Anda di halaman 1dari 52

I Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana


MODUL | BKB HI Kebijakan & Strategi/ Kebijakan dan Program Anak Usia Dini

Hak Cipta @ 2020

PERANGKAT
TRAINING OF TRAINER (TOT) PELATIHAN TEKNIS BINA KELUARGA BALITA HOLISTIK
INTEGRATIF (BKB HI) DAN PENCEGAHAN STUNTING
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI

Edisi Pertama Tahun 2020

Tim Penyusun

Uswatun Nisa, S.Sos., MAPS


Dadi Ahmad Roswandi, M.Si.

Pengarah :
DR. Lalu Makripuddin, M.Si
Penanggung Jawab :
Dadi Ahmad Roswandi, M.Si
Editor:
Umi Hadiyatun, S.Sos.
Tim Teknis :
Yufi Winiastuti, SKM
Desnita Ekaratri W, SS, MPH
Tri Aryadi, S.Psi.
Ratu Chaira Vielananda, S.Pd.
Sugeng

Diterbitkan oleh :
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur 13650
PO. BOX : 296 JKT 13013

II Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
KATA SAMBUTAN

P
uji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayahNya, sehingga perangkat pembelajaran
Training Of Trainer (TOT) Pelatihan Teknis Bina Keluarga
Balita Holistik Integratif (BKB HI) dan Pencegahan Stunting bagi
Fasilitator Tingkat Provinsi yang merupakan program prioritas
nasional di lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) dapat diselesaikan.

Perlu kita pahami bersama bahwa pembangunan Sumber


Daya Manusia (SDM) harus dimulai sejak dalam kandungan,
karena saat itu proses pertumbuhan dan perkembangan
manusia sudah berlangsung, khususnya perkembangan otak. Begitupun dalam
keseluruhan siklus hidup manusia, masa di bawah usia lima tahun (Balita) merupakan
periode paling kritis karena pada masa tersebut proses tumbuh kembang berlangsung
sangat cepat. Masa tersebut adalah masa “emas” yang apabila tidak dibina
dengan baik akan menyebabkan gangguan perkembangan emosi, sosial dan
kecerdasan. Masa ini merupakan tahap awal pembentukan dasar kemampuan,
mental, intelektual dan moral yang menentukan sikap, nilai dan perilaku di masa
dewasa.

Orangtua sebagai pengasuh dan pendidik pertama dan utama diharapkan


dapat mengasuh anak balitanya dengan benar, bukan hanya melalui pemenuhan
kebutuhan anak akan kesehatan, gizi, akan tetapi juga perhatian, kasih sayang
dan rasa aman serta rangsangan terhadap mental, emosional, sosial, dan moral.
Mengingat sangat strategisnya posisi orangtua dalam mengasuh dan membina
tumbuh kembang anak, maka orangtua perlu meningkatkan pengetahuan
dan keterampilannya agar mampu melaksanakan pengasuhan secara optimal.
Pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat diperoleh orangtua antara lain
dengan mengikuti kegiatan Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI EMAS).

BKB HI-EMAS merupakan salah satu program inovasi strategi untuk


mengimplementasikan kegiatan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan
dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dalam mendukung penurunan
stunting dan pencapaian target BKKBN. Keluarga dan anggota keluarga merupakan
sasaran utama kegiatan ini dengan melibatkan seluruh komponen dan organisasi
masyarakat dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup keluarga. Penyusunan

III Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | BKB HI Kebijakan & Strategi/ Kebijakan dan Program Anak Usia Dini

perangkat pembelajaran ini diharapkan dapat mendukung upaya mewujudkan


Keluarga Indonesia dan berkualitas dan berketahanan. Saya berharap perangkat
ini menjadi acuan utama dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan, orientasi dan
kegiatan sejenis di lingkungan BKKBN Pusat, Provinsi, Kab/Kota seluruh Indonesia.

Akhirnya, kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan


komitmennya dalam menyusun perangkat pembelajaran ini saya ucapkan terima
kasih. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkah atas semua yang telah
kita lakukan.

Jakarta, Juni 2020

Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian


dan Pengembangan,

Prof. Rizal Damanik, PhD.

IV Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
KATA PENGANTAR

P
uji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah dan karunia-Nya, penyusunan perangkat
pembelajaran Training Of Trainer (TOT) Pelatihan Teknis
Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI) dan Pencegahan
Stunting bagi Fasilitator Tingkat Provinsi dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan


Keluarga Berencana bekerjasama dengan Direktorat Bina
Keluarga Balita dan Anak menyusun perangkat pembelajaran
ini dalam rangka mempersiapkan SDM yang kompeten guna
memfasilitasi dan memberikan informasi kepada Keluarga
Indonesia mengenai Pengasuhan Anak Usia Dini dalam rangka Pencegahan Stunting
melalui Kelompok BKB. Perangkat pembelajaran ini adalah acuan pengelolaan
pelatihan untuk menyelenggarakan Training Of Trainer (TOT) Pelatihan Teknis Bina
Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI) dan Pencegahan Stunting bagi Fasilitator
Tingkat Provinsi. Dengan mengacu kepada perangkat pembelajaran ini diharapkan
setiap penyelenggaraan pelatihan dapat dilaksanakan sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan, sehingga dapat menghasilkan alumnus pelatihan yang
berkualitas.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh
pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan perangkat pembelajaran ini.
Semoga segala upaya kita untuk meningkatkan kualitas pelatihan dapat berkontribusi
dalam pembangunan keluarga Indonesia yang berkualitas. Semoga Tuhan Yang
Masa Esa memberikan berkah-NYA terhadap setiap kegiatan yang kita lakukan.

Jakarta, Juni 2020

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan


Kependudukan dan KB,

DR. Lalu Makripuddin, M.Si

V Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | BKB HI Kebijakan & Strategi/ Kebijakan dan Program Anak Usia Dini

DAFTAR ISI

SAMPUL BUKU.........................................................................................................................I
KATA SAMBUTAN .............................................................................................................. III
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................V
DAFTAR ISI ............................................................................................................................VI

☼ BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................1


A.Latar Belakang .............................................................................................................2
B.Deskripsi Singkat .......................................................................................................4
C.Manfaat Modul ...........................................................................................................4
D.Tujuan Pembelajaran .................................................................................................4
E.Materi Pokok .............................................................................................................5
F.Petunjuk Belajar .........................................................................................................5

☼ BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI PROGRAM PENGASUHAN ANAK


USIA DINI DALAM RANGKA PENCEGAHAN STUNTING MELALUI KELOMPOK
BINA KELUARGA BALITA ..................................................................................................6
A.Latar Belakang ..........................................................................................................7
B.Kebijakan Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka Pencegahan
Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita (BKB HI) .......................................8
C.Strategi Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka Pencegahan
Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita (BKB HI) ........................................13
D.Rangkuman.................................................................................................................13
E.Latihan/Evaluasi......................................................................................................14

☼ BAB III MEKANISME PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN PROGRAM


PENGASUHAN ANAK USIA DINI DALAM RANGKA
PENCEGAHAN STUNTING MELALUI KELOMPOK BINA
KELUARGA BALITA.............................................................................................................18
A. Latar Belakang ........................................................................................................19
B. Mekanisme Pelaksanaan Program Prioritas Nasional (PRO PN)
Promosi dan KIE 1000 HPK dalam rangka Pencegahan Stunting .............................20
C. Mekanisme Pengembangan Program Pengasuhan Anak Usia Dini
Dalam Rangka Pencegahan Stunting melalui Kelompok
Bina Keluarga Balita ................................................................................................24

VI Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
D. Rangkuman .................................................................................................................31
E. Mekanisme Pengembangan Program Pengasuhan Anak Usia Dini
Dalam Rangka Pencegahan Stunting melalui Kelompok Bina
Keluarga Balita ..........................................................................................................32
F. Latihan / Evaluasi ...........................................................................................................34

☼ BAB IV PENUTUP...............................................................................................................37
A.Kesimpulan.....................................................................................................................37
B. Evaluasi .......................................................................................................................38

VII Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | BKB HI Kebijakan & Strategi/ Kebijakan dan Program Anak Usia Dini

MODUL
KEBIJAKAN BINA KELUARGA
BALITA HOLISTIK INTEGRATIF

Tim Penyusun

Uswatun Nisa, S.Sos., MAPS


Dadi Ahmad Roswandi, M.Si.

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB


BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
TAHUN 2020

VIII Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
BAB I
PENDAHULUAN

1 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | BKB HI Kebijakan & Strategi/ Kebijakan dan Program Anak Usia Dini

A. Latar Belakang
Program kependudukan dan pembangunan keluarga diamanatkan kepada BKKBN
melalui Undang Undang No.52 tahun 2009 pada pasal 47 ayat 1 yang menyatakan,
Pemerintah dan pemerintah daerah menetapkan kebijakan pembangunan
keluarga, melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, yang
bermaksud untuk mendukung keluarga agar dapat melaksanakan fungsi keluarga
secara optimal. Hal ini dipertegas pada pasal 48 ayat (1) yang menyatakan bahwa
kebijakan pembangunan keluarga dilaksanakan melalui pembinaan ketahanan
dan kesejahteraan keluarga dilaksanakan dengan cara, peningkatan kualitas
anak dengan pemberian akses informasi, pendidikan, penyuluhan, dan pelayanan
tentang perawatan, pengasuhan dan perkembangan anak yang dilakukan dengan
meningkatkan kualitas keluarga balita dan anak di Indonesia.

Salah satu upaya komprehensif yang dilaksanakan BKKBN untuk menunjang


kebijakan tersebut di lingkungan masyarakat adalah dengan menjalankan program
pembentukan kelompok kegiatan Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI).
BKB HI adalah layanan penyuluhan bagi orangtua dan anggota keluarga tentang
pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang balita dan anak yang dilakukan
secara simultan, sistematis, menyeluruh, terintegrasi dan berkesinambungan dengan
program pengembangan anak usia dini lainnya dalam rangka memenuhi kebutuhan
dasar anak, melalui kegiatan stimulasi fisik, mental, intelektual, emosional, spiritual,
sosial dan moral untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas.

Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) harus dimulai sejak dalam


kandungan, karena pada saat itu proses pertumbuhan dan perkembangan manusia
sudah berlangsung khususnya perkembangan otak. Setiap orangtua berkeinginan
agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal, yaitu agar anaknya
dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang terbaik sesuai dengan
potensi genetik yang ada pada anak tersebut. Hal ini dapat tercapai apabila
kebutuhan dasar anak (asah, asih, dan asuh) terpenuhi. Kebutuhan dasar anak harus
dipenuhi yang mencakup perhatian, kasih sayang, gizi, kesehatan, penghargaan,
pengasuhan, rasa aman/perlindungan, partisipasi, stimulasi dan pendidikan.

Kebutuhan dasar tersebut harus dipenuhi sejak dini, bahkan sejak bayi berada
dalam kandungan. Dalam keseluruhan siklus hidup manusia, masa di bawah usia
lima tahun (Balita) merupakan periode paling kritis karena pada masa tersebut proses
tumbuh kembang berlangsung sangat cepat. Masa tersebut merupakan masa
“emas” yang apabila tidak dibina dengan baik akan mengalami gangguan dalam
perkembangan emosi, sosial dan kecerdasan karena masa tersebut merupakan
tahap awal dari pembentukan dasar kemampuan, mental, intelektual dan moral
yang sangat menentukan sikap, nilai dan perilaku anak di masa dewasa.

2 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Untuk mencapai kondisi yang optimal, anak Balita perlu mendapatkan pembinaan
dan stimulasi yang tepat dan pada waktu yang tepat pula. Kunci keberhasilan
dalam pengasuhan anak balita berada di tangan orangtua karena pada masa
tersebut hampir seluruh waktu anak balita berada di dekat orangtuanya. Orangtua
sebagai pengasuh dan pendidik pertama dan utama diharapkan dapat mengasuh
anak balitanya dengan benar, bukan hanya melalui pemenuhan kebutuhan anak
akan kesehatan, gizi, akan tetapi juga perhatian, kasih sayang dan rasa aman serta
rangsangan terhadap mental, emosional, sosial, dan moral.

Mengingat sangat strategisnya posisi orangtua dalam mengasuh dan membina


tumbuh kembang anak, maka orangtua dituntut untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilannya agar mampu melaksanakan pengasuhan secara optimal.
Pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat diperoleh orangtua antara lain
dengan ikut serta dalam kegiatan Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI).

Berkaitan dengan pengasuhan balita dan anak, Badan Kependudukan Keluarga


Berencana Nasional khususnya Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak memiliki
tugas meningkatkan kualitas anak dengan memberikan akses yang mendukung
informasi, pendidikan, penyuluhan dan pelayanan tentang perawatan, pengasuhan,
dan perkembangan anak.

Menurut data basis online (DALLAP) bulan Desember 2018, saat ini telah terbentuk
89.015 kelompok BKB di seluruh Indonesia. Akan tetapi, fungsi dan keberadaannya
masih kurang optimal dan perlu ditingkatkan. Kelemahan BKB yang ada saat ini
adalah kurangnya penggerakan oleh petugas kepada keluarga yang memiliki
Balita untuk berpartisipasi aktif dalam kelompok BKB serta pembinaan komprehensif
kepada kelompok yang sudah terbentuk dinilai belum maksimal. Selain itu, jumlah
pelatihan, orientasi, atau pembinaan langsung kepada kader dan pengelola BKB
masih dianggap kurang. Ditambah lagi, peningkatan jejaring kemitraan dengan
kementerian/lembaga, badan, LSOM dan lainnya juga belum kuat.

Untuk meningkatkan keberadaan Kelompok BKB HI ini, BKKBN melalui Direktorat


Bina Keluarga Baita dan Anak merancang suatu strategi untuk pengembangan
Kelompok BKB HI yang merupakan turunan dari Peraturan Kepala BKKBN Nomor
12 tahun 2018 tentang Pengelolaan Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB
HI). Dalam pelaksanaannya, BKB HI harus tetap mengacu pada lampiran I huruf
N Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah. Sehingga
dengan fasilitasi kewenangan tersebut maka program ini menjadi tanggung jawab
Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.

Modul ini merupakan perangkat Diklat Teknis Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam
Rangka Pencegahan Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita yang ditujukan

3 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | BKB HI Kebijakan & Strategi/ Kebijakan dan Program Anak Usia Dini

untuk memberikan pemahaman kepada pengelola BKB HI tentang kebijakan dan


strategi serta mekanisme pelaksanaan Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam
Rangka Pencegahan Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita.

B. Deskripsi Singkat
Modul ini membahas tentang kebijakan dan strategi serta mekanisme pelaksanaan
Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka Pencegahan Stunting melalui
Kelompok Bina Keluarga Balita. Pada akhir pembelajaran peserta diharapkan
mampu membahas kebijakan dan strategi serta mekanisme pelaksanaan Program
Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka Pencegahan Stunting melalui Kelompok
Bina Keluarga Balita

C. Manfaat Modul
Modul ini diharapkan bermanfaat bagi para peserta diklat untuk membekali
pengelola BKB HI tentang kebijakan dan strategi serta mekanisme pelaksanaan
Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka Pencegahan Stunting melalui
Kelompok Bina Keluarga Balita

D. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti mata diklat ini peserta diharapkan mampu membahas tentang
kebijakan dan strategi serta mekanisme pelaksanaan Program Pengasuhan
Anak Usia Dini Dalam Rangka Pencegahan Stunting melalui Kelompok Bina
Keluarga Balita

2. Indikator Hasil Belajar


Setelah mempelajari modul ini, maka peserta dapat:
a. Membahas kebijakan dan strategi Program Pengasuhan Anak Usia Dini
Dalam Rangka Pencegahan Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita
b. Membahas mekanisme pelaksanaan Program Pengasuhan Anak Usia Dini
Dalam Rangka Pencegahan Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita

E. Materi Pokok
1. Kebijakan dan Strategi Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka
Pencegahan Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita
2. Mekanisme Pelaksanaan Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka
Pencegahan Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita

4 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
F. Petunjuk Belajar
Untuk mencapai hasil pembelajaran, peserta pelatihan perlu mengikuti beberapa
petunjuk antara lain sebagai berikut:
1. Bacalah modul ini tahap demi tahap. Pahami dengan benar materi pada
tahap awal. Lakukan pengulangan pada halaman tersebut sampai Saudara
benar-benar memahaminya.
2. Jika Saudara mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman
atau sub bahasan tertentu, diskusi dengan rekan peserta lainnya atau fasilitator
yang mengampu materi modul ini.
3. Setelah selesai memahami materi pada setiap bab, saudara dapat melakukan
latihan dan/atau melakukan pengembangan kasus yang sesuai

5 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | BKB HI Kebijakan & Strategi/ Kebijakan dan Program Anak Usia Dini

BAB II
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PROGRAM PENGASUHAN ANAK
USIA DINI DALAM RANGKA
PENCEGAHAN STUNTING MELALUI
KELOMPOK BINA KELIUARGA
BALITA

Indikator Hasil Belajar:


Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat membahas
tentang Kebijakan dan Strategi Program Pengasuhan Anak

6 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Dalam bab ini akan diuraikan Kebijakan dan Strategi Program Pengasuhan Anak
Usia Dini Dalam Rangka Pencegahan Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita.

A. Latar Belakang

Dalam rangka mendukung Nawa Cita ke-5, “Meningkatkan Kualitas Hidup


Manusia dan Masyarakat Indonesia”, Pemerintah Presiden Jokowi telah menetapkan
pembangunan manusia sebagai insan dan sumber daya bagi kemajuan suatu bangsa
dan negara, mulai dari dalam kandungan ibu sampai usia lanjut, sebagai salah satu
langkah strategis yang harus dilakukan Kementerian/Lembaga untuk pencapaian
target Nawa Cita Ke-5. BKKBN sebagai salah satu Lembaga yang diminta untuk
berkontribusi pada pencapaain target Nawa Cita Ke-5 tersebut telah menetapkan
arah kebijakan yang tertuang dalam Renstra BKKBN Tahun 2020-2024, salah satunya
yaitu kebijakan peningkatan pembangunan keluarga tentang pemahaman orang
tua mengenai pentingnya keluarga dalam pengasuhan tumbuh kembang balita
dan anak, melalui: layanan pengembangan anak usia dini yang Holistik, Integratif
(PAUD HI) yang meliputi kesehatan, gizi, pengasuhan dan perlindungan. Kebijakan
tersebut merupakan sarana untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas sehingga
dari keluarga dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Intervensi ini sangat penting untuk dilaksanakan mengingat dalam keseluruhan


siklus hidup manusia, masa balita merupakan periode paling kritis karena proses
tumbuh kembang berlangsung sangat cepat. Masa tersebut merupakan periode
“emas” yang apabila anak dibina dengan baik akan mendukung keberhasilan
tahap perkembangan selanjutnya. Perkembangan emosi, sosial dan kecerdasan
sebagai tahap awal dari pembentukan dasar kemampuan, mental, intelektual dan
moral sangat menentukan sikap, nilai dan perilaku anak di masa dewasa. Anak
perlu mendapatkan pembinaan dan stimulasi yang tepat sesuai tahapan usia anak
untuk mencapai kondisi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

Disisi lain, saat ini pembangunan kesehatan dan gizi dalam peningkatan kualitas
sumber daya manusia di Indonesia masih dihadapkan pada tantangan masalah gizi
ganda, yaitu kekurangan gizi seperti wasting (kurus) dan stunting (pendek) pada
balita, anemia pada remaja dan ibu hamil serta kelebihan gizi termasuk obesitas
baik pada balita maupun orang dewasa.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima
tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga tinggi badan anak tidak sesuai
dengan umurnya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada
masa awal setelah bayi lahir, tetapi kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia
2 tahun. Stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap
penyakit, menurunkan produktivitas, menghambat pertumbuhan ekonomi, dan

7 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | BKB HI Kebijakan & Strategi/ Kebijakan dan Program Anak Usia Dini

meningkatkan kemiskinan serta kesenjangan.

Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 terkait Status Gizi Balita, prevalensi balita stunting
telah turun dari 37,2% pada tahun 2013 menjadi 30,8% pada tahun 2018. Terlepas
dari capaian tersebut, Indonesia saat ini masih termasuk negara dengan prevalensi
stunting kelima terbesar di dunia dan dihadapkan pada tantangan percepatan
penurunan stunting masih cukup besar, yaitu:
1. Proporsi Berat Badan Lahir Rendah (< 2500 gram /BBLR) mengalami kenaikan
tipis dari 5,7 pada tahun 2013 menjadi 6,2% pada tahun 2018;
2. Panjang badan lahir kurang dari 48 cm mengalami kenaikan dari 20% pada
tahun 2013 menjadi 237,7% tahun 2018;
3. Proporsi Imunisasi Dasar lengkap pada anak usia 12 – 23 bulan mengalami
penurunan dari 59,2% pada tahun 2013 menjadi 57,9% di tahun 2018. Sedangkan
proporsi anak yang tidak imunisasi meningkat dari 8,7% pada tahun 2013
menjadi 9,2% pada tahun 2018.

Masalah gizi stunting yang disebabkan karena kekurangan gizi kronis dapat
terjadi karena masih terbatasnya pemahaman tentang pengasuhan. Hal ini dapat
dicegah dengan meningkatkan kualitas pengasuhan anak, tidak hanya dilakukan
ketika anak sudah lahir, tetapi juga dilakukan sejak anak masih berada di dalam
kandungan sehingga orang tua dan keluarga dapat meminimalisir faktor risiko
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, salah satunya seperti kekurangan
gizi kronis. Oleh karenanya, peningkatan upaya promotif dan preventif dalam rangka
perbaikan gizi melalui optimalisasi pengasuhan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
menjadi hal yang penting untuk dilaksanakan sebagai salah satu upaya untuk
memastikan terpenuhinya kebutuhan fisik (gizi) dan mental ibu serta bayi selama
masa kehamilan hingga anak menginjak usia 2 (dua) tahun.

B. Kebijakan Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka


Pencegahan Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita
(BKB HI)

Kebijakan terkait penanganan stunting berpayung pada pembentukan Gerakan


Nasional Percepatan Perbaikan Gizi ditetapkan Pemerintah melalui Peraturan
Presiden No 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi
yang didasari oleh dua peraturan perundangan, yaitu Pasal 4 ayat (1) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063).

Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi didefinisikan sebagai upaya

8 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
bersama antara pemerintah dan masyarakat melalui penggalangan partisipasi
dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi untuk
percepatan perbaikan gizi masyarakat prioritas pada seribu hari pertama kehidupan.
Tujuan umum Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dimaksudkan untuk
percepatan perbaikan gizi masyarakat prioritas pada seribu hari pertama kehidupan.
Strategi utama Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi meliputi: a) menjadikan
perbaikan gizi sebagai arus utama pembangunan sumber daya manusia, sosial
budaya, dan perekonomian; b) peningkatan kapasitas dan kompetensi sumber daya
manusia di semua sektor baik pemerintah maupun swasta; c) peningkatan intervensi
berbasis bukti yang efektif pada berbagai tatanan yang ada di masyarakat; dan
d) peningkatan partisipasi masyarakat untuk penerapan norma-norma sosial yang
mendukung perilaku sadar gizi.

Gerakan ini diprioritaskan untuk perbaikan gizi pada seribu hari pertama kehidupan
dilaksanakan melalui berbagai kegiatan secara terintegrasi oleh tim intervensi
terintegrasi yang melibatkan 23 kementerian/lembaga terkait. Adapun kegiatan
tersebut meliputi kampanye nasional dan daerah; advokasi dan sosialisasi lintas
sektor dan lintas lembaga; dialog untuk menggalang kerja sama dan kontribusi;
pelatihan; diskusi; intervensi kegiatan gizi langsung (spesifik); intervensi kegiatan gizi
tidak langsung (sensitif); dan kegiatan lain.

Implementasi dari Peraturan Presiden No 42 Tahun 2013 tentang Gerakan


Nasional Percepatan Perbaikan Gizi tersebut di jabarkan ke dalam Strategi
Nasional Percepatan Pencegahan Stunting Periode 2018 – 2024 untuk memastikan
agar semua sumber daya diarahkan dan dialokasikan untuk mendukung dan
membiayai kegiatan-kegiatan prioritas, terutama meningkatkan cakupan dan
kualitas pelayanan gizi pada rumah tangga 1.000 HPK (ibu hamil dan anak usia 0-2
tahun). Dalam Strategi Nasional ini ditetapkan bahwa sasaran prioritas dari Gerakan
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi adalah Ibu hamil dan anak usia 0-2 tahun atau
rumah tangga 1.000 HPK dan intervensi prioritas adalah pada dua kegiatan yaitu
Intervensi Gizi Spesifik dan Intervensi Gizi Sensitif. Intervensi kegiatan gizi langsung
(spesifik) ditujukan untuk tindakan atau kegiatan untuk menangani masalah gizi, yang
pada umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan. Sedangkan Intervensi kegiatan gizi
tidak langsung (sensitif) ditujukan untuk tindakan atau kegiatan pembangunan di
luarsektor kesehatan yang berperan penting dalam perbaikan gizi masyarakat.

9 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | BKB HI Kebijakan & Strategi/ Kebijakan dan Program Anak Usia Dini

Adapun penjabaran intervensi penting pada intervensi gizi spesifik


adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Intervensi Gizi Spesifik

(Sumber : Bahan Tayang Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018 -2024, TNP2K 2018)

Sedangkan penjabaran intervensi penting pada intervensi gizi sensitif adalah


sebagai berikut:
Tabel 1.2 Intervensi Gizi Sensitif

(Sumber : Bahan Tayang Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018 -2024, TNP2K 2018)

10 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Sebagai tindak lanjut, dalam Rancangan Teknokratik RPJMN 2020 – 2024 dan
arah kebijakan pemerintah dalam Rencana Kerja Pemerintah tahun 2020 terkait
Peningkatan SDM untuk Pertumbuhan Berkualitas, Percepatan Perbaikan Gizi
Masyarakat melalui Penurunan Stunting telah dtetapkan sebagai program kunci
untuk mendukung pencapaian Prioritas Nasional I yaitu Pembangunan Manusia dan
Pengentasan Kemiskinan dan Prioritas Nasional II yaitu Peningkatan Akses dan Mutu
Pelayanan Kesehatan.

BKKBN dalam Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting Periode 2018


– 2024 ditetapkan sebagai sebagai salah satu Kementerian/Lembaga yang harus
berkontribusi untuk percepatan pencegahan stunting melalui intervensi kegiatan gizi
tidak langsung (sensitif) dalam bentuk kegiatan Promosi dan Komunikasi Informasi
dan Edukasi (KIE) Pengasuhan pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan sejak saat
kehamilan hingga anak berusia 2 (dua) tahun. Intervensi sensitive ini dilaksanakan
BKKBN melalui kelompok kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) dengan Promosi dan
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) mengenai Pengasuhan 1000 HPK (sejak saat
kehamilan hingga anak berusia 2 tahun) sebagai kegiatan utamanya. Adapun target
dari kegiatan ini adalah meningkatnya jumlah keluarga baduta yang mendapatkan
promosi dan KIE tentang Pengasuhan 1000 HPK di wilayah sasaran 260 Kabupaten/
Kota sejumlah 4.122.784 Keluarga.

BKKBN telah melaksanakan Program Prioritas Promosi dan KIE tentang Pengasuhan
1000 HPK sejak tahun 2017 dengan sasaran 7 Provinsi dengan 8 Kabupaten/
Kota dengan kegiatan utama meliputi kegiatan sosialisasi materi 1000 HPK
dan penanaman 8 Fungsi Keluarga. Sedangkan pada tahun 2018, sasaran
Program Prioritas ini mencakup 100 Kabupaten/Kota dengan kegiatan utama
meliputi kegiatan pengembangan dan pengadaan media KIE serta sosialisasi dan
orientasi bagi Kabupaten/Kota. Pada tahun 2019, sasaran program ini mencakup
160 Kabupaten/Kota dengan kegiatan utama kegiatan berupa penggandaan,
sosialisasi materi dan media KIE serta peningkatan kapasitas pengelola. Sedangkan
rencana Program Prioritas Promosi dan KIE 1000 HPK untuk tahun 2020 sasarannya
mencakup 260 Kabupaten/Kota dengan kegiatan antara lain koordinasi dengan
bidang ADPIN dan Pokja Advokasi daerah; Monitoring dan Evaluasi Pro PN;
Peningkatan Kapasitas Pengelola Pro PN; serta Sosialisasi Materi dan Media KIE Pro
PN. Data jumlah Kabupaten/Kota lokasi intervensi kegiatan Promosi media dan KIE
1000 HPK dari tahun 2017 – 2020 dapat dilihat pada tabel berikut

11 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | BKB HI Kebijakan & Strategi/ Kebijakan dan Program Anak Usia Dini

Tabel 1.3 Data Sasaran Keluarga Baduta di Kabupaten/Kota Lokasi Intervensi


Tahun 2017 - 2020

No Tahun Kabupaten/ Kota Jumlah Sasaran Keluarga yang


Mempunyai Balita
1 2017 8 Belum ada target
2 2018 100 2.353.789
3 2019 160 2.831.614
4 2020 260 4.122.784

Pokok-pokok kebijakan, strategi dan kegiatan dalam melaksanakan Pengelolaan


model keterpaduan kelompok BKB dengan Posyandu dan PAUD adalah sebagai
berikut :
1. Peningkatan akses, pemerataan, serta kelengkapan jenis pelayanan
pengembangan anak usia dini;
2. Peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan pengembangan anak usia
dini;
3. Peningkatan koordinasi dan kerjasama lintas sektor, serta kemitraan antar
institusi pemerintah, lembaga penyelenggara layanan, dan organisasi terkait,
baik lokal, nasional, maupun internasional;
4. Penguatan kelembagaan dan dasar hukum, serta melibatkan masyarakat
termasuk dunia usaha dan media masa dalam penyelenggaraan pelayanan
pengembangan anak usia dini

Kebijakan dan Strategi dalam Pengembangan Program Pengasuhan Anak Usia


Dini Dalam Rangka Pencegahan Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita
(BKB HI)
1. Kuantitas BKB HI
a. Setiap Perwakilan BKKBN Provinsi harus membentuk 1 (satu) BKB HI pada
tahun 2019;
b. Tahun 2019, kabupaten/kota bisa membentuk 1 (satu) BKB HI yang telah
memenuhi kriteria.
2. Kualitas BKB HI
a. BKB HI merupakan model pengembangan bagi kelompok BKB lainnya;
b. BKB HI harus menambah substansi materi yang diberikan kepada anggota
kelompok (diluar materi wajib);
c. Kader BKB HI harus sudah mengikuti pelatihan Kader BKB;
d. Kader BKB HI mendapatkan pelatihan/orientasi lainnya diluar pelatihan
Kader BKB

12 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
C. Strategi Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka
Pencegahan Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita
(BKB HI)

1. Meningkatkan pemahaman orangtua, keluarga, dan pengasuh pengganti


dalam melakukan pengasuhan dan tumbuh kembang anak secara optimal;
2. Menyelenggarakan pelayanan pengembangan anak usia dini yang merata
dan terjangkau;
3. Meningkatkan kualitas pelayanan pengembangan anak usia dini;
4. Meningkatkan komitmen, koordinasi dan kerjasama antar institusi pemerintah,
lembaga penyelenggara layanan, dan organisasi terkait Advokasi kepada
stakeholder dan mitra kerja program Bina Keluarga Balita;
5. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) melalui berbagai media;
6. Peningkatan dukungan politis/komitmen;
7. Penguatan kerjasama dengan mitra potensial (K/L, swasta, PT, LSM, organisasi
pemuda, organisasi profesi, dll);
8. Mendekatkan akses pelayanan poktan, PPKS & PIK;
9. Penyediaan substansi materi melalui berbagai media;
10. Peningkatan kualitas SDM (pelatihan, orientasi, sertifikasi);
11. Peningkatan sarana & prasarana;
12. Peningkatan pembiayaan;
13. Monitoring dan evaluasi terpadu (komponen, sektor & mitra terkait);
14. Pemanfaatan hasil penelitian, survey & Pendataan Keluarga;
15. Peningkatan akuntabilitas program.

Kebijakan dan strategi Pengembangan Program Pengasuhan Anak Usia Dini


Dalam Rangka Pencegahan Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita (BKB
HI) tersebut kemudian dijabarkan dalam mekanisme pelaksanaan Program Prioritas
Nasional (PRO PN) Promosi dan KIE 1000 HPK dalam rangka pencegahan Stunting.

D. Rangkuman

BKKBN dalam Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting Periode 2018


– 2024 ditetapkan sebagai sebagai salah satu Kementerian/Lembaga yang harus
berkontribusi untuk percepatan pencegahan stunting melalui intervensi kegiatan gizi
tidak langsung (sensitif) dalam bentuk kegiatan Promosi dan Komunikasi Informasi
dan Edukasi (KIE) Pengasuhan pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan sejak saat
kehamilan hingga anak berusia 2 (dua) tahun. Intervensi sensitive ini dilaksanakan
BKKBN melalui kelompok kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) dengan Promosi dan
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) mengenai Pengasuhan 1000 HPK (sejak saat
kehamilan hingga anak berusia 2 tahun) sebagai kegiatan utamanya. Adapun target

13 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | BKB HI Kebijakan & Strategi/ Kebijakan dan Program Anak Usia Dini

dari kegiatan ini adalah meningkatnya jumlah keluarga baduta yang mendapatkan
promosi dan KIE tentang Pengasuhan 1000 HPK di wilayah sasaran 260 Kabupaten/
Kota sejumlah 4.122.784 Keluarga.

Pokok-pokok kebijakan dalam melaksanakan Pengelolaan model keterpaduan


kelompok BKB dengan Posyandu dan PAUD adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan akses, pemerataan, serta kelengkapan jenis pelayanan
pengembangan anak usia dini;
2. Peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan pengembangan anak usia
dini;
3. Peningkatan koordinasi dan kerjasama lintas sektor, serta kemitraan antar
institusi pemerintah, lembaga penyelenggara layanan, dan organisasi terkait,
baik lokal, nasional, maupun internasional;
4. Penguatan kelembagaan dan dasar hukum, serta melibatkan masyarakat
termasuk dunia usaha dan media masa dalam penyelenggaraan pelayanan
pengembangan anak usia dini

Sedangkan pokok strategi dalam Pengembangan Program Pengasuhan Anak


Usia Dini Dalam Rangka Pencegahan Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita
(BKB HI) adalah sebagai berikut:
1. Kuantitas BKB HI
a. Setiap Perwakilan BKKBN Provinsi harus membentuk 1 (satu) BKB HI pada
tahun 2019;
b. Tahun 2019, kabupaten/kota bisa membentuk 1 (satu) BKB HI yang telah
memenuhi kriteria.
2. Kualitas BKB HI
c. BKB HI merupakan model pengembangan bagi kelompok BKB lainnya;
d. BKB HI harus menambah substansi materi yang diberikan kepada anggota
kelompok (diluar materi wajib);
e. Kader BKB HI harus sudah mengikuti pelatihan Kader BKB;
f. Kader BKB HI mendapatkan pelatihan/orientasi lainnya diluar pelatihan
Kader BKB

Q
E. Latihan/ Evaluasi

SOAL PILIHAN GANDA


Petunjuk :
Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang paling
tepat.
1. Peraturan Kepala BKKBN yang menjadi payung dalam pengembangan kelompok
BKB HI adalah
a. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 12 tahun 2018 tentang Pengelolaan Bina

14 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Keluarga Balita Holistik Integratif
b. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 14 tahun 2018 tentang Pengelolaan Bina
Keluarga Balita Holistik Integratif
c. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 12 tahun 2019 tentang Pengelolaan Bina
Keluarga Balita Holistik Integratif
d. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 14 tahun 2019 tentang Pengelolaan Bina
Keluarga Balita Holistik Integratif

2. Stunting adalah
a. Kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari
kekurangan
gizi kronis sehingga tinggi badan anak tidak sesuai dengan umurnya
b. Kondisi anemia pada remaja dan ibu hamil
c. Kondisi kelebihan gizi termasuk obesitas baik pada balita maupun orang dewasa
d. Kondisi terpenuhinya kebutuhan fisik (gizi) dan mental ibu serta bayi selama
masa kehamilan hingga anak menginjak usia 2 (dua) tahun

3.
Pembentukan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi ditetapkan
Pemerintah melalui:
a. Peraturan Presiden No 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi
b. Peraturan Presiden No 45 Tahun 2014 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi
c. Peraturan Presiden No 46 Tahun 2015 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi
d. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 14 tahun 2019 tentang Pengelolaan Bina
Keluarga Balita Holistik Integratif

4. BKKBN telah melaksanakan Program Prioritas Promosi dan KIE tentang Pengasuhan
1000 HPK sejak tahun
a. 2017
b. 2019
c. 2018
d. 2020

5. Pada tahun 2018, sasaran Program Prioritas Promosi dan KIE tentang Pengasuhan
1000 HPK mencakup:
a. 100 Kabupaten/Kota
b. 50 Kabupaten/Kota
c. 30 Kabupaten/Kota
d. 7 Provinsi 8 Kabupaten/Kota

15 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | BKB HI Kebijakan & Strategi/ Kebijakan dan Program Anak Usia Dini

6. Pada tahun 2018, sasaran Program Prioritas Promosi dan KIE tentang Pengasuhan
1000 HPK mencakup
a. 260 Kabupaten/Kota
b. 100 Kabupaten/Kota
c. 30 Kabupaten/Kota
d. 7 Provinsi 8 Kabupaten/Kota

7. Berikut ini adalah pokok kebijakan, strategi dan kegiatan dalam melaksanakan
Pengelolaan model keterpaduan kelompok BKB dengan Posyandu dan PAUD,
kecuali
a. Peningkatan akses terhadap pelayanan alokon KB
b. Peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan pengembangan anak usia
dini;
c. Peningkatan koordinasi dan kerjasama lintas sektor, serta kemitraan antar
institusi pemerintah,
lembaga penyelenggara layanan, dan organisasi terkait, baik lokal, nasional,
maupun internasional;
d. Penguatan kelembagaan dan dasar hukum, serta melibatkan masyarakat
termasuk dunia usaha
dan media masa dalam penyelenggaraan pelayanan pengembangan anak
usia dini

8. Intervensi kegiatan gizi langsung (spesifik) ditujukan untuk


a. Tindakan atau kegiatan untuk menangani masalah gizi, yang pada umumnya
dilakukan oleh sektor kesehatan
b. Tindakan atau kegiatan pembangunan di luarsektor kesehatan yang berperan
penting dalam perbaikan gizi masyarakat
c. Dialog untuk menggalang kerja sama dan kontribusi untuk Program Prioritas
Promosi dan KIE tentang Pengasuhan 1000 HPK
d. Advokasi dan sosialisasi lintas sektor dan lintas lembaga untuk Program Prioritas
Promosi dan KIE tentang Pengasuhan 1000 HPK

9. Intervensi kegiatan gizi tidak langsung (sensitif) ditujukan untuk


a. Tindakan atau kegiatan untuk menangani masalah gizi, yang pada umumnya
dilakukan oleh sektor kesehatan
b. Tindakan atau kegiatan pembangunan di luarsektor kesehatan yang berperan
penting dalam perbaikan gizi masyarakat
c. Dialog untuk menggalang kerja sama dan kontribusi untuk Program Prioritas
Promosi dan KIE tentang Pengasuhan 1000 HPK
d. Advokasi dan sosialisasi lintas sektor dan lintas lembaga untuk Program Prioritas
Promosi dan KIE tentang Pengasuhan 1000 HPK

16 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
10. BKKBN berkontribusi untuk percepatan pencegahan stunting melalui kegiatan
Promosi dan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Pengasuhan pada periode
1000 Hari Pertama Kehidupan sejak saat kehamilan hingga anak berusia 2 (dua)
tahun yang dikategorikan sebagai
a. Intervensi kegiatan gizi tidak langsung (sensitif)
b. Intervensi kegiatan gizi langsung (spesifik)
c. Dialog untuk menggalang kerja sama dan kontribusi untuk Program Prioritas
Promosi dan KIE
tentang Pengasuhan 1000 HPK
d. Advokasi dan sosialisasi lintas sektor dan lintas lembaga untuk Program Prioritas
Promosi dan
KIE tentang Pengasuhan 1000 HPK

17 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | BKB HI Kebijakan & Strategi/ Kebijakan dan Program Anak Usia Dini

BAB III
MEKANISME PELAKSANAAN DAN
PENGEMBANGAN PROGRAM
PENGASUHAN ANAK USIA DINI
DALAM RANGKA PENCEGAHAN
STUNTING MELALUI KELOMPOK
BINA KELUARGA BALITA
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat membahas
tentang Mekanisme Pelaksanaan Program Prioritas Nasional
(PRO PN) Promosi dan KIE 1000 HPK dalam rangka Pencegahan
Stunting dan Mekanisme Pengembangan Program Pengasu-
han Anak Usia Dini dalam rangka Pencegahan Stunting melalui
Kelompok Bina Keluarga Balita

18 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Dalam bab ini akan diuraikan Mekanisme Pelaksanaan Program Prioritas Nasional
(PRO PN) Promosi dan KIE 1000 HPK dalam rangka Pencegahan Stunting dan
Mekanisme Pengembangan Program Pengasuhan Anak Usia Dini dalam rangka
Pencegahan Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita.

A. Latar Belakang

Dalam rangka mendukung Nawa Cita ke-5, “Meningkatkan Kualitas Hidup


Manusia dan Masyarakat Indonesia”, Pemerintah Presiden Jokowi telah menetapkan
pembangunan manusia sebagai insan dan sumber daya bagi kemajuan suatu
bangsa dan negara, mulai dari dalam kandungan ibu sampai usia lanjut, sebagai
salah satu langkah strategis yang harus dilakukan Kementerian/Lembaga untuk
pencapaian target Nawa Cita Ke-5. BKKBN sebagai salah satu Lembaga yang
diminta untuk berkontribusi pada pencapaain target Nawa Cita Ke-5 tersebut
telah menetapkan arah kebijakan yang tertuang dalam Renstra BKKBN Tahun 2020-
2024, salah satunya yaitu kebijakan peningkatan pembangunan keluarga tentang
pemahaman orang tua mengenai pentingnya keluarga dalam pengasuhan
tumbuh kembang balita dan anak, melalui: layanan pengembangan anak usia dini
yang Holistik, Integratif (PAUD HI) yang meliputi kesehatan, gizi, pengasuhan dan
perlindungan. Kebijakan tersebut merupakan sarana untuk mewujudkan keluarga
yang berkualitas sehingga dari keluarga dapat menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas.

Intervensi ini sangat penting untuk dilaksanakan mengingat dalam keseluruhan


siklus hidup manusia, masa balita merupakan periode paling kritis karena proses
tumbuh kembang berlangsung sangat cepat. Masa tersebut merupakan periode
“emas” yang apabila anak dibina dengan baik akan mendukung keberhasilan
tahap perkembangan selanjutnya. Perkembangan emosi, sosial dan kecerdasan
sebagai tahap awal dari pembentukan dasar kemampuan, mental, intelektual dan
moral sangat menentukan sikap, nilai dan perilaku anak di masa dewasa. Anak
perlu mendapatkan pembinaan dan stimulasi yang tepat sesuai tahapan usia anak
untuk mencapai kondisi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

Disisi lain, saat ini pembangunan kesehatan dan gizi dalam peningkatan kualitas
sumber daya manusia di Indonesia masih dihadapkan pada tantangan masalah gizi
ganda, yaitu kekurangan gizi seperti wasting (kurus) dan stunting (pendek) pada
balita, anemia pada remaja dan ibu hamil serta kelebihan gizi termasuk obesitas
baik pada balita maupun orang dewasa.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima
tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga tinggi badan anak tidak sesuai
dengan umurnya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada

19 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | BKB HI Kebijakan & Strategi/ Kebijakan dan Program Anak Usia Dini

masa awal setelah bayi lahir, tetapi kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia
2 tahun. Stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap
penyakit, menurunkan produktivitas, menghambat pertumbuhan ekonomi, dan
meningkatkan kemiskinan serta kesenjangan.

Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 terkait Status Gizi Balita, prevalensi balita stunting
telah turun dari 37,2% pada tahun 2013 menjadi 30,8% pada tahun 2018. Terlepas
dari capaian tersebut, Indonesia saat ini masih termasuk negara dengan prevalensi
stunting kelima terbesar di dunia dan dihadapkan pada tantangan percepatan
penurunan stunting masih cukup besar, yaitu:
1. Proporsi Berat Badan Lahir Rendah (< 2500 gram /BBLR) mengalami kenaikan
tipis dari 5,7 pada tahun 2013 menjadi 6,2% pada tahun 2018;
2. Panjang badan lahir kurang dari 48 cm mengalami kenaikan dari 20% pada
tahun 2013 menjadi 237,7% tahun 2018;
3. Proporsi Imunisasi Dasar lengkap pada anak usia 12 – 23 bulan mengalami
penurunan dari 59,2% pada tahun 2013 menjadi 57,9% di tahun 2018. Sedangkan
proporsi anak yang tidak imunisasi meningkat dari 8,7% pada tahun 2013
menjadi 9,2% pada tahun 2018.

Masalah gizi stunting yang disebabkan karena kekurangan gizi kronis dapat
terjadi karena masih terbatasnya pemahaman tentang pengasuhan. Hal ini dapat
dicegah dengan meningkatkan kualitas pengasuhan anak, tidak hanya dilakukan
ketika anak sudah lahir, tetapi juga dilakukan sejak anak masih berada di dalam
kandungan sehingga orang tua dan keluarga dapat meminimalisir faktor risiko
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, salah satunya seperti kekurangan
gizi kronis. Oleh karenanya, peningkatan upaya promotif dan preventif dalam rangka
perbaikan gizi melalui optimalisasi pengasuhan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
menjadi hal yang penting untuk dilaksanakan sebagai salah satu upaya untuk
memastikan terpenuhinya kebutuhan fisik (gizi) dan mental ibu serta bayi selama
masa kehamilan hingga anak menginjak usia 2 (dua) tahun.

B. Mekanisme Pelaksanaan Program Prioritas Nasional (PRO PN)


Promosi dan KIE 1000 HPK dalam rangka Pencegahan
Stunting

1. Perencanaan
a. Penentuan wilayah sasaran stunting sebanyak 260 kabupaten/kota oleh
TNP2K dan Bappenas;
b. Target keluarga baduta di wilayah sasaran stunting berdasarkan hasil
Pendataan Keluarga tahun 2015 pada tingkat Kabupaten/Kota;
c. Rencana kegiatan dituangkan ke dalam RKAKL Perwakilan BKKBN Provinsi

20 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
berdasarkan Struktur Program dan Anggaran yang disusun oleh Biro
Perencanaan.

Rencana Pelaksanaan Kegiatan Pro PN di tingkat provinsi dilakukan sesuai dengan


tabel berikut.

Tabel 2.1 Panduan Rencana Pelaksanaan Kegiatan Pro PN

Sumber : Petunjuk Teknis Pryek Prioritas Nasional Promosi dan KIE Pengasuhan 1000 HPK dalam rangka
Pencegahan Stunting, 2020)

2. Pelaksanaan
a. BKKBN Pusat
BKKBN Pusat dalam hal ini adalah Direktorat Bina Keluarga balita dan Anak
sebagai penanggung jawab Pro PN Promosi dan KIE Pengasuhan 1000
Hari Pertama Kehidupan dengan kegiatan sebagai berikut:
1) Menyusun petunjuk Teknis Pro PN;
2) Menyiapkan prototype materi dan media KIE 1000 HPK dalam
pengasuhandan pembinaan tumbuh kembang balita dan anak;
3) Koordinasi lintas sektor dengan Bappenas, Kementerian Kesehatan dan
Kementerian Dalam Negeri terkait dengan segmentasi sasaran (data basis
stunting)
4) Workshop Pro PN yang bertujuan untuk mensosialisasikan petunjuk teknis Pro
PN dan prototype BKB Kit Stunting yang sudah direvisi dalam pengasuhan
dan pembinaan tumbuh kembang balita dan anak;
5) Monitoring dan evaluasi (monev) dengan tujuan pembinaan pelaksanaan
Pro PN di tingkat provinsi dengan melakukan video conference (vicon) yang
dilaksanakan setiap bulan dan kunjungan lapangan
6) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan Pro PN per triwulan dan setiap

21 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | BKB HI Kebijakan & Strategi/ Kebijakan dan Program Anak Usia Dini

tahun untuk dilaporkan ke Kantor Staf Presiden (KSP).

b. Perwakilan BKKBN Provinsi


Perwakilan BKKBN Provinsi dalam hal ini adalah Bidang Keluarga Sejahtera
dan Pemberdayaan Keluarga dapat berkoordinasi dengan bidang
lain dilingkungan Perwakilan BKKBN Provinsi dalam melaksanakan kegiatan
sebagai berikut:
1) Koordinasi dengan bidang adpin dan pokja advokasi daerah untuk
melakukan advokasi kepada pemangku kebijakan daerah dan mitra kerja
tentang Pro PN Promosi dan KIE Pengasuhan 1000 Hari Pertama Kehidupan
dalam menurunkan prevalensi stunting, agar kegiatan Promosi dan KIE
Pengasuhan 1000 Hari Pertama Kehidupan dalam menurunkan prevalensi
stunting dapat dialokasikan dalam APBD

2) Monitoring dan Evaluasi Pro PN kabupaten/kota di wilayahnya yang


merupakan bagian dari 260 kabupaten/kota lokus stunting dilakukan
dengan cara menyusun jadwal monitoring dan evaluasi di Kabupaten/kota
tersebut dan melaksanakan Monev sesuai dengan jadwal yang disusun.
Kegiatan monitoring dan evaluasi Pro PN juga meliputi:
a) Melaporkan realisasi kegiatan melalui Sistem Informasi Keluarga (SIGA),
Aplikasi Smart dan E-Monev yang berkoordinasi dengan Kasubag
Perencanaan setiap bulan;
b) Melaporkan realisasi kegiatan setiap bulan ke Direktorat Bina Keluarga
Balita dan Anak ke alamat email ditbalnak.kspk@gmail.com paling lambat
tanggal
c) Menyusun laporan tahunan paling lambat tanggal 15 Desember pada
tahun berjalan.

3) Peningkatan Kapasitas Pengelola Pro PN


a) Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
pengelola Pro PN
b) Sasaran kegiatan ini adalah Pengelola Proyek Prioritas Nasional di 260
Kabupaten/Kota (PKB/PLKB, Kader BKB);
c) Bentuk Kegiatan berupa workshop dengan materi pengenalan dan
penerapan Modul BKB EMAS
d)Adapun buku saku Pengasuhan 1000 HPK dan buku Penanaman dan
Penerapan Nilai Karakter 8 Fungsi Keluarga dijadikan sebagai referensi lain
bagi pengelola Pro PN dalam rangka memperdalam pengetahuannya
e) Materi dapat diunduh di https://cis.bkkbn.go.id/kspk/

4) Sosialisasi materi dan media KIE Pro PN


a) Tujuan kegiatan ini untuk memberikan informasi dan pemahaman kepada

22 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
orangtua keluarga baduta tentang pentingnya Pengasuhan 1000 HPK
dalam penurunan prevalensi stunting
b) Sasaran kegiatan ini adalah keluarga baduta di 260 Kabupaten/Kota
c) Bentuk Kegiatan berupa pertemuan fullday/halfday dan sosialisasi melalui
berbagai media ( koordinasi dengan bidang adpin Provinsi ) di tingkat
kabupaten/kota dengan peserta keluarga baduta.
d) Referensi materi untuk kegiatan sosialisasi terdiri dari: Buku saku Pengasuhan
1000 HPK; Buku Penanaman dan Penerapan Nilai Karakter melalui 8 Fungsi
Keluarga; Modul BKB EMAS
e) Media KIE terdiri dari Leaflet, Poster, Infografis, PSA Radio
f) Referensi materi dan dan media KIE dapat diunduh
di https://cis.bkkbn.go.id/kspk

3. Alokasi Jadwal Kegiatan


Secara garis besar alokasi jadwal kegiatan dalam Pelaksanaan Program Prioritas
Nasional (PRO PN) Promosi dan KIE 1000 HPK dalam rangka Pencegahan Stunting
adalah sebagai berikut:

Tabel. 2.2 Alokasi Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pro PN

Sumber : Petunjuk Teknis Pryek Prioritas Nasional Promosi dan KIE Pengasuhan 1000 HPK dalam rangka
Pencegahan Stunting, 2020)

4. Pembiayaan
Pendanaan pelaksanaan kegiatan ini bersumber dari Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) melalui DIPA Perwakilan BKKBN Provinsi sesuai dengan
target ditetapkan.

23 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | BKB HI Kebijakan & Strategi/ Kebijakan dan Program Anak Usia Dini

C. Mekanisme Pengembangan Program Pengasuhan Anak Usia


Dini Dalam Rangka Pencegahan Stunting melalui Kelompok
Bina Keluarga Balita

1. Tahapan Pembentukan BKB HI


Pembentukan BKB HI dilakukan oleh pengelola Program Bina Keluarga Balita
tingkat Pusat/Perangkat Daerah KB provinsi, Perangkat Daerah Kabupaten dan
Kota bersama mitra kerja. Adapun tahapan dalam pembentukan BKB adalah
sebagai berikut:
a. Mengkompilasi Data Kelompok BKB
1. Kompilasi data BKB dilakukan oleh Perangkat Daerah Kabupaten dan
Kota yang bersumber dari data kegiatan kelompok BKB yang ada di
kecamatan dan desa/kelurahan;
2. Perwakilan BKKBN Provinsi (Bidang KSPK) mengompilasi data kelompok
BKB yang akan dijadikan sebagai BKB-HI dari Kabupaten dan Kota

b. Pemetaan Wilayah
1. Pemetaan wilayah ini diawali dengan menyeleksi kelompok-kelompok
BKB yang telah memenuhi kriteria yang ditetapkan untuk menjadi BKB HI,
baik di tingkat Kabupaten/kota dan provinsi;
2. Perangkat Daerah Kabupaten dan Kota memetakan kecamatan yang
memiliki kelompok BKB yang akan dijadikan kelompok BKB HI;
3. Berdasarkan pemetaan kelompok BKB dari kecamatan tersebut Perangkat
Daerah kabupaten dan kota menetapkan satu kecamatan yang menjadi
lokasi BKB HI untuk tingkat Kabupaten dan Kota;
4. Perwakilan BKKBN provinsi memetakan kabupaten dan kota yang memiliki
kelompok BKB yang akan dijadikan kelompok BKB HI;
5. Berdasarkan pemetaan kelompok BKB dari kabupaten dan kota tersebut
Perwakilan BKKBN provinsi menetapkan satu Kabupaten dan Kota yang
menjadi lokasi BKB HI untuk tingkat Provinsi.

c. Pendekatan pada pemangku kepentingan, tokoh masyarakat, dan mitra


kerja terkait dalam rangka pembentukan BKB HI.
d. Penggalangan Kesepakatan yang dilaksanakan dalam pertemuan yang
membahas tentang pentingnya dan manfaat adanya BKB HI, dengan
kesepakatan bersama perlunya dibentuk BKB HI di setiap provinsi.
e. Pengesahan pembentukan BKB-HI, ditandai dengan SK BKB HI yang
ditandatangani oleh Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi.
f. Kriteria kelompok BKB yang dapat dijadikan sebagai kelompok BKB HI
ditetapkan berdasarkan syarat syarat sebagai berikut:
a. Legalitas: dari aspek legalitas kelompok BKB-HI yang ada harus sudah

24 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
memiliki SK pembentukan kelompok BKB-HI yang ditandatangani oleh
kepala desa/lurah, camat dan atau bupati/walikota;
b. Kepengurusan: Jumlah pengurus ≥ 3 orang;
c. Kader : Jumlah kader: > 4 orang (setiap kader harus menguasai materi
Orangtua Hebat serta materi pengasuhan tumbuh kembang balita dan
anak);
d. Jumlah kader terlatih ≥ 2 orang kader (sudah mengikuti pelatihan BKB);
e. Persentase kader berstatus PUS yang ikut KB ≥ 75% dari jumlah kader yang
masih PUS

2. Sasaran kegiatan
a. Persentase keluarga yang memiliki Balita menjadi anggota BKB sebesar ≥ 50
% dari jumlah Keluarga yang memiliki Balita;
b. Persentase keluarga ikut BKB yang aktif atau hadir dalam pertemuan rata-
rata sebesar ≥ 50 % dari jumlah anggota BKB;
c. Persentase anggota BKB yang PUS dan ikut KB sebesar ≥ 75% dari jumlah
anggota BKB PUS;
d. Persentase anggota BKB Balita yang rentan mendapatkan kunjungan rumah
dan rujukan dari kader

3. Kegiatan Kelompok
a. Pertemuan penyuluhan dilaksanakan minimal 1 kali dalam sebulan;
b. Materi penyuluhan menjadi orangtua hebat;
c. Kegiatan integrasi: melaksanakan minimal 12 kali kegiatan terpadu dengan
kegiatan lain dalam satu tahun. Contoh : kegiatan Kelompok BKB terintegrasi
dengan Posyandu Balita, PAUD;
d. Melaksanakan kegiatan pendampingan serta kunjungan rumah Balita yang
dilakukan oleh keluarga dan kader pendamping;
e. Kegiatan usaha ekonomi produktif: ada usaha kelompok, digunakan di
lingkungan sendiri dan dipasarkan di luar kelompok;
f. Memiliki pencatatan dan pelaporan yang lengkap, terdiri dari:
1) buku daftar anggota;
2) buku daftar hadir anggota;
3) buku kegiatan;
4) buku catatan keuangan;
5) catatan pendukung lain;
6) Formulir K/0/BKB;
7) Formulir R/1/BKB
g. Sarana dan prasarana BKB
1) Buku pedoman pengelolaan program keluarga BKB;
2) Buku materi menjadi orangtua hebat;
3) Sarana Penyuluhan:

25 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | BKB HI Kebijakan & Strategi/ Kebijakan dan Program Anak Usia Dini

a) BKB Kit;
b) Lembar Balik BKB;
c) Kartu Kembang Anak
h. Media Promosi dan KIE kelompok BKB
i. Dana Dukungan dana berasal dari minimal 2 sumber anggaran (APBD/APBN/
Mitra/Swadaya)
j. Pembimbingan
1) Memperoleh pembimbingan >2 tingkatan wilayah (desa/kelurahan,
kecamatan, kabupaten dan kota);
2) Frekuensi pembimbingan yang diperoleh dalam 1 tahun: >6 kali
pembimbingan.

4. Pengelolaan BKB-HI
a. Perencanaan
1) Sumberdaya Manusia
Sumber daya manusia untuk BKB HI terdiri dari:
a) Pengelola BKB HI adalah SDM yang dipercaya dan bertanggungjawab
terhadap keberlangsungan kegiatan BKB HI yang dapat direkrut dari
pengurus kelompok BKB yang ada atau diambil dari kader lain yang
memenuhi persyaratan dimaksud.
b) Pelaksana BKB HI adalah kader Kelompok BKB.

2) Anggaran
Mempersiapkan anggaran BKB HI yang dapat bersumber dari:
a) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);
b) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD Tk. I & II);
c) Dana Alokasi Khusus (DAK);
d) Alokasi Dana Desa (ADD);
e) Sponsor/donatur, dan sumber lain yang tidak mengikat.

3) Materi
Materi yang perlu direncanakan adalah materi yang merupakan
pelengkap dari materi yang sudah ada di kelompok BKB-HI, antara lain:
a)Buku/bahan-bahan materi penyuluhan yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi Balita, perawatan dan pengasuhan tumbuh
kembang dan materi lain sesuai dengan kearifan lokal;
b)Media partisipatif menambahkan jumlah media sesuai dengan
perkembangan jumlah anggota kelompok BKB HI, dan pengembangan
media sesuai dengan kearifan lokal;
c) Media promosi dan KIE, antara lain dalam bentuk pembuatan banner,
melalui website, media sosial, radio komunitas.

26 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
4) Metode BKB HI mengacu pada mekanisme dalam penyelenggaraan
BKB HI, antara lain penyuluhan melalui media digital.

5) Prasarana diantaranya sebagai berikut :


a) Perangkat administrasi
Perangkat administrasi perkantoran terdiri dari: meja, kursi, alat tulis kantor,
lemari penyimpan, buku tamu, serta perangkat lain yang diperlukan.

b) Pengorganisasian
Kepengurusan BKB-HI sesuai yang tercantum pada tahap perencanaan
BKB-HI terdiri dari pengelola dan pelaksana. Struktur organisasi pengelola
dapat terdiri dari:
(1) Ketua
(2) Sekretaris
(3) Bendahara
Tugas pokok pengelola dan pelaksana BKB HI yaitu :
(1) Ketua
(a) Memimpin dan bertanggung jawab atas keberhasilan pelaksanaan
BKB HI;
(b) Menyusun rencana kegiatan (program kerja);
(c) Menetapkan segala kebutuhan untuk mendukung kegiatan BKB HI
sesuai dengan perencanaan;
(d) Melakukan pembagian tugas pengelola BKB HI;
(e) Menggalang komitmen dengan stakeholder dan mitra kerja;
(f) Menjaga keberlangsungan operasionalisasi BKB HI;
(g) Melakukan pengembangan program untuk kegiatan
di kelompok BKB HI;
(h) Melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan BKB HI.

(2) Sekretaris
(a) Melaksanakan tugas-tugas ketatausahaan BKB HI;
(b) Merencanakan kebutuhan operasional dan anggaran;
(c) Menyiapkan kebutuhan kegiatan pertemuan penyuluhan sesuai
dengan jadwal yang ditentukan;
(d) Melaporkan kegiatan kepada ketua kelompok BKB HI;
(e) Mendokumentasikan kegiatan BKB HI;
(f) Menginventarisir dan memelihara aset;
(g) Menyusun laporan kegiatan bulanan dan tahunan.

(3) Bendahara
(a) Mencatat pemasukan anggaran dari berbagai sumber dan
pengeluaran keuangan;

27 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | BKB HI Kebijakan & Strategi/ Kebijakan dan Program Anak Usia Dini

(b) Melakukan inovasi dalam mencari sumber pendanaan;


(c) Menyusun laporan keuangan.

(4) Seksi Pelayanan dan Promosi


(a) Mengidentifikasi kader yang memiliki kompetensi untuk memberikan
penyuluhan Materi Menjadi Orangtua hebat yang dikuasainya;
(b) Menetapkan jadwal pertemuan penyuluhan dan kader yang akan
memberikan penyuluhan;
(c) Bekerjasama dengan sekretaris untuk menyiapkan sarana dan
prasarana pertemuan penyuluhan;
(d) Menyiapkan bahan dan media penyuluhan;
(e) Menyiapkan sarana KIE, promosi, dan sosialisasi BKB HI serta
melaksanakan kegiatan-kegiatan dimaksud;
(f) Melaksanakan advokasi kepada stakeholder dan mitra kerja;
(g) Mengoordinasikan dan membina hubungan dengan stakeholder
dan mitrakerja di tingkat desa/kelurahan;
(h) Menyusun laporan kegiatan pelayanan dan promosi BKB HI.

(5) Seksi Pengembangan


(a) Melaksanakan pengembangan kapasitas sumberdaya manusia
antara lain dengan mengajukan usulan kader untuk mengikuti
pelatihan;
(b) Memfasilitasi pengembangan kuantitas BKB HI dengan membimbing
kelompok BKB di lingkungan BKB HI;
(c) Melaksanakan pengembangan kualitas BKB-HI antara lain kemitraan
dengan sektor terkait dan program CSR perusahaan;
(d) Menyusun laporan kegiatan pengembangan BKB HI.

(6) Kader
(a) Mengelola kelompok BKB-HI;
(b) Melakukan pertemuan penyuluhan sesuai jadwal yang telah
ditetapkan;
(c) Melakukan kunjungan rumah;
(d) Melakukan rujukan;
(e) Melakukan pencatatan;
(f) Melakukan pengembangan program BKB-HI bersama
pengelola BKB-HI;
(g) Melakukan konsultasi antara lain kepada Penyuluh Keluarga
Berencana (PKB)/ Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB),
kepala desa/kelurahan, TP PKK tingkat desa, Puskesmas/ Pustu, tokoh
agama, tokoh adat, tokoh masyarakat;
(h) Melakukan kemitraan bersama seksi pengembangan.

28 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
b. Pelaksanaan
Kegiatan utama BKB-HI meliputi:
1) Penyuluhan
Penyuluhan dilaksanakan dalam pertemuan yang dilakukan minimal 1 (satu)
kali setiap bulan.
2) Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah merupakan pembimbingan langsung kepada keluarga
Balita, khususnya yang tidak hadir dalam pertemuan penyuluhan selama 2
kali berturut-turut.
3) Rujukan
Rujukan merupakan kegiatan untuk mengatasi masalah yang dihadapi
anggota BKB HI.
4) Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan meliputi kartu pendaftaran kelompok kegiatan;
register pembinaan ketahanan keluarga Balita; dan lembar pencatatan
Poktan BKB-HI

c. Materi Penyuluhan BKB


1) Pertemuan 1
Perencanaan Hidup Berkeluarga dan Harapan Orangtua Terhadap Masa
Depan Anak
2) Pertemuan 2
Memahami Konsep Diri yang Positif dan Konsep Pengasuhan
3) Pertemuan 3
Peran Orangtua dan Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan
4) Pertemuan 4
Menjaga Kesehatan Anak Usia Dini
5) Pertemuan 5
Pemenuhan Gizi Anak Usia Dini
6) Pertemuan 6
Pembiasaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Anak Usia Dini
7) Pertemuan 7
Stimulasi Perkembangan Gerakan Kasar dan Gearakan Halus
8) Pertemuan 8
Stimulasi Perkembangan Komunikasi Aktif, Komunikasi Pasif dan Kecerdasan
9) Pertemuan 9
Stimulasi Perkembangan Kemampuan Menolong Diri Sendiri dan Tingkah
Laku Sosial
10) Pertemuan 10
Pengenalan Kesehatan Reproduksi Pada Anak Usia Dini
11) Pertemuan 11

29 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | BKB HI Kebijakan & Strategi/ Kebijakan dan Program Anak Usia Dini

Perlindungan dan Partisipasi Anak


12) Pertemuan 12
Menjaga Anak dari Pengaruh Media
13) Pertemuan 13
Pembentukan Karakter Anak Usia Dini

d. Monitoring dan Evaluasi


1) Pelaksana Monitoring dan Evaluasi
Pelaksana monitoring dan evaluasi di tingkat pusat adalah:
a) Bidang yang menangani monitoring dan evaluasi pada Direktorat Bina
Ketahanan Keluarga Balita BKKBN Pusat;
b) Perwakilan BKKBN provinsi;
c) Mitra kerja pusat.

Pelaksana monitoring dan evaluasi di tingkat provinsi adalah


a) Perangkat Daerah (PD) Pengendalian Penduduk dan KB yang
menangani BKB HI;
b) Mitra kerja provinsi.

Pelaksana monitoring dan evaluasi di tingkat kabupaten/kota adalah:


a) Perangkat Daerah (PD) Pengendalian Penduduk dan KB yang
menangani BKB HI;
b) Mitra kerja kabupaten/ kota;

Pelaksana monitoring dan evaluasi di tingkat kecamatan adalah pengelola


Program KKBPK di kecamatan.

Pelaksanaan monitoring dan evaluasi ke BKB HI dilakukan minimal 1 (satu) kali


setiap bulan.

2) Tugas Pelaksana dalam Monitoring dan Evaluasi


a) Menyiapkan berkas dokumen Rencana Strategis (Renstra), Rencana Kerja
Pemerintah (RKP), dan dokumen lain yang mendukung;
b) Menentukan lokasi BKB HI yang menjadi sasaran monitoring dan evaluasi;
c) Menyiapkan instrumen monitoring dan evaluasi BKB HI serta dokumen
pendukung lainnya;
d) Melakukan koordinasi dengan pelaksana program KKBPK provinsi
dan kabupaten/kota, serta Kecamatan; Dokumen yang disiapkan
disesuaikan dengan wilayah.
e) Dokumen yang disiapkan disesuaikan dengan wilayah.

30 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
D. Rangkuman

Mekanisme Pelaksanaan Program Prioritas Nasional (PRO PN) Promosi


dan KIE 1000 HPK dalam rangka Pencegahan Stunting meliputi:
1. Perencanaan
Perencanaan Mekanisme Pelaksanaan Program Prioritas Nasional (PRO PN)
Promosi dan KIE 1000 HPK dalam rangka Pencegahan Stunting meliputi:
a. Penentuan wilayah sasaran stunting sebanyak 260 kabupaten/kota oleh
TNP2K dan Bappenas;
b. Target keluarga baduta di wilayah sasaran stunting berdasarkan hasil
Pendataan Keluarga tahun 2015 pada tingkat Kabupaten/Kota;
c. Rencana kegiatan dituangkan ke dalam RKAKL Perwakilan BKKBN Provinsi
berdasarkan Struktur Program dan Anggaran yang disusun oleh Biro
Perencanaan.

2. Pelaksanaan
Pelaksanaan yang menjadi tanggung jawab BKKBN Pusat meliputi:
a. Menyusun petunjuk Teknis Pro PN;
b. Menyiapkan prototype materi dan media KIE 1000 HPK dalam pengasuhan
dan pembinaan
tumbuh kembang balita dan anak;
c. Koordinasi lintas sektor dengan Bappenas, Kementerian Kesehatan dan
Kementerian Dalam
Negeri terkait dengan segmentasi sasaran (data basis stunting)
d. Workshop Pro PN yang bertujuan untuk mensosialisasikan petunjuk teknis Pro
PN dan prototype BKB Kit Stunting yang sudah direvisi dalam pengasuhan
dan pembinaan tumbuh kembang balita dan anak;
e. Monitoring dan evaluasi (monev) dengan tujuan pembinaan pelaksanaan
Pro PN di tingkat provinsi dengan melakukan video conference (vicon) yang
dilaksanakan setiap bulan dan kunjungan lapangan
f. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan Pro PN per triwulan dan setiap
tahun untuk dilaporkan ke Kantor Staf Presiden (KSP)

Pelaksanaan yang menjadi tanggung jawab Perwakilan BKKBN Provinsi meliputi:
a. Koordinasi dengan bidang adpin dan pokja advokasi daerah untuk melakukan
advokasi kepada pemangku kebijakan daerah dan mitra kerja
b. Monitoring dan Evaluasi Pro PN kabupaten/kota di wilayahnya yang
merupakan bagian dari 260 kabupaten/kota lokus stunting
c. Peningkatan Kapasitas Pengelola Pro PN
d. Sosialisasi materi dan media KIE Pro PN

31 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | BKB HI Kebijakan & Strategi/ Kebijakan dan Program Anak Usia Dini

3. Alokasi Jadwal Kegiatan


Secara garis besar alokasi jadwal kegiatan dalam Pelaksanaan Program Prioritas
Nasional (PRO PN) Promosi dan KIE 1000 HPK dalam rangka Pencegahan Stunting
adalah sebagai berikut:

Tabel. 2.2 Alokasi Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pro PN

Sumber : Petunjuk Teknis Pryek Prioritas Nasional Promosi dan KIE Pengasuhan 1000 HPK dalam rangka
Pencegahan Stunting, 2020)

4. Pembiayaan
Pendanaan pelaksanaan kegiatan ini bersumber dari Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) melalui DIPA Perwakilan BKKBN Provinsi sesuai
dengan target ditetapkan.

E. Mekanisme Pengembangan Program Pengasuhan Anak Usia


Dini Dalam Rangka Pencegahan Stunting melalui Kelompok
Bina Keluarga Balita meliputi:
1. Tahapan Pembentukan BKB HI
Tahapan pembentukan BKB HI meliputi mengkompilasi data kelompok BKB,
serta pemetaan wilayah untuk menyeleksi kelompok-kelompok BKB yang
telah memenuhi kriteria yang ditetapkan untuk menjadi BKB HI, baik di tingkat
Kabupaten/kota dan provinsi. Adapun kriteria kelompok BKB yang
dapat dijadikan sebagai kelompok BKB HI ditetapkan berdasarkan syarat syarat
sebagai berikut:
a. Legalitas: dari aspek legalitas kelompok BKB-HI yang ada harus sudah
memiliki SK pembentukan kelompok BKB-HI yang ditandatangani oleh kepala
desa/lurah, camat dan atau bupati/walikota;
b. Kepengurusan: Jumlah pengurus ≥ 3 orang;
c. Kader : Jumlah kader: > 4 orang (setiap kader harus menguasai materi

32 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Orangtua Hebat serta materi pengasuhan tumbuh kembang balita dan anak);
d. Jumlah kader terlatih ≥ 2 orang kader (sudah mengikuti pelatihan BKB);
e. Persentase kader berstatus PUS yang ikut KB ≥ 75% dari jumlah kader yang
masih PUS

2. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan meliputi:
a. Persentase keluarga yang memiliki Balita menjadi anggota BKB sebesar
≥ 50 % dari jumlah Keluarga yang memiliki Balita;
b. Persentase keluarga ikut BKB yang aktif atau hadir dalam pertemuan
rata-rata sebesar ≥ 50 % dari jumlah anggota BKB;
c. Persentase anggota BKB yang PUS dan ikut KB sebesar ≥ 75% dari
jumlah anggota BKB PUS;
d. Persentase anggota BKB Balita yang rentan mendapatkan kunjungan
rumah dan rujukan dari kader

3. Kegiatan Kelompok
Kegiatan kelompok BKB HI meliputi:
a. Pertemuan penyuluhan dilaksanakan minimal 1 kali dalam sebulan;
b. Materi penyuluhan menjadi orangtua hebat;
c. Kegiatan integrasi: melaksanakan minimal 12 kali kegiatan terpadu dengan
kegiatan lain dalam satu tahun. Contoh : kegiatan Kelompok BKB terintegrasi
dengan Posyandu Balita, PAUD;
d. Melaksanakan kegiatan pendampingan serta kunjungan rumah Balita yang
dilakukan oleh keluarga dan kader pendamping;
e. Kegiatan usaha ekonomi produktif: ada usaha kelompok, digunakan di
lingkungan sendiri dan dipasarkan di luar kelompok;
f. Memiliki pencatatan dan pelaporan yang lengkap meliputi buku daftar
anggota; buku daftar hadir anggota; buku kegiatan; buku catatan keuangan;
catatan pendukung lain; Formulir K/0/BKB; dan Formulir R/1/BKB
g. Memiliki sarana dan prasarana BKB, meliputi Buku pedoman pengelolaan
program keluarga BKB; Buku materi menjadi orangtua hebat; serta Sarana
Penyuluhan (BKB Kit; Lembar Balik BKB; serta Kartu Kembang Anak)
h. Media Promosi dan KIE kelompok BKB
i. Dana Dukungan dana berasal dari minimal 2 sumber anggaran (APBD/APBN/
Mitra/Swadaya)
j. Pembimbingan
Memperoleh pembimbingan >2 tingkatan wilayah (desa/kelurahan,
kecamatan, kabupaten dan kota); serta frekuensi pembimbingan yang
diperoleh dalam 1 tahun >6 kali pembimbingan.

33 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | BKB HI Kebijakan & Strategi/ Kebijakan dan Program Anak Usia Dini

4. Pengelolaan BKB HI
a. Perencanaan
Perencanaan pengelolaan Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam
Rangka Pencegahan Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita meliputi
perencanaan sumber daya manusia, anggaran, materi, metode, pra sarana
(perangkat administrasi, pengorganisasian kepengurusan serta tugas pokok
kepengurusan meliputi ketua, sekretaris, bendahara, seksi pelayanan dan
promosi, seksi pengembangan, serta Kader)
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka Pencegahan
Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita meliputi penyuluhan,
kunjungan rumah, rujukan serta pencatatan dan pelaporan
c. Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan pada Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka
Pencegahan Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita meliputi materi
pertemuan 1 sampai dengan materi pertemuan 13.
d. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi pada Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam
Rangka Pencegahan Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita meliputi
penjabaran petugas dan tugas dari pelaksana monitoring dan evaluasi
dari tingkat pusat sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota. Pelaksanaan
monitoring dan evaluasi ke BKB HI dilakukan minimal 1 (satu) kali setiap bulan.

Q
F. Latihan / Evaluasi
SOAL PILIHAN GANDA
Petunjuk :
Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang paling
tepat.

1. Sasaran kegiatan pengembangan kelompok BKB HI kecuali


a. Persentase keluarga yang memiliki Balita menjadi anggota BKB sebesar ≥ 50 %
dari jumlah Keluarga yang memiliki Balita
b. Persentase keluarga ikut BKB yang aktif atau hadir dalam pertemuan rata-rata
sebesar ≥ 50 % dari jumlah anggota BKB
c. Persentase anggota BKB yang PUS dan ikut KB sebesar ≥ 75% dari jumlah
anggota BKB PUS
d. Persentase anggota PUS KB aktif yang rentan mendapatkan kunjungan rumah
dan rujukan dari kader

2. Pertemuan penyuluhan kegiatan kelompok BKB HI dilaksanakan minimal

34 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
a. 1 kali dalam sebulan
b. 4 kali dalam sebulan
c. 1 kali dalam seminggu
d. 2 kali dalam sebulan

3. Pencatatan dan pelaporan yang harus dimiliki kegiatan kelompok BKB HI meliputi
a. Buku daftar anggota; buku daftar hadir anggota; buku kegiatan; buku catatan
keuangan; catatan pendukung lain; Formulir K/0/BKB; dan Formulir R/1/BKB
b. Buku daftar anggota; buku daftar hadir anggota; buku kegiatan; buku catatan
keuangan; catatan pendukung lain; dan Formulir K/0/BKB
c. Buku daftar anggota; buku daftar hadir anggota; buku kegiatan; buku
catatan keuangan; catatan pendukung lain
d. Buku daftar hadir anggota; buku kegiatan; buku catatan keuangan; catatan
pendukung lain

4. Jumlah pengurus yang harus dimiliki kegiatan kelompok BKB HI


a. ≥ 3 orang
b. ≥ 4 orang
c. ≥ 5 orang
d. ≥ 6 orang

5. Jumlah kader yang harus dimiliki kegiatan kelompok BKB HI


a. > 4 orang
b. ≥ 5 orang
c. ≥ 6 orang
d. ≥ 3 orang

6. Jumlah kader terlatih yang harus dimiliki kegiatan kelompok BKB HI


a. ≥ 2 orang
b. ≥ 5 orang
c. ≥ 6 orang
d. ≥ 3 orang

7. Pelaksanaan Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka Pencegahan


Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita meliputi
a. Penyuluhan, kunjungan rumah, rujukan serta pencatatan dan pelaporan
b. Penyuluhan, kunjungan rumah, serta pencatatan dan pelaporan
c. Penyuluhan, rujukan serta pencatatan dan pelaporan
d. Kunjungan rumah, rujukan serta pencatatan dan pelaporan

35 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | BKB HI Kebijakan & Strategi/ Kebijakan dan Program Anak Usia Dini

8. Berikut ini adalah pelaksana monitoring dan evaluasi di tingkat pusat kecuali
a. Bidang yang menangani monitoring dan evaluasi pada Direktorat Bina
Ketahanan Keluarga Balita BKKBN Pusat
b. Perwakilan BKKBN provinsi
c. Mitra kerja pusat
d. Perangkat Daerah (PD) Pengendalian Penduduk dan KB yang menangani
BKB HI

9. Pelaksana monitoring dan evaluasi BKB HI dilakukan minimal


a. 1 kali dalam sebulan
b. 4 kali dalam sebulan
c. 1 kali dalam seminggu
d. 2 kali dalam sebulan

10. Berikut ini adalah tugas pelaksana dalam monitoring dan evaluasi kecuali
a. Menyiapkan berkas dokumen Rencana Strategis (Renstra), Rencana Kerja
Pemerintah (RKP), dan dokumen lain yang mendukung
b. Menentukan lokasi BKB HI yang menjadi sasaran monitoring dan evaluasi
c. Menyiapkan instrumen monitoring dan evaluasi BKB HI serta dokumen
pendukung lainnya
d. Melakukan kunjungan rumah

36 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

BKKBN dalam Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting Periode 2018


– 2024 ditetapkan sebagai sebagai salah satu Kementerian/Lembaga yang harus
berkontribusi untuk percepatan pencegahan stunting melalui intervensi kegiatan gizi
tidak langsung (sensitif) dalam bentuk kegiatan Promosi dan Komunikasi Informasi
dan Edukasi (KIE) Pengasuhan pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan sejak
saat kehamilan hingga anak berusia 2 (dua) tahun. Intervensi sensitive ini dilaksan-
akan BKKBN melalui kelompok kegiatan Bina Keluarga Balita (BKB) dengan Promosi
dan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) mengenai Pengasuhan 1000 HPK (sejak
saat kehamilan hingga anak berusia 2 tahun) sebagai kegiatan utamanya. Ada-
pun target dari kegiatan ini adalah meningkatnya jumlah keluarga baduta yang
mendapatkan promosi dan KIE tentang Pengasuhan 1000 HPK di wilayah sasaran
260 Kabupaten/Kota sejumlah 4.122.784 Keluarga.

Modul ini membahas tentang kebijakan dan strategi serta mekanisme pelaksan-
aan Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka Pencegahan Stunting mel-
alui Kelompok Bina Keluarga Balita. Pada akhir pembelajaran peserta diharapkan
mampu membahas kebijakan dan strategi serta mekanisme pelaksanaan Program
Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka Pencegahan Stunting melalui Kelompok
Bina Keluarga Balita.

Diharapkan modul ini dapat bermanfaat bagi para peserta diklat untuk mem-
bekali pengelola BKB HI tentang kebijakan dan strategi serta mekanisme pelaksa-
naan Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka Pencegahan Stunting
melalui Kelompok Bina Keluarga Balita sehingga dapat mendorong terlaksanan-
ya kegiatan Proyek Prioritas Nasional Promosi dan KIE Pengasuhan 1000 HPK dalam

37 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | BKB HI Kebijakan & Strategi/ Kebijakan dan Program Anak Usia Dini

rangka Pencegahan Stunting secara lebih terkoordinasi dan terarah.

Hal tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam sosialisasi dan


penerapan pengasuhan pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) pada
pengelola dan pelaksana BKB serta keluarga yang memiliki baduta. Selanjutnya,
semoga Proyek Prioritas Nasional Promosi dan KIE Pengasuhan 1000 HPK dalam
rangka Pencegahan Stunting yang menjadi kewenangan BKKBN ini dapat mem-
berikan sumbangsih terhadap pencegahan stunting di Indonesia melalui kelompok
Bina Keluarga Balita (BKB) dalam upaya tercapainya generasi emas yang sehat,
cerdas, dan berkarakter di masa mendatang.

Q
B. Evaluasi
Rangkuman Soal

SOAL PILIHAN GANDA


Petunjuk :
Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang paling
tepat.

1. Peraturan Kepala BKKBN yang menjadi payung dalam pengembangan kelompok


BKB HI adalah
a. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 12 tahun 2018 tentang Pengelolaan Bina
Keluarga Balita Holistik Integratif
b. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 14 tahun 2018 tentang Pengelolaan
Bina Keluarga Balita Holistik Integratif
c. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 12 tahun 2019 tentang Pengelolaan
Bina Keluarga Balita Holistik Integratif
d. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 14 tahun 2019 tentang Pengelolaan
Bina Keluarga Balita Holistik Integratif

2. Stunting adalah
a. Kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat
dari kekurangan gizi kronis sehingga tinggi badan anak tidak sesuai dengan
umurnya
b. Kondisi anemia pada remaja dan ibu hamil
c. Kondisi kelebihan gizi termasuk obesitas baik pada balita maupun orang
dewasa
d. Kondisi terpenuhinya kebutuhan fisik (gizi) dan mental ibu serta bayi
selama masa kehamilan hingga anak menginjak usia 2 (dua) tahun

3. Pembentukan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi ditetapkan Pemerin-


tah melalui

38 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
a. Peraturan Presiden No 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi
b. Peraturan Presiden No 45 Tahun 2014 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi
c. Peraturan Presiden No 46 Tahun 2015 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi
d. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 14 tahun 2019 tentang Pengelolaan Bina
Keluarga Balita Holistik Integratif

4. BKKBN telah melaksanakan Program Prioritas Promosi dan KIE tentang Pengasu-
han 1000 HPK sejak tahun:
a. 2017
b. 2019
c. 2018
d. 2020

5. Pada tahun 2018, sasaran Program Prioritas Promosi dan KIE tentang
Pengasuhan 1000 HPK mencakup:
a. 100 Kabupaten/Kotaa
b. 50 Kabupaten/Kota
c. 30 Kabupaten/Kota
d. 7 Provinsi 8 Kabupaten/Kota

6. Pada tahun 2018, sasaran Program Prioritas Promosi dan KIE tentang
Pengasuhan 1000 HPK mencakup :
a. 260 Kabupaten/Kotaa
b. 100 Kabupaten/Kota
c. 30 Kabupaten/Kota
d. 7 Provinsi 8 Kabupaten/Kota

7. Berikut ini adalah pokok kebijakan, strategi dan kegiatan dalam melaksanakan
Pengelolaan model keterpaduan kelompok BKB dengan Posyandu dan PAUD,
kecuali:
a. Peningkatan akses terhadap pelayanan alokon KB
b. Peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan pengembangan
anak usia dini;
c. Peningkatan koordinasi dan kerjasama lintas sektor, serta kemitraan antar
institusi pemerintah, lembaga penyelenggara layanan, dan organisasi terkait,
baik lokal, nasional, maupun internasional;
d. Penguatan kelembagaan dan dasar hukum, serta melibatkan masyarakat
termasuk dunia usaha dan media masa dalam penyelenggaraan pelayanan
pengembangan anak usia dini

39 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | BKB HI Kebijakan & Strategi/ Kebijakan dan Program Anak Usia Dini

8. Intervensi kegiatan gizi langsung (spesifik) ditujukan untuk


a. Tindakan atau kegiatan untuk menangani masalah gizi, yang pada
umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan
b. Tindakan atau kegiatan pembangunan di luarsektor kesehatan yang
berperan penting dalam perbaikan gizi masyarakat
c. Dialog untuk menggalang kerja sama dan kontribusi untuk Program Prioritas
Promosi dan KIE tentang Pengasuhan 1000 HPK
d. Advokasi dan sosialisasi lintas sektor dan lintas lembaga untuk Program
Prioritas Promosi dan KIE tentang Pengasuhan 1000 HPK

9. Intervensi kegiatan gizi tidak langsung (sensitif) ditujukan untuk


a. Tindakan atau kegiatan untuk menangani masalah gizi, yang pada
umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan
b. Tindakan atau kegiatan pembangunan di luarsektor kesehatan yang
berperan penting dalam perbaikan gizi masyarakat
c. Dialog untuk menggalang kerja sama dan kontribusi untuk Program Prioritas
Promosi dan KIE tentang Pengasuhan 1000 HPK
d. Advokasi dan sosialisasi lintas sektor dan lintas lembaga untuk Program
Prioritas Promosi dan KIE tentang Pengasuhan 1000 HPK

10.BKKBN berkontribusi untuk percepatan pencegahan stunting melalui kegiatan


Promosi dan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Pengasuhan pada periode
1000 Hari Pertama Kehidupan sejak saat kehamilan hingga anak berusia 2 (dua)
tahun yang dikategorikan sebagai
a. Intervensi kegiatan gizi tidak langsung (sensitif)
b. Intervensi kegiatan gizi langsung (spesifik)
c. Dialog untuk menggalang kerja sama dan kontribusi untuk Program
Prioritas Promosi dan KIE tentang Pengasuhan 1000 HPK
d. Advokasi dan sosialisasi lintas sektor dan lintas lembaga untuk Program
Prioritas Promosi dan KIE tentang Pengasuhan 1000 HPK

11. Sasaran kegiatan pengembangan kelompok BKB HI kecuali


a. Persentase keluarga yang memiliki Balita menjadi anggota BKB sebesar
≥ 50 % dari jumlah Keluarga yang memiliki Balita
b. Persentase keluarga ikut BKB yang aktif atau hadir dalam pertemuan
rata-rata sebesar ≥ 50 % dari jumlah anggota BKB
c. Persentase anggota BKB yang PUS dan ikut KB sebesar ≥ 75% dari jumlah
anggota BKB PUS
d. Persentase anggota PUS KB aktif yang rentan mendapatkan kunjungan
rumah dan rujukan dari kader

40 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
12. Pertemuan penyuluhan kegiatan kelompok BKB HI dilaksanakan minimal
a. 1 kali dalam sebulan
b. 4 kali dalam sebulan
c. 1 kali dalam seminggu
d. 2 kali dalam sebulan

13. Pencatatan dan pelaporan yang harus dimiliki kegiatan kelompok BKB HI meliputi
a. Buku daftar anggota; buku daftar hadir anggota; buku kegiatan;
buku catatan keuangan; catatan pendukung lain; Formulir K/0/BKB;
dan Formulir R/1/BKB
b. Buku daftar anggota; buku daftar hadir anggota; buku kegiatan;
buku catatan keuangan; catatan pendukung lain; dan Formulir K/0/BKB
c. Buku daftar anggota; buku daftar hadir anggota; buku kegiatan;
buku catatan keuangan; catatan pendukung lain
d. Buku daftar hadir anggota; buku kegiatan; buku catatan keuangan;
catatan pendukung lain

14. Jumlah pengurus yang harus dimiliki kegiatan kelompok BKB HI


a. ≥ 3 orang
b. ≥ 4 orang
c. ≥ 5 orang
d. ≥ 6 orang

15. Jumlah kader yang harus dimiliki kegiatan kelompok BKB HI


a. > 4 orang
b. ≥ 5 orang
c. ≥ 6 orang
d. ≥ 3 orang

16. Jumlah kader terlatih yang harus dimiliki kegiatan kelompok BKB HI
a. ≥ 2 orang
b. ≥ 5 orang
c. ≥ 6 orang
d. ≥ 3 orang

17. Pelaksanaan Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka Pencegahan
Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita meliputi
a. Penyuluhan, kunjungan rumah, rujukan serta pencatatan dan pelaporan
b. Penyuluhan, kunjungan rumah, serta pencatatan dan pelaporan
c. Penyuluhan, rujukan serta pencatatan dan pelaporan
d. Kunjungan rumah, rujukan serta pencatatan dan pelaporan

41 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
MODUL | BKB HI Kebijakan & Strategi/ Kebijakan dan Program Anak Usia Dini

18. Berikut ini adalah pelaksana monitoring dan evaluasi di tingkat pusat kecuali
a. Bidang yang menangani monitoring dan evaluasi pada Direktorat Bina
Ketahanan Keluarga Balita BKKBN Pusat
b. Perwakilan BKKBN provinsi
c. Mitra kerja pusat
d. Perangkat Daerah (PD) Pengendalian Penduduk dan KB yang menangani
BKB HI

19. Pelaksana monitoring dan evaluasi BKB HI dilakukan minimal


a. 1 kali dalam sebulan
b. 4 kali dalam sebulan
c. 1 kali dalam seminggu
d. 2 kali dalam sebulan

20. Berikut ini adalah tugas pelaksana dalam monitoring dan evaluasi kecuali
a. Menyiapkan berkas dokumen Rencana Strategis (Renstra), Rencana
Kerja Pemerintah (RKP), dan dokumen lain yang mendukung
b. Menentukan lokasi BKB HI yang menjadi sasaran monitoring dan evaluasi
c. Menyiapkan instrumen monitoring dan evaluasi BKB HI serta dokumen
pendukung lainnya
d. Melakukan kunjungan rumah

42 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Tahun 2020

44 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Anda mungkin juga menyukai