PERANGKAT
TRAINING OF TRAINER (TOT) PELATIHAN TEKNIS BINA KELUARGA BALITA HOLISTIK
INTEGRATIF (BKB HI) DAN PENCEGAHAN STUNTING
BAGI FASILITATOR TINGKAT PROVINSI
Tim Penyusun
Pengarah :
DR. Lalu Makripuddin, M.Si
Penanggung Jawab :
Dadi Ahmad Roswandi, M.Si
Editor:
Umi Hadiyatun, S.Sos.
Tim Teknis :
Yufi Winiastuti, SKM
Desnita Ekaratri W, SS, MPH
Tri Aryadi, S.Psi.
Ratu Chaira Vielananda, S.Pd.
Sugeng
Diterbitkan oleh :
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur 13650
PO. BOX : 296 JKT 13013
P
uji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayahNya, sehingga perangkat pembelajaran
Training Of Trainer (TOT) Pelatihan Teknis Bina Keluarga
Balita Holistik Integratif (BKB HI) dan Pencegahan Stunting bagi
Fasilitator Tingkat Provinsi yang merupakan program prioritas
nasional di lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) dapat diselesaikan.
P
uji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkah dan karunia-Nya, penyusunan perangkat
pembelajaran Training Of Trainer (TOT) Pelatihan Teknis
Bina Keluarga Balita Holistik Integratif (BKB HI) dan Pencegahan
Stunting bagi Fasilitator Tingkat Provinsi dapat diselesaikan
dengan baik dan tepat waktu.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh
pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan perangkat pembelajaran ini.
Semoga segala upaya kita untuk meningkatkan kualitas pelatihan dapat berkontribusi
dalam pembangunan keluarga Indonesia yang berkualitas. Semoga Tuhan Yang
Masa Esa memberikan berkah-NYA terhadap setiap kegiatan yang kita lakukan.
DAFTAR ISI
SAMPUL BUKU.........................................................................................................................I
KATA SAMBUTAN .............................................................................................................. III
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................V
DAFTAR ISI ............................................................................................................................VI
☼ BAB IV PENUTUP...............................................................................................................37
A.Kesimpulan.....................................................................................................................37
B. Evaluasi .......................................................................................................................38
MODUL
KEBIJAKAN BINA KELUARGA
BALITA HOLISTIK INTEGRATIF
Tim Penyusun
A. Latar Belakang
Program kependudukan dan pembangunan keluarga diamanatkan kepada BKKBN
melalui Undang Undang No.52 tahun 2009 pada pasal 47 ayat 1 yang menyatakan,
Pemerintah dan pemerintah daerah menetapkan kebijakan pembangunan
keluarga, melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, yang
bermaksud untuk mendukung keluarga agar dapat melaksanakan fungsi keluarga
secara optimal. Hal ini dipertegas pada pasal 48 ayat (1) yang menyatakan bahwa
kebijakan pembangunan keluarga dilaksanakan melalui pembinaan ketahanan
dan kesejahteraan keluarga dilaksanakan dengan cara, peningkatan kualitas
anak dengan pemberian akses informasi, pendidikan, penyuluhan, dan pelayanan
tentang perawatan, pengasuhan dan perkembangan anak yang dilakukan dengan
meningkatkan kualitas keluarga balita dan anak di Indonesia.
Kebutuhan dasar tersebut harus dipenuhi sejak dini, bahkan sejak bayi berada
dalam kandungan. Dalam keseluruhan siklus hidup manusia, masa di bawah usia
lima tahun (Balita) merupakan periode paling kritis karena pada masa tersebut proses
tumbuh kembang berlangsung sangat cepat. Masa tersebut merupakan masa
“emas” yang apabila tidak dibina dengan baik akan mengalami gangguan dalam
perkembangan emosi, sosial dan kecerdasan karena masa tersebut merupakan
tahap awal dari pembentukan dasar kemampuan, mental, intelektual dan moral
yang sangat menentukan sikap, nilai dan perilaku anak di masa dewasa.
Menurut data basis online (DALLAP) bulan Desember 2018, saat ini telah terbentuk
89.015 kelompok BKB di seluruh Indonesia. Akan tetapi, fungsi dan keberadaannya
masih kurang optimal dan perlu ditingkatkan. Kelemahan BKB yang ada saat ini
adalah kurangnya penggerakan oleh petugas kepada keluarga yang memiliki
Balita untuk berpartisipasi aktif dalam kelompok BKB serta pembinaan komprehensif
kepada kelompok yang sudah terbentuk dinilai belum maksimal. Selain itu, jumlah
pelatihan, orientasi, atau pembinaan langsung kepada kader dan pengelola BKB
masih dianggap kurang. Ditambah lagi, peningkatan jejaring kemitraan dengan
kementerian/lembaga, badan, LSOM dan lainnya juga belum kuat.
Modul ini merupakan perangkat Diklat Teknis Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam
Rangka Pencegahan Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita yang ditujukan
B. Deskripsi Singkat
Modul ini membahas tentang kebijakan dan strategi serta mekanisme pelaksanaan
Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka Pencegahan Stunting melalui
Kelompok Bina Keluarga Balita. Pada akhir pembelajaran peserta diharapkan
mampu membahas kebijakan dan strategi serta mekanisme pelaksanaan Program
Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka Pencegahan Stunting melalui Kelompok
Bina Keluarga Balita
C. Manfaat Modul
Modul ini diharapkan bermanfaat bagi para peserta diklat untuk membekali
pengelola BKB HI tentang kebijakan dan strategi serta mekanisme pelaksanaan
Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka Pencegahan Stunting melalui
Kelompok Bina Keluarga Balita
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti mata diklat ini peserta diharapkan mampu membahas tentang
kebijakan dan strategi serta mekanisme pelaksanaan Program Pengasuhan
Anak Usia Dini Dalam Rangka Pencegahan Stunting melalui Kelompok Bina
Keluarga Balita
E. Materi Pokok
1. Kebijakan dan Strategi Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka
Pencegahan Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita
2. Mekanisme Pelaksanaan Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka
Pencegahan Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita
BAB II
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PROGRAM PENGASUHAN ANAK
USIA DINI DALAM RANGKA
PENCEGAHAN STUNTING MELALUI
KELOMPOK BINA KELIUARGA
BALITA
A. Latar Belakang
Disisi lain, saat ini pembangunan kesehatan dan gizi dalam peningkatan kualitas
sumber daya manusia di Indonesia masih dihadapkan pada tantangan masalah gizi
ganda, yaitu kekurangan gizi seperti wasting (kurus) dan stunting (pendek) pada
balita, anemia pada remaja dan ibu hamil serta kelebihan gizi termasuk obesitas
baik pada balita maupun orang dewasa.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima
tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga tinggi badan anak tidak sesuai
dengan umurnya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada
masa awal setelah bayi lahir, tetapi kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia
2 tahun. Stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap
penyakit, menurunkan produktivitas, menghambat pertumbuhan ekonomi, dan
Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 terkait Status Gizi Balita, prevalensi balita stunting
telah turun dari 37,2% pada tahun 2013 menjadi 30,8% pada tahun 2018. Terlepas
dari capaian tersebut, Indonesia saat ini masih termasuk negara dengan prevalensi
stunting kelima terbesar di dunia dan dihadapkan pada tantangan percepatan
penurunan stunting masih cukup besar, yaitu:
1. Proporsi Berat Badan Lahir Rendah (< 2500 gram /BBLR) mengalami kenaikan
tipis dari 5,7 pada tahun 2013 menjadi 6,2% pada tahun 2018;
2. Panjang badan lahir kurang dari 48 cm mengalami kenaikan dari 20% pada
tahun 2013 menjadi 237,7% tahun 2018;
3. Proporsi Imunisasi Dasar lengkap pada anak usia 12 – 23 bulan mengalami
penurunan dari 59,2% pada tahun 2013 menjadi 57,9% di tahun 2018. Sedangkan
proporsi anak yang tidak imunisasi meningkat dari 8,7% pada tahun 2013
menjadi 9,2% pada tahun 2018.
Masalah gizi stunting yang disebabkan karena kekurangan gizi kronis dapat
terjadi karena masih terbatasnya pemahaman tentang pengasuhan. Hal ini dapat
dicegah dengan meningkatkan kualitas pengasuhan anak, tidak hanya dilakukan
ketika anak sudah lahir, tetapi juga dilakukan sejak anak masih berada di dalam
kandungan sehingga orang tua dan keluarga dapat meminimalisir faktor risiko
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, salah satunya seperti kekurangan
gizi kronis. Oleh karenanya, peningkatan upaya promotif dan preventif dalam rangka
perbaikan gizi melalui optimalisasi pengasuhan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
menjadi hal yang penting untuk dilaksanakan sebagai salah satu upaya untuk
memastikan terpenuhinya kebutuhan fisik (gizi) dan mental ibu serta bayi selama
masa kehamilan hingga anak menginjak usia 2 (dua) tahun.
Gerakan ini diprioritaskan untuk perbaikan gizi pada seribu hari pertama kehidupan
dilaksanakan melalui berbagai kegiatan secara terintegrasi oleh tim intervensi
terintegrasi yang melibatkan 23 kementerian/lembaga terkait. Adapun kegiatan
tersebut meliputi kampanye nasional dan daerah; advokasi dan sosialisasi lintas
sektor dan lintas lembaga; dialog untuk menggalang kerja sama dan kontribusi;
pelatihan; diskusi; intervensi kegiatan gizi langsung (spesifik); intervensi kegiatan gizi
tidak langsung (sensitif); dan kegiatan lain.
(Sumber : Bahan Tayang Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018 -2024, TNP2K 2018)
(Sumber : Bahan Tayang Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018 -2024, TNP2K 2018)
BKKBN telah melaksanakan Program Prioritas Promosi dan KIE tentang Pengasuhan
1000 HPK sejak tahun 2017 dengan sasaran 7 Provinsi dengan 8 Kabupaten/
Kota dengan kegiatan utama meliputi kegiatan sosialisasi materi 1000 HPK
dan penanaman 8 Fungsi Keluarga. Sedangkan pada tahun 2018, sasaran
Program Prioritas ini mencakup 100 Kabupaten/Kota dengan kegiatan utama
meliputi kegiatan pengembangan dan pengadaan media KIE serta sosialisasi dan
orientasi bagi Kabupaten/Kota. Pada tahun 2019, sasaran program ini mencakup
160 Kabupaten/Kota dengan kegiatan utama kegiatan berupa penggandaan,
sosialisasi materi dan media KIE serta peningkatan kapasitas pengelola. Sedangkan
rencana Program Prioritas Promosi dan KIE 1000 HPK untuk tahun 2020 sasarannya
mencakup 260 Kabupaten/Kota dengan kegiatan antara lain koordinasi dengan
bidang ADPIN dan Pokja Advokasi daerah; Monitoring dan Evaluasi Pro PN;
Peningkatan Kapasitas Pengelola Pro PN; serta Sosialisasi Materi dan Media KIE Pro
PN. Data jumlah Kabupaten/Kota lokasi intervensi kegiatan Promosi media dan KIE
1000 HPK dari tahun 2017 – 2020 dapat dilihat pada tabel berikut
D. Rangkuman
dari kegiatan ini adalah meningkatnya jumlah keluarga baduta yang mendapatkan
promosi dan KIE tentang Pengasuhan 1000 HPK di wilayah sasaran 260 Kabupaten/
Kota sejumlah 4.122.784 Keluarga.
Q
E. Latihan/ Evaluasi
2. Stunting adalah
a. Kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat dari
kekurangan
gizi kronis sehingga tinggi badan anak tidak sesuai dengan umurnya
b. Kondisi anemia pada remaja dan ibu hamil
c. Kondisi kelebihan gizi termasuk obesitas baik pada balita maupun orang dewasa
d. Kondisi terpenuhinya kebutuhan fisik (gizi) dan mental ibu serta bayi selama
masa kehamilan hingga anak menginjak usia 2 (dua) tahun
3.
Pembentukan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi ditetapkan
Pemerintah melalui:
a. Peraturan Presiden No 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi
b. Peraturan Presiden No 45 Tahun 2014 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi
c. Peraturan Presiden No 46 Tahun 2015 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi
d. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 14 tahun 2019 tentang Pengelolaan Bina
Keluarga Balita Holistik Integratif
4. BKKBN telah melaksanakan Program Prioritas Promosi dan KIE tentang Pengasuhan
1000 HPK sejak tahun
a. 2017
b. 2019
c. 2018
d. 2020
5. Pada tahun 2018, sasaran Program Prioritas Promosi dan KIE tentang Pengasuhan
1000 HPK mencakup:
a. 100 Kabupaten/Kota
b. 50 Kabupaten/Kota
c. 30 Kabupaten/Kota
d. 7 Provinsi 8 Kabupaten/Kota
6. Pada tahun 2018, sasaran Program Prioritas Promosi dan KIE tentang Pengasuhan
1000 HPK mencakup
a. 260 Kabupaten/Kota
b. 100 Kabupaten/Kota
c. 30 Kabupaten/Kota
d. 7 Provinsi 8 Kabupaten/Kota
7. Berikut ini adalah pokok kebijakan, strategi dan kegiatan dalam melaksanakan
Pengelolaan model keterpaduan kelompok BKB dengan Posyandu dan PAUD,
kecuali
a. Peningkatan akses terhadap pelayanan alokon KB
b. Peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan pengembangan anak usia
dini;
c. Peningkatan koordinasi dan kerjasama lintas sektor, serta kemitraan antar
institusi pemerintah,
lembaga penyelenggara layanan, dan organisasi terkait, baik lokal, nasional,
maupun internasional;
d. Penguatan kelembagaan dan dasar hukum, serta melibatkan masyarakat
termasuk dunia usaha
dan media masa dalam penyelenggaraan pelayanan pengembangan anak
usia dini
BAB III
MEKANISME PELAKSANAAN DAN
PENGEMBANGAN PROGRAM
PENGASUHAN ANAK USIA DINI
DALAM RANGKA PENCEGAHAN
STUNTING MELALUI KELOMPOK
BINA KELUARGA BALITA
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta dapat membahas
tentang Mekanisme Pelaksanaan Program Prioritas Nasional
(PRO PN) Promosi dan KIE 1000 HPK dalam rangka Pencegahan
Stunting dan Mekanisme Pengembangan Program Pengasu-
han Anak Usia Dini dalam rangka Pencegahan Stunting melalui
Kelompok Bina Keluarga Balita
A. Latar Belakang
Disisi lain, saat ini pembangunan kesehatan dan gizi dalam peningkatan kualitas
sumber daya manusia di Indonesia masih dihadapkan pada tantangan masalah gizi
ganda, yaitu kekurangan gizi seperti wasting (kurus) dan stunting (pendek) pada
balita, anemia pada remaja dan ibu hamil serta kelebihan gizi termasuk obesitas
baik pada balita maupun orang dewasa.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima
tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga tinggi badan anak tidak sesuai
dengan umurnya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada
masa awal setelah bayi lahir, tetapi kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia
2 tahun. Stunting berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan terhadap
penyakit, menurunkan produktivitas, menghambat pertumbuhan ekonomi, dan
meningkatkan kemiskinan serta kesenjangan.
Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 terkait Status Gizi Balita, prevalensi balita stunting
telah turun dari 37,2% pada tahun 2013 menjadi 30,8% pada tahun 2018. Terlepas
dari capaian tersebut, Indonesia saat ini masih termasuk negara dengan prevalensi
stunting kelima terbesar di dunia dan dihadapkan pada tantangan percepatan
penurunan stunting masih cukup besar, yaitu:
1. Proporsi Berat Badan Lahir Rendah (< 2500 gram /BBLR) mengalami kenaikan
tipis dari 5,7 pada tahun 2013 menjadi 6,2% pada tahun 2018;
2. Panjang badan lahir kurang dari 48 cm mengalami kenaikan dari 20% pada
tahun 2013 menjadi 237,7% tahun 2018;
3. Proporsi Imunisasi Dasar lengkap pada anak usia 12 – 23 bulan mengalami
penurunan dari 59,2% pada tahun 2013 menjadi 57,9% di tahun 2018. Sedangkan
proporsi anak yang tidak imunisasi meningkat dari 8,7% pada tahun 2013
menjadi 9,2% pada tahun 2018.
Masalah gizi stunting yang disebabkan karena kekurangan gizi kronis dapat
terjadi karena masih terbatasnya pemahaman tentang pengasuhan. Hal ini dapat
dicegah dengan meningkatkan kualitas pengasuhan anak, tidak hanya dilakukan
ketika anak sudah lahir, tetapi juga dilakukan sejak anak masih berada di dalam
kandungan sehingga orang tua dan keluarga dapat meminimalisir faktor risiko
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, salah satunya seperti kekurangan
gizi kronis. Oleh karenanya, peningkatan upaya promotif dan preventif dalam rangka
perbaikan gizi melalui optimalisasi pengasuhan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
menjadi hal yang penting untuk dilaksanakan sebagai salah satu upaya untuk
memastikan terpenuhinya kebutuhan fisik (gizi) dan mental ibu serta bayi selama
masa kehamilan hingga anak menginjak usia 2 (dua) tahun.
1. Perencanaan
a. Penentuan wilayah sasaran stunting sebanyak 260 kabupaten/kota oleh
TNP2K dan Bappenas;
b. Target keluarga baduta di wilayah sasaran stunting berdasarkan hasil
Pendataan Keluarga tahun 2015 pada tingkat Kabupaten/Kota;
c. Rencana kegiatan dituangkan ke dalam RKAKL Perwakilan BKKBN Provinsi
Sumber : Petunjuk Teknis Pryek Prioritas Nasional Promosi dan KIE Pengasuhan 1000 HPK dalam rangka
Pencegahan Stunting, 2020)
2. Pelaksanaan
a. BKKBN Pusat
BKKBN Pusat dalam hal ini adalah Direktorat Bina Keluarga balita dan Anak
sebagai penanggung jawab Pro PN Promosi dan KIE Pengasuhan 1000
Hari Pertama Kehidupan dengan kegiatan sebagai berikut:
1) Menyusun petunjuk Teknis Pro PN;
2) Menyiapkan prototype materi dan media KIE 1000 HPK dalam
pengasuhandan pembinaan tumbuh kembang balita dan anak;
3) Koordinasi lintas sektor dengan Bappenas, Kementerian Kesehatan dan
Kementerian Dalam Negeri terkait dengan segmentasi sasaran (data basis
stunting)
4) Workshop Pro PN yang bertujuan untuk mensosialisasikan petunjuk teknis Pro
PN dan prototype BKB Kit Stunting yang sudah direvisi dalam pengasuhan
dan pembinaan tumbuh kembang balita dan anak;
5) Monitoring dan evaluasi (monev) dengan tujuan pembinaan pelaksanaan
Pro PN di tingkat provinsi dengan melakukan video conference (vicon) yang
dilaksanakan setiap bulan dan kunjungan lapangan
6) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan Pro PN per triwulan dan setiap
Sumber : Petunjuk Teknis Pryek Prioritas Nasional Promosi dan KIE Pengasuhan 1000 HPK dalam rangka
Pencegahan Stunting, 2020)
4. Pembiayaan
Pendanaan pelaksanaan kegiatan ini bersumber dari Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) melalui DIPA Perwakilan BKKBN Provinsi sesuai dengan
target ditetapkan.
b. Pemetaan Wilayah
1. Pemetaan wilayah ini diawali dengan menyeleksi kelompok-kelompok
BKB yang telah memenuhi kriteria yang ditetapkan untuk menjadi BKB HI,
baik di tingkat Kabupaten/kota dan provinsi;
2. Perangkat Daerah Kabupaten dan Kota memetakan kecamatan yang
memiliki kelompok BKB yang akan dijadikan kelompok BKB HI;
3. Berdasarkan pemetaan kelompok BKB dari kecamatan tersebut Perangkat
Daerah kabupaten dan kota menetapkan satu kecamatan yang menjadi
lokasi BKB HI untuk tingkat Kabupaten dan Kota;
4. Perwakilan BKKBN provinsi memetakan kabupaten dan kota yang memiliki
kelompok BKB yang akan dijadikan kelompok BKB HI;
5. Berdasarkan pemetaan kelompok BKB dari kabupaten dan kota tersebut
Perwakilan BKKBN provinsi menetapkan satu Kabupaten dan Kota yang
menjadi lokasi BKB HI untuk tingkat Provinsi.
2. Sasaran kegiatan
a. Persentase keluarga yang memiliki Balita menjadi anggota BKB sebesar ≥ 50
% dari jumlah Keluarga yang memiliki Balita;
b. Persentase keluarga ikut BKB yang aktif atau hadir dalam pertemuan rata-
rata sebesar ≥ 50 % dari jumlah anggota BKB;
c. Persentase anggota BKB yang PUS dan ikut KB sebesar ≥ 75% dari jumlah
anggota BKB PUS;
d. Persentase anggota BKB Balita yang rentan mendapatkan kunjungan rumah
dan rujukan dari kader
3. Kegiatan Kelompok
a. Pertemuan penyuluhan dilaksanakan minimal 1 kali dalam sebulan;
b. Materi penyuluhan menjadi orangtua hebat;
c. Kegiatan integrasi: melaksanakan minimal 12 kali kegiatan terpadu dengan
kegiatan lain dalam satu tahun. Contoh : kegiatan Kelompok BKB terintegrasi
dengan Posyandu Balita, PAUD;
d. Melaksanakan kegiatan pendampingan serta kunjungan rumah Balita yang
dilakukan oleh keluarga dan kader pendamping;
e. Kegiatan usaha ekonomi produktif: ada usaha kelompok, digunakan di
lingkungan sendiri dan dipasarkan di luar kelompok;
f. Memiliki pencatatan dan pelaporan yang lengkap, terdiri dari:
1) buku daftar anggota;
2) buku daftar hadir anggota;
3) buku kegiatan;
4) buku catatan keuangan;
5) catatan pendukung lain;
6) Formulir K/0/BKB;
7) Formulir R/1/BKB
g. Sarana dan prasarana BKB
1) Buku pedoman pengelolaan program keluarga BKB;
2) Buku materi menjadi orangtua hebat;
3) Sarana Penyuluhan:
a) BKB Kit;
b) Lembar Balik BKB;
c) Kartu Kembang Anak
h. Media Promosi dan KIE kelompok BKB
i. Dana Dukungan dana berasal dari minimal 2 sumber anggaran (APBD/APBN/
Mitra/Swadaya)
j. Pembimbingan
1) Memperoleh pembimbingan >2 tingkatan wilayah (desa/kelurahan,
kecamatan, kabupaten dan kota);
2) Frekuensi pembimbingan yang diperoleh dalam 1 tahun: >6 kali
pembimbingan.
4. Pengelolaan BKB-HI
a. Perencanaan
1) Sumberdaya Manusia
Sumber daya manusia untuk BKB HI terdiri dari:
a) Pengelola BKB HI adalah SDM yang dipercaya dan bertanggungjawab
terhadap keberlangsungan kegiatan BKB HI yang dapat direkrut dari
pengurus kelompok BKB yang ada atau diambil dari kader lain yang
memenuhi persyaratan dimaksud.
b) Pelaksana BKB HI adalah kader Kelompok BKB.
2) Anggaran
Mempersiapkan anggaran BKB HI yang dapat bersumber dari:
a) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);
b) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD Tk. I & II);
c) Dana Alokasi Khusus (DAK);
d) Alokasi Dana Desa (ADD);
e) Sponsor/donatur, dan sumber lain yang tidak mengikat.
3) Materi
Materi yang perlu direncanakan adalah materi yang merupakan
pelengkap dari materi yang sudah ada di kelompok BKB-HI, antara lain:
a)Buku/bahan-bahan materi penyuluhan yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi Balita, perawatan dan pengasuhan tumbuh
kembang dan materi lain sesuai dengan kearifan lokal;
b)Media partisipatif menambahkan jumlah media sesuai dengan
perkembangan jumlah anggota kelompok BKB HI, dan pengembangan
media sesuai dengan kearifan lokal;
c) Media promosi dan KIE, antara lain dalam bentuk pembuatan banner,
melalui website, media sosial, radio komunitas.
b) Pengorganisasian
Kepengurusan BKB-HI sesuai yang tercantum pada tahap perencanaan
BKB-HI terdiri dari pengelola dan pelaksana. Struktur organisasi pengelola
dapat terdiri dari:
(1) Ketua
(2) Sekretaris
(3) Bendahara
Tugas pokok pengelola dan pelaksana BKB HI yaitu :
(1) Ketua
(a) Memimpin dan bertanggung jawab atas keberhasilan pelaksanaan
BKB HI;
(b) Menyusun rencana kegiatan (program kerja);
(c) Menetapkan segala kebutuhan untuk mendukung kegiatan BKB HI
sesuai dengan perencanaan;
(d) Melakukan pembagian tugas pengelola BKB HI;
(e) Menggalang komitmen dengan stakeholder dan mitra kerja;
(f) Menjaga keberlangsungan operasionalisasi BKB HI;
(g) Melakukan pengembangan program untuk kegiatan
di kelompok BKB HI;
(h) Melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan BKB HI.
(2) Sekretaris
(a) Melaksanakan tugas-tugas ketatausahaan BKB HI;
(b) Merencanakan kebutuhan operasional dan anggaran;
(c) Menyiapkan kebutuhan kegiatan pertemuan penyuluhan sesuai
dengan jadwal yang ditentukan;
(d) Melaporkan kegiatan kepada ketua kelompok BKB HI;
(e) Mendokumentasikan kegiatan BKB HI;
(f) Menginventarisir dan memelihara aset;
(g) Menyusun laporan kegiatan bulanan dan tahunan.
(3) Bendahara
(a) Mencatat pemasukan anggaran dari berbagai sumber dan
pengeluaran keuangan;
(6) Kader
(a) Mengelola kelompok BKB-HI;
(b) Melakukan pertemuan penyuluhan sesuai jadwal yang telah
ditetapkan;
(c) Melakukan kunjungan rumah;
(d) Melakukan rujukan;
(e) Melakukan pencatatan;
(f) Melakukan pengembangan program BKB-HI bersama
pengelola BKB-HI;
(g) Melakukan konsultasi antara lain kepada Penyuluh Keluarga
Berencana (PKB)/ Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB),
kepala desa/kelurahan, TP PKK tingkat desa, Puskesmas/ Pustu, tokoh
agama, tokoh adat, tokoh masyarakat;
(h) Melakukan kemitraan bersama seksi pengembangan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan yang menjadi tanggung jawab BKKBN Pusat meliputi:
a. Menyusun petunjuk Teknis Pro PN;
b. Menyiapkan prototype materi dan media KIE 1000 HPK dalam pengasuhan
dan pembinaan
tumbuh kembang balita dan anak;
c. Koordinasi lintas sektor dengan Bappenas, Kementerian Kesehatan dan
Kementerian Dalam
Negeri terkait dengan segmentasi sasaran (data basis stunting)
d. Workshop Pro PN yang bertujuan untuk mensosialisasikan petunjuk teknis Pro
PN dan prototype BKB Kit Stunting yang sudah direvisi dalam pengasuhan
dan pembinaan tumbuh kembang balita dan anak;
e. Monitoring dan evaluasi (monev) dengan tujuan pembinaan pelaksanaan
Pro PN di tingkat provinsi dengan melakukan video conference (vicon) yang
dilaksanakan setiap bulan dan kunjungan lapangan
f. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan Pro PN per triwulan dan setiap
tahun untuk dilaporkan ke Kantor Staf Presiden (KSP)
Pelaksanaan yang menjadi tanggung jawab Perwakilan BKKBN Provinsi meliputi:
a. Koordinasi dengan bidang adpin dan pokja advokasi daerah untuk melakukan
advokasi kepada pemangku kebijakan daerah dan mitra kerja
b. Monitoring dan Evaluasi Pro PN kabupaten/kota di wilayahnya yang
merupakan bagian dari 260 kabupaten/kota lokus stunting
c. Peningkatan Kapasitas Pengelola Pro PN
d. Sosialisasi materi dan media KIE Pro PN
Sumber : Petunjuk Teknis Pryek Prioritas Nasional Promosi dan KIE Pengasuhan 1000 HPK dalam rangka
Pencegahan Stunting, 2020)
4. Pembiayaan
Pendanaan pelaksanaan kegiatan ini bersumber dari Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) melalui DIPA Perwakilan BKKBN Provinsi sesuai
dengan target ditetapkan.
2. Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan meliputi:
a. Persentase keluarga yang memiliki Balita menjadi anggota BKB sebesar
≥ 50 % dari jumlah Keluarga yang memiliki Balita;
b. Persentase keluarga ikut BKB yang aktif atau hadir dalam pertemuan
rata-rata sebesar ≥ 50 % dari jumlah anggota BKB;
c. Persentase anggota BKB yang PUS dan ikut KB sebesar ≥ 75% dari
jumlah anggota BKB PUS;
d. Persentase anggota BKB Balita yang rentan mendapatkan kunjungan
rumah dan rujukan dari kader
3. Kegiatan Kelompok
Kegiatan kelompok BKB HI meliputi:
a. Pertemuan penyuluhan dilaksanakan minimal 1 kali dalam sebulan;
b. Materi penyuluhan menjadi orangtua hebat;
c. Kegiatan integrasi: melaksanakan minimal 12 kali kegiatan terpadu dengan
kegiatan lain dalam satu tahun. Contoh : kegiatan Kelompok BKB terintegrasi
dengan Posyandu Balita, PAUD;
d. Melaksanakan kegiatan pendampingan serta kunjungan rumah Balita yang
dilakukan oleh keluarga dan kader pendamping;
e. Kegiatan usaha ekonomi produktif: ada usaha kelompok, digunakan di
lingkungan sendiri dan dipasarkan di luar kelompok;
f. Memiliki pencatatan dan pelaporan yang lengkap meliputi buku daftar
anggota; buku daftar hadir anggota; buku kegiatan; buku catatan keuangan;
catatan pendukung lain; Formulir K/0/BKB; dan Formulir R/1/BKB
g. Memiliki sarana dan prasarana BKB, meliputi Buku pedoman pengelolaan
program keluarga BKB; Buku materi menjadi orangtua hebat; serta Sarana
Penyuluhan (BKB Kit; Lembar Balik BKB; serta Kartu Kembang Anak)
h. Media Promosi dan KIE kelompok BKB
i. Dana Dukungan dana berasal dari minimal 2 sumber anggaran (APBD/APBN/
Mitra/Swadaya)
j. Pembimbingan
Memperoleh pembimbingan >2 tingkatan wilayah (desa/kelurahan,
kecamatan, kabupaten dan kota); serta frekuensi pembimbingan yang
diperoleh dalam 1 tahun >6 kali pembimbingan.
4. Pengelolaan BKB HI
a. Perencanaan
Perencanaan pengelolaan Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam
Rangka Pencegahan Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita meliputi
perencanaan sumber daya manusia, anggaran, materi, metode, pra sarana
(perangkat administrasi, pengorganisasian kepengurusan serta tugas pokok
kepengurusan meliputi ketua, sekretaris, bendahara, seksi pelayanan dan
promosi, seksi pengembangan, serta Kader)
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka Pencegahan
Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita meliputi penyuluhan,
kunjungan rumah, rujukan serta pencatatan dan pelaporan
c. Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan pada Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka
Pencegahan Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita meliputi materi
pertemuan 1 sampai dengan materi pertemuan 13.
d. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi pada Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam
Rangka Pencegahan Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita meliputi
penjabaran petugas dan tugas dari pelaksana monitoring dan evaluasi
dari tingkat pusat sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota. Pelaksanaan
monitoring dan evaluasi ke BKB HI dilakukan minimal 1 (satu) kali setiap bulan.
Q
F. Latihan / Evaluasi
SOAL PILIHAN GANDA
Petunjuk :
Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d atau e pada jawaban yang paling
tepat.
3. Pencatatan dan pelaporan yang harus dimiliki kegiatan kelompok BKB HI meliputi
a. Buku daftar anggota; buku daftar hadir anggota; buku kegiatan; buku catatan
keuangan; catatan pendukung lain; Formulir K/0/BKB; dan Formulir R/1/BKB
b. Buku daftar anggota; buku daftar hadir anggota; buku kegiatan; buku catatan
keuangan; catatan pendukung lain; dan Formulir K/0/BKB
c. Buku daftar anggota; buku daftar hadir anggota; buku kegiatan; buku
catatan keuangan; catatan pendukung lain
d. Buku daftar hadir anggota; buku kegiatan; buku catatan keuangan; catatan
pendukung lain
8. Berikut ini adalah pelaksana monitoring dan evaluasi di tingkat pusat kecuali
a. Bidang yang menangani monitoring dan evaluasi pada Direktorat Bina
Ketahanan Keluarga Balita BKKBN Pusat
b. Perwakilan BKKBN provinsi
c. Mitra kerja pusat
d. Perangkat Daerah (PD) Pengendalian Penduduk dan KB yang menangani
BKB HI
10. Berikut ini adalah tugas pelaksana dalam monitoring dan evaluasi kecuali
a. Menyiapkan berkas dokumen Rencana Strategis (Renstra), Rencana Kerja
Pemerintah (RKP), dan dokumen lain yang mendukung
b. Menentukan lokasi BKB HI yang menjadi sasaran monitoring dan evaluasi
c. Menyiapkan instrumen monitoring dan evaluasi BKB HI serta dokumen
pendukung lainnya
d. Melakukan kunjungan rumah
A. Kesimpulan
Modul ini membahas tentang kebijakan dan strategi serta mekanisme pelaksan-
aan Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka Pencegahan Stunting mel-
alui Kelompok Bina Keluarga Balita. Pada akhir pembelajaran peserta diharapkan
mampu membahas kebijakan dan strategi serta mekanisme pelaksanaan Program
Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka Pencegahan Stunting melalui Kelompok
Bina Keluarga Balita.
Diharapkan modul ini dapat bermanfaat bagi para peserta diklat untuk mem-
bekali pengelola BKB HI tentang kebijakan dan strategi serta mekanisme pelaksa-
naan Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka Pencegahan Stunting
melalui Kelompok Bina Keluarga Balita sehingga dapat mendorong terlaksanan-
ya kegiatan Proyek Prioritas Nasional Promosi dan KIE Pengasuhan 1000 HPK dalam
Q
B. Evaluasi
Rangkuman Soal
2. Stunting adalah
a. Kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun) akibat
dari kekurangan gizi kronis sehingga tinggi badan anak tidak sesuai dengan
umurnya
b. Kondisi anemia pada remaja dan ibu hamil
c. Kondisi kelebihan gizi termasuk obesitas baik pada balita maupun orang
dewasa
d. Kondisi terpenuhinya kebutuhan fisik (gizi) dan mental ibu serta bayi
selama masa kehamilan hingga anak menginjak usia 2 (dua) tahun
4. BKKBN telah melaksanakan Program Prioritas Promosi dan KIE tentang Pengasu-
han 1000 HPK sejak tahun:
a. 2017
b. 2019
c. 2018
d. 2020
5. Pada tahun 2018, sasaran Program Prioritas Promosi dan KIE tentang
Pengasuhan 1000 HPK mencakup:
a. 100 Kabupaten/Kotaa
b. 50 Kabupaten/Kota
c. 30 Kabupaten/Kota
d. 7 Provinsi 8 Kabupaten/Kota
6. Pada tahun 2018, sasaran Program Prioritas Promosi dan KIE tentang
Pengasuhan 1000 HPK mencakup :
a. 260 Kabupaten/Kotaa
b. 100 Kabupaten/Kota
c. 30 Kabupaten/Kota
d. 7 Provinsi 8 Kabupaten/Kota
7. Berikut ini adalah pokok kebijakan, strategi dan kegiatan dalam melaksanakan
Pengelolaan model keterpaduan kelompok BKB dengan Posyandu dan PAUD,
kecuali:
a. Peningkatan akses terhadap pelayanan alokon KB
b. Peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan pengembangan
anak usia dini;
c. Peningkatan koordinasi dan kerjasama lintas sektor, serta kemitraan antar
institusi pemerintah, lembaga penyelenggara layanan, dan organisasi terkait,
baik lokal, nasional, maupun internasional;
d. Penguatan kelembagaan dan dasar hukum, serta melibatkan masyarakat
termasuk dunia usaha dan media masa dalam penyelenggaraan pelayanan
pengembangan anak usia dini
13. Pencatatan dan pelaporan yang harus dimiliki kegiatan kelompok BKB HI meliputi
a. Buku daftar anggota; buku daftar hadir anggota; buku kegiatan;
buku catatan keuangan; catatan pendukung lain; Formulir K/0/BKB;
dan Formulir R/1/BKB
b. Buku daftar anggota; buku daftar hadir anggota; buku kegiatan;
buku catatan keuangan; catatan pendukung lain; dan Formulir K/0/BKB
c. Buku daftar anggota; buku daftar hadir anggota; buku kegiatan;
buku catatan keuangan; catatan pendukung lain
d. Buku daftar hadir anggota; buku kegiatan; buku catatan keuangan;
catatan pendukung lain
16. Jumlah kader terlatih yang harus dimiliki kegiatan kelompok BKB HI
a. ≥ 2 orang
b. ≥ 5 orang
c. ≥ 6 orang
d. ≥ 3 orang
17. Pelaksanaan Program Pengasuhan Anak Usia Dini Dalam Rangka Pencegahan
Stunting melalui Kelompok Bina Keluarga Balita meliputi
a. Penyuluhan, kunjungan rumah, rujukan serta pencatatan dan pelaporan
b. Penyuluhan, kunjungan rumah, serta pencatatan dan pelaporan
c. Penyuluhan, rujukan serta pencatatan dan pelaporan
d. Kunjungan rumah, rujukan serta pencatatan dan pelaporan
18. Berikut ini adalah pelaksana monitoring dan evaluasi di tingkat pusat kecuali
a. Bidang yang menangani monitoring dan evaluasi pada Direktorat Bina
Ketahanan Keluarga Balita BKKBN Pusat
b. Perwakilan BKKBN provinsi
c. Mitra kerja pusat
d. Perangkat Daerah (PD) Pengendalian Penduduk dan KB yang menangani
BKB HI
20. Berikut ini adalah tugas pelaksana dalam monitoring dan evaluasi kecuali
a. Menyiapkan berkas dokumen Rencana Strategis (Renstra), Rencana
Kerja Pemerintah (RKP), dan dokumen lain yang mendukung
b. Menentukan lokasi BKB HI yang menjadi sasaran monitoring dan evaluasi
c. Menyiapkan instrumen monitoring dan evaluasi BKB HI serta dokumen
pendukung lainnya
d. Melakukan kunjungan rumah
Tahun 2020