompok usia 4-5 tahun didampingi oleh kader …………
Kelompok 6 : kelompok usia 5-6 tahun didampingi oleh kader …………

Catatan bagi kader:


• Jika jumlah kader terbatas sehingga tidak bisa mendampingi setiap kelompok
berdasarkan usia anak peserta, maka jumlah kelompok dapat disesuaikan dengan
jumlah kader yang ada
• Kader yang melakukan penyuluhan dibantu oleh kader lainnya dalam menyiapkan
alat dan bahan yang dibutuhkan dalam diskusi kelompok, yaitu:
- Kartu ilustrasi, buku pedoman dan lembar KKA
- Sarana/alat main untuk menstimulasi aspek perkembangan gerakan kasar dan
halus anak usia 0-6 tahun.
- Buku KIA
- Buku 2 orangtua hebat dan Lembar Balik Orangtua Hebat 0-6 tahun

Pertemuan 8
63
III.2 Kader di setiap kelompok menjelaskan lembar balik yang sesuai dengan kelompok
dampingannya.

Catatan bagi kader:


• Jika di kelompok BKB tidak terdapat lembar balik orangtua hebat, maka kader dapat
menggunakan salinan lembar balik yang telah disediakan dalam buku panduan ini
dan di dalam kartu kantong wasiat.
• Kader dapat mengembangkan sendiri kedalaman diskusi dari setiap lembar balik
yang disajikan, misalnya dengan menanyakan cara lain dalam melakukan stimulasi
atau pilihan mainan lain yang sifatnya mudah didapatkan di sekitar tempat tinggal.
• Kader atau peserta bisa menggunakan permainan atau lagu buatan sendiri. Jika
peserta memiliki permainan atau lagu buatan sendiri, kader memberikan kesempatan
kepada peserta untuk langsung memimpin kelompok dan memperagakannya. Kader
juga turut serta di dalamnya.
• Kader dapat menggunakan permainan maupun lagu yang sudah pernah diajarkan
pada pertemuan-pertemuan sebelumnya.
• Kader menjelaskan setiap lembar balik sambil meminta peserta untuk langsung
mempraktekkannya bersama anak.

64 Pertemuan 8
Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk kader)

Pertemuan 8
65
Lembar balik. Komunikasi Aktif (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk kader)

66 Pertemuan 8
Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk kader)

Pertemuan 8
67
Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk kader)

68 Pertemuan 8
Lembar balik. Komunikasi Aktif (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Komunikasi Aktif (lembar untuk kader)

Pertemuan 8
69
Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk kader)

70 Pertemuan 8
Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk kader)

Pertemuan 8
71
Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk kader)

72 Pertemuan 8
Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk kader)

Pertemuan 8
73
Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk kader)

74 Pertemuan 8
Lembar balik. Komunikasi Aktif (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Komunikasi Aktif (lembar untuk kader)

Pertemuan 8
75
Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk kader)

76 Pertemuan 8
Lembar balik. Komunikasi Aktif (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Komunikasi Aktif (lembar untuk kader)

Pertemuan 8
77
Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk kader)

78 Pertemuan 8
Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk kader)

Pertemuan 8
79
Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk kader)

80 Pertemuan 8
Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk kader)

Pertemuan 8
81
Lembar balik. Komunikasi Aktif (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Komunikasi Aktif (lembar untuk kader)

82 Pertemuan 8
Lembar balik. Komunikasi Aktif (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Komunikasi Aktif (lembar untuk kader)

Pertemuan 8
83
Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk kader)

84 Pertemuan 8
III. 3 Berikan kesempatan kepada peserta untuk melakukan tanya jawab kepada kader.

III.4 Kader membagikan kartu ilustrasi gambar KKA kepada peserta sesuai kelompok umur,
kartu ilustrasi gambar KKA tersedia pada lampiran dan kartu kantong wasiat.

“Di hadapan Bapak/Ibu sekalian terdapat sejumlah kartu. Setiap kartu kartu memuat
dua hal, yaitu tugas perkembangan anak dan tugas orangtua (pesan untuk orangtua).
Contohnya (ambil salah satu kartu):
Kartu Ilustrasi KKA

III.5 Kader meminta peserta mempraktekan kegiatan stimulasi (rangsangan) kepada anak
sesuai dengan kartu ilustrasi gambar KKA yang di dapatnya.

“Sekarang, Bapak/Ibu perhatikan dan pilih satu set kartu untuk dipraktekkan bersama
anak. Bapak/ibu lakukan sesuai dengan isi di bagian tugas orangtua (pesan untuk orangtua)
pada bagian kanan kartu”.

Catatan bagi kader :


• Kader mengawasi apakah cara peserta melakukan stimulasi (rangsangan) kepada
anak, sudah sesuai dengan saran yang ada di gambar atau belum.
• Peserta yang tidak membawa anak, bisa ikut membantu peserta lain yang membawa
anak.

III.6 Selesai kegiatan stimulasi, kader mengucapkan terima kasih kepada peserta dan anak-
anak yang sudah berpraktek dan meminta peserta untuk melakukan lagi di rumah
kegiatan praktek tadi.

Pertemuan 8
85
IV. Kesimpulan (10 menit)

IV.1 Kader menghimbau peserta yang duduk di dalam kelompok untuk memusatkan perhatian
kembali kepada kader yang akan menyampaikan kesimpulan.

IV.2 Kader meminta minimal 3 orang peserta untuk memberikan pendapat tentang:“Apa
yang sudah dipelajari hari ini?”. (Tunggu jawaban peserta, dorong peserta untuk mau
menyampaikan pendapatnya).

IV.3 Kader merangkum semua pendapat peserta dan menyampaikan kesimpulan:

• Berkomunikasi bukan hanya merupakan rangkaian kata yang memiliki arti


namun juga berupa ekspresi wajah dan bahasa tubuh.
• Pada awalnya anak tidak paham makna kata yang ia dengar namun anak
dapat merasakan ekspresi emosi di dalamnya, misalnya ketika anak dipeluk
erat oleh orangtua tanpa sepatah kata pun terucap, anak mengerti bahwa
orangtuanya menyayanginya.
• Anak perlu dilatih dan diarahkan secara berulang-ulang agar dapat mengenal
dan mengucapkan kata dengan baik dan benar.
• Menonton televisi tanpa didampingi oleh orangtua bukanlah yang dianjurkan
untuk dilakukan dalam meningkatkan kemampuan komunikasi anak karena
anak cenderung melihat gambar-gambar dengan warna yang menarik dari
televisi dibandingkan mendengarkan ceritanya.
• Perkembangan otak anak pada masa balita sangat pesat namun bukan berarti
dijejali dengan banyak hal untuk dipelajari sekaligus karena hal itu justru
membuat anak menjadi tidak suka dengan belajar.
• Optimalisasi kecerdasan anak dapat dilakukan jika orangtua memahami
bagaimana cara anak belajar bertahap dan sesuai dengan usianya.


V. Pengisian KKA (20 menit)

V.1 Para kader membagi peserta sesuai kelompok umur anak dan membantu peserta untuk
mengisi KKA

V.2 Minta peserta duduk berpasangan di dalam kelompok dan saling membantu mengisi
KKA, misalnya peserta A dan B berpasangan, lalu peserta A mengisi KKA anak peserta B,
dan peserta B mengisi KKA peserta A. Hal ini dilakukan untuk saling belajar mengisi dan
memahami KKA. Pastikan semua peserta paham tujuan saling mengisi KKA.

V.3 Kader memeriksa kembali KKA yang telah diisi oleh peserta. Jika kader menemukan ada
anak yang belum dapat melaksanakan tugas perkembangan tertentu maka kader
memberikan tugas rumah kepada orangtua untuk melakukan rangsangan (stimulasi)
kepada anak yang sesuai dengan yang disarankan di KKA. Sampaikan kepada orangtua
dari anak tersebut untuk tidak merasa malu jika anaknya belum mampu melakukan

86 Pertemuan 8
tugas perkembangan, karena kecepatan perkembangan setiap anak berbeda-beda.

V.4 Jika diperlukan kader dapat melakukan kunjungan rumah kepada anak yang belum dapat
melaksanakan tugas perkembangannya.

V.5 Kader perlu memastikan orangtua telah melakukan tugas rumah untuk melakukan
rangsangan (stimulasi) pada pertemuan sebelumnya. Jika anak masih belum dapat
melakukan tugas perkembangannya meskipun sudah dilakukan rangsangan (stimulasi)
maka sarankan orangtua untuk merujuk (membawa) anak ke Puskesmas terdekat atau
tenaga ahli tumbuh kembang lainnya (dokter, psikolog, tenaga pendidik) agar mendapatkan
bantuan lebih lanjut.

VI. Penyampaian Tugas Rumah (5 menit)


VI.1 Kader mengatakan:


“Bapak/Ibu, kita telah mempelajari hal yang penting hari ini. Bicarakan dan diskusikan
dengan pasangan masing-masing di rumah tentang Stimulasi Perkembangan Gerakan
Kasar dan Gerakan Halus. pada anak usia dini”

Catatan bagi kader: Jika diantara peserta sudah ada yang cukup mahir dalam mengisi
KKA, maka kader dapat meminta peserta tersebut menjadi relawan pendamping kader
selama pengisian KKA.


VI.2 Kader meminta peserta untuk melakukan tugas rumah sebagai berikut di bawah ini,
sampaikan juga tugas rumah ini akan ditinjau bersama pada pertemuan berikutnya.

1. Menstimulasi (memberikan rangsangan) perkembangan anak sesuai hasil dari KKA.
2. Membacakan cerita atau berdongeng kepada anak dengan cara yang menarik.
3. Melakukan kegiatan bermain bersama anak melalui permainan sederhana dengan
atau tanpa alat main yang sesuai dengan usia anak. Jika peserta ingin membuat
alat main sendiri dapat menggunakan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar
seperti yang telah dicontohkan dalam lampiran buku panduan.

Pertemuan 8
87
VII. Penutup (5 menit)

VII.1 Kader bertanya tentang rencana pertemuan berikutnya (hari, tanggal, waktu dan tempat)
dan meminta relawan dari peserta.

“Siapa yang yang akan secara sukarela menjadi relawan untuk membantu kader di
pertemuan selanjutnya?”.

Relawan akan membantu mengingatkan peserta lainnya untuk hadir pada pertemuan
selanjutnya.

VII.2 Kader meminta peserta untuk membawa anak usia 0-6 tahun (anak kelompok BKB)
pada pertemuan yang akan datang, karena pada pertemuan yang akan datang akan
dilakukan kegiatan stimulasi bersama (memberikan rangsangan terhadap perkembangan).

VII.3 Kader mengingatkan tentang KB, dengan menyampaikan hal berikut:

“Bapak/Ibu yang belum ber-KB, ingatlah manfaat KB diantaranya adalah dapat


mengurangi resiko kehamilan pada ibu, yang dikenal dengan 4T”.

“Siapa yang ingat dengan apa itu 4T?”(tunggu jawaban peserta, lalu sampaikan).

• Terlalu muda (usia di bawah 21 tahun)


• Terlalu tua (usia di atas 35 tahun)
• Terlalu sering/dekat (Jarak ideal antar kelahiran anak adalah 3-5 tahun)
• Terlalu banyak (memiliki lebih dari dua orang anak)”.

VII.4 Kader menutup kegiatan:

“ Pertemuan hari ini cukup sampai di sini. saya mengucapkan terima kasih atas partisipasi
Bapak dan Ibu untuk bisa bergabung dalam kelompok BKB HI. Mohon maaf apabila dalam
pertemuan ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan”.

VII.5 Minta salah seorang peserta untuk memimpin do’a penutup kegiatan dan menutup
kegiatan dengan melakukan salam KB atau salam BKB atau yel-yel.

88 Pertemuan 8
pendahuluan
89
90 pendahuluan
Pertemuan 9

Stimulasi (Rangsangan) Perkembangan


Kemampuan Menolong Diri Sendiri dan Tingkah
Laku Sosial

PERTEMUAN 9
“Di belakang seorang anak yang percaya diri ada orangtua
yang terlebih dahulu percaya akan kemampuannya”
-Matthew L Jacobson-

“Bukan apa yang orangtua lakukan kepada anak, tetapi apa


yang orangtua ajarkan agar anak lakukan untuk dirinya sendiri,
yang akan menjadikan anak sukses dikemudian hari”
-Ann Landers-

92 Menjadi Orang Tua Hebat

92 pendahuluan
Tujuan:
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam melatih kemampuan
menolong diri sendiri agar kelak anak menjadi mandiri dalam melakukan kegiatan sehari-
hari sehingga tampil sebagai anak yang percaya diri, memiliki keberanian dan tidak
mengandalkan orang lain untuk menyelesaikan hal-hal yang bisa diselesaikan sendiri.
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam melatih kemampuan bergaul
agar kelak anak dapat mudah berteman, tidak canggung ketika memasuki lingkungan baru,
serta mengerti disiplin, sopan santun dan aturan-aturan, baik di dalam maupun di luar
rumah.

Hasil yang diharapkan:


1. Orangtua mampu melakukan stimulasi kemampuan menolong diri sendiri kepada anak
sesuai dengan usia.
2. Orangtua mampu melakukan stimulasi kemampuan tingkah laku sosial kepada anak sesuai
dengan usia.
3. Orangtua dapat memantau perkembangan balita dengan menggunakan “KKA” mengetahui
kapan harus mencari bantuan dari petugas kesehatan (bidan desa dan petugas puskesmas)
apabila tumbuh kembang anak terlambat.

Durasi:
120 menit.

Bahan dan Alat:


• Kartu ilustrasi, buku pedoman dan • Buku 2 Menjadi Orangtua Hebat
lembar KKA sebagai referensi bagi kader
• Kantong wasiat • Buku KIA sebagai referensi bagi kader
• Lembar Balik Stimulasi Tumbuh
Kembang Anak 0-6 tahun

Pertemuan 9
93
Tahapan Kegiatan:

I. Pembukaan dan Tinjauan Kembali (10 menit)

I.1 Kader menyambut peserta dengan ramah dan menyapa dengan menyebut nama peserta.

I.2 Kader mengucapkan terima kasih kepada relawan yang sudah mengingatkan kita semua
terkait pertemuan hari ini.

I.3 Kader membuka kegiatan, dengan menyampaikan:


“Pada pertemuan kali ini, kita akan membahas tentang stimulasi Perkembangan aspek
menolong diri sendiri (MD) dan tingkah laku sosial (TS) pada anak.

Adapaun tujuan dari pertemuan hari ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan orangtua dan keluarga dalam menstimulasi perkembangan aspek menolong
diri sendiri dan tingkah laku sosial”

“Dengan demikian kita dapat membantu anak menjadi pribadi yang mandiri, mudah
bergaul dan beradaptasi dengan lingkungan”.

I.4 Kader meminta salah seorang peserta untuk memimpin do’a sebelum memulai kegiatan.
Selesai berdoa kader mengucapkan terima kasih kepada peserta yang telah memimpin
doa.

I.5 Kader mengajak peserta untuk meninjau kembali apa yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya dengan mengatakan;
”Sebelum kita memulai pertemuan hari ini marilah kita sama-sama mengingat kembali
apa yang telah kita pelajari pada pertemuan sebelumnya dan apa saja yang sudah kita
praktekan di rumah.

Siapa yang masih ingat apa yang sudah kita pelajari pada pertemuan sebelumnya?”.

94 Pertemuan 9
Catatan bagi kader:
Jika tidak ada yang ingin berbagi, kader mengingatkan kembali secara umum, apa saja
yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya, terkait:
• Berkomunikasi bukan hanya merupakan rangkaian kata yang memiliki arti namun juga
berupa ekspresi wajah dan bahasa tubuh.
• Pada awalnya anak tidak paham makna kata yang ia dengar namun anak dapat merasakan
ekspresi emosi di dalamnya, misalnya ketika anak dipeluk erat oleh orangtua tanpa sepatah
kata pun terucap, anak mengerti bahwa orangtuanya menyayanginya.
• Anak perlu dilatih dan diarahkan secara berulang-ulang agar dapat mengenal dan
mengucapkan kata dengan baik dan benar.
• Menonton televisi tanpa didampingi oleh orangtua bukanlah yang dianjurkan untuk dilakukan
dalam meningkatkan kemampuan komunikasi anak karena anak cenderung melihat
gambar-gambar dengan warna yang menarik dari televisi dibandingkan mendengarkan
ceritanya.
• Perkembangan otak anak pada masa balita sangat pesat namun bukan berarti dijejali
dengan banyak hal untuk dipelajari sekaligus karena hal itu justru membuat anak menjadi
tidak suka dengan belajar.
• Optimalisasi kecerdasan anak dapat dilakukan jika orangtua memahami bagaimana cara
anak belajar bertahap dan sesuai dengan usianya.

I.6 Kader bertanya siapa yang telah melakukan tugas rumah, khususnya tugas:
Ke-2 Membacakan cerita atau berdongeng kepada anak dengan cara yang menarik.
Ke-3 Melakukan kegiatan bermain bersama anak melalui permainan sederhana dengan
atau tanpa alat main yang sesuai dengan usia anak.

Catatan bagi kader: tugas ke-1 adalah rangsangan (stimulasi) sesuai KKA akan dibahas
pada saat pengisian KKA).

Pertemuan 9
95
I.7 Kader meminta beberapa orang peserta menceritakan bagaimana ia melakukan tugas
rumah
“Bagaimana Bapak/Ibu melakukannya?”.
“Bagaimana tanggapan pasangan (suami/istri) dan anak?”.

I.8 Kader mengucapkan terima kasih kepada peserta telah melakukan tugas rumah dan
memotivasi peserta yang belum melakukan tugas rumah untuk mau melakukannya
sebelum pertemuan berikutnya, karena tugas rumah tersebut membantu peserta untuk
menjadi orangtua yang lebih hebat.

I.9 Ajak peserta untuk melakukan tepuk hebat sebagai bentuk penghargaan bagi peserta
yang telah melakukan tugas rumah.
Kader menyebutkan “Tepuk hebat!”

Kader dan peserta melakukan Tepuk tangan (plok) sebanyak 3x sambil mengtakan
“hebat” (dengan gerakan Ibu jari kanan diacungkan), lalu “ hebat” (dengan gerakan Ibu jari
kiri diacungkan) diulangi sebanyak 3 kali.

I.10 Kader mengingatkan tentang KB, dengan bertanya dan menyampaikan hal berikut:
“Apakah Bapak/Ibu sudah ber-KB?”. (Tunggu jawaban peserta, lalu kader menanggapi)

“Terima kasih bagi yang sudah ber-KB. Semoga dapat terus dilakukan, karena ber-KB
membawa banyak manfaat bagi ibu, anak dan keluarga”.

“ Akan lebih baik dan sangat dianjurkan untuk menggunakan cara KB jangka panjang
yaitu sprial/IUD, implan/susuk KB, vasektomi (MOP), dan tubektomi (MOW)”.

“Bapak/Ibu yang belum ber-KB dapat melakukan diskusi dengan bidan untuk mengetahui
metode KB apa yang cocok dan jangka pangjang manfaatnya”.

II. Pengenalan Topik (10 menit)

II.1 Kader mengatakan:


“Ketergantungan anak kepada orang dewasa sangat tinggi pada masa di bawah 3
tahun. Namun, jika anak diberikan kesempatan untuk belajar menolong dirinya sendiri dan
bergaul dengan orang lain maka anak akan lebih mudah beradaptasi dalam berbagai
situasi dan termotivasi untuk berjuang menyelesaikan apa yang bisa ia lakukan sendiri”.

“Menolong diri sendiri adalah kemampuan dan keterampilan seorang anak untuk
melakukan sendiri kegiatan sehari-hari untuk dirinya sendiri agar secara bertahap tidak
bergantung pada orang lain”.

“Lingkungan tempat anak bersosialisasi akan semakin meluas seiring dengan
bertambahnya usia anak. Oleh karena itu, anak perlu dilatih keterampilan sosialnya agar
dapat:

96 Pertemuan 9
(1) Bergaul dengan teman yang memiliki tampilan, perilaku, kemampuan, seni budaya
dan usia yang berbeda-beda.
(2) Belajar berbagi.
(3) Tolong menolong.
(4) Bekerjasama.
(5) Berkompetisi yang sehat.
(6) Mengetahui identitas jenis kelaminnya.
(7) Memiliki kebiasaan baik dalam hal kebersihan, kesehatan, keindahan dan ibadah
keagamaan.

“Dengan demikian, tingkah laku sosial/bergaul dapat diartikan sebagai kemampuan


untuk menjalin hubungan yang baik dengan anggota keluarga maupun dengan orang
lain”.
(Sumber: Buku 2 Orangtua Hebat Hal.47-48)

Catatan untuk kader:


contoh-contohnya dapat dilihat di buku 2 Orangtua Hebat, khususnya pada halaman 80-83; 104-
110; 134-140; 167-174; 218-228; dan 276-292

III. Kegiatan Inti (60 menit)

III.1 Pembagian kelompok berdasarkan umur/usia anak, kader mengatakan:


“Pembahasan materi hari ini akan lebih efektif bila kita bahas dalam kelompok kecil
berdasarkan usia dari anak Bapak/Ibu. Masing-masing kelompok akan didampingi oleh
seorang kader dan setiap kader akan membawa lembar balik sesuai kelompok yang
didampinginya”.

Kelompok 1 : kelompok usia 0-1 tahun didampingi oleh kader …………


Kelompok 2 : kelompok usia 1-2 tahun didampingi oleh kader …………
Kelompok 3 : kelompok usia 2-3 tahun didampingi oleh kader …………
Kelompok 4 : kelompok usia 3-4 tahun didampingi oleh kader …………
Kelompok 5 : kelompok usia 4-5 tahun didampingi oleh kader …………
Kelompok 6 : kelompok usia 5-6 tahun didampingi oleh kader …………

Pertemuan 9
97
Catatan bagi kader:
• Jika jumlah kader terbatas sehingga tidak bisa mendampingi setiap kelompok berdasarkan
usia anak peserta, maka jumlah kelompok dapat disesuaikan dengan jumlah kader yang
ada.
• Kader yang melakukan penyuluhan dibantu oleh kader lainnya dalam menyiapkan alat
dan bahan yang dibutuhkan dalam diskusi kelompok, yaitu:
- Kartu ilustrasi, buku pedoman dan lembar KKA.
- Sarana/alat main untuk menstimulasi aspek diganti dengan menolong diri sendiri
dan tingkah laku sosial anak usia 0-6 tahun.
- Buku KIA.
- Buku 2 orangtua hebat dan Lembar Balik Orangtua Hebat 0-6 tahun

III.2 Kader di setiap kelompok menjelaskan lembar balik yang sesuai dengan kelompok
dampingannya.

Catatan untuk kader:

• Jika di kelompok BKB tidak terdapat lembar balik orangtua hebat, maka kader dapat
menggunakan salinan lembar balik yang telah disediakan dalam buku panduan ini dan di
dalam kartu kantong wasiat.
• Kader dapat mengembangkan sendiri kedalaman diskusi dari setiap lembar balik yang
disajikan, misalnya dengan menanyakan cara lain dalam melakukan stimulasi atau pilihan
mainan lain yang sifatnya mudah didapatkan di sekitar tempat tinggal.
• Kader atau peserta bisa menggunakan permainan atau lagu buatan sendiri. Jika peserta
memiliki permainan atau lagu buatan sendiri, kader memberikan kesempatan kepada
peserta untuk langsung memimpin kelompok dan memperagakannya. Kader juga turut
serta di dalamnya.
• Kader dapat menggunakan permainan maupun lagu yang sudah pernah diajarkan pada
pertemuan-pertemuan sebelumnya.
• Kader menjelaskan setiap lembar balik sambil meminta peserta untuk langsung
mempraktekkannya bersama anak.

98 Pertemuan 9
Lembar Balik. Tingkah laku sosial (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Tingkah laku sosial (lembar untuk kader)

Pertemuan 9
99
Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk kader)

100 Pertemuan 9
Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk kader)

Pertemuan 9
101
Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk Kader)

102 Pertemuan 9
Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk kader)

Pertemuan 9
103
Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk kader)

104 Pertemuan 9
Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk kader)

Pertemuan 9
105
Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk kader)

106 Pertemuan 9
Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk kader)

Pertemuan 9
107
Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk kader)

108 Pertemuan 9
Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk kader)

Pertemuan 9
109
Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk kader)

110 Pertemuan 9
Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk kader)

Pertemuan 9
111
Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk kader)

112 Pertemuan 9
Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk kader)

Pertemuan 9
113
Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk kader)

114 Pertemuan 9
Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk kader)

Pertemuan 9
115
III.3 Berikan kesempatan kepada peserta untuk melakukan tanya jawab kepada kader.

III.4 Kader membagikan kartu ilustrasi gambar KKA kepada peserta sesuai kelompok umur,
kartu ilustrasi gambar KKA tersedia pada lampiran dan kartu kantong wasiat.

“Di hadapan Bapak/Ibu sekalian terdapat sejumlah kartu.Setiap kartu kartu memuat
dua hal, yaitu tugas perkembangan anak dan tugas orangtua (pesan untuk orangtua).
Contohnya (ambil salah satu kartu):

Contoh kartu KKA

III.5 Kader meminta peserta mempraktekan kegiatan stimulasi (rangsangan) kepada anak
sesuai dengan kartu ilustrasi gambar KKA yang di dapatnya.“Sekarang, Bapak/Ibu
perhatikan dan pilih satu set kartu untuk dipraktekkan bersama anak. Bapak/ibu lakukan
sesuai dengan isi di bagian tugas orangtua (pesan untuk orangtua) pada bagian kanan
kartu”.

Catatan bagi kader:


• Kader mengawasi apakah cara peserta melakukan stimulasi (rangsangan) kepada anak,
sudah sesuai dengan saran yang ada di gambar atau belum.
• Peserta yang tidak membawa anak, bisa ikut membantu peserta lain yang membawa anak.

III.6 Selesai kegiatan stimulasi, kader mengucapkan terima kasih kepada peserta dan anak-
anak yang sudah berpraktek dan meminta peserta untuk melakukan lagi di rumah
kegiatan praktek tadi.

116 Pertemuan 9
IV. Kesimpulan (10 menit)

IV.1 Kader meminta minimal 3 orang peserta untuk memberikan pendapat tentang:
“Apa yang sudah dipelajari hari ini?”. (Tunggu jawaban peserta, dorong peserta untuk
mau menyampaikan pendapatnya).

IV.2 Kader merangkum semua pendapat peserta dan menyampaikan kesimpulan:


• Anak akan mengalami kesulitan dalam bersosialisasi jika anak tidak diajarkan oleh
orangtua tentang bagaimana caranya bergaul dan bertingkah laku yang sesuai
dengan norma atau nilai yang dianut keluarga maupun masyarakat.
• Proses belajar anak tidak hanya melalui latihan yang diberikan tetapi juga melalui
meniru tingkah laku orang dewasa atau anak yang lebih besar sehingga orangtua
perlu menjadi tauladan bagi anak.
• Keterampilan anak dalam menolong diri sendiri dapat memberikannya rasa percaya
diri dan harga diri. Orangtua harus memberikan kesempatan kepada anak untuk
menolong dirinya sendiri meskipun hasilnya dirasakan kurang maksimal.
• Proses anak dalam menolong dirinya sendiri harus dilakukan secara bertahap dan
berkelanjutan agar kemampuan menolong dirinya sendiri menjadi suatu kebiasaan
yang menetap hingga anak besar.

V. Pengisian KKA (20 menit)

V.1 Para kader membagi peserta sesuai kelompok umur anak dan membantu peserta untuk
mengisi KKA.

Catatan bagi kader: Jika diantara peserta sudah ada yang cukup mahir dalam mengisi
KKA, maka kader dapat meminta peserta tersebut menjadi relawan pendamping kader
selama pengisian KKA.

Pertemuan 9
117
V.2 Minta peserta duduk berpasangan di dalam kelompok dan saling membantu mengisi
KKA, misalnya peserta A dan B berpasangan, lalu peserta A mengisi KKA anak peserta B,
dan peserta B mengisi KKA peserta A. Hal ini dilakukan untuk saling belajar mengisi dan
memahami KKA. Pastikan semua peserta paham tujuan saling mengisi KKA.

V.3 Kader memeriksa kembali KKA yang telah diisi oleh peserta. Jika kader menemukan ada
anak yang belum dapat melaksanakan tugas perkembangan tertentu maka kader
memberikan tugas rumah kepada orangtua untuk melakukan rangsangan (stimulasi)
kepada anak yang sesuai dengan yang disarankan di KKA. Sampaikan kepada orangtua
dari anak tersebut untuk tidak merasa malu jika anaknya belum mampu melakukan
tugas perkebangan, karena kecepatan perkembangan setiap anak berbeda-beda.

V.4 Jika diperlukan kader dapat melakukan kunjungan rumah kepada anak yang belum dapat
melaksanakan tugas perkembangannya.

V.5 Kader perlu memastikan orangtua telah melakukan tugas rumah untuk melakukan
rangsangan (stimulasi) pada pertemuan sebelumnya. Jika anak masih belum dapat
melakukan tugas perkembangannya meskipun sudah dilakukan rangsangan (stimulasi)
maka sarankan orangtua untuk merujuk (membawa) anak ke Puskesmas terdekat
atautenaga ahli tumbuh kembang lainnya (dokter, psikolog, tenaga pendidik) agar
mendapatkan bantuan lebih lanjut.

VI. Penyampaian Tugas Rumah (5 menit)

VI.1 VI.1 Kader mengatakan:


“Bapak/Ibu, kita telah mempelajari hal yang penting hari ini. Bicarakan dan diskusikan
dengan pasangan masing-masing di rumah tentang menolong diri sendiri dan tingkah
laku sosial pada anak usia dini”.

VI.2 Kader meminta peserta untuk melakukan tugas rumah sebagai berikut di bawah ini,
sampaikan juga tugas rumah ini akan ditinjau bersama pada pertemuan berikutnya.
1. Menstimulasi (memberikan rangsangan) perkembangan anak sesuai hasil dari KKA.
2. Melakukan kegiatan bermain bersama anak melalui permainan sederhana dengan
atau tanpa alat main yang sesuai dengan usia anak. Jika peserta ingin membuat
alat main sendiri dapat menggunakan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar
seperti yang telah dicontohkan dalam lampiran modul ini.
3. Mengajarkan anak untuk merapikan mainannya sendiri setelah anak selesai bermain.

118 Pertemuan 9
VII. Penutup (5 menit)

VII.1 Kader bertanya tentang rencana pertemuan berikutnya (hari, tanggal, waktu dan tempat)
dan meminta relawan dari peserta.
“Siapa yang yang akan secara sukarela menjadi relawan untuk membantu kader di
pertemuan selanjutnya?”.
Relawan akan membantu mengingatkan peserta lainnya untuk hadir pada pertemuan
selanjutnya.

VII.2 Kader mengingatkan tentang KB, dengan menyampaikan hal berikut:


“Bapak/Ibu yang belum ber-KB, ingatlah manfaat KB diantaranya adalah dapat
mengurangi resiko kehamilan pada ibu, yang dikenal dengan 4T”.

“Siapa yang ingat dengan apa itu 4T?”(tunggu jawaban peserta, lalu sampaikan).
• Terlalu muda (usia di bawah 21 tahun).
• Terlalu tua (usia di atas 35 tahun).
• Terlalu sering/dekat (Jarak ideal antar kelahiran anak adalah 3-5 tahun).
• Terlalu banyak (memiliki lebih dari dua orang anak)”.

VII.3 Kader menutup kegiatan:


“ Pertemuan hari ini cukup sampai di sini. saya mengucapkan terima kasih atas partisipasi
Bapak dan Ibu untuk bisa bergabung dalam kelompok BKB HI. Mohon maaf apabila dalam
pertemuan ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan”.

VII.4 Minta salah seorang peserta untuk memimpin do’a penutup kegiatan dan menutup
kegiatan dengan melakukan salam KB atau yel-yel.

Pertemuan 9
119
Daftar pustaka

Buku Pedoman Bina Keluarga berencana (BKB) Holistik Integratif, Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Jakarta, 2015.

Buku Seri Orangtua Hebat, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), Jakarta, 2015.

Buku Pedoman Kartu Kembang Anak (KKA), Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN), Jakarta, 2015.

Buku Media Interaksi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Jakarta,


2014.

Buku KIA, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Jakarta, 2015.

Buku Kelompok Pengasuhan Anak, Pegangan Fasilitator, Plan International Indonesia,


Jakarta, 2015.

NSPK : Sarana Bermain Indoor Anak Usia Dini. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Jakarta. 2015

www.bundaasraf.com/2015/02/pilihan-kb

Buku Strategi Nasional PAUDHI, Bappenas, Jakarta, 2008

120 Daftar Pustaka


Tim Penyusun:

Direktorat Bina Keluarga Balita, BKKBN:

Drs. Sugiyatna, MM

Subandi, S.Sos, M.Pd

Nurzainun, M.Si, Psi

Ihwan Sidiq Nugroho, S.Psi

Asmy Elviana, S.Psi

Siska Indriayana Sari, S.P

Plan International Indonesia:

Nugroho Indera Warman

Semuel Apsalon Niap

Maria Gracea C.A.

Denny Rahadian

Silvester Nusa (Yayasan Pijar Timur)

Konsultan:

Syifa Andina

Nurfadilah

pendahuluan
121
DIREKTORAT BINA KELUARGA BALITA
Kerjasama DAN ANAK
Antara Plan International
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Indonesia dan Badan KependudukaDiren dan
Jl. Permata No.1 Halim Perdanakusuma. Jakarta, Indonesia. Telp. 021 8009029, 8008271, 8008554 ext 470-471 fax. 0218008547
Keluarga
www.bkkbn.go.id Berencana Nasional (BKKBN)

Anda mungkin juga menyukai