Anda di halaman 1dari 60

MODUL

PROGRAM
BANGGA KENCANA
PELATIHAN FUNGSIONAL DASAR (LFD)
PENYULUH KELUARGA BERENCANA

EDISI
2023

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana


BKKBN 2023
MODUL
PROGRAM BANGGA KENCANA

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana


Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Tahun 2023
Hak Cipta @ 2023

PERANGKAT
TRAINING OF TRAINER (ToT)
PELATIHAN FUNGSIONAL DASAR (LFD)
PENYULUH KELUARGA BERENCANA

Edisi Tahun 2023

PROGRAM BANGGA KENCANA

Tim Penyusun Pejabat Fungsional :


Dr. Wendy Hartanto, MA
Firma Novita, S.IP., MSi
Uswatun Nisa, S.Sos, MAPS

Pengarah :
Dr. Drs. Lalu Makripuddin, M.Si
Dr. Dadi Ahmad Roswandi, M.Si
Uswatun Nisa, S.Sos, MAPS

Pelaksana Teknis :
Desnita Ekaratri Wulandari, SS., MPH
Iwan Tri Hariyanto, SPd

Tim Editor :
Tri Aryadi, S.Psi
Sri Agustien, SE

Diterbitkan oleh :
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KB
BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL
Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur 13650
Modul Program Bangga Kencana

KATA SAMBUTAN

Undang - Undang nomor : 52 tahun 2009 tentang


perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga
adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan
peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan
keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Saat ini program
Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga masih
menjadi perhatian dan komitmen Pemerintah RI, sehingga
program ini masih tercantum dan diamanatkan pula dalam Peraturan Presiden RI tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024.

Dalam rangka untuk meningkatkan partisipasi pemerintah daerah dalam pelaksanaan program
Kependudukan dan Keluarga Berencana, maka dikeluarkanlah Undang - Undang nomor : 23 tahun
2014 tentang Pemerintah Daerah dimana pada pasal 12 ayat 2 menyebutkan bahwa pengendalian
penduduk dan keluarga berencana merupakan salah satu pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh
pemerintah daerah. Pada lampiran Undang -Undang nomor : 23 tahun 2014 dalam urusan
pemerintahan bidang pengendalian penduduk dan keluarga berencana dicantumkan pada sub
urusan keempat tentang standarisasi pelayanan KB yang harus disiapkan oleh pemerintah pusat.

Berdasarkan Undang - Undang Nomor : 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah semakin
mempertegas kewenangan tersebut, dimana pada lampiran Undang - Undang Nomor : 23 tahun
2014 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren antara Pemerintah Pusat, daerah
Provinsi dan Daerah Kabupaten dan Kota pada huruf N (Pembagian Urusan Pemerintah Bidang
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana) menegaskan kewenangan dalam pelaksanaan
urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana yang harus dilaksanakan oleh masing-
masing tingkatan pemerintah yaitu: (1) sub urusan Pengendalian Penduduk, (2) sub urusan
Keluarga Berencana, (3) sub urusan Keluarga Sejahtera, dan (4) sub urusan Sertifikasi dan
Standarisasi.

i
Modul Program Bangga Kencana

Penyusunan perangkat Pelatihan Fungsional Dasar (LFD) Penyuluh Keluarga Berencana yang
berkualitas di lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam
rangka mendukung program Banggakencana, maka diperlukan suatu pelatihan yang secara
sistematis dirancang untuk mencapai tujuan penyusunan tersebut. Selanjutnya, Pelatihan yang
dilaksanakan di BKKBN peruntukkannya oleh tenaga Fasilitator yang akan membentuk Penyuluh
KB di lapangan menjadi lebih profesional.

Saya sangat menyambut baik diterbitkannya perangkat pelatihan ; Modul dan media/Bahan
Tayang Pelatihan Fungsional Dasar sebagai upaya Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional sesuai dengan kebutuhan dalam mendukung program Banggakencana di lingkungan
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan perkembangan terkini.

Akhirnya kepada semua pihak diucapkan terima kasih atas partisipasi, kontribusi, masukan, saran
dan koreksi, hingga tersusunnya Perangkat pelatihan ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa meridhoi
upaya kita dalam mendukung dan mengelola Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga secara profesional, hingga terwujudnya Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera. Berencana itu Keren.

Jakarta, September 2023


Deputi Bidang Pelatihan,
Penelitian dan Pengembangan,

Prof. drh. Muhammad Rizal Damanik, MrepSc., PhD.

ii
Modul Program Bangga Kencana

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang


Maha Esa, karena atas rahmat, taufiq dan hidayah-Nya,
kami telah menyelesaikan penyusunan Paket Perangkat
Pelatihan Fungsional Dasar dengan tepat dan berkualitas
guna kepentingan menjaga mutu penyelenggaraan dan
memenuhi standarisasi program pelatihan yang
disyaratkan.

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan


Keluarga Berencana – Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) telah secara berkesinambungan mengembangkan Perangkat Pelatihan
Fungsional Dasar yang dirancang khusus untuk meningkatkan kompetensi bagi Penyuluh Keluarga
Berencana/PLKB. Dengan demikian, para fasilitator, pengelola dan pelaksana dapat melakukan
Pengelolaan program Bangga Kencana sesuai dengan standar dari pelaksanaan sampai dengan di
tingkat Lini Lapangan.

Pelatihan Fungsional Dasar ini khususnya untuk memantapkan keterampilan peserta dalam
pelaksanaan Pengelolaan yang terkini dalam rangka mendukung program Banggakencana.

Perangkat pelatihan ini adalah acuan untuk menyelenggarakan Pelatihan Fungsional Dasar. Tujuan
pedoman pelatihan teknis ini adalah menciptakan panduan yang layak mengenai tahapan
pelaksanaan dan evaluasi yang harus dikerjakan oleh penyelenggara pelatihan yang dimasud untuk
mewujudkan good governance.

Untuk tercapainya tujuan pelatihan sebagaimana yang diharapkan, maka kurikulum dan bahan
pembelajaran Pelatihan Fungsional Dasar dilengkapi dengan berbagai media antara lain handout
slide, dan video yang secara terus menerus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan lapangan. Media
pembelajaran tersebut diharapkan dapat menguatkan proses belajar mengajar dan meningkatkan
kompetensi kepada peserta Pelatihan Fungsional Dasar bagi Penyuluh KB.

iii
Modul Program Bangga Kencana

Penyempurnaan dan pengembangan perangkat pelatihan kekinian tentunya akan terus dilakukan dan
ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan wilayah, masyarakat, serta perkembangan program, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Penerbitan Paket Perangkat) Pelatihan Fungsional Dasar ditujukan untuk
lebih memantapkan Sumber Daya Manusia dalam pelaksanaan program Bangga kencana.

Semoga dengan diterbitkannya paket pembelajaran Pelatihan Fungsional Dasar bagi Penyuluh KB di
Kabupaten dan Kota, dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan Pengelolaan program
Banggakencana.

Akhir kata, penghargaan dan apresiasi yang setingi-tingginya serta ucapan terima kasih disampaikan
kepada berbagai pihak yang telah membantu penyusunan Paket Perangkat Pelatihan ini. Semoga
paket pelatihan ini bermanfaat untuk menjamin terlaksananya penyelenggaraan Pelatihan Fungsional
Dasar yang berkualitas.

Jakarta, September 2023


Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kependudukan dan Keluarga Berencana,

Dr. Drs. Lalu Makripuddin, M.Si

iv
Modul Program Bangga Kencana

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN ..................................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................................. iii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Diskripsi Singkat....................................................................................................... 2
C. Manfaat Modul .......................................................................................................... 3
D. Tujuan Pembelajaran ................................................................................................ 3
E. Materi pokok ............................................................................................................ 4
F. Petunjuk Belajar ....................................................................................................... 4
BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PROGRAM KB ..........................................................5
A. Sejarah Program KB.................................................................................................. 5
B. Perkembangan BKKBN Setelah Terbitnya UU No.52 tahun 2009 hingga masa sebelum
rebranding ...............................................................................................................15
C. Rebranding BKKBN .................................................................................................. 17
D. Rangkuman .............................................................................................................18
E. Latihan....................................................................................................................19
BAB III VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM ...................................................... 20
BANGGA KENCANA BKKBN............................................................................................. 20
A. Visi dan Misi Pemerintah Periode tahun 2020-2024 ................................................. 20
B. Visi, Misi dan Tujuan BKKBN .....................................................................................21
C. Tujuan Program Bangga Kencana BKKBN ................................................................ 22
D. Sasaran Strategis ................................................................................................... 22
E. Rangkuman ............................................................................................................ 24
F. Latihan................................................................................................................... 24
BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, ........................................ 25
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN .................................................................................... 25
A. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional .................................................................. 25
B. Arah Kebijakan dan Strategi BKKBN .................................................................... 27

v
Modul Program Bangga Kencana

C. Kerangka Regulasi .............................................................................................. 30


D. Kerangka Kelembagaan ...................................................................................... 35
E. Rangkuman ........................................................................................................ 36
F. Latihan............................................................................................................... 37
BAB V BKKBN DI ERA YANG TELAH BERUBAH ................................................................. 38
A. Rebranding tahun 2020-2022 .............................................................................. 38
B. Flagship Campaign (Kampanye unggulan) BKKBN.................................................44
C. Rangkuman ........................................................................................................ 45
D. Latihan............................................................................................................... 45
BAB VI PENUTUP ............................................................................................................ 46
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 46
B. Evaluasi ............................................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 49

vi
Modul Program Bangga Kencana

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagaimana
diamanatkan pada Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, khususnya pada Pasal 56 ayat (1)
menyebutkan bahwa BKKBN memiliki tugas untuk melaksanakan pengendalian
penduduk dan menyelenggarakan keluarga berencana. Pada akhir tahun 2019 yang lalu,
BKKBN melakukan rebranding dengan mengemas dan memperkenalkan istilah
Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK)
menjadi Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana
atau yang disingkat menjadi Bangga Kencana.

Perubahan nama program dari KKBPK menjadi Bangga Kencana meiliki tujuan untuk
memudahkan penyebutan program, yang seringkali sulit untuk diucapkan. Penempatan
kata Pembangunan Keluarga di awal menunjukan bahwa BKKBN merupakan lembaga
yang ingin memberikan manfaat kepada seluruh keluarga Indonesia. Selain itu, BKKBN
harus dapat mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara kuantitas,
kualitas, dan persebaran penduduk dan lingkungan hidup, serta meningkatkan kualitas
keluarga agar dapat timbul rasa tenteram dan harapan masa depan yang lebih baik atau
mandiri dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan


Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024, BKKBN diberi mandat untuk
berkontribusi secara langsung terhadap 2 (dua) dari 7 (tujuh) agenda
Pembangunan/Prioritas Nasional (PN) pada RPJMN IV 2020-2024, yaitu untuk
“Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Berkualitas dan Berdaya Saing”, serta

1
Modul Program Bangga Kencana

mendukung “Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan”. Dalam PN Meningkatkan


Sumber Daya Manusia (SDM) Berkualitas dan Berdaya Saing, BKKBN berperan dalam 3
Program Prioritas (PP) yang masing-masing memiliki Kegiatan Prioritas (KP) sebagai
berikut: PP 1) Perlindungan Sosial dan Tata Kelola Kependudukan, dengan KP; (1)
Integrasi Sistem Administrasi Kependudukan, dan (2) Pemaduan dan Sinkronisasi
Kebijakan Pengendalian Penduduk. PP 2) Penguatan Pelaksanaan Perlindungan Sosial,
dengan KP; Kesejahteraan Sosial. PP 3) Peningkatan akses dan mutu pelayanan
kesehatan, dengan KP; (1) Peningkatan Kesehatan Ibu Anak, Keluarga Berencana (KB)
dan Kesehatan Reproduksi, dan (2) Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat.

Pada PN Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan, BKKBN memiliki peran pada
PP Revolusi Mental dan Pembinaan Ideologi Pancasila untuk Memperkukuh Ketahanan
Budaya Bangsa dan Membentuk Mentalitas Bangsa yang Maju, Modern, dan
Berkarakter, dengan KP pada Revolusi mental dalam sistem sosial untuk memperkuat
ketahanan, kualitas dan peran keluarga serta masyarakat dalam pembentukan
karakter.

Oleh sebab itu, sebagai langkah awal dalam pengenalan terhadap program Bangga
Kencana yang ada di BKKBN, maka modul ini disusun agar para peserta Pelatihan
Fungsional Dasar dapat memanfaatkan dan menggunakan modul ini dengan baik.
Dengan mempelajari seluruh pokok bahasan yang ada di dalam modul ini, diharapkan
pada pembaca, terutama peserta pelatihan mampu memahami ruang lingkup kebijakan
dan strategi yang ada di BKKBN.

B. Diskripsi Singkat
Selamat!
Anda sedang mempelajari modul pembelajaran Program Bangga Kencana. Modul ini
akan membahas dan memberikan penjelasan secara lengkap dan komprehensif
tentang sejarah program KB, perkembangan program, visi dan misi serta tujuan dan
sasaran program Bangga Kencana hingga kebijakan dan strategi yang dilakukan

2
Modul Program Bangga Kencana

BKKBN. Modul ini disusun diantaranya berdasarkan Rencana Strategis (Renstra)


BKKBN 2020-2024 cetakan 2010.

C. Manfaat Modul
Setelah membaca modul ini peserta diharapkan dapat memiliki pemahaman mengenai
program Bangga Kencana mulai dari sejarah program KB, perkembangan program, visi
dan misi serta tujuan dan sasaran program Bangga Kencana hingga kebijakan dan
strategi yang dilakukan BKKBN. Peserta pelatihan dapat memanfaatkan modul ini
sebagai salah satu acuan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi di wilayah kerja
masing-masing. Melalui modul ini diharapkan para peserta pelatihan maupun pembaca
dapat lebih memahami BKKBN beserta kebijakan dan strateginya.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah selesai pembelajaran, peserta diharapkan mampu memahami tentang
peserta diharapkan memiliki pemahaman tentang sejarah dan perkembangan
program KB di Indonesia, visi, misi, tujuan, kebijakan dan program Bangga Kencana
serta BKKBN di era yang sudah berubah.

2. Indikator Hasil belajar


Setelah selesai pembelajaran, peserta diharapkan dapat:
a. Menjelaskan sejarah KB dan perkembangan program Bangga Kencana
b. Menjelaskan Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran Program Bangga Kencana
c. Menjelaskan Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi, dan Kerangka
Kelembagaan Menjelaskan BKKBN di Era yang sudah berubah
d. Menjelaskan BKKBN di Era yang sudah berubah

3
Modul Program Bangga Kencana

E. Materi pokok
1. Sejarah dan perkembangan program Bangga Kencana
2. Visi dan Misi, Tujuan dan sasaran Program Bangga Kencana
3. Kebijakan dan Strategi Program Bangga Kencana
4. BKKBN di Era yang sudah berubah

F. Petunjuk Belajar
Agar dapat memahami isi modul ini dengan cepat, Anda perlu melakukan hal-hal
sebagai berikut:
1. Bacalah modul ini tahap demi tahap. Sebelum anda benar-benar paham tentang
materi pada tahap awal, jangan membaca materi pada halaman berikutnya.
Lakukan pengulangan pada halaman tersebut sampai anda benar-benar
memahaminya.
2. Jika anda mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau sub
bahasan tertentu, diskusikan dengan teman anda atau fasilitator yang sekiranya
dapat membantu untuk memahami materi modul ini.
3. Setelah selesai memahami materi pada setiap kegiatan belajar sebaiknya anda
mengerjakan latihan-latihan dengan menjawab soal-soal.
4. Lakukan pengulangan untuk mengerjakan soal latihan hingga Anda memahami
materi tiap bab.

4
Modul Program Bangga Kencana

BAB II
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PROGRAM KB

Indikator Hasil Belajar : Setelah mempelajari Bab ini peserta


diharapkan dapat menjelaskan sejarah dan perkembangan program
Bangga Kencana

A. Sejarah Program KB
Tak kenal maka tak sayang... Istilah ini tentunya sangat melekat bagi seseorang
apabila dihadapkan pada sesuatu yang baru. Anda, sebagai peserta pelatihan dan
sebagai ASN di lingkungan BKKBN tentunya perlu memiliki pengetahuan mengetahui
sejarah bagaimana Program KB berkembang di Indonesia. Pada Bab ini akan dibahas
tentang sejarah program Keluarga Berencana di Indonesia berdasarkan periode
perkembangan dan sejarah munculnya program KB di Indonesia.
Membahas tentang penduduk dan kependudukan sangat erat kaitannya dengan
seorang ahli bernama Malthus. Malthus merupakan seseorang yang pertama kali
mengemukakan teori tentang penduduk. Dalam “Essay on Population”, Malthus
beranggapan bahwa bahan makanan penting untuk kelangsungan hidup, dimana nafsu
manusia tidak dapat ditahan dan pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari bahan
makanan. Menurut pendapatnya, faktor pencegah dari ketidakseimbangan penduduk
dan manusia antara lain Preventive checks (penundaan perkawinan, mengendalikan
hawa nafsu dan pantangan kawin) serta Possitive checks (bencana alam, wabah penyakit,
kejahatan dan peperangan). (Bidadarti, 2020). Teori Malthus ini menuai kontroversi
karena mengabaikan peningkatan teknologi, penanaman modal dan perencanaan
produksi. Pengikut Malthus (Neo Malthusionism) berpendapat bahwa salah satu upaya
untuk mencegah laju cepatnya peningkatan penduduk adalah denfan dilakukannya Birth
Control Method dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Sebelum abad ke-20, di negara barat sudah ada usaha pencegahan kelangsungan
hidup anak karena berbagai alasan. Beberapa cara yang dilakukan diantaranya dengan
membunuh bayi yang sudah lahir, melakukan abortus dan mencegah/mengatur

5
Modul Program Bangga Kencana

kehamilan. Keluarga buruh diantaranya menggunakan cara-cara sederhana seperti


kondom dan pantang berkala yang dapat digunakan unutk mengatur jumlah kelahiran
dalam keluarga sebagai upaya untuk perbaikan ekonomi. Di Amerika Serikat, seorang
aktivis perempuan dan keluarga berencana yakni Margareth Sanger (1879-1966) menulis
buku “Family Limitation” (Pembatasan Keluarga). Ia menemukan berbagai pengalaman
perempuan Amerika termasuk ibunya sendiri yang bertaruh nyawa akibat terlalu
seringnya melahirkan dan adanya kebijakan pelarangan penggunakan alat kontrasepsi
secara pribadi di Amerika Serikat.
Sanger memperjuangkan bahwa seorang perempuan berhak hidup lebih baik,
berhak memilih dan menggunakan alat kontrasepsi. Menurutnya upaya pengendalian
kelahiran yang diantaranya dapat dilakukan dengan penggunaan alat kontrasepsi dapat
menyelamatkan para ibu di usia muda dari ancaman kematian. Kondisi ekonomi dan
layanan kesehatan yang buruk, serta berbagai kebijakan yang menurutnya tidak
menguntungkan perempuan dan ibu hamil akan semakin memperburuk nasib
perempuan apabila pengendalian kelahiran di setiap keluarga tidak dilakukan. Untuk
mendukung dan menyuarakan uoaya tersebut, Sanger mendirikan Liga Keluarga
Berencana Amerika Serikat, yang saat ini lebih dikenal sebagai Planned Parenthood.
Perjuangan Sanger inilah yang kemudian diantaranya menjadi salah satu tonggak
permulaan berdirinya program pengendalian kelahiran di berbagai belahan dunia,
termasuk di Indonesia.
Latar belakang atau dasar pemikiran lahirnya program keluarga berencana (KB) di
Indonesia juga disebabkan karena adanya permasalahan kependudukan. Aspek-aspek
yang penting dalam kependudukan meliputi: 1) besarnya jumlah penduduk, 2) Jumlah
pertumbuhan penduduk, 3) Jumlah kematian penduduk, 4) Jumlah kelahiran penduduk
dan 5) Jumlah perpindahan penduduk mempunyai sisi yang mengandung permasalahan
tersendiri bagi Indonesia. Menurut Bidadarti (2020) menjelaskan bahwa di Indonesia
sendiri, karakteristik yang menonjol dari masalah kependudukan adalah 1) jumlah
penduduk yang besar, 2) pertambahan penduduk yang tinggi, 3) persebaran yang tidak
merata dan 4) komposisi penduduk yang muda.
Di Indonesia sendiri sejarah dan perkembangan program KB di dapat diuraikan
berdasarkan periode penyelenggaraan program pemerintah. Berikut adalah periodeisasi
lebih rinci terkait dengan sejarah perkembangan program KB di Indonesia.

6
Modul Program Bangga Kencana

1. Periode Perintisan (1950-an – 1966)


Sebelum 1957, pembatasan kelahiran dilakukan secara tradisional dengan
menggunakan cara-cara tradisional diantaranta penggunaan ramuan, pijet,
absistensi/ wisuh/ bilas liang senggama setelah coitus. Untuk mendukung upaya
pengendalian kelahiran di daerah pada masa tersebut, diantaranya di Yogyakarta
didirikan klinik Yayasan Kesejahteraan Keluarga (YKK). Di Semarang berdiri klinik BKIA
dan terbentuk PKBI tahun 1963. Dan di Jakarta Prof. Sarwono P, memulai di poliklinik
bagian kebidanan RSUP. Jawa dan luar pulau Jawa (Bali, Palembang, Medan).
Perkembangan selanjutnya tentang perintisan keluarga berencana dimulai
dengan pembentukan Perkumpulan Keluarga Berencana pada tanggal 23 Desember
1957 di gedung Ikatan Dokter Indonesia. Nama perkumpulan itu sendiri berkembang
menjadi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) atau Indonesia Planned
Parenthood Federation (IPPF). PKBI memperjuangkan terwujudnya keluarga-keluarga
yang sejahtera melalui 3 (tiga) macam usaha pelayanan yaitu mengatur kehamilan
atau menjarangkan kehamilan, mengobati kemandulan serta memberi nasihat
perkawinan.
PKBI berdiri atas prakarsa dr. Soeharto yang didukung oleh Prof. Sarwono
Prawirohardjo, dr. H.M. Judono, dr. Hanifa Wiknjosastro serta Dr. Hurustiati
Subandrio. Visi PKBI adalah mewujudkan masyarakat yang sejahtera melalui
keluarga. Sedangkan, misi PKBI adalah memperjuangkan penerimaan dan praktek
keluarga bertanggungjawab dalam keluarga Indonesia melalui pengembangan
program, pengembangan jaringan dan kemitraan dengan semua pihak
pemberdayaan masyarakat di bidang kependudukan secara umum, dan secara
khusus di bidang kesehatan reproduksi yang berkesetaraan dan berkeadilan
gender.
Pada tahun 1967, PKBI diakui sebagai badan hukum oleh Departemen
Kehakiman. Kelahiran Orde Baru pada waktu itu menyebabkan perkembangan
pesat usaha penerangan dan pelayanan KB di seluruh wilayah tanah air. Dengan
lahirnya Orde Baru pada bulan Maret 1966 masalah kependudukan menjadi fokus
perhatian pemerintah yang meninjaunya dari berbagai perspektif. Perubahan
politik berupa kelahiran Orde Baru tersebut berpengaruh pada perkembangan
keluarga berencana di Indonesia. Setelah simposium Kontrasepsi di Bandung pada
7
Modul Program Bangga Kencana

bulan Januari 1967 dan Kongres Nasional I PKBI di Jakarta pada tanggal 25 Februari
1967.

2. Periode Keterlibatan Pemerintah dalam Program KB Nasional (1967-1968)


Di dalam Kongres Nasional I PKBI di Jakarta dikeluarkan pernyataan sebagai
berikut: “PKBI menyatakan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
pemerintah yang telah mengambil kebijaksanaan mengenai keluarga berencana
yang akan dijadikan program pemerintah. PKBI mengharapkan agar Keluarga
Berencana sebagai Program Pemerintah segera dilaksanakan. PKBI sanggup untuk
membantu pemerintah dalam melaksanakan Program KB sampai di pelosok-
pelosok supaya faedahnya dapat dirasakan seluruh lapisan masyarakat”.
Pada tahun 1967 Presiden Soeharto menandatangani Deklarasi Kependudukan
Dunia yang berisikan kesadaran betapa pentingnya menentukan atau
merencanakan jumlah anak, dan menjarangkan kelahiran dalam keluarga sebagai
hak asasi manusia. Pada tanggal 16 Agustus 1967 di depan Sidang Dewan Perwakilan
Rakyat Gotong Royong (DPRGR), Presiden Soeharto pada pidatonya:
“Oleh karena itu kita harus menaruh perhatian secara serius mengenai
usaha-usaha pembatasan kelahiran, dengan konsepsi keluarga
berencana yang dapat dibenarkan oleh moral agama dan moral
Pancasila”.
Sebagai tindak lanjut dari Pidato Presiden tersebut, Menteri Kesejahteraan
Rakyat (Menkesra) membentuk Panitia Ad Hoc yang bertugas mempelajari
kemungkinan Program KB dijadikan Program Nasional. Selanjutnya pada tanggal 7
September 1968 Presiden mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 26 Tahun 1968
kepada Menteri Kesejahteraan Rakyat, yang isinya antara lain :
a. Membimbing, mengkoordinir serta mengawasi segala aspirasi yang ada di
dalam masyarakat di bidang Keluarga Berencana.
b. Mengusahakan segala terbentuknya suatu Badan atau Lembaga yang dapat
menghimpun segala kegiatan di bidang Keluarga Berencana, serta terdiri atas
unsur Pemerintah dan masyarakat.

Berdasarkan Instruksi Presiden tersebut, Menkesra pada tanggal 11 Oktober


1968 mengeluarkan Surat Keputusan No. 35/KPTS/Kesra/X/1968 tentang
8
Modul Program Bangga Kencana

Pembentukan Tim yang akan mengadakan persiapan bagi Pembentukan Lembaga


Keluarga Berencana. Setelah melalui pertemuan-pertemuan Menkesra dengan
beberapa menteri lainnya serta tokoh-tokoh masyarakat yang terlibat dalam usaha
KB, maka pada tanggal 17 Oktober 1968 dibentuk Lembaga Keluarga Berencana
Nasional (LKBN) dengan Surat Keputusan No. 36/KPTS/Kesra/X/1968. Lembaga ini
statusnya adalah sebagai Lembaga Semi Pemerintah.
3. Periode Pelita I (1969-1974)
Periode ini mulai dibentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) berdasarkan Keppres No. 8 Tahun 1970 dan sebagai Kepala BKKBN adalah
dr. Suwardjo Suryaningrat. BKKBN dibentuk sebagai badan untuk melakukan
pengelolaan program KB yang telah dicanangkan sebagai program nasional.
Penanggung jawab umum penyelenggaraan program ini adalah presiden dan
pelaksanaan tugas sehari-hari dilakukan oleh Menteri Negara Kesejahteraan
Rakyat yang dibantu Dewan Pembimbing Keluarga Berencana. Dasar pertimbangan
pembentukan BKKBN pada saat itu adalah:
a. Program keluarga berencana nasional perlu ditingkatkan dengan
memanfaatkan dan memperluas kemampuan fasilitas dan sumber yang
tersedia.
b. Program keluarga berencaba perlu digiatkan dengan melibatkan masyarakat
maupun pemerintah secara maksimal.
c. Program keluarga berencana perlu diselenggarakan secara teratur dan
terencana untuk mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Selanjutnya yang menjadi tugas Pokok BKKBN antara lain adalah:


a. Menjalankan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi terhadap usaha-usaha
pelaksanaan program keluarga berencana nasional yang dilakukan oleh unit-
unit pelaksana.
b. Mengajukan saran-saran kepada pemerintah mengenai pokok kebijaksanaan
dan masalah-masalah penyelenggaraan program Keluarga
Berencana Nasional.
c. Menyusun Pedoman Pelaksanaan Keluarga Berencana atas dasar pokok-pokok
kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Pemerintah.

9
Modul Program Bangga Kencana

d. Mengadakan kerjasama antara Indonesia dengan negara-negara asing maupun


badan-badan internasional dalam bidang keluarga berencana selaras dengan
kepentingan Indonesia dan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
e. Mengatur penampungan dan mengawasi penggunaan segala jenis bantuan
yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri sesuai
dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Dua tahun kemudian, pada tahun 1972 terbit Keppres No. 33 Tahun 1972
sebagai penyempurnaan terhadap organisasi dan tata kerja BKKBN yang telah
dibentuk sebelumnya. Status badan ini berubah menjadi Lembaga Pemerintah Non
Departemen yang berkedudukan langsung di bawah Presiden. Untuk melaksanakan
Program Keluarga Berencana di masyarakat dikembangkan berbagai pendekatan
yang disesuaikan dengan kebutuhan program dan situasi serta kondisi masyarakat.
Pada Periode Pelita I dikembangkan periode pendekatan Klinik (Clinical
Approach) karena pada awal program, tantangan terhadap ide Keluarga Berencana
(KB) masih sangat kuat, untuk itu pendekatan melalui kesehatan menjadi pendekatan
yang paling tepat. Pada saat pelaksanaan Pelita I ini, daerah program Keluarga
Berencana meliputi 6 propinsi yaitu Jawa Bali (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,
DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali). Provinsi tersebut diatas merupakan daerah
perintis dari BKKBN. Tahun 1974 muncul program-program integral (Beyond Family
Planning) dan gagasan tentang fase program pencapaian akseptor aktif. Berdasar
Keppres 38 tahun 1978 BKKBN bertambah besar jangkauan programnya tidak terbatas
hanya KB tetapi juga program Kependudukan.

4. Periode Pelita II (1974-1979)


Kedudukan BKKBN dalam Keppres No. 38 Tahun 1978 adalah sebagai lembaga
pemerintah non-departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden. Tugas pokoknya adalah mempersiapkan kebijaksanaan umum dan
mengkoordinasikan pelaksanaan Program KB Nasional dan Kependudukan yang
mendukungnya, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah serta mengkoordinasikan
penyelenggaraan pelaksanaan di lapangan. Periode ini pembinaan dan pendekatan
program yang semula berorientasi pada kesehatan mulai dipadukan dengan sektor-sektor
pembangunan lainnya, yang dikenal dengan Pendekatan Integratif (Beyond Family
10
Modul Program Bangga Kencana

Planning). Dalam kaitan ini pada tahun 1973-1975 mulai dirintis Pendidikan Kependudukan
sebagai pilot project.

5. Periode Pelita III (1979-1984)


Periode ini dilakukan pendekatan kemasyarakatan (partisipatif) yang didorong peranan
dan tanggung jawab masyarakat melalui organisasi/institusi masyarakat dan pemuka
masyarakat, yang bertujuan untuk membina dan mempertahankan peserta KB yang sudah
ada serta meningkatkan jumlah peserta KB baru. Pada periode juga dikembangkan
strategi operasional yang baru yang disebut Panca Karya dan Catur Bhava Utama yang
bertujuan mempertajam segmentasi sehingga diharapkan dapat mempercepat
penurunan fertilitas. Pada periode ini muncul juga strategi baru yang memadukan KIE dan
pelayanan kontrasepsi yang merupakan bentuk “Mass Campaign” yang dinamakan “Safari
KB Senyum Terpadu”.

6. Periode Pelita IV (1983-1988)


Pada masa Kabinet Pembangunan IV ini dilantik Prof. Dr. Haryono Suyono sebagai
Kepala BKKBN menggantikan dr. Suwardjono Suryaningrat yang dilantik sebagai Menteri
Kesehatan. Pada masa ini juga muncul pendekatan baru antara lain melalui pendekatan
koordinasi aktif, penyelenggaraan KB oleh pemerintah dan masyarakat lebih disinkronkan
pelaksanaannya melalui koordinasi aktif tersebut. Peran koordinasi ditingkatkan menjadi
koordinasi aktif dengan peran ganda, yaitu selain sebagai dinamisator juga sebagai
fasilitator. Disamping itu, dikembangkan pula strategi pembagian wilayah guna
mengimbangi laju kecepatan program. Pada periode ini juga secara resmi KB Mandiri
mulai dicanangkan pada tanggal 28 Januari 1987 oleh Presiden Soeharto dalam acara
penerimaan peserta KB Lestari di Taman Mini Indonesia Indah. Program KB Mandiri
dipopulerkan dengan Kampanye LIngkaran BIru (LIBI) yang bertujuan memperkenalkan
tempat-tempat pelayanan dengan logo Lingkaran Biru KB.

7. Periode Pelita V (1988-1993)


Pada masa Pelita V, Kepala BKKBN masih dijabat oleh Prof. Dr. Haryono Suyono.
Pada periode ini gerakan KB terus berupaya meningkatkan kualitas petugas dan sumber
daya manusia dan pelayanan KB. Oleh karena itu, kemudian diluncurkan strategi baru
yaitu Kampanye Lingkaran Emas (LIMAS). Jenis kontrasepsi yang ditawarkan pada LIBI
11
Modul Program Bangga Kencana

masih sangat terbatas, maka untuk pelayanan KB LIMAS ini ditawarkan lebih banyak lagi
jenis kontrasepsi, yaitu ada 16 jenis kontrasepsi.
Pada periode ini ditetapkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, dan Garis-Garis
Besar Haluan Negara (GBHN) 1993 khususnya sub sektor Keluarga Sejahtera dan
Kependudukan, maka kebijaksanaan dan strategi Gerakan KB Nasional diadakan untuk
mewujudkan keluarga Kecil yang sejahtera melalui penundaan usia perkawinan,
penjarangan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan
keluarga.

8. Periode Pelita VI (1993-1998)


Pada Pelita VI dikenalkan pendekatan baru yaitu “Pendekatan Keluarga” yang
bertujuan untuk menggalakkan partisipasi masyarakat dalam Gerakan KB Nasional.
Dalam Kabinet Pembangunan VI sejak tanggal 19 Maret 1993 sampai dengan 19 Maret
1998, Prof. Dr. Haryono Suyono ditetapkan sebagai Menteri Negara
Kependudukan/Kepala BKKBN, sebagai awal dibentuknya BKKBN setingkat
Kementerian. Pada tangal 16 Maret 1998, Prof. Dr. Haryono Suyono diangkat menjadi
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan
merangkap sebagai Kepala BKKBN. Dua bulan berselang dengan terjadinya gerakan
reformasi, maka Kabinet Pembangunan VI mengalami perubahan menjadi Kabinet
Reformasi Pembangunan Pada tanggal 21 Mei 1998, Prof. Haryono Suyono menjadi
Menteri Koordinator Bidang Kesra dan Pengentasan Kemiskinan, sedangkan Kepala
BKKBN dijabat oleh Prof. Dr. Ida Bagus Oka sekaligus menjadi Menteri Kependudukan.

9. Periode Pasca Reformasi


Dari butir-butir arahan GBHN Tahun 1999 dan perundang-undangan yang telah
ada, Program Keluarga Berencana Nasional merupakan salah satu program untuk
meningkatkan kualitas penduduk, mutu sumber daya manusia, kesehatan dan
kesejahteraan sosial yang selama ini dilaksanakan melalui pengaturan kelahiran,
pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan keluarga dan kesejahteraan
keluarga. Arahan GBHN ini kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam Program
Pembangunan Nasional (PROPENAS) yang telah ditetapkan sebagai Undang-undang
Nomor 25 Tahun 2000.
12
Modul Program Bangga Kencana

Sejalan dengan era desentralisasi, eksistensi program dan kelembagaan


Keluarga Berencana Nasional di daerah mengalami masa-masa kritis. Sesuai dengan
Keppres Nomor 103 Tahun 2001, yang kemudian diubah menjadi Keppres Nomor 09
Tahun 2004 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen menyatakan bahwa sebagian
urusan di bidang Keluarga Berencana diserahkan kepada pemerintah kabupaten dan
kota selambat-lambatnya Desember 2003. Hal ini sejalan dengan esensi Undang-
undang Nomor 22 Tahun 1999 (telah diubah menjadi Undang-undang Nomor 32 Tahun
2004). Dengan demikian tahun 2004 merupakan tahun pertama Keluarga Berencana
Nasional dalam era desentralisasi.
Pasca Reformasi Kepala BKKBN telah mengalami beberapa pergantian:
Pada Periode Kabinet Persatuan Indonesia, Kepala BKKBN dirangkap oleh Menteri
Negara Pemberdayaan Perempuan yang dijabat oleh Khofifah Indar Parawansa.
Setelah itu digantikan oleh Prof. Dr. Yaumil C. Agoes Achir pada tahun 2001 dan
meninggal dunia pada akhir 2003 akibat penyakit kanker dan yang kemudian terjadi
kekosongan. Pada tanggal 10 November 2003, Kepala Litbangkes Departemen
Kesehatan dr. Sumarjati Arjoso, SKM dilantik menjadi Kepala BKKBN oleh Menteri
Kesehatan Ahmad Sujudi sampai beliau memasuki masa pensiun pada tahun 2006.
Setelah itu digantikan oleh dr. Sugiri Syarief, MPA yang dilantik sebagai Kepala BKKBN
pada tanggal 24 Nopember 2006.
Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga, yang telah disahkan pada tanggal 29 Oktober 2009,
berimplikasi terhadap perubahan kelembagaan, visi, dan misi BKKBN. Undang-
Undang tersebut mengamanatkan perubahan kelembagaan BKKBN yang semula
adalah Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional menjadi Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional. Visi BKKBN adalah “Penduduk Tumbuh Seimbang
2015” dengan misi “mewujudkan pembangunan yang berwawasan kependudukan dan
mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera”.
Untuk mencapai visi dan misi tersebut, BKKBN mempunyai tugas dan fungsi
melaksanakan pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana
sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 56 Undang-Undang tersebut di atas. Dalam
rangka pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana di daerah,
pemerintah daerah membentuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
13
Modul Program Bangga Kencana

Daerah yang selanjutnya disingkat BKKBD di tingkat provinsi dan kabupaten dan kota
yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya memiliki hubungan fungsional dengan
BKKBN (pasal 54 ayat 1 dan 2)
Peran dan fungsi baru BKKBN diperkuat dengan adanya Peraturan Presiden
Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 103
Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian; Peraturan Kepala BKKBN Nomor
82/PER/B5/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi dan Peraturan Kepala BKKBN Nomor
92/PER/B5/2011 tentang Organisasi Tata Kerja Balai Pendidikan dan Pelatihan
Kependudukan dan Keluarga Berencana, sehingga perlu dilakukan
perubahan/penyesuaian terhadap Renstra BKKBN tentang Pembangunan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun 2010-2014 meliputi
penyesuaian untuk beberapa kegiatan prioritas dan indikator kinerjanya.
Sebagai tindak lanjut dari Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, di mana
BKKBN kemudian direstrukturisasi menjadi badan kependudukan, bukan lagi badan
koordinasi, maka pada tanggal 27 September 2011 Kepala BKKBN, Dr. dr. Sugiri
Syarief, MPA akhirnya dilantik sebagai Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN). Selanjutnya, pada tanggal 13 Juni 2013 Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono menetapkan mantan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Prof. Fasli Jalal sebagai Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) hingga tahun 2014.
Pada masa Era Pemerintahan Presiden Joko Widodo, setelah mengalami
kekosongan selama delapan bulan, posisi Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) akhirnya terisi oleh dr. Surya Chandra Surapaty, MPH,
PhD yang dilantik pada 26 Mei 2015. Selanjutnya masih pada Era Pemerintahan yang
sama, dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) dilantik menjadi Kepala BKKBN dimana
sebelumnya beliau menjabat sebagai Bupati Kulon Progo. Jabatan sebagai Kepala
BKKBN resmi diemban oleh beliau pada tanggal 1 Juli 2019.

14
Modul Program Bangga Kencana

B. Perkembangan BKKBN Setelah Terbitnya UU No.52 tahun 2009 hingga masa


sebelum rebranding
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera merupakan dasar pelaksanaan program KB. Namun
dalam perkembangannya UU tersebut diperbaharui menjadi UU Nomor 52 Tahun 2009
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Berdasarkan
pada perubahan UU tersebut, selanjutnya penyebutan program KB berubah menjadi
program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK).
Perubahan ini membawa dampak dan implikasi terhadap program dan kegiatan
selanjutnya.

Visi BKKBN menjadi keluarga berkualitas pada tahun 2015. Visi ini pun didukung
dengan misi yakni Membangun setiap keluarga Indonesia untuk memiliki anak ideal, sehat,
berpendidikan, sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak-hak reproduksinya melalui
pengembangan kebijakan, penyediaan layanan promosi, fasilitasi, perlindungan,
informasi kependudukan dan keluarga, serta penguatan kelembagaan dan jejaring KB.
Fisilosofi yang digunakan adalah menggerakkan peran serta masyarakat dalam keluarga
berencana. Selanjutnya Tugas pokok BKKBN adalah melaksanakan tugas pemerintahan
dibidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dalam pelaksanaan tugas pokok ini, BKKBN menjalan
setidaknya 5 (lima) grand strategy yakni:

1. Menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam program KB.


2. Menata kembali pengelolaan program KB.
3. Memperkuat SDM operasional program KB.
4. Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pelayanan KB.
5. Meningkatkan pembiayaan program KB.

Nilai-nilai yang terkandung dalam grand strategi tersebut adalah integritas,


energik, profesional kompeten, partisipatif, konsisten, organisasi pembelajaran,
kreatif/ inovatif. Kebijakan dari adanya grand strategi adalah pndekatan
pemberdayaan, pendekatan desentralisasi, pendekatan kemitraan, pendekatan
kemandirian, pendekatan segmentasi sasaran, pendekatan pemenuhan hak
(rightbased), pendekatan lintas sektor.

15
Modul Program Bangga Kencana

Strategi yang dilakukan BKKBN untuk mencapai target dan sasaran kinerja
adalah:
1. Re-Establishment adalah membangun kembali sendi-sendi pogram KB nasional
sampai ke tingkat lini lapanngan pasca penyerahan kewenangan.
2. Sustainability adalah memantapkan komitmen program dan kesinambungan
dukungan oleh segenap stakeholders dari tingkat pusat sampai dengan tingkat
daerah.

Program yang diusung oleh BKKBN sebelum dilakukannya Rebanding adalah


program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga yang
disingkat menjadi program KKBPK. Tujuan dari program KKBPK ini terdiri dari:
1. Keluarga dengan anak ideal.
2. Keluarga sehat.
3. Keluarga berpendidikan.
4. Keluarga sejahtera.
5. Keluarga berketahanan.
6. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya.
7. Penduduk tumbuh seimbang (PTS)

Selanjutnya dalam pelaksanaannya program KKBPK tersebut meliputi:


1. Keluarga berencana
2. Kesehatan reproduksi remaja
3. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
4. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
5. Keserasian kebijakan kependudukan
6. Pengelolaan SDM aparatur
7. Penyelenggaran pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
8. Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara

16
Modul Program Bangga Kencana

C. Rebranding BKKBN
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagaimana
diamanatkan pada Undang-Undang Nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, memiliki tugas untuk melaksanakan
Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK).
Akhir tahun 2019 BKKBN mengemas dan memperkenalkan istilah Program KKBPK
menjadi Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana atau
yang disingkat menjadi Bangga Kencana.
Perubahan penyebutan dari program KKBPK menjadi program Bangga Kencana
tersebut bertujuan untuk memudahkan penyebutan program, yang seringkali agak sulit
untuk diucapkan. Peletakan kata Pembangunan Keluarga di depan menunjukan bahwa
BKKBN merupakan lembaga yang ingin memberikan manfaat kepada seluruh keluarga
Indonesia. Selain itu, BKKBN harus dapat mewujudkan keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan antara kuantitas, kualitas, dan persebaran penduduk dan lingkungan
hidup, serta meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa tenteram dan
harapan masa depan yang lebih baik atau mandiri dalam mewujudkan kesejahteraan lahir
dan kebahagiaan batin.
Merujuk pada Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024, BKKBN diberi
mandat untuk berkontribusi secara langsung terhadap 2 (dua) dari 7 (tujuh) agenda
Pembangunan/Prioritas Nasional (PN) pada RPJMN IV 2020-2024, yaitu untuk
“Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Berkualitas dan Berdaya Saing”, serta
mendukung “Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan”.
Dalam PN Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Berkualitas dan Berdaya
Saing, BKKBN berperan dalam 3 Program Prioritas (PP) yang masing-masing memiliki
Kegiatan Prioritas (KP) sebagai berikut: 1) Perlindungan Sosial dan Tata Kelola
Kependudukan, dengan KP; (1) Integrasi Sistem Administrasi Kependudukan, dan (2)
Pemaduan dan Sinkronisasi Kebijakan Pengendalian Penduduk. 2) Penguatan
Pelaksanaan Perlindungan Sosial, dengan KP; Kesejahteraan Sosial. Rencana Strategis
BKKBN 2020-2024 2 3) Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan, dengan KP;
(1) Peningkatan Kesehatan Ibu Anak, Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan
Reproduksi, dan (2) Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat. Sedangkan pada PN Revolusi
Mental dan Pembangunan Kebudayaan, BKKBN memiliki peran pada PP Revolusi Mental

17
Modul Program Bangga Kencana

dan Pembinaan Ideologi Pancasila untuk Memperkukuh Ketahanan Budaya Bangsa dan
Membentuk Mentalitas Bangsa yang Maju, Modern, dan Berkarakter, dengan KP pada
Revolusi mental dalam sistem sosial untuk memperkuat ketahanan, kualitas dan peran
keluarga serta masyarakat dalam pembentukan karakter.
Selanjutnya, saat ini salah satu persoalan terkait SDM yang perlu mendapatkan
intervensi segera adalah stunting. Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo
memberikan amanat melalui Peraturan Presiden Nomor: 72 tahun 2021 tentang
Percepatan Penurunan Stunting. Berdasarkan Perpres RI tersebut, BKKBN ditugaskan
sebagai koordinator pelaksanaan percepatan penurunan stunting di lapangan. Dalam
upaya penurunan stunting peran keluarga merupakan sesuatu yang perlu dioptimalkan.
Keluarga perlu memperhatikan periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dalam
pencegahan stunting dan perlu didampingi oleh pendampingan petugas BKKBN yang
bersinergi dengan Kader PKK maupun bidan, yang disebut sebagai pendamping
keluarga. Pembahasan lebih lengkap mengenai hal ini dibahas pada materi Kebijakan
Program Percepatan Penurunan Stunting.

D. Rangkuman
Sejarah munculnya dan berkembangnya Program Keluarga Berencana di Indonesia
pada dasarnya meliputi proses yang sangat panjang. Pada awalnya program ini tercetus
dari sebuah organisasi keluarga berencana yakni Perkumpulan Keluarga Berencana yang
berkembang menjadi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) atau Indonesia
Planned Parenthood Federation (IPPF). Upaya ini berkembang karena pemerintah, saat itu
Presiden Soeharto memasukkan program ini ke dalam program pemerintah. Bentuk
nyatanya adalah pada tahun 1967 Presiden Soeharto menandatangani Deklarasi
Kependudukan Dunia yang berisikan kesadaran betapa pentingnya menentukan atau
merencanakan jumlah anak, dan menjarangkan kelahiran dalam keluarga sebagai hak
asasi manusia. Sejak saat ini Program Keluarga Berencana berkembang hingga kini.
Bahkan dalam proses menuju pendewasaannya program yang diusung oleh BKKBN ini
telah di rebranding. Namun demikian tentunya tujuan pelaksanaan program ini tidak
berubah, yakni tentunya tetap bertujuan untuk melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.

18
Modul Program Bangga Kencana

E. Latihan
Jawablah pertanyaan berikut ini!
1. Uraikanlah sejarah Program KB pada periode perintisan!
2. Uraikanlah bagaimana kondisi dari BKKBN pada era desentralisasi!
3. BKKBN adalah lembaga non kementerian yang bergerak dalam program
kependudukan, keluarga berencana dan pembangunan keluarga. Jelaskanlah
dasar pertimbangan dibentuknya BKKBN!
4. Uraikanlah bagaimana perkembangan KB di Indonesia berdasarkan periodenya!
5. Jelaskanlah bagaimana konsekuensi dari diterbitkannya Undang-undang Nomor 52
Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera terhadap BKKBN!

19
Modul Program Bangga Kencana

BAB III
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PROGRAM
BANGGA KENCANA BKKBN

Indikator Hasil Belajar: Setelah mempelajari bab ini peserta diharapkan dapat
menjelaskan visi, misi, tujuan, dan sasaran program Bangga Kencana

A. Visi dan Misi Pemerintah Periode tahun 2020-2024


Presiden RI Presiden dan Wakil Presiden RI telah menyampaikan Visi dan Misi
Pemerintah Periode tahun 2020-2024 dalam rangka “meneruskan jalan perubahan untuk
Indonesia maju” yang menjadi acuan Kementerian PPN/Bappenas dalam penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dan harus
dijadikan acuan oleh seluruh Kementerian/Lembaga (K/L) dalam menyusun Rencana
Strategis (Renstra) K/L periode tahun 2020-2024.
1. Visi
Visi Pemerintah yang telah ditetapkan oleh Bapak Presiden adalah “Terwujudnya
Indonesia Maju Yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-
Royong”, yang mengandung harapan kinerja Pemerintah untuk periode 5 (lima) tahun
kedepan dapat menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan, akhlakul karimah, dan
semangat gotong royong dapat membawa Indonesia menjadi negara yang berdaulat,
mandiri, dan berkepribadian, sesuai amanat Pancasila dan UUD 1945.
2. Misi
Kemudian dalam upaya meneruskan jalan perubahan untuk mewujudkan Indonesia
Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong.
Presiden telah menetapkan 9 (sembilan) Misi, yaitu:
a. Peningkatan kualitas manusia Indonesia.
b. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing.
c. Pembangunan yang merata dan berkeadilan.
d. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan.
e. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa.

20
Modul Program Bangga Kencana

f. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya.


g. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh
warga.
h. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan tepercaya.
i. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka Negara Kesatuan.

Sembilan misi ini merupakan pengembangan, percepatan dan pemajuan Nawa


Cita I dengan tetap konsisten menerapkan Trisakti sebagai pijakan strategis
operasional dengan senantiasa mengutamakan pembangunan manusia (berpusat
pada manusia).

B. Visi, Misi dan Tujuan BKKBN


Dalam mendukung Visi, Misi dan Janji Presiden RI 2020-2024 sebagaimana tertera
diatas, maka Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
berkomitmen atas Visi, Misi dan Tujuan sebagai berikut:
1. Penyelarasan Visi
Terwujudnya Keluarga Berkualitas dan Pertumbuhan Penduduk yang Seimbang
guna mendukung tercapainya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.
Visi tersebut mengandung pengertian:
a. Keluarga berkualitas, yaitu tentram, mandiri dan bahagia. Untuk mencapai
keluarga berkualitas angka kelahiran total (TFR) diturunkan menjadi 2.26 pada
tahun 2020 sampai dengan 2.1 pada tahun 2024.
b. Kebijakan pengendalian penduduk dilaksanakan untuk mewujudkan
Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS) dan menghasilkan Bonus Demografi.
Pengendalian penduduk berkontribusi pada pembangunan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing.
c. Pengaturan kelahiran melalui berbagai kegiatan prioritas Bidang Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) yang komprehensif dan
pendewasaan usia perkawinan (PUP) yang merupakan salah satu upaya pokok
dalam menurunkan TFR. Bidang KBKR meningkatkan kesehatan ibu dan anak
guna membangun manusia berkualitas dan berdaya saing.

21
Modul Program Bangga Kencana

d. Pembangunan keluarga yang holistic integrative sesuai siklus hidup sebagai


salah satu upaya meningkatkan kualitas keluarga yang berketahanan dan
berkarakter.
2. Penyelarasan Misi
Dalam penjabaran upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan Visi
BKKBN tersebut diatas, maka dirumuskan Misi sebagai berikut:
a. Mengendalikan pertumbuhan penduduk dalam rangka menjaga kualitas dan
struktur penduduk seimbang.
b. Menyelenggarakan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi secara
komprehensif.
c. Menyelenggarakan pembangunan keluarga yang holistik integratif sesuai siklus
hidup.
d. Membangun kemitraan, jejaring kerja, peran serta masyarakat dan kerjasama
global.
e. Memperkuat inovasi, teknologi, informasi dan komunikasi.
f. Membangun kelembagaan, meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan SDM
aparatur.

C. Tujuan Program Bangga Kencana BKKBN


Selama periode pelaksanaan Rencana Strategis (Renstra) 2020-2024, BKKBN
memiliki tujuan untuk:
1. Mewujudkan keluarga berkualitas, yaitu keluarga yang tentram, mandiri dan bahagia.
2. Mengendalikan struktur penduduk menuju Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS) dengan
sumber daya manusia yang berkualitas sehingga terwujud bonus demografi yang
bermanfaat bagi pembangunan.

D. Sasaran Strategis
Untuk menjamin dukungan BKKBN terhadap upaya pencapaian Visi, Misi dan Janji
Presiden 2020-2024 dan Prioritas Pembangunan Nasional yang tertera dalam RPJMN
2020-2024, serta untuk memastikan Visi, Misi dan Tujuan BKKBN yang telah ditetapkan
dapat tercapai, diperlukan suatu ukuran keberhasilan atas seluruh Program dan Kegiatan
Prioritas yang dilakukan dalam bentuk Sasaran Strategis. Dalam Renstra BKKBN 2020-
2024 ditetapkan Sasaran Strategis yang harus dicapai sebagai berikut:
22
Modul Program Bangga Kencana

1. Menurunnya Angka Kelahiran Total/Total Fertility Rate (TFR) dapat mencapai 2,26
pada tahun 2020 dan ditargetkan menjadi 2,1 pada 2024.
2. Meningkatnya Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi Modern/Modern
Contraceptive Prevalence Rate (mCPR) 61,78 persen pada tahun 2020 dan
ditargetkan menjadi 63,41 persen pada tahun 2024.
3. Menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi/UnmetNeed 8,6 persen pada
tahun 2020 dan ditargetkan menjadi 7,4 persen pada 2024.
4. Menurunnya Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur 15-19 tahun/Age
SpecificFertilityRatio (ASFR) 15-19 tahun, dengan target 25 per-1.000 kelahiran
pada tahun 2020 dan ditagetkan menjadi 18 per 1.000 kelahiran pada 2024.
5. Meningkatnya Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga) sebesar 53,57 pada tahun
2020 serta ditargetkan menjadi 61,00 pada tahun 2024.
6. Meningkatnya Median Usia Kawin Pertama (MUKP) dari 21,9 tahun pada 2020 dan
menjadi 22,1 tahun pada 2024.

Sebagaimana tertera sebelumnya, seluruh Sasaran Strategis diatas dirumuskan guna


mencapai Visi, Misi dan Tujuan BKKBN. Agar upaya pencapaian Visi, Misi dan Tujuan tersebut
dapat tetap terukur, maka BKKBN menggunakan Indikator Dampak “Laju Pertumbuhan
Penduduk (LPP)”. LPP merupakan indikator yang upaya pencapaiannya harus secara
komprehensif melibatkan lintas sektor/bidang serta harus dikoordinasikan dengan baik oleh
Pemerintah Indonesia. Target LPP dalam Renstra BKKBN 2020-2024 ini mengacu pada
Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045 dengan interval 5 (lima) tahunan, yang disusun pada
tahun 2018 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian PPN/Bappenas, dan UNFPA.
Ditetapkan target LPP dalam periode 2015-2020 dapat mencapai 1,11 persen, dan diharapkan
penurunan LPP dapat mencapai 0,95 persen selama periode 2020-2025.
Rencana Strategis (Renstra BKKBN) 2020-2024 telah secara resmi disahkan melalui
Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 6 Tahun 2020 dan
telah masuk di dalam Lembaran Negara Nomor 466 Tahun 2020. Dokumen Renstra BKKBN
2020-2024 tersebut dapat digunakan sebagai salah satu acuan utama baik dalam
perencanaan/penyusunan program/kegiatan prioritas, pelaksanaannya, maupun dalam
evaluasi capaian program, kebijakan dan kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan BKKBN
selama periode tahun 2020-2024.

23
Modul Program Bangga Kencana

Pada dasarnya Renstra BKKBN 2020-2024 mengalami Redesign Program, dimana


sebelumnya terdapat 4 (empat) Program di BKKBN, untuk periode 2021-2024 dilakukan re-
design menjadi 2 (dua) Program yaitu Program Bangga Kencana (KSPK, Dalduk, KBKR, ADPIN
dan Lalitbang) dan Program Dukungan Manajemen (DKM) yang terdiri dari Settama dan
Irtama.

E. Rangkuman
Dalam pengelolaan Program Bangga Kencana yang lebih efektif dan efisien, dengan
memperhatikan kerangka waktu dalam pencapaian sasaran program/kegiatan prioritas,
baik selama kurun waktu 5 (lima) tahun kedepan, maupun di setiap tahunnya
(program/kegiatan jangka pendek/ tahunan), BKKBN mengacu kepada Renstra BKKBN
2020-2024. Pembangunan Program Bangga Kencana diharapkan mampu mengikuti
perkembangan isu dan lingkungan strategis sebagai rangkaian yang tidak terpisahkan
untuk pencapaian tujuan BKKBN.

F. Latihan
Jawablah pertanyaan berikut ini!
1. Sebutkanlah visi dan misi BKKBN (2020-2024)!
2. Jelaskanlah tujuan BKKBN salam rangka mencapai sasaran program prioritas
Presiden untuk periode 2020-2024!
3. Uraikanlah sasaran strategis yang dimiliki oleh BKKBN yang mengacu pada
prioritas pembangunan nasional yang tertera dalam RPJMN 2020-2024 serta
memperhatikan visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan!
4. Menurut pendapat Saudara, bagaimanakah cara Angka Kelahiran Total/Total
Fertility Rate (TFR) dapat mencapai target menjadi 2,1 pada 2024?
5. Menurut pendapat Saudara bagaimana visi dari BKKBN tersebut berkaitan dengan
tugas Saudara sebagai seorang PKB?

24
Modul Program Bangga Kencana

BAB IV
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI,
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
Indikator Hasil Belajar: Setelah mempelajari bab ini peserta diharapkan dapat
menjelaskan Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi, Dan Kerangka
Kelembagaan.

Arah Kebijakan dan Strategi Nasional


Agenda pembangunan nasional selama 20 tahun telah di tuangkan di dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, yang merupakan
acuan, arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang dilakukan secara
bertahap dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional dan keberlanjutan dari
pembangunan sebelumnya. Saat ini Indonesia memasuki periode terakhir RPJMN IV
tahun 2020-2024, dimana visi dan misi pembangunan dalam RPJPN menjadi landasan
sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 untuk mewujudkan masyarakat
Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di
berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber
daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.
Lebih lanjut sebagaimana tertera dalam Lampiran I Peraturan Presiden Nomor 18
Tahun 2020 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024,
Presiden telah menetapkan 5 (lima) arahan utama sebagai strategi dalam pelaksanaan
misi Nawacita dan pencapaian sasaran Visi Indonesia 2045. Kelima arahan tersebut
mencakup (1) Pembangunan Sumber Daya Manusia, (2) Pembangunan Infrastruktur, (3)
Penyederhanaan Regulasi, (4) Penyederhanaan Birokrasi, dan (5) Transformasi Ekonomi.
RPJPN 2005-2025, Visi Indonesia 2045, Visi Misi dan 5 (lima) arahan utama Presiden
menjadi landasan utama RPJMN 2020-2024, yang selanjutnya diterjemahkan kedalam 7
agenda pembangunan (Prioritas Nasional/PN).
Dalam hal ini, BKKBN diberi mandat untuk turut berkontribusi secara langsung
pada PN “Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Berkualitas dan Berdaya Saing”, dan

25
Modul Program Bangga Kencana

PN “Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan”, dengan penjabaran sebagai


berikut:
1. Prioritas Nasional (PN) Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Berkualitas dan
Berdaya Saing;
a. Program Prioritas (PP) Perlindungan Sosial dan Tata Kelola Kependudukan,
dengan KP; 1) Integrasi Sistem Administrasi Kependudukan, dan 2) Pemaduan
dan Sinkronisasi Kebijakan Pengendalian Penduduk.
b. PP Penguatan Pelaksanaan Perlindungan Sosial, dengan KP; Kesejahteraan
Sosial.
c. PP Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan, dengan KP; 1)
Peningkatan Kesehatan Ibu, Anak, Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan
Reproduksi, dan 2) Percepatan Perbaikan Gizi Masyarakat.
Dari Program Prioritas tersebut, BKKBN memiliki kontribusi terhadap KP Peningkatan
Kesehatan Ibu Anak, KB dan Kesehatan Reproduksi, dengan fokus strategi untuk:
a. Peningkatan pengetahuan ibu dan keluarga khususnya pengasuhan, tumbuh
kembang anak dan gizi;
b. Perluasan cakupan KB dan kesehatan reproduksi berkualitas sesuai
karakteristik wilayah melalui penguatan kemitraan dengan pemerintah daerah;
c. Peningkatan pengetahuan dan akses layanan kesehatan reproduksi bagi
remaja dan praremaja yang responsif gender;
d. Peningkatan kompetensi PKB/PLKB;
e. Penguatan jejaring dalam pelayanan KB dan kesehatan reproduksi khususnya
praktik mandiri bidan, dokter swasta dan organisasi profesi; dan
f. penguatan advokasi, komunikasi, informasi, edukasi (KIE) Program Bangga
Kencana serta konseling KB dan Kesehatan Reproduksi secara komprehensif.

2. Prioritas Nasional (PN) Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan: PP


Revolusi Mental dan Pembinaan Ideologi Pancasila untuk Memperkukuh Ketahanan
Budaya Bangsa dan Membentuk Mentalitas Bangsa yang Maju, Modern, dan
Berkarakter, dengan KP Revolusi mental dalam sistem sosial untuk memperkuat
ketahanan, kualitas dan peran keluarga dan masyarakat dalam pembentukan
karakter sejak usia dini. Dari KP tersebut, BKKBN berkontribusi melalui beberapa
fokus strategi, diantaranya:
26
Modul Program Bangga Kencana

a. Peningkatan pemahaman peran keluarga yang memiliki anak remaja dalam


pengasuhan dan pembentukan karakter remaja.
b. Peningkatan penyampaian informasi dan edukasi pada remaja dalam
pembentukan karakter.
c. Peningkatan pemahaman keluarga dalam pola pengasuhan dan pendampingan
anak sejak usia dini.
d. Penguatan pemberdayaan ekonomi keluarga guna meningkatkan kualitas
keluarga.

Arah Kebijakan dan Strategi BKKBN


Arah kebijakan dan strategi BKKBN secara umum mengacu pada arah kebijakan
dan strategi nasional yang dijabarkan dalam RPJMN 2020-2024, terutama dalam
menerjemahkan Prioritas Nasional melalui Program Prioritas (PP) dan Kegiatan
Prioritas (KP) yang menjadi arahan Presiden RI sebagai fokus penggarapan
Pembangunan Nasional Indonesia periode 2020-2024. Adapun arah kebijakan dan
strategi BKKBN adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga yang holistik dan integratif
sesuai siklus hidup, serta menguatkan pembentukan karakter di keluarga melalui
strategi:
a. Penguatan pemahaman 8 fungsi keluarga.
b. Optimalisasi pola asuh dan pendampingan balita dan anak, serta pembentukan
dan penguatan karakter sejak dini melalui keluarga.
c. Peningkatan pola asuh dan pendampingan remaja, peningkatan kualitas dan
karakter remaja, serta penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja.
d. Peningkatan kemandirian ekonomi keluarga, dengan sasaran khusus keluarga-
keluarga akseptor KB lestari, keluarga peserta MKJP khususnya MOP dan MOW,
serta peserta KB Mandiri di wilayah Kampung KB.
e. Peningkatan ketahanan dan kemandirian keluarga rentan.
f. Penguatan pelayanan ramah lansia melalui 7 (tujuh) dimensi lansia tangguh dan
pendampingan perawatan jangka panjang bagi lansia.
g. Peningkatan kemitraan pembangunan keluarga.

27
Modul Program Bangga Kencana

2. Menguatnya pemaduan dan sinkronisasi kebijakan pengendalian penduduk melalui


strategi:
a. Pengembangan Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK).
b. Penguatan sinergitas kebijakan penyelenggaraan pengendalian penduduk.
c. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan.
d. Peningkatan sinkronisasi dan pemanfaatan data/informasi kependudukan.

3. Meningkatkan akses dan kualitas penyelenggaraan KBKR yang komprehensif


berbasis kewilayahan dan fokus pada segmentasi sasaran melalui strategi:
a. Penguatan kapasitas faskes dan jaringan/jejaring yang melayani KBKR.
b. Penguatan kemitraan kualitas pelayanan KBKR.
c. Peningkatan jangkauan pelayanan KBKR di wilayah dan sasaran khusus.
d. Peningkatan KB Pria.
e. Penguatan promosi dan konseling kesehatan reproduksi berdasarkan siklus
hidup, pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) dan peningkatan
pelayanan KB Pasca Persalinan (KB PP).
f. Peningkatan kemandirian PUS dalamber-KB.

4. Meningkatkan Advokasidan Penggerakan Program Bangga Kencana sesuai dengan


karakteristik wilayah dan segmentasi sasaran, yang dapat diwujudkan melalui
strategi:
a. Peningkatan penyebarluasan materi KIE Program Bangga Kencana sesuai
segmentasi sasaran dan wilayah.
b. Peningkatan kinerja tenaga Penyuluh KB/PLKB dan pemberdayaan masyarakat
melalui penggerakan kader PPKBD/Sub PPKBD.

5. Memperkuat system informasi keluarga yang terintegrasi, dengan strategi:


a. Peningkatan kualitas dan pemanfaatan data/informasi Program Bangga
Kencana berbasis teknologi informasi di seluruh tingkatan Wilayah.
b. Pengembangan Smart Technology/Smart Program untuk memperkuat
pengelolaan Program Bangga Kencana.

28
Modul Program Bangga Kencana

Berbagai arah kebijakan dan strategi BKKBN sebagaimana tersebut diatas tentunya
memerlukan dukungan untuk membantu agar operasionalisasi Program Bangga
Kencana dapat berjalan dengan baik, diantaranya:
1. Dari sisi Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan Program BanggaKencana, arah
kebijakan yang diambil diantaranya untuk meningkatkan Kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM), Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Pengembangan Inovasi, serta
Penguatan Kerjasama Global Program Bangga Kencana, yang dapat diwujudkan
melalui strategi:
a. peningkatan kualitas SDM Program Bangga Kencana melalui pendidikan dan
pelatihan yang terstandarisasi berbasis teknologi informasi;
b. peningkatan kualitas, pemanfaatan hasil Penelitian dan Pengembangan
Inovasi Program Bangga Kencana sebagai input/masukan atas rumusan
kebijakan;
c. peningkatan kemitraan dan kerjasama global di bidang pendidikan, pelatihan,
dan pengembangan untuk memperkuat kelembagaan.
2. Dari sisi Dukungan Manajemen, Sekretariat Utama memiliki arah kebijakan untuk
dukungan manajemen yang berkualitas dalam mendukung Penyelenggaraan
Program Bangga Kencana, yang dapat diwujudkan melalui strategi: Rencana
Strategis BKKBN 2020-2024 27
a. penyediaan dan sinkronisasi landasan hukum Kependudukan dan KB, serta
Pengelolaan Organisasi dan Tatalaksana;
b. peningkatan kualitas pengelolaan keuangan dan BMN;
c. penguatan Perencanaan Program dan Anggaran;
d. peningkatan kualitas pengelolaan administrasi kepegawaian dan
Pengembangan SDM Aparatur; dan e. penyediaan pelayanan administrasi
perkantoran dan kerumahtanggaan yang berkualitas.
3. Dari sisi pengawasan dan peningkatan akuntabilitas, Inspektorat Utama memiliki
arah kebijakan untuk meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Program Bangga
Kencana guna mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, yang akan
diwujudkan melalui strategi:
a. mendorong pengelolaan keuangan BKKBN secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, ekonomis, efisien, dan efektif;

29
Modul Program Bangga Kencana

b. mendorong pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP),


Reformasi Birokrasi dilaksanakan secara efektif dan efisien oleh seluruh Unit
Kerja Eselon I dan Perwakilan BKKBN Provinsi;
c. mendorong seluruh kebijakan yang ditetapkan Kepala BKKBN dilaksanakan
secara konsisten oleh seluruh Unit Kerja Eselon I dan Perwakilan BKKBN
Provinsi; dan
d. mendorong pencapaian sasaran strategis BKKBN secara efektif dan efisien.

Dalam menjabarkan arah kebijakan dan strategi BKKBN sebagaimana tertera diatas,
terutama dalam implemetasinya, BKKBN akan terus memperhatikan perkembangan
situasi/kondisi dan isu strategis nasional serta prioritas strategi pembangunan
nasional. Salah satu strategi pembangunan nasional yang perlu mendapat perhatian
adalah Pengarusutamaan Gender yang telah diamanatkan dalam Instruksi Presiden
(Inpres) No 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan
Nasional. Pengarusutamaan Gender merupakan isu lintas sektor yang tanggung jawab
implementasinya harus didukung baik oleh Pemerintah Pusat (lintas K/L) maupun oleh
Pemerintah Daerah. BKKBN berkomitmen untuk memastikan setiap orang (laki-laki
dan perempuan) mendapatkan hak yang sama dalam pelayanan Program Bangga
Kencana serta memperhatikan konsep Pegarusutamaan Gender dalam perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi Program/Kegiatan
Bangga Kencana yang inklusif gender.

Kerangka Regulasi
Untuk mengimplementasikan Program Bangga Kencana secara maksimal diseluruh
tingkatan wilayah, diperlukan dukungan kerangka regulasi selain dari apa yang telah
ditetapkan dalam Undang-Undang No. 52 Tahun 2009. Upaya implementasi Program Bangga
Kencana di seluruh tingkatan wilayah juga telah didukung dengan telah diterbitkannya
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi,
Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah yang telah
memasukan kegiatan-kegiatan prioritas lapangan Program Bangga Kencana di Tk. Provinsi
dan Kabupaten/Kota. Akan tetapi, integrasi kerangka regulasi dalam dokumen perencanaan
tetap harus disusun guna mensinergikan kerangka pendanaan dan kerangka pelayanan
30
Modul Program Bangga Kencana

umum dan investasi sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2017 tentang
Sinkronisasi Proses Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional dan Peraturan
Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penyusunan Renstra
K/L Tahun 2020-2024, yang menyatakan bahwa Kerangka Regulasi adalah perencanaan
pembentukan regulasi dalam rangka memfasilitasi, mendorong dan mengatur perilaku
masyarakat dan penyelenggaraan negara dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
Oleh sebab itu, kerangka regulasi BKKBN diarahkan untuk menjamin terwujudnya
pencapaian target/sasaran yang ditetapkan dalam RPJMN dan Renstra BKKBN 2020-2024.
Secara umum, diperlukan dukungan regulasi yang dapat memperkuat posisi dan pelaksanaan
Program Bangga Kencana, diantaranya:
1. Harmonisasi UU No. 52 Tahun 2009 dengan UU No. 23 Tahun 2014 terkait dengan
Kelembagaan Program Bangga Kencana di daerah Provinsi dan Kab/Kota serta
penguatan Program Bangga Kencana di Desa, sebagai dukungan untuk:
a. Kelembagaan Program Bangga Kencana di Provinsi, dan Kabupaten/ Kota
sesuai dengan prinsip otonomi daerah.
b. Penyelenggaraan Program Bangga Kencana di Daerah, baik tingkat Provinsi,
Kabupaten /Kota, maupun Desa.
c. Penguatan implementasi Program Bangga Kencana oleh tenaga lini lapangan.
Hasil harmonisasi ini juga dapat menjadi acuan dalam merumuskan regulasi
lain (baik baru, revisi, maupun regulasi turunan) dari UU No.52 Tahun 2009 dan
UU No.23 Tahun 2014, yang sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
Program Bangga Kencana di seluruh tingkatan wilayah.
2. Peraturan Bersama atau MoU antara Kepala BKKBN, Kementerian Dalam Negeri, dan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Rencana Strategis BKKBN
2020-2024 29 Transmigrasi tentang Penguatan Program Bangga Kencana di Desa,
sebagai dukungan untuk:
a. UU No. 6 Tahun 2014 terkait sistem pemerintahan desa yang mengambarkan
posisi yang equal/setara antara pemerintah desa dengan masyarakat desa dan
pengelola desa sebagai organ pemerintah dan organ kemasyarakatan. Dalam
hal ini, model kelembagaan untuk mendukung Program Bangga Kencana harus
menyesuaikan dengan desain pemerintahan desa. Kelembagaan yang masuk
dalam lingkup local self government agar keseluruhan program akan
mendapatkan dukungan politis dan operasional dari pemerintah desa.
31
Modul Program Bangga Kencana

b. Tenaga lini lapangan yang memiliki kualifikasi sebagai perencana, pelaksana


dan sekaligus penggerak. Tenaga lini lapangan harus dapat bekerja selaku
birokrasi Program Bangga Kencana dan sebagai role model yang mampu
menggerakkan potensi masyarakat agar dapat berpartisipasi secara optimal.
Kemampuan komunikasi dan negosiasi dengan kepala Desa, perangkat Desa
dan tokoh masyarakat akan menjadi titik kekuatan keberhasilan program. Oleh
karena itu, tenaga lini lapangan harus diberikan dukungan terkait dengan
posisi kelembagaan program dalam perangkat desa sebagai kelembagaan
pemerintahan desa sehingga kinerja para tenaga lini lapangan dapat dijalankan
secara profesional, terencana, terukur serta memiliki dampak terhadap
kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk, keluarga berencana dan
pembangunan keluarga.
c. Penguatan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan Bangga Kencana lintas sektor
yang dilaksanakan di Kampung KB. Sinkronisasi kegiatan lintas sektor dapat
meningkatkan manfaat Kampung KB bagi masyarakat, terlebih apabila dapat
dilaksanakan dengan tepat sasaran (segmentasi sasaran wilayah) atau sesuai
dengan kebutuhan masyarakat (segmentasi kebutuhan masyarakat). Selain
itu, koordinasi juga dapat dilakukan untuk mewujudkan sinergitas data yang
dimiliki oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi (Kemendes PDTT), terutama data terkait daerah 3T (Tertinggal,
Terdepan, dan Terluar Indonesia) sebagai basis data penetapan segmentasi
sasaran wilayah/lokasi Kampung KB yang perlu segera mendapat perhatian
khusus.
3. Kebijakan yang sistematis dan strategis dalam rangka optimalisasi pelaksanaan
pembangunan Program Bangga Kencana. Program Bangga Kencana harus dapat
diselenggarakan secara terpadu dengan menggunakan pendekatan lintas
sektoral dari seluruh potensi yang ada Rencana Strategis BKKBN 2020-2024 baik
dari pemerintah, swasta, maupun peran serta/inisiatif masyarakat. Penguatan
landasan hukum dalam bentuk Peraturan Presiden RI sebagai dukungan regulasi
terhadap Penyelenggaraan Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga, dan penyerasian kebijakan pembangunan Program Bangga Kencana
terhadap beberapa permasalahan sangat diperlukan, antara lain:

32
Modul Program Bangga Kencana

a. Penerbitan landasan hukum dan penyerasian kebijakan yang saat ini belum
memadai, dimana masih terdapat beberapa peraturan pemerintah dari UU
nomor 52 tahun 2009 yang belum disusun dan ditetapkan, dan masih banyak
kebijakan pembangunan sektor lain yang belum sinergi dengan pembangunan
Program Bangga Kencana.
b. Penegasan komitmen dan dukungan pemerintah pusat dan daerah terhadap
kebijakan Program Bangga Kencana yang masih relatif rendah. Diperlukan
regulasi untuk meningkatkan pemahaman pemerintah pusat dan daerah
tentang Program Bangga Kencana, sinergitas kebijakan perencanaan program
dan penganggaran yang terkait dengan Program Bangga Kencana di dalam
perencanaan daerah, dan peraturan perundangan yang mendukung penguatan
kelembagaan.
c. Penguatan koordinasi pembangunan Program Bangga Kencana dengan
program pembangunan lainnya, antara lain koordinasi dengan program
bantuan pemerintah seperti Program Keluarga Harapan/ PKH, Jampersal dan
SJSN Kesehatan, serta penanganan atas kebijakan pembangunan Program
Bangga Kencana yang selama ini masih bersifat parsial. 4) Penerbitan
Peraturan Presiden tentang Pedoman Penyelenggaraan Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang merupakan amanat/perintah
dari Pasal 14 Peraturan Pemerintah 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem
Informasi Keluarga.
4. Standarisasi pelayanan KB yang mempertimbangkan aspek penggerakan, pelayanan
di fasilitas kesehatan yang merujuk pada Peraturan Perundangundangan yang berlaku
di Sistem Kesehatan Nasional dan aspek pembinaan kepesertaanber-KB. Program
Bangga Kencana merupakan upaya pokok dalam pengendalian jumlah penduduk dan
peningkatan kesejahteraan keluarga sebagai bagian integral pembangunan nasional.
Peraturan Kepala BKKBN Nomor: 55/HK-010/B5/2010 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera di Kabupaten/Kota perlu
disesuaikan dengan perkembangan regulasi yang Rencana Strategis BKKBN 2020-
2024 31 ada (termasuk target/indikator kinerja 2020-2024). Selain itu, pengaturan
mengenai pelayanan KB juga perlu dilakukan pembaruan dan pengayaan materi yang

33
Modul Program Bangga Kencana

mempertimbangkan aspek penggerakan, pelayanan di fasilitas kesehatan, Sistem


Kesehatan Nasional dan aspek pembinaan kesertaan ber-KB.
5. MoU antara BKKBN dengan Lembaga Administrasi Negara dalam rangka akreditasi
lembaga/balai pendidikan dan pelatihan (Diklat) BKKBN. Tenaga PenyuluhKB/PLKB
yang merupakan PNS/ASN memiliki fasilitas untuk meningkatkan kapasitasnya
sebagaimana diatur dalam Pasal 11 UU No. 5/2014. Dari ketentuan Pasal 11 tersebut
menunjukkan bahwa adanya tuntutan bagi ASN untuk bekerja secara professional dan
berkualitas. Oleh karena itu, diperlukan penilaian akreditasi terhadap lembaga
pendidikan dan pelatihan BKKBN yang fungsinya untuk menjaga dan meningkatkan
kualitas standar kualitas pendidikan dan pelatihan, termasuk pelatihan kompetensi
manajerial, dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga Penyuluh
KB/PLKB.
6. Peraturan Bersama atau MoU antara Kepala BKKBN dengan Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dalam rangka peningkatan
profesionalitas tenaga lini lapangan KB di Desa. Sinkronisasi UU No. 52 Tahun 2009
dengan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa dalam memperkuat basis program di
tingkat lini lapangan sangat diperlukan mengingat sasaran terdepan dan wujud
keberhasilan Program Bangga Kencana adalah pada tingkat lini lapangan yakni di
perdesaan. Strategi untuk meningkatkan partisipasi kelembagaan di desa juga harus
menyesuaikan kebijakan nasional di desa yang dituangkan dalam UU No. 6 Tahun 2014.
7. Peraturan Kepala BKKBN Tentang Sertifikasi tenaga Penyuluh KB/ petugas lapangan
KB (PKB/PLKB) yang memperhatikan penjenjangan/ pengembangan kompetensi
sesuai tuntutan program dan memperhatikan pemerataan distribusi tenaga
PKB/PLKB di desa.
8. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pendayagunaan Tenaga
Penyuluh Bangga Kencana BKKBN yang intinya sebagai acuan dan pedoman kerja bagi
OPD Bidang Dalduk dan KB yang menangani bidang Pengendalian Penduduk dan
Keluarga Berencana Kabupaten/ Kota namun belum mengatur secara teknis tentang
bentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) Program Bangga Kencana di tingkat kecamatan.
Untuk itu perlu disusun regulasi dalam bentuk Peraturan Kepala BKKBN Tentang Balai
Penyuluhan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Program Bangga Kencana di Tingkat
Kecamatan agar program-program Bangga Kencana dapat terlaksana dengan baik

34
Modul Program Bangga Kencana

sesuai dengan rancangan dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang


berlaku.
9. Menteri Dalam Negeri sebagai kementerian yang membawahi organisasi pelaksana
kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu pada Dinas
atau Badan Daerah, telah mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pembentukan dan Klasifikasi
Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Daerah. Peraturan teknis tersebut dibentuk
atas perintah Pasal 19 ayat (5), Pasal 22 ayat (8), Pasal 28 ayat (5), Pasal 41 ayat (5), dan
Pasal 49 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah. Oleh karena itu, dalam menyusun regulasi tentang Balai Penyuluhan sebagai
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Program Bangga Kencana di Tingkat Kecamatan
diperlukan harmonisasi dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas
dan Unit Pelaksana Teknis Daerah agar tidak ada kontradiksi antar peraturan.

Kerangka Kelembagaan
Dalam rangka mendukung upaya pencapaian Visi, Misi dan Janji Presiden, BKKBN
harus didukung oleh perangkat organisasi, proses bisnis (tata laksana), dan sumber daya
aparatur yang mampu melaksanakan tugas yang dibebankan kepada BKKBN secara efektif
dan efisien baik di tingkat Kantor Pusat maupun di tingkat kantor perwakilan di wilayah.
Dalam perspektif ini kegiatan pengembangan dan penataan kelembagaan mutlak
dilaksanakan secara efektif, intensif, dan berkesinambungan. Dari sisi regulasi yang berlaku,
penataan kelembagaan BKKBN berangkat dari Undang-undang No. 52 Tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Keluarga, Peraturan Presiden No. 62 Tahun 2010 tentang
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Peraturan Presiden No.3 Tahun
2013 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 Tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga
Pemerintah Non Kementerian, dan Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2013 Tentang Perubahan
Kedelapan atas Keputuan Presiden No. 110 Tahun 2001 Tentang Unit Organisasi dan Tugas
Eselon I Lembaga Pemerintah Non Kementerian.
Memperhatikan bahwa permasalahan dan tantangan yang dihadapi BKKBN dewasa ini
dan dimasa mendatang semakin kompleks dan dinamis, pengembangan dan penataan

35
Modul Program Bangga Kencana

kelembagaan BKKBN perlu berorientasi pada sekurang-kurangnya lima prioritas sebagai


berikut:
1. Memperkuat budaya organisasi yang mengacu pada nilai-nilai good corporate
governance (tata kelola organisasi yang baik) dan berorientasi pada outcome;
2. Merevisi model operasional dengan prioritas penataan pada penyempurnaan dan
percepatan proses bisnis dengan mengoptimalisasikan penggunaan teknologi
informasi, digitalisasi dan big data;
3. Menyempurnakan sistem birokrasi melalui penataan struktur organisasi yang lebih
“adaptif” terhadap lingkungan bisnis (adaptive organization), dan dapat meningkatkan
kemampuan organisasi untuk mencapai tujuan secara efisien (“fit-for-purpose”);
4. Meningkatkan kontribusi dan prestasi kerja pegawai melalui pengembangan
manajemen talenta yang sekurang-kurang mencakup peningkatan kinerja,
kompetensi dan komitmen pegawai; dan
5. Menjadi lebih proaktif dalam mengedukasi dan bekerjasama dengan stakeholders
untuk menghasilkan berbagai terobosan dalam pembangunan kependudukan,
keluarga berencana dan pembangunan keluarga, baik di tingkat nasional mapun
daerah.

Rangkuman
Pengembangan dan penataan Kelembagaan BKKBN memerlukan proses yang cukup
panjang, selain harus mempertimbangkan arah kebijakan, strategi, tujuan, sasaran strategis
serta sasaran program dan Indikator Kinerja Utama per-unit Eselon I yang akan dicapai dalam
RPJMN dan Renstra BKKBN periode 2020- 2024, juga harus memperhatikan sinergitas lintas
sektor/lintas Kementerian/ Lembaga (KL) serta memperhatikan arahan Presiden RI terkait
penyederhanaan struktur organisasi K/L, pemangkasan alur birokrasi (pemangkasan Tk.
Eselon III dan Eselon IV), serta penambahan Jabatan Fungsional Aparatur Sipil Negara untuk
mempercepat pelaksanaan pelayanan fungsional sesuai dengan keahlian/ keterampilannya.
Untuk melaksanakan program bangga kencana ini maka perlu memperhatikan arah
kebijakan, strategi, kerangka regukasi serta kjerangka kelembagaan yang secara
keseluruhannya telah tercantum di dalam Renstra BKKBN 2020-2024.

36
Modul Program Bangga Kencana

Latihan
Jawablah pertanyaan berikut ini!

1) Jelaskanlah arah kebijakan nasional Indonesia terkini yang diharapkan akan dapat
dicapai melalui strategi prioritas pembangunan nasional!
2) Jelaskanlah arah kebijakan dan strategi nasional di dalam RPJMN yang terkait
langsung dengan BKKBN!
3) Arah kebijakan dan strategi BKKBN secara umum mengacu pada arah kebijakan dan
strategi nasional yang dijabarkan dalam RPJMN 2020-2024, terutama dalam
menerjemahkan Prioritas Nasional melalui Program Prioritas (PP) dan Kegiatan
Prioritas (KP) yang menjadi arahan Presiden RI sebagai fokus penggarapan
Pembangunan Nasional Indonesia periode 2020-2024. Jelaskanlah Arah Kebijakan dan
Strategi BKKBN!

37
Modul Program Bangga Kencana

BAB V
BKKBN DI ERA YANG TELAH BERUBAH

Indikator Hasil Belajar: Setelah mempelajari bab ini peserta diharapkan


dapat menjelaskan BKKBN di era yang telah berubah yang
menunjukkan bagaimana BKKBN di rebranding dalam berbagai aspek

Pada hakikatnya pembangunan manusia harus didasarkan pada manusia sebagai


subjek sekaligus sebagai objek pembangunan. Saat ini seluruh masyarakat Indonesia
menjadi khalayak program BKKBN, terutama generasi X, generasi Milenial dan generasi
Zilenial. Struktur penduduk yang saat ini telah berubah membuat para generasi milenial
menjadi konstituen utama yang disasar oleh BKKBN.

Generasi milenial ini adalah penduduk yang lahir pada kisaran tahun 1980 hingga tahun
2000-an. Generasi milenial menjadi istimewa karena generasi ini sangat berbeda dengan
generasi sebelumnya, apalagi dalam hal yang berkaitan dengan konsep diri, konsep hidup,
dan penggunaan teknologi. Dari toal jumlah penduduk di Indonesia yang mencapai 265 juta
penduduk, terdapat 81 juta diantaranya merupakan generasi milenial atau berusia antara 15
hingga 39 tahun. Oleh sebab itu, maka pendekatan pelaksnaan program BKKBN perlu diubah.
Pendekatan lama yang dahulu digunakan untuk era Baby Boomer, yakni penduduk yang lahir
di antara tahun 1946 – 1955, menjadi tidak relevan untuk terus digunakan. BKKBN
memerlukan pendekatan jenis baru yang sesuai dengan sasaran saat ini, yakni generasi
milenial.

A. Rebranding tahun 2020-2022


Awal tahun 2020, BKKBN melakukan rebranding pada berbagai hal. Rebranding ini
diawali dengan adanya studi formatif yang melibatkan publik untuk mengetahui persepsi
masyarakat terhadap BKKBN dan tema-tema terkait program
BKKBN. Studi formatif dilakukan pada tingkat nasional (Jakarta) dan di 3 provinsi terpilih
(Sumatera Utara, Jawa Timur dan Maluku). Hasil studi formatif menyebutkan bahwa
persepsi masyarakat terhadap program Keluarga Berencana sangat lekat dengan

38
Modul Program Bangga Kencana

perencanaan keluarga dan kontrasepsi. Bahkan sebagian besar masyarakat masih hafal
slogan “Dua Anak Cukup”. Hal ini terutama dikesankan oleh generasi pra-milenial, yang
umumnya tumbuh pada masa kampanye KB begitu masih dilakukan oleh pemerintah
pada masa itu. Namun pada saat yang sama, masyarakat usia milenial muda dan generasi
Z (zillenials) tidak begitu mengenal BKKBN. Padahal jumlah kelompok tersebut
merupakan komposisi terbesar di Indonesia saat ini, dan mereka adalah sasaran dari
program- program BKKBN.

BKKBN ingin terus relevan dengan masyarakat. Jaman berubah, tantangan pun
berbeda dari masa ke masa. Saat ini, pilihan media lebih beragam dan dekat dengan
keseharian Milenial dan Zillenial, yang menjadi khalayak utama BKKBN. Generasi Milenial
dan Zillenial adalah generasi sangat aktif, pilihan aktivitasnya beragam, mengandalkan
internet dan gadgetsmartphone sebagai saluran interaksi dan aktualisasinya. Milenial
dan Zillenial adalah generasi yang hanya mau menerima sesuatu jika hal itu relevan
dengan hidup mereka. BKKBN yang pernah eksis dan diingat publik di era 70an-90an,
ingin eksis dan relevan dengan konteks kekinian bagi Milenial dan Zillenial.

Satu hal yang bisa membuat BKKBN tetap relevan dengan dunia Milenial dan Zillenial
adalah Rencana atau Perencanaan. Kata ‘rencana’ sendiri sudah tersirat dan tersurat
dalam kata ‘Berencana’ di nama ‘Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional’. Juga, tujuan ideal dari kata ‘Kependudukan’ hanya mungkin terwujud jika
masyarakat bisa diajak untuk punya orientasi perencanaan dalam hidup mereka,
utamanya bagi kalangan remaja. Dari masa remajanya hingga mereka beranjak
dewasa/tua dan nanti berkeluarga, Milenial dan Zillenial membutuhkan perencanaan
dalam hidupnya. Mereka perlu perencanaan dari hal kecil/sepele hingga perkara yang
penting dan menentukan hidup. Dengan kata lain, ‘perencanaan’ ingin dikomunikasikan
sebagai gagasan yang penting dan dirasa punya banyak manfaat bagi Milenial dan
Zillenial. Bukan sebagai anjuran dari sosok yang menempatkan diri lebih tua, lebih paham
dan punya kuasa tapi saran dari sosok yang dekat di hati dan dunia remaja. Bukan BKKBN
sebagai suara orang tua yang coba ‘sok muda’, tapi memang BKKBN adalah suara anak
muda itu sendiri.

‘Perencanaan’ sebetulnya merupakan konsep yang bisa dijadikan sebagai sikap hidup
atau mind-set. BKKBN ingin menyampaikan gagasan perencanaan dengan cara yang fun

39
Modul Program Bangga Kencana

bagi generasi remaja (Milenial dan Zillenial), bukan dengan cara top-down, menggurui,
taglineistik, jargonistik dan terkesan memerintah. BKKBN ingin dilihat sebagai teman
dan sahabat bagi generasi remaja dalam menjalani hidup mereka. BKKBN ingin diterima
sebagai teman kaum remaja merencanakan hidup mereka agar mereka bisa menikmati
hidup secara maksimal sesuai cita-cita mereka. Karenanya, perencanaan (dengan segala
spektrumnya) adalah kata kunci dan menjadi tema lomba ini. Rencana atau perencanaan
diharapkan bisa langsung terasa dari karya-karya yang dikirimkan.

Re-branding adalah cara baru BKKBN untuk menguatkan relevansinya dengan


generasi baru zaman now, yaitu generasi remaja (Milenial dan Zillenial). BKKBN adalah
lembaga yang sangat strategis untuk menyiapkan generasi baru yang unggul, agar
Indonesia menjadi lebih maju. BKKBN hari ini ingin hadir secara berbeda dari BKKBN
yang dulu, karena BKKBN menyadari setiap zaman memiliki keunikannya sendiri, setiap
masa mempunya tantangannya sendiri. BKKBN ingin tampil beda karena tantangan
zaman yang juga berbeda. Di masa lalu, nama BKKBN diingat publik karena lagu Marsnya
yang liriknya menarik dan selalu konsisten menampilkan karakter/figur ayah-ibu-2 anak.
Di tambah adanya tagline ‘Dua anak cukup’. Padahal BKKBN sejatinya lebih luas dari itu.
BKKBN, memang mencakup tapi bukan semata soal jumlah 2 anak dan kontrasepsi.
BKKBN memiliki program dengan cakupan yang luas, yaitu Kependudukan, Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga, yang dijalankan secara nasional.

Mengapa harus BKKBN melakukan rebranding?


Tujuan utama pembangunan Indonesia adalah Manusia yang Berkualitas. Pembangunan
manusia menjadi yang lebih berkualitas tentunyta harus dilakukan secara sinergis dan
menyeluruh. Pembangunan Manusia yang berkualitas dimulai dari hulu yaitu penyiapan
kehidupan berkeluarga. Saat ini, generasi Zillenial dan Milenial merupakan generasi yang
berada pada fase terdepan dalam pembangunan siklus keluarga. Oleh sebab itulah
kemudian BKKBN melakukan Rebranding yang merupakan perubahan yang dilakukan oleh
BKKBN agar relevan dan terhubung dengan sasaran utamanya.
Di era dengan khalayak sasaran yang sudah berubah dan kondisi arus informasi yang
bebas, BKKBN perlu membangun posisi baru yang menjadikannya tetap relevan dan
terpercaya dalam informasi pembangunan keluarga berkualitas dalam membangun
hubungan antara program pemerintah dan khalayaknya. Langkah yang dilakukan untuk
bergerak dari era formal seremonial ke era sahabat keluarga BKKBN memposisikan diri

40
Modul Program Bangga Kencana

sebagai “Sahabat yang membantu keluarga Indonesia dalam merencanakan kehidupan yang
berkualitas” dan mengembangkan tagline kampanye yang relevan sesuai zaman dan cocok
di seluruh karakteristik daerah di Indonesia yakni “Berencana Itu Keren”.
Untuk mendukung rebranding yang dilakukan oleh BKKBN, juga diluncurkan logo, tagline
dan jingle terbaru.
2. Logo BKKBN
Pada dasarnya BKKBN telah melakukan beberapa kali perubahan logo, yakni padatahun
1970, 2009 dan 2010. Masing-masing logo memiliki nilai filosofis tersendiri yang mewakili
visi dan misi serta tujuan dari program yang diselenggarakan oleh BKKBN. Berikut adalah
transformasi logo BKKBN yang pernah ada:

Tahun

1970

Tahun

2009

Tahun

2010

Setelah dilakukan rebranding, BKKBN turut melakukan perubahan logo. Berikut adalah
logo terbaru BKKBN pada tahun 2020:

41
Modul Program Bangga Kencana

Penggunaan logo ini didasarkan kepada Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional No. 1 Tahun 2020 tentang LOGO BKKBN. Makna dari simbol yang
tergambar di dalam simbol tersebut adalah sebagai berikut:

Simbol “Tak Terbatas” memiliki arti bahwa kependudukan


merupakan potensi tak terbatas. Perencanaan dan pengelolaan
yang tepat akan menghasilkan berbagai manfaat dan
keuntungan sebesar-besarnya untuk pembangunan Bangsa
Indonesia yang semakin unggul di masa-masa mendatang
Simbol “Cinta” memiliki arti bahwa awal dari sebuah perencanaan
adalah dari cinta kasih sayang yang tulus dan keharmonisan
keluarga yang didukung dengan lingkungan yang saling
mendukung

Simbol “Kupu-kupu” merupakan lambang proses metamorphosis


sempurna, karena proses metamorphosis kupu-kupu dari seekor
ulat, kepompong hingga menjadi kupu-kupu yang indah

Simbol “Merangkul” memiliki arti bahwa BKKBN bertekad untuk


selalu dapat merangkul setiap individu dan keluarga, menjadi
sahabat, memfasilitasi dan menjadi mitra dalam perencanaan
yang dilakukan oleh masyarakat maupun keluarga di setiap fase
kehidupannya.

Selanjutnya arti warna pada logo baru BKKBN adalah:


a. Warna Biru pada logo menunjukkan keberlanjutan kerja BKKBN dari waktu-waktu
sebelumnya, sekaligus nuansa tenang, bersahabat dan stabil. Gradasi (kiri ke kanan)
dari biru gelap bergerak menuju biru lebih terang menyampaikan pesan masa depan

42
Modul Program Bangga Kencana

yang cerah untuk masa depan generasi Indonesia


b. Warna Biru Dongker/ Navy pada Logo melambangkan unsur ketulusan, kesungguhan
dan kehangatan. Dimana BKKBN dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab yang
diemban sesuai dengan amanat Undang-Undang memegang prinsip tulus dan
sungguh-sungguh, serta menjadi mitra yang hangat (dekat) dengan penduduk
Indonesia dalam hal perencanaan keluarga.
c. Warna Biru/ Kobalt melambangkan semangat seluruh insan BKKBN untuk menjadikan
BKKBN sebagai lembaga yang dinamis, bersemangat muda, sekaligus berintegritas
dan terpercaya untuk menjalankan tugas serta tanggung jawab dibidang
kependudukan yang semakin menantang; yang dampaknya akan sangat dirasakan
oleh seluruh penduduk, bangsa dan negara.

3. Program BKKBN
Agar masyarakat lebih mudah mengenali program yang diusung oleh BKKBN, maka juga
diilakukan perubahan singkatan dari program yang dilaksanakan. Sebelum rebranding
diketahui bahwa BKKBn memiliki program Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga yang disingkat dengan Program KKBPK. Setelah dilakukan
Rebranding, program yang diusung oleh BKKBN adalah program Pembangunan
Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana yang disingkat menjadi Program
Bangga Kencana. Penyebutan nama program Bangga Kencana menjadi lebih mudah
diingat dan diucapkan. s

4. Brand Association BKKBN


Selain melakukan perubahan logo, brand assosiation BKKBN juga berubah. Sebelum
rebranding brand association BKKBN adalah koservatif, KB, kontrasepsi, jaman dulu
dan lama, sedangkan setelah rebranding menjadi inovatif, progesif, kekinian dan
modern.

5. Target Audience BKKBN


Target BKKBN, seperti yang telah diulas sebelumnya telah beralih kepada generasi
Milenial dan generasi Zilenial di seluruh Indonesia dari berbagai latar belakang dan
psikografi. Oleh sebab itu dalam setiap kampanye program, generasi milenial dan
zilenial menjadi target sasaran paling utama.
43
Modul Program Bangga Kencana

6. Tagline BKKBN
BKKBN mengajak target sasaran utama yakti generasi milenial dan zilenial agar dapat
merencanakan hidup agar menjadi manusia yang berkualitas. Beberapa hal yang harus
direncanakan antara lain pendidikan, finansial, pernikahan, rencana jumlah anak,
pekerjaan/ karir, liburan, pendidikan anak hingga persiapan di hari tua. Oleh sebab itu
BKKBN muncul dengan tagline yang lebih baru yakni “Berencana Itu Keren”.

7. Mars KB dan Jingle BKKBN


Setelah rebranding, Mars KB diberikan aransemen baru yang lebih, selanjutnya juga
terdapat jingle terbaru BKKBN yang berjudul “Berencana Itu Keren”.

B. Flagship Campaign (Kampanye unggulan) BKKBN


Selain melakukan berbagai perubahan dalam bentuk logo, penyebutan program,
hingga melakukan aransemen ulang pada Mars Keluarga Berencana (KB), untuk
mewujudkan visi dan misinya, BKKBN yang saat ini menyasar target utama sasaran
program yakni generasi milenial dan zilenial telah mengelompokkan kampanye unggulan
pada setiap bidang.
Berikut adalah flagship campaign yang dilakukan oleh BKKBN:
1. Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga
− Kesejahteraan keluarga milenial
2. Lansia
− Mempersiapkan pensiun dan hari tua
− Merawat lansia
3. Remaja
− Masa depan remaja
− Karakter remaja masa depan

44
Modul Program Bangga Kencana

4. Balita dan Anak


− Pendidikan usia dini dengan orang tua milenial
− Generasi milenial mempersiapkan balita dan anak
5. Pemberdayaan ekonomi
− Keluarga milenial yang berdaya ekonomi
6. Kependudukan
− Awarness terhadap bonus demografi dari sisi milenial
7. Kesehatan Reproduksi
− Pendidikan kesehatan reproduksi terhadap milenial dan zilenial.
8. Kolaborasi
− Berkolaborasi dengan kementerian dan lembaga lain dengan target milenial
dan zilenial.
Strategi yang dilakukan oleh BKKBN dalam sosialiasi rebranding program Bangga
Kencana dan flagship campaign ini adalah dengan melakukan sosialisasi yang
dilaksanakan secara terintegrasi dalam setiap momentum sosialisasi, komunikasi dan
advokasi.

C. Rangkuman
Dinamisnya perubahan zaman dan semakin besarnya tantangan masa kini dan
masa depan membuat BKKBN selalu ingin terus relevan dengan kebutuhan masyarakat.
BKKBN ingin menjadi lebih dekat dengan generasi Milenial dan Zilenial, yang saat ini
menjadi target sarasan utama BKKBN. BKKBN telah melakukan rebranding untuk
menjawab perubahan dan tantangan yang muncul. Rebranding adalah cara baru BKKBN
untuk menguatkan relevansinya dengan generasi baru zaman now, yaitu generasi remaja
(Milenial dan Zillenial). BKKBN adalah lembaga yang sangat strategis untuk menyiapkan
generasi baru yang unggul, agar Indonesia menjadi lebih maju.

D. Latihan
Jawablah pertanyaan berikut ini!

1. Jelaskanlah esensi dari dilakukannya rebranding oleh BKKBN!


2. Jelaskanlah apa saja yang telah dilakukan oleh BKKBN dalam rangka rebranding!

45
Modul Program Bangga Kencana

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan Program Keluarga Berencana di Indonesia pada dasarnya meliputi
proses yang sangat panjang. Pada awalnya program ini tercetus dari sebuah organisasi
keluarga berencana yakni Perkumpulan Keluarga Berencana yang berkembang menjadi
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) atau Indonesia Planned Parenthood
Federation (IPPF). Upaya ini berkembang karena pemerintah, saat itu Presiden
Soeharto memasukkan program ini ke dalam program pemerintah. Bentuk nyatanya
adalah pada tahun 1967 Presiden Soeharto menandatangani Deklarasi Kependudukan
Dunia yang berisikan kesadaran betapa pentingnya menentukan atau merencanakan
jumlah anak, dan menjarangkan kelahiran dalam keluarga sebagai hak asasi manusia.
Sejak saat ini Program Keluarga Berencana berkembang hingga kini. Bahkan dalam
proses menuju pendewasaannya program yang diusung oleh BKKBN ini telah di
rebranding. Namun demikian tentunya tujuan pelaksanaan program ini tidak berubah,
yakni tentunya tetap bertujuan untuk melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.Pembangunan
Program Bangga Kencana diharapkan mampu mengikuti perkembangan isu dan
lingkungan strategis sebagai rangkaian yang tidak terpisahkan untuk pencapaian
tujuan BKKBN.

Pengembangan dan penataan Kelembagaan BKKBN memerlukan proses yang


cukup panjang, selain harus mempertimbangkan arah kebijakan, strategi, tujuan,
sasaran strategis serta sasaran program dan Indikator Kinerja Utama per-unit Eselon I
yang akan dicapai dalam RPJMN dan Renstra BKKBN periode 2020- 2024, juga harus
memperhatikan sinergitas lintas sektor/lintas Kementerian/ Lembaga (KL) serta
memperhatikan arahan Presiden RI terkait penyederhanaan struktur organisasi K/L,
pemangkasan alur birokrasi (pemangkasan Tk. Eselon III dan Eselon IV), serta
penambahan Jabatan Fungsional Aparatur Sipil Negara untuk mempercepat
pelaksanaan pelayanan fungsional sesuai dengan keahlian/ keterampilannya.Untuk

46
Modul Program Bangga Kencana

melaksanakan program bangga kencana ini maka perlu memperhatikan arah kebijakan,
strategi, kerangka regukasi serta kjerangka kelembagaan yang secara keseluruhannya
telah tercantum di dalam Renstra BKKBN 2020-2024.
Perubahan zaman dan semakin besarnya tantangan membuat BKKBN selalu
ingin terus relevan dengan kebutuhan masyarakat. BKKBN ingin menjadi lebih dekat
dnegan generasi Milenial dan Zilenial, yang saat ini menjadi target sarasan utama
BKKBN. BKKBN telah melakukan rebranding untuk menjawab perubahan dan tantangan
yang muncul. Rebranding adalah cara baru BKKBN untuk menguatkan relevansinya
dengan generasi baru zaman now, yaitu generasi remaja (Milenial dan Zillenial). BKKBN
adalah lembaga yang sangat strategis untuk menyiapkan generasi baru yang unggul,
agar Indonesia menjadi lebih maju.

Sesuai dengan tujuan utama pembangunan Indonesia yakni membangun


manusia yang berkualitas, tentunya harus dilakukan secara sinergis dan menyeluruh.
Pembangunan Manusia yang berkualitas dimulai dari hulu yaitu penyiapan kehidupan
berkeluarga. Saat ini, generasi Zillenial dan Milenial merupakan generasi yang berada
pada fase terdepan dalam pembangunan siklus keluarga. Oleh sebab itulah kemudian
BKKBN melakukan Rebranding yang merupakan perubahan yang dilakukan oleh BKKBN
agar relevan dan terhubung dengan sasaran utamanya. BKKBN perlu membangun
posisi baru yang menjadikannya tetap relevan dan terpercaya dalam informasi
pembangunan keluarga berkualitas dalam membangun hubungan antara program
pemerintah dan khalayaknya. Langkah yang dilakukan untuk bergerak dari era formal
seremonial ke era sahabat keluarga BKKBN memposisikan diri sebagai “Sahabat yang
membantu keluarga Indonesia dalam merencanakan kehidupan yang berkualitas” dan
mengembangkan tagline kampanye yang relevan sesuai zaman dan sesuai di seluruh
karakteristik daerah di Indonesia yakni “Berencana Itu Keren”.

B. Evaluasi
Kerjakan soal latihan berikut untuk memperkaya pemahaman Anda!
1. Uraikanlah secara singkat sejarah program BKKBN!
2. Jelaskanlah visi dan misi yang dimiliki oleh BKKBN!

47
Modul Program Bangga Kencana

3. Uraikanlah sasaran strategis yang dimiliki oleh BKKBN yang mengacu pada
prioritas pembangunan nasional yang tertera dalam RPJMN 2020-2024 serta
memperhatikan visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan!
4. Jelaskanlah arah dan kebijakan strategi BKKBN!
5. Bagaimana menurut Saudara peran dan kedudukan BKKBN dalam pembangunan
manusia?

48
Modul Program Bangga Kencana

DAFTAR PUSTAKA

Arjoso, S. 1981. Sejarah Perkembangan Keluarga Berencana dan Program Kependudukan.


BKKBN. Jakarta

Bidadarti, Agustina. 2020. Teori Kependudukan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor
161, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5080);

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Rencana Strategis


Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana Tahun 2020-2024.

Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024

Peraturan BKKBN nomor 1 tahun 2020 tentang Logo Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional.

Peraturan BKKBN nomor 6 tahun 2020 tentang Rencana Strategis BKKBN tahun 2020-2024

Peraturan BKKBN Nomor 157/PER/B5/2007 tentang Pedoman Tata Cara Penyusunan


Peraturan Perundang undangan dilingkungan BKKBN Peraturan Presiden Nomor 62
Tahun 2010 tentang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Peraturan Kepala BKKBN Nomor 72/PER/B5/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Website resmi BKKBN:


www.bkkbn.go.id
https://rebranding.bkkbn.go.id/

49
Modul Program Bangga Kencana

50
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
Jl. Permata No. 1 Halim Perdanakusuma, Jakarta

BERENCANA ITU KEREN


@BKKBNofficial

Anda mungkin juga menyukai