Anda di halaman 1dari 368

BUKU PANDUAN

PENYULUHAN BKB HOLISTIK INTEGRATIF


BAGI KADER

DIREKTORAT BINA KELUARGA BALITA DAN ANAK


BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
TAHUN 2018
II pendahuluan
Kata Sambutan

Dibalik sosoknya yang belia dan manja, anak-anak adalah masa depan generasi saat
ini. Oleh karena itu, mereka memerlukan perhatian, dukungan dan keamanan. Hal-hal
ini dapat dipenuhi jika orangtua memiliki pemahaman yang baik tentang bagaimanakah
pengasuhan yang baik namun tentu saja untuk mencetak anak-anak yang siap menjadi
generasi penerus generasi emas, terlebih dahulu perlu membenahi pemahaman orangtua
mengenai pengasuhan. Hal ini penting agar pola asuh-asih-asah yang diberikan orangtua
benar benar tepat sasaran. Sebab anak-anak yang cerdas dan berkarakter positif hanya
lahir dari orangtua yang hebat yang juga pintar dan berkarakter.

Dalam kaitannya dengan pengasuhan anak, Badan Kependudukan dan Keluarga


Berencana Nasional (BKKBN) memiliki tugas meningkatkan kualitas anak dengan
memberikan akses yang mendukung informasi, pendidikan penyuluhan dan pelayanan
tentang perawatan, pengasuhan, dan perkembangan anak.

Peran BKKBN perlu untuk mengadvokasi, melayani masyarakat, membuka pikiran


masyarakat akan pentingnya penanaman nilai-nilai kehidupan berbangsa bagi anggota
keluarga sejak dini akan menjadikan keluarga sebagai wahana yang tangguh bagi
terwujudnya keluarga yang berkualitas karena keluarga menjadi ujung tombak dalam
upaya memantapkan ketahanan nasional dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan
bangsa.

Kunci sukses keberhasilan suatu negara sangat ditentukan sejauh mana masyarakatnya
mempunyai karakter yang kondusif untuk bisa maju, inilah yang disebut modal sosial. Jadi
bukan ditentukan oleh banyaknya sumber daya alam, luas geografis atau jumlah
penduduknya. Sementara diperkirakan pada tahun 2030-2045, Indonesia akan mengalami
bonus demografi yaitu suatu kondisi struktur umur penduduk usia kerja jumlahnya melebihi
struktur umur penduduk yang tidak bekerja.

Bonus demografi tersebut akan menjadi kado istimewa bila sumber daya manusia
usia produktif (15-64 tahun) benar benar berkualitas baik dari aspek kompetensi maupun
karakter. Untuk itulah sudah saatnya kita melakukan revolusi mental berbasis keluarga.
Hal ini berarti harus ada perubahan pola pikir, pola sikap dan pola tindak yang mengarah
kepada nilai nilai pancasila.

BKKBN berniat menggencarkan pemahaman mengenai parenting, terutama di desa-


desa praktiknya melalui Bina Keluarga Balita (BKB). Ini merupakan salah satu program
BKKBN yang sangat peduli terhadap pengasuhan. Puluhan ribu kelompok BKB saat ini sudah
tersebar di seluruh Indonesia. Keberadaan BKB melalui pendekatan holistik integratif mulai
dirasakan manfaatnya setelah digulirkan pada tahun 2013. Pendekatan holistik integratif ini
menggabungkan peran BKB dengan Posyandu dan PAUD.

pendahuluan
III
Dengan bersinerginya ketiga komponen tersebut, generasi unggulan kelak diharapkan
akan melahirkan anak-anak yang sehat, cerdas dan siap membangun masyarakat
sesuai potensinya masing-masing. Tentu hal ini membutuhkan perjuangan panjang untuk
mewujudkannya dan inilah tugas berat yang diemban BKKBN sebagai lembaga negara yang
diberi peran menangani persoalan kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan
keluarga. Untuk itu sangat diharapkan dukungan dari berbagai pihak agar kader BKB di
lapangan dapat melaksanakan penyebarluasan konsep pengasuhan berkarakter kepada
masyarakat. Kami sangat menyambut baik dukungan dari Plan International Indonesia
untuk menjalin kerjasama membangun semangat pengasuhan berkarakter. Semoga
semangat menjadi gerakan serentak yaitu Gerakan Menjadi Orangtua Hebat.

IV pendahuluan
Kata Pengantar

Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia perlu dilakukan secara terencana
dan berkesinambungan. Masa lima tahun ke bawah merupakan masa emas (golden age)
bagi perkembangan kecerdasan anak. Pada usia 4 tahun kapasitas kecerdasan anak telah
mencapai 50%, hal ini menunjukkan pentingnya memberikan rangsangan pada anak usia
dini. Anak di usia 5 tahun pertama diketahui punya kemampuan photographic memory
(mengingat) ibarat mata kamera, oleh karena itu pendidikan anak di usia dini merupakan
pondasi yang sangat menentukan perkembangan anak selanjutnya.

Sejak tahun 1984, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
mempunyai program Bina Keluarga Balita (BKB) yang merupakan wadah kegiatan kelompok
berbasis masyarakat dalam rangka memberikan pengetahuan dan keterampilan anggota
keluarga yang memiliki balita dalam membina tumbuh kembang anak secara optimal.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 60 tahun 2013 tentang Pengembangan Anak
Usia Dini Holistik-Integratif, bahwa untuk menjamin pemenuhan hak tumbuh kembang
anak usia dini diperlukan upaya peningkatan kesehatan, gizi, perawatan, pengasuhan,
perlindungan, kesejahteraan, dan rangsangan pendidikan yang dilakukan secara simultan,
sistematis, menyeluruh, terintegrasi, dan berkesinambungan. Dalam rangka mewujudkan
seluruh kebutuhan anak tersebut, maka program BKB sudah dilakukan secara holistik dan
terintegrasi dengan program lainnya seperti Posyandu dan PAUD.

Kader BKB merupakan anggota masyarakat yang bekerja sukarela dalam membina
dan memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang bagaimana cara merawat dan
mengasuh anak dengan baik dan benar. Agar tujuan program dapat tercapai dengan baik,
maka diperlukan kemampuan para kader dalam menyampaikan Panduan penyuluhan
BKB Holistik lntegratif Bagi Kader dengan tujuan untuk memberikan kemudahan kader
didalam melakukan kegiatan penyuluhan bina keluarga balita Holistik - lntegratif (BKB Hl)
dan sesuai Perkembangan kebutuhan masyarakat materi pengasuhan kepada anggota
kelompok BKB (orangtua dan anggota keluargalainnya), sehingga para anggota keluarga
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam membina tumbuh kembang balita dan
anak serta dapat memberikan stimulasi yang tepat demi terwujudnya generasi emas yang
lebih berkualitas. Untuk itu, BKKBN bekerjasama dengan Plan lnternasional lndonesia
mencoba menyusun Buku Panduan Penyuluhan BKB Holistik lntegratif Bagi Kader dengan
tujuan untuk memberikan kemudahan kader didalam melakukan kegiatan penyuluhan
Bina Keluarga Balita Holistik - lntegratif (BKB Hl) dan sesuai Perkembangan kebutuhan
masyarakat.

pendahuluan
V
Materi dalam buku ini dikembangan dengan memasukan yang terkait dengan informasi
tentang pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK ), karena tingkat kualitas
sangat ditentukan oleh pola pengasuhan dalam 1000 HPK yaitu sejak janin dalam
kandungan hingga berusia 2 tahun. Selain itu juga terdapat materi-materi lain terkait
dengan kesehatan, pendidikan, dan perlindungan anak. Umtuk itu buku ini tidak hanya
bisa digunakan bagi kader BKB saja melainkan juga dapat digunakan bagi kader-kader
lain yang bergerak didalam bidang layanan anak usia dini, karena cakupan meterinya
telah konprehensif. Selain itu sebagai bentuk terobosan dalam kegiatan BKB maka buku
ini didesign dalam bentuk lebih mengutamakan partisipasi dari para orangtua anggota
BKB. Metode ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi aktif dari orangtua balita untuk
mengikuti kegiatan kelompok BKB. Dengan demikian, anggota kelompok BKB diharpkan
memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam pengasuhan tumbuh kembang anak-
anaknya dengan benar.

Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada Plan International Indonesia dan
semua pihak yang telah berpartisipasi dalam mendukung tersusunnya buku pegangan
kader ini, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, selalu meridhoi maksud baik kita.

VI pendahuluan
Daftar isi

Sampul Buku......................................................................................................................................I

Kata Sambutan................................................................................................................................III

Kata Pengantar................................................................................................................................V

Daftar Isi..........................................................................................................................................VII

Pendahuluan....................................................................................................................................1

Pertemuan 1 : Perencanaan Hidup Berkeluarga dan Harapan Orangtua Terhadap Masa


Depan Anak .................................................................................................................................29

Pertemuan 2 : Memahami Konsep Diri yang Positif dan Konsep Pengasuhan ...................47

Pertemuan 3 : Peran Orangtua Dan Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan ......................65

Pertemuan 4 : Menjaga Kesehatan Anak Usia Dini .................................................................91

Pertemuan 5 : Pemenuhan Gizi Anak Usia Dini ......................................................................115

Pertemuan 6 : Pembiasaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Anak Usia Dini .....131

Pertemuan 7 : Stimulasi Perkembangan Gerakan Kasar dan Gerakan Halus ....................145


Pertemuan 8 : Stimulasi (Rangsangan) Perkembangan Komunikasi Aktif, Komunikasi
Pasif dan Kecerdasan ................................................................................................................187

Pertemuan 9 : Stimulasi (Rangsangan) Perkembangan Kemampuan Menolong Diri


Sendiri dan Tingkah Laku Sosial ................................................................................................221

Pertemuan 10 : Pengenalan Kesehatan Reproduksi Pada Anak Usia Dini ..........................251

Pertemuan 11 : Perlindungan Anak ..........................................................................................267

Pertemuan 12 : Menjaga Anak dari Pengaruh Media ...........................................................291

Pertemuan 13 : Pembentukan Karakter Anak Usia Dini .........................................................311

Daftar Pustaka ............................................................................................................................328

Lampiran .....................................................................................................................................329

pendahuluan
VII
VIII pendahuluan
Pendahuluan

pendahuluan
9
Bagian I. Pendahuluan
A. Latar Belakang

Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan pilar utama pembangunan
karena sangat menentukan kemajuan bangsa. Kualitas SDM yang antara lain dicerminkan
oleh derajat kesehatan, tingkat intelegensia, kematangan emosional dan spiritual, serta
produktivitas sangat ditentukan oleh kualitas pada usia dini yaitu dari janin hingga anak
berusia 6 tahun (Bappenas, 2008).

Masa usia dini merupakan masa kritis bagi perkembangan seseorang. Di tahun-tahun
pertama kehidupan terjadi perkembangan yang pesat, dan interaksi anak dengan lingkungan
terutama keluarga akan menentukan pertumbuhan dan perkembangannya di kemudian
hari. Peran orangtua menjadi sangat penting, karena orangtualah yang akan mengasuh,
membimbing, dan memberikan berbagai stimulasi agar tumbuh kembang anak berlangsung
secara optimal. Dengan pengasuhan yang tepat, kualitas sumber daya manusia di Indonesia
akan meningkat (BKKBN, 2014).

Mengembangkan pemahaman orangtua tentang pentingnya tahun-tahun awal kehidupan


anak sangatlah penting. Orangtua perlu memiliki keterampilan pengasuhan dan stimulasi
yang efektif dan praktis, serta komitmen untuk mendorong tumbuh kembang dan perlindungan
anak (Plan International Indonesia, 2014). Program Bina Keluarga Balita (BKB) Holistik Integratif
merupakan sebuah upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua
terkait pengasuhan anak yang holistik, yaitu pengasuhan yang menyeluruh dalam memenuhi
kebutuhan dasar anak. Kebutuhan dasar akan pendidikan, kesehatan, gizi dan perlindungan
dari berbagai bentuk kekerasan.

Buku Panduan Penyuluhan BKB Holistik Integratif Bagi Kader ini disusun sebagai acuan
bagi kader BKB dalam melaksanakan pertemuan kelompok BKB. Buku ini berisi tahapan-
tahapan kegiatan yang akan memudahkan kader dalam menyampaikan pengetahuan dan
keterampilan sebagaimana yang ada di dalam Buku Menjadi Orangtua Hebat kepada para
peserta BKB.

Proses penyusunan buku ini dilakukan sejak Januari hingga Juni 2016 oleh Direktorat Bina
Keluarga Balita dan Anak, BKKBN bekerjasama dengan Plan International Indonesia. Selama
proses penyusunan, telah dilakukan sebanyak 3 kali loka karya yang melibatkan berbagai
pihak terkait Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUDHI), baik dari instansi
pemerintah di tingkat pusat dan daerah, praktisi anak usia dini dan pendidikan kepada
orangtua, bahkan kader BKB. Penyususan diawali dengan menentukan indikator perubahan
perilaku pengasuhan yang ingin dilihat pada peserta BKB setelah mereka mengikuti pertemuan.
Indikator ini menjadi hasil yang diharapkan dalam keseluruhan program BKB. Selanjutnya tim
penyusun, mengumpulkan semua bahan penyuluhan yang telah digunakan di program BKB
maupun program Kelompok Pengasuhan Anak, milik Plan International Indonesia yang telah
terbukti berjalan efektif dalam merubah perilaku pengasuhan anak menjadi lebih baik. Tim
kemudian, mengelompokan indikator perubahan perilaku dan materi yang ada, sehingga
didapat 13 judul pertemuan BKB Holistik Integratif.

2 pendahuluan
Selain itu, penyusunan buku ini juga telah melalui proses uji coba di 8 kelompok BKB, dimana
kader BKB di wilayah DKI Jakarta, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Timor Tengah Selatan
mengujicobakan pertemuan BKB dengan menggunakan tahapan kegiatan seperti yang ada
pada buku ini. Hasil uji coba tersebut, kemudian menjadi masukan dalam penyusunan akhir
buku ini.

B. Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dari penggunaan Buku Panduan Penyuluhan BKB Holistik Integratif
Bagi Kader ini adalah sebagai panduan kegiatan bagi kader BKB dalam menyelenggarakan
pertemuan kelompok BKB. Dimana buku ini memuat semua informasi yang dibutuhkan kader
untuk dapat menyelenggarakan pertemuan kelompok BKB secara rutin yang telah mencakup
semua informasi terkait penyelenggaraan BKB Holistik Integratif (BKB HI).

C. Sasaran

Sasaran langsung dari buku ini adalah para kader BKB, sedangkan sasaran tidak langsung
dari penggunaan buku ini adalah para peserta BKB yang mengikuti pertemuan BKB dan para
petugas dari unit pelayanan KB, kesehatan, gizi dan pendidikan anak usia dini.

D. Sistematika Penulisan

Buku ini terdiri dari 3 bagian utama, yaitu :

Bagian I.
Pendahuluan, mengemukakan latar belakang, tujuan, sasaran dan sistematika
penulisan buku.

Bagian II.
Persiapan Pertemuan, membahas tugas dan peran kader dalam pengelolaan
pertemuan, saran terhadap teknik fasilitasi yang efektif, penggunaan alat dan bahan
di dalam pertemuan dan langkah-langkah dalam melakukan pertemuan awal dengan
calon/peserta BKB.

Bagian III.
Pertemuan BKB Holistik Integratif, menjabarkan tujuan, hasil yang diharapkan,
durasi, alat dan bahan serta tahapan kegiatan di 13 pertemuan kelompok BKB Holistik
Integratif. Bagian ketiga dari buku ini merupakan bagian inti yang sangat perlu untuk
dipahami oleh kader. Ada 13 pertemuan dengan judul dari setiap pertemuan adalah
sebagai berikut :

Pertemuan 1. Perencanaan Hidup Berkeluarga dan Harapan Orangtua Terhadap


Masa Depan Anak.
Pertemuan 2. Memahami Konsep Diri yang Positif dan Konsep Pengasuhan.
Pertemuan 3. Peran orangtua dan keterlibatan ayah dalam pengasuhan.

pendahuluan
3
Pertemuan 4. Menjaga Kesehatan Anak Usia Dini.
Pertemuan 5. Pemenuhan Gizi Anak Usia Dini.
Pertemuan 6. Pembiasaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Anak
Usia Dini.
Pertemuan 7. Stimulasi Perkembangan Gerakan Kasar dan Gerakan Halus.
Pertemuan 8. Stimulasi Perkembangan Komunikasi Aktif, Komunikasi Pasif dan
Kecerdasan.
Pertemuan 9. Stimulasi Perkembangan Kemampuan Menolong Diri Sendiri dan
Tingkah Laku Sosial.
Pertemuan 10. Pengenalan Kesehatan Reproduksi Pada Anak Usia Dini.
Pertemuan 11. Perlindungan Anak.
Pertemuan 12. Menjaga Anak dari Pengaruh Media.
Pertemuan 13. Pembentukan Karakter Anak Usia Dini.

Struktur penulisan di dalam setiap pertemuan adalah sebagai berikut:

• Tujuan : berisi informasi bagi kader tentang poin-poin tujuan kegiatan pertemuan, yang
tidak perlu dibacakan kepada peserta, karena tujuan kegiatan yang perlu disampaikan
pada peserta akan ada pada bagian lainnya (pembukaan).

• Hasil yang diharapkan : berisi informasi bagi kader tentang poin-poin indikator perubahan
perilaku yang diharapkan dapat terjadi pada peserta, setelah mengikuti pertemuan. Hasil
yang diharapkan ini tidak perlu dibacakan kepada peserta.

• Durasi : merupakan perkiraan waktu maksimal penyelenggaraan pertemuan,yaitu


selama 2 jam maksimal.

• Bahan dan alat : berisi jenis media, bahan dan alat yang dibutuhkan untuk menyampaikan
informasi kepada peserta serta bahan bacaan bagi kader. Bahan dan alat ini perlu
disiapkan sebelum memulai pertemuan.

• Tahapan kegiatan : menjabarkan langkah-langkah kegiatan yang harus dilakukan dan


disampaikan kader secara berurutan agar dapat mencapai tujuan pertemuan. Tahapan
kegiatan ini terdiri dari:

1. Pembukaan dan Tinjauan Kembali: berisi do’a pembuka, informasi tentang KB, tinjauan
tentang materi/informasi pada pertemuan sebelumnya, tinjauan terhadap tugas rumah.
2. Pengenalan Topik: berisi informasi tentang judul dan tujuan pertemuan serta informasi
atau pun kegiatan pengantar yang berkaitan dengan topik pertemuan.
3. Kegiatan Inti: berisi diskusi kelompok, permainan, kalimat-kalimat informasi serta
penggunaan media, bahan dan alat pendukung seperti lembar balik, film cerita, poster
dan buku KIA.
4. Kesimpulan: berisi proses penarikan kesimpulan oleh seluruh peserta dan
penyampaikan kesimpulan oleh kader.
5. Pengisian KKA (Kartu Kembang Anak): merupakan kegiatan pengisian KKA oleh kader

4 pendahuluan
dan peserta (orangtua anak), untuk memantau perkembangan anak.
6. Penyampaian Tugas Rumah: berisi perilaku pengasuhan yang diharapakan untuk
dilakukan di rumah oleh peserta BKB.

7. Penutup: berisi do’a penutup, informasi tentang KB dan salam penutup.

Di dalam setiap pertemuan tersebut di atas peserta BKB tidak dibagi berdasarkan
kelompok umur anak, hanya pada saat pengisian KKA dan kegiatan inti pada pertemuan ke
6, 7,8, dan 9 peserta dibagi ke dalam kelompok berdasarkan umur/usia anak.

Kader dapat membaca secara langsung semua kalimat yang ada dalam tanda kutipan “…”
dan ditulis miring, sedangkan kalimat yang tidak ada tanda kutip dan tidak ditulis miring tidak
perlu dibacakan kepada peserta, karena kalimat tersebut merupakan instruksi bagi kader.
Begitu juga dengan catatan bagi kader, tidak perlu dibacakan kepada peserta.

pendahuluan
5
Bagian II. Persiapan Pertemuan

A. Tugas dan peran kader dalam pengelolaan pertemuan

Pengelolaan kegiatan pertemuan BKB dilaksanakan oleh kader. Kader BKB adalah anggota
masyarakat yang bekerja secara sukarela dalam membina dan menyampaikan informasi
kepada orangtua balita tentang bagaimana mengasuh anak secara baik dan benar.

a. Syarat-syarat kader:

1. Laki-laki atau perempuan yang tinggal di lokasi kegiatan mempunyai minat


terhadap anak.
2. Paling sedikit dapat membaca dan menulis, menguasai bahasa Indonesia dan
bahasa daerah setempat.
3. Bersedia bekerja sebagai tenaga sukarela.
4. Bersedia dilatih sebelum melaksanakan kegiatan.
5. Mampu berkomunikasi dengan orangtua balita secara baik.

b. Tugas kader:

1. Melaksanakan pertemuan sesuai dengan materi dan tahapan kegiatan yang telah
ditentukan pada buku pegangan kader ini.
2. Mengadakan pengamatan perkembangan peserta BKB dan anak balitanya.
3. Memberikan pelayanan dan mengadakan kunjungan rumah.
4. Memotivasi orangtua untuk merujuk anak yang mengalami masalah tumbuh
kembang anak.
5. Memotivasi orangtua untuk mau melakukan tugas rumah yang ada di setiap
pertemuan.
6. Membuat laporan kegiatan dari masing-masing kelompok umur pada folmulir yang
telah disediakan.

c. Pembagian tugas kader

1. Kader inti adalah penyampai materi pada tahapan kegiatan inti dan kesimpulan
dalam pertemuan dengan orangtua peserta BKB dan bertanggung jawab atas
keseluruhan kegiatan.
2. Kader piket yang bertugas mengasuh anak dan balita yang hadir saat pertemuan.
3. Kader bantu adalah penyampai materi pada tahapan kegiatan pembukaan,
pengenalan topik, penyampaikan tugas rumah dan penutup.
4. Semua kader bertugas bersama-sama dalam tahapan pengisian KKA

6 pendahuluan
B. Saran untuk Teknik Fasilitasi yang Efektif

a. Tata ruang pertemuan

b. Pengaturan waktu

1. Selalu buat “waktu tambahan” untuk keterlambatan tidak terduga seperti terlambat
mulai atau waktu tambahan untuk menjelaskan dan tanya jawab.
2. Pastikan untuk menyampaikan materi dalam rentang waktu yang telah dituliskan
dalam buku pegangan kader.
3. Beri contoh kepada peserta dengan datang ke tempat pelatihan lebih awal dan
memulai pelatihan tepat waktu.
4. Minta bantuan relawan atau kader lainnya untuk memastikan pertemuan sesuai
jadwal dan memberikan tanda jika waktu hampir habis.

c. Mencairkan suasana

1. Beritahu para peserta tujuan dari kegiatan mencairkan suasana adalah untuk
penyegaran agar peserta tidak jenuh.
2. Pastikan kegiatan sesuai dengan umur dan jenis kelamin peserta.
3. Perhatikan batasan fisik para peserta.
4. Lakukan dengan singkat (tidak lebih dari 10 menit).
5. Pastikan kegiatan dapat dilakukan dengan ruangan yang tersedia.
6. Beri setiap peserta pilihan untuk melewatkan gilirannya atau tidak ikut serta.
7. Buatlah contoh dengan antusias ikut serta. (Jangan minta peserta melakukan hal
yang kader sendiri tidak mau melakukannya).
8. Jangan lakukan kegiatan yang terlalu rumit atau sulit.

pendahuluan
7
Contoh kegiatan mencairkan suasana ada pada Lampiran. Selain kegiatan mencairkan
suasana, kader dapat juga membuat yel-yel kelompok dan melakukan yel-yel BKB dan
KB disaat peserta mulai terlihat hilang konsentrasi atau saat kader ingin mendapatkan
perhatian peserta kembali. Berikut ini merupakan yel-yel BKB dan KB.

Salam BKB

Kader mengatakan “Salam BKB!”


Peserta dan kader menjawab dengan:
“Orangtua hebat” (sambil gerakan mengacungkan dua ibu jari)
“Balita cerdas” (sambil menunjuk ke kening dengan dua jari telunjuk)
“Keluarga Bahagia” (sambil membuat gerakan tangan membuat simbol hati (♥))

Salam KB
Kader Mengatakan “Salam KB!”
Peserta dan kader menjawab dengan:
“Dua anak cukup!”

Yel-yel Orangtua Hebat


Kader mengatakan “mau jadi orangtua hebat?”
Peserta dan kader menjawab dengan:
“Ayo ke BKB!” (sambil gerakan kedua tangan gaya mengajak orang ikut serta)

d. Penyampaian materi

1. Pastikan kader paham apa yang akan disampaikan.


2. Jangan terburu-buru menyampaikan materi.
3. Berjalanlah berkeliling ruangan (tidak hanya berdiri/duduk pada satu posisi saja)
dan buatlah nada dan volume suara yang berbeda sehingga menarik.
4. Sisipi penyampaian materi dengan kegiatan interaktif dan humor (hanya jika pantas
dan diperlukan).
5. Pastikan bahwa cerita pribadi dan analogi memiliki detail yang jelas dan pastikan
semua mengerti poin penting yang disampaikan.
6. Bagilah peserta yang berbeda-beda dalam setiap diskusi kelompok agar peserta
dapat saling berbaur.
7. Berikan informasi mengenai bahan-bahan lain yang kader rasakan berguna
dalam menghadapi anak-anak untuk membantu peserta mengerti materi yang
disampaikan.

8 pendahuluan
e. Menghadapi peserta

1. Sepakati aturan di pertemuan awal, aturan dapat ditambahkan selama


pertemuan dilaksanakan.
2. Usahakan untuk tidak membahas pendapat pribadi atau kepercayaan kader
pada saat diskusi. Fokus pada fakta yang ada dibuku orangtua hebat atau
KIA
3. Terbukalah pada pandangan atau pemikiran baru dari peserta.
4. Simpan pertanyaan atau masalah yang sulit dan tidak secara langsung terkait
dengan topik pertemuan.
5. Tidak semua komentar atau pendapat peserta membutuhkan jawaban,
beberapa hanya memerlukan ucapan “terima kasih”.
6. Arahkan diskusi kembali ke topik pertemuan, jika peserta atau teman kader lainnya
mulai lari dari topik yang sedang dibahas. Misalnya dengan mengulangi lagi
pertanyaan jika diskusi keluar dari topik.
7. Jika peserta terlibat diskusi berkepanjangan dan berbeda pendapat, sebaiknya
katakan, “Di dalam buku orangtua hebat yang saya baca mengatakan….” atau
“Mungkin bisa kita tanyakan pendapat dari peserta lainnya….”.
8. Ketika tidak ada tanggapan dari para peserta: beri mereka waktu untuk berpikir,
kemudian ajukan pertanyaan dengan cara yang berbeda, atau buatlah suatu
pernyataan dan tanyakan bagaimana pendapat mereka.
9. Ketika para peserta merasa jengkel atau frustasi mengenai pekerjaan mereka atau
terhadap situasi yang dihadapi, maka hal yang dapat dilakukan adalah:
a. Memastikan perasaan mereka didengarkan (contoh: “Itu terdengar sangat
menjengkelkan…“,“kesal sekali sepertinya ya…”).
b. Akui bahwa kader tidak dapat memecahkan masalah tersebut.
c. Minta peserta lain untuk menyampaikan pemikiran mereka.
d. Jika peserta memberikan tanggapan yang emosional, atau menggerutu, atau
kelihatan menarik diri – gunakan waktu istirahat untuk berbicara dengan mereka.
e. Diskusikan dengan kader yang lain.
10. Kader harus lebih banyak mendengarkan sebelum memberikan informasi.
11. Ucapkan terima kasih kepada para peserta karena telah berbagi pengalaman atau
pendapatnya kemudian ulangi atau jelaskan apa yang sudah disampaikan peserta
untuk memastikan hal tersebut dimengerti.

pendahuluan
9
C. Penggunaan Bahan dan Alat

a. Kantong Wasiat

• Kantong wasiat terdiri dari 7 kantong dan 13 kotak pertemuan yang berisi kartu-kartu
panduan pelaksanaan kegiatan.
• Tujuan penggunaan kantong dan kartu wasiat adalah sebagai panduan bagi kader
dalam melaksanakan tahapan-tahapan kegiatan secara berurutan.

Contoh kartu wasiat

PERTEMUAN 1 PEMBUKAAN (10)

1. Kader mengucapkan salam, menanyakan kabar peserta dengan ramah sambil men-
gucapkan terima kasih atas kesediaan untuk menghadiri pertemuan kali ini. Jumlah kartu 10
2. Kader menyampaikan tujuan dari pertemuan; buah untuk bagian
“Bapak/Ibu, t ujuan k ita berada d i sini untuk saling berbagi i nformasi dan bertukar
pikiran tentang pola pengasuhan anak melalui kegiatan Bina Keluarga Balita Holistik pembukaan
Integratif. Yang menjadi peserta d i kegiatan BKB H I adalah o rangtua dengan anak
balita atau anggota keluarga lain yang terlibat dalam pengasuhan anak”.

“Tujuan dari pertemuan ini adalah meningkatkan pemahaman orangtua tentang taha-
pan perencanaan h idup berkeluarga sehingga akan timbul kesadaran k ita t entang
peran dan fungsi keluarga. Dengan demikian, diharapkan kita memiliki pengetahuan,
ketrampilan, sikap dan perilaku positif yang bisa menjadi pedoman dalam pengasu-
han sehingga mendukung keberhasilan anak”.

Nomor urut kartu

Kantong wasiat

KANTONG WASIAT
Menjadi Orangtua Hebat

II. Pengenalan
I. Pembukaan
Topik

III. Kegiatan Inti IV. Kesimpulan

VI. Penyampaian
V. Pengisian KKA
Tugas Rumah

Mau jadi
Orang Tua VII. Penutup
ayo
Hebat ?? ke BKB !!

10 pendahuluan
b. Lembar Balik

• Lembar balik yang digunakan merupakan lembar balik seri Menjadi Orangtua Hebat
sebanyak 15 unit.
• Tujuan penggunaan lembar balik adalah sebagai alat bantu bagi kader dalam
menyampaikan pesan/informasi terkait topik bahasan.
• Kader perlu memahami penggunaan lembar balik, dimana ada lembaran yang ditunjukan
bagi peserta dan ada lembaran yang hanya ditujukan bagi kader, untuk menyampaikan
informasi kepada peserta.

pendahuluan
11
c. Alat Permainan Edukatif (APE)

Alat permainan edukatif (APE) adalah suatu alat permainan yang khusus digunakan dalam
pendidikan anak yang memiliki tujuan tertentu, antara lain untuk merangsang berbagai
kemampuan anak balita dalam hal gerakan kasar dan halus (otot tubuh, anggota badan,
jari-jari tangan), berbicara dan mengadakan hubungan dengan orang lain, kecerdasan,
bergaul dan menolong diri sendiri. Terdapat 3 persyaratan utama untuk menggolongkan
suatu alat permainan sebagai APE, yaitu:

1. Persyaratan edukatif (mendidik)

a. Anak diberikan kesempatan untuk menjajaki dan mencoba alat permainan dengan
bebas, sesuai dengan tingkat perkembangan, kemampuan dan minatnya.
b. Anak dirangsang untuk belajar mendapatkan suatu pemahaman atau lebih melalui
alat permainan yang diberikan. Misalnya pada permainan menara gelang ganda,
anak tidak hanya belajar memahami penyusunan gelang berdasarkan ukuran
terkecil ke terbesar saja tetapi juga berdasarkan ukuran terbesar ke terkecil.
c. Anak diberi kesempatan yang memungkinkannya untuk mengaitkan pengetahuan
atau pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan baru yang
diperoleh dari alat permainan, menjadi suatu pemahaman (konsep) baru. Misalnya
pada permainan menara gelang, pada awalnya anak memahami penggolongan
alat permainan berdasarkan ukuran (besar dan kecil) kemudian anak juga
mendapat kesempatan untuk memahami bahwa alat permainan yang sama
dapat dikelompokkan berdasarkan kesamaan ukuran (ukuran alat permainan yang
besar dipisahkan dan dikelompokkan menjadi satu, demikian pula dengan yang
ukurannya kecil).
d. Memiliki tujuan stimulasi (rangsangan) dan cara memainkan yang jelas sehingga
anak dapat leluasa mengembangkan minat dan kreativitasnya sesuai kemampuan.

2. Persyaratan teknis

Persyaratan teknis yang dimaksudkan terkait dengan kualitas pemilihan bahan alat
permainan, pemilihan bahan warna, ketepatan bentuk dan ukuran, ketersediaan bahan
(mudah dan murah untuk didapatkan) dan keamanan alat permainan. Jika terpenuhi, maka
akan memudahkan orangtua dalam memanfaatkan, mengembangkan dan menjelaskan
cara memainkannya.

3. Persyaratan estetika (keindahan)

Unsur keindahan APE akan membuat anak menjadi terdorong untuk bermain dan
mempertahankan minatnya, misalnya terlihat dari kemasan dan tampilan APE, keserasian
ukuran dan kombinasi warna, dan pemilihan warna yang cerah. APE memiliki berbagai
macam manfaat bagi pembelajaran anak. Berikut beberapa manfaat utama dari APE:

12 pendahuluan
1. Anak menyukai kegiatan yang dilakukannya karena dilakukan dalam suasana
bermain yang menyenangkan dan mengakrabkan hubungan anak dengan orangtua.
2. Anak menjadi lebih mengenal kemampuan dirinya dan menumbuhkan rasa percaya
diri.
3. Anak dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya sesuai dengan
minat dan usianya

APE yang digunakan dalam program BKB dikemas dalam satu perangkat yang disebut
dengan BKB kit. APE ini bertujuan untuk merangsang ketujuh aspek perkembangan
anak (gerakan/motorik kasar, gerakan/motorik halus, komunikasi aktif, komunikasi pasif,
kecerdasan, tingkah laku sosial, menolong diri sendiri) dan digunakan oleh kader sebagai
salah satu alat penunjang kegiatan penyuluhan di dalam kelompok BKB. Namun, jika BKB
kit ini tidak tersedia di kelompok BKB maka kader dapat menggunakan APE lain, baik yang
buatan pabrik maupun buatan sendiri.

Daftar APE yang biasanya ada dalam BKB KIT :

- Motorik/gerakan Kasar:
Giring-giring, bantal, guling, bola, bangku/meja, sendok, gelas dan piring plastik,
tali rafia, kapur/arang, balok kayu, keranjang/kardus/ember, biji-bijian.

- Motorik/gerakan halus:
Kursi, meja, tangga, kertas, kain, daun, gunting, manik-manik besar, tali, benang,
kertas lipat, sendok, garpu, sikat gigi, air, pasir, gelas, toples, baskom, balok-balok
rintangan, papan, menara balok, kardus, kotak bentuk, gambar berpola, lotto warna,
balok titian, bola kaki, bola tenis, penjepit kertas, botol air, kapur, pensil warna,
krayon, pensil, majalah/koran bekas, tangga silinder, tangga kubus, sepatu bertali,
buku gambar/mewarnai.

- Komunikasi Pasif:
Senter, suara, benda-benda di sekitar.

- Komunikasi Aktif:
Bola, pensil warna, benda-benda di sekitar.

- Kecerdasan
Pensil warna, krayon, tongkat kayu, buku cerita bergambar, benda-benda di sekitar,
foto keluarga, balok bentuk, kotak pola, menara gelang, aneka benda dengan
berbagai ragam bentuk, ukuran dan warna, buku cerita.

- Tingkah Laku Sosial:


Boneka dan anggota tubuh, buku cerita.

pendahuluan
13
- Menolong diri sendiri
Cangkir plastik yang bergagang, perlengkapan makan, cermin, benda di sekitar, buku
cerita, lagu, air mengalir (dari selang/kran), sandal, sepatu bertali, baju berkancing,
gayung, sikat dan pasta gigi, handuk, celana, air, ember, benda-benda/permainan
yang ada di sekitar.

Kader perlu memperhatikan penyimpanan dan perawatan APE yang dimiliki agar
dapat digunakan anak dalam keadaan aman, bersih dan nyaman. APE yang digunakan
perlu disimpan dengan baik di dalam wadah tertutup dan ditata sedemikian rupa agar
mudah ditemukan ketika akan digunakan kembali.

Jika terdapat APE yang rusak sebaiknya disimpan terpisah.

Berikut beberapa contoh cara perawatan APE dalam ruang (Indoor) yang dikutip dari
NSPK : Sarana Bermain Indoor Anak Usia Dini (Kemdikbud, 2015).

Bahan Cara Merawat

Kayu • Dilap
• Dicuci dan dikeringkan dalam periode
tertentu
• Disimpan di tempat yang tidak lembab
• Diamplas jika ada permukaannya tidak rata
atau tajam
• Dicat dengan cat non-toxic jika diperlukan

Plastik • Dicuci setelah digunakan


• Dikeringkan menggunakan lap kering atau
vakum
• Disimpan dan dirapikan
• Mainan plastik yang didesain memiliki
muatan listrik cukup dilap (mobil-mobilan,
boneka yang bisa berbicara)
• Mainan plastik yang bisa dimasukkan
dimulut setiap akan digunakan harus
disterilkan terlebih dahulu.

Tekstil • Minimal dicuci sebulan sekali


• Dikeringkan hingga benar-benar kering
hingga bagian terdalam
• Disimpan dan dirapikan
• Mainan dari bahan tekstil dengan muatan
listrik dicuci kering

14 pendahuluan
Karet • Dicuci setelah digunakan
• Mainan karet yang digunakan untuk
dimasukkan kedalam mulut harus
disterilkan setiap akan digunakan dan ketika
akan disimpan
• Disimpan dan dirapikan
• Mainan karet dengan muatan listrik cukup
dilap

Kertas • Jauhkan dari air dan api


• Simpan ditempat yang aman supaya tidak
tertindih, terlipat dan lain-lain
• Pembersihan hanya dilap menggunakan
lap kering

Logam • Dicuci satu minggu sekali


• Dikeringkan hingga benar-benar kering
• Kemudian dirapikan dan disimpan
• Untuk mainan logam yang memiliki muatan
listrik cukup dilap saja
• *Logam akan teroksidasi jika terpapar
oksigen (yang ada dalam air), jadi harus
benar-benar kering

Pasir • Diayak untuk memisahkan dari benda-


benda tajam, serangga dan kerikil
• Disangrai untuk membunuh binatang -
binatang kecil
• Ditutup dengan terpal atau wadah tertutup
setiap selesai dipakai

Campuran: • Dicuci seminggu sekali


mainan yang dibuat dari beberapa • Dikeringkan hingga benar-benar kering,
campuran bahan (kayu+logam, kain menggunakan lap atau vakum
+kayu, plastik + kayu, dll) • Disimpan
• Perhatikan perlakuan terhadap karakter bahan
masing-masing (biasanya dijelaskan pada
kemasan apa yang boleh dan tidak)

pendahuluan
15
d. Film Animasi

• Ada 2 unit film animasi, yaitu film animasi 1 dengan judul Menjadi Orangtua
Hebat dan film animasi 2 dengan judul Menjadi Contoh Bagi Anak.
• Tujuan penggunaan film animasi 1 adalah sebagai bahan sosialisasi tentang
pertemuan BKB dan bahan informasi terkait pengasuhan sejak memulai
hidup berkeluarga, masa kehamilan, hingga anak berusia 6 tahun.
• Tujuan penggunaan film animasi 2 adalah sebagai bahan diskusi dan
penyampaikan informasi yang digunakan pada pertemuan 11,12,13 terkait
topik perlindungan anak dampak media, dan pembentukan karakter anak.

16 pendahuluan
e. KKA (Kartu Kembang Anak)

KKA adalah kartu yang digunakan untuk memantau kegiatan pengasuhan yang
dilakukan orangtua dan tumbuh kembang anak. KKA ini dapat bermanfaat bagi :

1. Orangtua
Orangtua dapat memantau, membimbing serta membina tumbuh kembang
anaknya dengan cara asah, asih dan asuh sesuai dengan kemampuan dan
usia anak.

2. Anak
Pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang secara baik dan
benar (optimal).

3. Kader
Memudahkan kader dalam melakukan penyuluhan dalam program BKB.

KKA ini diisi oleh kader bersama dengan orangtua dan dilakukan pada saat
pertama kali orangtua dan balita hadir di tempat penyuluhan BKB kemudian
dilanjutkan setiap bulan pada pertemuan berikutnya. KKA terdiri dari kolom :

1. Identitas orangtua dan anak.

2. Tugas perkembangan anak.

3. Angka disamping kode yang menunjukkan nomor urut tugas perkembangan


anak.

4. Kotak-kotak yang berguna untuk memantau tugas perkembangan anak


sesuai umurnya.

5. Bulan dan tahun kelahiran anak.

6. Pesan-pesan (persiapan tugas berikutnya) yang perlu dilakukan oleh


orangtua/ibu bila anak belum dapat melakukan tugas perkembangan sesuai
umurnya.

7. Cara orangtua/ibu mengasuh anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik dan benar (optimal).

pendahuluan
17
8. Uraian tentang petunjuk pengisian keseluruhan tugas perkembangan anak
dan informasi tentang rujukan dapat dilihat di dalam buku pedoman KKA
(BKKBN, 2015). Namun, mengingat latar belakang budaya dan pendidikan
orangtua di Indonesia yang beragam maka dalam pengembangan modul
ini, informasi terkait KKA tidak hanya dimuat dalam bentuk buku tetapi juga
dalam bentuk media visual, yaitu berupa film dan kartu ilustrasi KKA (terlampir).

f. Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

• Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) adalah buku yang berisi catatan kesehatan
ibu hamil hingga anak lahir dan berusia 5 tahun.
• Tujuan penggunaan buku KIA dalam pertemuan BKB adalah sebagai alat
bantu dalam penyampaian pesan kesehatan dan gizi pada pertemuan 4,5,6
serta alat bantu dalam menyampaikan informasi terkait perlindungan anak
pada pertemuan 11.
• Buku KIA yang digunakan dalam buku panduan ini adalah edisi tahun 2015.

362.198.2
Ind
b
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
BUKU
KESEHATAN IBU DAN ANAK

Nama Ibu : _______________________________

Nama Anak : _______________________________

_______________________________

18 pendahuluan
g. Alat tulis

• Alat tulis yang digunakan berupa: pulpen, spidol, kertas ukuran A4 atau
ukuran besar.
• Tujuan penggunaan alat tulis adalah untuk membantu peserta dalam
mencatat hasil diskusi kelompok.

D. Pertemuan Awal dengan calon dan peserta BKB

Sebelum memulai kegiatan pertemuan BKB bersama orangtua balita atau peserta
BKB pastikan kader telah mendapatkan pelatihan terkait buku pegangan kader
yang berisi 13 sesi pertemuan. Selain itu kader juga perlu mendapatkan dukungan
dari tokoh masyarakat desa, misalnya kepala desa, kepala dusun, ketua PKK desa
atau pengelola PAUD dan koordinator kader Posyandu setempat.

Sebelum memulai pertemuan rutin BKB, kader perlu melakukan pertemuan awal
untuk menjaring peserta baru dan menarik minta peserta agar mau hadir dalam
pertemuan BKB. Untuk mempersiapakan pertemuan awal kader perlu mengundang
calon peserta BKB.

Undangan bisa disampaikan melalui lisan atau tulisan. Sampaikan di dalam


undangan bahwa pertemuan dengan orangtua ini bertujuan untuk memberitahukan
kepada orangtua atau peserta bahwa akan dilaksanakan kegiatan belajar bersama
tentang pengasuhan anak. Untuk itu kader meminta kesediaan para orangtua untuk
ikut dalam kegiatan belajar bersama tersebut. Kader dapat minta kesediaan kedua
orangtua untuk hadir (Bapak dan Ibu).

pendahuluan
19
Melaksanakan pertemuan awal bersama orangtua balita atau peserta
BKB.

Tujuan:

• Menyampaikan rencana kegiatan pertemuan rutin BKB.


• Mengajak peserta untuk mau terlibat secara aktif dan berkesinambungan.
• Menyampaikan topik-topik yang akan dipelajari dalam pertemuan rutin
tersebut nantinya.

Hasil yang diharapkan:

• Calon peserta tertarik dan berminat mengikuti pertemuan rutin BKB.


• Calon peserta tahu topik-topik yang akan dibahas dalam pertemuan nantinya.

Durasi: 90 menit

Bahan dan Alat:

• Buku Pegangan Kader


• Daftar hadir calon peserta
• KKA
• Film Animasi Cerita 1. Menjadi Orangtua Hebat
• Alat tulis
• Daftar Indikator Kesejahteraan Anak (terdapat pada lampiran)

Tahapan kegiatan:

I. Pembukaan (10 menit)

I.1 Kader mengucapkan salam, menanyakan kabar peserta dengan ramah sambil
mengucapkan terima kasih atas kesediaan untuk menghadiri pertemuan awal ini.

I.2 Kader menyampaikan tujuan dari pertemuan;


“Bapak/Ibu, kami para kader BKB mengundang Bapak/Ibu dengan tujuan
untuk mengajak Bapak/Ibu yang memiliki balita dan anak usia 6 tahun agar mau
mengikuti pertemuan rutin BKB”.

“Dalam pertemuan rutin BKB nantinya kita akan belajar bagaimana menjadi
orangtua hebat!. Orangtua yang hebat pasti akan membesarkan anak yang hebat
pula!”.

“Nanti akan saya sampaikan lebih lanjut apa saja yang akan dibahas pada
pertemuan rutin BKB dan hal-hal lain yang perlu disepakati terkait pertemuan
tersebut, sebelumnya marilah kita berdoa bersama membuka pertemuan ini”.

20 pendahuluan
I.3 Kader meminta kesediaan salah satu peserta untuk memimpin doa pembukaan
sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut oleh peserta.

I.4 Kader mengucapkan terima kasih kepada peserta yang sudah memimpin doa.

I.5 Kader mengajak peserta untuk melihat tayangan film animasi 1. Menjadi Keluarga
Hebat. Jika film tidak dapat ditayangkan maka kader dapat menunjukan potongan
gambar yang ada di bawah ini (atau yang ada pada kartu di kantong wasiat) kepada
peserta, sambil menceritakan isi film atau gambar tersebut.

1. 2.

Pembukaan. Iman dan Asih baru saja menikah.

3. 4.

Pada suatu hari orangtua iman Bangun harapan bersama terhadap


datang berkunjung. Sambil anak. Sepakati bersama aturan
duduk - duduk, bapaknya Iman dalam rumah tangga & dalam
memberikan wejangan mengenai mengasuh anak. Selalu berbicara
8 fungsi keluarga. dengan lembut dan positif.

5. 6.

Sambil makan siang, Asih dan Beberapa bulan kemudian Bu Asih


Iman mendapatkan wejangan dari hamil.
Ibu mengenai pengasuhan anak.

pendahuluan
21
7. 8.

Stimulasi selama hamil dapat


Bu Asih dan Pak Iman periksa ke dilakukan dengan membelai perut
bidan. ibu hamil dan mengajak bicara
janin dalam perut.

9. 10.

Agar otak janin dapat tumbuh Bidan menjelaskan pentingnya


dengan baik. makanan bergizi selama
kehamilan, stimulasi saat
kehamilan.

11. 12.

Dua tahun berikutnya.. Bu Asih mendapat penjelasan


Bu Asih dan Pak Iman sudah dari tetangganya tentang manfaat
memiliki anak bernama Rangga. stimulasi dan gizi seimbang bagi
tumbuh kembang anak.
Bu Sari, tetangga Bu Asih
mengajak Bu Asih ikut program
13. BKB.

Selesai.

22 pendahuluan
I.6 Sampaikan kepada peserta bahwa tayangan film tadi menggambarkan informasi
apa saja yang akan peserta diskusikan dalam 13 pertemuan rutin BKB.

II. Perkenalan Peserta dan Kader (20 menit)

II.1 Kader mengajak peserta untuk berkenalan, kader meminta semua peserta untuk
berdiri dalam lingkaran besar dan masing-masing peserta serta kader yang hadir
berkenalan dengan menyampaikan:

- Nama
- Jumlah Anak
- Cita-cita peserta ketika kecil

II.2 Setelah semua peserta dan kader berkenalan, selanjutnya kader menyampaikan.

“Setiap kita memiliki cita-cita ketika kecil, berharap saat dewasa nanti bisa
terwujud. Begitu juga dengan anak-anak kita, mereka memiliki cita-cita masing-
masing”.

“Sudah menjadi tugas kita sebagai orangtua untuk membantu anak mencapai
cita-citanya. Pertemuan BKB nantinya akan membantu Bapak/Ibu dalam mengasuh
anak sehingga bisa mendorong anak mencapai cita-cita nya kelak”.

III. Memahami Situasi Anak (20 menit)

III.1 Kader membagi peserta untuk duduk dalam 3 kelompok. Lalu setiap kelompok
diminta untuk mendiskusikan hal berikut:

Kelompok 1 : kondisi kesehatan dan gizi balita dan anak usia 0-6 tahun di sekitar
tempat tinggal peserta. Diskusikan (1) hal-hal baik terkait kondisi kesehatan dan
gizi anak dan (2) hal-hal yang belum baik terkait kondisi kesehatan dan gizi
anak.

Kelompok 2 : kondisi pendidikan/perkembangan/pembelajaran balita dan anak


usia 0-6 tahun di sekitar tempat tinggal peserta. Diskusikan (1) hal-hal baik
terkait kondisi pendidikan/perkembangan/pembelajaran dan (2) hal-hal yang
belum baik terkait kondisi pendidikan/perkembangan/pembelajaran anak.

Kelompok 3 : kondisi keamanan/perlindungan balita dan anak usia 0-6 tahun


di sekitar tempat tinggal peserta. Diskusikan (1) hal-hal baik terkait kondisi
keamanan/perlindungan dan (2) hal-hal yang belum baik terkait kondisi
keamanan/perlindungan anak.

pendahuluan
23
Catatan bagi kader: Bagikan daftar indikator kesejahteraan anak, yang terdapat
pada lampiran kepada setiap kelompok, sebagai bahan acuan dalam melakukan
diskusi.
Indikator kesehatan gizi untuk kelompok 1, indikator pendidikan/perkembangan
untuk kelompok 2, dan indikator perlindungan untuk kelompok 3.

III.2 Berikan waktu 10 menit untuk diskusi kelompok. Lalu minta perwakilan kelompok
menyampaikan hasil diskusinya.

III.3 Ucapkan terima kasih kepada setiap kelompok. Lalu sampaikan:

“Ternyata kondisi anak dan balita di lingkungan sekitar kita sudah ada yang baik
dan masih ada yang belum berjalan baik”.

“Kita dapat berusaha bersama untuk memperbaiki kondisi yang belum baik
tersebut, langkah awal untuk memperbaiki kondisi anak-anak kita adalah dengan
mengikuti pertemuan BKB”.

IV. Pengenalan Pertemuan BKB Holistik Integratif (15 menit)

IV.1 Kader mengajak peserta melakukan Salam BKB. Ulangi beberapa kali hingga
peserta terdengar kompak dalam menjawab salam BKB.

Salam BKB

Kader mengatakan “Salam BKB!”


Peserta dan kader menjawab dengan:
“Orangtua hebat” (sambil gerakan mengacungkan dua ibu jari)
“Balita cerdas” (sambil menunjuk ke kening dengan dua jari telunjuk)
“Keluarga Bahagia” (sambil membuat gerakan tangan membuat simbol hati (♥))

IV.2 Kader menyampaikan judul dari ke 13 pertemuan yaitu sebagai berikut:

Pertemuan 1. Perencanaan Hidup Berkeluarga dan Harapan Orangtua


Terhadap Masa Depan Anak.
Pertemuan 2. Memahami Konsep Diri yang Positif dan Konsep Pengasuhan.
Pertemuan 3. Peran orangtua dan keterlibatan ayah dalam pengasuhan.
Pertemuan 4. Menjaga Kesehatan Anak Usia Dini.
Pertemuan 5. Pemenuhan Gizi Anak Usia Dini.
Pertemuan 6. Pembiasaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Anak
usia Dini.

24 pendahuluan
Pertemuan 7. Stimulasi Perkembangan Gerakan Kasar dan Gerakan Halus.
Pertemuan 8. Stimulasi Perkembangan Komunikasi Aktif, Komunikasi Pasif dan
Kecerdasan.
Pertemuan 9. Stimulasi Perkembangan Kemampuan Menolong Diri Sendiri dan
Tingkah Laku Sosial.
Pertemuan 10. Pengenalan Kesehatan Reproduksi Pada Anak Usia Dini.
Pertemuan 11. Perlindungan Anak.
Pertemuan 12. Menjaga Anak dari Pengaruh Media.
Pertemuan 13. Pembentukan Karakter Anak Usia Dini.

IV.3 Kader menyampaikan struktur pertemuan nantinya akan terdiri dari:

• Pembukaan dan tinjauan kembali apa yang sudah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya.
• Pengenalan Topik.
• Kegiatan inti yang berisi diskusi kelompok dan permainan serta pemutaran film.
• Kesimpulan, dimana kader dan peserta menyimpulkan bersama apa yang
telah dipelajari pada hari tersebut.
• Pengisian KKA, untuk memantau perkembangan anak.
• Penyampaian tugas rumah, dimana kader akan meminta peserta untuk
melakukan praktek pengasuhan yang baik di rumah, dan akan ditinjau kembali
pelaksanaan tugas rumahnya pada pertemuan berikutnya.
• Penutup.

IV.4 Kader menyampaikan di setiap pertemuan nantinya peserta akan diingatkan untuk
ber-KB. Sampaikan hal berikut:
“Bapak/Ibu apakah ada yang tahu manfaat KB?”. (tunggu jawaban peserta baru
kemudian kader melanjutkan)

“Manfaat KB adalah dapat mengurangi resiko kehamilan pada ibu, yang dikenal
dengan sebutan 4T”. Istilah 4T digunakan agar kita mudah mengingatnya”.

“Apakah ada yang tahu apa itu 4T?”. (tunggu jawaban peserta baru kemudian
kader melanjutkan)

“4T adalah:
• Terlalu muda (usia di bawah 16 tahun)
• Terlalu tua (usia di atas 35 tahun)
• Terlalu sering/dekat (perbedaan usia antar anak sangat dekat)
• Terlalu banyak (memiliki lebih dari empat orang anak)”.

“Diharapkan akan lebih banyak pasangan yang menggunakan metode KB jangka


panjang agar kehidupan keluarga bisa lebih terencana”.

pendahuluan
25
IV.5 Kader memperkenalkan kepada peserta “salam KB” dan mengajak peserta
melakukan dan mengulangi beberapa kali.

Salam KB

Kader Mengatakan “Salam KB!”


Peserta dan kader menjawab dengan:
“Dua anak cukup!”

Catatan bagi kader: Informasi mengenai berbagai metode kontrasepsi ada


pada lampiran. Di akhir pertemuan ini kader juga dapat mendata jumlah peserta/
pasangan yang telah menggunakan alat kontrasepsi dan metode yang digunakan.
Lakukan pencatatan secara berkala, bisa di setiap awal atau akhir pertemuan BKB.

V. Membuat kesepakatan terkait pertemuan BKB (20 menit)

V.1 Kader menyampaikan bahwa:

“Melalui pertemuan BKB diharapkan para orangtua dapat belajar bersama


tentang cara – cara yang bisa dilakukan di rumah untuk dapat membantu anak
menjadi lebih sehat, lebih cerdas dan lebih bahagia”.

“Kegiatan ini bersifat sukarela, tidak dipungut biaya dan tidak akan ada biaya/
uang transport yang diberikan untuk hadir dalam kegiatan ini, namun diharapkan
semua orangtua dapat hadir karena ilmu yang didapat akan bermanfaat bagi
anak mereka kelak”.

V.2 Setelah menyampaikan hal di atas kemudian sepakati hal berikut ini bersama
orangtua;

• Waktu dan tempat pelaksanaan pertemuan. Sepakati tanggal, hari dan waktu
pertemuan.
• Siapa yang akan hadir. Sepakati apakah Bapak atau Ibu, atau keduanya yang
akan hadir dalam pertemuan tersebut, sarankan sebaiknya kedua orangtua
hadir mengikuti pertemuan.
• Sepakati mekanisme “orangtua pengganti” yang harus tetap datang
menggantikan Bapak atau Ibu yang tidak dapat hadir pada pertemuan.

26 pendahuluan
V.3 Kader mengajak peserta melakukan yel-yel orangtua hebat.

Yel-yel Orangtua Hebat

Kader mengatakan “mau jadi orangtua hebat?”


Peserta dan kader menjawab dengan:
“Ayo ke BKB!” (sambil gerakan kedua tangan gaya mengajak orang ikut serta)

V.I Penutup (5 menit)

VI.1 Kader merangkum kembali hasil kesepakatan terkait mekanisme pertemuan yang
telah didiskusikan di atas.

VI.2 Kader meminta salah seorang peserta untuk memimpin do’a penutup.

VI.3 Kader menutup pertemuan dan mengucapkan terima kasih atas kehadiran dan
partisipasi peserta dalam diskusi pada pertemuan ini.

VII. Persiapan kader sebelum pertemuan

Satu minggu atau beberapa hari sebelum pertemuan BKB :

1. Bacalah buku pegangan kader BKB terutama bagian yang sesuai dengan
kebutuhan pertemuan, beri catatan untuk bagian-bagian yang sulit atau kurang
jelas.
2. Pelajari bersama kader lainnya bagian-bagian yang sulit tersebut.
3. Kumpulkan semua bahan yang ada dalam daftar bahan dan alat untuk setiap
pertemuan.
4. Praktekan bersama kader lainnya setiap permainan atau kegiatan yang ada
pada tahapan kegiatan pertemuan, untuk meyakinkan bahwa kader dapat
melaksanakannya bersama peserta nantinya.
5. Siapkan materi tambahan lainnya yang mungkin dibutuhkan, seperti alat tulis,
pengeras suara dan minuman.

pendahuluan
27
28 pertemuan 1
Pertemuan 1

Perencanaan Hidup Berkeluarga dan Harapan


Orangtua Terhadap Masa Depan Anak.

pertemuan 1
29
“Siapa saja bisa memiliki anak dan menyebut diri mereka
“orangtua”. Orangtua sejati adalah seseorang yang
menempatkan kebutuhan anak diatas kebutuhan dan
keinginan pribadinya”
-anonymous-
“Untuk berada dalam memori indah anak di masa yang akan
datang, anda harus sepenuhnya hadir dalam kehidupannya
saat ini”
-Barbara Johnson k.-

30 pertemuan 1
Tujuan:

1. Meningkatkan pemahaman orangtua tentang tahapan perencanaan hidup berkeluarga.


2. Menumbuhkan kesadaran orangtua akan peran dan fungsi keluarga.
3. Menumbuhkan harapan yang positif terhadap masa depan anak.
4. Memberikan pemahaman tentang pentingnya 1000 HPK

Hasil yang diharapkan:

1. Orangtua dapat membuat perencanaan hidup berkeluarga.


2. Orangtua dapat menerapkan delapan fungsi keluarga dalam kehidupan sehari-hari.
3. Orangtua memiliki harapan yang positif terhadap masa depan anak.

Durasi:

120 menit.

Bahan dan Alat:

• Kantong Wasiat • Film Animasi Cerita 1. Menjadi


• Kartu Kembang Anak Orangtua Hebat
• Buku Penerapan Delapan Fungsi • Buku 1 Menjadi Orangtua Hebat
Keluarga • Alat Tulis (kertas dan pulpen,
atau kertas plano dan spidol)
• Buku Bahan Penyuluhan Bagi
Kader BKB. Pentingnya 1000 HPK

pertemuan 1
31
Tahapan Kegiatan:

I. Pembukaan (10 menit)

I.1 Kader mengucapkan salam, menanyakan kabar peserta dengan ramah sambil
mengucapkan terima kasih atas kesediaan untuk menghadiri pertemuan kali ini.

I.2 Kader menyampaikan tujuan dari pertemuan;


“Bapak/Ibu, tujuan kita berada di sini untuk saling berbagi informasi dan bertukar
pikiran tentang pola pengasuhan anak melalui kegiatan Bina Keluarga Balita Holistik
Integratif. Yang menjadi peserta di kegiatan BKB HI adalah orangtua dengan anak balita
atau anggota keluarga lain yang terlibat dalam pengasuhan anak”.

“Tujuan dari pertemuan ini adalah meningkatkan pemahaman orangtua tentang


tahapan perencanaan hidup berkeluarga sehingga akan timbul kesadaran kita tentang
peran dan fungsi keluarga. Dengan demikian, diharapkan kita memiliki pengetahuan,
keterampilan, sikap dan perilaku positif yang bisa menjadi pedoman dalam pengasuhan
sehingga mendukung keberhasilan anak”.

“Bapak/Ibu, untuk membantu kita mengetahui tumbuh kembang anak di setiap periode
usia, kita menggunakan Kartu Kembang Anak (KKA). Kartu Kembang Anak adalah media
atau alat bantu bagi kita untuk memantau perkembangan anak dan memberikan stimulasi
agar anak berkembang sesuai dengan usianya. Untuk penggunaan KKA, akan dijelaskan
lebih lanjut nantinya”.

“Apakah Bapak/Ibu sudah siap untuk melanjutkan diskusi ini?. Diharapkan nantinya
Bapak/Ibu terlibat aktif dalam pertemuan ini. Mari kita awali pertemuan kita dengan
berdoa terlebih dahulu”.

I.3 Kader meminta kesediaan salah satu peserta untuk memimpin doa pembukaan sesuai
dengan doa keagamaan mayoritas peserta.

I.4 Kader mengucapkan terima kasih kepada peserta atau relawan yang sudah memimpin
doa.

I.5 Kader mengingatkan tentang KB, dengan bertanya dan menyampaikan hal berikut:

Apakah Bapak/Ibu sudah ber-KB?”. (Tunggu jawaban peserta, lalu kader menanggapi)
Terima kasih bagi yang sudah ber-KB. Semoga dapat terus dilakukan, karena ber-KB
membawa banyak manfaat bagi ibu, anak dan keluarga”.

“ Akan lebih baik dan sangat dianjurkan untuk menggunakan cara KB jangka panjang
yaitu sprial/IUD, implan/susuk KB, vasektomi (MOP), dan tubektomi (MOW)”.

32 pertemuan 1
“Bapak/Ibu yang belum ber-KB dapat melakukan diskusi dengan bidan untuk mengetahui
metode KB apa yang cocok dan jangka panjang manfaatnya”.

Catatan bagi kader : Berbagai metode KB yang bisa digunakan adalah sebagai berikut

Di akhir pertemuan ini kader juga dapat mendata jumlah peserta/pasangan yang telah
menggunakan alat kontrasepsi dan metode yang digunakan. Lakukan pencatatan secara
berkala, bisa di setiap awal atau akhir pertemuan BKB selanjutnya.

pertemuan 1
33
I.6 Kader mengajak peserta untuk melihat tanyangan film animasi 1. Menjadi Orangtua Hebat.
Jika film tidak dapat di tanyangkan maka kader dapat menunjukan potongan gambar yang
ada di bawah ini (atau yang ada pada kartu di kantong wasiat) kepada peserta, sambil
menceritakan isi film atau gambar tersebut.

1. 2.

pembukaan. Iman dan Asih baru saja menikah.

3. 4.

Pada suatu hari orangtua iman bangun harapan bersama terhadap


datang berkunjung. Sambil duduk- anak. Sepakati bersama aturan dalam
duduk, bapaknya Iman memberikan rumah tangga & dalam mengasuh
wejangan mengenai 8 fungsi anak. Selalu berbicara dengan lembut
keluarga. dan positif.

5. 6.

sambil makan siang Asih dan Iman Beberapa bulan kemudian


mendapatkan wejangan dari Ibu Bu Asih hamil.
mengenai pengasuhan anak .

34 pertemuan 1
7. 8.

Bu Asih dan Pak Iman periksa ke Stimulasi selama hamil dapat


bidan. dilakukan dengan membelai perut
ibu hamil dan mengajak bicara
janin dalam perut.

9. 10.

agar otak janin dapat tumbuh bidan menjelaskan pentingnya


dengan baik. makanan bergizi selama
kehamilan, stimulasi saat
kehamilan.

11. 12.

Dua tahun berikutnya.. Bu Asih mendapat penjelasan


Bu Asih dan Pak Iman sudah dari tetangganya tentang manfaat
memiliki anak bernama Rangga. stimulasi dan gizi seimbang bagi
tumbuh kembang anak.

13. Bu Rini, tetangga Bu Asih mengajak


Bu Asih ikut program BKB.

Selesai.

pertemuan 1
35
I.7 Sampaikan kepada peserta bahwa tayangan film tadi menggambarkan informasi apa
saja yang akan peserta diskusikan dalam 13 pertemuan BKB.

I.8 Kader mengajak peserta melakukan salam BKB

Salam BKB
Kader mengatakan “Salam BKB!”
Peserta dan kader menjawab dengan:
“Orangtua hebat” (sambil gerakan mengacungkan dua ibu jari)
“Balita cerdas” (sambil menunjuk ke kening dengan dua jari telunjuk)
“Keluarga Bahagia” (sambil membuat gerakan tangan membuat simbol hati (♥))

II. Pengenalan Topik (10 menit)

II.1 Kader mengatakan :


“Pada pertemuan kali ini, kita akan membahas tentang Perencanaan Hidup Berkeluarga
dan Harapan Orangtua Terhadap Masa Depan Anak. Saya sangat yakin Bapak/Ibu semua
memiliki maksud dan tujuan untuk hidup berkeluarga dan menginginkan agar keluarga
yang dibangun bisa bahagia dan sejahtera”.

“Bapak/Ibu, membangun keluarga merupakan awal lahirnya generasi mendatang


dimana keluarga merupakan tempat untuk mendidik dan membentuk watak, moral serta
melatih kebersamaan sebagai bekal kehidupan bermasyarakat”.

“Dalam hal ini, calon ayah dan ibu perlu menentukan keluarga seperti apa yang
menjadi impian, pilihan dan harapannya serta perlu memiliki pengetahuan yang cukup
untuk menjadi ayah dan ibu bagi anak yang berkualitas. Untuk itulah kita hadir di sini
untuk berdiskusi seperti apa model keluarga yang diinginkan dan apa yang harus kita
persiapkan”.

“Untuk memudahkan kita memahami bagaimana merencanakan hidup berkeluarga,


saya akan membagi kita dalam dua kelompok”.

36 pertemuan 1
III. Kegiatan Inti (60 menit)

III.1 Kader membagi peserta menjadi 2 kelompok. Pembagian kelompok dilakukan dengan
meminta peserta berhitung secara berurutan satu (peserta 1), dua (peserta 2), satu (peserta
3), dua (peserta 4), satu (peserta 5), dua (peserta 6), dan seterusnya.

III.2 Setiap kelompok diberikan satu set kartu dari kantong wasiat yang sudah dituliskan dengan
tahapan perencanaan hidup berkeluarga. Satu set kartu berisi 6 tahapan perencanaan
hidup berkeluarga.

III.3 Tugas setiap kelompok adalah menyusun tahapan perencanaan hidup berkeluarga
sesuai dengan urutan yang benar. Berikan waktu selama 5 menit untuk setiap kelompok
berdiskusi. Selanjutnya minta setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.

III.4 Ucapkan terima kasih atas kerja/diskusi kelompok dan presentasi yang dilakukan.

III.5 Kader mengatakan;


“Setiap orang yang ingin hidup berkeluarga atau memasuki jenjang perkawinan perlu
melakukan sejumlah persiapan. Persiapan itu terkait dengan tahapan perencanaan hidup
berkeluarga”.
Tahapan yang benar adalah; 1). merencanakan usia pernikahan; 2). Membina hubungan
antar pasangan; 3). Merencanakan kelahiran anak pertama; 4). Mengatur jarak kelahiran;
5). Berhenti melahirkan anak di usia 35 tahun; 6). Merawat dan mengasuh anak usia
balita)”.

Merencanakan usia Membina hubungan antar


pernikahan (20-21thn) pasangan, dengan keluarga
lain dan kelompok sosial

Merencanakan kelahiran Mengatur jarak kelahiran


anak pertama persiapan dengan mengunakan alat
menjadi orangtua kontrasepsi

Berhenti melahirkan di usia Merawat dan mengasuh


35 tahun agar dapat anak usia balita memenuhi
merawat balita secara kebutuhan mendasar anak
optimal (kebutuhan fisik, kasih sayang
dan stmulasi)

( Sumber: Buku 1 Menjadi Orangtua Hebat tahun 2015 halaman 5 )

pertemuan 1
37
III.6 Selanjutnya Kader memperkenalkan fungsi keluarga.
”Ketika membentuk sebuah keluarga, setiap kita berkeinginan agar keluarga yang
dibangun bisa bahagia dan sejahtera. Kebahagiaan itu bila fungsi keluarga terjalani
dengan baik. Nah, apa saja fungsi keluarga”.

Fungsi Keagamaan Fungsi Sosialisasi & Pendidikan

Orangtua menjadi contoh panutan bagi Orangtua mampu mendorong anak-


anak-anaknya dalam beribadah termasuk anaknya untuk bersosialisasi dengan
sikap dan perilaku sehari-hari sesuai lingkungannya serta mengenyam
dengan norma agama pendidikan untuk masa depannya

Fungsi Cinta Kasih Fungsi Perlindungan


Orangtua mempunyai kewajiban Orangtua selalu berusaha menumbuhkan
memberikan cinta kasih kepada anak- rasa aman, nyaman dan kehangatan bagi
anak, anggota keluarga lain sehingga seluruh anggota keluarganya sehingga
keluarga menjadi wadah utama anak-anak merasa nyaman berada di
berseminya kehidupan yang penuh cinta rumah
kasih

Fungsi Reproduksi Fungsi Sosial Budaya


Orangtua sepakat untuk mengatur Orangtua menjadi contoh perilaku sosial
jumlah anak serta jarak kelahiran dan budaya dengan cara bertutur kata, bersikap
menjaga anak-anaknya terutama yang dan bertindak sesuai dengan budaya timur
sudah remaja menjaga kesehatan agar anak-anak bisa melestarikan dan
reproduksinya secara sehat, menghindari mengembangkan budaya dengan rasa
kehamilan sebelum menikah bangga

Fungsi Ekonomi Fungsi Lingkungan


Orangtua bertanggung jawab untuk Orangtua selalu mengajarkan kepada
memenuhi kebutuhan keluarganya anak-anak untuk menjaga dan memelihara
lingkungan,keharmonisan keluarga dan
lingkungan sekitar

( Sumber: Buku 1 Menjadi Orangtua Hebat tahun 2015 halaman 10 )

38 pertemuan 1
III.7 Kader mengambil satu set kartu fungsi keluarga di kantong wasiat dan menempelkan
pada papan tulis atau dinding (8 Fungsi Keluarga; 1). Keagamaan, 2). Sosial budaya. 3).
Cinta kasih. 4). Perlindungan. 5). Reproduksi. 6). Sosialisasi dan pendidikan. 7). Ekonomi. 8)
pembinaan lingkungan).

III.8 Kader menjelaskan secara singkat setiap fungsi keluarga. Sampaikan juga bahwa fungsi
keluarga ini sama seperti yang telah disampaikan pada film/cerita animasi tentang
Menjadi Orangtua Hebat. Kader juga dapat memberikan contoh penerapan delapan
fungsi keluarga dalam kehidupan sehari-hari, dengan melihat pada contoh-contoh di
dalam buku penerapan delapan fungsi keluarga, yang juga dirangkum dalam lampiran.

III.9 Kader meminta peserta untuk tetap duduk berkelompok dan mendiskusikan harapan
orangtua terhadap masa depan anak.

III.10 Kader mengatakan :


“Semua orangtua memiliki harapan terhadap masa depan anak. Harapan-harapan
apa saja yang dimiliki orangtua? Apakah cara-cara pengasuhan yang kita lakukan
dapat membantu anak mencapai harapan-harapan tersebut? Hal inilah yang akan kita
diskusikan saat ini”.

III.11 Kader meminta peserta menutup mata dan membayangkan harapan terhadap anak
ketika anak sudah berusia 25 tahun. Berikan waktu sekitar 5 menit.

III.12 Kader meminta peserta menyampaikan pendapat secara bergiliran dalam kelompok
masing-masing mengenai harapan orangtua terhadap anak mereka masing-masing
setelah 25 tahun dan apa yang akan dicapai anak kelak.

III.13 Kader mendengarkan hasil yang didiskusikan dan secara ringkas mencatat harapan-
harapan yang dikemukakan.

III.14 Kader meminta setiap kelompok memilih 2 harapan untuk didiskusikan lebih lanjut.
Hanya sebagai contoh harapan yang dipilih: anak menjadi orang yang berguna bagi
bangsa atau anak sukses dalam pekerjaan.

III.15 Tiap kelompok mendapat tugas mendiskusikan praktik-praktik pengasuhan sehari-hari


yang baik dan menurut peserta berguna untuk membantu mencapai harapan tersebut.

pertemuan 1
39
Catatan bagi kader: jika diperlukan Kader dapat menekankan:
“Bila Bapak/Ibu tidak melakukan apapun di rumah, anak tidak akan mewujudkan
harapan Bapak/ Ibu tersebut.”

III.16 Masing-masing kader mendampingi satu kelompok dan mencatat pendapat-pendapat


yang dikemukakan. Kelompok kemudian diminta menunjuk satu anggota yang akan
mempresentasikan (menyampaikan) hasil diskusi.
III.17 Presentasi (menyampaikan) hasil kelompok. Setelah setiap kelompok presentasi
kader bertanya apakah ada tambahan dari kelompok lain atau apakah ada yang ingin
memberikan komentar terhadap apa yang telah disampaikan.

Catatan bagi kader: kader sebaiknya tidak menggiring jawaban peserta tetapi menggali
jawaban peserta. Jika ada peserta yang memberikan komentar, gunakan metode pendampingan
yang sama seperti yang digunakan pada Pertemuan sebelumnya. Gunakan contoh pertanyaan-
pertanyaan berikut ini:
“Jelaskan lebih lanjut mengenai maksud Bapak/Ibu”.
“Apakah ada peserta lain yang ingin memberikan tanggapan terhadap apa yang
sudah disampaikan?”.
“Apakah ada tanggapan lain?“.

III.18 Kader menyimpulkan proses diskusi:


“Bapak/Ibu, kita perlu memiliki harapan masa depan yang baik terhadap anak dan
memastikan bahwa kegiatan untuk membantu anak mencapai harapan tersebut telah kita
lakukan dalam hidup sehari-hari. Siapa yang mau mempraktikkan hal ini, mohon angkat
tangan!”.

“Masa depan anak kita sangat ditentukan oleh perilaku pengasuhan kita dalam 1000
Hari Pertama Kehidupannya (1000 HPK), yaitu sejak di dalam kandungan hingga berusia 2
tahun”.

( Sumber: Buku 1 Menjadi Orangtua Hebat tahun 2015, halaman 9 )

40 pertemuan 1
III.19 Kader menyampaikan mengapa 1000 HPK menjadi penting untuk masa depan
anak, yaitu karena;

( Sumber: Bahan sosialisasi 1000 HPK, Kementrian Kesehatan )

pertemuan 1
41
( Sumber: Buku Bahan Penyuluhan Bagi Kader tentang 1000 HPK,BKKBN )

III.20 Kader mengajak peserta melakukan yel-yel orangtua hebat.


Yel-yel Orangtua Hebat
Kader mengatakan “mau jadi orangtua hebat?”
Peserta dan kader menjawab dengan:
“Ayo ke BKB!” (sambil gerakan kedua tangan gaya mengajak orang ikut serta)

III.21 Kader menyampaikan cara untuk menciptakan keluarga yang berkualitas, yaitu;
1). Menumbuhkembangkan harapan positif dalam keluarga.
2). Memberi teladan yang baik.
3). Senantiasa memberikan nasihat kebaikan.
4). Mencari dan membentuk lingkungan kondusif.
5). Membantu pembiasaan dan pengulangan.
6). Memberi hadiah berupa pujian.

42 pertemuan 1
IV. Kesimpulan (10 menit)

IV.1 Kader meminta minimal 3 orang peserta untuk memberikan pendapat tentang:
“ Apa yang sudah dipelajari hari ini?”. (Tunggu jawaban peserta, dorong peserta untuk
mau menyampaikan pendapatnya)”.

IV.2 Kader merangkum semua pendapat peserta. Dan menyampaikan kesimpulan:


“ Setiap orang yang ingin hidup berkeluarga perlu memahami apa saja tahapan
perencanaan hidup berkeluarga guna mewujudkan keluarga yang berkualitas yang
ditentukan dengan menerapkan delapan fungsi keluarga untuk mendukung keberhasilan
anak di masa depan”.

• 8 Fungsi Keluarga;
1). Keagamaan, 2). Sosial budaya. 3). Cinta kasih. 4). Perlindungan. 5). Reproduksi. 6).
Sosialisasi dan pendidikan. 7). Ekonomi. 8) Pembinaan lingkungan.
• Orangtua perlu memiliki harapan yang baik terhadap anak dan menggunakan harapan
tersebut sebagai panduan dalam kegiatan pengasuhan sehari-hari.
• “Masa depan anak kita sangat ditentukan oleh perilaku pengasuhan kita dalam 1000
Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK), yaitu sejak di dalam kandungan hingga berusia
2 tahun”.

V. Pengisian KKA (20 menit)

V.1 Kader mengatakan;


“KKA adalah alat bantu bagi kita untuk mengetahui tumbuh kembang anak sehingga
kita bisa mengetahui lebih dini apabila ditemukan permasalahan dalam perkembangan
anak”.

“Sebelum pertemuan ini diakhiri, saya akan memberikan gambaran sedikit tentang
penggunaan Kartu Kembang Anak”.

V.2 Kader menjelaskan secara singkat tentang kartu KKA (mengacu pada buku pedoman
KKA).

V.3 Kader meminta peserta duduk berkelompok sesuai kelompok umur anak.

V.4 Para kader membantu setiap peserta mengisi kartu KKA.

V.5 Jika kader menemukan ada anak yang belum dapat melaksanakan tugas perkembangan
tertentu, yang ditunjukkan oleh titik perpotongan antara garis datar (merupakan tugas
perkembangan) dan garis tegak (merupakan umur anak dalam hitungan bulan) yang berada
dibawah garis merah. Maka kader memberikan tugas rumah kepada orangtua untuk
melakukan rangsangan (stimulasi) kepada anak yang sesuai dengan yang disarankan di
KKA. Sampaikan kepada orangtua dari anak tersebut untuk tidak merasa malu jika anaknya

pertemuan 1
43
belum mampu melakukan tugas perkembangan, karena kecepatan perkembangan setiap
anak berbeda - beda.

V.6 Jika diperlukan kader dapat melakukan kunjungan rumah kepada anak yang belum dapat
melaksanakan tugas perkembangannya.

V.7 Kader perlu memastikan orangtua telah melakukan tugas rumah untuk melakukan
rangsangan (stimulasi) pada pertemuan selanjutnya. Jika anak masih belum dapat
melakukan tugas perkembangannya meskipun sudah dilakukan rangsangan (stimulasi)
maka sarankan orangtua untuk merujuk (membawa) anak ke Puskesmas terdekat atau
tenaga ahli tumbuh kembang lainnya (dokter, psikolog, tenaga pendidik) agar mendapatkan
bantuan lebih lanjut.

VI. Penyampaian Tugas Rumah (5 menit)

VI.1 Kader mengatakan:


“Bapak/Ibu, kita telah mempelajari hal yang penting hari ini. Bicarakan dan diskusikan
dengan pasangan masing-masing di rumah tentang perencanaan hidup berkeluarga dan
membuat rencana hidup keluarga yang lebih berkualitas guna mendukung keberhasilan
anak di kemudian hari”.

VI.2 Kader meminta peserta untuk melakukan tugas rumah sebagai berikut di bawah ini,
sampaikan juga tugas rumah ini akan ditinjau bersama pada pertemuan berikutnya.

1. Menstimulasi perkembangan anak sesuai hasil dari KKA.


2. Menyampaikan harapan tentang masa depan anak (yang tadi telah peserta pikirkan
atau bayangkan kepada pasangan (suami/istri) dan kepada anak. Disampaikan
kepada anak saat sedang santai sambil memeluk anak.
3. Menyepakati dengan pasangan (suami/istri) perencanaan keluarga diantaranya
adalah jarak kelahiran anak.
4. Orangtua dan keluarga menyepakati hal-hal yang penting untuk dilakukan dalam
1000 HPK.

VII. Penutup (5 menit)

VII.1 `Kader bertanya tentang rencana pertemuan berikutnya (hari, tanggal, waktu dan tempat)
dan meminta relawan dari peserta.

“Siapa yang yang akan secara sukarela menjadi relawan untuk membantu kader di
pertemuan selanjutnya?”.

Relawan akan membantu mengingatkan peserta lainnya untuk hadir pada pertemuan
selanjutnya.

44 pertemuan 1
VII.2 Kader mengingatkan tentang KB, dengan menyampaikan hal berikut: “Bapak/Ibu
yang belum ber-KB, ingatlah manfaat KB diantaranya adalah dapat mengurangi resiko
kehamilan pada ibu, yang dikenal dengan sebutan 4T.
4T adalah:
• Terlalu muda (usia di bawah 21 tahun)
• Terlalu tua (usia di atas 35 tahun)
• Terlalu sering/dekat (Jarak ideal antar kelahiran anak adalah 3-5 tahun)
• Terlalu banyak (memiliki lebih dari dua orang anak)”.
VII.3 Kader melakukan Salam KB
Salam KB
Kader Mengatakan “Salam KB!”
Peserta dan kader menjawab dengan:
“Dua anak cukup!”

VII.4 Kader mengatakan;


“ Pertemuan hari ini cukup sampai di sini. saya mengucapkan terima kasih atas partisipasi
Bapak dan Ibu untuk bisa bergabung dalam kelompok BKB HI. Mohon maaf apabila dalam
pertemuan ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan”.

VII.5 Minta salah seorang peserta untuk memimpin do’a penutup kegiatan lalu tutup
kegiatan dengan yel-yel orangtua hebat atau yel-yel kelompok masing-masing.

pertemuan 1
45
1 Pertemuan 2
Pertemuan 2

Memahami Konsep Diri yang Positif dan Konsep


Pengasuhan

Pertemuan 2
1
“Ketika anak kecil kewalahan dengan emosi atau perasaan
mereka, maka tugas kita untuk membuat mereka tenang
dan tidak terlibat dalam kegalauan mereka”
-L.R. Knost-

“Anak menutup telinga mereka terhadap nasehat, tetapi


membuka mata mereka terhadap contoh dari perilaku anda!”
-anonymous-

2 Pertemuan 2
Tujuan:

1. Menumbuhkan kesadaran orangtua terkait peran dan tanggung jawab sebagai


pengasuh utama.
2. Meningkatkan pemahaman kepada orangtua tentang konsep diri orangtua yang positif
terhadap pengasuhan.
3. Menerapkan komunikasi yang efektif dalam keluarga dan kehidupan bermasyarakat.
4. Mendorong orangtua untuk melakukan pengasuhan yang positif dalam mendukung
keberhasilan anak
5. Memberikan pemahaman tentang pentingnya 1000 HPK

Hasil yang diharapkan:

1. Orangtua memiliki kesadaran tentang peran dan tanggung jawab sebagai pengasuh
utama.
2. Orangtua memiliki konsep diri yang positif sehingga dapat membentuk kepribadian positif
pada anak.
3. Orangtua memiliki keterampilan dalam berkomunikasi dengan anak.
4. Orangtua mempunyai kemampuan untuk melakukan pengasuhan yang positif.

Durasi:

120 menit

Bahan dan Alat:

• Kantong Wasiat • Buku 1 Menjadi Orangtua Hebat


• Lembar Balik Konsep Diri (sebagai bahan bacaan kader)
• Kartu Kembang Anak

Pertemuan 2
49
Tahapan Kegiatan:

I . Pembukaan dan Tinjauan Kembali (10 menit)

I.1 Kader menyambut peserta dengan ramah dan menyapa dengan menyebut nama
peserta. Contoh: “Hai Ibu Asih, apa kabar hari ini?.”

I.2 Kader mengucapkan terima kasih kepada relawan yang sudah mengingatkan kita semua
terkait pertemuan hari ini.

1.3 Kader mengatakan:

”Bapak/Ibu, terima kasih telah hadir dalam pertemuan kita hari ini. Tujuan dari pertemuan
kita hari ini adalah agar kita bisa merefleksikanan tentang pola pengasuhan dulu dan
sekarang sehingga kita bisa menyadari peran dan tanggung jawab kita sebagai orangtua
sebagai pengasuh utama”.

“Dengan demikian, kita akan memiliki konsep diri yang positif sehingga percaya diri
dalam mendidik anak-anak kita. Dalam pertemuan ini, kita juga belajar bagaimana caranya
membangun komunikasi secara efektif dalam keluarga dan masyarakat”.

I.4 Kader meminta salah seorang peserta untuk memimpin do’a sebelum memulai kegiatan.
Selesai berdoa kader mengucapkan terima kasih kepada peserta yang telah memimpin
doa.

I.5 Kader mengajak peserta untuk meninjau kembali apa yang telah dipelajari pada
pertemuan sebelumnya dengan mengatakan;

”Sebelum kita memulai pertemuan hari ini marilah kita sama-sama mengingat kembali
apa yang telah kita pelajari pada pertemuan sebelumnya dan apa saja yang sudah kita
praktekan di rumah. Siapa yang masih ingat apa yang sudah kita pelajari pada Pertemuan
satu?”.

Catatan bagi kader: Jika tidak ada yang ingat, kader mengingatkan kembali secara
umum apa saja yang sudah di pelajari pada Pertemuan sebelumnya: yaitu tentang 8
Fungsi Keluarga; 1). Keagamaan, 2). Sosial budaya. 3). Cinta kasih. 4). Perlindungan. 5).
Reproduksi. 6). Sosialisasi dan pendidikan. 7). Ekonomi. 8) Pembinaan lingkungan; dan
Pentingnya memiliki harapan yang baik terhadap anak

50 Pertemuan 2
I.6 Kader bertanya siapa yang telah melakukan tugas rumah, khususnya tugas:
Ke- 2 Menyampaikan harapan tentang masa depan anak (yang tadi telah peserta pikirkan
atau bayangkan kepada pasangan (suami/istri) dan kepada anak. Disampaikan kepada
anak saat sedang santai sambil memeluk anak.

Ke- 3 Menyepakati dengan pasangan (suami/istri) perencanaan keluarga diantaranya


adalah jarak kelahiran anak.

Catatan bagi kader: tugas ke-1 adalah rangsangan (stimulasi) sesuai KKA akan dibahas
pada saat pengisian KKA).

I.7 Kader meminta beberapa orang peserta menceritakan bagaimana ia melakukan tugas
rumah untuk:

“Bagaimana Bapak/Ibu melakukannya?”.


“Bagaimana tanggapan pasangan (suami/istri) dan anak?”.

I.8 Kader mengucapkan terima kasih kepada peserta yang telah melakukan tugas rumah
dan memotivasi peserta yang belum melakukan tugas rumah untuk mau melakukannya
sebelum pertemuan berikutnya, karena tugas rumah tersebut membantu peserta untuk
menjadi orangtua yang lebih hebat.

I.9 Kader mengingatkan tentang KB, dengan bertanya dan menyampaikan hal berikut:
“Apakah Bapak/Ibu sudah ber-KB?”. (Tunggu jawaban peserta, lalu kader menanggapi)

“Terima kasih bagi yang sudah ber-KB. Semoga dapat terus dilakukan, karena ber-KB
membawa banyak manfaat bagi ibu, anak dan keluarga”.

“ Akan lebih baik dan sangat dianjurkan untuk menggunakan cara KB jangka panjang
yaitu sprial/IUD, implan/susuk KB, vasektomi (MOP), dan tubektomi (MOW)”.

“Bapak/Ibu yang belum ber-KB dapat melakukan diskusi dengan bidan untuk mengetahui
metode KB apa yang cocok dan jangka panjang manfaatnya”.

Pertemuan 2
51
II. Pengenalan Topik (10 menit)

II.1 Untuk memperkenalkan topik kader mengajak peserta berdiri dan bermain, kader dapat
menyampaikan :

“Agar kita lebih memahami tentang pentingnya peran kita dalam pengasuhan, Mari kita
bermain suatu permainan bernama “Simon Bilang.” Permainan ini akan mengantarkan kita
pada topik diskusi hari ini”.

Cara Main :

• Kader menjelaskan bahwa jika kader mengucapkan “Simon bilang” maka peserta
HARUS melaksanakan perintah yang diberikan, tetapi bila Kader tidak memulai
perintah dengan “Simon bilang”, maka peserta TIDAK boleh melaksanakan perintah
tersebut.
• Kader mulai dengan mengatakan dan bergerak sesuai dengan apa yang dikatakan,
“Simon bilang: tepuk tangan. (kader tepuk tangan)
Simon bilang: sentuh lutut. (kader sentuh lutut)
Simon bilang: naikkan tangan ke atas.(kader naikan tangan ke atas)
Simon bilang: tangan ke bawah. (kader menurunkan tangan)
Tangan ke samping (kader merentangkan tangan ke samping)
Tangan ke depan (kader merentangkan tangan ke depan)
Tangan ke lutut (kader menyentuh lutut)
Tangan ke pinggang (kader memegang pinggang)
Simong bilang: tepuk tangan ” (kader tepuk tangan)

• Kader dapat meningkatkan kecepatan saat memberikan instruksi dan gerakan.


• Kader memperhatikan peserta yang tidak mematuhi perintah “Simon”, dimana peserta
harusnya hanya melakukan gerakan saat ada perintah “Simon Bilang” dan saat tidak
ada perintah “Simong bilang” pada saat “tangan ke samping, ke depan, ke lutut, ke
pinggang” seharusnya peserta hanya berdiri diam saja.
• Peserta yang tidak mematuhi perintah diminta menceritakan mengapa ia bisa salah
mengikuti perintah.
• Jika diperlukan ulangi permainan sebanyak 2 kali.
• Kader dapat mengganti judul permainan menggunakan nama orang yang lazim
digunakan di wilayah setempat, misalnya “Ucok Bilang” di Sumatera Utara, atau “Mas
Eko Bilang” di Jawa.

II.2 Kader menyimpulkan makna permainan, dengan mengatakan;


“Dari permainan tadi, ternyata lebih mudah untuk mengikuti apa yag kita lihat
dibandingkan melakukan perintah yang kita dengar. Demikian juga bagi anak, anak akan
lebih mudah mencontoh apa yang dilakukan orangtua dibandingkan nasehat/perintah
yang diberikan”.

52 Pertemuan 2
“Orangtua yang baik adalah orangtua yang bisa menjadi teladan, memberikan contoh
yang baik, bukan hanya memberikan perintah dan nasehat saja”.

“Bapak/ibu hari ini kita akan berdiskusi tentang bagaimana kita memahami konsep
pengasuhan. Pengasuhan atau pola asuh adalah pola perilaku yang diterapkan orangtua
pada anak dan bersifat terus menerus (konsisten) dari waktu ke waktu”.

“Tujuan pengasuhan adalah merawat, mengasuh dan mendidik anak agar dapat
menjalankan peran sebagai: Hamba Tuhan yang bertaqwa, berakhlak mulia, ibadah
sempurna”.

“Suami atau isteri, bapak dan ibu harus memiliki konsep diri yang positif. Konsep diri
ini penting agar kita memiliki kepercayaan diri untuk bisa menerapkan pengasuhan yang
baik”.

“Yang dimaksudkan konsep diri adalah gambaran diri seseorang tentang dirinya sendiri.
Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga orangtua perlu
mengenal dirinya lebih baik dan merasa baik akan dirinya”.

(sumber: Buku 1 Menjadi Orangtua Hebat tahun 2015 halaman 89)

III. Kegiatan Inti (60 menit)

III.1 Kader memulai diskusi konsep diri positif, kader menyampaikan:


“Sebelum memulai diskusi tentang pola asuh, kita akan belajar bersama tentang
bagaimana membentuk konsep diri yang positif, agar Bapak/Ibu bisa menjadi lebih percaya
diri dalam memberikan pengasuhan terbaik pada anak”.

III.2 Kader menggunakan lembar balik Konsep Diri. Menjadi Orangtua Hebat untuk
memberikan penjelasan mengenai apa itu konsep diri

Pertemuan 2
53
Lembar Balik. Konsep Diri (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Konsep Diri (lembar untuk kader)

54 Pertemuan 2
Lembar Balik. Konsep Diri (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Konsep Diri (lembar untuk kader)

Pertemuan 2
55
Lembar Balik. Konsep Diri Anak (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Konsep Diri Anak (lembar untuk kader)

56 Pertemuan 2
III.3 Kader meminta peserta duduk berpasangan (2 orang peserta menjadi 1 pasangan diskusi),
lalu setiap pasangan saling menceritakan sifat baik yang ada dalam diri masing-masing
peserta.

Catatan bagi kader: Kader dapat memberikan contoh sifat baik misalnya “saya sangat
senang dengan kegiatan sosial, membantu orang yang membutuhkan” atau “saya sangat
senang melihat kerapihan, saya senang beberes rumah”.

III.4 Kader menyimpulkan diskusi, setelah semua pasangan selesai menceritakan sifat baik
yang ada pada diri masing-masing, kader menyampaikan:

“Orangtua perlu mengenal dirinya lebih baik dari orang lain, memahami kelebihan,
keunikan dan kekurangan yang dimiilikinya. Contoh kelebihan; saya cantik, saya pandai
memasak, saya pandai menyanyi, saya menyayangi anak saya, saya bisa belajar menjadi
lebih sabar”.

“Mengingat hal baik, sifat positif yang ada dalam diri kita akan membuat kita merasa
lebih baik, ketika kita memiliki pikiran dan perasaan yang positif tentang diri kita, maka hal
itu juga akan membuat kita menjadi orangtua yang lebih positif dalam mengasuh anak”.

“Karena itu, pertahankan hal baik, sifat positif yang ada pada diri kita masing-masing
dan tinggalkan hal tidak baik yang ada dalam diri kita. Anak-anak membutuhkan orangtua
yang merasa yakin akan dirinya sendiri dan dapat menjadi teladan positif bagi anak”.

III.5 Diskusi Pola Asuh zaman dulu dan zaman sekarang, kader menyampaikan:

“Dalam diskusi pengasuhan anak, kiranya akan sangat bermanfaat apabila kita
merenungkan masa kecil kita, karena seperti apa kita dibesarkan akan mempengaruhi
cara kita mengasuh anak kita saat ini”.

“Mengingat kembali apa yang kita rasakan terhadap perlakuan yang kita terima dari
orang-orang yang membesarkan kita akan membantu kita menentukan pola asuh yang
terbaik untuk anak kita saat ini. Orang yang membesarkan kita bisa saja ayah atau ibu,
orangtua tunggal, sanak keluarga, kakek nenek atau bahkan kakak kandung”.

III.6 Kader meminta peserta berkelompok (membentuk kelompok kecil terdiri dari 3-5 orang
dalam satu kelompok).

III.7 Tugas kelompok adalah meminta setiap orang/peserta dalam kelompok diminta untuk
menceritakan secara bergantian hal menyenangkan yang dilakukan oleh orangtua atau
orang yang mengasuhnya dulu.

Pertemuan 2
57
III.8 Selesai diskusi dalam kelompok kecil, minta perwakilan setiap kelompok menyampaikan
secara singkat apa saja perlakuan yang menyenangkan yang didapat ketika kecil oleh
anggota kelompoknya.

Catatan bagi kader: perlakukan menyenangkan yang didapat ketika kecil misalnya;
disuapi ketika makan, diajak bermain, dibacakan cerita, dibelikan sepeda, dan lainnya.

III.9 Kemudian peserta meminta setiap kelompok untuk melanjutkan diskusi dengan
menceritakan secara bergantian hal atau perlakuan tidak menyenangkan yang
didapat ketika masih kecil, yang dilakukan oleh orangtua atau orang yang mengasuh
ketika peserta masih kecil.

Catatan bagi kader : Harap diingat bahwa kadang-kadang orang akan tertawa saat
mengatakan sesuatu yang membuat mereka merasa tidak nyaman. Apabila ada yang
bercerita mengenai kenangan yang menyedihkan, Kader harus menyatakan : “Hendaknya
kita jangan menertawakan hal-hal yang menyakitkan bagi orang lain. Marilah kita tunjukkan
kebaikan hati dan rasa empati”.

III.10 Selesai diskusi dalam kelompok kecil, minta perwakilan setiap kelompok menyampaikan
secara singkat apa saja perlakuan tidak menyenangkan yang didapat ketika kecil oleh
anggota kelompoknya.

III.11 Kader menyimpulkan hasil diskusi, dengan menyampaikan:

“Bapak/ibu, kita sudah mendengarkan bagaimana kita diperlakukan oleh orang yang
mengasuh kita semasa kanak-kanak. Sekarang, tanpa sadar kita juga masih mengulangi
melakukan hal yang tidak menyenangkan yang kita rasakan dulu terhadap anak kita
sekarang”.

”Tanpa sadar orangtua melakukan praktik pengasuhan yang memberikan dampak buruk
pada anaknya. Dampak tersebut dirasakan anak-anak tidak hanya ketika mereka masih
kecil tetapi bisa terbawa hingga dewasa.

“Dengan menghindari praktik pengasuhan yang buruk dan meningkatkan praktik


pengasuhan yang baik akan memberikan dampak yang baik bagi anak”.

III.12 Penyegaran suasana, ajak semua peserta untuk berdiri dan menyanyikan lagu “kepala,
pundak, lutut kaki” sambil bergerak mengikuti lirik. Ulangi hingga 2-3 kali.

58 Pertemuan 2
III.13 Kader menyampaikan informasi tentang Pola Asuh yang tepat, dengan mengatakan:

“Dalam pengasuhan, ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan untuk dapat menerapkan
pengasuhan yang baik, yaitu;

- Sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak.


- Ayah dan ibu harus seia sekata.
- Memberikan teladan/contoh positif.
- Menerapkan komunikasi/cara bicara yang baik dan memberikan pujian.
- Orangtua juga diharapkan mampu berpikir ke depan bukan hanya pada apa yang
terjadi saat ini.
- Melibatkan anak dalam berbagai aktifitas sesuai usia dan kematangan anak.
- Bersikap sabar, memberikan penjelasan bila anak bertanya.
- Selalu menjaga kebersamaan dalam keluarga”.

III.14 Kader mengajak peserta membentuk 4 kelompok untuk berdiskusi beberapa tipe pola
asuh; otoriter, permisif (serba boleh), demokratis, diabaikan (pembiaran).

III.15 Setiap kelompok mendapatkan 1 kartu dan bertugas mendiskusikan apa contoh-contoh
perilaku orangtua yang mencerminkan pola asuh tersebut.

Catatan bagi kader : Kader mengambil 4 kartu pola pengasuhan dari kantong wasiat
dan memberikan kepada kelompok untuk berdiskusi. Kader memastikan setiap kelompok
dapat berdiskusi secara aktif.

Pola Asuh Otoriter: Orangtua yang otoriter memaksa anak untuk mengikuti apa yang
orangtua inginkan. Orangtua akan membuat berbagai aturan yang harus dipatuhi oleh
anak tanpa mau tahu perasaan anak.

Pola Asuh Demokratis: Orangtua menghargai kepentingan dan kebutuhan anak, tetapi
juga menekankan pada kemampuan untuk mengikuti aturan sosial yang berlaku dengan
bersikap tegas dan penuh kasih sayang dalam menetapkan aturan.

Pola Asuh Permisif: Orangtua tidak menetapkan batas-batas tingkah laku dan membiarkan
anak mengerjakan sesuatu menurut keinginannya. Orangtua sangat hangat pada anak,
tidak menuntut apapun dari anak dan tidak memiliki kontrol sama sekali terhadap anak.

Pola Asuh Pembiaran: Orangtua mengabaikan keberadaan anak dan menunjukan


ketidak pedulian terhadap anak, tidak mengambil tanggung jawab pengasuhan dan tidak
menetapkan aturan-aturan.

(sumber: Buku 1 Menjadi Orangtua Hebat tahun 2015 halaman 22-30)

Pertemuan 2
59
III.16 Setelah kelompok berdiskusi, kader meminta setiap kelompok untuk menyampaikan isi
kartu yang mereka miliki dan menyampaikan contoh-contoh perilaku orangtua yang
mencerminkan pola asuh yang ada di kartu tersebut.

III.17 Kader menyimpulkan hasil diskusi, dengan mengatakan:

“Keempat pola asuh tersebut digunakan sesuai dengan kondisi/keadaan”

“Ketika menghadapi masalah, orangtua sebaiknya berkomunikasi dengan anak,


orangtua harus menampilkan sikap yang baik seperti:

- Bahasa tubuh yang sesuai.


- Memperhatikan sepenuhnya dengan meninggalkan pekerjaan yang sedang dilakukan.
- Melakukan kontak mata.
- Mendengarkan perasaan anak dan memperhatikan bahasa tubuh anak.
- Orangtua bisa mencari kata yang menggambarkan perasaan anak. Tidak langsung
menghakimi anak, tapi membantu anak memahami perasaannya sendiri”.

IV. Kesimpulan (10 menit)

IV.1 Kader meminta minimal 3 orang peserta untuk memberikan pendapat tentang:
“Apa yang sudah dipelajari hari ini?”. (Tunggu jawaban peserta, dorong peserta untuk mau
menyampaikan pendapatnya).

IV.2 Kader merangkum semua pendapat peserta. Dan menyampaikan kesimpulan:

• Sebagai orangtua kita harus memiliki konsep diri yang positif sehinga dapat menerapkan
pengasuhan yang baik, penuh kasih sayang dan berkualitas.

• Dalam pengasuhan, ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan untuk dapat menerapkan
pengasuhan yang baik, yaitu;
- Sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak.
- Ayah dan ibu harus konsisten.
- Memberikan teladan positif.
- Menerapkan komunikasi yang baik dan memberikan pujian.
- Orangtua juga diharapkan mampu berpikir jauh ke depan bukan hanya pada
apa yang terjadi saat ini.
- Melibatkan anak dalam berbagai aktifitas sesuai usia dan kematangan anak.
- Bersikap sabar, memberikan penjelasan bila anak bertanya.
- Berpikir realistis dan selalu menjaga kebersamaan”.

• Ketika menghadapi masalah, orangtua sebaiknya berkomunikasi dengan anak,


orangtua harus menampilkan sikap yang baik seperti:

60 Pertemuan 2
- Bahasa tubuh yang sesuai.
- Memperhatikan sepenuhnya dengan meninggalkan pekerjaan yang sedang
dilakukan.
- Melakukan kontak mata.
- Mendengarkan perasaan anak dan memperhatikan bahasa tubuh anak.
- Orangtua bisa mencari kata yang menggambarkan perasaan anak tidak
langsung
menghakimi anak, tapi membantu anak memahami perasaannya sendiri.

V. Pengisian KKA (20 menit)

V.1 Para kader membagi peserta sesuai kelompok umur anak dan membantu peserta untuk
mengisi KKA.

V.2 Jika kader menemukan ada anak yang belum dapat melaksanakan tugas perkembangan
tertentu. Maka kader memberikan tugas rumah kepada orangtua untuk melakukan
rangsangan (stimulasi) kepada anak yang sesuai dengan yang disarankan di KKA.
Sampaikan kepada orangtua dari anak tersebut untuk tidak merasa malu jika anaknya
belum mampu melakukan tugas perkembangan, karena kecepatan perkembangan
setiap anak berbeda-beda.

V.3 Jika diperlukan kader dapat melakukan kunjungan rumah kepada anak yang belum dapat
melaksanakan tugas perkembangannya.

V.4 Kader perlu memastikan orangtua telah melakukan tugas rumah untuk melakukan
rangsangan (stimulasi) pada pertemuan sebelumnya. Jika anak masih belum dapat
melakukan tugas perkembangannya meskipun sudah dilakukan rangsangan (stimulasi)
maka sarankan orangtua untuk merujuk (membawa) anak ke Puskesmas terdekat atau
tenaga ahli tumbuh kembang lainnya (dokter, psikolog, tenaga pendidik) agar mendapatkan
bantuan lebih lanjut.

Pertemuan 2
61
VI. Penyampaian Tugas Rumah (5 menit)

VI.1 Kader mengatakan:


“Bapak/Ibu, kita telah mempelajari hal yang penting hari ini. Bicarakan dan diskusikan
dengan pasangan (suami/istri) masing-masing dan anggota keluarga lainnya di rumah
tentang konsep diri yang positif dan pola asuh yang baik bagi anak”.

VI.2 Kader meminta peserta untuk melakukan tugas rumah sebagai berikut di bawah ini,
sampaikan juga tugas rumah ini akan ditinjau bersama pada pertemuan berikutnya.

1. Menstimulasi (memberikan rangsangan) perkembangan anak sesuai hasil dari KKA.

2. Memuji sifat baik pasangan (suami) dan bertanya pada suami sifat baik apa yang ada
pada ibu (istri) yang disenangi suami.

3. Ketika sedang kesal terhadap anak, Ibu/Bapak bersikap lebih sabar, menahan
amarah, berbicara lebih lembut dari biasanya, mencoba memahami perasaan anak,
dan menjelaskan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak.

VII. Penutup (5 menit)

VII.1 Kader bertanya tentang rencana pertemuan berikutnya (hari, tanggal, waktu dan tempat)
dan topik pertemuan selanjutnya terkait peran Bapak/Ayah dalam pengasuhan anak, oleh
karena itu sangat diharapkan para Bapak dapat mengikuti pertemuan berikutnya.

“Pada pertemuan yang akan datang, sangat diharapkan kehadiran pada ayah/bapak,
karena topik diskusi kita berikutnya terkait dengan peran orangtua, khususnya peran ayah
dalam pengasuhan anak”.

“Siapa yang yang akan secara sukarela menjadi relawan untuk membantu kader
mempersiapkan pertemuan selanjutnya? Kader membutuhkan beberapa orang relawan
untuk pertemuan selanjutnya”.

“Relawan akan membantu untuk menyiapkan undangan kepada para Bapak dan
mengingatkan peserta lainnya yang tidak hadir, untuk hadir pada pertemuan selanjutnya
dan membantu pelaksanaan kegiatan pada pertemuan selanjutnya, misalnya membantu
saat diskusi kelompok”.

VII.2 Kader mengingatkan tentang KB, dengan menyampaikan hal berikut:

“Bapak/Ibu yang belum ber-KB, ingatlah manfaat KB diantaranya adalah dapat


mengurangi resiko kehamilan pada ibu, yang dikenal dengan sebutan 4T.

62 Pertemuan 2
4T adalah:
• Terlalu muda (usia di bawah 21 tahun)
• Terlalu tua (usia di atas 35 tahun)
• Terlalu sering/dekat (Jarak ideal antar kelahiran anak adalah 3-5 tahun)
• Terlalu banyak (memiliki lebih dari dua orang anak)”.

VII.3 Kader menutup kegiatan:

“ Pertemuan hari ini cukup sampai di sini. saya mengucapkan terima kasih atas partisipasi
Bapak dan Ibu untuk bisa bergabung dalam kelompok BKB HI. Mohon maaf apabila dalam
pertemuan ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan”.

VII.4 Minta salah seorang peserta untuk memimpin do’a penutup kegiatan dan menutup
kegiatan dengan melakukan salam KB atau salam BKB atau yel-yel.

VII.5 Kader meminta relawan untuk tetap tinggal dan mendiskusikan persiapan dalam
menghadirkan para Bapak pada pertemuan berikutnya.

Pertemuan 2
63
64 pertemuan 3
Pertemuan 3

Peran Orangtua Dan Keterlibatan Ayah


Dalam Pengasuhan

pertemuan 3
1
“Cinta seorang ibu itu menenangkan,
cinta seorang ayah itu menguatkan”
-anonymous-

2 pertemuan 3
Tujuan:

1. Menumbuhkan kesadaran orangtua tentang peran masing-masing dan tanggung jawab


yang sama antara ayah dan ibu dalam pengasuhan anak.
2. Menumbuhkan kesadaran ayah terkait peran dan tanggung jawabnya dalam keluarga.
3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ayah dalam pengasuhan anak.
4. Memberikan pemahaman kepada ayah tentang manfaat keterlibatannya dalam pengasuhan
dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil yang diharapkan:

1. Orangtua memiliki pengetahuan, sikap dan motivasi untuk menjalankan peran ayah dan ibu
secara efektif.
2. Ayah sadar tentang peran dan tanggung jawabnya dalam keluarga serta pentingnya
keterlibatan ayah dalam pengasuhan.
3. Ayah berperan aktif dalam pengasuhan sehari-hari dan dalam menstimulasi perkembangan
anak.

Durasi:

120 menit.

Bahan dan Alat:

• Kantong Wasiat • Buku 1 Menjadi Orangtua Hebat


• Alat Tulis (kertas dan • Lembar Balik Peran Orangtua
pulpen,atau kertas plano dan • Lembar Balik Keterlibatan Ayah
spidol) dalam Pengasuhan
• Buku Cerita di dalam BKB Kit
• Buku Peran Ayah dalam
Pengasuhan

pertemuan 3
67
Tahapan Kegiatan:

I. Pembukaan dan Tinjauan Kembali (10 menit)

I.1 Kader menyambut peserta dengan ramah dan menyapa dengan menyebut nama
peserta.

I.2 Kader mengucapkan terima kasih kepada relawan yang sudah mengingatkan kita semua
terkait pertemuan hari ini.

I.3 Kader membuka kegiatan, dengan menyampaikan:


“Bapak-ibu, terima kasih kepada bapak-bapak yang sudah bersedia hadir dalam
pertemuan ini. Tujuan dari pertemuan ini adalah menumbuhkan kesadaran kita terkait peran
dan tanggung jawab orangtua dalam keluarga, sekaligus meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan ayah dalam pengasuhan anak”.

I.4 Kader meminta salah seorang peserta untuk memimpin do’a sebelum memulai kegiatan.
Selesai berdoa kader mengucapkan terima kasih kepada peserta yang telah memimpin
doa.

I.5 Kader mengajak peserta untuk meninjau kembali apa yang telah dipelajari pada Pertemuan
sebelumnya dengan mengatakan;
”Sebelum kita memulai pertemuan hari ini marilah kita sama-sama mengingat kembali
apa yang telah kita pelajari pada pertemuan sebelumnya dan apa saja yang sudah kita
praktekkan di rumah. Siapa yang masih ingat apa yang sudah kita pelajari pada pertemuan
sebelumnya?”.

Catatan bagi kader: Jika tidak ada yang ingat, kader mengingatkan kembali secara
umum apa saja yang sudah di pelajari pada pertemuan sebelumnya: yaitu sebagai orangtua
kita harus memiliki konsep diri yang positif sehinga dapat menerapkan pengasuhan yang
baik, penuh kasih sayang dan berkualitas.

Dalam pengasuhan, ada sejumlah hal yang perlu diperhatikan untuk dapat menerapkan
pengasuhan yang baik, yaitu;
• Sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak.
• Ayah dan ibu harus konsisten.
• Memberikan teladan positif.
• Menerapkan komunikasi yang baik dan memberikan pujian.
• Orangtua juga diharapkan mampu berpikir jauh ke depan bukan hanya pada apa
yang terjadi saat ini.
• Melibatkan anak dalam berbagai aktifitas sesuai usia dan kematangan anak.
• Bersikap sabar, memberikan penjelasan bila anak bertanya.
• Berpikir realistis dan selalu menjaga kebersamaan.

68 pertemuan 3
“Ketika menghadapi masalah, orangtua sebaiknya berkomunikasi dengan anak,
orangtua harus menampilkan sikap yang baik seperti:
• Bahasa tubuh yang sesuai.
• Memperhatikan sepenuhnya dengan meninggalkan pekerjaan yang sedang
dilakukan.
• Melakukan kontak mata.
• Mendengarkan perasaan anak dan memperhatikan bahasa tubuh anak.
• Orangtua bisa mencari kata yang menggambarkan perasaan anak. tidak langsung
menghakimi anak, tapi membantu anak memahami perasaannya sendiri”.

I.6 Kader bertanya siapa yang telah melakukan tugas rumah, khususnya tugas:
Ke-2. Memuji sifat baik pasangan (suami) dan bertanya pada suami sifat baik apa yang
ada pada ibu (istri) yang disenangi suami.
ke-3. Ketika sedang kesal terhadap anak, ibu bersikap lebih sabar, menahan amarah,
berbicara lebih lembut dari biasanya, mencoba memahami perasaan anak, dan
menjelaskan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak.

Catatan bagi kader: tugas ke-1 adalah rangsangan (stimulasi) sesuai KKA akan dibahas
pada saat pengisian KKA).

I.7 Kader meminta beberapa orang peserta yang telah melakukan tugas rumah untuk
menceritakan:
“Bagaimana ibu melakukannya?”.
“Bagaimana tanggapan suami dan anak?”.

I.8 Kader mengucapkan terima kasih kepada peserta telah melakukan tugas rumah dan
memotivasi peserta yang belum melakukan tugas rumah untuk mau melakukannya
sebelum pertemuan berikutnya, karena tugas rumah tersebut membantu peserta untuk
menjadi orangtua yang lebih hebat.

I.9 Kader mengingatkan tentang KB, dengan bertanya dan menyampaikan hal berikut:

“Apakah Bapak/Ibu sudah ber-KB?”. (Tunggu jawaban peserta, lalu kader menanggapi)

“Terima kasih bagi yang sudah ber-KB. Semoga dapat terus dilakukan, karena ber-KB
membawa banyak manfaat bagi ibu, anak dan keluarga”.

“ Akan lebih baik dan sangat dianjurkan untuk menggunakan cara KB jangka panjang
yaitu sprial/IUD, implan/susuk KB, vasektomi (MOP), dan tubektomi (MOW)”.

“Bapak/Ibu yang belum ber-KB dapat melakukan diskusi dengan bidan untuk mengetahui
metode KB apa yang cocok dan jangka panjang manfaatnya”.

pertemuan 3
69
II. Pengenalan Topik (10 menit)

II.1 Kader mengajak semua peserta untuk bermain “Bapak Hebat”. Jika Bapak/Suami yang
hadir kurang dari 3 orang maka permainan diganti dengan kegiatan Ibu menceritakan
kepada teman disebelahnya kegiatan pengasuhan anak yang biasa dilakukan Bapak
di rumah.

II.2 Jika Bapak/suami yang hadir lebih dari 3 orang maka kader membagikan alat tulis kepada
seluruh peserta dan meminta peserta duduk berpasangan dengan suami/istri masing-
masing.

Catatan bagi kader: Jika ada peserta yang tidak didampingi suami/pasangannya pada
pertemuan ini maka ia dapat berpasangan dengan teman lain yang juga tidak didampingi
suaminya atau dapat menjadi juri bersama kader.

II.3 Kader menjelaskan cara bermain “Bapak Hebat” sebagai berikut:


• Kader akan memberikan pertanyaan dan masing-masing Ibu dan Bapak harus
menuliskan.
• Menuliskan jawabannya di kertas yang diberikan. Bagi peserta yang tidak bisa
menulis, dapat meminta bantuan peserta lain yang bisa menulis.
• Kemudian kader akan memberikan instruksi untuk saling mencocokan jawaban
• Pasangan yang mendapatkan nilai 1 adalah pasangan yang memiliki jawaban yang
cocok Antara yang ditulis Ibu dan yang ditulis Bapak.
• Nilai 0 bagi yang tidak cocok jawaban antara Ibu dan Bapak.
• Pasangan Bapak dan Ibu yang memiliki nilai tertinggi dinobatkan menjadi “Ayah
Hebat”. Kader dan relawan dapat memberikan tanda penghargaan ayah hebat yang
bisa dibuat dari kertas karton/manila.

Pertanyaan yang diajukan adalah sebagai berikut:


“Apa makanan kesukaan anak Bapak/Ibu (khususnya anak yang usia BKB)? “.
“Apa mainan kesukaan anak Bapak/Ibu?”.
“Apa cita-cita anak Bapak/Ibu?”.
“Apa hal yang paling tidak disukai oleh anak Bapak/Ibu?”.
“Apa harapan atau cita-cita Bapak/Ibu terhadap anak?”.

II.4 Kader dan semua peserta menilai pasangan mana (Bapak dan Ibu mana) yang memiliki
nilai paling tinggi (yang memiliki jumlah jawaban cocok paling banyak. Kemudian kader
memberikan tanda penghargaan “Ayah Hebat” kepada Bapak yang memiliki nilai tertinggi.

II.5 Kader menyampaikan:


“Peran ayah dan ibu dalam mengasuh sehari-hari bisa saja berbeda, mungkin ibu yang
lebih banyak berperan. Tetapi tanggung jawab untuk membesarkan anak dengan sebaik-
baiknya adalah sama antara ayah dan ibu, peran boleh berbeda tapi tanggung jawab

70 pertemuan 3
sama besarnya oleh karena itu pengasuhan anak bukan hanya menjadi tugas ibu tapi
ayah juga perlu terlibat dalam mengasuh anak”.

III. Kegiatan Inti (60 menit)

III.1 Kader menyampaikan informasi mengenai peran orangtua seperti yang ada pada Lembar
Balik. Peran Orangtua.
Lembar Balik. Konsep Pengasuhan (Lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Konsep Pengasuhan (Lembar untuk kader)

pertemuan 3
71
Lembar Balik. Tujuan Pengasuhan (Lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Tujuan Pengasuhan (Lembar untuk kader)

72 pertemuan 3
Lembar Balik. TIpe Pola Asuh (Lembar untuk peserta)

Lembar Balik. TIpe Pola Asuh (Lembar untuk kader)

pertemuan 3
73
Lembar Balik. Macam-maca Cara Asuh (Lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Macam-macam Cara Asuh (Lembar untuk kader)

74 pertemuan 3
Lembar Balik. Cara Asuh Yang Tepat (Lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Cara Asuh Yang Tepat (Lembar untuk kader)

pertemuan 3
75
Lembar Balik. Faktor Penting Pengasuhan (Lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Faktor Penting Pengasuhan (Lembar untuk kader)

76 pertemuan 3
Lembar Balik. Mengajak Anak Disiplin (Lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Mengajak Anak Disiplin (Lembar untuk kader)

pertemuan 3
77
Lembar Balik. Komunikasi (Lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Komunikasi (Lembar untuk kader)

78 pertemuan 3
III.2 Lakukan salam BKB.

III.3 Kader mengajak peserta untuk berdiri dan bermain “Gajah dan Semut”.
Cara Main:

- Peserta berdiri dalam lingkaran besar.

- Jika kader menyebutkan kata “Gajah” maka peserta harus membuat gerakan tangan
melingkar kecil di depan dada sambil menyebutkan kata “BESAR” dengan volume
suara yang kecil.

- Jika kader menyebutkan kata “Semut” maka peserta harus membuat gerakan tangan
melingkar besar dari atas kepala sampai ke depan perut sambil menyebutkan kata
“KECIIIIL” dengan volume suara yang besar.

- Ulangi beberapa kali.

- Untuk menghidupkan suasana, kader bisa membagi peserta dalam beberapa


kelompok atau bisa juga menunjuk salah satu peserta ketika menyebutkan kata
“Gajah” atau“Semut”. Kelompok atau orang yang ditunjuk harus membuat gerakan
sesuai petunjuk dengan menyebutkan kata “besar” atau “kecil”

- Ulangi permainan beberapa kali.

III.4 Kader menyampaikan makna permainan:

“Kita seringkali sulit untuk keluar dari pola atau kebiasaan yang sudah dilakukan turun-
temurun. Tetapi jika kita mau berusaha maka kita bisa membuat hal yang berbeda”.

“Demikian juga dengan pola asuh. Orangtua kadang hanya mengikuti saja kebiasaan
yang sudah ada dan berlaku di masyarakat. Jika dipikirkan baik-baik ada banyak hal baru
yang bisa kita terapkan dalam pengasuhan anak untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik bagi tumbuh kembang anak”.

pertemuan 3
79
III.5 Diskusi kelompok, kader membagi peserta menjadi 6 kelompok dengan pembagian tugas
kelompok sebagai berikut:

Kelompok 1: Mendiskusikan peran Ibu pada masa kehamilan hingga persalinan.


Kelompok 2: (sebaiknya kelompok ini terdiri dari para bapak/ayah yang hadir):
Mendiskusikan peran Ayah pada masa kehamilan hingga persalinan.
Kelompok 3: Mendiskusikan peran Ibu pada masa anak baru lahir hingga berusia
dua tahun.
Kelompok 4: Mendiskusikan peran Ayah pada masa anak baru lahir hingga berusia
dua tahun.
Kelompok 5: Mendiskusikan peran Ibu pada masa anak berusia dua tahun hingga
enam tahun.
Kelompok 6: Mendiskusikan peran Ayah pada masa anak berusia dua tahun hingga
enam tahun.

Catatan bagi kader: bagikan alat tulis bagi setiap kelompok. Berikan waktu sekitar 15-
20 menit untuk diskusi kelompok.

III.6 Minta perwakilan setiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi mereka dan minta
kelompok lain untuk menambahkan hasil dari kelompok lain.

III.7 Kader menyampaikan secara umum ayah dapat berperan dalam pengasuhan bahkan
sejak dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan anak (1000 HPK), yaitu dengan cara:
1. Mendampingi ibu hamil ke fasilitas kesehatan.
2. Mengajak komunikasi janin didalam kadungan ibu.
3. Tidak boleh merokok di sekitar ibu hamil dan anak.
4. Menyiapkan makanan bergizi bagi ibu hamil.
5. Menjaga kestabilan emosi ibu hamil.
6. Menjadi Suami Siaga,
7. Memandikan bayi dan anak.
8. Mengajak anak bermain.
9. Membangun komitmen bersama antara ayah dan ibu dalam pengasuhan dan
kehidupan berkeluarga.

III.8 Ucapkan terima kasih kepada setiap kelompok, lalu kader menyampaikan lembar balik
Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan.

80 pertemuan 3
Lembar Balik. Pentingnya Keterlibatan Ayah (Lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Pentingnya Keterlibatan Ayah (Lembar untuk kader)

pertemuan 3
81
Lembar Balik. Manfaat Keterlibatan Ayah (Lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Manfaat Keterlibatan Ayah (Lembar untuk kader)

82 pertemuan 3
Lembar Balik. Perkembangan Kognitif Anak (Lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Perkembangan Kognitif Anak (Lembar untuk kader)

pertemuan 3
83
Lembar Balik. Perkembangan Sosio-Emosional Anak (Lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Perkembangan Sosio-Emosional Anak (Lembar untuk kader)

84 pertemuan 3
Lembar Balik. Perkembangan Fisik Anak (Lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Perkembangan Fisik Anak (Lembar untuk kader)

pertemuan 3
85
Lembar Balik. Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan (Lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan (Lembar untuk kader)

86 pertemuan 3
III.9 Praktek mendongeng/bercerita. Kader meminta 3 orang bapak/ayah yang hadir untuk
praktek bercerita kepada anak sebagai bentuk salah satu peran yang bisa dilakukan ayah
dalam mengasuh anak.

Catatan bagi kader: Jika tidak ada bapak/ayah yang hadir maka bisa meminta
ibu yang membacakan cerita/mendongeng. Dongeng yang disampaikan haruslah dongeng
yang memiliki nilai moral yang baik dan sesuai bagi anak. Kader bisa menggunakan buku
cerita yang ada di BKB kit untuk dibacakan oleh ayah/ibu yang akan praktek atau yang
ada pada lampiran buku ini. Agar lebih seru, kader bisa membuat kegiatan ini sebagai
perlombaan, yang membaca/mendongeng dengan baik menurut peserta lain akan
mendapatkan hadiah misalnya dipinjamkan buku orangtua hebat, agar bisa belajar dan
membaca bagaimana cara menjadi orangtua hebat.

III.10 Ucapkan terima kasih kepada peserta yang telah bersedia untuk praktek membaca/
bercerita. Kader dapat menyampaikan tujuan dari bercerita tersebut adalah:
“Kegiatan mendongeng atau bercerita kepada anak, bahkan sejak ia dalam kandungan
hingga berusia enam tahun, dapat memberikan banyak manfaat, diantaranya adalah
melatih cara berfikir anak, menambah kata-kata baru, belajar empati, dan menjalin kasih
sayang antara anak dan orangtua”.

IV. Kesimpulan (10 menit)

IV.1 Kader meminta minimal 3 orang peserta untuk memberikan pendapat tentang:
“Apa yang sudah dipelajari hari ini?”. (Tunggu jawaban peserta, dorong peserta untuk
mau menyampaikan pendapatnya).

IV.2 Kader merangkum semua pendapat peserta. Dan menyampaikan kesimpulan:


• Peran ayah dan ibu dalam mengasuh anak boleh berbeda tapi tanggung jawab dalam
mengasuh sama besarnya.
• Pengasuhan anak bukan hanya menjadi tugas ibu tapi ayah juga perlu terlibat dalam
mengasuh anak.
• Ayah yang ikut serta mengasuh bayi dan anaknya dapat membuat anak cerdas di
sekolah dan mempunyai nilai-nilai akademis yang bagus.
• Sebaliknya, ayah yang tidak peduli dan tidak mau terlibat dapat menimbulkan masalah
pada anak seperti kenakalan dan depresi di kemudian hari.

pertemuan 3
87
V. Pengisian KKA (20 menit)

V.1 Para kader membagi peserta sesuai kelompok umur anak dan membantu peserta untuk
mengisi KKA.

V.2 Jika kader menemukan ada anak yang belum dapat melaksanakan tugas perkembangan
tertentu. Maka kader memberikan tugas rumah kepada orangtua untuk melakukan
rangsangan (stimulasi) kepada anak yang sesuai dengan yang disarankan di KKA.
Sampaikan kepada orangtua dari anak tersebut untuk tidak merasa malu jika anaknya
belum mampu melakukan tugas perkembangan, karena kecepatan perkembangan
setiap anak berbeda-beda.

V.3 Jika diperlukan kader dapat melakukan kunjungan rumah kepada anak yang belum dapat
melaksanakan tugas perkembangannya.

V.4 Kader perlu memastikan orangtua telah melakukan tugas rumah untuk melakukan
rangsangan (stimulasi) pada pertemuan sebelumnya. Jika anak masih belum dapat
melakukan tugas perkembangannya meskipun sudah dilakukan rangsangan (stimulasi)
maka sarankan orangtua untuk merujuk (membawa) anak ke Puskesmas terdekat atau
tenaga ahli tumbuh kembang lainnya (dokter, psikolog, tenaga pendidik) agar mendapatkan
bantuan lebih lanjut.

VI. Penyampaian Tugas Rumah (5 menit)

VI.1 Kader mengatakan:


“Bapak/Ibu, kita telah mempelajari hal yang penting hari ini. Bicarakan dan diskusikan
dengan pasangan masing-masing di rumah tentang pembagian peran dalam pengasuhan
anak, dan pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan”.

VI.2 Kader mengingatkan peserta untuk melakukan tugas rumah sebagai berikut:
1. Menstimulasi perkembangan anak sesuai hasil dari KKA.
2. Membacakan cerita atau berdongeng kepada anak.
3. Bertanya pada anak: hal yang disukainya dan tidak disukainya, Bapak/Ibu meluangkan
waktu untuk mendampingi anak melakukan hal yang disukainya.

VII. Penutup (5 menit)

VII.1 Kader bertanya tentang rencana pertemuan berikutnya (hari, tanggal, waktu dan tempat).
dan meminta relawan dari peserta.
“Siapa yang yang akan secara sukarela menjadi relawan untuk membantu kader
di pertemuan selanjutnya?”.

“Relawan akan membantu mengingatkan peserta lainnya untuk hadir pada pertemuan
selanjutnya.”

88 pertemuan 3
VII.2 Kader mengingatkan tentang KB, dengan menyampaikan hal berikut:
“Bapak/Ibu yang belum ber-KB, ingatlah manfaat KB diantaranya adalah dapat mengurangi
resiko kehamilan pada ibu, yang dikenal dengan sebutan 4T.
4T adalah:

• Terlalu muda (usia di bawah 21 tahun)


• Terlalu tua (usia di atas 35 tahun)
• Terlalu sering/dekat (Jarak ideal antar kelahiran anak adalah 3-5 tahun)
• Terlalu banyak (memiliki lebih dari dua orang anak)”.

VII.3 Kader menutup kegiatan:


“ Pertemuan hari ini cukup sampai di sini. saya mengucapkan terima kasih atas partisipasi
Bapak dan Ibu untuk bisa bergabung dalam kelompok BKB HI. Mohon maaf apabila dalam
pertemuan ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan”.

VII.4 Minta salah seorang peserta untuk memimpin do’a penutup kegiatan dan menutup
kegiatan dengan melakukan salam KB atau salam BKB atau yel-yel.

pertemuan 3
89
88 Pertemuan 4
Pertemuan 4

Menjaga Kesehatan Anak Usia Dini

Pertemuan 4
1
“Kesehatan adalah harta yang paling berharga”
-anoymous-

2 Pertemuan 4
Pada pertemuan terkait topik kesehatan ini, kader dapat mengundang petugas kesehatan
dari Puskesmas untuk menjadi narasumber dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang mungkin ada dari peserta. Kader dapat tetap melakukan tahapan kegiatan seperti
yang ada di bawah ini, dan meminta narasumber petugas kesehatan untuk memberikan
penjelasan informasi seperti yang ada di buku KIA ataupun pada saat ada pertanyaan dari
peserta.

Tujuan:

1. Meningkatkan pengetahuan kesehatan dasar pada ibu hamil dan bayi baru lahir
2. Meningkatkan pengetahuan orangtua tentang penyakit umum pada anak dan cara
penanganan yang tepat.
3. Menumbuhkan kesadaran orangtua untuk memanfaatkan Posyandu sebagai fasilitas
kesehatan dasar bagi anak usia dini
4. Menumbuhkan kesadaran orangtua mengenai manfaat dari imunisasi dan pemberian
vitamin

Hasil yang diharapkan:

1. Orangtua mengetahui jenis penyakit umum pada anak dan penanganannya yang tepat
2. Orangtua mampu memenuhi kebutuhan kesehatan dasar anak
3. Orangtua memenuhi kebutuhan imunisasi dasar dan pemberian vitamin untuk anak

Durasi:

120 menit

Bahan dan Alat:


• Kantong wasiat
• Buku KIA tahun 2015
• Alat Tulis (kertas dan pulpen, atau kertas plano dan spidol)
• Film Animasi Cerita 3. Pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan

Pertemuan 4
93
Tahapan Kegiatan:

I. Pembukaan dan Tinjauan Kembali (10 menit)

I.1 Kader menyambut peserta dengan ramah dan menyapa dengan menyebut nama peserta.

I.2 Kader mengucapkan terima kasih kepada relawan yang sudah mengingatkan kita semua
terkait pertemuan hari ini.

I.3 Kader membuka kegiatan, dengan menyampaikan:

“Bapak/ibu, terima kasih karena sudah bersedia hadir dalam pertemuan ini. Tujuan dari
pertemuan ini adalah untuk belajar bersama bagaimana cara menjaga kesehatan anak”.

I.4 Kader meminta salah seorang peserta untuk memimpin do’a sebelum memulai kegiatan.
Selesai berdoa kader mengucapkan terima kasih kepada peserta yang telah memimpin
doa.

I.5 Kader mengajak peserta untuk meninjau kembali apa yang telah dipelajari pada
Pertemuan sebelumnya dengan mengatakan;

”Sebelum kita memulai pertemuan hari ini marilah kita sama-sama mengingat kembali
apa yang telah kita pelajari pada pertemuan sebelumnya dan apa saja yang sudah kita
praktekkan di rumah. Siapa yang masih ingat apa yang sudah kita pelajari pada pertemuan
sebelumnya?”.

Catatan bagi kader: Jika tidak ada yang ingat, kader mengingatkan kembali secara
umum apa saja yang sudah di pelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu:

Peran ayah dan ibu dalam mengasuh anak boleh berbeda tetapi tanggung jawab dalam
mengasuh sama besarnya oleh karena itu pengasuhan anak bukan hanya menjadi tugas
ibu tapi ayah juga perlu terlibat dalam mengasuh anak.

Ayah yang ikut serta mengasuh bayi dan anaknya dapat membuat anak cerdas di sekolah
dan mempunyai nilai-nilai akademis yang bagus. Sebaliknya, ayah yang tidak peduli dan
tidak mau terlibat dapat menimbulkan masalah pada anak seperti kenakalan dan depresi
di kemudian hari.

94 Pertemuan 4
I.6 Kader bertanya siapa yang telah melakukan tugas rumah, khususnya tugas:
ke 2. Membacakan cerita atau berdongeng kepada anak.
Ke 3. Bertanya pada anak: hal yang disukainya dan tidak disukainya, Bapak/Ibu
meluangkan waktu untuk mendampingi anak melakukan hal yang disukainya.

Catatan bagi kader: tugas ke-1 adalah rangsangan (stimulasi) sesuai KKA akan
dibahas pada saat pengisian KKA).

I.7 Kader meminta beberapa orang yang telah melakukan tugas rumah untuk menceritakan

“Bagaimana ibu melakukannya?”.


“Bagaimana tanggapan pasangan (suami/istri) dan anak?”.

I.8 Kader mengucapkan terima kasih kepada peserta telah melakukan tugas rumah dan
memotivasi peserta yang belum melakukan tugas rumah untuk mau melakukannya
sebelum pertemuan berikutnya, karena tugas rumah tersebut membantu peserta untuk
menjadi orangtua yang lebih hebat.

I.9 Kader mengingatkan tentang KB, dengan bertanya dan menyampaikan hal berikut:

“Apakah Bapak/Ibu sudah ber-KB?”. (Tunggu jawaban peserta, lalu kader menanggapi)

“Terima kasih bagi yang sudah ber-KB. Semoga dapat terus dilakukan, karena ber-
KB membawa banyak manfaat bagi ibu, anak dan keluarga”.

“ Akan lebih baik dan sangat dianjurkan untuk menggunakan cara KB jangka panjang
yaitu sprial/IUD, implan/susuk KB, vasektomi (MOP), dan tubektomi (MOW)”.

“Bapak/Ibu yang belum ber-KB dapat melakukan diskusi dengan bidan untuk
mengetahui metode KB apa yang cocok dan jangka panjang manfaatnya”.

Pertemuan 4
95
II. Pengenalan Topik (10 menit)

II.1 Kader menanyakan kepada peserta:


“Bagaimana perasaan bapak/ibu jika anaknya sakit?”.
Kemudian menanyakan kembali,
“Apa yang bapak/ibu lakukan jika anaknya sakit?”.
.
II.2 Dengarkan pendapat beberapa orang peserta, tanpa harus memberikan komentar
berlebihan, lalu ucapkan terima kasih kepada peserta yang telah menyampaikan
pendapat nya.
II.3 Kader menyampaikan kepada peserta tentang topik hari ini, yaitu “Bagaimana Menjaga
Kesehatan Anak Usia Dini”. Lalu menyampaikan:

“Sangat penting untuk menjaga kesehatan anak usia dini, agar anak bisa tumbuh sehat
dan terhindar dari penyakit”.

“Menjaga kesehatan anak dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari melakukan
kebiasaan-kebiasaan hidup bersih dan sehat, hingga melakukan upaya pencegahan
penyakit, misalnya pemberian imunisasi dan vitamin”.

“Hari ini kita akan membahas pada upaya pencegahan penyakit dan penanganannya,
sedangkan kebiasaan/pola hidup bersih dan sehat akan dibahas pada pertemuan
berikutnya”.

III. Kegiatan Inti (60 menit)

III.1 Diskusi kelompok: Pengenalan jenis-jenis dan gejala penyakit yang terjadi pada anak usia
dini. Kader membagi peserta ke dalam 3 kelompok. Kemudian masing-masing kelompok
diminta untuk mendiskusikan dengan 3 pertanyaan berikut:

1). Apa saja kegiatan rutin yang dilakukan oleh orangtua untuk menjaga kesehatan saat
kehamilan, saat anak masih bayi dan saat anak sudah lebih besar.
2). Jenis penyakit yang sering terjadi pada anak usia dini?.
3). Bagaimana cara penanganan penyakit tersebut?.

Catatan bagi kader: Berikan waktu 15 menit untuk diskusi kelompok. Jawaban yang
mungkin muncul Untuk pertanyaan no.1 misalnya: memberikan makanan bergizi, vitamin,
membawa anak ke Posyandu untuk imunisasi, memastikan anak istirahat yang cukup,
memastikan kebersihan dan kesehatan lingkungan tempat tinggal. Untuk pertanyaan
no.2 misalnya: diare, batuk pilek, demam, gatal-gatal, malaria, DBD, dan lainnya. Untuk
pertanyaan no.3 misalnya: memberikan larutan gula garam, minum air yang banyak,
mengkompres, memakai kelambu atau pembasmi nyamuk, membawa ke puskesmas/
dokter.

96 Pertemuan 4
III.2 Kader meminta setiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya dan meminta
kelompok lain sebagai pengamat dan memberikan komentarnya.

III.3 Kader meminta peserta untuk membuka Buku KIA yang berisikan tentang perawatan
kehamilan, bayi baru lahir, anak sakit, imunisasi dan pemberian vitamin. Kader memberikan
kesimpulan tentang materi yang dibahas merujuk pada Buku KIA.

(sumber: Buku KIA tahun 2015 Hal.4, 38-41, 49-51)

Catatan bagi kader: Jika tidak ada buku KIA, maka sampaikan informasi kesimpulan
sebagai berikut:

Pertemuan 4
97
PERAWATAN SEHARI-HARI IBU HAMIL

(sumber: Buku KIA tahun 2015 halaman 4. Perawatan Sehari-hari Ibu Hamil)

tambahan informasi :

• Kalsium Ibu selama masa kehamilan diserap oleh janin, sehingga dapat menyebabkan gigi
Ibu mudah keropos
• Ibu hamil tidak dianjurkan pijat di bagian perut.
• Ibu hamil dan ibu menyusui dianjurkan untuk memotong kuku secara teratur sehingga kuku
tidak panjang dan bebas dari kuman.

98 Pertemuan 4
PERAWATAN SEHARI-HARI KEGIATAN FISIK IBU HAMIL

(sumber: Buku KIA tahun 2015 halaman 5. Perawatan Sehari-hari kegiatan fisik ibu hamil)

Pertemuan 4
99
TANDA BAHAYA PERSALINAN

(sumber: Buku KIA tahun 2015 halaman 12. tanda bahaya persalinan)

100 Pertemuan 4
Tambahan informasi :

• Kader mengingatkan pentingnya memeriksa kehamilan bagi ibu hamil, minimal 4


kali selama kehamilan.

• Kader juga dapat menyampaikan Mitos-mitos kesehatan yang tidak benar, seperti
berikut;

1. Ibu hamil dan menyusui tidak boleh makan ikan, daging ayam, telur. Faktanya,
makanan tersebut banyak mengandung protein dan omega 3 yang dibutuhkan
dalam pembentukan kecerdasan otak anak dan ibu.

2. Pakaian bayi baru lahir ditempel dengan rempah-rempah dengan


menggunakan jarum/peniti untuk menjaga keselamatannya dari roh jahat.
Faktanya, jarum mengandung resiko dapat menusuk tubuh bayi.

3. Ibu hamil tidak boleh mandi karena kotoran yang ada di air akan meresap
dan membuat bayi terkontaminasi oleh kotoran dari tubuh ibu. Faktanya Bayi
terlindungi oleh selaput lendir yang membungkus rahim sehingga kotoran
tidak akan sampai ke tubuh bayi. Meskipun sedang hamil, Ibu hamil dapat
tetap mandi asalkan menggunakan air dengan suhu yang sejuk untuk tubuh.

4. Berhubungan seksual dapat membahayakan kehamilan. Faktanya Hubungan


seksual tidak akan membahayakan bayi di dalam kandungan karena bayi
terlindung oleh kantong ketuban, otot rahim yang kuat, serta lapisan lendir
tebal di mulut rahim. Orgasme juga tidak menyebabkan keguguran karena
kontraksi otot pada saat orgasme berbeda dengan kontraksi ketika melahirkan.
Anda tidak perlu khawatir selama kondisi kehamilan tidak ada kelainan.
Namun tanyakan terlebih dahulu ke dokter bagi ibu yang berisiko keguguran,
persalinan prematur, ataupun terjadi perdarahan dari vagina yang belum
diketahui sebabnya. Kemungkinan dokter menganjurkan untuk tidak melakukan
hubungan seksual. Yang perlu diwaspadai adalah infeksi penyakit menular
seksual. Jika ibu hamil terinfeksi penyakit tersebut,misalnya HIV, klamidia, kutil,
atau herpes, maka besar kemungkinan bayi akan terinfeksi juga.

5. Ibu Hamil tidak boleh minum es karena bayi nya bisa menjadi besar dan sulit
lahir, faktanya bayi menjadi besar lebih dipengaruhi oleh kemungkinan Ibu
mengkonsumsi banyak gula, yang mungkin banyak terdapat di dalam air es/
kemasan yang banyak dikonsumsi Ibu Hamil.

6. Ibu Hamil tidak boleh potong rambut karena bisa menghambat proses
melahirkan, faktanya proses kelahiran dipengaruhi oleh hal lain bukan karena
panjang pendeknya rambut Ibu hamil.

Pertemuan 4
101
• Kader dapat menegaskan stimulasi yang dapat dilakukan selama kehamilan untuk
mendukung pentingnya 1000 HPK, diantaranya adalah;

1. Stimulasi suara (contoh : membaca ayat suci, memperdengarkan musik,


mengajak komunikasi, mendongeng atau bercerita)
2. Stimulasi sentuhan (membelai/mengelus perut ibu yang hamil sambil mengajak
janin berkomunikasi)

• Kader dapat memberikan informasi mengenai Kesehatan Mental Ibu Hamil.

Apa bedanya baby blues dan depresi postpartum (depresi setelah melahirkan)?

Baby blues tidak sama dengan depresi postpartum. Baby blues biasanya muncul
dua hari setelah melahirkan, karena hormon kehamilan yang mendadak menurun
membuat tubuh dan mood Ibu Hamil/Melahirkan berubah pula.

Baby blues biasanya memuncak sekitar empat hari setelah bayi dilahirkan, dan
Ibu akan mulai membaik dalam dua minggu, ketika hormon Ibu sudah kembali
normal. Ibu juga mungkin mengalami baby blues selama setahun penuh setelah
melahirkan, namun stres dan depresi yang dialami biasanya hanya ringan.

Namun, jika Ibu masih merasa depresi berat setelah lebih dari dua minggu dari
melahirkan, Ibu mungkin mengidap depresi postpartum.
Apa saja tanda dan gejala depresi postpartum?
Beberapa gejala yang sering dialami oleh para wanita yang terserang depresi
postpartum adalah:
• Sulit tidur
• Menangis tiba-tiba
• Depresi hingga tidak mampu menjalani aktivitas sehari-hari
• Berpikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bahkan menyakiti bayi
• Merasa tak berharga dan tak memiliki harapan
• Kehilangan energi
• Merasa lemas dan kelelahan yang amat sangat
• Kehilangan nafsu makan, atau bahkan penurunan berat badan

Jika Ibu mengalami gejala-gejala tersebut, segera konsultasi kepada petugas


kesehatan. Depresi postpartum bukanlah hal yang bisa dibiarkan saja, karena dapat
mempengaruhi kesehatan mental Ibu dan juga bayi, dan mempengaruhi 1000 HPK
serta masa depan anak.

102 Pertemuan 4
BAYI BARU LAHIR / NEONATUS (0-28 HARI)

(sumber: Buku KIA tahun 2015 halaman 33. Bayi baru lahir/neonatus (0-28 hari))

Pertemuan 4
103
JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI DAN VITAMIN A PADA ANAK

(sumber: Buku KIA tahun 2015 halaman 50. Anak usi 29 hari-6 tahun)

104 Pertemuan 4
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 29 HARI – 6 TAHUN

Stunting terjadi akibat kekurangan Gizi kronis (secara terus menerus) dan akan lebih mudah
diatasi sebelum usia anak 2 tahun. Kondisi gizi anak di 1000 HPK sangat mempengaruhi masa
depan anak.

(sumber: Buku KIA tahun 2015 halaman 41.Anak usia 29 hari-6 tahun )

Pertemuan 4
105
PERAWATAN ANAK SAKIT USIA 29 HARI – 6 TAHUN

(sumber: Buku KIA tahun 2015 halaman 48. Anak usia 29 hari-6 tahun perawatan anak sakit)

JIKA PENANGANAN SEDERHANA DI RUMAH TIDAK MENUNJUKAN PERUBAHAN SEGERA


BAWA ANAK KE PELAYANAN KESEHATAN TERDEKAT (PUSKESMAS/RUMAH SAKIT).

Tambahan Informasi : Pada saat anak Diaere berikan minum lebih sering dan lebih banyak

106 Pertemuan 4
PERAWATAN ANAK SAKIT USIA 29 HARI - 6 TAHUN

(sumber: Buku KIA tahun 2015 halaman 49. Anak usia 29 hari-6 tahun perawatan anak sakit)

JIKA PENANGANAN SEDERHANA DI RUMAH TIDAK MENUNJUKAN PERUBAHAN SEGERA


BAWA ANAK KE PELAYANAN KESEHATAN TERDEKAT (PUSKESMAS/RUMAH SAKIT)

Pertemuan 4
107
Tambahan Informasi untuk pertolongan pertama pada luka bakar:

1. Prinsip pertama yang harus diingat orangtua apabila anak tersiram air panas atau
tanpa sengaja tersentuh api atau benda panas lainnya adalah jangan panik dan
segera jauhkan anak dari sumber panas.
2. Dinginkan bagian tubuh yang terkena luka bakar dengan air mengalir selama 10-20
menit. Tidak dianjurkan menggunakan air es ataupun menambahkan bahan lain seperti
mentega atau kecap karena dapat mengiritasi kulit yang terbakar dan menyebabkan
kerusakan jaringan lebih lanjut.
3. Lakukan penilaian jenis luka bakar. Apabila dalam penilaian dilihat luka bakar tersebut
tergolong ringan, maka selanjutnya dinginkan dengan air mengalir hingga 20 menit.
Namun bila ditemukan bula (gelembung air) pada luka bakar, segera bawa anak ke
rumah sakit untuk mendapatkan perawatan luka lebih lanjut.
4. Berikan salep pelembab, seperti salep yang mengandung aloe vera pada luka bakar
ringan. Lakukan perawatan luka bakar secara terbuka, tidak perlu ditutup kasa.
5. Obat anti-nyeri seperti Parasetamol dapat diberikan pada anak apabila dalam
observasi di rumah, anak mengeluh sakit dan rewel.

(sumber: IDAI, 2015)

JIKA PENANGANAN SEDERHANA DI RUMAH TIDAK MENUNJUKAN PERUBAHAN SEGERA


BAWA ANAK KE PELAYANAN KESEHATAN TERDEKAT (PUSKESMAS/RUMAH SAKIT)

108 Pertemuan 4
III.4 Putar film animasi Pentingnya 1000 HPK

1. 2.

Pembukaan Bu Asih sangat senang


mengetahui dirinya positif hamil

3. 4.

Pak Iman sangat bersyukur dan Pak Iman berbelanja, memasak


berjanji akan menjaga Bu Asih makanan dan membantu
dan janinnya serta ikut membantu pekerjaan rumah tangga lainnya
melaksanakan pekerjaan rumah
tangga demi menjaga kesehatan
Bu Asih yang sedang hamil

5. 6.

Pak Iman selalu menceritakan Pak Iman bahkan akan meminta


kegiatan yang ia dan Bu Asih bantuan dari keluarga lainnya
lakukan kepada janin di dalam jika diperlukan untuk meringakan
kandungan beban kerja Bu Asih di rumah

Pertemuan 4
109
7. 8.

Pada malam hari Pak Iman memijat Bu Asih Pak Iman membacakan cerita kepada janin
di dalam kandungan, pada usia kandungan
memasuki 7 bulan, janin sudah dapat
mendengar suara dari luar kandungan.
Membacakan cerita dan diajak berbicara
merupakan stimulasi yang baik untuk
perkembangan anak kelak

9. 10.

Pak Iman dan Bu Asih juga menabung Pada saat melahirkan Ibu Bidan membantu
uang untuk kebutuhan melahirkan nantinya Bu Asih dan bayi untuk melakukan IMD
(Inisiasi Menyusu Dini). IMD memberikan
banyak manfaat bagi bayi dan Ibu.

11. 12.

Beberapa minggu kemudian, Bu Asih dan Pak


Iman membawa bayi untuk mendapatkan
imunisasi di Bidan. Bidan juga memberikan
informasi tentang pentingnya ASI eksklusif dan
stimulasi pada bayi.

13.

110 Pertemuan 4
III.5 Kader mengajak peserta berdiri dan menyanyikan lagu “Aku Anak Sehat ”. Ulangi 2-3
kali.

Lagu Aku Anak Sehat

Aku anak sehat, tubuhku kuat


Karena Ibuku rajin dan cermat
Semasa aku bayi, s’lalu diberi ASI
Makanan bergizi dan imunisasi

Berat badanku ditimbang s’lalu


Posyandu menunggu setiap waktu
Bila aku diare, ibu s’lalu waspada
Pertolongan oralit s’lalu siap sedia

III.6 Lakukan salam BKB.

IV. Kesimpulan (10 menit)

IV.1 Kader meminta minimal 3 orang peserta untuk memberikan pendapat tentang:
“Apa yang sudah dipelajari hari ini?”. (Tunggu jawaban peserta, dorong peserta untuk
mau menyampaikan pendapatnya).

IV.2 Kader merangkum semua pendapat peserta. Dan menyampaikan kesimpulan :


• Orangtua harus menjaga kesehatan sejak masa kehamilan hingga anak usia dini
supaya anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
• Upaya untuk menjaga kesehatan anak dapat dilakukan diantaranya dengan
memberikan makanan bergizi bagi anak, imunisasi, vitamin, melakukan kegiatan fisik
(olah raga) dan memastikan anak beristirahat dengan cukup dan tinggal di lingkungan
yang bersih dan sehat.

V. Pengisian KKA (20 menit)

V.1 Para kader membagi peserta sesuai kelompok umur anak dan membantu peserta untuk
mengisi KKA.

Pertemuan 4
111
V.2 Jika kader menemukan ada anak yang belum dapat melaksanakan tugas perkembangan
tertentu. Maka kader memberikan tugas rumah kepada orangtua untuk melakukan
rangsangan (stimulasi) kepada anak yang sesuai dengan yang disarankan di KKA.
Sampaikan kepada orangtua dari anak tersebut untuk tidak merasa malu jika anaknya
belum mampu melakukan tugas perkembangan, karena kecepatan perkembangan setiap
anak berbeda-beda.

V.3 Jika diperlukan kader dapat melakukan kunjungan rumah kepada anak yang belum dapat
melaksanakan tugas perkembangannya.

V.4 Kader perlu memastikan orangtua telah melakukan tugas rumah untuk melakukan
rangsangan (stimulasi) pada pertemuan sebelumnya. Jika anak masih belum dapat
melakukan tugas perkembangannya meskipun sudah dilakukan rangsangan (stimulasi)
maka sarankan orangtua untuk merujuk (membawa) anak ke Puskesmas terdekat atau
tenaga ahli tumbuh kembang lainnya (dokter, psikolog, tenaga pendidik) agar mendapatkan
bantuan lebih lanjut.

VI. Penyampaian Tugas Rumah (5 menit)

VI.1 Kader mengatakan:


“Bapak/Ibu, kita telah mempelajari hal yang penting hari ini. Bicarakan dan diskusikan
dengan pasangan masing-masing di rumah tentang cara menjaga kesehatan anak”.

VI.2 Kader meminta peserta untuk melakukan tugas rumah sebagai berikut di bawah ini,
sampaikan juga tugas rumah ini akan ditinjau bersama pada pertemuan berikutnya.

1. Menstimulasi (memberikan rangsangan) perkembangan anak sesuai hasil dari KKA.


2. Mengajak anak dan anggota keluarga lainnya untuk bergotong royong membersihkan
rumah.
3. Mengajak anak dan anggota keluarga lainnya untuk melakukan kegiatan olah raga
bersama, misalnya jalan santai.

112 Pertemuan 4
VII. Penutup (5 menit)

VII.1 Kader bertanya tentang rencana pertemuan berikutnya (hari, tanggal, waktu dan tempat)
dan meminta relawan dari peserta.
“Siapa yang yang akan secara sukarela menjadi relawan untuk membantu kader di
pertemuan selanjutnya?”.

Relawan akan membantu mengingatkan peserta lainnya untuk hadir pada pertemuan
selanjutnya.

VII.2 Kader mengingatkan tentang KB, dengan menyampaikan hal berikut:

“Bapak/Ibu yang belum ber-KB, ingatlah manfaat KB diantaranya adalah dapat


mengurangi resiko kehamilan pada ibu, yang dikenal dengan sebutan 4T”.

“Siapa yang ingat dengan apa itu 4T?”(tunggu jawaban peserta, lalu sampaikan).

4T adalah:
• Terlalu muda (usia di bawah 21 tahun)
• Terlalu tua (usia di atas 35 tahun)
• Terlalu sering/dekat (Jarak ideal antar kelahiran anak adalah 3-5 tahun)
• Terlalu banyak (memiliki lebih dari dua orang anak)”.

VII.3 Kader menutup kegiatan:

“ Pertemuan hari ini cukup sampai di sini. saya mengucapkan terima kasih atas
partisipasi Bapak dan Ibu untuk bisa bergabung dalam kelompok BKB HI. Mohon maaf
apabila dalam pertemuan ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan”.

VII.4 Minta salah seorang peserta untuk memimpin do’a penutup kegiatan dan menutup
kegiatan dengan melakukan salam KB atau salam BKB atau yel-yel.

Pertemuan 4
113
Pertemuan 5

Pemenuhan Gizi Anak Usia Dini


“Makan makanan bergizi adalah wujud menghargai diri sendiri”
฀-anonymous-

114 Pertemuan 5
Pada pertemuan terkait topik kesehatan ini, kader dapat mengundang petugas kesehatan
dari Puskesmas untuk menjadi narasumber dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang mungkin ada dari peserta. Kader dapat tetap melakukan tahapan kegiatan seperti
yang ada di bawah ini, dan meminta narasumber petugas kesehatan untuk memberikan
penjelasan informasi seperti yang ada di buku KIA ataupun pada saat ada pertanyaan dari
peserta.
Untuk menarik minat peserta, pada pertemuan ini bisa juga dilakukan demo masak
makanan bergizi.

Tujuan:

1. Meningkatkan pengetahuan orangtua tentang pemenuhan gizi selama kehamilan hingga


gizi anak usia dini.
2. Menumbuhkan kesadaran orangtua untuk memberikan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), Air Susu
Ibu (ASI) ekslusif, ASI lanjutan dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
3. Meningkatkan ketrampilan orangtua dalam praktek pemberian gizi seimbang untuk tumbuh
kembang sesuai dengan usia anak.

Hasil yang diharapkan:

1. Orangtua memahami dan mempraktekkan IMD dan memberikan ASI Eksklusif 0 – 6


bulan yang dilanjutkan pemberian ASI sampai 2 tahun dengan Orangtua memahami dan
mempraktekkan pemberian gizi seimbang selama kehamilan hingga anak usia dini
2. Orangtua memahami dan mampu mempraktekkan pemberian gizi seimbang sesuai
dengan usia dan kebutuhan anak termasuk MP-ASI dengan Orangtua memahami dan
mempraktekkan IMD dan memberikan ASI Eksklusif 0 – 6 bulan yang dilanjutkan pemberian
ASI sampai 2 tahun
3. Orangtua dapat melakukan cara-cara pengasuhan baru terkait pemenuhan gizi yang
membantu anak untuk tumbuh kembang secara optimal sesuai usia.

Durasi:

120 menit

Bahan dan Alat:

• Kantong Wasiat
• Buku KIA
• Alat Tulis (kertas dan pulpen, atau kertas plano dan spidol)

Pertemuan 5
117
Tahapan Kegiatan

I. Pembukaan dan Tinjauan Kembali (10 menit)

I.1 Kader menyambut peserta dengan ramah dan menyapa dengan menyebut nama
peserta.

I.2 Kader mengucapkan terima kasih kepada relawan yang sudah mengingatkan kita semua
terkait pertemuan hari ini.

I.3 Kader membuka kegiatan, dengan menyampaikan:


“Bapak-ibu, terima kasih karena sudah bersedia hadir dalam pertemuan ini. Tujuan dari
pertemuan ini adalah untuk belajar bersama bagaimana cara pemenuhan gizi anak usia
dini”.

I.4 Kader meminta salah seorang peserta untuk memimpin do’a sebelum memulai kegiatan.
Selesai berdoa kader mengucapkan terima kasih kepada peserta yang telah memimpin
doa.

I.5 Kader mengajak peserta untuk meninjau kembali apa yang telah dipelajari pada
pertemuan sebelumnya dengan mengatakan;
”Sebelum kita memulai pertemuan hari ini marilah kita sama-sama mengingat kembali
apa yang telah kita pelajari pada pertemuan sebelumnya dan apa saja yang sudah kita
praktekan di rumah. Siapa yang masih ingat apa yang sudah kita pelajari pada pertemuan
sebelumnya?”

Catatan bagi kader: Jika tidak ada yang ingat, kader mengingatkan kembali secara
umum apa saja yang sudah di pelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu:

Orangtua harus menjaga kesehatan sejak masa kehamilan hingga anak usia dini supaya
anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.

Upaya untuk menjaga kesehatan anak dapat dilakukan diantaranya dengan memberikan
makanan bergizi bagi anak, imunisasi, vitamin, melakukan kegiatan fisik (olah raga) dan
memastikan anak beristirahat dengan cukup dan tinggal di lingkungan yang bersih dan sehat.

Jika memungkinan buka kembali Buku KIA terkait kesehatan masa kehamilan, bayi baru lahir,
anak usia dini dan penanganan sederhana penyakit.

118 Pertemuan 5
I.6 Kader bertanya siapa yang telah melakukan tugas rumah, khususnya tugas:
Ke- 2. Mengajak anak dan anggota keluarga lainnya untuk bergotong royong membersihkan
rumah.
Ke- 3. Mengajak anak dan anggota keluarga lainnya untuk melakukan kegiatan olah raga
bersama, misalnya jalan santai.

Catatan bagi kader: tugas ke-1 adalah rangsangan (stimulasi) sesuai KKA akan
dibahas pada saat pengisian KKA).

I.7 Kader meminta beberapa orang peserta yang telah melakukan tugas rumah untuk
menceritakan:

“Bagaimana Bapak/Ibu melakukannya?”.


“Bagaimana tanggapan pasangan (suami/istri) dan anak?”.

I.8 Kader mengucapkan terima kasih kepada peserta telah melakukan tugas rumah dan
memotivasi peserta yang belum melakukan tugas rumah untuk mau melakukannya
sebelum pertemuan berikutnya, karena tugas rumah tersebut membantu peserta untuk
menjadi orangtua yang lebih hebat.

I.9 Kader mengingatkan tentang KB, dengan bertanya dan menyampaikan hal berikut:

“Apakah Bapak/Ibu sudah ber-KB?”. (Tunggu jawaban peserta, lalu kader menanggapi)

“Terima kasih bagi yang sudah ber-KB. Semoga dapat terus dilakukan, karena ber-KB
membawa banyak manfaat bagi ibu, anak dan keluarga”.

“ Akan lebih baik dan sangat dianjurkan untuk menggunakan cara KB jangka panjang
yaitu sprial/IUD, implan/susuk KB, vasektomi (MOP), dan tubektomi (MOW)”.

“Bapak/Ibu yang belum ber-KB dapat melakukan diskusi dengan bidan untuk mengetahui
metode KB apa yang cocok dan jangka panjang manfaatnya”.

Pertemuan 5
119
II. Pengenalan Topik (10 menit

II.1 Kader menanyakan kepada peserta:


“Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang makanan bergizi bagi anak usia dini?”.

Catatan bagi kader: dengarkan pendapat peserta secara umum tanpa perlu memberikan
penilaian benar/salah.

II.2 Ucapkan terima kasih kepada peserta yang menyampaikan pendapatnya, lalu sampaikan:
“Makanan bergizi adalah: makanan yang mengandung semua zat/unsur yang dIbutuhkan
oleh tubuh agar memiliki tenaga, dapat bertumbuh dan berfungsi dengan baik”.

“Ada tiga sumber makanan bergizi yang dibutuhkan oleh tubuh yaitu:
• sumber tenaga atau karbohidrat untuk dapat bergerak dan beraktivitas, contohnya:
ubi, nasi, jagung, roti, sagu,
• sumber pembangun atau protein untuk dapat bertambah tinggi atau bertambah
besar, contohnya: ikan, daging, tahu, tempe, kacang-kacangan, telur,
• sumber pengatur atau vitamin dan mineral yang berguna untuk menjaga tubuh
berfungsi secara baik dan teratur, contohnya sayuran dan buah-buahan”.

“Ketiga sumber makanan tersebut harus diberikan kepada anak secara rutin, yaitu 3 kali
sehari dan diberikan secara seimbang antara karbohidrat, protein dan sayur, agar
pertumbuhan anak bisa maksimal”.

“Jika anak kekurangan salah satu sumber makanan tersebut maka akan menyebabkan
daya tahan tubuh anak menjadi lemah dan pertumbuhannya tidak maksimal”.

“Hari ini kita akan membahas tentang pemenuhan gizi anak sesuai dengan tahapan usia
anak”.

III. Kegiatan Inti (60 menit)

III.1 Diskusi kelompok. Kader membagi peserta menjadi 4 kelompok, setiap kelompok diminta
untuk mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
Kelompok 1: a. Apa itu Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif?.
b. Apa manfaat IMD dan ASI Eksklusif?.
.
Kelompok 2: a. Bagaimana pemberian MP-ASI yang tepat? (usia berapa dan
seperti apa sebaiknya bentuk makanannya?).
b. Buatkan resep MP-ASI untuk anak usia 9 bulan dengan
menggunakan sumber makanan yang ada di sekitar kita.

120 Pertemuan 5
Kelompok 3: a. Buatkan daftar menu makanan gizi seimbang untuk anak usia
1-2 tahun dengan menggunakan sumber makanan yang ada
di sekitar kita (bentuk makanannya, jumlah/porsi yang harus
dimakan).
b. Buatkan daftar menu makanan gizi seimbang untuk anak
usia 2 tahun ke atas dengan menggunakan sumber makanan
yang ada di sekitar kita (bentuk makanannya, jumlah/
porsi yang harus dimakan).

Kelompok 4: a. Buatkan daftar makanan tidak sehat yang ada di sekitar kita
yang sering dikonsumsi anak.
b. Diskusikan bagaimana caranya agar anak mengurangi
konsumsi makanan tidak sehat (jajan tidak sehat).

Catatan bagi kader: berikan waktu selama 20 menit untuk diskusi kelompok. Bantu
kelompok 2 dan 3 untuk mengingat dan berfikir tentang sumber makanan bergizi yang
ada di sekitar lingkungan untuk bisa menyusun menu makanan.

III.2 Kader meminta setiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya dan meminta
kelompok lain sebagai pengamat dan memberikan komentarnya.

III.3 Kader memberikan penjelasan dan kesimpulan terhadap hasil diskusi. Penjelasannya
sebagai berikut:

Kelompok 1:
IMD dan ASI Eksklusif sangat penting dalam menjaga kualitas hidup anak di 1000 HPK (Hari
Pertama Kehidupan) dan masa depannya

a. Apa itu Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif?.

• IMD adalah meletakan bayi di perut-dada ibu segera setelah melahirkan, agar
bayi berusaha untuk menyusu, hal ini dilakukan dalam satu jam pertama kelahiran
dibantu oleh petugas kesehatan. IMD dapat dilakukan hanya jika kondisi ibu dan
bayi yang baru lahir dalam kondisi stabil.
• ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja, tanpa makanan dan minuman lain kepada
bayi dari baru lahir hingga usia 6 bulan.

b. Apa manfaat IMD dan ASI Eksklusif?.

• Manfaat IMD diantaranya adalah:


- Memberikan kesempatan pada bayi untuk mendapatkan kolostrum yaitu tetes
ASI pertama ibu yang kaya nutrisi dan membantu mencegah penyakit.
- Membangun keintiman antara ibu dan bayi, karena kulit bayi bersentuhan

Pertemuan 5
121
langsung dengan kulit ibunya.
- Membantu ibu untuk pulih lebih cepat setelah proses melahirkan.
• Manfaat ASI eksklusif diantaranya adalah:
- Anak yang mendapatkan ASI eksklusif/ASI saja sampai usia 6 bulan
memiliki daya tahan tubuh terhadap penyakit yang lebih tinggi dari pada anak
yang mendapatkan makanan lain selain ASI.
- Selain lebih sehat dan bermanfaat bagi anak, memberikan ASI juga lebih hemat
karena ASI tidak perlu dibeli.

Kelompok 2:

a. Bagaimana pemberian MP-ASI yang tepat? (usia berapa dan seperti apa sebaiknya
bentuk makanannya?).

(sumber : Buku KIA tahun 2015 halaman 54. Pemenuhan Gizi Bayi 6-11 Bulan)

(sumber: Buku KIA tahun 2015 halaman 55. Pemberian makan pada bayi 9-11 bulan)

122 Pertemuan 5
(Sumber; Buku KIA tahun 2015 halaman 56. Cara Pemberian MP-ASI )

Pertemuan 5
123
b. Buatkan resep MP-ASI untuk anak usia 9 bulan dengan menggunakan sumber makanan yang
ada di sekitar kita.

Contoh MP ASI untuk anak 9 bulan

(sumber: Buku KIA tahun 2015 halaman 57. Cara membuat MP-ASI bayi usia 6-9 bulan)

124 Pertemuan 5
(sumber: Buku KIA tahun 2015 halaman 58. Cara membuat MP-ASI anak usia 9-11 bulan)

Pertemuan 5
125
Kelompok 3:

a. Buatkan daftar menu makanan gizi seimbang untuk anak usia 1-2 tahun dengan
menggunakan sumber makanan yang ada di sekitar kita (bentuk makanannya, jumlah/porsi
yang harus dimakan).

(sumber: Buku KIA tahun 2015 halaman 60. )

b. Buatkan daftar menu makanan gizi seimbang untuk anak usia 2 tahun ke atas dengan
menggunakan sumber makanan yang ada di sekitar kita (bentuk makanannya, jumlah/porsi
yang harus dimakan).

(sumber: Buku KIA tahun 2015 halaman 60. Pemberian makanan pada anak usia 1-2 tahun)

126 Pertemuan 5
Kelompok 4 :

a. Buatkan daftar makanan tidak sehat yang ada di sekitar kita yang sering dikonsumsi
anak.
- Permen.
- Makanan ringan mengandung MSG/penyedap makanan, pengawet, pewarna buatan.
- Minuman bersoda dan pemanis buatan.

b. Diskusikan bagaimana caranya agar anak mengurangi konsumsi makanan tidak sehat
(jajan tidak sehat).

Misalnya dengan membuat aturan di lingkungan tempat tinggal tidak boleh ada yang
berjualan jajanan tidak sehat. Dan aturan di rumah masing-masing bahwa anak-anak
hanya boleh makan makanan sehat, dan misalnya hanya bisa jajan 1 kali seminggu.
Keluarga juga dapat membuat Apotek hidup untuk penanganan penyakit-penyakit menular
pada anak usia dini dan juga kebun gizi bersama masyarakat.

JIKA IBU MENGALAMI MASALAH DALAM MEMBERIKAN ASI DAN ANAK MENGALAMI
MASALAH GIZI, MAKA SARANKAN UNTUK DIRUJUK KE PETUGAS KESEHATAN UNTUK
PENANGANAN MASALAH.

III.4 Lakukan kegiatan penyegaran suasana atau salam BKB dan yel-yel orangtua hebat.
Penyegaran suasana dapat dilihat pada lampiran buku panduan.

III.5 Kader menyampaikan cara untuk membentuk Pola Makan yang baik pada anak :

1. Cuci tangan sebelum makan.


2. Membiasakan berdoa sebelum dan setelah makan.
3. Membiasakan waktu makan yang teratur yaitu 3 kali sehari.
4. Membiasakan sarapan pagi.
5. Melatih dan membiasakan makan sendiri setelah berusia di atas 1,5 tahun.
6. Memperkenalkan berbagai macam jenis makanan sehat dan buah-buahan.
7. Membiasakan mencuci makanan seperti buah-buahan sebelum dimakan.
8. Membiasakan minum air matang.
9. Menjadikan kegiatan makan sebagai kegiatan yang menyenangkan, orangtua tidak
memberikan ancaman, menakut-nakuti anak yang sedang tidak selera makan.
10. Orangtua makan bersama anak, sehingga anak dapat mencontoh cara makan, cara
mengunyah yang baik dan benar.

Pertemuan 5
127
IV. Kesimpulan (10 menit)

IV.1 Kader meminta minimal 3 orang peserta untuk memberikan pendapat tentang:
“Apa yang sudah dipelajari hari ini?”. (Tunggu jawaban peserta, dorong peserta untuk
mau menyampaikan pendapatnya).

IV.2 Kader merangkum semua pendapat peserta. Dan menyampaikan kesimpulan:


• Makanan bergizi bagi anak usia dini harus diberikan sesuai dengan usia dan
kebutuhannya, dari lahir hingga berusia 6 bulan ASI saja sudah cukup bagi anak, dari
6 bulan hingga 11 bulan tetap berikan ASI dan tambahkan MP-ASI dengan bentuk dan
porsi yang sesuai.
• Usia 1 hingga 2 tahun tetap berikan ASI dan mulai berikan makanan seperti anggota
keluarga dewasa lainnya sebanyak 3-4 kali dengan selingan makanan diantaranya.
Usia 2 tahun ke atas makan makanan seperti anggota keluarga lainnya.
• Makan gizi seimbang mengandung zat energi (karbohidrat), zat pembangun (protein)
dan zat pengatur (vitamin dan mineral), kekurangan makanan bergizi akan menghambat
tumbuh kembang anak.
• Jika anak tidak mendapatkan asupan gizi seimbang secara terus menerus maka akan
mengalami permasalahan gizi. Pada 1000 HPK jika anak mengalami kekurangan gizi
kronis akan menyebabkan stunting (stunting adalah: tinggi badan anak tidak sesuai
dengan umurnya).

V. Pengisian KKA (20 menit)

V.1 Para kader membagi peserta sesuai kelompok umur anak dan membantu peserta untuk
mengisi KKA.

V.2 Jika kader menemukan ada anak yang belum dapat melaksanakan tugas perkembangan
tertentu. Maka kader memberikan tugas rumah kepada orangtua untuk melakukan
rangsangan (stimulasi) kepada anak yang sesuai dengan yang disarankan di KKA.
Sampaikan kepada orangtua dari anak tersebut untuk tidak merasa malu jika anaknya
belum mampu melakukan tugas perkembangan, karena kecepatan perkembangan
setiap anak berbeda-beda.

V.3 Jika diperlukan kader dapat melakukan kunjungan rumah kepada anak yang belum dapat
melaksanakan tugas perkembangannya.

V.4 Kader perlu memastikan orangtua telah melakukan tugas rumah untuk melakukan
rangsangan (stimulasi) pada pertemuan sebelumnya. Jika anak masih belum dapat
melakukan tugas perkembangannya meskipun sudah dilakukan rangsangan (stimulasi)
maka sarankan orangtua untuk merujuk (membawa) anak ke Puskesmas terdekat atau
tenaga ahli tumbuh kembang lainnya (dokter, psikolog, tenaga pendidik) agar mendapatkan
bantuan lebih lanjut.

128 Pertemuan 5
VI. Penyampaian Tugas Rumah (5 menit)

VI.1 Kader mengatakan:


“Bapak/Ibu, kita telah mempelajari hal yang penting hari ini. Bicarakan dan diskusikan
dengan pasangan masing-masing di rumah tentang pemenuhan gizi anak usia dini”.

VI.2 Kader meminta peserta untuk melakukan tugas rumah sebagai berikut di bawah ini,
sampaikan juga tugas rumah ini akan ditinjau bersama pada pertemuan berikutnya.

1. Menstimulasi (memberikan rangsangan) perkembangan anak sesuai hasil dari KKA.


2. Memasakan makanan yang mengandung gizi seimbang dan tanpa MSG/penyedap
makanan.
3. Makan bersama anak dan anggota keluarga lainnya, sambil menceritakan tentang
makanan yang dihidangkan (makanan gizi seimbang).

VII. Penutup (5 menit)

VII.1 Kader bertanya tentang rencana pertemuan berikutnya (hari, tanggal, waktu dan tempat)
dan meminta relawan dari peserta.
“Siapa yang yang akan secara sukarela menjadi relawan untuk membantu kader di
pertemuan selanjutnya?”.

Relawan akan membantu mengingatkan peserta lainnya untuk hadir pada pertemuan
selanjutnya.

VII.2 Kader mengingatkan tentang KB, dengan menyampaikan hal berikut:


“Bapak/Ibu yang belum ber-KB, ingatlah manfaat KB diantaranya adalah dapat
mengurangi resiko kehamilan pada ibu, yang dikenal dengan sebutan 4T”.

“Siapa yang ingat dengan apa itu 4T?”(tunggu jawaban peserta, lalu sampaikan).

4T adalah:
• Terlalu muda (usia di bawah 21 tahun).
• Terlalu tua (usia di atas 35 tahun).
• Terlalu sering/dekat (Jarak ideal antar kelahiran anak adalah 3-5 tahun)
• Terlalu banyak (memiliki lebih dari dua orang anak)”.

VII.3 Kader menutup kegiatan:


“ Pertemuan hari ini cukup sampai di sini. saya mengucapkan terima kasih atas partisipasi
Bapak dan Ibu untuk bisa bergabung dalam kelompok BKB HI. Mohon maaf apabila dalam
pertemuan ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan”.

VII.4 Minta salah seorang peserta untuk memimpin do’a penutup kegiatan dan menutup
kegiatan dengan melakukan salam KB atau salam BKB atau yel-yel.

Pertemuan 5
129
1 Pertemuan 6
Pertemuan 6

Pembiasaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


(PHBS) pada Anak Usia Dini

Pertemuan 6
1
“Bersihkanlah lingkunganmu sehingga pandanganmu melihat
kedamaian, bersihkanlah dirimu sehingga tubuhmu merasakan
kesejukan”
-anonymous-

2 Pertemuan 6
Tujuan :

1. Meningkatkan pengetahuan orangtua tentang PHBS.


2. Meningkatkan keterampilan orangtua dalam menerapkan PHBS kepada anaknya.
3. Menumbuhkan kesadaran orangtua dan anak dalam pembiasaan PHBS.

Hasil yang diharapkan:

1. Orangtua mampu menyediakan lingkungan yang bersih dan sehat (diantaranya rumah
yang bersih, cukup cahaya dan sirkulasi udara, penyediaan air bersih dan sabun, jamban
dan kamar mandi).
2. Orangtua memberikan kesempatan kepada anak untuk mempraktekkan PHBS (misalnya:
makan sendiri, cuci tangan pakai sabun, gosok gigi, mandi, BAB dan BAK di jamban dan
istirahat yang cukup).
3. Orangtua mampu mendorong anak untuk membiasakan diri dalam PHBS.

Durasi :

120 Menit

Bahan dan Alat:

• Kantong Wasiat.
• Buku KIA.
• Alat Tulis (kertas dan pulpen, atau kertass plano dan spidol).
• Perlengkapan PHBS (sabun, sikat gigi, gayung, gunting kuku dapat dibawa sendiri oleh
peserta atau meminta relawan untuk menyediakan).

Tahapan Kegiatan:

Pertemuan 6
133
Tahapan Kegiatan:

I. Pembukaan dan Tinjauan Kembali (10 menit)

I.1 Kader menyambut peserta dengan ramah dan menyapa dengan menyebut nama peserta.

I.2 Kader mengucapkan terima kasih kepada relawan yang sudah mengingatkan kita semua
terkait pertemuan hari ini.

I.3 Kader membuka kegiatan, dengan menyampaikan:


“Bapak/Ibu, terima kasih karena sudah bersedia hadir dalam pertemuan ini. Tujuan dari
pertemuan ini adalah untuk belajar bersama bagaimana cara menerapkan PHBS pada
anak usia dini”.

I.4 Kader meminta salah seorang peserta untuk memimpin do’a sebelum memulai kegiatan.
Selesai berdoa kader mengucapkan terima kasih kepada peserta yang telah memimpin
doa.

I.5 Kader mengajak peserta untuk meninjau kembali apa yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya dengan mengatakan :

”Sebelum kita memulai pertemuan hari ini marilah kita sama-sama mengingat kembali
apa yang telah kita pelajari pada pertemuan sebelumnya dan apa saja yang sudah kita
praktekkan di rumah. Siapa yang masih ingat apa yang sudah kita pelajari pada pertemuan
sebelumnya?”.

Catatan bagi kader: Jika tidak ada yang ingat, kader mengingatkan kembali secara
umum apa saja yang sudah di pelajari pada pertemuan sebelumnya yaitu:

• Makanan bergizi bagi anak usia dini harus diberikan sesuai dengan usia dan
kebutuhannya, dari lahir hingga berusia 6 bulan ASI saja sudah cukup bagi anak, dari
6 bulan hingga 11 bulan tetap berikan ASI dan tambahkan MP-ASI dengan bentuk dan
porsi yang sesuai.
• Usia 1 hingga 2 tahun tetap berikan ASI dan mulai berikan makanan seperti anggota
keluarga dewasa lainnya sebanyak 3-4 kali dengan selingan makanan diantaranya.
Usia 2 tahun ke atas makan makanan seperti anggota keluarga lainnya.
• Makanan gizi seimbang mengandung zat energi (karbohidrat), zat pembangun (protein)
dan zat pengatur (vitamin dan mineral), kekurangan makanan bergizi akan menghambat
tumbuh kembang anak.
• Jika memungkinan buka kembali Buku KIA terkait pemenuhan kebutuhan gizi, MP-ASI
dan menu makanan bergizi.

134 Pertemuan 6
I.6 Kader bertanya siapa yang telah melakukan tugas rumah, khususnya tugas:
Ke-2. Memasak makanan yang mengandung gizi seimbang dan tanpa MSG/penyedap
makanan.
Ke-3. Makan bersama anak dan anggota keluarga lainnya, sambil menceritakan tentang
makanan yang dihidangkan makanan gizi seimbang.

Catatan bagi kader: tugas ke-1 adalah rangsangan (stimulasi) sesuai KKA akan dibahas
pada saat pengisian KKA).

I.7 Kader meminta beberapa orang peserta menceritakan bagaimana ia melakukan tugas
rumah untuk:
“Bagaimana Bapak/Ibu melakukannya?”.
“Bagaimana tanggapan pasangan (suami/istri) dan anak?.”

I.8 Kader mengucapkan terima kasih kepada peserta telah melakukan tugas rumah dan
memotivasi peserta yang belum melakukan tugas rumah untuk mau melakukannya
sebelum pertemuan berikutnya, karena tugas rumah tersebut membantu peserta untuk
menjadi orangtua yang lebih hebat.

I.9 Kader mengingatkan tentang KB, dengan bertanya dan menyampaikan hal berikut:
“Apakah Bapak/Ibu sudah ber-KB?”. (Tunggu jawaban peserta, lalu kader menanggapi)

“Terima kasih bagi yang sudah ber-KB. Semoga dapat terus dilakukan, karena ber-KB
membawa banyak manfaat bagi ibu, anak dan keluarga”.

“ Akan lebih baik dan sangat dianjurkan untuk menggunakan cara KB jangka panjang
yaitu sprial/IUD, implan/susuk KB, vasektomi (MOP), dan tubektomi (MOW)”.

“Bapak/Ibu yang belum ber-KB dapat melakukan diskusi dengan bidan untuk mengetahui
metode KB apa yang cocok dan jangka panjang manfaatnya”.

II. Pengenalan Topik (10 menit)

II.1 Kader meminta beberapa orang peserta untuk menyebutkan contoh-contoh Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat.

Catatan bagi kader: contoh PHBS diantaranya adalah mencuci tangan pakai sabun
sesudah BAB dan sebelum makan, mandi, sikat gigi, BAB dan BAK di jamban, dan tidur
siang.

Pertemuan 6
135
II.2 Ucapkan terima kasih kepada peserta yang telah menyampaikan pendapatnya.

II.3 Kader mengajak peserta untuk berdiri dan bernyanyi lagu “Bangun Tidur Ku Terus Mandi”
sambil melakukan gerakan bersama.

Lagu Bangun Tidur Ku Terus Mandi:

Bangun tidur ku terus mandi (gerakan mandi)


Tidak lupa menggosok gigi, (gerakan gosok gigi)
Habis mandi kutolong ibu (gerakan bebas)
Membersihkan tempat tidurku (gerakan bebas)
Diulang 3x

III. Kegiatan Inti (60 menit)

III.1 Diskusi kelompok. Kader membagi peserta menjadi 4 kelompok, minta setiap kelompok
untuk berdiskusi menjawab pertanyaan dan mempraktekkan hal berikut:

Kelompok I : a. Apa yang harus dilakukan oleh orangtua dalam menjaga


kebersihan anak sehari-hari?
b. Praktekkan cara memandikan anak yang tepat.

Kelompok II : a. Bagaimana cara melakukan perawatan gigi anak?


b. Paktekan cara sikat gigi yang benar.

Kelompok III : a. Apa yang harus dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan?
b. Praktek menggunting kuku atau membersihkan sampah disekitar
tempat BKB

Kelompok IV: a. Sebutkan kapan saja kita harus cuci tangan pakai sabun?
b. Praktekkan cara cuci tangan yang tepat.

Catatan bagi kader: berikan waktu 20 menit kepada setiap kelompok untuk mendiskusikan
jawaban dari pertanyaan tersebut dan mempersiapkan praktek ke depan. Berikan waktu 5
menit bagi setiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi dan praktek ke depan.

Jika tersedia berikan perlengkapan PHBS yang sesuai penugasan kelompok untuk membantu
praktek yang akan dilakukan.

136 Pertemuan 6
III.2 Kader meminta setiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya dan melakukan
praktek (mempraktekkan) sesuai penugasan yang diberikan. Kemudian minta kelompok
lain sebagai pengamat dan memberikan komentarnya.

III.3 Kader merangkum apa yang disampaikan oleh kelompok dan menyampaikan informasi
berikut:

Apa yang harus dilakukan oleh orangtua dalam menjaga kebersihan anak sehari-hari?
KEBERSIHAN ANAK

( sumber: Buku KIA tahun 2015 halaman 44. Anak usia 29 hari – 6 tahun. Perawatan anak
sehari-hari)

Pertemuan 6
137
Bagaimana cara melakukan perawatan gigi anak? Kader mengajak seluruh peserta
untuk praktek sikat gigi yang benar.
PERAWATAN GIGI ANAK USIA 29 HARI - 6 TAHUN

(sumber: Buku KIA tahun 2015 halaman 45. Anak usia 29 hari-6 tahun. Perawatan gigi)

138 Pertemuan 6
Apa yang harus dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan?

KEBERSIHAN LINGKUNGAN

(sumber: Buku KIA tahun 2015 halaman 46. Anak usia 29 hari – 6 tahun. Kebersihan Lingkungan )

Pertemuan 6
139
Sebutkan kapan saja kita harus cuci tangan pakai sabun?

6 waktu cuci tangan pakai sabun:


1. Sebelum makan.
2. Sebelum memberi makan bayi atau menyusui/memberi ASI kepada bayi.
3. Sebelum memasak .
4. Sesudah menceboki anak .
5. Sesudah BAB dan BAK.
6. Sesudah mengurus ternak atau dari kebun.

Kader mengajak seluruh peserta untuk praktek bersama cara cuci tangan yang benar
(tanpa harus menggunakan air dan sabun, hanya praktek gerakan cuci tangan yang
benar seperti gambar di bawah)
CUCI TANGAN PAKAI SABUN

(sumber: Buku KIA tahun 2015 halaman 28. Cuci Tangan Pakai Sabun)

140 Pertemuan 6
IV. Kesimpulan (10 menit)

IV.1 Kader meminta minimal 3 orang peserta untuk memberikan pendapat tentang:
“Apa yang sudah dipelajari hari ini?”. (Tunggu jawaban peserta, dorong peserta untuk
mau menyampaikan pendapatnya).

IV.2 Kader merangkum semua pendapat peserta. Dan menyampaikan kesimpulan:

• Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada anak usia dini dapat dibentuk dengan
pembiasaan sehari-hari di rumah dan teladan dari orangtua.
• Anak akan meniru apa yang dilakukan orangtua, ketika orangtua menerapkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada dirinya maka anak akan terdorong untuk
menerapkan PHBS dalam kehidupannya.

V. Pengisian KKA (20 menit)

V.1 Para kader membagi peserta sesuai kelompok umur anak dan membantu peserta untuk
mengisi KKA.

V.2 Jika kader menemukan ada anak yang belum dapat melaksanakan tugas perkembangan
tertentu. Maka kader memberikan tugas rumah kepada orangtua untuk melakukan
rangsangan (stimulasi) kepada anak yang sesuai dengan yang disarankan di KKA.
Sampaikan kepada orangtua dari anak tersebut untuk tidak merasa malu jika anaknya
belum mampu melakukan tugas perkembangan, karena kecepatan perkembangan
setiap anak berbeda-beda.

V.3 Jika diperlukan kader dapat melakukan kunjungan rumah kepada anak yang belum dapat
melaksanakan tugas perkembangannya.

V.4 Kader perlu memastikan orangtua telah melakukan tugas rumah untuk melakukan
rangsangan (stimulasi) pada pertemuan sebelumnya. Jika anak masih belum dapat
melakukan tugas perkembangannya meskipun sudah dilakukan rangsangan (stimulasi)
maka sarankan orangtua untuk merujuk (membawa) anak ke Puskesmas terdekat atau
tenaga ahli tumbuh kembang lainnya (dokter, psikolog, tenaga pendidik) agar mendapatkan
bantuan lebih lanjut.

VI. Penyampaian Tugas Rumah (5 menit)

VI.1 Kader mengatakan:


“Bapak/Ibu, kita telah mempelajari hal yang penting hari ini. Bicarakan dan diskusikan
dengan pasangan masing-masing di rumah tentang PHBS pada anak usia dini”.

Pertemuan 6
141
VI.2 Kader meminta peserta untuk melakukan tugas rumah sebagai berikut di bawah
ini,sampaikan juga tugas rumah ini akan ditinjau bersama pada pertemuan berikutnya.
1. Menstimulasi (memberikan rangsangan) perkembangan anak sesuai hasil dari KKA.
2. Mengajarkan anak dan pasangan (suami/istri) atau anggota keluarga lainnya cara
cuci tangan yang benar.
3. Mengajarkan kepada anak dan pasangan (suami/istri) atau anggota keluarga lainnya
cara gosok gigi yang benar.

VII. Penutup (5 menit)

VII.1 Kader bertanya tentang rencana pertemuan berikutnya (hari, tanggal, waktu dan tempat)
dan meminta relawan dari peserta.

“Siapa yang yang akan secara sukarela menjadi relawan untuk membantu kader
di pertemuan selanjutnya?”.

Relawan akan membantu mengingatkan peserta lainnya untuk hadir pada pertemuan
selanjutnya.

VII.2 Kader meminta peserta untuk membawa anak usia 0-6 tahun (anak kelompok BKB)
pada pertemuan yang akan datang, karena pada pertemuan yang akan datang akan
dilakukan kegiatan stimulasi bersama (memberikan rangsangan terhadap perkembangan).

VII.3 Kader mengingatkan tentang KB, dengan menyampaikan hal berikut:


“Bapak/Ibu yang belum ber-KB, ingatlah manfaat KB diantaranya adalah dapat
mengurangi resiko kehamilan pada ibu, yang dikenal dengan 4T”.

“Siapa yang ingat dengan apa itu 4T?”(tunggu jawaban peserta, lalu sampaikan).
• Terlalu muda (usia di bawah 21 tahun)
• Terlalu tua (usia di atas 35 tahun)
• Terlalu sering/dekat (Jarak ideal antar kelahiran anak adalah 3-5 tahun)
• Terlalu banyak (memiliki lebih dari dua orang anak)”.

VII.4 Kader menutup kegiatan:


“ Pertemuan hari ini cukup sampai di sini. saya mengucapkan terima kasih atas partisipasi
Bapak dan Ibu untuk bisa bergabung dalam kelompok BKB HI. Mohon maaf apabila dalam
pertemuan ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan”.

VII.5 Minta salah seorang peserta untuk memimpin do’a penutup kegiatan dan menutup
kegiatan dengan melakukan salam KB atau salam BKB atau yel-yel.

142 Pertemuan 6
Pertemuan 6
143
Pertemuan 7

Stimulasi Rangsangan Perkembangan Gerakan


Kasar dan Gerakan Halus
“Anak tidak membutuhkan banyak mainan.
Mainan terbaik yang dapat dimiliki oleh anak
adalah orangtua yang mau bermain dengannya” ฀
-Bruce Perry-

“Jika anda ingin anak anda menjadi baik,


habiskan waktu dua kali lebih banyak dari
biasanya” ฀
-Abigail Van Buren-
Tujuan

1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam melatih gerakan kasar kepada
anak agar kelak anak dapat lebih terampil dan tangkas melakukan berbagai gerakan yang
diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam melatih gerakan halus kepada
anak agar kelak anak dapat lebih terampil dan cermat menggunakan jari-jemari ketika
mengerjakan hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari, sekolah seperti menulis, melukis
dan lainnya.

Hasil yang Diharapkan :

1. Orangtua dapat melakukan stimulasi gerakan kasar kepada balita sesuai dengan usia.
2. Orangtua dapat melakukan stimulasi gerakan halus kepada balita sesuai dengan usia.
3. Orangtua dapat memantau perkembangan balita menggunakan KKA.
4. Orangtua mengetahui kapan harus mencari bantuan dari petugas kesehatan (bidan
desa dan petugas puskesmas) apabila tumbuh kembang anak terlambat.

Durasi:

120 menit

Bahan dan Alat:


• Kartu ilustrasi, buku pedoman dan • Kantong wasiat
lembar KKA • Lembar Balik Stimulasi Tumbuh
• Sarana/alat main yang terdapat di Kembang Anak 0-6 tahun
BKB Kit atau alat perrmainan lokal, • Buku 2 orangtua hebat sebagai
yang dapat menstimulasi aspek referensi bagi kader
perkembangan gerakan kasar dan • Buku KIA sebagai referensi bagi
halus anak usia 0-6 tahun. kader

Pertemuan 7
147
Tujuan kegiatan:

I. Pembukaan dan Tinjauan Kembali (15 menit)

I.1. Kader menyambut peserta yang berdatangan dengan menyebut nama mereka dengan
ramah.

Contoh: “Selamat datang ibu Asih, saya senang ibu dapat hadir kembali di kegiatan kelompok
BKB ini”.

I.2 Kader mengucapkan terima kasih kepada relawan yang sudah mengingatkan kita semua
terkait pertemuan hari ini.

I.3 Kader membuka kegiatan, dengan menyampaikan:

“Pada pertemuan kali ini, kita akan membahas tentang Stimulasi (Rangsangan)
Perkembangan Gerakan/motorik Kasar dan Gerakan/motorik Halus pada anak”.

“Tujuan stimulasi gerakan/motorik kasar dan halus adalah untukmeningkatkan pengetahuan


dan keterampilan orangtua dan keluarga dalam menstimulasi perkembangan gerakan/
motorik kasar dan halus”.

I.4 Kader meminta salah seorang peserta untuk memimpin do’a sebelum memulai kegiatan.
Selesai berdoa kader mengucapkan terima kasih kepada peserta yang telah memimpin doa.

I.5 Kader mengajak peserta untuk meninjau kembali apa yang telah dipelajari pada
pertemuan sebelumnya dengan mengatakan :

”Sebelum kita memulai pertemuan hari ini marilah kita sama-sama mengingat kembali apa
yang telah kita pelajari pada pertemuan sebelumnya dan apa saja yang sudah kita praktekan
di rumah. Siapa yang masih ingat apa yang sudah kita pelajari pada pertemuan sebelumnya?”.

Catatan untuk kader:


Jika tidak ada yang ingin berbagi, kader mengingatkan kembali secara umum,
apa saja yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya, terkait Pembiasaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Anak Usia Dini,

1. Menyediakan lingkungan yang bersih dan sehat.


2. Cara melakukan dan membiasakan PHBS pada AUD (misalnya: makan sendiri, cuci
tangan pakai sabun, gosok gigi, mandi, BAB dan BAK di jamban.

I.6 Kader bertanya siapa yang telah melakukan tugas rumah, khususnya tugas:

Ke- 2. Mengajarkan anak dan pasangan (suami/istri) atau anggota keluarga lainnya cara cuci
tangan yang benar.
Ke- 3. Mengajarkan kepada anak dan pasangan (suami/istri) atau anggota keluarga lainnya
cara gosok gigi yang benar.

148 Pertemuan 7
Catatan bagi kader:
tugas ke-1 adalah rangsangan (stimulasi) sesuai KKA akan dibahas pada saat
pengisian KKA).

I.7 Kader meminta beberapa orang peserta menceritakan bagaimana ia melakukan tugas
rumah
“Bagaimana Bapak/Ibu melakukannya?”.
“Bagaimana tanggapan pasangan (suami/istri) dan anak?”.

I.8 Kader mengucapkan terima kasih kepada peserta telah melakukan tugas rumah dan
memotivasi peserta yang belum melakukan tugas rumah untuk mau melakukannya sebelum
pertemuan berikutnya, karena tugas rumah tersebut membantu peserta untuk menjadi
orangtua yang lebih hebat.

I.9 Ajak peserta untuk melakukan tepuk hebat sebagai bentuk penghargaan bagi peserta yang
telah melakukan tugas rumah.
Kader menyebutkan “Tepuk hebat!”
Kader dan peserta melakukan Tepuk tangan (plok) sebanyak 3x sambil mengatakan
“hebat” (dengan gerakan Ibu jari kanan diacungkan), lalu “hebat” (dengan gerakan Ibu jari kiri
diacungkan) diulangi sebanyak 3 kali.

I.10 Kader mengingatkan tentang KB, dengan bertanya dan menyampaikan hal berikut:
“Apakah Bapak/Ibu sudah ber-KB?”.
(Tunggu jawaban peserta, lalu kader menanggapi)

“Terima kasih bagi yang sudah ber-KB. Semoga dapat terus dilakukan, karena ber-KB
membawa banyak manfaat bagi ibu, anak dan keluarga”.

“ Akan lebih baik dan sangat dianjurkan untuk menggunakan cara KB jangka panjang yaitu
sprial/IUD, implan/susuk KB, vasektomi (MOP), dan tubektomi (MOW)”.

“Bapak/Ibu yang belum ber-KB dapat melakukan diskusi dengan bidan untuk mengetahui
metode KB apa yang cocok dan jangka panjang manfaatnya”.

II. Pengenalan Topik (15 menit)

II.1 Kader mengatakan:


“Mengasuh anak adalah memberikan kebutuhan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal. Kebutuhan dasar anak yang harus dipenuhi orangtua yaitu:
kebutuhan kesehatan dan gizi, kebutuhan kasih sayang serta kebutuhan stimulasi (rangsangan
terhadap perkembangan anak)”.
(sumber: Buku 2 Orangtua Hebat Hal.30-31)

“Stimulasi (rangsangan) yang diberikan oleh orangtua diterima anak melalui panca indra,
yaitu indra pengelihatan, pendengaran, penciuman dan perabaan”.
(Sumber: Buku 2 Orangtua Hebat Hal.58-65)

“Orangtua dapat merangsang pengelihatan anak menggunakan kain perca berwarna


menarik atau menggunakan mainan gantung dengan pita aneka warna”.

Pertemuan 7
149
Merangsang Penglihatan Anak

Kegiatan:
Letakkan kain perca atau mainan gantung di atas wajah anak.
Kemudian gerakkan kain perca atau mainan gantung (berputar)
secara perlahan. Perhatikan apakah mata anak mengikuti
gerak kain atau gerak mainan gantung
Manfaat:
1. Deteksi dini penglihatan anak
2. Melatih gerakan bola mata anak

sumber : (Buku 2 Orangtua Hebat Hal.58-65)

“Contoh lainnya dapat dilihat dalam dalam lembar balik stimulasi tumbuh kembang
anak usia 0-1tahun”.

150 Pertemuan 7
Lembar balik. Merangsang penciuman (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Merangsang penciuman (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
151
“Beberapa hal yang perlu diingat terkait perkembangan anak adalah :

1. Perkembangan berlangsung sangat cepat, bertahap dan dalam waktu tertentu.


2. Hasil perkembangan 5 tahun pertama ini merupakan landasan/dasar yang kokoh bagi
perkembangan selanjutnya.
3. Perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor bawaan lahir dan lingkungan sehingga
setiap anak memiliki keunikannya masing-masing.
4. Perkembangan anak bervariasi (bermacam-macam) di setiap tahapannya dan memiliki
kecepatannya masing-masing”.

sumber : (Buku 2 Orangtua Hebat Hal.17-21)

“Tugas utama orangtua dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak adalah
dengan memenuhi kebutuhan anak akan makanan yang bergizi, menjaga kesehatan anak,
memberikan perlindungan dan pendidikan kepada anak”.

“Pemenuhan kebutuhan anak tersebut dilakukan oleh orangtua melalui interaksi yang
disesuaikan dengan usia anak, seperti:

a. Memberikan belaian, senyuman, dekapan, penghargaan.


b. Bermain, mendongeng, menyanyi.
c. Memberikan contoh tingkah laku sehari-hari yang baik dan benar kepada anak”.

sumber : (Buku 2 Orangtua Hebat Hal.50-51)

“Aspek-aspek perkembangan anak usia dini meliputi gerakan kasar, gerakan halus,
komunikasi aktif, komunikasi pasif, kecerdasan, menolong diri sendiri dan tingkah laku sosial.

“Ketujuh aspek perkembangan tersebut saling berkaitan sehingga tidak dapat dikatakan
atau dipilih salah satu sebagai yang paling baik. Aspek-aspek perkembangan tersebut akan
kita bahas dalam 3 pertemuan namun untuk pertemuan kali ini akan dibahas dua aspek
perkembangan saja yaitu gerakan kasar dan halus”.

“Adapun definisi dari keduanya adalah sebagai berikut:


- Gerakan kasar adalah gerakan yang dilakukan dengan melibatkan sebagian besar otot
tubuh dan biasanya memerlukan tenaga.

- Gerakan halus adalah gerakan yang dilakukan oleh bagian-bagian tubuh tertentu saja
dan hanya melibatkan sebagian kecil otot tubuh. Gerakan halus tidak begitu memerlukan
tenaga, tetapi perlu memusatkan perhatian (kerjasama) mata dengan anggota badan
(tangan dan kaki)”.

sumber : (Buku 2 Orangtua Hebat Hal.40-43)

152 Pertemuan 7
Catatan bagi kader:
contoh-contoh kegiatan stimulasi (rangsangan) dapat dilihat di buku 2 Orangtua Hebat,
khususnya pada halaman 59-70; 91-97; 112-123; 142-156; 176-199; 230-258.

III. Kegiatan Inti (60 menit)

III.1 Pembagian kelompok berdasarkan umur/usia anak, kader mengatakan:

“Pembahasan materi hari ini akan lebih efektif bila kita bahas dalam kelompok kecil
berdasarkan usia dari anak Bapak/Ibu. Masing-masing kelompok akan didampingi oleh
seorang kader dan setiap kader akan membawa lembar balik sesuai kelompok yang
didampinginya”.

Kelompok 1 : kelompok usia 0-1 tahun didampingi oleh kader …………


Kelompok 2 : kelompok usia 1-2 tahun didampingi oleh kader …………
Kelompok 3 : kelompok usia 2-3 tahun didampingi oleh kader …………
Kelompok 4 : kelompok usia 3-4 tahun didampingi oleh kader …………
Kelompok 5 : kelompok usia 4-5 tahun didampingi oleh kader …………
Kelompok 6 : kelompok usia 5-6 tahun didampingi oleh kader …………

Catatan bagi kader:


1. Jika jumlah kader terbatas sehingga tidak bisa mendampingi setiap kelompok
berdasarkan usia anak peserta, maka jumlah kelompok dapat disesuaikan dengan
jumlah kader yang ada. .

2. Kader yang melakukan penyuluhan dibantu oleh kader lainnya dalam menyiapkan alat
dan bahan yang dibutuhkan dalam diskusi kelompok, yaitu:
a. Kartu ilustrasi, buku pedoman dan lembar KKA.
b. Sarana/alat main untuk menstimulasi aspek perkembangan gerakan kasar dan
halus anak usia 0-6 tahun.
c. Buku KIA.
d. Buku 2 orangtua hebat dan Lembar Balik Orangtua Hebat 0-6 tahun.

Pertemuan 7
153
III.2 Kader di setiap kelompok menjelaskan lembar balik yang sesuai dengan kelompok
dampingannya.

Catatan bagi kader:


1. Jika di kelompok BKB tidak terdapat lembar balik orangtua hebat, maka kader dapat
menggunakan salinan lembar balik yang telah disediakan dalam buku panduan ini dan
di dalam kartu kantong wasiat.
2. Kader dapat mengembangkan sendiri kedalaman diskusi dari setiap lembar balik yang
disajikan, misalnya dengan menanyakan cara lain dalam melakukan stimulasi atau
pilihan mainan lain yang sifatnya mudah didapatkan di sekitar tempat tinggal
3. Kader atau peserta bisa menggunakan permainan atau lagu buatan sendiri. Jika
peserta memiliki permainan atau lagu buatan sendiri, kader memberikan kesempatan
kepada peserta untuk langsung memimpin kelompok dan memperagakannya. Kader
juga turut serta di dalamnya.
4. Kader dapat menggunakan permainan maupun lagu yang sudah pernah diajarkan
pada pertemuan-pertemuan sebelumnya.
5. Kader menjelaskan setiap lembar balik sambil meminta peserta untuk langsung
mempraktekkannya bersama anak

154 Pertemuan 7
Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
155
Lembar balik Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk kader)

156 Pertemuan 7
Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
157
Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk kader)

158 Pertemuan 7
Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
159
Lembar balik. Motorik kasar (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk kader)

160 Pertemuan 7
Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
161
Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk kader)

162 Pertemuan 7
Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
163
Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk kader)

164 Pertemuan 7
Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
165
Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk kader)

166 Pertemuan 7
Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
167
Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk kader)

168 Pertemuan 7
Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
169
Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk kader)

170 Pertemuan 7
Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
171
Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk kader)

172 Pertemuan 7
Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
173
Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk kader)

174 Pertemuan 7
Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Kasar (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
175
Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk Kader)

176 Pertemuan 7
Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
177
Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk kader)

178 Pertemuan 7
Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk kader)

Pertemuan 7
179
Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Motorik Halus (lembar untuk kader)

180 Pertemuan 7
III.3 Berikan kesempatan kepada peserta untuk melakukan tanya jawab kepada kader.

III.4 Kader membagikan kartu ilustrasi gambar KKA kepada peserta sesuai kelompok umur,
kartu ilustrasi gambar KKA tersedia pada lampiran dan kartu kantong wasiat.

“Di hadapan Bapak/Ibu sekalian terdapat sejumlah kartu. Setiap kartu kartu memuat dua
hal, yaitu tugas perkembangan anak dan tugas orangtua (pesan untuk orangtua). Contohnya
(ambil salah satu kartu):

III.5 Kader meminta peserta mempraktekan kegiatan stimulasi (rangsangan) kepada anak
sesuai dengan kartu ilustrasi gambar KKA yang di dapatnya.

“Sekarang, Bapak/Ibu perhatikan dan pilih satu set kartu untuk dipraktekkan bersama anak.
Bapak/ibu lakukan sesuai dengan isi di bagian tugas orangtua (pesan untuk orangtua) pada
bagian kanan kartu”.

Catatan bagi kader: Kader mengawasi apakah cara peserta melakukan stimulasi
(rangsangan) kepada anak, sudah sesuai dengan saran yang ada di gambar atau belum.
Peserta yang tidak membawa anak, bisa ikut membantu peserta lain yang membawa anak.

III.6 Selesai kegiatan stimulasi, kader mengucapkan terima kasih kepada peserta dan anak-
anak yang sudah berpraktek dan meminta peserta untuk melakukan lagi di rumah kegiatan
praktek tadi.

IV. Kesimpulan (10 menit)

IV.1 Kader menghimbau peserta yang duduk di dalam kelompok untuk memusatkan perhatian
kembali kepada kader yang akan menyampaikan kesimpulan.
.
IV.2 Kader meminta minimal 3 orang peserta untuk memberikan pendapat tentang:

“Apa yang sudah dipelajari hari ini?”. (Tunggu jawaban peserta, dorong peserta untuk mau
menyampaikan pendapatnya).

Pertemuan 7
181
IV.2 Kader merangkum semua pendapat peserta dan menyampaikan kesimpulan:

• Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini sehingga memerlukan peran aktif
orangtua agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
• Faktor bawaan lahir dan pengaruh lingkungan (budaya, sosial, ekonomi) membuat
setiap anak menjadi unik dan berbeda kecepatan perkembangannya.
(sumber: Buku 2 Orangtua Hebat Hal.17-21).
• Pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung secara cepat, bertahap dan
mengikuti pola tertentu berdasarkan kelompok usianya, misalnya sebelum anak berdiri
anak belajar menegakkan kepala, tengkurap, duduk, dan merangkak terlebih dahulu.
• Gerakan kasar adalah gerakan yang dilakukan dengan melibatkan sebagian besar otot
tubuh dan biasanya memerlukan tenaga.
• Gerakan halus adalah gerakan yang dilakukan oleh bagian-bagian tubuh tertentu saja
dan hanya melibatkan sebagian kecil otot tubuh. Gerakan halus tidak begitu memerlukan
tenaga, tetapi perlu memusatkan perhatian (kerjasama) mata dengan anggota badan
(tangan dan kaki).
• Orangtua dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan anak melalui lembar KKA
dan melakukan asah, asih dan asuh sesuai dengan tingkat perkembangan usia anak.
• Apabila peserta tidak dapat menangani permasalahan anak di dalam keluarga maka
dapat menyampaikannya kepada kader di kelompok BKB. Jika solusi dirasakan belum
maksimal maka kader dapat merujuknya ke Puskesmas terdekat, rumah sakit, dokter,
bidan, psikolog atau pendidik, tenaga ahli tumbuh kembang lainnya.

V. Pengisian KKA (20 menit)

V.1 Para kader membagi peserta sesuai kelompok umur anak dan membantu peserta untuk
mengisi KKA.

Catatan bagi kader : Jika diantara peserta sudah ada yang cukup mahir dalam mengisi
KKA, maka kader dapat meminta peserta tersebut menjadi relawan pendamping kader
selama pengisian KKA.

V.2 Minta peserta duduk berpasangan di dalam kelompok dan saling membantu mengisi KKA,
misalnya peserta A dan B berpasangan, lalu peserta A mengisi KKA anak peserta B, dan
peserta B mengisi KKA peserta A. Hal ini dilakukan untuk saling belajar mengisi dan memahami
KKA. Pastikan semua peserta paham tujuan saling mengisi KKA.

V.3 Kader memeriksa kembali KKA yang telah diisi oleh peserta. Jika kader menemukan ada anak
yang belum dapat melaksanakan tugas perkembangan tertentu. Maka kader memberikan
tugas rumah kepada orangtua untuk melakukan rangsangan (stimulasi) kepada anak yang
sesuai dengan yang disarankan di KKA. Sampaikan kepada orangtua dari anak tersebut
untuk tidak merasa malu jika anaknya belum mampu melakukan tugas perkembangan,
karena kecepatan perkembangan setiap anak berbeda-beda.

V.4 Jika diperlukan kader dapat melakukan kunjungan rumah kepada anak yang belum dapat
melaksanakan tugas perkembangannya.

182 Pertemuan 7
V.5 Kader perlu memastikan orangtua telah melakukan tugas rumah untuk melakukan rangsangan
(stimulasi) pada pertemuan sebelumnya. Jika anak masih belum dapat melakukan tugas
perkembangannya meskipun sudah dilakukan rangsangan (stimulasi) maka sarankan
orangtua untuk merujuk (membawa) anak ke Puskesmas terdekat atau tenaga ahli tumbuh
kembang lainnya (dokter, psikolog, tenaga pendidik) agar mendapatkan bantuan lebih lanjut.

VI. Penyampaian Tugas Rumah (5 Menit)

VI.1 Kader mengatakan:


“Bapak/Ibu, kita telah mempelajari hal yang penting hari ini. Bicarakan dan diskusikan
dengan pasangan masing-masing di rumah tentang Stimulasi Perkembangan Gerakan Kasar
dan Gerakan Halus pada anak usia dini”.

VI.2 Kader meminta peserta untuk melakukan tugas rumah sebagai berikut di bawah ini,
sampaikan juga tugas rumah ini akan ditinjau bersama pada pertemuan berikutnya.
1. Menstimulasi (memberikan rangsangan) perkembangan anak sesuai hasil dari KKA.

2. Menyanyikan lagu “kepala pundak lutut kaki” sambil memegang bagian tubuh yang
disebutkan dalam lirik. Pada awalnya sebaiknya anak dikenalkan terlebih dahulu dengan
anggota tubuh yang disebutkan dalam lirik lagu. Setelah itu orangtua meminta anak
untuk bernyanyi bersama sambil memegang bagian tubuh yang disebutkan dalam lirik
lagu berikut ini:

Judul Lagu : Kepala Pundak Lutut Kaki

Kepala. [pegang kepala]


Pundak. [pegang pundak]
Lutut. [pegang lutut]Kaki. [pegang kaki] -- diulang 2x
Daun Telinga. [pegang telinga]
Mata. [pegang mata]
Hidung. [pegang hidung]
Mulut. [pegang mulut]
Kepala. [pegang kepala]
Pundak. [pegang pundak]
Lutut. [pegang lutut] Kaki. [pegang kaki] -- diulang 2x

Gerak dan lagu ini akan lebih menarik bagi anak jika dinyanyikan dengan gembira dan
divariasikan tempo lagunya, misalnya mulai dari tempo lambat hingga cepat secara bertahap.

3. Melakukan kegiatan bermain bersama anak melalui permainan sederhana dengan atau
tanpa alat main yang sesuai dengan usia anak. Jika peserta ingin membuat alat main
sendiri dapat menggunakan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar seperti yang
telah dicontohkan dalam lampiran buku panduan.

Pertemuan 7
183
VII. Penutup (5 menit)

VII.1 Kader bertanya tentang rencana pertemuan berikutnya (hari, tanggal, waktu dan tempat) dan
meminta relawan dari peserta.

“Siapa yang yang akan secara sukarela menjadi relawan untuk membantu kader di
pertemuan selanjutnya?”.

Relawan akan membantu mengingatkan peserta lainnya untuk hadir pada pertemuan
selanjutnya.

VII.2 Kader meminta peserta untuk membawa anak usia 0-6 tahun (anak kelompok BKB)
pada pertemuan yang akan datang, karena pada pertemuan yang akan datang akan
dilakukan kegiatan stimulasi bersama (memberikan rangsangan terhadap perkembangan).

VII.3 Kader mengingatkan tentang KB, dengan menyampaikan hal berikut:

“Bapak/Ibu yang belum ber-KB, ingatlah manfaat KB diantaranya adalah dapat mengurangi
resiko kehamilan pada ibu, yang dikenal dengan 4T”.

“Siapa yang ingat dengan apa itu 4T?”(tunggu jawaban peserta, lalu sampaikan).

• Terlalu muda (usia di bawah 21 tahun).


• Terlalu tua (usia di atas 35 tahun).
• Terlalu sering/dekat (Jarak ideal antar kelahiran anak adalah 3-5 tahun).
• Terlalu banyak (memiliki lebih dari dua orang anak)”.

VII.4 Kader menutup kegiatan:

“ Pertemuan hari ini cukup sampai di sini. saya mengucapkan terima kasih atas partisipasi
Bapak dan Ibu untuk bisa bergabung dalam kelompok BKB HI. Mohon maaf apabila dalam
pertemuan ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan”.

VII.5 Minta salah seorang peserta untuk memimpin do’a penutup kegiatan dan menutup kegiatan
dengan melakukan salam KB atau salam BKB atau yel-yel.

184 Pertemuan 7
1 Pertemuan 8
Pertemuan 8

Stimulasi (Rangsangan ) Perkembangan


Komunikasi Aktif, Komunikasi Pasif dan
Kecerdasan

Pertemuan 8 2
“Saat berbicara dengan anak, bukan tentang apa
yang kita katakan tapi bagaimana kita
mengatakannya! Perhatikan nada suara dan
komunikasi non verbal Anda”
-Kevin Heath-

3 Pertemuan 8
Tujuan :

1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam melatih kemampuan


berkomunikasi pasif kepada anak agar kelak anak dapat lebih mudah menangkap dan
memahami maksud serta penjelasan orang lain tanpa menimbulkan kesalahpahaman.
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam melatih kemampuan
berkomunikasi aktif agar anak dapat mengungkapkan dirinya dengan baik sesuai dengan
anak seusianya.
3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam melatih kemampuan
kecerdasan anak agar berkembang dengan optimal sesuai dengan anak seusianya.

Hasil yang diharapkan:

1. Orangtua mampu melakukan stimulasi komunikasi pasif kepada balita sesuai dengan
usianya.
2. Orangtua mampu melakukan stimulasi komunikasi aktif kepada balita sesuai dengan
usianya.
3. Orangtua mampu melakukan stimulasi kecerdasan kepada balita sesuai dengan usianya.
4. Orangtua dapat memantau perkembangan anak menggunakan KKA.
5. Orangtua mengetahui kapan harus mencari bantuan dari petugas kesehatan (bidan desa
dan petugas puskesmas) apabila tumbuh kembang anak terlambat.

Durasi:

120 menit

Bahan dan Alat:


• Kartu ilustrasi, buku pedoman dan • Kantong wasiat
lembar KKA • Lembar Balik Stimulasi Tumbuh
• Sarana/alat main yang terdapat Kembang Anak 0-6 tahun
dalam BKB Kit atau alat permainan • Buku 2 Menjadi Orangtua Hebat
lokal, yang dapat menstimulasi aspek sebagai referensi bagi kader
perkembangan komunikasi pasif, • Buku KIA sebagai referensi bagi
komunikasi aktif dan kecerdasan anak kader
usia 0-6 tahun.

Pertemuan 8 189
Tahapan Kegiatan:

I.Pembukaan dan Tinjauan Kembali (15 menit)

I.1. Kader menyambut peserta yang berdatangan dengan menyebut nama mereka dengan
ramah.

I.2 Kader mengucapkan terima kasih kepada relawan yang sudah mengingatkan kita semua
terkait pertemuan hari ini.

I.3 Kader membuka kegiatan, dengan menyampaikan:

“Selanjutnya, kita akan membahas tentang Stimulasi Perkembangan Komunikasi Aktif,


Komunikasi Pasif dan Kecerdasan pada anak. Adapaun tujuan dari pertemuan hari ini
adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua dan keluarga dalam
menstimulasi perkembangan komunikasi aktif, komunikasi pasif dan kecerdasan”.

“Dengan demikian kita dapat membantu anak dalam berkomunikasi dengan baik dan
benar serta memaksimalkan kemampuannya dalam memperhatikan, mengamati, dan
mengingat”.

I.4 Kader meminta salah seorang peserta untuk memimpin do’a sebelum memulai kegiatan.
Selesai berdoa kader mengucapkan terima kasih kepada peserta yang telah memimpin
doa.

I.5 Kader mengajak peserta untuk meninjau kembali apa yang telah dipelajari pada
pertemuan sebelumnya dengan mengatakan :

”Sebelum kita memulai pertemuan hari ini marilah kita sama-sama mengingat kembali
apa yang telah kita pelajari pada pertemuan sebelumnya dan apa saja yang sudah kita
praktekan di rumah. Siapa yang masih ingat apa yang sudah kita pelajari pada pertemuan
sebelumnya?”.

Catatan bagi kader: Jika tidak ada yang ingin berbagi, kader mengingatkan kembali
secara umum, apa saja yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya, terkait:
- Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini sehingga memerlukan peran aktif
orangtua agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
- Faktor bawaan lahir dan pengaruh lingkungan (budaya, sosial, ekonomi) membuat
setiap anak menjadi unik dan berbeda kecepatan perkembangannya. (sumber: Buku
2 Orangtua Hebat Hal.17-21).
- Pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung secara cepat, bertahap dan
mengikuti pola tertentu berdasarkan kelompok usianya, misalnya sebelum anak
berdiri anak belajar menegakkan kepala, tengkurap, duduk, dan merangkak terlebih
dahulu.

190 Pertemuan 8
- Gerakan kasar adalah gerakan yang dilakukan dengan melibatkan sebagian besar
otot tubuh dan biasanya memerlukan tenaga.
- Gerakan halus adalah gerakan yang dilakukan oleh bagian-bagian tubuh tertentu
saja dan hanya melibatkan sebagian kecil otot tubuh. Gerakan halus tidak begitu
memerlukan tenaga, tetapi perlu memusatkan perhatian (kerja sama) mata dengan
anggota badan (tangan dan kaki).
- Orangtua dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan anak melalui lembar
KKA dan melakukan asah, asih dan asuh sesuai dengan tingkat perkembangan usia
anak.
- Apabila peserta tidak dapat menangani permasalahan anak di dalam keluarga maka
dapat menyampaikannya kepada kader di kelompok BKB. Jika solusi dirasakan belum
maksimal maka kader dapat merujuknya ke Puskesmas terdekat, rumah sakit, dokter,
bidan, psikolog atau pendidik, tenaga ahli tumbuh kembang lainnya.

I.6 Kader bertanya siapa yang telah melakukan tugas rumah, khususnya tugas:
Ke-2 Menyanyikan lagu “kepala pundak lutut kaki” sambil memegang bagian tubuh yang
disebutkan dalam lirik.
Ke-3 Melakukan kegiatan bermain bersama anak melalui permainan sederhana dengan
atau tanpa alat main yang sesuai dengan usia anak.

Catatan bagi kader: tugas ke-1 adalah rangsangan (stimulasi) sesuai KKA akan dibahas
pada saat pengisian KKA).

I.7 Kader meminta beberapa orang peserta menceritakan bagaimana ia melakukan tugas
rumah
“Bagaimana Bapak/Ibu melakukannya?”.
“Bagaimana tanggapan pasangan (suami/istri) dan anak?”.

I.8 Kader mengucapkan terima kasih kepada peserta telah melakukan tugas rumah dan
memotivasi peserta yang belum melakukan tugas rumah untuk mau melakukannya
sebelum pertemuan berikutnya, karena tugas rumah tersebut membantu peserta untuk
menjadi orangtua yang lebih hebat.

I.9 Ajak peserta untuk melakukan tepuk hebat sebagai bentuk penghargaan bagi peserta
yang telah melakukan tugas rumah.
Kader menyebutkan“Tepuk hebat!”
Kader dan peserta melakukan Tepuk tangan (plok) sebanyak 3x sambil mengtakan “hebat”
(dengan gerakan Ibu jari kanan diacungkan), lalu “ hebat” (dengan gerakan Ibu jari kiri
diacungkan) diulangi sebanyak 3 kali.

Pertemuan 8 191
I.10 Kader mengingatkan tentang KB, dengan bertanya dan menyampaikan hal berikut:
“Apakah Bapak/Ibu sudah ber-KB?”. (Tunggu jawaban peserta, lalu kader menanggapi)

“Terima kasih bagi yang sudah ber-KB. Semoga dapat terus dilakukan, karena ber-KB
membawa banyak manfaat bagi ibu, anak dan keluarga”.

“ Akan lebih baik dan sangat dianjurkan untuk menggunakan cara KB jangka panjang
yaitu sprial/IUD, implan/susuk KB, vasektomi (MOP), dan tubektomi (MOW)”.

“Bapak/Ibu yang belum ber-KB dapat melakukan diskusi dengan bidan untuk mengetahui
metode KB apa yang cocok dan jangka panjang manfaatnya”.

II. Pengenalan Topik (15 menit)

II. 1 Kader mengatakan:

“Pada awal kehidupan, anak belajar berkomunikasi untuk menyampaikan keinginannya


melalui gerakan tubuh, seperti ekspresi wajah, menunjuk, menyentuh, memeluk dan
menggelengkan kepala dan mengangkat bahu”.

“Pada masa bayi, anak merespon kata-kata yang ia dengar seolah-olah ia mengerti
dengan ekspresi wajah, tangisan dan celoteh. Meskipun ia tidak dapat mengerti makna
kata tapi anak memiliki minat untuk berkomunikasi dan ingin mendapatkan giliran untuk
berbicara”.

“Minat anak untuk berbicara akan hilang jika kata-kata yang disampaikan kepadanya
kurang banyak, dilakukan dari jarak jauh, tidak disertai dengan ekspresi, dan tanpa jeda
serta tanpa memberikan kesempatan kepada anak untuk ikut berbicara”.

“Terdapat dua bentuk komunikasi yang akan dibahas pada pertemuan ini, yaitu
komunikasi pasif dan aktif”.

“Komunikasi pasif adalah kesanggupan untuk mengerti isyarat dan pembicaraan orang
lain. Jika anak sudah distimulasi dengan baik maka anak dapat lebih mudah menangkap
serta memahami maksud dan penjelasan orang lain tanpa menimbulkan kesalahpahaman”.
(Sumber: Buku 2 Orangtua Hebat Hal.44-46)

“Komunikasi aktif adalah kemampuan menyatakan perasaan, keinginan, dan pikiran,


baik melalui tangisan, gerakan tubuh isyarat, maupun kata-kata. Jika anak sudah
distimulasi dengan baik maka anak dapat lebih mudah dalam mengungkapkan pikiran
dan perasaannya”.

“Selain materi tentang stimulasi aspek komunikasi, nanti kita juga akan membahas aspek
kecerdasan. Cerdas artinya cepat tanggap, cepat paham, mampu dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan tertentu, menyelesaikan masalah sesuai dengan usianya, dan

192 Pertemuan 8
mempunyai banyak gagasan”.

“Kecerdasan tidak hanya terkait dengan belajar pelajaran di sekolah, tetapi juga terkait
dengan kemampuan mengingat, fokus pada satu hal, memecahkan masalah dengan
berbagai cara, bagaimana anak bereaksi terhadap suatu peristiwa yang ia dengar, lihat,
rasakan lewat panca indera”.

“Pencapaian kemampuan tersebut tidak sama dengan orang dewasa karena kecerdasan
anak berkembang secara bertahap, mulai dari hal yang sederhana hingga yang rumit”.

(Sumber: Buku 2 Orangtua Hebat Hal.71-79)

Catatan bagi kader: contoh-contohnya dapat dilihat di buku 2 Orangtua Hebat,


khususnya pada halaman 71-79; 98-103; 124-133; 157-166; 200-217; 255-275

III. Kegiatan Inti (60 menit)

III.1 Pembagian kelompok berdasarkan umur/usia anak, kader mengatakan:


“Pembahasan materi hari ini akan lebih efektif bila kita bahas dalam kelompok kecil
berdasarkan usia dari anak Bapak/Ibu. Masing-masing kelompok akan didampingi oleh
seorang kader dan setiap kader akan membawa lembar balik sesuai kelompok yang
didampinginya”.
Kelompok 1 : kelompok usia 0-1 tahun didampingi oleh kader …………
Kelompok 2 : kelompok usia 1-2 tahun didampingi oleh kader …………
Kelompok 3 : kelompok usia 2-3 tahun didampingi oleh kader …………
Kelompok 4 : kelompok usia 3-4 tahun didampingi oleh kader …………
Kelompok 5 : kelompok usia 4-5 tahun didampingi oleh kader …………
Kelompok 6 : kelompok usia 5-6 tahun didampingi oleh kader …………

Catatan bagi kader:


• Jika jumlah kader terbatas sehingga tidak bisa mendampingi setiap kelompok
berdasarkan usia anak peserta, maka jumlah kelompok dapat disesuaikan dengan
jumlah kader yang ada
• Kader yang melakukan penyuluhan dibantu oleh kader lainnya dalam menyiapkan
alat dan bahan yang dibutuhkan dalam diskusi kelompok, yaitu:
- Kartu ilustrasi, buku pedoman dan lembar KKA
- Sarana/alat main untuk menstimulasi aspek perkembangan gerakan kasar dan
halus anak usia 0-6 tahun.
- Buku KIA
- Buku 2 orangtua hebat dan Lembar Balik Orangtua Hebat 0-6 tahun

Pertemuan 8 193
III.2 Kader di setiap kelompok menjelaskan lembar balik yang sesuai dengan kelompok
dampingannya.

Catatan bagi kader:


• Jika di kelompok BKB tidak terdapat lembar balik orangtua hebat, maka kader dapat
menggunakan salinan lembar balik yang telah disediakan dalam buku panduan ini
dan di dalam kartu kantong wasiat.
• Kader dapat mengembangkan sendiri kedalaman diskusi dari setiap lembar balik
yang disajikan, misalnya dengan menanyakan cara lain dalam melakukan stimulasi
atau pilihan mainan lain yang sifatnya mudah didapatkan di sekitar tempat tinggal.
• Kader atau peserta bisa menggunakan permainan atau lagu buatan sendiri. Jika
peserta memiliki permainan atau lagu buatan sendiri, kader memberikan kesempatan
kepada peserta untuk langsung memimpin kelompok dan memperagakannya. Kader
juga turut serta di dalamnya.
• Kader dapat menggunakan permainan maupun lagu yang sudah pernah diajarkan
pada pertemuan-pertemuan sebelumnya.
• Kader menjelaskan setiap lembar balik sambil meminta peserta untuk langsung
mempraktekkannya bersama anak.

194 Pertemuan 8
Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk kader)

Pertemuan 8 195
Lembar balik. Komunikasi Aktif (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk kader)

196 Pertemuan 8
Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk kader)

Pertemuan 8 197
Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk kader)

198 Pertemuan 8
Lembar balik. Komunikasi Aktif (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Komunikasi Aktif (lembar untuk kader)

Pertemuan 8 199
Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk kader)

200 Pertemuan 8
Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk kader)

Pertemuan 8 201
Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk kader)

202 Pertemuan 8
Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk kader)

Pertemuan 8 203
Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk kader)

204 Pertemuan 8
Lembar balik. Komunikasi Aktif (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Komunikasi Aktif (lembar untuk kader)

Pertemuan 8 205
Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk kader)

206 Pertemuan 8
Lembar balik. Komunikasi Aktif (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Komunikasi Aktif (lembar untuk kader)

Pertemuan 8 207
Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk kader)

208 Pertemuan 8
Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk kader)

Pertemuan 8 209
Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk kader)

210 Pertemuan 8
Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Komunikasi Pasif (lembar untuk kader)

Pertemuan 8 211
Lembar balik. Komunikasi Aktif (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Komunikasi Aktif (lembar untuk kader)

212 Pertemuan 8
Lembar balik. Komunikasi Aktif (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Komunikasi Aktif (lembar untuk kader)

Pertemuan 8 213
Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Kecerdasan (lembar untuk kader)

214 Pertemuan 8
III. 3 Berikan kesempatan kepada peserta untuk melakukan tanya jawab kepada kader.

III.4 Kader membagikan kartu ilustrasi gambar KKA kepada peserta sesuai kelompok umur,
kartu ilustrasi gambar KKA tersedia pada lampiran dan kartu kantong wasiat.

“Di hadapan Bapak/Ibu sekalian terdapat sejumlah kartu. Setiap kartu kartu memuat
dua hal, yaitu tugas perkembangan anak dan tugas orangtua (pesan untuk orangtua).
Contohnya (ambil salah satu kartu):
Kartu Ilustrasi KKA

III.5 Kader meminta peserta mempraktekan kegiatan stimulasi (rangsangan) kepada anak
sesuai dengan kartu ilustrasi gambar KKA yang di dapatnya.

“Sekarang, Bapak/Ibu perhatikan dan pilih satu set kartu untuk dipraktekkan bersama
anak. Bapak/ibu lakukan sesuai dengan isi di bagian tugas orangtua (pesan untuk orangtua)
pada bagian kanan kartu”.

Catatan bagi kader :


• Kader mengawasi apakah cara peserta melakukan stimulasi (rangsangan) kepada
anak, sudah sesuai dengan saran yang ada di gambar atau belum.
• Peserta yang tidak membawa anak, bisa ikut membantu peserta lain yang membawa
anak.

III.6 Selesai kegiatan stimulasi, kader mengucapkan terima kasih kepada peserta dan anak-
anak yang sudah berpraktek dan meminta peserta untuk melakukan lagi di rumah
kegiatan praktek tadi.

Pertemuan 8 215
IV. Kesimpulan (10 menit)

IV.1 Kader menghimbau peserta yang duduk di dalam kelompok untuk memusatkan perhatian
kembali kepada kader yang akan menyampaikan kesimpulan.

IV.2 Kader meminta minimal 3 orang peserta untuk memberikan pendapat tentang:“Apa
yang sudah dipelajari hari ini?”. (Tunggu jawaban peserta, dorong peserta untuk mau
menyampaikan pendapatnya).

IV.3 Kader merangkum semua pendapat peserta dan menyampaikan kesimpulan:

• Berkomunikasi bukan hanya merupakan rangkaian kata yang memiliki arti


namun juga berupa ekspresi wajah dan bahasa tubuh.
• Pada awalnya anak tidak paham makna kata yang ia dengar namun anak
dapat merasakan ekspresi emosi di dalamnya, misalnya ketika anak dipeluk
erat oleh orangtua tanpa sepatah kata pun terucap, anak mengerti bahwa
orangtuanya menyayanginya.
• Anak perlu dilatih dan diarahkan secara berulang-ulang agar dapat mengenal
dan mengucapkan kata dengan baik dan benar.
• Menonton televisi tanpa didampingi oleh orangtua bukanlah yang dianjurkan
untuk dilakukan dalam meningkatkan kemampuan komunikasi anak karena
anak cenderung melihat gambar-gambar dengan warna yang menarik dari
televisi dibandingkan mendengarkan ceritanya.
• Perkembangan otak anak pada masa balita sangat pesat namun bukan berarti
dijejali dengan banyak hal untuk dipelajari sekaligus karena hal itu justru
membuat anak menjadi tidak suka dengan belajar.
• Optimalisasi kecerdasan anak dapat dilakukan jika orangtua memahami
bagaimana cara anak belajar bertahap dan sesuai dengan usianya.

V. Pengisian KKA (20 menit)

V.1 Para kader membagi peserta sesuai kelompok umur anak dan membantu peserta untuk
mengisi KKA

V.2 Minta peserta duduk berpasangan di dalam kelompok dan saling membantu mengisi
KKA, misalnya peserta A dan B berpasangan, lalu peserta A mengisi KKA anak peserta B,
dan peserta B mengisi KKA peserta A. Hal ini dilakukan untuk saling belajar mengisi dan
memahami KKA. Pastikan semua peserta paham tujuan saling mengisi KKA.

V.3 Kader memeriksa kembali KKA yang telah diisi oleh peserta. Jika kader menemukan ada
anak yang belum dapat melaksanakan tugas perkembangan tertentu maka kader
memberikan tugas rumah kepada orangtua untuk melakukan rangsangan (stimulasi)
kepada anak yang sesuai dengan yang disarankan di KKA. Sampaikan kepada orangtua
dari anak tersebut untuk tidak merasa malu jika anaknya belum mampu melakukan

216 Pertemuan 8
tugas perkembangan, karena kecepatan perkembangan setiap anak berbeda-beda.

V.4 Jika diperlukan kader dapat melakukan kunjungan rumah kepada anak yang belum dapat
melaksanakan tugas perkembangannya.

V.5 Kader perlu memastikan orangtua telah melakukan tugas rumah untuk melakukan
rangsangan (stimulasi) pada pertemuan sebelumnya. Jika anak masih belum dapat
melakukan tugas perkembangannya meskipun sudah dilakukan rangsangan (stimulasi)
maka sarankan orangtua untuk merujuk (membawa) anak ke Puskesmas terdekat atau
tenaga ahli tumbuh kembang lainnya (dokter, psikolog, tenaga pendidik) agar mendapatkan
bantuan lebih lanjut.

VI. Penyampaian Tugas Rumah (5 menit)

VI.1 Kader mengatakan:


“Bapak/Ibu, kita telah mempelajari hal yang penting hari ini. Bicarakan dan diskusikan
dengan pasangan masing-masing di rumah tentang Stimulasi Perkembangan Gerakan
Kasar dan Gerakan Halus. pada anak usia dini”

Catatan bagi kader: Jika diantara peserta sudah ada yang cukup mahir dalam mengisi
KKA, maka kader dapat meminta peserta tersebut menjadi relawan pendamping kader
selama pengisian KKA.

VI.2 Kader meminta peserta untuk melakukan tugas rumah sebagai berikut di bawah ini,
sampaikan juga tugas rumah ini akan ditinjau bersama pada pertemuan berikutnya.

1. Menstimulasi (memberikan rangsangan) perkembangan anak sesuai hasil dari KKA.


2. Membacakan cerita atau berdongeng kepada anak dengan cara yang menarik.
3. Melakukan kegiatan bermain bersama anak melalui permainan sederhana dengan
atau tanpa alat main yang sesuai dengan usia anak. Jika peserta ingin membuat
alat main sendiri dapat menggunakan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar
seperti yang telah dicontohkan dalam lampiran buku panduan.

Pertemuan 8 217
VII. Penutup (5 menit)

VII.1 Kader bertanya tentang rencana pertemuan berikutnya (hari, tanggal, waktu dan tempat)
dan meminta relawan dari peserta.

“Siapa yang yang akan secara sukarela menjadi relawan untuk membantu kader di
pertemuan selanjutnya?”.

Relawan akan membantu mengingatkan peserta lainnya untuk hadir pada pertemuan
selanjutnya.

VII.2 Kader meminta peserta untuk membawa anak usia 0-6 tahun (anak kelompok BKB)
pada pertemuan yang akan datang, karena pada pertemuan yang akan datang akan
dilakukan kegiatan stimulasi bersama (memberikan rangsangan terhadap perkembangan).

VII.3 Kader mengingatkan tentang KB, dengan menyampaikan hal berikut:

“Bapak/Ibu yang belum ber-KB, ingatlah manfaat KB diantaranya adalah dapat


mengurangi resiko kehamilan pada ibu, yang dikenal dengan 4T”.

“Siapa yang ingat dengan apa itu 4T?”(tunggu jawaban peserta, lalu sampaikan).

• Terlalu muda (usia di bawah 21 tahun)


• Terlalu tua (usia di atas 35 tahun)
• Terlalu sering/dekat (Jarak ideal antar kelahiran anak adalah 3-5 tahun)
• Terlalu banyak (memiliki lebih dari dua orang anak)”.

VII.4 Kader menutup kegiatan:

“ Pertemuan hari ini cukup sampai di sini. saya mengucapkan terima kasih atas partisipasi
Bapak dan Ibu untuk bisa bergabung dalam kelompok BKB HI. Mohon maaf apabila dalam
pertemuan ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan”.

VII.5 Minta salah seorang peserta untuk memimpin do’a penutup kegiatan dan menutup
kegiatan dengan melakukan salam KB atau salam BKB atau yel-yel.

218 Pertemuan 8
Pertemuan 8 219
1 Pertemuan 9
Pertemuan 9

Stimulasi (Rangsangan) Perkembangan


Kemampuan Menolong Diri Sendiri dan Tingkah
Laku Sosial
“Di belakang seorang anak yang percaya diri ada orangtua
yang terlebih dahulu percaya akan kemampuannya”
-Matthew L Jacobson-

“Bukan apa yang orangtua lakukan kepada anak, tetapi apa


yang orangtua ajarkan agar anak lakukan untuk dirinya sendiri,
yang akan menjadikan anak sukses dikemudian hari”
-Ann Landers-

3 Menjadi Orang Tua Hebat

3 Pertemuan 9
Tujuan:
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam melatih kemampuan
menolong diri sendiri agar kelak anak menjadi mandiri dalam melakukan kegiatan sehari-
hari sehingga tampil sebagai anak yang percaya diri, memiliki keberanian dan tidak
mengandalkan orang lain untuk menyelesaikan hal-hal yang bisa diselesaikan sendiri.
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam melatih kemampuan bergaul
agar kelak anak dapat mudah berteman, tidak canggung ketika memasuki lingkungan baru,
serta mengerti disiplin, sopan santun dan aturan-aturan, baik di dalam maupun di luar
rumah.

Hasil yang diharapkan:


1. Orangtua mampu melakukan stimulasi kemampuan menolong diri sendiri kepada anak
sesuai dengan usia.
2. Orangtua mampu melakukan stimulasi kemampuan tingkah laku sosial kepada anak sesuai
dengan usia.
3. Orangtua dapat memantau perkembangan balita dengan menggunakan “KKA” mengetahui
kapan harus mencari bantuan dari petugas kesehatan (bidan desa dan petugas puskesmas)
apabila tumbuh kembang anak terlambat.

Durasi:
120 menit.

Bahan dan Alat:


• Kartu ilustrasi, buku pedoman dan • Buku 2 Menjadi Orangtua Hebat
lembar KKA sebagai referensi bagi kader
• Kantong wasiat • Buku KIA sebagai referensi bagi kader
• Lembar Balik Stimulasi Tumbuh
Kembang Anak 0-6 tahun

Pertemuan 9
223
Tahapan Kegiatan:

I. Pembukaan dan Tinjauan Kembali (10 menit)

I.1 Kader menyambut peserta dengan ramah dan menyapa dengan menyebut nama peserta.

I.2 Kader mengucapkan terima kasih kepada relawan yang sudah mengingatkan kita semua
terkait pertemuan hari ini.

I.3 Kader membuka kegiatan, dengan menyampaikan:


“Pada pertemuan kali ini, kita akan membahas tentang stimulasi Perkembangan aspek
menolong diri sendiri (MD) dan tingkah laku sosial (TS) pada anak.

Adapaun tujuan dari pertemuan hari ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan orangtua dan keluarga dalam menstimulasi perkembangan aspek menolong
diri sendiri dan tingkah laku sosial”

“Dengan demikian kita dapat membantu anak menjadi pribadi yang mandiri, mudah
bergaul dan beradaptasi dengan lingkungan”.

I.4 Kader meminta salah seorang peserta untuk memimpin do’a sebelum memulai kegiatan.
Selesai berdoa kader mengucapkan terima kasih kepada peserta yang telah memimpin
doa.

I.5 Kader mengajak peserta untuk meninjau kembali apa yang telah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya dengan mengatakan;
”Sebelum kita memulai pertemuan hari ini marilah kita sama-sama mengingat kembali
apa yang telah kita pelajari pada pertemuan sebelumnya dan apa saja yang sudah kita
praktekan di rumah.

Siapa yang masih ingat apa yang sudah kita pelajari pada pertemuan sebelumnya?”.

224 Pertemuan 9
Catatan bagi kader:
Jika tidak ada yang ingin berbagi, kader mengingatkan kembali secara umum, apa saja
yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya, terkait:
• Berkomunikasi bukan hanya merupakan rangkaian kata yang memiliki arti namun juga
berupa ekspresi wajah dan bahasa tubuh.
• Pada awalnya anak tidak paham makna kata yang ia dengar namun anak dapat merasakan
ekspresi emosi di dalamnya, misalnya ketika anak dipeluk erat oleh orangtua tanpa sepatah
kata pun terucap, anak mengerti bahwa orangtuanya menyayanginya.
• Anak perlu dilatih dan diarahkan secara berulang-ulang agar dapat mengenal dan
mengucapkan kata dengan baik dan benar.
• Menonton televisi tanpa didampingi oleh orangtua bukanlah yang dianjurkan untuk dilakukan
dalam meningkatkan kemampuan komunikasi anak karena anak cenderung melihat
gambar-gambar dengan warna yang menarik dari televisi dibandingkan mendengarkan
ceritanya.
• Perkembangan otak anak pada masa balita sangat pesat namun bukan berarti dijejali
dengan banyak hal untuk dipelajari sekaligus karena hal itu justru membuat anak menjadi
tidak suka dengan belajar.
• Optimalisasi kecerdasan anak dapat dilakukan jika orangtua memahami bagaimana cara
anak belajar bertahap dan sesuai dengan usianya.

I.6 Kader bertanya siapa yang telah melakukan tugas rumah, khususnya tugas:
Ke-2 Membacakan cerita atau berdongeng kepada anak dengan cara yang menarik.
Ke-3 Melakukan kegiatan bermain bersama anak melalui permainan sederhana dengan
atau tanpa alat main yang sesuai dengan usia anak.

Catatan bagi kader: tugas ke-1 adalah rangsangan (stimulasi) sesuai KKA akan dibahas
pada saat pengisian KKA).

Pertemuan 9
225
I.7 Kader meminta beberapa orang peserta menceritakan bagaimana ia melakukan tugas
rumah
“Bagaimana Bapak/Ibu melakukannya?”.
“Bagaimana tanggapan pasangan (suami/istri) dan anak?”.

I.8 Kader mengucapkan terima kasih kepada peserta telah melakukan tugas rumah dan
memotivasi peserta yang belum melakukan tugas rumah untuk mau melakukannya
sebelum pertemuan berikutnya, karena tugas rumah tersebut membantu peserta untuk
menjadi orangtua yang lebih hebat.

I.9 Ajak peserta untuk melakukan tepuk hebat sebagai bentuk penghargaan bagi peserta
yang telah melakukan tugas rumah.
Kader menyebutkan “Tepuk hebat!”

Kader dan peserta melakukan Tepuk tangan (plok) sebanyak 3x sambil mengtakan
“hebat” (dengan gerakan Ibu jari kanan diacungkan), lalu “ hebat” (dengan gerakan Ibu jari
kiri diacungkan) diulangi sebanyak 3 kali.

I.10 Kader mengingatkan tentang KB, dengan bertanya dan menyampaikan hal berikut:
“Apakah Bapak/Ibu sudah ber-KB?”. (Tunggu jawaban peserta, lalu kader menanggapi)

“Terima kasih bagi yang sudah ber-KB. Semoga dapat terus dilakukan, karena ber-KB
membawa banyak manfaat bagi ibu, anak dan keluarga”.

“ Akan lebih baik dan sangat dianjurkan untuk menggunakan cara KB jangka panjang
yaitu sprial/IUD, implan/susuk KB, vasektomi (MOP), dan tubektomi (MOW)”.

“Bapak/Ibu yang belum ber-KB dapat melakukan diskusi dengan bidan untuk mengetahui
metode KB apa yang cocok dan jangka pangjang manfaatnya”.

II. Pengenalan Topik (10 menit)

II.1 Kader mengatakan:


“Ketergantungan anak kepada orang dewasa sangat tinggi pada masa di bawah 3
tahun. Namun, jika anak diberikan kesempatan untuk belajar menolong dirinya sendiri dan
bergaul dengan orang lain maka anak akan lebih mudah beradaptasi dalam berbagai
situasi dan termotivasi untuk berjuang menyelesaikan apa yang bisa ia lakukan sendiri”.

“Menolong diri sendiri adalah kemampuan dan keterampilan seorang anak untuk
melakukan sendiri kegiatan sehari-hari untuk dirinya sendiri agar secara bertahap tidak
bergantung pada orang lain”.

“Lingkungan tempat anak bersosialisasi akan semakin meluas seiring dengan


bertambahnya usia anak. Oleh karena itu, anak perlu dilatih keterampilan sosialnya agar
dapat:

226 Pertemuan 9
(1) Bergaul dengan teman yang memiliki tampilan, perilaku, kemampuan, seni budaya
dan usia yang berbeda-beda.
(2) Belajar berbagi.
(3) Tolong menolong.
(4) Bekerjasama.
(5) Berkompetisi yang sehat.
(6) Mengetahui identitas jenis kelaminnya.
(7) Memiliki kebiasaan baik dalam hal kebersihan, kesehatan, keindahan dan ibadah
keagamaan.

“Dengan demikian, tingkah laku sosial/bergaul dapat diartikan sebagai kemampuan


untuk menjalin hubungan yang baik dengan anggota keluarga maupun dengan orang
lain”.
(Sumber: Buku 2 Orangtua Hebat Hal.47-48)

Catatan untuk kader:


contoh-contohnya dapat dilihat di buku 2 Orangtua Hebat, khususnya pada halaman 80-83; 104-
110; 134-140; 167-174; 218-228; dan 276-292

III. Kegiatan Inti (60 menit)

III.1 Pembagian kelompok berdasarkan umur/usia anak, kader mengatakan:


“Pembahasan materi hari ini akan lebih efektif bila kita bahas dalam kelompok kecil
berdasarkan usia dari anak Bapak/Ibu. Masing-masing kelompok akan didampingi oleh
seorang kader dan setiap kader akan membawa lembar balik sesuai kelompok yang
didampinginya”.

Kelompok 1 : kelompok usia 0-1 tahun didampingi oleh kader …………


Kelompok 2 : kelompok usia 1-2 tahun didampingi oleh kader …………
Kelompok 3 : kelompok usia 2-3 tahun didampingi oleh kader …………
Kelompok 4 : kelompok usia 3-4 tahun didampingi oleh kader …………
Kelompok 5 : kelompok usia 4-5 tahun didampingi oleh kader …………
Kelompok 6 : kelompok usia 5-6 tahun didampingi oleh kader …………

Pertemuan 9
227
Catatan bagi kader:
• Jika jumlah kader terbatas sehingga tidak bisa mendampingi setiap kelompok berdasarkan
usia anak peserta, maka jumlah kelompok dapat disesuaikan dengan jumlah kader yang
ada.
• Kader yang melakukan penyuluhan dibantu oleh kader lainnya dalam menyiapkan alat
dan bahan yang dibutuhkan dalam diskusi kelompok, yaitu:
- Kartu ilustrasi, buku pedoman dan lembar KKA.
- Sarana/alat main untuk menstimulasi aspek diganti dengan menolong diri sendiri
dan tingkah laku sosial anak usia 0-6 tahun.
- Buku KIA.
- Buku 2 orangtua hebat dan Lembar Balik Orangtua Hebat 0-6 tahun

III.2 Kader di setiap kelompok menjelaskan lembar balik yang sesuai dengan kelompok
dampingannya.

Catatan untuk kader:

• Jika di kelompok BKB tidak terdapat lembar balik orangtua hebat, maka kader dapat
menggunakan salinan lembar balik yang telah disediakan dalam buku panduan ini dan di
dalam kartu kantong wasiat.
• Kader dapat mengembangkan sendiri kedalaman diskusi dari setiap lembar balik yang
disajikan, misalnya dengan menanyakan cara lain dalam melakukan stimulasi atau pilihan
mainan lain yang sifatnya mudah didapatkan di sekitar tempat tinggal.
• Kader atau peserta bisa menggunakan permainan atau lagu buatan sendiri. Jika peserta
memiliki permainan atau lagu buatan sendiri, kader memberikan kesempatan kepada
peserta untuk langsung memimpin kelompok dan memperagakannya. Kader juga turut
serta di dalamnya.
• Kader dapat menggunakan permainan maupun lagu yang sudah pernah diajarkan pada
pertemuan-pertemuan sebelumnya.
• Kader menjelaskan setiap lembar balik sambil meminta peserta untuk langsung
mempraktekkannya bersama anak.

228 Pertemuan 9
Lembar Balik. Tingkah laku sosial (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Tingkah laku sosial (lembar untuk kader)

Pertemuan 9
229
Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk kader)

230 Pertemuan 9
Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk kader)

Pertemuan 9
231
Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk Kader)

232 Pertemuan 9
Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk kader)

Pertemuan 9
233
Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk kader)

234 Pertemuan 9
Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk kader)

Pertemuan 9
235
Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk kader)

236 Pertemuan 9
Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk kader)

Pertemuan 9
237
Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk kader)

238 Pertemuan 9
Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk kader)

Pertemuan 9
239
Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk kader)

240 Pertemuan 9
Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk kader)

Pertemuan 9
241
Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk kader)

242 Pertemuan 9
Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk kader)

Pertemuan 9
243
Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Tingkah Laku Sosial (lembar untuk kader)

244 Pertemuan 9
Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Menolong Diri Sendiri (lembar untuk kader)

Pertemuan 9
245
III.3 Berikan kesempatan kepada peserta untuk melakukan tanya jawab kepada kader.

III.4 Kader membagikan kartu ilustrasi gambar KKA kepada peserta sesuai kelompok umur,
kartu ilustrasi gambar KKA tersedia pada lampiran dan kartu kantong wasiat.

“Di hadapan Bapak/Ibu sekalian terdapat sejumlah kartu.Setiap kartu kartu memuat
dua hal, yaitu tugas perkembangan anak dan tugas orangtua (pesan untuk orangtua).
Contohnya (ambil salah satu kartu):

Contoh kartu KKA

III.5 Kader meminta peserta mempraktekan kegiatan stimulasi (rangsangan) kepada anak
sesuai dengan kartu ilustrasi gambar KKA yang di dapatnya.“Sekarang, Bapak/Ibu
perhatikan dan pilih satu set kartu untuk dipraktekkan bersama anak. Bapak/ibu lakukan
sesuai dengan isi di bagian tugas orangtua (pesan untuk orangtua) pada bagian kanan
kartu”.

Catatan bagi kader:


• Kader mengawasi apakah cara peserta melakukan stimulasi (rangsangan) kepada anak,
sudah sesuai dengan saran yang ada di gambar atau belum.
• Peserta yang tidak membawa anak, bisa ikut membantu peserta lain yang membawa anak.

III.6 Selesai kegiatan stimulasi, kader mengucapkan terima kasih kepada peserta dan anak-
anak yang sudah berpraktek dan meminta peserta untuk melakukan lagi di rumah
kegiatan praktek tadi.

246 Pertemuan 9
IV. Kesimpulan (10 menit)

IV.1 Kader meminta minimal 3 orang peserta untuk memberikan pendapat tentang:
“Apa yang sudah dipelajari hari ini?”. (Tunggu jawaban peserta, dorong peserta untuk
mau menyampaikan pendapatnya).

IV.2 Kader merangkum semua pendapat peserta dan menyampaikan kesimpulan:


• Anak akan mengalami kesulitan dalam bersosialisasi jika anak tidak diajarkan oleh
orangtua tentang bagaimana caranya bergaul dan bertingkah laku yang sesuai
dengan norma atau nilai yang dianut keluarga maupun masyarakat.
• Proses belajar anak tidak hanya melalui latihan yang diberikan tetapi juga melalui
meniru tingkah laku orang dewasa atau anak yang lebih besar sehingga orangtua
perlu menjadi tauladan bagi anak.
• Keterampilan anak dalam menolong diri sendiri dapat memberikannya rasa percaya
diri dan harga diri. Orangtua harus memberikan kesempatan kepada anak untuk
menolong dirinya sendiri meskipun hasilnya dirasakan kurang maksimal.
• Proses anak dalam menolong dirinya sendiri harus dilakukan secara bertahap dan
berkelanjutan agar kemampuan menolong dirinya sendiri menjadi suatu kebiasaan
yang menetap hingga anak besar.

V. Pengisian KKA (20 menit)

V.1 Para kader membagi peserta sesuai kelompok umur anak dan membantu peserta untuk
mengisi KKA.

Catatan bagi kader: Jika diantara peserta sudah ada yang cukup mahir dalam mengisi
KKA, maka kader dapat meminta peserta tersebut menjadi relawan pendamping kader
selama pengisian KKA.

Pertemuan 9
247
V.2 Minta peserta duduk berpasangan di dalam kelompok dan saling membantu mengisi
KKA, misalnya peserta A dan B berpasangan, lalu peserta A mengisi KKA anak peserta B,
dan peserta B mengisi KKA peserta A. Hal ini dilakukan untuk saling belajar mengisi dan
memahami KKA. Pastikan semua peserta paham tujuan saling mengisi KKA.

V.3 Kader memeriksa kembali KKA yang telah diisi oleh peserta. Jika kader menemukan ada
anak yang belum dapat melaksanakan tugas perkembangan tertentu maka kader
memberikan tugas rumah kepada orangtua untuk melakukan rangsangan (stimulasi)
kepada anak yang sesuai dengan yang disarankan di KKA. Sampaikan kepada orangtua
dari anak tersebut untuk tidak merasa malu jika anaknya belum mampu melakukan
tugas perkebangan, karena kecepatan perkembangan setiap anak berbeda-beda.

V.4 Jika diperlukan kader dapat melakukan kunjungan rumah kepada anak yang belum dapat
melaksanakan tugas perkembangannya.

V.5 Kader perlu memastikan orangtua telah melakukan tugas rumah untuk melakukan
rangsangan (stimulasi) pada pertemuan sebelumnya. Jika anak masih belum dapat
melakukan tugas perkembangannya meskipun sudah dilakukan rangsangan (stimulasi)
maka sarankan orangtua untuk merujuk (membawa) anak ke Puskesmas terdekat
atautenaga ahli tumbuh kembang lainnya (dokter, psikolog, tenaga pendidik) agar
mendapatkan bantuan lebih lanjut.

VI. Penyampaian Tugas Rumah (5 menit)

VI.1 VI.1 Kader mengatakan:


“Bapak/Ibu, kita telah mempelajari hal yang penting hari ini. Bicarakan dan diskusikan
dengan pasangan masing-masing di rumah tentang menolong diri sendiri dan tingkah
laku sosial pada anak usia dini”.

VI.2 Kader meminta peserta untuk melakukan tugas rumah sebagai berikut di bawah ini,
sampaikan juga tugas rumah ini akan ditinjau bersama pada pertemuan berikutnya.
1. Menstimulasi (memberikan rangsangan) perkembangan anak sesuai hasil dari KKA.
2. Melakukan kegiatan bermain bersama anak melalui permainan sederhana dengan
atau tanpa alat main yang sesuai dengan usia anak. Jika peserta ingin membuat
alat main sendiri dapat menggunakan bahan-bahan yang ada di lingkungan sekitar
seperti yang telah dicontohkan dalam lampiran modul ini.
3. Mengajarkan anak untuk merapikan mainannya sendiri setelah anak selesai bermain.

248 Pertemuan 9
VII. Penutup (5 menit)

VII.1 Kader bertanya tentang rencana pertemuan berikutnya (hari, tanggal, waktu dan tempat)
dan meminta relawan dari peserta.
“Siapa yang yang akan secara sukarela menjadi relawan untuk membantu kader di
pertemuan selanjutnya?”.
Relawan akan membantu mengingatkan peserta lainnya untuk hadir pada pertemuan
selanjutnya.

VII.2 Kader mengingatkan tentang KB, dengan menyampaikan hal berikut:


“Bapak/Ibu yang belum ber-KB, ingatlah manfaat KB diantaranya adalah dapat
mengurangi resiko kehamilan pada ibu, yang dikenal dengan 4T”.

“Siapa yang ingat dengan apa itu 4T?”(tunggu jawaban peserta, lalu sampaikan).
• Terlalu muda (usia di bawah 21 tahun).
• Terlalu tua (usia di atas 35 tahun).
• Terlalu sering/dekat (Jarak ideal antar kelahiran anak adalah 3-5 tahun).
• Terlalu banyak (memiliki lebih dari dua orang anak)”.

VII.3 Kader menutup kegiatan:


“ Pertemuan hari ini cukup sampai di sini. saya mengucapkan terima kasih atas partisipasi
Bapak dan Ibu untuk bisa bergabung dalam kelompok BKB HI. Mohon maaf apabila dalam
pertemuan ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan”.

VII.4 Minta salah seorang peserta untuk memimpin do’a penutup kegiatan dan menutup
kegiatan dengan melakukan salam KB atau yel-yel.

Pertemuan 9
249
1

Menjadi Orang Tua Hebat


Pertemuan 10

Pengenalan Kesehatan Reproduksi


Pada Anak Usia Dini

Menjadi Orang Tua Hebat


“Kita tidak bisa mengajarkan anak untuk menjadi
baik dengan membuat mereka merasa buruk akan
dirinya. Ketika anak merasa baik akan dirinya maka
anak akan berperilaku baik”
-Pan Leo-

3 Pertemuan 10
Tujuan:
1. Memperkenalkan kepada orangtua tentang fungsi dan kesehatan reproduksi anak
usia dini serta cara mencegah kekerasan seksual pada anak.
2. Memotivasi orangtua untuk menerapkan pengetahuan tentang fungsi dan kesehatan
reproduksi anak usia dini dalam lingkungan keluarga.

Hasil yang diharapkan:


1. Orangtua dapat mengajarkan kepada anak tentang fungsi dan kesehatan reproduksi.
2. Orangtua mengetahui cara mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak.

Durasi:
120 menit.

Bahan dan Alat:

• Kantong Wasiat • Lembar Balik Kesehatan


• Alat Tulis (kertas dan pulpen, Reproduksi Anak Usia Dini
atau kertas plano dan spidol)

Pertemuan 10 253
Tahapan Kegiatan:

I. Pembukaan dan Tinjauan Kembali (10 menit)

I.1 Kader menyambut peserta dengan ramah dan menyapa dengan menyebut nama peserta.

I.2 Kader mengucapkan terima kasih kepada relawan yang sudah mengingatkan kita semua
terkait pertemuan hari ini.

I.3 Kader membuka kegiatan, dengan menyampaikan:


“Bapak/Ibu, terima kasih karena sudah bersedia hadir dalam pertemuan ini. Tujuan dari
pertemuan ini adalah untuk belajar bersama bagaimana cara memperkenalkan kesehatan
alat reproduksi pada anak usia dini”.

I.4 Kader meminta salah seorang peserta untuk memimpin do’a sebelum memulai kegiatan.
Selesai berdo’a kader mengucapkan terima kasih kepada peserta yang telah memimpin
do’a.

I.5 Kader mengajak peserta untuk meninjau kembali apa yang telah dipelajari pada
Pertemuan sebelumnya dengan mengatakan;
”Sebelum kita memulai pertemuan hari ini marilah kita sama-sama mengingat kembali
apa yang telah kita pelajari pada pertemuan sebelumnya dan apa saja yang sudah kita
praktekan di rumah. Siapa yang masih ingat apa yang sudah kita pelajari pada pertemuan
sebelumnya?”.

Catatan bagi kader:


Jika tidak ada yang ingat, kader mengingatkan kembali secara umum apa saja yang
sudah di pelajari pada Pertemuan sebelumnya yaitu:
- Anak akan mengalami kesulitan dalam bersosialisasi jika anak tidak diajarkan oleh
orangtua tentang bagaimana caranya bergaul dan bertingkah laku yang sesuai dengan
norma atau nilai yang dianut keluarga maupun masyarakat.
- Proses belajar anak tidak hanya melalui latihan yang diberikan tetapi juga melalui
meniru tingkah laku orang dewasa atau anak yang lebih besar sehingga orangtua
perlu menjadi teladan bagi anak.
- Keterampilan anak dalam menolong diri sendiri dapat memberikannya rasa percaya
diri dan harga diri. Orangtua harus memberikan kesempatan kepada anak untuk
menolong dirinya sendiri meskipun hasilnya dirasakan kurang maksimal.
- Proses anak dalam menolong dirinya sendiri harus dilakukan secara bertahap dan

254 Pertemuan 10
berkelanjutan agar kemampuan menolong dirinya sendiri menjadi suatu kebiasaan
yang menetap hingga anak besar.

I.6 Kader bertanya siapa yang telah melakukan tugas rumah, khususnya tugas:
Ke-2. Melakukan kegiatan bermain bersama anak melalui permainan sederhana dengan
atau tanpa alat main yang sesuai dengan usia anak.
Ke-3. Mengajarkan anak untuk merapikan mainannya sendiri setelah anak selesai bermain.

Catatan bagi kader:


tugas ke-1 adalah rangsangan (stimulasi) sesuai KKA akan dibahas pada saat pengi
sian KKA).

I.7 Kader meminta beberapa orang peserta yang telah melakukan tugas rumah untuk
menceritakan:
“Bagaimana Bapak/Ibu melakukannya?”.
“Bagaimana tanggapan pasangan (suami/istri) dan anak?”.

I.8 Kader mengucapkan terima kasih kepada peserta telah melakukan tugas rumah dan
memotivasi peserta yang belum melakukan tugas rumah untuk mau melakukannya
sebelum pertemuan berikutnya, karena tugas rumah tersebut membantu peserta untuk
menjadi orangtua yang lebih hebat.

I.9 Ajak peserta untuk melakukan tepuk hebat sebagai bentuk penghargaan bagi peserta
yang telah melakukan tugas rumah.
Kader menyebutkan “Tepuk hebat!”
Kader dan peserta melakukan Tepuk tangan (plok) sebanyak 3x sambil mengatakan “hebat”
(dengan gerakan Ibu jari kanan diacungkan), lalu “ hebat” (dengan gerakan Ibu jari kiri
diacungkan) diulangi sebanyak 3 kali.

Pertemuan 10 255
I.10 Kader mengingatkan tentang KB, dengan bertanya dan menyampaikan hal berikut:
“Apakah Bapak/Ibu sudah ber-KB?”. (Tunggu jawaban peserta, lalu kader menanggapi)

“Terima kasih bagi yang sudah ber-KB. Semoga dapat terus dilakukan, karena ber-KB
membawa banyak manfaat bagi ibu, anak dan keluarga”.

“ Akan lebih baik dan sangat dianjurkan untuk menggunakan cara KB jangka panjang
yaitu sprial/IUD, implan/susuk KB, vasektomi (MOP), dan tubektomi (MOW)”.

“Bapak/Ibu yang belum ber-KB dapat melakukan diskusi dengan bidan untuk mengetahui
metode KB apa yang cocok dan jangka panjang manfaatnya”.

II. Pengenalan Topik (20 menit)

II.1 Kader menanyakan kepada beberapa orang peserta:


“Bagaimana cara ibu/bapak menjaga kesehatan reproduksi (kesehatan kelamin) anak?”.

II.2 Ucapkan terima kasih kepada peserta yang telah menyampaikan pendapatnya, lalu
sampaikan:
“Cara/tips menjaga kesehatan reproduksi yaitu dengan:
• Membasuh alat kelamin dengan air yang bersih setiap habis buang air kecil/besar
• Mengeringkan alat kelamin dengan handuk yang bersih dan kering setelah dibasuh
• Tidak menaburkan bedak pada alat kelamin anak balita
• Membersihkan alat kelamin untuk anak perempuan dari bagian atas ke bawah atau
dari depan ke belakang
• Sesekali menarik kulup/kulit luar alat kelamin anak laki-laki ketika membasuh dengan
air”.

256 Pertemuan 10
III. Kegiatan Inti (60 menit)

III.1 Diskusi Kelompok. Kader membagi peserta menjadi 4 kelompok dengan cara berhitung 1
sampai 4 dan diulang sampai semua peserta mendapat nomor kelompok. Masing-masing
kelompok diminta mendiskusikan hal berikut:

Kelompok 1: a. Ketika anak bertanya tentang alat kelamin, bagaimana sebaiknya


orangtua menjawabnya?
b. Praktekkan, minta anggota kelompok memerankan anak dan
orangtua, lalu mempraktekkan bersama. Anak bertanya dan orangtua
menjawab.
Kelompok 2: a. Bagaimana cara mengajarkan anak untuk menjaga kesehatan
reproduksi?
b. Praktekkan, minta anggota kelompok memerankan anak dan orangtua,
lalu mempraktekkan bersama. Anak bertanya dan orangtua menjawab.

Kelompok 3: Bagaimana cara menghindarkan anak dari dorongan seks dini?

Kelompok 4: Bagaimana mencegah anak dari pelecehan seksual?

Catatan bagi kader:


berikan waktu 15 menit bagi setiap kelompok untuk berdiskusi. Bantu kelompok yang
mengalami kesulitan.

III.2 Kader meminta setiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi.


Kemudian minta kelompok lain sebagai pengamat dan memberikan komentarnya.

III.3 Kader merangkum apa yang disampaikan oleh kelompok dan menyampaikan informasi
yang ada di Lembar Balik Kesehatan Reproduksi Anak Usia Dini.

Pertemuan 10 257
Lembar Balik. Memahami Kesehatan Reproduksi (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Memahami Kesehatan Reproduksi (lembar untuk kader)

258 Pertemuan 10
Lembar Balik. Mengenalkan Alat Reproduksi (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Mengenalkan Alat Reproduksi (lembar untuk kader)

Pertemuan 10 259
Lembar Balik. Menjaga Alat Reproduksi (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Menjaga Alat Reproduksi (lembar untuk kader)

260 Pertemuan 10
Lembar Balik. Mencegah Dorongan Seks Dini (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Mencegah Dorongan Seks Dini (lembar untuk kader

Pertemuan 10 261
Catatan bagi kader:
Jika memungkinkan kader dapat mengajak peserta melihat video tentang pencegahan
kekerasan seksual Kisah si Geni di https://www.youtube.com/watch?v=5eM1U6PXyZk
dan kisah si Aksa di https://www.youtube.com/watch?v=oqNyOoX-4e4

III.4 Kader mengajak peserta untuk berdiri dan menyanyikan lagu “Ini Tubuhku” dengan lirik
sebagai berikut dan dinyanyikan dengan irama lagu “Pelangi-pelangi”.

“Ini Tubuhku” (dinyanyikan dengan irama lagu pelangi-pelangi)


Inilah tubuhku
Kan kujaga slalu
Tak boleh disentuh
Tak boleh diganggu
Hanyalah Ibuku
Dan juga diriku
Yang boleh melihat
Dan boleh nyentuh
Ulangi beberapa kali agar peserta hafal liriknya.

II.5 Kader meminta 3 orang peserta membacakan cara menjawab pertanyaan anak seperti
berikut:

Peserta 1
Pertanyaan anak : “Mengapa buang air kecil anak laki-laki dan perempuan berbeda?”.
Jawaban yang tepat: “Cara buang air kecil anak perempuan dan laki-laki memang berbeda
karena anak perempuan melalui lubang vagina yang ada di antara kedua paha. Sehingga
ketika buang air kecil harus jongkok atau duduk agar air kencingnya tidak membasahi kaki
atau celana/bajunya”.

“Sedangkan anak laki-laki buang air kecil melalui penis, yang akan mudah diatur
mengalirnya jika buang air kecil sambil berdiri”.

Peserta 2
Pertanyaan anak: “Adik bayi datangnya dari mana?”.
Jawaban yang tepat: “Adik bayi bertumbuh dalam rahim ibu karena sel telur dalam rahim
ibu bertemu dengan sel sperma dari ayah” atau adik bayi datang dan tinggal di dalam
perut ibu karena ibu dan bapak saling menyayangi. Lalu adik bayi keluar dari bawah perut.

262 Pertemuan 10
Peserta 3
Pertanyaan anak: “Apa itu menstruasi?”.
Jawaban yang tepat: “Menstruasi atau haid merupakan tanda-tanda anak perempuan
beranjak dewasa. Menstruasi berarti ada darah yang keluar dari vagina Itu adalah hal yang
normal/alamiah dan tidak sakit. Menstruasi juga disebut datang bulan karena biasanya
datang setiap bulan sekali”.

IV. Kesimpulan

IV.1 Kader meminta minimal 3 orang peserta untuk memberikan pendapat tentang:
“Apa yang sudah dipelajari hari ini?”.

IV.2 Kader merangkum semua pendapat peserta dan menyampaikan kesimpulan:

Orangtua tidak boleh menganggap tabu untuk membicarakan tentang kesehatan


reproduksi.

Tips dalam menjawab pertanyaan anak terkait reproduksi:


• Dengarkan dengan cermat setiap pertanyaan yang diajukan anak.
• Jangan abaikan pertanyaan anak.
• Berikan jawaban singkat, jelas dan tidak berbelit-belit.
• Usahakan jawaban yang diberikan sesuai dengan usia dan kebutuhan anak.
• Biasakan menyebut organ tubuh sesuai dengan nama sesungguhnya (vagina,
penis, payudara, rahim, dan sebagainya).

Tips untuk mencegah kekerasan seksual dan dorongan seks dini pada anak:
• Ajarkan anak jenis sentuhan yang baik dan tidak baik, sentuhan baik misalnya
bersalaman, mengusap rambut, sentuhan yang tidak baik misalnya sentuhan di
anggota tubuh yang ditutupi baju, sentuhan pada anggota tubuh dari lutut hingga
bahu, termasuk alat kelamin.
• Ajarkan anak anggota tubuh yang boleh dan tidak boleh dipegang orang selain
orangtua/pengasuh.
• Orangtua tidak melakukan hubungan intim ketika ada anak walaupun anak sedang
tertidur.

Pertemuan 10 263
V. Pengisian KKA (20 menit)

V.1 Para kader membantu peserta untuk mengisi KKA.

Catatan bagi kader:


Jika diantara peserta sudah ada yang cukup mahir dalam mengisi KKA, maka kader
dapat meminta peserta tersebut menjadi relawan pendamping kader selama pengisian
KKA.

V.2 Minta peserta duduk berpasangan di dalam kelompok dan saling membantu mengisi
KKA, misalnya peserta A dan B berpasangan, lalu peserta A mengisi KKA anak peserta B,
dan peserta B mengisi KKA peserta A. Hal ini dilakukan untuk saling belajar mengisi dan
memahami KKA. Pastikan semua peserta paham tujuan saling mengisi KKA.

V.3 Kader memeriksa kembali KKA yang telah diisi oleh peserta. Jika kader menemukan
ada anak yang belum dapat melaksanakan tugas perkembangan tertentu. Maka kader
memberikan tugas rumah kepada orangtua untuk melakukan rangsangan (stimulasi)
kepada anak yang sesuai dengan yang disarankan di KKA. Sampaikan kepada orangtua
dari anak tersebut untuk tidak merasa malu jika anaknya belum mampu melakukan tugas
perkembangan, karena kecepatan perkembangan setiap anak berbeda-beda.

V.4 Jika diperlukan kader dapat melakukan kunjungan rumah kepada anak yang belum dapat
melaksanakan tugas perkembangannya.

V.5 Kader perlu memastikan orangtua telah melakukan tugas rumah untuk melakukan
rangsangan (stimulasi) pada pertemuan sebelumnya. Jika anak masih belum dapat
melakukan tugas perkembangannya meskipun sudah dilakukan rangsangan (stimulasi)
maka sarankan orangtua untuk merujuk (membawa) anak ke Puskesmas terdekat atau
tenaga ahli tumbuh kembang lainnya (dokter, psikolog, tenaga pendidik) agar mendapatkan
bantuan lebih lanjut.

VI. Penyampaian Tugas Rumah (5 menit)

V1.1 Kader mengatakan:


“Bapak/Ibu, kita telah mempelajari hal yang penting hari ini. Bicarakan dan diskusikan
dengan pasangan masing-masing di rumah tentang menjaga kesehatan reproduksi anak
usia dini”.

V1.2 Kader meminta peserta untuk melakukan tugas rumah sebagai berikut di bawah ini,

264 Pertemuan 10
sampaikan juga tugas rumah ini akan ditinjau bersama pada pertemuan berikutnya.

1. Menstimulasi (memberikan rangsangan) perkembangan anak sesuai hasil dari


KKA.
2. Mengajarkan kepada anak jenis sentuhan yang baik dan tidak baik: sentuhan
baik misalnya bersalaman, mengusap rambut, sentuhan yang tidak baik misalnya
sentuhan di anggota tubuh yang ditutupi baju, sentuhan pada anggota tubuh dari
lutut hingga bahu, termasuk alat kelamin. Dan ajarkan anak untuk mau menceritakan
kepada orangtua jika ada yang melakukan sentuhan tidak baik kepada nya.
3. Menyanyikan lagu “Inilah Tubuhku” bersama anak.
4. Menjaga kesehatan reproduksi anak sesuai dengan usia anak, pada anak yang
sudah berusia 1.5 tahun ke atas sudah mulai diajarkan cara untuk menjaga kesehatan
reproduksinya sendiri.

VII. Penutup (5 menit)

VII.1 Kader bertanya tentang rencana pertemuan berikutnya (hari, tanggal, waktu dan tempat
dan meminta relawan dari peserta.

VII.2 Kader mengingatkan tentang KB, dengan menyampaikan hal berikut:

“Bapak/Ibu yang belum ber-KB, ingatlah manfaat KB diantaranya adalah dapat


mengurangi resiko kehamilan pada ibu, yang dikenal dengan 4T”.

“Siapa yang ingat dengan apa itu 4T?”(tunggu jawaban peserta, lalu sampaikan).

• Terlalu muda (usia di bawah 21 tahun).


• Terlalu tua (usia di atas 35 tahun).
• Terlalu sering/dekat (Jarak ideal antar kelahiran anak adalah 3-5 tahun).
• Terlalu banyak (memiliki lebih dari dua orang anak)”.

VII.3 Kader menutup kegiatan

“ Pertemuan hari ini cukup sampai di sini. saya mengucapkan terima kasih atas partisipasi
Bapak dan Ibu untuk bisa bergabung dalam kelompok BKB HI. Mohon maaf apabila dalam
pertemuan ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan”.

VII.4 Minta salah seorang peserta untuk memimpin do’a penutup kegiatan dan menutup
kegiatan dengan melakukan salam KB atau salam BKB atau yel-yel.

Pertemuan 10 265
Pertemuan 11

Perlindungan Anak
“Hormati anak anda! Sering kali orangtua meminta anak untuk
menghormati mereka tanpa menunjukan rasa hormat kepada
anak. Jika anda tidak menghormati anak anda, maka anak
tidak akan menghormati anda!”
-Lyle Perry-

3 Pertemuan 11
Tujuan:
1. Meningkatkan pengetahuan orangtua mengenai hak anak.
2. Meningkatkan pengetahuan orangtua mengenai ancaman bahaya fisik dan non fisik bagi
anak usia dini.
3. Meningkatkan pengetahuan orangtua mengenai jenis-jenis kekerasan dan perlindungan
diri anak usia dini.

Hasil yang diharapkan:


1. Orangtua mencatat kelahiran anak dan membuat akta kelahiran anak
2. Orangtua mengetahui jenis-jenis kekerasan dan perlindungan diri kepada anak
3. Orangtua mengajarkan adanya potensi bahaya kepada anak dan memberitahukan orang
dewasa yang dipercaya untuk menolong anak
4. Orangtua memperkenalkan kegunaan dan bahaya dari benda-benda di sekitar seperti
perabot rumah tangga dan bahan kimia termasuk bahaya listrik
5. Orangtua mengawasi lingkungan pertemanan anak
6. Orangtua mengajarkan anak untuk berani mengatakan “tidak” ketika menghadapi tekanan
dari orang lain
7. Orangtua mengetahui prosedur pelaporan kekerasan terhadap anak

Durasi:
120 menit.

Bahan dan Alat:

• Kantong Wasiat • Lembar Balik Perlindungan Anak


• Alat Tulis (kertas dan pulpen,atau Dari Kekerasan
kertas plano dan spidol) • Buku KIA

Pertemuan 11
269
Tahapan Kegiatan:

I. Pembukaan dan Tinjauan Kembali (10 menit)

I.1 Kader menyambut peserta dengan ramah dan menyapa dengan menyebut nama
peserta.

I.2 Kader mengucapkan terima kasih kepada relawan yang sudah mengingatkan kita semua
terkait pertemuan hari ini.

I.3 Kader membuka kegiatan, dengan menyampaikan:


“Bapak/Ibu, terima kasih karena sudah bersedia hadir dalam pertemuan ini. Tujuan dari
pertemuan ini adalah untuk belajar bersama tentang hak anak, perlindungan pada anak
dan bagaimana anak dapat berpartisipasi dalam hidupnya”.

I.4 Kader meminta salah seorang peserta untuk memimpin do’a sebelum memulai kegiatan
Selesai berdoa kader mengucapkan terima kasih kepada peserta yang telah memimpi doa
.
I.5 Kader mengajak peserta untuk meninjau kembali apa yang telah dipelajari pada
pertemuan sebelumnya dengan mengatakan :
”Sebelum kita memulai pertemuan hari ini marilah kita sama-sama mengingat kembali
apa yang telah kita pelajari pada pertemuan sebelumnya dan apa saja yang sudah
kita praktekkan di rumah. Siapa yang masih ingat apa yang sudah kita pelajari pada
Pertemuan sebelumnya?”.

Catatan bagi kader: Jika tidak ada yang ingat, kader mengingatkan kembali secara
umum apa saja yang sudah di pelajari pada Pertemuan sebelumnya yaitu:
Orangtua tidak boleh menganggap tabu untuk membicarakan tentang kesehatan reproduksi.
Tips dalam menjawab pertanyaan anak terkait reproduksi:
- Dengarkan dengan cermat setiap pertanyaan yang diajukan anak.
- Jangan abaikan pertanyaan anak.
- Berikan jawaban singkat, jelas dan tidak berbelit-belit.
- Usahakan jawaban yang diberikan sesuai dengan usia dan kebutuhan anak.
- Biasakan menyebut organ tubuh sesuai dengan nama sesungguhnya (vagina, penis,
payudara, rahim, dan sebagainya).

Tips untuk mencegah kekerasan seksual dan dorongan seks dini pada anak:
- Ajarkan anak jenis sentuhan yang baik dan tidak baik, sentuhan baik misalnya bersalaman,
mengusap rambut, sentuhan yang tidak baik misalnya sentuhan di anggota tubuh yang ditu
tupi baju, sentuhan pada anggota tubuh dari lutut hingga bahu, termasuk alat kelamin.
- Ajarkan anak anggota tubuh yang boleh dan tidak boleh dipegang orang selain orangtua/
pengasuh.
- Orangtua tidak melakukan hubungan intim ketika ada anak walaupun anak sedang tertidur.

270 Pertemuan 11
I.6 Kader bertanya siapa yang telah melakukan tugas rumah, khususnya tugas:

Ke-2. Mengajarkan kepada anak jenis sentuhan yang baik dan tidak baik. Sentuhan baik
misalnya bersalaman, mengusap rambut, sentuhan yang tidak baik misalnya sentuhan di
anggota tubuh yang ditutupi baju, sentuhan pada anggota tubuh dari lutut hingga bahu,
termasuk alat kelamin. Dan ajarkan anak untuk mau menceritakan kepada orangtua jika
ada yang melakukan sentuhan tidak baik kepada anak.
Ke-3. Menyanyikan lagu “Inilah Tubuhku” bersama anak.
Ke-4 Menjaga kesehatan reproduksi anak sesuai dengan usia anak, pada anak yang
sudah berusia 1.5 tahun ke atas sudah mulai diajarkan cara untuk menjaga kesehatan
reproduksinya sendiri.

Catatan bagi kader: tugas ke-1 adalah rangsangan (stimulasi) sesuai KKA akan
dibahas pada saat pengisian KKA.

I.7 Kader meminta beberapa orang peserta menceritakan bagaimana ia melakukan tugas
rumah
“Bagaimana Bapak/Ibu melakukannya?”.
“Bagaimana tanggapan pasangan (suami/istri) dan anak?”.

I.8 Kader mengingatkan tentang KB, dengan bertanya dan menyampaikan hal berikut:
“Apakah Bapak/Ibu sudah ber-KB?”. (Tunggu jawaban peserta, lalu kader menanggapi)
“Terima kasih bagi yang sudah ber-KB. Semoga dapat terus dilakukan, karena ber-KB
membawa banyak manfaat bagi ibu, anak dan keluarga”.
“ Akan lebih baik dan sangat dianjurkan untuk menggunakan cara KB jangka panjang
yaitu sprial/IUD, implan/susuk KB, vasektomi (MOP), dan tubektomi (MOW)”.
“Bapak/Ibu yang belum ber-KB dapat melakukan diskusi dengan bidan untuk mengetahui
metode KB apa yang cocok dan jangka panjang manfaatnya”.

I.9 Ajak peserta untuk melakukan “tepuk hebat” sebagai bentuk penghargaan bagi peserta
yang telah melakukan tugas rumah.
I.10 Kader mengucapkan terima kasih kepada peserta telah melakukan tugas rumah dan
memotivasi peserta yang belum melakukan tugas rumah untuk mau melakukannya
sebelum pertemuan berikutnya, karena tugas rumah tersebut membantu peserta untuk

Pertemuan 11
271
menjadi orangtua yang lebih hebat.

II. Pengenalan topik (20 menit)

II.1 Kader mengajak peserta untuk melakukan “Tepuk Hak Anak” dengan gerakan. Lirik dan
gerakannya adalah sebagai berikut:
Tepuk hak anak…(tepuk tangan tiga kali)
Hak Hidup… (tangan membentuk segitiga di atas kepala)
Tumbuh Kembang… (tangan melebar ke samping)
Perlindungan… (tangan disilang di depan dada)
Partisipasi… (tangan digerakan untuk mengajak)
Yes…yes..yes… (kedua tangan mengepal)

II.2 Kader memperkenalkan jenis-jenis hak anak dan contohnya sebagai berikut:
“Hak Hidup misalnya:
• Pemeriksaan kesehatan rutin sejak anak dalam kandungan.
• Memberikan makan dan minum yang sehat dan cukup bagi anak”.
“Hak tumbuh kembang misalnya:
• Pemenuhan gizi seimbang (makanan pokok, lauk pauk, buah-buahan, sayuran)
untuk anak.
• Memberikan kesempatan kepada anak untuk mendapatkan pendidikan sesuai
usianya”.
“Hak Perlindungan misalnya:
• Memastikan anak mempunyai akta kelahiran.
• Memastikan anak terhindar dari kekerasan.
• Memastikan lingkungan yang aman di sekitar anak (misalnya bahaya dari benda-
benda di sekitar seperti perabot rumah tangga dan bahan kimia termasuk bahaya
listrik)”.
“Hak Partisipasi misalnya:
• Anak diberikan kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan keluarga dan
kemasyarakatan.
• Anak diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya”.

III. Kegiatan Inti (60 menit )


III.1 Kader memperkenalkan jenis-jenis kekerasan pada anak dan akibatnya menggunakan
lembar balik perlindungan anak.
[ Referensi bacaan: Buku KIA tahun 2015, halaman 85 )

272 Pertemuan 11
Lembar balik. Perlindungan Anak (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Perlindungan Anak (lembar untuk Kader)

Pertemuan 11
273
Lembar balik. Perlindungan Anak (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Perlindungan Anak (lembar untuk Kader)

274 Pertemuan 11
Lembar balik. Perlindungan Anak (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Perlindungan Anak (lembar untuk Kader)

Pertemuan 11
275
Lembar balik. Perlindungan Anak (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Perlindungan Anak (lembar untuk Kader)

276 Pertemuan 11
Lembar balik. Perlindungan Anak (lembar untuk peserta)

Lembar balik. Perlindungan Anak (lembar untuk Kader)

Pertemuan 11
277
III.2 Tayangkan film animasi 2. Menjadi Contoh Bagi Anak Bagian 1. Dampingi Anak saat
Menonton TV. Jika tidak dapat ditayangkan maka gunakan potongan cerita bergambar
berikut untuk menyampaikan cerita kepada peserta:

1. 2.

Pada suatu hari, Rangga Sinetron yang ditonton tersebut


bersama Ibu Asih dan Pak Iman bercerita tentang seorang Bapak
menonton sinetron. yang baru pulang kerja, kemudian
anak perempuannya mengajak
si Bapak bermain, “Pak..ayo main
bola denganku”.

3. 4.

si Bapak menjawab dengan kasar Bu Asih: “kasihan anak itu…”


“Ah..kamu..main sendiri sana”.. Pak Iman: “semoga Bapak tidak
seperti itu ya Bu…”
Rangga terdiam melihat sinetron
tersebut.

5. 6.

Keesokan harinya Rangga Bu Asih: “Rangga..tolong letakan


meletakan mainannya pada tempatnya mainanmu nak..”.
sembarangan. tanpa dibereskan

7. 8.

Rangga menjawab dengan nada


Wajah Bu Asih kaget karena
tinggi “AAh Ibu..Aku lagi capek,
mendengar Rangga bicara kasar
ibu saja yang bereskan”. (Rangga
seperti itu
mingikuti gaya di sinetron).

278 Pertemuan 11
III.3 Kader bertanya pada peserta apa yang dilihat pada film tersebut, lalu tanyakan:
“Sikap tokoh Papa dalam sinetron tersebut termasuk contoh kekerasan apa?”.

III.4 Dengarkan pendapat beberapa orang peserta, lalu simpulkan:

“Sikap tokoh Papa dalam sinetron adalah termasuk kekerasan emosional/psikologis,


karena membentak anak dapat melukai perasaan anak bahkan dapat merusak sel-sel
otak anak”.

“Tanpa sadar kita sebagai orangtua mungkin sering membentak anak, dengan tujuan
agar anak patuh, tapi yang terjadi malah anak merasa sedih, takut bahkan bisa melawan
apa yang dikatakan orangtua. Kekerasan tidak pernah menyelesaikan masalah, justru
menambah masalah baru yang berdampak buruk terhadap anak”.

III.5 Diskusi Kelompok. Kader membagi peserta ke dalam 4 kelompok. Masing-masing


kelompok mendiskusikan:

Kelompok 1:
Apa yang harus dilakukan orangtua untuk menghindari melakukan kekerasan pada anak:
pengabaian/penelantaran, kekerasan fisik, kekerasan emosional, kekerasan seksual
terhadap anak?

Kelompok 2:
Apa yang harus dilakukan jika mengetahui ada anak yang terlantar, mengalami kekerasan
fisik, emosional dan kekerasan seksual di lingkungan tempat tinggal?

Kelompok 3:
Apa saja benda-benda berbahaya atau kondisi berbahaya yang ada di rumah yang perlu
dijelaskan kepada anak bahwa benda atau kondisi tersebut berbahaya?

Kelompok 4:
Apa yang harus dilakukan orangtua dan masyarakat untuk membuat lingkungan aman
dari kekerasan pada anak?

Pertemuan 11
279
III.6 Kader meminta setiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi. Kemudian minta
kelompok
lain sebagai pengamat dan memberikan komentarnya.

Catatan bagi kader: Berikan waktu 20 menit untuk diskusi kelompok, lalu 5 menit bagi
setiap kelompok untuk presentasi hasil diskusi. Berikut ini merupakan contoh jawaban
hasil diskusi.

Kelompok 1:
Apa yang harus dilakukan orangtua untuk:
Menghindari pengabaian/penelantaran terhadap anak?
senantiasa memberikan perhatian kepada anak, memperhatikan kebutuhan fisik anak
(makan, tempat tinggal, sarana bermain) dan kebutuhan mental anak (memberikan
pelukan, kata-kata positif dan penuh kasih sayang).

Menghindari melakukan kekerasan fisik pada anak?


memperbanyak sabar, menggunakan disiplin positif dalam mengatasi perilaku anak
(dengan mebuat aturan bersama anak, menjalan peraturan yang dibuat bersama,
perkataan positif dalam menyelesaikan masalah dengan anak), selalu mengingat dampak
buruk dari kekerasan fisik pada anak.

Menghindari anak dari pelecehan emosional seperti penghinaan dari temannya atau dari
anggota keluarga lainnya?.
mengajarkan anak untuk berani mengatakan “tidak” kepada orang yang menghina atau
melecehkannya, tumbuhkan rasa percaya diri pada anak dengan memuji hal baik yang
ada pada anak, ajarkan anak untuk selalu bercerita tentang kegiatannya sehari-hari.

Menghindari anak dari pelecehan seksual?.


Ajarkan anak jenis sentuhan yang baik dan tidak baik, sentuhan baik misalnya
bersalaman, mengusap rambut, sentuhan yang tidak baik misalnya sentuhan di anggota
tubuh yang ditutupi baju, sentuhan pada anggota tubuh dari lutut hingga bahu, termasuk
alat kelamin.Ajarkan anak anggota tubuh yang boleh dan tidak boleh dipegang orang
selain orang tua/pengasuh.

280 Pertemuan 11
Kelompok 2:
melindungi identitas dan diri anak yang menjadi korban, menenangkan keluarga/
orangtua anak yang menjadi korban, melaporkan kepada pihak berwajib.

memastikan luka fisik anak bisa segera diatasi.

menenangkan jiwa anak yang menjadi korban, menginformasikan kepada orangtua


anak yang menjadi korban (jika bukan orangtuanya sebagai pelaku), jika orangtua sebagai
pelaku maka segera laporkan pada pihak berwajib.

Kelompok 3:
Apa saja benda-benda berbahaya atau kondisi berbahaya yang ada di rumah yang perlu
dijelaskan kepada anak bahwa benda atau kondisi tersebut berbahaya?

- Benda berbahaya: Alat listrik, stop kontak, air panas, benda tajam, bahan kimia, benda
mudah pecah, dan lainnya.
- Kondisi berbahaya: sumur berdinding rendah, jurang, sungai, lubang di pekarangan,
dan lainnya.
Jelaskan kepada kenapa benda dan kondisi tersebut berbahaya bagi anak, sehingga anak
mengerti kenapa ia harus menghindari benda dan kondisi tersebut.

Kelompok 4:
Apa yang harus dilakukan orangtua dan masyarakat untuk membuat lingkungan aman
dari kekerasan pada anak?
mengawasi kegiatan anak-anak di lingkungan tempat tinggal, memastikan selalu ada
orang dewasa/orangtua yang mendampingi anak-anak saat bermain, membuat aturan di
masyarakat tentang pencegahan kekerasan terhadap anak.

III.7 Minta 3 orang peserta untuk membacakan/menyampaikan informasi tentang pencegahan


kekerasan pada anak serta tindakan yang harus dilakukan jika mengetahui terjadi
kekerasan seperti yang ada di Buku KIA tahun 2015 halaman 84-87, jika tidak ada Buku
KIA, maka bisa menyampaikan informasi berikut:

Pertemuan 11
281
(sumber: Buku KIA tahun 2015 halaman 84. Materi Perlindungan Anak. Mengapa Anak
Harus DIlindungi)

282 Pertemuan 11
(sumber: Buku KIA tahun 2015 halaman 85. Melindungi Anak dari Kekerasan Seksual)

Pertemuan 11
283
(sumber: Buku KIA tahun 2015 halaman 87. Undang-undang Perlindungan Anak)

284 Pertemuan 11
(sumber: Buku KIA tahun 2015 halaman 87. Undang-undang Perlindungan Anak)

Pertemuan 11
285
(sumber: Buku KIA tahun 2015 halaman 87. Undang-undang Perlindungan Anak)

IV. Kesimpulan (10 menit)

IV.1 Kader meminta minimal 3 orang peserta untuk memberikan pendapat tentang:

“Apa yang sudah dipelajari hari ini?”. (Tunggu jawaban peserta, dorong peserta untuk
mau menyampaikan pendapatnya).

286 Pertemuan 11
IV.2 Kader merangkum semua pendapat peserta. Dan menyampaikan kesimpulan:
• Ada 4 hak anak, hak hidup, hak tumbuh kembang, hak perlindungan dan hak partisipasi,
hak anak dilindungi oleh Undang-Undang, orangtua berkewajiban memenuhi hak
anak.
• Ada 4 jenis kekerasan pada anak yaitu; kekerasan fisik, pelecehan emosional/
psikologis, pelecehan seksual, pengabaian/penelantaran. Kekerasan pada anak akan
berakibat buruk, bisa melukai fisik anak bahkan hingga kematian dan mengganggu
perkembangan jiwa anak.
• Semua anak di Indonesia dilindungi oleh Undang-Undang nomor 35 tahun 2014
tentang Perlindungan Anak, sehingga siapapun yang melakukan kekerasan pada anak,
termasuk orangtua anak sendiri, akan berhadapan dengan hukum dengan ancaman
pidana/kurungan (pasal 77 b UU no.35 tahun 2014).

V. Pengisian KKA (20 menit)


V.1 Para kader membantu peserta untuk mengisi KKA.

Catatan bagi kader: Jika diantara peserta sudah ada yang cukup mahir dalam mengisi
KKA, maka kader dapat meminta peserta tersebut menjadi relawan pendamping kader
selama pengisian KKA.

V.2 Minta peserta duduk berpasangan dan saling membantu mengisi KKA, misalnya peserta
A dan B berpasangan, lalu peserta A mengisi KKA anak peserta B, dan peserta B mengisi
KKA peserta A. Hal ini dilakukan untuk saling belajar mengisi dan memahami KKA. Pastikan
semua peserta paham tujuan saling mengisi KKA.
V.3 Kader memeriksa kembali KKA yang telah diisi oleh peserta. Jika kader menemukan ada
anak yang belum dapat melaksanakan tugas perkembangan tertentu. Maka kader
memberikan tugas rumah kepada orangtua untuk melakukan rangsangan (stimulasi)
kepada anak yang sesuai dengan yang disarankan di KKA. Sampaikan kepada orangtua
dari anak tersebut untuk tidak merasa malu jika anaknya belum mampu melakukan
tugas perkembangan, karena kecepatan perkembangan setiap anak berbeda-beda.
V.4 Jika diperlukan kader dapat melakukan kunjungan rumah kepada anak yang belum dapat
melaksanakan tugas perkembangannya.
V.5 Kader perlu memastikan orangtua telah melakukan tugas rumah untuk melakukan
rangsangan (stimulasi) pada pertemuan sebelumnya. Jika anak masih belum dapat
melakukan tugas perkembangannya meskipun sudah dilakukan rangsangan (stimulasi)
maka sarankan orangtua untuk merujuk (membawa) anak ke Puskesmas terdekat atau
tenaga ahli tumbuh kembang lainnya (dokter, psikolog, tenaga pendidik) agar mendapatkan
bantuan lebih lanjut.

VI. Penyampaian Tugas Rumah (5 menit)

VI.1 Kader mengatakan:


“Bapak/Ibu, kita telah mempelajari hal yang penting hari ini. Bicarakan dan diskusikan dengan
pasangan masing-masing di rumah tentang perlindungan dan partisipasi anak usia dini”.

Pertemuan 11
287
VI.2 Kader meminta peserta untuk melakukan tugas rumah sebagai berikut di bawah ini,
sampaikan juga tugas rumah ini akan ditinjau bersama pada pertemuan berikutnya.

1. Menstimulasi (memberikan rangsangan) perkembangan anak sesuai hasil dari


KKA.
2. Menahan diri untuk tidak melakukan kekerasan emosional (membentak, memarahi,
mencela) dan tidak melakukan kekerasan fisik (mencubit, memukul, menjewer, dan
lainnya) kepada anak.
3. Memeluk anak selama 10 hitungan atau sampai anak ingin melepaskan pelukan di
lakukan setiap hari.
4. Menginformasikan kepada anak benda dan kondisi berbahaya yang ada di rumah.

VII. Penutup (5 menit)

VII.1 Kader bertanya tentang rencana pertemuan berikutnya (hari, tanggal, waktu dan tempat).
dan meminta relawan dari peserta.

“Siapa yang yang akan secara sukarela menjadi relawan untuk membantu kader di
pertemuan selanjutnya?”.

Relawan akan membantu mengingatkan peserta lainnya untuk hadir pada pertemuan
selanjutnya dan membantu pelaksanaan kegiatan pada pertemuan selanjutnya, misalnya
membantu saat diskusi kelompok.

VII.2 Kader mengingatkan tentang KB, dengan menyampaikan hal berikut:

“Bapak/Ibu yang belum ber-KB, ingatlah manfaat KB diantaranya adalah dapat


mengurangi resiko kehamilan pada ibu, yang dikenal dengan 4T”.

“Siapa yang ingat dengan apa itu 4T?”(tunggu jawaban peserta, lalu sampaikan).

• Terlalu muda (usia di bawah 21 tahun).


• Terlalu tua (usia di atas 35 tahun).
• Terlalu sering/dekat (Jarak ideal antar kelahiran anak adalah 3-5 tahun).
• Terlalu banyak (memiliki lebih dari dua orang anak)”.

288 Pertemuan 11
VII.3 Kader mengatakan;

“ Pertemuan hari ini cukup sampai di sini. saya mengucapkan terima kasih atas partisipasi
Bapak dan Ibu untuk bisa bergabung dalam kelompok BKB HI. Mohon maaf apabila dalam
pertemuan ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan”.

VII.4 Minta salah seorang peserta untuk memimpin do’a penutup kegiatan dan menutup
kegiatan dengan melakukan salam KB atau salam BKB atau yel-yel.

Pertemuan 11
289
Pertemuan 12

Menjaga Anak dari Pengaruh Media


“Keluarga adalah garda terdepan dari melindungi
anak-anak dari pengaruh negatif”
-Arist Merdeka Sirait-

3 Pertemuan 12
Sebelum memulai pertemuan ini, sebaiknya kader telah mencari tahu media apa saja yang
banyak digunakan oleh anak dan keluarga kelompok BKB.

Tujuan:

1. Memberikan pengetahuan kepada orang tua tentang dampak positif dan negatif dari
teknologi terhadap anak.
2. Memberikan keterampilan kepada orang tua untuk menggunakan teknologi secara bijak.
.
Hasil yang diharapkan:

1. Orangtua memiliki kesadaran untuk bijak menggunakan media elektronik di rumah.


2. Orangtua mengawasi dan membatasi anak dalam menggunakan media teknologi TV,
internet, games dan media sosial.

Durasi:

120 menit.

Bahan dan Alat:

• Kantong Wasiat
• Alat Tulis (kertas dan pulpen, atau kertas • Lembar Balik Pengaruh Media
plano dan spidol) • Buku 3 Menjadi Orangtua
• Film Animasi 2. Menjadi Contoh Bagi Hebat (sebagai bahan bacaan
Anak kader)

Pertemuan 12 293
Tahapan Kegiatan:

I. Pembukaan dan Tinjauan Kembali (10 menit)


I.1 Kader menyambut peserta dengan ramah dan menyapa dengan menyebut nama
peserta.
I.2 Kader mengucapkan terima kasih kepada relawan yang sudah mengingatkan kita semua
terkait pertemuan hari ini.
I.3 Kader membuka kegiatan, dengan menyampaikan:
“Bapak/Ibu, terima kasih karena sudah bersedia hadir dalam pertemuan ini. Tujuan dari
pertemuan ini adalah untuk belajar bersama tentang cara menjaga anak dari pengaruh
media teknologi”.
I.4 Kader meminta salah seorang peserta untuk memimpin do’a sebelum memulai kegiatan
Selesai berdo’a kader mengucapkan terima kasih kepada peserta yang telah memimpin
do’a.
I.5 Kader mengajak peserta untuk meninjau kembali apa yang telah dipelajari pada
pertemuan sebelumnya dengan mengatakan;
”Sebelum kita memulai pertemuan hari ini marilah kita sama-sama mengingat kembali
apa yang telah kita pelajari pada pertemuan sebelumnya dan apa saja yang sudah kita
praktekan di rumah. Siapa yang masih ingat apa yang sudah kita pelajari pada pertemuan
sebelumnya?”.

Catatan bagi kader:


Jika tidak ada yang ingat, kader mengingatkan kembali secara umum apa saja yang
sudah di pelajari pada Pertemuan sebelumnya yaitu:

• Ada 4 hak anak, hak hidup, hak tumbuh kembang, hak perlindungan dan hak
partisipasi, hak anak dilindungi oleh Undang-Undang, orangtua berkewajiban
memenuhi hak anak.
• Ada 4 jenis kekerasan pada anak yaitu; kekerasan fisik, pelecehan emosional/
psikologis, pelecehan seksual, pengabaian/penelantaran. Kekerasan pada
anak akan berakibat buruk, bisa melukai fisik anak bahkan hingga kematian dan
mengganggu perkembangan jiwa anak.

294 Pertemuan 12
I.6 Kader bertanya siapa yang telah melakukan tugas rumah, khususnya tugas:
Ke-2. Menahan diri untuk tidak melakukan kekerasan emosional (membentak, memarahi,
mencela) dan tidak melakukan kekerasan fisik (mencubit, memukul, menjewer, dan lainya)
kepada anak
Ke- 3. Memeluk anak selama 10 hitungan atau sampai anak ingin melepaskan pelukan di
lakukan setiap hari.
Ke- 4. Menginformasikan kepada anak tentang benda dan kondisi berbahaya yang ada di
rumah.

Catatan bagi kader:


tugas ke-1 adalah rangsangan (stimulasi) sesuai KKA akan dibahas pada saat pengisian
KKA).

I.7 Kader meminta beberapa orang peserta menceritakan bagaimana ia melakukan tugas
rumah :
“Bagaimana Bapak/Ibu melakukannya?”.
“Bagaimana tanggapan pasangan (suami/istri) dan anak?”.

I.8 Kader mengingatkan tentang KB, dengan bertanya dan menyampaikan hal berikut:

“Apakah Bapak/Ibu sudah ber-KB?”. (Tunggu jawaban peserta, lalu kader menanggapi)

“Terima kasih bagi yang sudah ber-KB. Semoga dapat terus dilakukan, karena ber-KB
membawa banyak manfaat bagi ibu, anak dan keluarga”.

“ Akan lebih baik dan sangat dianjurkan untuk menggunakan cara KB jangka panjang
yaitu sprial/IUD, implan/susuk KB, vasektomi (MOP), dan tubektomi (MOW)”.

“Bapak/Ibu yang belum ber-KB dapat melakukan diskusi dengan bidan untuk mengetahui
metode KB apa yang cocok dan jangka pangjang manfaatnya”.

I.9 Ajak peserta untuk melakukan “tepuk hebat” sebagai bentuk penghargaan bagi peserta
yang telah melakukan tugas rumah.

I.10 Kader mengucapkan terima kasih kepada peserta telah melakukan tugas rumah dan
memotivasi peserta yang belum melakukan tugas rumah untuk mau melakukannya
sebelum pertemuan berikutnya, karena tugas rumah tersebut membantu peserta untuk
menjadi orangtua yang lebih hebat.

Pertemuan 12 295
II. Pengenalan topik (10 menit)

II.1 Tanyakan pada peserta:


“Media teknologi/alat komunikasi apa saja yang Bapak/Ibu ketahui?”

II.2 Dengarkan jawaban peserta secara umum . Setelah itu, kader menanyakan kembali
pertanyaan berikut:
“Tayangan televisi apa saja yang sering ditonton bersama keluarga di rumah?”.

“Berapa lama waktu yang digunakan untuk menonton televisi?”.

“Apakah orangtua mengetahui jenis-jenis games elektronik (melalui telepon genggam/


media games elektronik lainnya)?”.

“Seberapa sering orangtua mengakses internet/media social (facebook, dll)?”.

“Apakah anak diperbolehkan mengakses internet?”.

II.3 Kader mendengar jawaban orangtua tanpa memberikan komentar. Jika sudah tidak ada
lagi peserta yang menanggapi, kader mengantar ke Pertemuan diskusi dengan menga
takan:
“Baik Bapak/Ibu, penggunaan media elektronik mempunyai sisi positif dan negatif,kita
akan mendiskusikan lebih lanjut setelah melihat tanyangan tentang Rangga berikut”.

III. Kegiatan Inti (60 menit)


III.1 Kader menayangkan film animasi 2. Menjadi Contoh Bagi Anak, Bagian 1. Mendampingi
Anak Menonton TV. Jika film tidak dapat ditayangkan maka kader dapat menceritakan
sesuai dengan cerita di bawah:

1. 2.

Pada suatu hari, Rangga bersama Sinetron yang ditonton tersebut


Ibu Asih dan Pak Iman menonton bercerita tentang seorang Bapak
sinetron. yang baru pulang kerja, kemudian
anak perempuannya mengajak si
Bapak bermain, “Pak..ayo main bola
denganku”.

296 Pertemuan 12
3. 4.

si Bapak menjawab dengan kasar Bu Asih: “kasihan anak itu…”


“Ah..kamu..main sendiri sana”.. Pak Iman: “semoga Bapak tidak
seperti itu ya Bu…”
Rangga terdiam melihat sinetron
tersebut.

5. 6.

Keesokan harinya Rangga meletakan Bu Asih: “Rangga..tolong letakan pada


mainannya sembarangan. tanpa tempatnya mainanmu nak..”.
dibereskan

7. 8.

Wajah Bu Asih kaget karena Rangga menjawab dengan nada


mendengar Rangga bicara kasar tinggi “AAh Ibu..Aku lagi capek,
seperti itu ibu saja yang bereskan”. (Rangga
mingikuti gaya di sinetron).

III.2 Diskusi berpasangan Peserta diminta untuk berpasangan mencari teman diskusi masing-
masing.Lalumendiskusikan:
“Apa yang sebaiknya dilakukan Bu Asih dan Pak Iman untuk mengatasi hal tersebut dan
untuk menghindari agar tidak terjadi lagi”.

III.3 Kader meminta beberapa orang peserta untuk menyampaikan pendapatnya.

Pertemuan 12 297
III.4 Kader menayangkan lagi lanjutan film tersebut yaitu film animasi 2. Menjadi Contoh Bagi
Anak, Bagian 2. Menanamkan Kebiasaan Baik Pada Anak. Jika tidak dapat menayangkan
film maka bacakan cerita sebagai berikut:

1. 2.

Bu Asih mematikan televisi Bu Asih (dengan nada tenang) ;”Rangga


Ibu Sedih kalau Rangga berbicara kasar
seperti itu, karena bicara kasar seperti
itu tidak sopan”

3. 4.

Dengan wajah kesal dan sedih Rangga Pak Iman datang menghampiri Rangga
menjawab “Aku lihat dari film kemarin dan Bu Asih, Pak Iman duduk disamping
yang kita tonton “ Rangga, sambil memeluk pundak
Rangga,

5. 6.

Pak Iman: “Rangga kan anak yang Penutup : Pak iman dan Bu Asih
bertanggung jawab, kamu harus membantu membereskan mainan
bertanggung jawab menyimpan sendiri bersama-sama dengan info grafis
barang-barangmu nak” pesan :
“Batasi tontonan anak, pilih tayangan
yang cocok untuk anak Batasan/
larangan yang diberikan pada anak
harus disertai dengan apa yang boleh ia
lakukan”.

298 Pertemuan 12
III.5 Kader menyampaikan kesimpulan dari cerita/film tersebut sebagai berikut:
“Setelah kejadian tersebut Bu Asih dan Pak Iman menyadari dampak buruk dari tayangan
televisi, dan akhirnya memutuskan untuk tidak menonton sinetron lagi saat ada Rangga”.

III.6 Lakukan penyegaran suasana, bisa melihat pada lampiran yang ada di buku panduan
atau lakukan salam BKB atau yel-yel.

III.7 Diskusi Kelompok. Kader meminta peserta untuk membentuk 4 kelompok. Masing-
masing kelompok diberi waktu 15 menit untuk mendiskusikan pengaruh positif dan
negatifnya:

No Media Dampak/ Dampak/


Pengaruh Positif Pengaruh
Negatf
Kelompok 1 Televisi

Kelompok 2 Telepon genggam (termasuk akses


internet dan sosial media dengan
menggunakan telepon genggam)
Kelompok 3 Permainan elektronik (play station,
ding dong, video games, dan lainnya)

Kelompok 4 Komputer atau laptop (termasuk


akses internet, sosial media dengan
menggunakan komputer)

III.8 Setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya dan kader mempersilahkan kelompok
lain menanggapi atau menambahkan hasil presentasi.
III.9 Kader mengajak peserta untuk menyepakati waktu penggunaan media elektronik yang
sesuai dengan menyampaikan:

“Bapak/Ibu kita sudah sama-sama berdiskusi dampak baik/positif dan dampak


buruk/negatif dari masing-masing media yang sering kita gunakan, oleh karena itu kita
perlu menggunakan media dengan bijak”.

“Bagaimana jika kita menyepakati waktu yang tepat untuk penggunaan media, khususnya
bagi anak-anak?”.
“Ada yang ingin memberikan saran terkait hal ini? Seperti apa sebaiknya kita menggunakan
media dengan bijak?”.

Pertemuan 12 299
III.10 Dengarkan pendapat beberapa orang peserta, ucapkan terima kasih.

III.11 Sampaikan informasi seperti yang ada pada Lembar Balik Menjaga Anak dari Pengaruh
Media.

Lembar Balik. Menjaga anak dari pengaruh media (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Menjaga anak dari pengaruh media (lembar untuk kader)

300 Pertemuan 12
Lembar Balik. Dampak Televisi (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Dampak Televisi (lembar untuk kader)

Pertemuan 12 301
Lembar Balik. Mencegah Dampak Negatif Televisi (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Mencegah Dampak Negatif Televisi (lembar untuk kader)

302 Pertemuan 12
Lembar Balik. Dampak Games (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Dampak Games (lembar untuk kader)

Pertemuan 12 303
Lembar Balik. Mencegah Dampak Negatif Games (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Mencegah Dampak Negatif Games (lembar untuk kader)

304 Pertemuan 12
Lembar Balik. Dampak Media Sosial (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Dampak Media Sosial (lembar untuk kader)

Pertemuan 12 305
Lembar Balik. Mencegah Dampak Negatif Media Sosial (lembar untuk peserta)

Lembar Balik. Mencegah Dampak Negatif Media Sosial (lembar untuk peserta)

306 Pertemuan 12
IV. Kesimpulan (10 menit)

IV.1 Kader meminta minimal 3 orang peserta untuk memberikan pendapat tentang:
“Apa yang sudah dipelajari hari ini?”.

IV.2 Kader merangkum semua pendapat peserta. Dan menyampaikan kesimpulan:


Untuk menjaga anak dari pengaruh media, orangtua perlu menyepakati:
• Kapan dan berapa lama media tersebut boleh digunakan oleh anak
• Jenis tayangan/permainan/informasi yang boleh ditonton/dimainkan/dilihat oleh anak
• Orangtua mendampingi anak saat menonton tayangan televisi.
• Meletakkan komputer/media video games di ruang keluarga agar mudah dalam
pengawasan.
• Tidak menerima permintaan pertemanan dari orang yang tidak/baru dikenal di media
sosial (Facebook, Twitter, youtube, dll).
• Membatasi penggunaan gawai (gadget) dengan mengalihkan pada kegiatan lain
bersama orangtua disertai contoh :membaca buku bersama, diskusi tentang kegiatan
anak pada hari itu, dsb.

• Orangtua menjadi contoh bagi anak dalam pengguaan elektronik secara bijak.

V. Pengisian KKA (20 menit)

V.1 Para kader membantu peserta untuk mengisi KKA.

Catatan bagi kader:


Jika diantara peserta sudah ada yang cukup mahir dalam mengisi KKA, maka kader
dapat meminta peserta tersebut menjadi relawan pendamping kader selama pengisian KKA.

V.2 Minta peserta duduk berpasangan dan saling membantu mengisi KKA, misalnya peserta
A dan B berpasangan, lalu peserta A mengisi KKA anak peserta B, dan peserta B mengisi
KKA peserta A. Hal ini dilakukan untuk saling belajar mengisi dan memahami KKA. Pastikan
semua peserta paham tujuan saling mengisi KKA.

V.3 Kader memeriksa kembali KKA yang telah diisi oleh peserta. Jika kader menemukan ada
anak yang belum dapat melaksanakan tugas perkembangan tertentu. Maka kader
memberikan tugas rumah kepada orangtua untuk melakukan rangsangan (stimulasi)
kepada anak yang sesuai dengan yang disarankan di KKA. Sampaikan kepada orangtua
dari anak tersebut untuk tidak merasa malu jika anaknya belum mampu melakukan
tugas perkembangan, karena kecepatan perkembangan setiap anak berbeda-beda.

Pertemuan 12 307
V.4 Jika diperlukan kader dapat melakukan kunjungan rumah kepada anak yang belum dapat
melaksanakan tugas perkembangannya.

V.5 Kader perlu memastikan orangtua telah melakukan tugas rumah untuk melakukan
rangsangan (stimulasi) pada pertemuan sebelumnya. Jika anak masih belum dapat
melakukan tugas perkembangannya meskipun sudah dilakukan rangsangan (stimulasi)
maka sarankan orangtua untuk merujuk (membawa) anak ke Puskesmas terdekat atau
tenaga ahli tumbuh kembang lainnya (dokter, psikolog, tenaga pendidik) agar mendapatkan
bantuan lebih lanjut.

VI. Penyampaian Tugas Rumah (5 menit)

VI.1 Kader mengatakan:


“Bapak/Ibu, kita telah mempelajari hal yang penting hari ini. Bicarakan dan diskusikan
dengan pasangan masing-masing di rumah tentang menjaga anak dari pengaruh media”.

VI.2 Kader meminta peserta untuk melakukan tugas rumah sebagai berikut di bawah ini,
sampaikan juga tugas rumah ini akan ditinjau bersama pada pertemuan berikutnya.
1. Menstimulasi (memberikan rangsangan) perkembangan anak sesuai hasil dari KKA.
2. Menyepakati dengan anak dan pasangan (suami/istri), waktu penggunaan media
dan jenis tayangan/games yang boleh ditonton/dimainkan anak.
3. Menghindari menonton tayangan yang tidak tepat bagi anak saat ada anak.
4. Menghindari menggunakan media sosial (facebook,chatting, dan lainnya) saat
sedang menemani anak.

VII. Penutup (5 menit)

VII.1 Kader bertanya tentang rencana pertemuan berikutnya (hari, tanggal, waktu dan tepat)
dan meminta relawan dari peserta.
“Siapa yang yang akan secara sukarela menjadi relawan untuk membantu kader di
pertemuan selanjutnya?”.

Relawan akan membantu mengingatkan peserta lainnya untuk hadir pada pertemuan
selanjutnya.

308 Pertemuan 12
VII.2 Kader mengingatkan tentang KB, dengan menyampaikan hal berikut: “Bapak/Ibu yang
belum ber-KB, ingatlah manfaat KB diantaranya adalah dapat mengurangi resiko kehamilan
pada ibu, yang dikenal dengan 4T”.
“Siapa yang ingat dengan apa itu 4T?”
(tunggu jawaban peserta, lalu sampaikan).

• Terlalu muda (usia di bawah 21 tahun).


• Terlalu tua (usia di atas 35 tahun).
• Terlalu sering/dekat (Jarak ideal antar kelahiran anak adalah 3-5 tahun).
• Terlalu banyak (memiliki lebih dari dua orang anak)”.

VII.3 Kader mengatakan;


“ Pertemuan hari ini cukup sampai di sini. saya mengucapkan terima kasih atas partisipasi
Bapak dan Ibu untuk bisa bergabung dalam kelompok BKB HI. Mohon maaf apabila dalam
pertemuan ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan”.

VII.4 Minta salah seorang peserta untuk memimpin do’a penutup kegiatan dan menutup
kegiatan dengan melakukan salam KB atau salam BKB atau yel-yel.

Pertemuan 12 309
Pertemuan 13

Pembentukan Karakter Anak Usia Dini


Pengasuhan:
Aturan tanpa Kedekatan hubungan dengan anak = Perlawanan

Kedekatan hubungan dengan anak tanpa Aturan = Pertengkaran

Kedekatan hubungan dengan anak + Aturan =


Rasa Hormat + Tanggung Jawab

33 Pertemuan 13
Tujuan:
• Meningkatkan pemahaman orangtua dalam membentuk karakter positif pada anak.
• Membentuk sikap orangtua agar dapat menjadi contoh yang baik bagi anak.

Hasil yang diharapkan:


1. Orangtua menanamkan konsep diri yang positif pada anak.
2. Orangtua memiliki fungsi pengawasan terhadap anak.
3. Orangtua mengenali karakter positif yang ada pada anaknya.
4. Orangtua mengajarkan kepada anak untuk patuh pada peraturan.

Durasi:
120 menit.

Bahan dan Alat:

• Kantong Wasiat • Buku 3 Menjadi Orangtua Hebat


• Alat Tulis (kertas dan pulpen, atau (sebagai bahan bacaan kader)
kertas plano dan spidol) • Film Animasi Cerita 2. Menjadi Contoh
Bagi Anak

Pertemuan 13
313
Tahapan Kegiatan:

I. Pembukaan dan Tinjauan Kembali (10 menit)

I.1 Kader menyambut peserta dengan ramah dan menyapa dengan menyebut nama
peserta.
I.2 Kader mengucapkan terima kasih kepada relawan yang sudah mengingatkan kita semua
terkait pertemuan hari ini.
I.3 Kader membuka kegiatan, dengan menyampaikan:
“Bapak/Ibu, terima kasih karena sudah bersedia hadir dalam pertemuan ini. Tujuan dari
pertemuan ini adalah untuk belajar bersama tentang cara membentuk karakter anak usia
dini”.
I.4 Kader meminta salah seorang peserta untuk memimpin do’a sebelum memulai kegiatan.
Selesai berdo’a kader mengucapkan terima kasih kepada peserta yang telah memimpin
do’a.
I.5 Kader mengajak peserta untuk meninjau kembali apa yang telah dipelajari pada
pertemuan sebelumnya dengan mengatakan;
”Sebelum kita memulai pertemuan hari ini marilah kita sama-sama mengingat kembali
apa yang telah kita pelajari pada pertemuan sebelumnya dan apa saja yang sudah kita
praktekkan di rumah. Siapa yang masih ingat apa yang sudah kita pelajari pada pertemuan
sebelumnya?”.

Catatan bagi kader: Jika tidak ada yang ingat, kader mengingatkan kembali
secara umum apa saja yang sudah di pelajari pada pertemuan sebelumnya
yaitu: Untuk menjaga anak dari pengaruh media, orangtua perlu menyepakati:
- Kapan dan berapa lama media tersebut boleh digunakan oleh anak
- Jenis tayangan/permainan/informasi yang boleh ditonton/dimainkan/
dilihat oleh anak
- Orangtua mendampingi anak saat menonton tayangan televisi.
- Meletakkan computer/media video games di ruang keluarga agar mudah
dalam pengawasan.
- Tidak menerima permintaan pertemanan dari orang yang tidak/baru
dikenal di media sosial (Facebook, Twitter, youtube, dll).
- Membatasi penggunaan gadget dengan mengalihkan pada kegiatan lain
bersama orangtua disertai contoh…..
- Orangtua menjadi contoh bagi anak dalam pengguaan elektronik secara
bijak.

314 Pertemuan 13
I.6 Kader bertanya siapa yang telah melakukan tugas rumah, khususnya tugas:
Ke-2. Menyepakati dengan anak dan pasangan (suami/istri), waktu penggunaan media
dan jenis tayangan/games yang boleh ditonton/dimainkan anak.
Ke-3. Menghindari menonton tayangan yang tidak tepat bagi anak saat ada anak.
Ke-4. Menghindari menggunakan media sosial (facebook,chatting, dan lainnya) saat
sedang menemani anak.

Catatan bagi kader: tugas ke-1 adalah rangsangan (stimulasi) sesuai KKA akan dibahas
pada saat pengisian KKA).

I.7 Kader meminta beberapa orang peserta menceritakan bagaimana ia melakukan tugas
rumah untuk:
“Bagaimana Bapak/Ibu melakukannya?”.
“Bagaimana tanggapan pasangan (suami/istri) dan anak?”.

I.8 Kader mengucapkan terima kasih kepada peserta telah melakukan tugas rumah dan
memotivasi peserta yang belum melakukan tugas rumah untuk mau melakukannya
sebelum pertemuan berikutnya, karena tugas rumah tersebut membantu peserta untuk
menjadi orangtua yang lebih hebat.

I.9 Ajak peserta untuk melakukan “tepuk hebat” sebagai bentuk penghargaan bagi peserta
yang telah melakukan tugas rumah.

I.10 Kader mengingatkan tentang KB, dengan bertanya dan menyampaikan hal berikut:
“Apakah Bapak/Ibu sudah ber-KB?”. (Tunggu jawaban peserta, lalu kader menanggapi)

“Terima kasih bagi yang sudah ber-KB. Semoga dapat terus dilakukan, karena ber-KB
membawa banyak manfaat bagi ibu, anak dan keluarga”.

“ Akan lebih baik dan sangat dianjurkan untuk menggunakan cara KB jangka panjang yaitu
sprial/IUD, implan/susuk KB, vasektomi (MOP), dan tubektomi (MOW)”.

“Bapak/Ibu yang belum ber-KB dapat melakukan diskusi dengan bidan untuk mengetahui
metode KB apa yang cocok dan jangka pangjang manfaatnya”.

Pertemuan 13
315
II. Pengenalan topik (10 menit)

II.1 Kader memandu peserta untuk mengingat kembali harapan orangtua untuk anak pada
pertemuan pertama. Kader bertanya:

“Bapak/Ibu apakah masih ingat pada Pertemuan pertama kita mendiskusikan harapan
orangtua untuk masa depan anak?”.

(Tunggu jawaban peserta, dorong peserta untuk mengingat kembali)

II.2 Sampaikan dan tanyakan hal berikuti:

“Sudah 12 kali pertemuan kita lakukan untuk belajar bersama tentang pengasuhan yang
baik, tentang menjadi orangtua hebat agar bisa mewujudkan harapan kita terhadap anak”.

“Kali ini, sebagai pertemuan terakhir kita akan belajar bersama tentang bagaimana
membentuk karakter anak, apakah ada yang tahu apa yang dimaksud dengan karakter?”.

(Tunggu jawaban peserta, dorong peserta untuk mau memberikan tanggapan)

II.3 Kader menyampaikan informasi sebagai berikut:

“Karakter merupakan karakteristik seseorang sejumlah kualitas seseorang yang terdiri dari
3 (tiga) bagian yang saling terkait, yaitu: Pengetahuan, Perasaan dan Perilaku Moral”.

“Artinya manusia yang berkarakter adalah individu yang mengetahui, mencintai serta
melakukan kebaikan”.

“Karakter disebut juga sebagai tindakan moral yang berupa kompetensi, niat kebaikan dan
kebiasaan yang dilakukan seseorang”.

“Watak juga berarti akhlak atau spiritual-moral yaitu suatu tindakan konkrit dalam kehidupan
sehari-hari”.

“Hari ini kita akan belajar tentang cara membentuk karakter anak”.
[ sumber: Buku 3 Menjadi Orangtua Hebat halaman 76 )

316 Pertemuan 13
III. Kegiatan Inti (60 menit)

III.1 Diskusi berpasangan. Kader meminta peserta untuk berpasang-pasangan dan


menceritakan sifat baik (non-fisik) yang ada pada anak masing-masing, khususnya
anak yang masih berusia dibawah 6 tahun.

Catatan bagi kader: kader dapat mencontohkan misalnya kader inti dan kader bantu
berpasangan, kader inti menyampaikan sifat baik dari anaknya (Ani) “Ani sangat penyayang,
ia senang sekali bermain dengan anak-anak yang usianya lebih kecil darinya”, lalu kader
bantu menceritakan tentang anaknya (Anto) “Anto suka menabung, jika ia menginginkan
sesuatu, mainan baru misalnya, maka ia akan menabung uangnya”.

III.2 Kader meminta beberapa orang peserta untuk menyampaikan sifat baik dari anak
pasangan diskusinya.

III.3 Kader menanyakan kepada semua peserta:


“Apakah Bapak/Ibu pernah memuji sifat baik anak-anak Bapak/Ibu?”.
“Jika pernah, seperti apa memujinya?”.

III.4 Kader menyampaikan salah satu cara untuk membentuk karakter anak adalah dengan
fokus pada hal baik yang ada pada anak, yaitu dengan memuji secara spesifik sifat baik
tersebut dan dengan pembiasaan melakukan hal baik dalam kehidupan sehari-hari.

“Memuji hal baik yang dilakukan anak, adalah salah satu cara membentuk karakter
anak. Memuji yang benar adalah dengan mengatakan secara spesifik hal baik yang sudah
dilakukan oleh anak. Misalnya, ‘Ibu senang kamu menabung’, ‘kamu pintar bisa bangun
pagi untuk siap ke sekolah’, tidak hanya sekedar ‘kamu anak pintar’, ‘anak baik’”.

“Karakter sangat erat kaitannya dengan tindakan sehari-hari, maka dalam membentuk
karakter dapat dilakukan dengan kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari”.
[ sumber: Buku 3 Menjadi Orangtua Hebat halaman 76 )

III.5 Kader menayangkan film animasi 2, sebagai bahan diskusi. Jika film tidak dapat diputarkan
maka sampaikan potongan cerita bergambar berikut:

Pertemuan 13
317
Bagian 1

1. 2.

Pada suatu hari, Rangga bersama Cerita sinetron: tokoh bapak pulang
Ibu Asih dan Pak Iman menonton kerja,terlihat letih dan stress, lalu
sinetron. anak perempuan usia 5 tahun datang
menghampiri bapaknya tersebut dan
mengajaknya bermain, dan bapaknya
malah marah-marah.

3. 4.

Bu Asih: “kasihan anak itu…” Keesokan harinya Rangga meletakan


Pak Iman: “semoga Bapak tidak mainannya sembarangan. tanpa
seperti itu ya Bu…” dibereskan
Rangga bengong melihat sinetron
tersebut.

5. 6.

Bu Asih: “Rangga..tolong letakan pada Rangga menjawab dengan nada tinggi


tempatnya mainanmu nak..”. “AAh Ibu..Aku lagi capek, ibu saja yang
bereskan”. (Rangga mingikuti gaya di
sinetron).

7.

Wajah Bu Asih kaget karena mendengar


bicara kasar seperti itu

318 Pertemuan 13
Bagian 2

1. 2.

Bu Asih mematikan televisi Bu Asih (dengan nada tenang) ;”Rangga


Ibu Sedih kalau Rangga berbicara kasar
seperti itu, karena bicara kasar seperti itu
tidak sopan”

3. 4.

Dengan wajah kesal dan sedih Rangga Pak Iman datang menghampiri Rangga
menjawab “Aku lihat dari film kemarin dan Bu Asih, Pak Iman duduk disamping
yang kita tonton “ Rangga, sambil memeluk pundak Rangga,

5. 6.

Pak Iman: “Rangga..anak yang baik Penutup : Pak iman dan Bu asih
adalah anak yang sopan berbicara membantu membereskan mainan
dan bertanggung jawab. Kamu harus bersama-sama dengan info grafis pesan :
bertanggung jawab menyimpan barang- “Batasi tontonan anak, pilih tayangan yang
barangmu di tempatnya”. cocok untuk anak Batasan/larangan yang
diberikan pada anak harus disertai dengan
apa yang boleh ia lakukan”.

Pertemuan 13
319
III.6 Kader bertanya pendapat peserta mengenai:
1. Perilaku orangtua Rangga.
2. Apa yang mereka lakukan dalam mengahadapi Rangga dalam membentuk karakter
Rangga.

Dengarkan pendapat beberapa orang peserta.

III.7 Ucapkan terima kasih atas pendapat peserta, lalu simpulkan dan sampaikan:
“Karakter yang baik contohnya disiplin, jujur, mengetahui batas kemampuan diri sendiri,
menghargai orang lain dan bertanggung jawab, toleransi, cinta tanah air dan lain-lain
yang mencerminkan karakter positif anak Indonesia.”.

“Bu Asih dan Pak Iman bersikap tenang namun tegas dalam menghadapi sikap Rangga,
ini menjadi contoh bagi Rangga tentang sikap menghargai orang lain, meskipun Rangga
masih anak-anak tapi Bu Asih dan Pak Iman menghargai perasaannya dengan tidak
bersikap kasar kepada Rangga”

“Bu Asih dan Pak Iman menyampaikan sikap seperti apa yang mereka harapkan dari
Rangga dengan mengatakan Anak baik adalah anak yang sopan (berbicara dengan
lembut), bertanggung jawab (membereskan mainan) disertai dengan contoh perilaku
yang diharapkan, sehingga Rangga paham apa yang harus ia lakukan dan tidak merasa
diceramahi saja tanpa contoh yang jelas dari orangtuanya”.

“Karakter disiplin, jujur, tanggung jawab dan lainnya bisa dibentuk dari sikap sehari-hari
dan melalui penjelasan akan aturan-aturan yang ada di rumah”.

III.8 Lakukan penyegaran suasana, bisa melihat pada lampiran yang ada di buku panduan
atau lakukan salam BKB atau yel-yel

III.9 Kader meminta 6 orang peserta menyampaikan 6 langkah membentuk karakter anak:

Ambil informasi (kartu) 6 langkah membentuk karakter di dalam kantong wasiat, jika tidak
ada kantong wasiat, kader dapat memberikan buku ini untuk dibacakan oleh peserta 6
langkah berikut.

320 Pertemuan 13
Pertemuan 13
321
(1) Mengenali Karakter Anak Peserta 1

“Oleh karena itu orangtua harus memahami bahwa karakter berhubungan dengan tiga
hal yang sangat terkait, yaitu:

1. Pengetahuan tentang moral


Pengetahuan tentang moral adalah sikap, perilaku, akhlak, budi pekerti atau tindakan
anak yang dianggap baik menurut norma agama, adat istiadat, sopan santun dan
etika.

2. Perasaan tentang moral


Perasaan moral adalah perasaan, pikiran, emosi seseorang dalam bersikap dan
berperilaku. Perasaan moral selalu mengontrol dirinya dan lingkungannya. Orangtua
sedapat mungkin menanamkan perasaan moral ini terhadap anaknya sejak usia dini.

3. Perilaku tentang moral


Perilaku moral adalah sikap, perilaku dan tindakan yang mempunyai nilai-nilai moral
dan norma-norma. Oleh karena itu orangtua dapat menanamkan sikap dan perilaku
bermoral pada anak itu sejak usia dini melalui pembiasaan dalam kehidupan sehari-
hari”.

(2) Mengembangkan Karakter Anak Peserta 2

“Untuk mengembangkan karakter anak, orangtua sebaiknya memperhatikan beberapa


hal sebagai berikut:

1. Mendidik anak berbeda dengan mendidik anak remaja atau dewasa


2. Mendidik anak lebih dititikberatkan pada penanaman nilai-nilai moral keagamaan,
budi pekerti, etika dan adat istiadat yang berlaku
3. Mendidik anak tidak dengan kata-kata atau menceramahinya
4. Mendidik anak tidak dengan cara kekerasan atau memarahinya atau dibawah
ancaman
5. Mendidik anak harus dengan contoh dan teladan dari orangtua
6. Mendidik anak tidak sekali saja melainkan harus berkelanjutan hingga karakter
itu dibentuk”.

322 Pertemuan 13
(3) Mengamati perilaku anak Peserta 3

“Orangtua harus senantiasa mengamati sikap dan perilaku anak. Apabila sikap dan
tindakan anak banyak menyimpang dari moral dan norma, maka orangtua berkewajiban
mendidik dan mengarahkannya”.
“Mengamati sikap dan perilaku tidak hanya yang baik saja melainkan juga yang kurang
baik perlu mendapat perhatian yang lebih serius”.

(4) Pembiasaan dalam kehidupan Peserta 4

“Kegiatan sehari-hari haruslah selalu konsisten/sama terus menerus, orangtua membiasakan


anak dengan sikap-sikap baik yang diharapkan”.

(5) Penguatan karakter anak Peserta 5

“Orangtua dapat memberikan penguatan sikap dan perilaku anak, agar karakternya

terbentuk melalui cara sebagai berikut:

1. Memberikan pujian pada anak apabila bersikap dan berperilaku sesuai dengan
moral dan norma-norma
2. Apabila sikap dan perilaku anak belum terbentuk, sebaiknya orangtua terus berupaya
membimbing anak hingga anak itu bersikap dan berperilaku baik
3. Orangtua dan anggota keluarga lainnya disarankan tidak memberikan hukuman
atau memarahinya sehingga menjadikan anak merasa takut untuk bertindak
4. Orangtua seharusnya memberi contoh yang baik dan menjadi teladan bagi
anak di dalam keluarga maupun di luar rumah”.

Pertemuan 13
323
(6) Catatan aktivitas anak sehari-hari Peserta 6

“Sikap, perilaku dan tindakan anak yang baik atau kurang baiksebaiknya dicatat oleh
orangtua”.
“Catatan ini berguna untuk menilai dan mengevaluasi karakter anak. Karakter mana yang
sudah terbentuk dan belum terbentuk atau yang perlu mendapat penguatan lebih lanjut”.
“Apabila masih didapatkan sikap, perilaku dan tindakan anak yang menyimpang dari
moral dan norma, maka orangtua dapat mengarahkan, mendidik atau memberi teguran”.
“Begitupun sebaliknya apabila anak sudah berperilaku baik dapat saja orangtua memujinya
atau memberikan hadiah jika memungkinkan”.

[ sumber: Buku 3 Menjadi Orangtua Hebat halaman 80-86 )

IV. Kesimpulan (10 menit)

IV.1 Kader meminta minimal 3 orang peserta untuk memberikan pendapat tentang:
“Apa yang sudah dipelajari hari ini?”.

IV.2 Kader merangkum semua pendapat peserta. Dan menyampaikan kesimpulan:


“Karakter yang baik adalah disiplin, jujur, mengetahui batas kemampuan diri sendiri, dan
menghargai orang lain”.

“Langkah pembentukan karakter anak adalah dengan mengenali, mengembangkan,


mengamati karakter yang diharapkan melalui pembiasaan sehari-hari dan dengan
penguatan-penguatan lewat pujian dan motivasi kepada anak”.

324 Pertemuan 13
V. Pengisian KKA (20menit)

V.1 Para kader membantu peserta untuk mengisi KKA.

Cerita tentang Kedisiplinan: Jika diantara peserta sudah ada yang cukup mahir dalam
mengisi KKA, maka kader dapat meminta peserta tersebut menjadi relawan pendamping
kader selama pengisian KKA.

V.2 Minta peserta duduk berpasangan dan saling membantu mengisi KKA, misalnya peserta
A dan B berpasangan, lalu peserta A mengisi KKA anak peserta B, dan peserta B mengisi
KKA peserta A. Hal ini dilakukan untuk saling belajar mengisi dan memahami KKA. Pastikan
semua peserta paham tujuan saling mengisi KKA.
V.3 Kader memeriksa kembali KKA yang telah diisi oleh peserta. Jika kader menemukan ada
anak yang belum dapat melaksanakan tugas perkembangan tertentu. Maka kader
memberikan tugas rumah kepada orangtua untuk melakukan rangsangan (stimulasi)
kepada anak yang sesuai dengan yang disarankan di KKA. Sampaikan kepada orangtua
dari anak tersebut untuk tidak merasa malu jika anaknya belum mampu melakukan
tugas perkembangan, karena kecepatan perkembangan setiap anak berbeda-beda.
V.4 Jika diperlukan kader dapat melakukan kunjungan rumah kepada anak yang belum dapat
melaksanakan tugas perkembangannya.
V.5 Kader perlu memastikan orangtua telah melakukan tugas rumah untuk melakukan
rangsangan (stimulasi) pada pertemuan sebelumnya. Jika anak masih belum dapat
melakukan tugas perkembangannya meskipun sudah dilakukan rangsangan (stimulasi)
maka sarankan orangtua untuk merujuk (membawa) anak ke Puskesmas terdekat atau
tenaga ahli tumbuh kembang lainnya

Pertemuan 13
325
VI. Penyampaian Tugas Rumah (5 menit)

VI.1 Kader mengatakan:


“Bapak/Ibu, kita telah mempelajari hal yang penting hari ini. Bicarakan dan diskusikan
dengan pasangan masing-masing di rumah dan anggota keluarga lainnya apa saja yang
sudah kita pelajari bersama selama ini”.

VI.2 Kader meminta peserta untuk melakukan tugas rumah sebagai berikut di bawah ini,
sampaikan juga tugas rumah ini akan ditinjau bersama pada pertemuan berikutnya.
1. Menstimulasi perkembangan anak sesuai hasil dari KKA.
2. Membuat aturan bersama anak dan pasangan (suami/istri) tentang apa yang boleh
dan tidak boleh dilakukan anak.
3. Memuji anak dengan spesifik (misalnya: anak ibu rajin sekali/bertanggung jawab
sekali membereskan mainannya sendiri, anak ibu pintar sekali karena bisa habis
makanannya) pujian diberikan sambil memeluk anak.

Aksi Bersama
VI.3 Kader mengajak peserta untuk melakukan kegiatan/aksi bersama anggota kelompok
BKB sebagai bentuk kekompakan antara anggota kelompok dan sebagai bentuk
kepedulian orangtua terhadap tumbuh kembang anak mereka.

Catatan bagi kader: Berikut merupakan cotoh kegiatan/aksi bersama:


1. Gotong royong membersihkan tempat BKB.
2. Membuat aturan bersama anggota kelompok BKB yang bertujuan untuk melindungi anak
dari kekerasan dan pengaruh media.
3. Membuat kegiatan bermain atau olahraga yang melibatkan seluruh keluarga anggota
kelompok BKB.
4. Membuat lomba bercerita atau mendongeng bagi anak.

VII. 4 Ajak peserta untuk mendiskusikan aksi bersama yang akan mereka lakukan dan
biarkan peserta atau anggota kelompok BKB yang akan memutuskan kegiatan yang akan
dilakukan. Jika diperlukan bentuk panitia pelaksanaan aksi bersama.

326 Pertemuan 13
VII. Penutup

VII. 1 Kader mengingatkan tentang KB, dengan menyampaikan hal berikut:


“Bapak/Ibu yang belum ber-KB, ingatlah manfaat KB diantaranya adalah dapat
mengurangi resiko kehamilan pada ibu, yang dikenal dengan sebutan 4T.
4T adalah:

• Terlalu muda (usia di bawah 21 tahun).


• Terlalu tua (usia di atas 35 tahun).
• Terlalu sering/dekat (Jarak ideal antar kelahiran anak adalah 3-5 tahun).
• Terlalu banyak (memiliki lebih dari dua orang anak)”.

VII.2 Kader menutup kegiatan:


“ Pertemuan hari ini cukup sampai di sini. saya mengucapkan terima kasih atas
partisipasi Bapak dan Ibu untuk bisa bergabung dalam kelompok BKB HI. Mohon maaf
apabila dalam pertemuan ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan”.

VII.3 Minta salah seorang peserta untuk memimpin do’a penutup kegiatan dan menutup
kegiatan dengan melakukan salam KB atau salam BKB atau yel-yel.

Pertemuan 13
327
Daftar pustaka

Buku Pedoman Bina Keluarga berencana (BKB) Holistik Integratif, Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Jakarta, 2015.

Buku Seri Orangtua Hebat, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), Jakarta, 2015.

Buku Pedoman Kartu Kembang Anak (KKA), Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN), Jakarta, 2015.

Buku Media Interaksi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Jakarta,


2014.

Buku KIA, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Jakarta, 2015.

Buku Kelompok Pengasuhan Anak, Pegangan Fasilitator, Plan International Indonesia,


Jakarta, 2015.

NSPK : Sarana Bermain Indoor Anak Usia Dini. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Jakarta. 2015

www.bundaasraf.com/2015/02/pilihan-kb

Buku Strategi Nasional PAUDHI, Bappenas, Jakarta, 2008

328
Lampiran
1. Indikator Kesejahteraan Anak

Kesehatan Perkembangan/ Perlindungan /


Pembelajaran Partisipasi
1. Imunisasi lengkap, 1. Anak menyukai dirinya 1. Kelahiran didaftarkan
minum suplemen dan merasa dihargai. dan memperoleh
vitamin A, dan sudah sertifikat.
minum obat cacing. 2. Memiliki setidaknya
seorang teman. 2. Mengetahui nama,
2. Memperoleh ASI alamat, dan nama
eksklusif selama 6 bulan 3. Menunjukkan orangtua/wali.
pertama; termasuk penerimaan akan
kolostrum; tidak diberi orang-orang yang 3. Memperoleh cinta
makanan ataupun memiliki perberbedaan. dan dukungan yang
minuman yang lain. konsisten dari para
4. Menyelesaikan konflik pengasuh utama.
3. Makan makanan tanpa kekerasan.
bergizi 3 kali setiap 4. Para tetangga
hari; mencakup protein, 5. Dapat melakukan memberikan dukungan
buah-buahan dan tugas-tugas sederhana penuh kepedulian serta
sayuran; sarapan untuk merawat diri pengawasan terhadap
sebelum berangkat sendiri dan membantu kekerasan fisik dan
sekolah; makan dari orang lain. emosional.
piring sendiri untuk
mengukur jumlah 6. Sedang belajar 5. Mulai dapat merasakan
makanan yang sesuai mempraktikkan nilai- bila ada bahaya dan
untuk usianya; anak nilai budaya dan mencari bantuan dari
perempuan dan laki-laki spiritual. orang-orang dewasa
diberi makanan dengan yang dipercaya.
jumlah dan kualitas 7. Merasa ingin tahu
yang sama. tentang hal-hal di 6. Dapat membedakan
sekitar mereka dan benar dan salah, benar
4. Memiliki tempat tinggal secara aktif berupaya dan bohong.
yang bersih, aman, ‘menyelidiki’.
hangat dan kering. 7. Dapat melawan
8. Gigih dan kreatif tekanan dari teman
5. Memiliki tempat tidur dalam menyelesaikan sebaya.
yang bersih dan tidur masalah.
kurang lebih 10 jam 8. Orang yang
per malam; anak 9. Mengajukan pertanyaan mengasuh anak
perempuan dan laki-laki tanpa rasa takut. tersebut mengetahui
tidur dengan lama dan keberadaan anak dan
kualitas yang sama. 10. Memiliki waktu dan apa yang dilakukan
6. Menggunakan toilet dan bahan-bahan untuk oleh anak sepanjang
mencuci tangan dengan permainan yang waktu.
sabun setelah ke toilet memperkaya dan
dan sebelum makan. pembelajaran dengan 9. Anak dan pengasuhnya

329
teman-teman dan mengetahui bagaimana
7. Minum air bersih. mentor di masyarakat. melaporkan dan
menanggapi
8. Menggosok gigi 11. Bercakap-cakap dengan pelanggaran
sebelum tidur. orang-orang dewasa perlindungan anak.
untuk mengembangkan
9. Anak perempuan dan bahasa, pengetahuan, 10. Dapat mengidentifikasi
laki-laki turut dalam kemampuan berpikir setidaknya satu orang
aktivitas rekreasi setiap dan kompetensi setiap dewasa yang dapat
hari. hari. memberikan dukungan.

10. Diberi waktu untuk olah 12. Dibacakan atau 11. Anak memahami,
raga setiap hari di luar diceritakan cerita. dapat mengikuti
rumah, di lingkungan dan melaksanakan
luar yang bersih dan 13. Terlibat dalam pedoman perilaku yang
aman pembelajaran: turut positif.
. serta dalam pusat-pusat
11. Dapat mengenali PAUD (empat sampai 12. Mampu mengendalikan
petugas kesehatan yang lima tahun) dan kelas- perilakunya sendiri dan
ada di masyarakat dan kelas sekolah dasar tidak impulsif.
memperoleh bantuan yang meningkatkan
bila perlu. perkembangan sosial, 13. Menunjukkan empati
emosi, fisik, kognitif, terhadap teman-
12. Berat dan tinggi badan dan bahasa; serta temannya; membela
normal untuk usianya. meraih nilai tinggi untuk apa yang adil dan
dukungan emosional benar.
13. Memperoleh perawatan dan instruksional.
medis ketika sakit, tanpa 14. Mampu dan diizinkan
diskriminasi jender. membuat keputusan-
keputusan kecil sesuai
14. Mengetahui/ dengan usia dan
mempraktikkan kapasitasnya.
pencegahan kecelakaan
sesuai dengan 15. Menyampaikan
lingkungan kebutuhan-kebutuhan
dan pendapat-
pendapatnya dan
merasa bahwa
pendapatnya
didengarkan dengan
sungguh-sungguh.

16. Turut serta dalam


kegiatan-kegiatan yang
melintasi batasan-
batasan jender.

Catatan : Ketika menilai kesejahteraan anak pastikan bahwa anak perempuan,


anak laki-laki, anak-anak berkebutuhan khusus dan mereka yang berasal dari kelompok
rentan lainnya dihargai dan diperlakukan sama. Anak berkebutuhan khusus harus
diberikan penilaian dengan arahan yang diperlukan & dukungan yang tepat.

330
Botol/kaleng/toples

T utup bagian atas dengan lem Potong kaleng/botol plastik dan bersihkan

Berhati-hatilah
agar anak tidak
memasukan benda
2. Tabel Kegiatan Stimulasi di Rumah

kedalam mulut

Sediakan tutup ukuran berbeda Anak bisa mengisi botol/toples dengan pasir

Paling besar
Paling kecil

Ukuran

Gunakan tutup botol untuk


memainkan permainan Bermain telepon-teleponan
Fungsi Menanam tanaman

331
332
Boks/dus

Gunakan boks/kardus untuk


menyimpan mainan anak T empelkan gambar/foto di samping boks Gunakan boks untuk duduk sendiri

Masukan boks satu ke


dalam boks yang lain
Buka tutup boks

Gunakan boks untuk membuat


Membuat kereta atau mobil Gunakan dos korek api mebel buatan Gunakan boks untuk mensortir obyek

Memasukan obyek kedalam boks


Membuat bentuk untuk membandingkan berat dan suara
Membuat rumah-rumahan
Kertas

Gantungan obyek
Gantungan kertas berwarna yang bisa bergerak
Membentuk bentuk wajah Bungkus gambar dengan kantong plastik

Anak dapat mencocokan puzzle


Buat buku sederhana yang terdiri 3-5 bagian

Gunting kartu sama dengan ukurannya Membuat puzzle sederhana dengan dua
bagian

Buat garis yang menghubungkan untuk


membuat bentuk Gunting persegi empat membentuk Anak dapat membuat bentuk.
Gunting kartu sama ukurannya bagian seperti pada gambar Puzzles 6-9 bagian

333
334
Kayu

Ikatkan tutup botol pada sebuah kayu


untuk membuat alat musik
Gunakan stik untuk membuat boneka

Masukan stik kedalam boks

Menyusun stik dari


yang kecil ke ukuran
yang besar

Membuat kuda-kudaan dengan stik Menggunakan stik untuk menulis di pasir

Gunakan stik untuk membuat disain


kancing, batu, sedotan

Awasi saat anak-anak bermain


agar tidak memasukan objek
kecil kedalam mulut

untaian sedotan/pipet batu/kancing baju didalam toples menghasilkan suara

Pastikan kancing tergantung dengan baik Mengisi botol/toples dengan pasir Berjalan diatas batu

Yang mana yang sama? Yang mana yang beda? Lebih atau kurang? Menendang obyek dengan kaki

Gunakan mie atau makaroni


untuk membuat ikatan
Menyusun obyek sesuai ukuran

335
336
Benang/tali

Buat bola/boneka dari benang Gantung bel dengan tali Gunakan benang untuk mengikat kayu

Gunakan bola benang untuk melatih lemparan Mengikat benang melalui lubang pada boks

Membuat bola dengan benang meningkatkan keterampilan motorik halus


Kain

337
3. Contoh Kegiatan Mencairkan Suasana

“Berkenalan dalam barisan”

Gambaran Umum : peserta membentuk barisan sesuai identitas


masing-masing tanpa bicara
Tujuan : berkenalan satu sama lain
Jangka Waktu : 5 menit atau sesuai kebutuhan
Jumlah Peserta di satu kelompok : 6-8 orang
Prosedur :
1. Kader meminta peserta membentuk barisan
2. Kader menjelaskan tujuan kegiatan
3. Instruksikan kepada peserta bahwa peserta membuat barisan berdasarkan instruksi
kader, yang dilakukan tanpa bersuara. Misalnya berbarislah menurut:
a. Berdasarkan abjad nama, mulai A-Z
b. Berdasarkan usia, mulai dari paling muda hingga ke yang paling tua
c. Berdasarkan jumlah anak, mulai dari yang banyak ke yang sedikit
d. Berdasarkan tinggi badan, mulai dari yang rendah ke yang tinggi
e. Berdasarkan tanggal lahir, mulww2 ai Januari hingga Desember
4. Jika kelompok sudah memastikan bahwa urutan di dalam kelompoknya sudah sesuai
dengan instruksi maka kelompok dapat bertepuk tangan sebelum waktu yang diberikan
oleh kader habis
5. Kader menghampiri kelompok yang sudah bertepuk tangan dan memeriksa kesesuaian
urutan di kelompok dengan instruksi yang telah diberikan
6. Kelompok yang menjadi pemenang adalah yang berhasil membuat urutan dengan
cepat dan sesuai instruksi
7. Sebelum permainan dimulai, kader memastikan apakah peserta sudah memahami
penjelasan kader atau belum

Makna Permainan:
Komunikasi membutuhkan inisiatif sehingga jangan ditunggu atau menunggu untuk
mulai pembicaraan. Informasi juga dapat dilakukan melalui bahasa tubuh.

“Saya Suka”

Gambaran Umum : peserta duduk membentuk lingkaran dan mengatakan


kalimat sesuai instruksi
Tujuan : melatih kepekaan dan tanggap terhadap informasi
Jangka Waktu : 5 menit atau sesuai kebutuhan
Jumlah Peserta : 10 orang atau lebih (termasuk kader)
Prosedur :
1. Kader meminta peserta duduk membentuk sebuah lingkaran dengan jumlah kursi
kurang satu dibanding jumlah peserta yang ada
2. Peserta yang tidak kebagian kursi berdiri di tengah dan berkata, “Saya suka orang
yang…” (misalnya berbaju merah). Setiap orang yg berbaju merah harus pindah ke
kursi lain. Peserta yg tidak mendapatkan tempat duduk harus memulai lagi permainan
tersebut
3. Kader memulai permainan dan mengatakan saya suka orang yang... misalnya:

338
• berambut panjang/pendek
• warna pakaian
• pakaian (rok/celana)
• beranak dua
• tinggi/pendek
• dan lain sebagainya

Makna Permainan:
Peserta dapat cepat menanggapi informasi bila memperhatikan secara seksama

“Jalan-jalan dengan kereta kuda”

Gambaran Umum : peserta berada dalam kereta kuda yang jumlah penumpangnya
berubah-ubah
Tujuan : melatih kepekaan dan tanggap terhadap informasi
Jangka Waktu : 5 menit atau sesuai kebutuhan
Jumlah Peserta : 10 orang atau lebih (termasuk kader)
Prosedur :
1. Kader meminta peserta untuk membayangkan akan bepergian menggunakan kereta
kuda yang jumlah penumpangnya selalu berubah-ubah (sesuai instruksi)
2. Kader meminta kesediaan salah satu orangtua menjadi relawan untuk memegang
komando dalam menentukan jumlah penumpang
3. Selama perjalanan seluruh peserta menyanyikan lagu “Naik Delman” ciptaan pak Kasur,
dengan lirik sebagai berikut:

339
4. Relawan akan menghentikan lagu dengan mengatakan: “STOP..isi 4” kemudian peserta
langsung membentuk kelompok yang terdiri dari 4 orang anggota kemudian lagu mulai
dinyanyikan kembali.
5. Relawan menghentikan lagu dan menyebutkan jumlah penumpang yang berbeda dengan
sebelumnya dan seterusnya

Makna Permainan:
Peserta dapat cepat menanggapi informasi bila memperhatikan secara seksama

“Senam Otak”
Dilakukan setiap sebelum kegiatan dimulai dan setiap saat bila diperlukan perhatian
dan konsentrasi

Mari Kita bersenam otak


diawali dengan pemanasan
saklar otak langkah pertama
tekan dan gosoklah bergantian
ref:
Loncat kiri
Loncat ke kanan
tangan diatas
lain lemaskan
Pasang t’linga supaya dengar
umpan balik citra mantap sudah
hafalkan syair
lagu puisi
cepat menangkap
tepat menanggap

ref :
angka delapan mari ikuti
kepala diam mata gerakkan
ingat otak dua belahan
kiri berfikir kanan rasakan

ref:
Dampak gerakan senam otak
dua belahan otak seimbang
anak berkembang
jiwa dan raga
suasana kelas
gairah gembira

340
4. Kegiatan Bermain Bersama Anak di Rumah

Mainan Gantung
Usia : 0-12 bulan
Alat bantu : tali/pita/batang lidi muda dan beberapa helai daun kelapa
Kegiatan : daun kelapa yang sudah dibentuk (misalnya bola, ular, ketupat kecil) diikatkan
pada tali kemudian mainkan dalam jarak pandang yang dekat dengan anak.
Orangtua mengajak anak berbicara sambil memutar mainan gantung secara
perlahan
Manfaat : melatih keterampilan motorik dan komunikasi

Menunggang Kuda
Usia : 1-2 tahun
Alat bantu : giring-giring
Kegiatan : anak dipangku dalam posisi duduk dan ajak anak untuk menggoyangkan
giring-giring mengikuti lagu yang dinyanyikan oleh orangtua. Selama lagu
dinyanyikan orangtua juga menggoyang-goyangkan kaki ke atas dan ke
bawah mengikuti irama lagu (misalnya lagu naik delman)
Manfaat : melatih keterampilan motorik, kecerdasan, dan komunikasi

Cap/stempel Daun Kering


Usia : 2-3 tahun
Alat bantu : beberapa jenis daun-daun kering, tanah, dan daun pisang muda/koran bekas
Kegiatan : Dedaunan dilumuri tanah merah yang telah dibasahi dengan air.Kemudian
tempelkan dedaunan yang sudah dilumuri tanah tersebut ke atas daun
pisang atau koran bekas
Manfaat : melatih keterampilan motorik, kecerdasan dan tingkah laku sosial

Rumahku Istanaku
Usia : 3-4 tahun
Alat bantu : Pasir, kerikil, ranting, kerang
Kegiatan : Ajak anak ke suatu tempat yang berpasir atau sediakan pasir dalam satu ember
besar. Mintalah anak untuk membangun rumah impiannya dan orangtua akan
membantu sesuai keinginan anak. Setelah rumah selesai dibuat, ajak anak
untuk menghias rumah tersebut dengan kerikil, ranting tau benda lain yang
berada di lingkungan sekitar
Manfaat : melatih keterampilan motorik, kecerdasan dan tingkah laku sosial

Mencetak
Usia : 4-5 tahun
Alat bantu : pelepah pisang/batang talas, kertas kosong atau koran bekas
Kegiatan : Anak diminta untuk mencetak gambar (misalnya binatang, bunga) menggunakan
pelepah pisang/ batang talas yang dicelupkan ke dalam tanah basah.
Pelepah pisang dipotong-potong dengan ukuran dan bentuk yang sesuai
dengan keinginan anak. Kemudian berikan kesempatan kepada anak untuk
mengembangkan idenya menggunakan cetakan. Setelah selesai, kertas dapat
dijemur untuk dikeringkan
Manfaat : melatih keterampilan motorik, kecerdasan dan tingkah laku sosial

341
Puzzle Bentuk
Usia : 5-6 tahun
Alat bantu : kalender dinding atau majalah bekas, gunting, dan pensil
Kegiatan : Buat 5 pola dari gambar yang ada di kalender/majalah menggunakan pensil.
Potong gambar menjadi 5 bagian mengikuti pola yang sudah dibuat. Anak
diminta untuk menyatukan kembali bagian-bagian yang telah terpotong
menjadi gambar yang utuh. Kegiatan ini dapat divariasikan dengan memotong
gambar menjadi potongan-potongan yang lebih kecil lagi
Manfaat : melatih keterampilan motorik, kecerdasan dan tingkah laku sosial

5. Lagu Anak-anak

342
343
6. Cerita untuk anak (dongeng)

1 2 3

4 5 6

344
7 8 9

10 11 12

13 14 15

16 17 18

19 20 21

345
22 23 24

1 2 3

4 5 6

7 8 9

10 11 12

346
13 14 15

16 17 18

19 20

347
7. Metode Kontrasepsi
Contoh Gambar beberapa alat dan metode kontrasepsi

IUD/SPIRAL

SUNTIK

Metode dengan menggunakan alat:


1. Kondom: Kondom (pria dan wanita) adalah metode yang mengumpulkan air mani dan
sperma di dalam kantung kondom dan mencegahnya memasuki saluran reproduksi
wanita. Kondom pria harus dipakai setelah ereksi dan sebelum alat kelamin pria
penetrasi ke dalam vagina yang meliputi separuh bagian penis yang ereksi. Tidak boleh
terlalu ketat (ada tempat kosong di ujung untuk menampung sperma). Kondom harus
dilepas setelah ejakulasi.
2. AKDR atau IUD (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim): alat yang terbuat dari plastik yang
dimasukkan ke dalam rahim dan mencegah kehamilan dengan cara menganggu
lingkungan rahim, yang menghalangi terjadinya pembuahan maupun implantasi.

Metode dengan operasi:


1. Tubektomi: tindakan pengikatan dan pemotongan saluran telur agar sel telur tidak dapat
dibuahi oleh sperma.
2. Vasektomi: tindakan pengikatan dan pemotongan saluran benih agar sperma tidak
keluar dari buah zakar.

Metode hormonal:
1. Pil: diminum secara teratur untuk menghasilkan hormon yang akan mengentalkan lendir
servik sehingga menghambat penetrasi sperma, dan mengubah motilitas tuba sehingga
transportasi sperma terganggu.
2. Suntik/Injeksi: Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan
dengan melalui suntikan hormonal. Suntikan 1 bulan, berisi Estrogen dan Progesteron.
Untuk wanita yang menyusui sebaiknya tidak menggunakan yang 1 bulan karena akan
mempengaruhi produksi Air Susu Ibu (ASI). Contoh : cyclofem. Suntikan 3 bulan ,berisi
Progesteron saja, contoh : Depoprover.

3. Susuk/implan: Alat kontrasepsi bawah kulit atau implant adalah kontrasepsi yang
disusupkan di bawah kulit untuk menghambat terjadi ovulasi.

348
8.Pengisian KKA
PETUNJUK PENGISIAN KKA

Bagian dari KKA

349
350
Contoh Langkah-langkah Pengisian KKA

1. Tuliskan identitas anak dan orangtua secara lengkap lalu isi kolom bulan dan tahun
kelahiran anak, seperti contoh berikut ini

2. Untuk mengetahui tugas pokok anak pada usia 5 bulan tersebut maka tetapkan 1 bulan
sebelum usia anak sekarang dan lingkari, seperti contoh berikut ini

3. Tugas perkembangan anak yang semestinya dapat diketahui dengan cara memberi
kan titik potong antara garis datar yang berada langsung di bawah garis merah. Beri
tanda silang lalu tarik garis datar dari tanda silang ke kiri untuk menentukan tugas
perkembangan anak. Kemudian, akan didapat tugas no. 2, yaitu membalas senyum
pada orang lain

351
4. Kader menanyakan kepada orangtua, apakah anak sudah dapat melakukan tugas no.2,
yaitu membalas senyum pada orang lain.
1) Jika anak sudah dapat melakukannya maka kader memberikan tanda silang pada
angka 2 di kolom tugas perkembangan anak. Pemberian tanda silang ini dilakukan
untuk memudahkan kader dan orangtua dalam memantau tugas perkembangan apa
saja yang sudah dikuasai anak.
2) Kader menanyakan pada umur berapa anak sudah bisa melaksanakan tugas tersebut.
Jika orangtua menjawab di usia 2 bulan, maka berikan tanda titik pada titik potong antara
garis tugas dan garis datar pada umur 2 bulan tersebut.

5. Lanjutkan dengan menanyakan tugas perkembangan berikutnya, yaitu tugas no.3.


menegakkan kepala.
1) kader menanyakan pada umur berapa anak sudah dapat menegakkan kepala.
2) Jika orangtua menjawab mampu menegakkan kepala pada usia 3 bulan, maka berikan
tanda silang pada angka 3 di kolom tugas perkembangan anak. Lalu berikan tanda titik
pada titik potong antara garis tugas dan garis datar pada umur 3 bulan tersebut.
3) Tarik garis dari titik bulan kedua ke titik bulan ketiga

352
6. Teruskan dengan menanyakan tugas perkembangan nomor diatasnya, yaitu tugas
perkembangan no.4 dan 5 satu persatu dari bawah ke atas.
1) Jika anak sudah dapat miring sendiri pada usia 4 bulan dan dapat mengeluarkan 3
suara berbeda pada usia 5 bulan maka beri tanda titik pada titik potong masing-masing
usia (4 dan 5 bulan).
2) Tarik garis dari titik bulan ke empat ke titik bulan ke lima, seperti contoh berikut ini:

Penarikan garis dari masing-masing titik potong yang telah dilakukan akan membentuk
grafik perkembangan anak yang menunjukkan sejauh mana kemampuan anak dari
batas garis merah, apakah berada di atas atau di bawah garis merah.

7. Pertanyaan dihentikan jika anak tidak dapat lagi melakukan tugas perkembangan yang
tertera di kolom dan jangan berikan tanda silang pada nomor tugas perkembangan yang
tidak dikuasai oleh anak. Misalnya anak tidak dapat menguasai tugas perkembangan
no.6, maka pertanyaan berhenti dan kader memberikan tugas perkembangan berikutnya,
yang ada pada kolom pesan-pesan, yaitu no.5, ajari anak meraih benda di hadapannya.

353
8. Kader menjelaskan kepada orangtua agar melaksanakan pesan tersebut secara rutin di
rumah. Hal ini menjadi tugas rumah bagi orangtua.
9. Pada pertemuan BKB berikutnya, kader akan menanyakan tugas rumah tersebut

Beberapa hal penting yang perlu diingat


1. Tindak lanjut Tugas rumah
1) Apabila anak masih belum dapat melaksanakan tugas perkembangan tersebut maka
kader memberikan saran/penyuluhan yang sama dengan yang sebelumnya
2) Apabila anak belum dapat melaksanakan satu tugas perkembangan selama 2 bulan
berturut-turut maka hal tersebut menjadi “tugas terhutang” dan kader dapat menanyakan
tugas perkembangan nomor berikutnya. Apabila ternyata anak dapat melakukan tugas
perkembangan nomor berikutnya, maka kader tetap memberikan penyuluhan/saran
untuk tugas terhutang.
3) Apabila anak belum dapat melaksanakan satu tugas perkembangan selama 3 bulan
berturut-turut maka anak harus dirujuk kepada tenaga profesional (misalnya dokter,
psikolog)
2. Jika kader mendapatkan orangtua yang baru datang ke BKB ketika anaknya sudah
tidak bayi lagi, maka kader harus menjelaskan bagian dari KKA terlebih dahulu dan
kemudian melakukan langkah-langkah seperti contoh di atas. Jika pada langkah ke
tiga, anak tidak dapat melakukan tugas perkembangannya maka kader menanyakan
tugas perkembangan nomor di bawahnya satu per satu secara berurutan hingga anak
sudah dapat melakukannya. Jika hal ini terjadi, kader sebaiknya jangan langsung
merujuk anak ke ahli tapi diupayakan dulu pemberian arahan dan juga pendampingan
dalam menstimulasi anak. Hal ini dilakukan bersama orangtua secara bertahap dan
ditinjau kembali pada pertemuan berikutnya. Jika terdapat perubahan maka orangtua
dapat melakukannya secara mandiri sedangkan kader hanya memberikan arahan dan
pengawasan.

354
9. Contoh Lembar Monitoring

355
356
Konsultasi : Sampaikan hasil observasi dengan kader. Beri kesempatan kader untuk
berpendapat tentang hasil observasi dan mendiskusikan tantangan yang dihadapi.
Catat poin-poin inti dari diskusi . (jika ada catatan lain, tulis dibelakang kertas)

357
Tim Penyusun:

Direktorat Bina Keluarga Balita, BKKBN:

Drs. Sugiyatna, MM

Subandi, S.Sos, M.Pd

Nurzainun, M.Si, Psi

Ihwan Sidiq Nugroho, S.Psi

Asmy Elviana, S.Psi

Siska Indriayana Sari, S.P

Plan International Indonesia:

Nugroho Indera Warman

Semuel Apsalon Niap

Maria Gracea C.A.

Denny Rahadian

Silvester Nusa (Yayasan Pijar Timur)

Konsultan:

Syifa Andina

Nurfadilah

358
359
DIREKTORAT BINA KELUARGA BALITA
Kerjasama DAN ANAK
Antara Plan International
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Indonesia dan Badan KependudukaDiren dan
Jl. Permata No.1 Halim Perdanakusuma. Jakarta, Indonesia. Telp. 021 8009029, 8008271, 8008554 ext 470-471 fax. 0218008547
Keluarga
www.bkkbn.go.id Berencana Nasional (BKKBN)

Anda mungkin juga menyukai