PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) antara lain
ditandai dengan adanya penurunan laju pertumbuhan penduduk, penurunan tingkat
fertilitas, peningkatan kesadaran masyarakat tentang makna keluarga kecil, dan
peningkatan kepedulian serta peran serta masyarakat dalam mengelola program KKB
yang dilakukan oleh Institusi Masyarakat Pedesaan (pembinaan tenaga IMP,
pengendalian penduduk, KB-KR dan KS-PK), LSOM, swasta, tokoh masyarakat, dan
institusi pemeritah terkait lainnya.
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga, dalam Bab X pasal 58 dikatakan bahwa setiap penduduk
mempunyai kesempatan untuk berperan serta dalam pengelolaan kependudukan dan
pembangunan keluarga. Peran serta yang dimaksud dilakukan oleh setiap individu,
lembaga swadaya masyarakat, organisasi, dan pihak swasta.
Untuk meningkatkan keberhasilan Program KKB pada masa yang akan datang,
kepedulian dan peran serta masyarakat sangat strategis. Berkaitan dengan hal
tersebut, penumbuhan, pembinaan, dan pengembangan pembinaan tenaga IMP
Pengendalian Penduduk, KB-KR dan KS-PK (PPKBD, Sub-PPKBD, dan Kelompok KB),
serta kelompok-kelompok kegiatan (Poktan) di bawah binaan PPKBD, Sub-PPKBD
tersebut. Pembinaan tenaga IMP Pengendalian Penduduk, KB-KR dan KS-PK perlu
terus dikembangkan peran baktinya mulai dari klasifikasi dasar, klasifikasi berkembang,
hingga klasifikasi mandiri sehingga dapat membina kelompok-kelompok kegiatan yang
meliputi Bina Keluarga Balita/BKB, Bina Keluarga Remaja/BKR, Bina Keluarga
Lansia/BKL, dan Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera/ UPPKS).
B. Deskripsi singkat
Anda sedang mempelajari modul pembelajaran tentang Pengembangan Pembinaan
Tenaga IMP Pengendalian Penduduk, KB-KR dan KS-PK. Mari kita cermati dan
rasakan setiap pokok dan subpokok bahasannya karena pengembangan pembinaan
tenaga IMP Pengendalian Penduduk, KB-KR dan KS-PK dapat berpengaruh pada
pelaksanaan program KKB Nasional di lapangan. Setelah mempelajari modul ini
diharapkan Anda mampu memahami dan melaksanakan pengembangan pembinaan
tenaga IMP Pengendalian Penduduk, KB-KR dan KS-PK sesuai dengan dinamika
pelaksanaan program KKB di lapangan. Modul ini dibagi menjadi tiga kegiatan belajar,
dengan perincian sebagai berikut.
Kegiatan belajar 1
Kegiatan belajar 2
Kegiatan belajar 3
C. Manfaat Modul
Modul ini diharapkan bermanfaat bagi para peserta diklat untuk membekali
pengetahuan tentang Pengembangan pembinaan tenaga IMP pengendalian penduduk,
KB-KR dan KS-PK sehingga dapat meningkatkan profesionalisme sebagai penyuluh
Keluarga Berencana.
D. Standar Kompetensi
1. Kompetensi Dasar
Setelah selesai mengikuti pembelajaran, peserta diklat diharapkan mampu
melakukan pengembangan pembinaan tenaga IMP Pengendalian Penduduk, KBKR dan KS-PK.
2. Indikator Keberhasilan
a. Peserta dapat menjelaskan peran pembinaan tenaga IMP Pengendalian
Penduduk, KB-KR dan KS-PK.
b. Peserta dapat menjelaskan Klasifikasi pembinaan tenaga IMP pengendalian
penduduk, KB-KR dan KS-PK.
c. Peserta dapat mempraktikkan pengembangan pembinaan tenaga IMP
pengendalian penduduk, KB-KR dan KS-PK.
E. Materi Pokok
1. Peran pembinaan tenaga IMP pengendalian penduduk, KB-KR dan KS-PK
2. Klasifikasi pembinaan tenaga IMP pengendalian penduduk, KB-KR dan KS-PK
3. Pengembangan pembinaan tenaga IMP pengendalian penduduk, KB-KR dan KSPK
F. Petunjuk Belajar
Untuk mencapai hasil pembelajaran, peserta diklat perlu mengikuti beberapa petunjuk
antara lain sebagai berikut.
1. Bacalah modul ini tahap demi tahap. Mulailah dengan Kegiatan Belajar 1 dan
seterusnya. Sebelum Anda benar-benar paham tentang materi pada tahap awal,
jangan membaca materi pada halaman berikutnya. Lakukan pengulangan pada
halaman tersebut sampai Anda benar-benar memahaminya.
2. Jika Anda mengalami kesulitan dalam memahami materi pada halaman atau
subbahasan tertentu, diskusikan dengan teman Anda atau fasilitator yang sekiranya
dapat membantu untuk memahami materi modul ini.
3. Setelah selesai memahami materi pada setiap kegiatan belajar sebaiknya Anda
mengerjakan latihan-latihan, menjawab soal-soal, lalu cocokkan jawaban Anda
dengan kunci jawaban yang tersedia.
4. Jika skor hasil belajar Anda masih belum memenuhi persyaratan minimal,
sebaiknya Anda tidak terburu-buru untuk mempelajari materi berikutnya. Lakukan
pengulangan dalam ujian atau latihan dengan menjawab soal-soal hinggga benarbenar mendapat skor minimal untuk melanjutkan ke materi berikutnya.
BAB II
PERAN PEMBINAAN TENAGA IMP
PENGENDALIAN PENDUDUK, KB-KR DAN KS-PK
Indikator Keberhasilan :
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan dapat menjelaskan peran
pembinaan tenaga IMP pengendalian penduduk, KB-KR dan KS-PK dalam pelaksanaan
program KKB.
dusun, Sub-PPKBD dan Kelompok KB KS satu RT. Jadi, tidak ada satu wilayah pun di
Indonesia yang tidak terjangkau oleh pembinaan kader PPKBD dan Sub-PPKBD.
Peran kelompok kegiatan terhadap program KKB pada hakikatnya merupakan wadah
pembinaan kelangsungan ber-KB bagi para keluarga anggota kelompok BKB, BKR,
BKL, dan UPPKS, khususnya yang masih PUS, baik untuk mengatur jarak kelahiran
maupun untuk membatasi jumlah anak yang sudah dimilikinya. Khusus untuk UPPKS,
UPKS berperan juga dalam meningkatan pendapatan keluarga melalui usaha ekonomi
produktif.
Dinamika yang terjadi dalam masyarakat diharapkan bersumber dari masyarakat itu
sendiri yang memutuskan dan melaksanakan program KKB sesuai dengan rencana
yang sudah sepakati. Lebih jauh lagi, kesepakatan telah diambil dari dalam masyarakat
sendiri. Semakin berkurangnya peran masyarakat terhadap kesepakatan, semakin
besarlah peluang, kesempatan, atau orang-orang yang tidak mendukung kesepakatan
tersebut atau bahkan keputusan-keputusan itu dianggap keliru.
Untuk itulah, mengapa PPKBD dan Sub-PPKBD harus tetap eksis di lapangan dan
senantiasa mengikuti perkembangan paradigma program KKB. Karena Kader PPKBD,
Sub-PPKBD yang terdiri atas Koordinator PPKBD, PPKBD, Sub-PPKBD, dan Kelompok
KB/KS selama ini memiliki peran yang sangat besar dalam mendukung suksesnya
Program KKB Nasional. Tanpa dukungan dan kerja keras PPKBD dan Sub-PPKBD
maka program KB Nasional akan menemui banyak hambatan di masyarakat.
Keberadaan PPKBD dan Sub-PPKBD telah mencakup seluruh Desa, dusun, hingga
tingkat RT yang ada di Indonesia, strategi penggerakan masyarakat dapat memakan
waktu yang cukup lama, mengingat masyarakat Indonesia yang cukup heterogen
dengan latar belakang yang berbeda pula, baik dilihat dari segi pendidikan, suku,
agama, ekonomi, sosial, budaya, maupun demografi.
Kader PPKBD dan Sub-PPKBD adalah pekerja sosial yang tangguh. Pelaksanaan tugas
PPKBD dan Sub-PPKBD di lapangan, dengan segala keterbatasan yang ada dilihat dari
segi biaya operasional dan sarana. Keuletan dan kecerdasan berpikir harus dimiliki oleh
PPKBD dan Sub-PPKBD, baik dalam merencanakan sampai pada updating data pada
laporan hasil pelaksanaan program KKB di wilayah tugas dengan legalitas SK Kepala
Desa atau Camat tentang keberadaan institusi ini di semua wilayah. Alasan lain yang
dapat dikemukakan PPKBD dan Sub-PPKBD dikatakan sebagai pekerja sosial yang
tangguh karena PPKBD dan Sub-PPKBD bekerja dengan tekun dan penuh keikhlasan
walaupun tidak digaji. Membangun paradigma berpikir bahwa menjadi kader PPKBD dan
Sub-PPKBD tidak dapat dijadikan media atau jalan pintas untuk mencari uang/materi,
tetapi lebih cenderung ke arah mencari amal untuk kebaikan masyarakat dan
kehidupan pribadinya kelak di zaman yang lebih abadi (akhirat).
Sementara itu sampai saat ini, Kader PPKBD dan Sub-PPKBD telah memiliki format
peran terhadap program KKB yang begitu jelas dan benar-benar dirasakan oleh setiap
kader pembinaan tenaga IMP pengendalian penduduk, KB-KR dan KS-PK. Format
peran tersebut dikemas dalam bentuk Enam Peran Bakti Institusi. Enam peran bakti
institusi ini telah menjadi semacam motor penggerak bagi kader pembinaan tenaga IMP
Pengendalian Penduduk, KB-KR dan KS-PK untuk mengaktualisasikan jiwa sosial dan
empatinya terhadap kesejahteraan keluarga dan masyarakat yang diyakini dapat dicapai
melalui program KKB.
Menurut Raharjo (1989) berdasarkan kelompok/institusi kepentingan masyarakat, ada
tiga tahap kemajuan institusi masyarakat. Tahap tersebut meliputi institusi swakarsa,
institusi swakarya, dan terakhir adalah institusi mandiri. Ciri-ciri institusi swakarsa pada
umumnya adalah:
1. Memiliki anggota antara 15-20 orang, bisa pula lebih kecil, misalnya 5 sampai
dengan 10 orang
2. Membentuk pengurus, setidak-tidaknya ada ketua, sekretaris dan bendahara, serta
anggota
3. Menyusun program kerja
4. Menyelenggarakan pertemuan rutin
5. Memulai spembinaan tenaga IMP Pengendalian Penduduk, KB-KR dan KS-PK, dan
6. Mempunyai pengurus.
Tahap ini harus dibina sampai jangka waktu tertentu guna bisa meningkat ke tahap
berikutnya.
Selanjutnya, institusi harus bisa beralih ke tahap berikutnya yaitu institusi swakarya,
dengan ciri-ciri:
1. Mulai memiliki peraturan yang sederhana semacam AD/ART
2. Sudah bisa menjalankan administrasi dan pembukuan guna mencatat kegiatan
3. bisa memulai usaha atau memasukkan usaha individual sebagai bagian dari
kegiatan institusi
4. Mulai bisa menyisihkan modal untuk dipinjam oleh anggota dan kalau diperlukan bisa
mengusahakan modal dari luar
5. Sudah memiliki kader Andalan, terutama dari kalangan yang muda; dan
6. Kelompok itu harus terus dikembangkan sehingga menjadi kelompok mandiri.
Berdasarkan pendapat tersebut, upaya mengoptimalkan peran kader PPKBD dan SubPPKBD dalam rangka menggiatkan/menggerakkan program KKB dilakukan dengan
menumbuhkembangkan forum komunikasi kader PPKBD, Sub-PPKBD dan menata
institusi agar dapat eksis baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan. Dengan adanya
forum komunikasi ini dan dikuatkan dengan SK Bupati/Camat, kader PPKBD dan SubPPKBD dapat lebih leluasa bergerak, saling berkomunikasi, berpembinaan tenaga IMP
Pengendalian Penduduk, KB-KR dan KS-PK, improvisasi maupun berkreasi dalam
menciptakan kegiatan-kegiatan yang memiliki kontribusi positif terhadap program KKB,
termasuk kegiatan yang punya nilai jual, misalnya menyelenggarakan seminar,
lokakarya, orientasi, pendidikan/pelatihan, dan sejenisnya dengan menggandeng pihakpihak lain yang memiliki kompetensi. Forum dapat menggali dana lewat kontribusi
peserta dan donatur yang tidak mengikat. Walaupun jalan menuju kondisi ideal sangat
sulit untuk dicapai. Tetapi pemberdayaan kader PPKBD, Sub-PPKBD di masa sekarang
dan yang akan datang meupakan tuntutan yang tidak bisa ditawar-tawar, dalam rangka
pembangunan program KKB di Indonesia.
Dalam upaya perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera
PPKBD, Sub-PPKBD sebagai wadah peran serta masyarakat pada tingkat Desa ke
bawah perlu ditumbuhkan, dibina dan dikembangkan, upaya tersebut secara bertahap
dengan sasaran tumbuh kembangnya satu PPKBD di satu Desa/Kelurahan, satu SubPPKBD di setiap dusun/RW, satu kelompok KB disetiap RT serta tumbuh dan
berkembangnya kelompok-kelompok Dasawisma di lingkungan RT. Untuk itu wilayahwilayah tertentu bisa dikembangkan lebih dari satu sesuai dengan kondisi wilayah dan
cakupan sasaran.
Pengembangan struktur PPKBD dan Sub-PPKBD merupakan upaya pengembangan
kuantitas (jumlah) PPKBD, Sub-PPKBD di setiap tingkatan wilayah yang mengacu pada
5 (lima) Pola Pembinaan Keluarga yaitu sebagai berikut.
Pola I
: PPKBD langsung membina anggota keluarga/PUS/Peserta KB
Pola II
: PPKBD membina Sub-PPKBD dan Sub-PPKBD anggota keluarga/PUS/
Peserta KB
Pola III
Pola IV
Pola V
Pengorganisasian,
Pertemuan,
KIE dan konseling,
Pencatatan, pendataan dan pemetaan sasaran,
Pelayanan kegiatan, dan
Kemandirian
2. Pertemuan
Pertemuan rutin dilaksanakan tenaga IMP pengendalian penduduk, KB-KR dan KSPK (PPKBD, Sub-PPKBD), baik antarpengurus institusi, konsultasi pengurus dengan
PLKB/PKB, maupun dengan petugas lain yang terkait secara berkala dan berjenjang.
Pertemuan ini merupakan wadah untuk menyampaikan informasi/data, bimbingan
pembinaan, evaluasi, pemecahan masalah, dan perencanaan kegiatan Program
KKB Nasional di tingkat lini lapangan.
3. KIE dan Konseling
Pembinaan tenaga IMP pengendalian penduduk, KB-KR DAN KS-PK (PPKBD, SubPPKBD) melakukan kegiatan penyuluhan, motivasi dan konseling Program KKB
Nasional untuk:
a. Mendorong peningkatan kesertaan ber-KB yang semakin mandiri;
b. Mendorong peran serta dan kepedulian masyarakat untuk memberikan perhatian
kepada kesehatan dan keselamatan ibu dan keluarganya;
c. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian keluarga terhadap kesehatan
reproduksi dalam rangka membina keharmonisan keluarga;
d. Meningkatkan ketahanan keluarga yang meliputi aspek keagamaan, pendidikan,
sosial budaya, cinta kasih dan perlindungan dalam rangka mewujudkan keluarga
yang bahagia; dan
e. Mendorong keluarga agar mau dan mampu meningkatkan pendapatan keluarga
melalui pemberdayaan ekonomi keluarga dalam rangka mewujudkan keluarga
sejahtera.
4. Pencatatan, Pendataan dan Pemetaan Sasaran
Pembinaan tenaga IMP pengendalian penduduk, KB-KR dan KS-PK (PPKBD, SubPPKBD) melakukan pencatatan kegiatan secara rutin dan ikut melaksanakan
pendataan keluarga yang dilakukan satu tahun sekali serta membuat dan melakukan
pemetaan sasaran (demografi, pemerintah PUS dan sebagainya) bersama
PLKB/PKB. Di samping itu juga mampu memanfaatkan hasil pendataan dan peta
sasaran bagi kepentingan pembinaan di tingkat wilayahnya.
5. Pelayanan Kegiatan
Pelayanan kegiatan berkaitan dengan hal-hal berikut.
a. Pendewasaan usia perkawinan, antara lain usia ideal bagi pria dan wanita untuk
menikah, kesehatan reproduksi, penanggulangan HIV/AIDs dan penyakit seks
menular lainnya, NAPZA, dan sebagainya.
b. Pengaturan kelahiran antara lain pemakian alat kontrasepsi sesuai umur ibu,
jumlah anak, jarak kelahiran, dan umur anak terkecil.
c. Pembinaan ketahanan keluarga, antara lain melalui (BKB, BKR, BKL).
d. Peningkatan kesejahteraan keluarga, pemberdayaan ekonomi keluarga melalui
Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS)
6. Kemandirian
Upaya-upaya kemandirian yang dilakukan oleh IMP pengendalian penduduk, KB-KR
dan KS-PK (PPKBD, Sub-PPKBD) meliputi kemandirian dalam pengelolaan
kegiatan, antara lain:
a. Menyalurkan alat kontrasepsi LIBI/Limas;
b. Pendanaan kelompok melalui iuran, jpembinaan tenaga IMP pengendalian
penduduk, KB-KR dan KS-PKitan dan penjualan produk setempat; dan
c. Mendorong kemandirian kelompok kegiatan (Poktan) dalam pelayanan KB.
D. Rangkuman
Pembinaan tenaga IMP pengendalian penduduk, KB-KR DAN KS-PK terdiri atas
PPKBD dan Sub-PPKBD. PPKBD (Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa)
adalah seorang atau beberapa orang kader yang secara sukarela berperan aktif
melaksanakan/mengelola program KKB Nasional di tingkat Desa/Kelurahan. Memiliki
tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat berwenang
sebagai pembantu pembina penyelenggaraan program KKB di Desa/Kelurahan untuk
melaksanakan kegiatan penyuluhan dan pelayanan KB dan KS, membina kelompok
kegiatan, mencatat dan melaporkan kegiatan yang dilakukan secara rutin.
Sub-PPKBD (Sub-Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa) adalah seorang atau
beberapa orang kader yang secara sukarela berperan aktif melaksanakan/mengelola
program KKB Nasional di tingkat dusun/Rukun Warga (RW).
Kelompok Kegiatan (Poktan) adalah wadah kegiatan Program KKB Nasional yang
berkaitan dengan penundaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Kelompok kegiatan
merupakan bagian kegiatan dari PPKBD dan Sub-PPKBD.
E. Latihan
1.
2.
3.
4.
BAB III
PEMBINAAN TENAGA IMP
PENGENDALIAN PENDUDUK, KB-KR DAN KS-PK
Indikator Keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan dapat menjelaskan
pengembangan pembinaan tenaga IMP pengendalian penduduk, KB-KR DAN KS-PK
dalam pelaksanaan program KKB.
10
efektif dan efisien harus menjadi syarat utama. Apalagi saat ini IMP sendiri telah
menggunakan Pola 5 dalam pembinaan terhadap keluarga.
Berkaitan dengan itu, paling tidak ada 5 (lima) upaya strategis yang dapat ditempuh
pemerintah dan masyarakat agar IMP dapat sesuai dengan tugas dan perannya,
terutama dalam hal posisinya sebagai wahana pengembangan SDM yang berkualitas.
Pertama, Pemerintah bersama masyarakat, LSOM, Organisasi Profesi, dan tokoh
masyarakat perlu terus melakukan pembinaan secara intensif terhadap jenis-jenis IMP
yang ada baik di tingkat Desa, dusun maupun RT. Pembinaan ini hendaknya dilakukan
secara terpadu antara institusi pemerintah terkait bersama dengan tokoh-tokoh
masyarakat dan institusi masyarakat yang ada. Substansi materi pembinaan
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.
Kedua, perlu diupayakan agar IMP dapat terlibat dalam setiap pertemuan di Desa,
Dusun maupun RT terutama jika yang dibahas berkaitan dengan pembangunan KB dan
KS. Keterlibatan ini penting, karena dapat dijadikan wahana bagi IMP untuk melakukan
koordinasi dengan aparat pemerintah, LSOM dan warga masyarakat umum sehingga
tugas dan peran yang dimainkan dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
Ketiga, memberikan kesempatan kepada IMP untuk mengembangkan kemampuan dan
kreativitasnya melalui kegiatan studi banding, magang, menghadiri ceramah ilmiah,
atau penyuluhan yang diselenggakan oleh Desa, kecamatan atau tingkat yang lebih
tinggi, serta pertamuan-pertemuan teknis lainnya yang berkaitan dengan gerakan KB
dan Pembangunan KS.
Keempat, melalui koordinasi yang mantap dan terencana, pemerintah bersama LSOM
terkait perlu mengupayakan monitoring dan evaluasi secara rutin terhadap keberhasilan
IMP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Wujud evaluasi ini dapat dalam bentuk
lomba, kunjungan pembinaan, atau kegiatan sejenis yang diselenggarakan secara
berjenjang.
Kelima, perlu diupayakan secara bijak untuk mendudukkan IMP pada posisi sesuai
tugas dan peranannya saja. Jadi tidak untuk tumpuan semua bidang, yang hanya akan
mengakibatkan IMP tidak dapat berperan sebagaimana mestinya. Upaya ini perlu
diterapkan, mengingat IMP di pedesaan tidaklah berisi orang-orang yang serba bisa
dengan tingkat pendidikan yang tinggi. Sehingga jika diberi porsi berlebih, hasilnya tidak
akan efektif.
Dapat diyakini, jika kelima upaya tersebut dapat dijalankan dengan baik, IMP yang ada
di pedesaan akan dapat berfungsi dengan baik dan peran-peran yang dibebankan
dapat dijalani dengan baik pula. Bila ini telah terwujud, berarti upaya memberdayakan
IMP agar menjadi wahana pembentukan SDM yang berkualitas telah menjadi
kenyataan sehingga harapan-harapan pemerintah dan masyarakat untuk masa depan
yang lebih baik lewat perjuangan IMP tidak lagi hanya harapan-harapan kosong tanpa
kepastian. Alhasil, memang jalan menuju kondisi ideal masih cukup panjang, apalagi di
era yang serba sulit sekarang ini. Namun, pemberdayaan kader IMP di masa sekarang
dan yang akan datang merupakan tuntutan yang tidak bisa ditawar-tawar bila kita tetap
menginginkan program KKB di negara kita kembali bergairah serta memberi manfaat
lebih pada masyarakat dan keluarga sasaran. Sekarang tinggal para pengambil
kebijakan program KKB di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota bersikap dan
berkreasi mencari cara untuk mengemas sistem atau model pemberdayaan yang efektif
yang mampu mengaktualisasikan segenap potensi dan kemampuan masyarakat untuk
dapat lebih memberdayakan kader IMP karena telah disadari bersama bahwa kader
IMP secara nyata menjadi penentu keberhasilan pengelolaan program KKB di
lapangan.
11
12
Jumlah Kelompok KB
x100%
Jumlah RT
Jumlah Sub PPKBD
b. Sub PPKBD
x100%
Jumlah RW / Dusun
Jumlah PPKBD
c. PPKBD
x100%
Jumlah desa / kelurahan
a.
Kelompok KB
= Merah
= Kuning
= Biru
13
Dengan melihat warna di peta PPKBD, Sub-PPKBD ini, koordinator, kepala UPT,
kepala cabang dinas dan PPLKB terutama PLKB/PKB akan lebih tergugah dan
segera membentuk sasaran:
a. Setiap RT harus mempunyai Kelompopk KB
b. Setiap Dusun/RW harus mempunyai Sub-PPKBD
c. Setiap Desa/Kelurahan harus mempunyai PPKBD
2. Aspek Kualitas
Penghitungan aspek kualitas PPKBD, Sub-PPKBD dihitung berdasarkan hasil
pendataan yang dilakukan PLKB/PKB dengan menggunakan K/O/INST/97.
Dari hasil pendataan tersebut dapat diketahui klasifikasi masing-masing PPKBD,
Sub-PPKBD dan Kelompok KB yang diberi bobot nilai sebagai berikut.
a. Klasifikasi Dasar
= 50
b. Klasifikasi Berkembang = 85
c. Klasifikasi Mandiri
= 100
Sehubungan dengan hal di atas, pada pemetaan aspek kualitas, maka PLKB/PKB
dapat memberikan warna sesuai aspek kualitas (merah, kuning dan biru).
Contoh :
a. Di Dusun/RW I Desa A terdapat 4 kelompok KB, dengan kondisi klasifikasi
sebagai berikut.
1) Kelompok KB Mandiri
:
1 x 100
=
100
2) Kelompok KB Berkembang :
2 x 85
=
170
3) Kelompok KB dasar
:
1 x 50
=
50
Bobot nilai
=
320
Jumlah
=
320
=
80
4
Maka rata-rata nilai adalah 80 sehingga rata-rata kuantitas PPKBD, Sub-PPKBD
di daerah tersebut warna Kuning dengan klasifikasi PPKBD, Sub-PPKBD
Berkembang.
b. Di Dusun/RW II Desa A terdapat 6 kelompok KB
sebagai berikut.
1) Kelompok KB Mandiri
:
3 x 100
2) Kelompok KB Berkembang :
3 x 85 :
Bobot nilai
Jumlah
=
555
6
300
255
555
92,50
Maka rata-rata nilai adalah 92,50 sehingga rata-rata kuantitas pembinaan tenaga
IMP Pengendalian Penduduk, KB-KR dan KS-PK di daerah tersebut warna
Biru dengan klasifikasi PPKBD, Sub-PPKBD Mandiri.
c. Di Kabupaten B terdapat 127 PPKBD dengan kondisi klasifikasi sebagai berikut.
1) PPKBD Mandiri
:
13 x 100
=
1.300
2) PPKBD Berkembang :
13 x 85
=
3.145
3) PPKBD Mandiri
:
77 x 50
=
3.850
Bobot nilai
=
8.295
Jumlah
14
8.295
=
127
65,30
Maka rata-rata nilai adalah 92,50 sehingga rata-rata kuantitas PPKBD, SubPPKBD di daerah tersebut warna Kuning dengan klasifikasi PPKBD, SubPPKBD Berkembang.
Dengan mengetahui nilai kualitas PPKBD di Kabupaten B, maka baik Satuan
Kerja Perangkat Daerah Keluarga Berencana (SKPD-KB) maupun BKKBN
Propinsi dapat menyusun rencana pembinaan PPKBD di kabupaten B. Namun
yang lebih penting lagi adalah pemahaman Ka.UPT/Koordinator KB/
Ka.Cab.Dinas/PPLKB dan PLKB/PKB mengenai kualitas PPKBD, Sub-PPKBD di
wilayahnya. Diharapkan tidak hanya melihat nilai kualitas rata-rata, tetapi
memahami kondisi masing-masing dari 6 peran bakti pada tiap-tiap PPKBD, SubPPKBD sehingga bisa lebih jelas serta terarah dalam melakukan pembinaan.
C. Pembinaan Kelompok kegiatan
1. Bina Keluarga Balita (BKB)
a. BKB Dasar
Suatu kelompok BKB dapat digolongkan kedalam kelompok BKB Dasar bila
memenuhi beberapa syarat, antara lain sebagai berikut.
1) Legalitas: dari aspek legalitas kelompok BKB yang ada harus sudah memiliki
SK pembentukan kelompok BKB yang ditandatangani oleh Kepala Desa/
Lurah.
2) Kepengurusan: jumlah pengurus 1 orang
3) Jumlah kader: jumlah kader adalah 1 orang/kelompok umur
4) Jumlah Kader yang dilatih: kriterianya < 50% dari jumlah kader yang sudah
ada.
5) Pertemuan Penyuluhan : penyuluhan yang dilakukan adalah 2 bulan 1 kali
6) Kesertaan ber-KB anggota kelompok < (lebih kecil) dari 50%
7) Sarana penyuluhan: BKB Kit, media penyuluhan, media interaksi belum
dimanfaatkan keberadaannya.
8) Pemantauan: belum dilakukan
9) Pencatatan dan Pelaporan: belum dilaksanakan
10) Pemantauan Tumbuh Kembang: belum mengisi KKA
11) keterpaduan dan pengembangan dengan kegiatan lain: dalam kelompok BKB
Dasar belum melaksanakan
12) Pembinaan: tidak ada
b. BKB Berkembang
Suatu kelompok BKB dapat digolongkan kedalam kelompok BKB berkembang
bila memenuhi beberapa syarat, antara lain sebagai berikut.
1) Legalitas: dari aspek legalitas kelompok BKB yang ada harus sudah memiliki
SK pembentukan kelompok BKB yang ditandatangani oleh Kepala Desa/
Lurah.
2) Kepengurusan: jumlah pengurus 1-2 orang
3) Jumlah kader: jumlah kader adalah 1-2 orang/kelompok umur
4) Jumlah Kader yang dilatih: kriterianya < 75% dari jumlah kader yang sudah
ada.
5) Pertemuan Penyuluhan : penyuluhan yang dilakukan adalah 1 bulan 1kali
6) Kesertaan ber-KB anggota kelompok 50%-75%
7) Sarana penyuluhan : BKB Kit, media penyuluhan, Media Interaksi sudah
dimanfaatkan keberadaannya.
8) Pencatatan dan Pelaporan : sudah dilaksanakan tetapi belum teratur
15
16
1) Legalitas: dari aspek legalitas kelompok BKR yang ada harus sudah memiliki
SK pembentukan kelompok BKR yang ditandatangani oleh Kepala Desa/
Lurah.
2) Kepengurusan: jumlah pengurus 1-2 orang
3) Jumlah kader: jumlah kader adalah 1-2 orang
4) Jumlah Kader yang dilatih: kriterianya < 75% dari jumlah kader yang sudah
ada.
5) Pertemuan Penyuluhan: penyuluhan yang dilakukan adalah 1 bulan 1kali
6) Kesertaan ber-KB anggota kelompok 50%-75%
7) Sarana penyuluhan: media penyuluhan, Media Interaksi sudah dimanfaatkan
keberadaannya.
8) Pemantauan: kadang-kadang dilakukan (3 bulan sekali)
9) Pencatatan dan pelaporan: sudah dilaksanakan tetapi belum teratur
10) Keterpaduan dan pengembangan dengan kegiatan lain: dalam kelompok
BKR Berkembang dalam rencana melaksanakan
11) Pembinaan : 3 bulan sekali dengan sektor terkait
c. BKR Paripurna
Suatu kelompok BKB dapat digolongkan kedalam kelompok BKB Paripurna
memenuhi beberapa syarat, antara lain sebagai berikut.
1) Legalitas: dari aspek legalitas kelompok BKR yang ada harus sudah memiliki
SK pembentukan kelompok BKR yang ditandatangani oleh Kepala Desa/
Lurah.
2) Kepengurusan : jumlah pengurus >2 orang
3) Jumlah kader : jumlah kader adalah >2 orang
4) Jumlah Kader yang dilatih : kriterianya >75% dari jumlah kader yang sudah
ada.
5) Pertemuan Penyuluhan : penyuluhan yang dilakukan adalah 2kali 1 bulan
6) Kesertaan ber-KB anggota kelompok >75%
7) Sarana penyuluhan: media penyuluhan, Media Interaksi ada /lengkap dan
mengembangkan.
8) Pemantauan: dilakukan 1 bulan sekali
9) Pencatatan dan pelaporan: sudah dilaksanakan secara teratur
10) Keterpaduan dan pengembangan dengan kegiatan lain: dalam kelompok
BKR Paripurna sudah melaksanakan keterpaduan.
11) Pembinaan : 1 bulan sekali dengan sektor terkait
3. Bina Keluarga Lansia (BKL)
a. BKL Dasar
Suatu kelompok BKL dapat digolongkan ke dalam kelompok BKL Dasar bila
memenuhi beberapa syarat, antara lain sebagai berikut.
1) Legalitas: dari aspek legalitas kelompok BKL yang ada harus sudah memiliki
SK pembentukan kelompok BKL yang ditandatangani oleh Kepala Desa/
Lurah.
2) Kepengurusan : jumlah pengurus 1 orang
3) Jumlah kader : jumlah kader adalah 1 orang
4) Jumlah Kader yang dilatih :kriterianya < 50% dari jumlah kader yang sudah
ada.
5) Pertemuan Penyuluhan : penyuluhan yang dilakukan adalah 2 bulan 1kali.
6) Kesertaan ber-KB anggota kelompok < (lebih kecil) dari 50%
7) Sarana penyuluhan : media penyuluhan, Media penyuluh belum
dimanfaatkan keberadaannya.
17
18
1) Legalitas: dari aspek legalitas kelompok UPPKS yang ada harus sudah
memiliki SK pembentukan kelompok UPPKS yang ditandatangani oleh
Kepala Desa/Lurah.
2) Modal berasal dari satu sumber, di bawah 2,5 juta rupiah
3) Kepengurusan: jumlah pengurus 1 orang (tidak lengkap)
4) Jumlah Kader yang dilatih :kriterianya < 50% dari jumlah kader yang sudah
ada.
5) Produksi menggunakan alat bantu sederhana
6) Jangkauan pemasaran di lingkup Desa
7) Pertemuan rutin minimal 3 bulan sekali
8) Pembukuan tidak lengkap/tidak teratur
9) Kesertaan ber-KB anggota kelompok < (lebih kecil) dari 50%.
10) Pencatatan dan Pelaporan : belum dilaksanakan
11) Keterpaduan dan Pengembangan dengan Kegiatan Lain : dalam kelompok
UPPKS Dasar belum melaksanakan.
12) Pembinaan: tidak ada
b. UPPKS Berkembang
Suatu kelompok UPPKS dapat digolongkan kedalam kelompok UPPKS
Berkembang bila memenuhi beberapa syarat, antara lain sebagai berikut.
1) Legalitas: dari aspek legalitas kelompok UPPKS yang ada harus sudah
memiliki SK pembentukan kelompok UPPKS yang ditandatangani oleh kepala
Desa/lurah.
2) Modal berasal dari 2 sumber, 2,5 juta5 juta rupiah
3) Produksi menggunakan alat teknologi
4) Kepengurusan: sudah ada (ketua, sekretaris, bendahara dan satu seksi)
5) Jumlah Kader yang dilatih: kriterianya < 75% dari jumlah kader yang sudah
ada.
6) Pertemuan rutin 2 bulan sekali
7) Pembukuan lengkap tetapi belum teratur
8) Jangkauan pemasarannya tingkat kecamatan dan kabupaten
9) Kesertaan ber-KB anggota kelompok 50%-75%
10) Pencatatan dan Pelaporan: sudah dilaksanakan tetapi belum teratur
11) Keterpaduan dan pengembangan dengan kegiatan lain: dalam kelompok
UPPKS Berkembang dalam rencana melaksanakan.
12) Pembinaan: 2 bulan sekali dengan sektor terkait
c. UPPKS Mandiri
Suatu kelompok UPPKS dapat digolongkan kedalam kelompok UPPKS Mandiri
memenuhi beberapa syarat, antara lain sebagai berikut.
1) Legalitas: dari aspek legalitas kelompok UPPKS yang ada harus sudah
memiliki SK pembentukan kelompok UPPKS yang ditandatangani oleh kepala
Desa/lurah.
2) Modal berasal dari 3 sumber atau lebih, di atas 5 juta rupiah
3) Pertemuan Rutin satu bulan sekali
4) Kepengurusan: lengkap
5) Pengurus sudah dilatih ATTG
6) Menggunakan alat produksi tepat guna yang lebih maju
7) Jangkauan pemasaran antar kabupaten/provinsi
8) Kesertaan ber-KB anggota kelompok >75%
9) Pemantauan: dilakukan 1 bulan sekali
10) Pencatatan dan Pelaporan: sudah dilaksanakan secara teratur
19
20
BAB IV
PENGEMBANGAN PEMBINAAN TENAGA IMP
PENGENDALIAN PENDUDUK, KB-KR DAN KS-PK
Indikator Keberhasilan :
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan dapat mempraktikkan
pengembangan pembinaan tenaga IMP Pengendalian Penduduk, KB-KR DAN KSPK dalam pelaksanaan program KKB.
A. Pengembangan Pembinaan Tenaga IMP Pengendalian Penduduk, KB-KR dan KSPK (PPKBD, SUB-PPKBD)
Dalam upaya pengembangan kualitas dan kuantitas pembinaan tenaga IMP
Pengendalian Penduduk, KB-KR dan KS-PK (PPKBD, Sub-PPKBD) ada beberapa
prosedur tahapan kegiatan yang harus dilakukan oleh petugas, yaitu persiapan,
pelaksanaan, pelaporan, dan pembinaan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Persiapan
Ada 3 langkah persiapan yang dilakukan dalam tahapan ini, yaitu identifikasi,
penyiapan kesepakatan dan pemantapan kesepakatan.
a. Identifikasi
Yang dimaksud dengan identifikasi adalah melaksanakan pendataan institusi
yang dilakukan oleh PLKB/PKB terhadap institusi PPKBD, Sub-PPKBD,
Kelompok KB yang ada di wilayah kerjanya. PLKB/PKB dapat melakukan
identifikasi dan inventarisasi institusi setiap saat, pada waktu kunjungan
pembinaan kepada institusi yang bersangkutan sesuai dengan pedoman yang
ada, PLKB/PKB melaksanakan identifikasi minimal satu kali dalam setahun, yaitu
bulan Januari sampai dengan Maret.
Dari hasil identifikasi, Ka.UPT/Koordinator KB/Ka.Cab.Dinas/PPLKB dan PLKB/
PKB diharapkan memperoleh data tentang:
1) Kuantitas (jumlah) dan struktur PPKBD, Sub-PPKBD (pola pembinaan
keluarga), dan
2) Kualitas menurut 6 peran bakti PPKBD, Sub-PPKBD, sehingga diperoleh
klasifikasi dasar, berkembang dan mandiri.
Dengan adanya identifikasi tersebut dapat diketahui tentang potensi-potensi
berupa dana, daya dan sarana yang dapat digali dan dikembangkan untuk
mendukung kegiatan pengembangan PPKBD, Sub-PPKBD.
b. Penyiapan Kesepakatan
Setelah diketahui pola pembinaan, klasifikasi dan potensi, maka PLKB/PKB
dapat melakukan kegiatan pendekatan, sebelumnya telah diatur dalam tata cara
kerja PLKB/PKB, yaitu:
1) Pendekatan kepada tokoh formal (Lurah/Kepala Desa)
2) Pendekatan kepada tokoh non formal (tokoh agama dan tokoh adat), dan
3) Pendekatan kepada lintas sektoral/petugas/lembaga terkait di daerah
tersebut.
21
22
1)
23
24
3) Tingkat Kecamatan
a) Petugas KB kecamatan bersama petugas KB Desa/Kelurahan
(PLKB/PKB) melakukan pemantauan, pengamatan pelaksanaan
pemutakhiran data yang dilakukan oleh kader pendata di wilayahnya.
b) Petugas KB kecamatan pembinaan tenaga IMP pengendalian penduduk,
KB-KR DAN KS-PK, menghitung dan membuat rekapitulasi laporan hasil
formulir MDK yang telah terisi lengkap dari para petugas KB
Desa/Kelurahan (PLKB/PKB) di wilayah kecamatan dan kemudian
menyerahkan kepada SKPD-KB kabupaten/kota.
4) Tingkat Kabupaten/Kota
a) SKPD-KB kabupaten/kota bersama petugas KB kecamatan dan petugas
KB Desa/Kelurahan (PLKB/PKB) di wilayahnya melakukan pemantauan,
pengamatan pembinaan, dan bimbingan teknis pelaksanaan pendataan
keluarga/pemutakhiran data keluarga yang dilakukan oleh kader pendata
di wilayahnya.
b) SKPD-KB Kabupaten/Kota menerima hasil pemutakhiran data (formulir
MDK yang terisi lengkap) dari seluruh petugas KB kecamatan di
wilayahnya.
b. Pelaksanaan pencatatan pelaporan secara berjenjang dan berlanjut meliputi halhal berikut.
1) Kegiatan pencatatan dan pelaporan di tingkat Desa/Kelurahan
a) Kartu Data Potensi PPKBD (K/0/PPKBD/10)
Kartu ini (K/0/PPKBD/10) dibuat oleh Ketua PPKBD dan digunakan
sebagai sarana untuk mencatat data potensi PPKBD yang dilakukan
setiap awal tahun anggaran (bulan Januari). Kartu ini dibuat rangkap 2
(dua) dan dikirim ke alamat yang dituju.
(1) 1 lembar untuk PLKB/Petugas KB Kecamatan.
(2) 1 lembar untuk arsip PPKBD.
Kartu data ini dilaporkan kepada PLKB/PKB/Petugas KB Desa/Kelurahan
selambat-lambatnya pada tanggal 3 Januari setiap tahun.
b) Kartu Data Potensi Sub-PPKBD (K/0/Sub-PPKBD/10)
Kartu ini (K/0/Sub-PPKBD/10) dibuat oleh Ketua Sub-PPKBD, digunakan
sebagai sarana untuk mencatat data potensi Sub-PPKBD dan dilakukan
setiap awal tahun anggaran (bulan Januari). Kartu ini dibuat rangkap 2
(dua) dan dikirim ke alamat yang dituju.
(1) 1 lembar untuk PLKB/Petugas KB Kecamatan/PPKBD.
(2) 1 lembar untuk arsip Sub-PPKBD.
Kartu data ini dilaporkan kepada PLKB/PKB/Petugas KB Desa/Kelurahan
selambat-lambatnya pada tanggal 3 Januari setiap tahun.
c) Kartu Data Potensi Kelompok KB (K/0/POK KB/10)
Kartu ini (K/0/POK KB/10) dibuat oleh Ketua Kelompok KB, digunakan
sebagai sarana untuk mencatat data potensi kelompok KB dan dilakukan
setiap awal tahun anggaran (bulan Januari). Kartu ini dibuat rangkap 2
(dua) dan dikirim ke alamat yang dituju.
(1) 1 lembar untuk PLKB/PKB/Petugas KB Desa/PPKBD/Sub PPKBD.
(2) 1 lembar untuk arsip Kelompok KB.
Kartu data ini dilaporkan kepada PLKB/PKB/Petugas KB Desa/Kelurahan
selambat-lambatnya pada tanggal 3 Januari setiap tahun.
25
26
i)
j)
27
28
t)
2)
3)
29
4. Pembinaan
Pembinaan dilakukan secara terus-menerus dan berjenjang dengan meperhatikan
hasil pendataan institusi masyarakat bulan Januari sampai dengan Maret bersamaan
dengan pendataan potensi wilayah dan pendataan potensi wilayah dan pendataan
keluarga.
Dalam melaksanakan pembinaan perlu memperhatikan kondisi klasifikasi institusi,
yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan. Dari pembinaan yang
dilaksnakan oleh PPLKB, PLKB/PKB kepada institusi masyarakat pedesaan dalam
hal ini PPKBD, Sub-PPKBD, Kelompok KB, petugas tersebut akan mengetahui
kualitas institusinya: tahap dasar, berkembang atau mandiri. Hal ini penting artinya
dalam upaya menjaga kelangsungan keberadaan institusi tersebut.
a. Jenis Pembinaan
1) Langsung
a) Kunjungan kepada institusi masyarakat pedesaan. Hal ini perlu dilakukan
setiap periode tertentu sesuai dengan rencana kerja yang dibuat oleh
PLKB/PKB.
b) Melalui pertemuan sesuai mekanisme operasional seperti:
(1) Pertemuan rutin secara berjenjang, dan
(2) Rakor Desa/rakor Kecamatan.
c) Melalui berbagai kegiatan momentum seperti: OM KB-Kes, Kesatuan
Gerak PKK KB-Kes, Bulan Bhakti LKMD, Gesit dan Jambore PPKBD,
Sub-PPKBD.
2) Tidak Langsung
30
31
pemberdayaan ekonomi
keluarga
Keterampilan
dalam
melaksanakan
pendataan keluarga
Keterampilan untuk mengumpulkan data basis
(a) Data kependudukan
Jumlah pendudukan /RT/RW/Desa
Jumlah kepala keluarga /RT/RW/Desa
Jumlah PUS RT/RW/Desa
Jumlah peserta KB RT/RW/Desa
Daftar sasaran PUS belum KB RT/RW/Desa
(b) Data keluarga sejahtera
Data keluarga pra-sejahtera/RT/RW/Desa
Data keluarga sejahtera I/RT/RW/Desa
Data keluarga sejahtera tahap II RT/RW/Desa
Data keluarga tahap III RT/RW/Desa
Data keluarga tahap III Plus RT/RW/Desa
(c) Data Dinamis
Catatan nama peserta KB, khususnya pil, suntikan, pembinaan
tenaga IMP pengendalian penduduk, KB-KR DAN KS-PKlant.
Jumlah Peserta KB baru dan aktif per RT/RW/Desa.
Data Institusi:
- Daftar nama kelompok KB per RT/RW/Desa
- Daftar nama Sub-PPKBD se-Desa /Kelurahan
- Data Poktan(UPPKS, BKB,BKR, BKL)
- Peta KS di setiap RT.
32
f)
33
a) Menciptakan hubungan yang akrab dan harmonis dengan PPKBD SubPPKBD dan kelompok KB melalui pendekatan individual, seperti
kunjungan rumah, piknik bersama, arisan dll
b) Mengukuhkan PPKBD , Sub-PPKBD, dan kelompok KB serta Kelompok
kegiatan dalam Rakor Desa, sehingga seluruh warga Desa mengetahui
keberadaan PPKBD Sub PPKBD dan Kelompok KB serta Poktan
c) Mengukuhkan PPKBD melalui SK Bupati atau ppembinaan tenaga IMP
pengendalian penduduk, KB-KR DAN KS-PK wilayah pada Rakor
Kecamatan
d) Mengaktifkan pertemuan2 rutin, dengan lokasi berpindah dari rumah ke
rumah PPKBD atau Sub-PPKBD
4) Aspek Peningkatan Kemandirian Institusi
Pada dasarnya seluruh gerakan yang dilakukanj PPKBD Sub-PPKBD dan
Kelompok KB beserta kelompok kegiatannya (Poktan) merupakan kegiatan
Kelompok kegiatanmerupakan gerakan sukarela yang mencerminkan
pengabdian masyarakat yang ternilai terhadap pelaksanaan pembangunan.
Namun demikian , kenyataan juga menunjukkan tidak seluruh PPKBD, SubPPKBD, Kelompok KB yang mengalami kesulitan untuk membiayaaii ongkos
perjalanan kunjungan rumah, seragam, maupun keperluan untuk alat
tulisnya.
Untuk itu PLKB atau PKB sebaiknya melakukan pembinaan yang
mengarahkan PPKBD, Sub-PPKBD dan Kelompok KB untuk bergerak dalam
kegiatan ekonomi produktif, sejalan dengan kegiatan operasional yang
mereka lakukan.
Tata cara pembinaan yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
ekonomi PPKBD , Sub-PPKBD dan kelompok KB, antara lain :
a) Mengajak PPKBD dan Sub-PPKBD serta Kelompok KB untuk membentuk
Kelompok UPPKS
b) Memberikan alternatif jenis usaha yang dapat dilakukan seperti:
(1) Penawaran dan penjualan sembilan bahan pokok seperti beras, gula
atau yang lainnya, kepada keluarga binaan.
(2) Mengupayakan pengusahaan jenis upaya kelompok, baik dibidang
pertanian, perikanan, perkebunan maupun yang lain.
(3) Kerja sama dengan pengusaha untuk menawarkan dan menyalurkan
beberapa barang dagangan tertentu.
c) Hasil yang diharapkan:
(1) Tumbuhnya wawasan ekonomi diantara PPKBD, Sub-PPKBD dan
Kelompok KB yang akan sangat berguna untuk menumbuh
kembangkan kelompok UPPKS di keluarga.
(2) PPKBD, Sub-PPKBD dan Kelompok KB mempunyai penghasilan
tambahan, sehingga tidak terlalu mereporkat pengeluaran rumah
tangga masing-masing.
c. Bentuk Pembinaan
1) Bentuk kegiatan pembinaan PPKBD, Sub-PPKBD, dan Kelompok KB
34
a) Kunjungan pembinaan
(1) Kunjungan rumah PLKB atau PKB aharus mengkususkan waktunya
untuk melakukan kunjungan rumah pembinaan kepada PPKBD SubPPKBD dan Kelompok KB.
(2) Pembinaan pada waktu pertemuan institusi ,masyarakat pedesaan
oleh PLKB atau PKB di tingkat Desa atau Kelurahan
b) Lomba Institusi
Dalam setiap tahun diadakan lomba institusi masyarakat dalam rangka
lebih meningkatkan prestasi kerja institusi tersebut. Pemberian
penghargaan dissampaikan pada mementum hari besar tertentu
misalnya, dalam rangka operasi manunggal KB-Kes, Hari keluarga, Hari
kemerdekaan atau hari besar lainnya.
c) Wisata Karya
Wisata karya merupakan salah satu cara pembinaan yang akan
meningkatkan kegairahan institusi masyarakat, di samping akan
menumbuh kembangkan kebersamaan diantara meraka. Dana untuk
kegiatan ini dapat diperoleh dari kemitraan atau pendanaan kelompok.
d) Jambore
Jambore dilaksanakan secara berjenjang disetiap tingkat wilayah pada
setiap tahun. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatakan wawasan,
pengetahuan dan keterampilan para kader institusi masyarakat dalam
pengelolaan Program KKB. Dalam jambore tersebut, dapat diadakan
sarasehan, cerdas cermat dll..
2) Bentuk kegiatan pembinaan PPKBD, Sub-PPKBD, dan Kelompok KB
Bentuk pembinaan kelompok kegiatan dan kelompok kerja teknis KB Kes.
a) Kunjungan pembinaan :
(1) Kunjungan rumah.
(2) PLKB/PKB harus mengkhususkan waktunya untuk melakukan
pembinaan kepada para anggota kelompok kerja teknis KB-kes
(3) Pembinaan pada waktu kelompok kerja teknis KB-kes di tingkat Desa
(a) Orientasi/Pelatihan
(b) Wisata karya
(c) Lomba kelompok-kelompok kegiatan (Poktan)
3) Bentuk pembinaan kelompok kegiatan dan kelompok teknis pendidikan dan
penerangan.
a) Kunjungan pembinaan:
(1) Kunjungan rumah
(2) PLKB/PKB harus mengkhususkan waktunya untuk melakukan
kunjungan rumah dalam rangka pembinaan kepada para anggota
kelompok kerja teknis, pendidikan, penerangan.
(3) Pembinaan pada waktu kelompok kerja teknis pendidikan penerangan
di tingkat Desa.
b) Orientasi atau pelatihan
(1) Wisata karya
(2) Lomba kelompok kelompok kegiatan
35
dilakukan
dengan
36
dilakukan
dengan
dilakukan
dengan
37
38
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembinaan tenaga IMP pengendalian penduduk, KB-KR dan KS-PK (PPKBD dan SubPPKBD) merupakan motor penggerak program KKB yang sangat efektif di lapangan
karena setiap kader PPKBD dan Sub-PPKBD telah memiliki wilayah binaan masingmasing secara berjenjang seperti Koordinator PPKBD memiliki wilayah binaan satu
Desa, PPKBD satu dusun, Sub-PPKBD dan Kelompok KB KS satu RT. Jadi tidak ada
satu wilayah pun di Indonesia yang tidak terjangkau oleh pembinaan kader PPKBD dan
Sub-PPKBD.
Dalam pedoman kerja PPKBD dan Sub-PPKBD dinyatakan bahwa PPKBD (Pembantu
Pembina Keluarga Berencana Desa) adalah seorang atau beberapa orang kader yang
secara sukarela berperan aktif melaksanakan/mengelola program KKB di tingkat
Desa/Kelurahan. Memiliki tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh oleh
pejabat berwenang sebagai pembantu pembina penyelenggaraan program KKB di
Desa/Kelurahan untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan dan pelayanan KB dan KS,
membina kelompok kegiatan, mencatat dan melaporkan kegiatan yang dilakukan secara
rutin.
Peran Pembinaan tenaga IMP pengendalian penduduk, KB-KR dan KS-PK (PPKBD dan
Sub-PPKBD) juga mencakup membina kelompok kegiatan(BKB, BKR, BKL, UPPKS)
yang merupakan wadah sekaligus pelaksana kegiatan-kegiatan substantif program KKB
yang telah direncanakan oleh PPKBD dan Sub-PPKBD tersebut.
Dengan 6 peran Pembinaan tenaga IMP pengendalian penduduk, KB-KR dan KS-PK
yang dimiliki, PPKBD dan Sub-PPKBD mampu mempertahankan eksisensinya untuk
melayani masyarakat luas di wilayah tugasnya masing-masing dengan membangun
kebersamaan sesama anggota melalui pertemuan-pertemuan rutin dan non rutin.
Pemberdayaan PPKBD dan Sub-PPKBD akan terus dilakukan, baik melalui forum
maupun himbauan langsung kepada PKB sebagai pembina di lapangan.
B. Evaluasi
Setelah menerapkan pengetahuan ini dalam kegiatan pembelajaran, pasti akan
menemui banyak kendala dan permasalahan-permasalahan baru di lapangan, untuk itu
diperlukan upaya antara lain sebagai berikut.
1. Adanya dukungan yang nyata dari pihak BKKBN Pusat dan Provinsi dalam
meningkatkan peran pembinaan tenaga IMP pengendalian penduduk, KB-KR dan
KS-PK.
2. Kader pembinaan tenaga IMP pengendalian penduduk, KB-KR dan KS-PK yang
telah mengikuti materi ini dapat menginformasikan kepada teman sekelompok agar
dalam pelaksanaan tugas dapat meningkat.
39
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN, 2011. Pedoman PEMBINAAN TENAGA IMP PENGENDALIAN PENDUDUK, KBKR DAN KS-PK. Jakarta
BKKBN, 2010. StAndar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Keluarga Berencana dan
Keluarga Sejahtera di Kabupaten/Kota. Jakarta
BKKBN, 2010. UPPKS Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera sebagai
wadah Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Peserta KB. Jakarta
BKKBN, 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Kegiatan Bina Keluarga Balita. Jakarta
BKKBN, 2009. Pengelolaan Bina Keluarga Anak dan Remaja. Jakarta
BKKBN, 2009. Pedoman Pengeloaan Bina Keluarga Lansia. Jakarta
40
BIODATA PENULIS
ondang Ratna Utari, lahir tanggal 14 Januari tahun 1971 di Desa Sukorejo,
Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri. Mengawali Pendidikan SD di Sekolah Dasar
Sukorejo, Desa Sukorejo, Kecamatan Gurah, Kediri, kemudian melanjutkan ditingkat
SLTP di SMP Negeri 1 Kediri, dan tingkat SLTA di
SMA Negeri 1 Kediri. Pada tahun 1992 meraih sarjana
S1 dariFakultas Ekonomi Jurusan Manajemen,
Universitas Jember dan pada tahun 2007 lulus S2
jurusan Manajemen Sumber Daya Manusia dari STIE
ABI, Surabaya. Karirnya sebagai Pegawai Negri Sipil
di BKKBN berawal dari tahun 1994 sebagai Penyuluh
Keluarga Berencana di Kota Blitar, kemudian pada
tahun 2003 beralih profesi menjadi Widyaiswara di
Balai Pelatihan dan Pengembangan BKKBN Provinsi
Jawa Timur, pada tahun 2007 mutasi ke BKKBN Pusat
sebagai widyaiswara di Pusat Pelatihan dan Kerjasama Internasional, tahun 2010 mutasi
ke Pusat Pelatihan Gender dan Peningkatan Kualitas Perempuan sebagai Widyaiswara,
BKKBN Pusat dan pada tahun 2011 mutasi ke Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Kependudukan dan Keluarga Berencana, BKKBN Pusat juga sebagai Widyaiswara Madya
hingga sekarang. Sebagai karyawan BKKBN selama 18 tahun berkesempatan mengikuti
berbagai macam pendidikan dan pelatihan baik di dalam dan luar negeri serta terlibat
dalam
berbagai
kegiatan
di
tingkat
nasional
dan
internasional.
Email:
sondangratna@yahoo.co.id
etnoningsih Suharno, S.Pd, lahir di Klaten, sebuah kota kecil diantara Yogyakarta
dan Solo pada tanggal 11 Maret 1982, merupakan anak sulung dari 3 bersaudara.
Mengawali pendidikan pada Sekolah Dasar Negeri 01 Manjung dan tamat tahun 1994,
kemudian melanjutkan ditingkat SLTP dan SMA yang semuanya diselesaikan di Klaten,
pada tahun 2005 gelar sarjana pendidikan berhasil diraih di Universitas Negeri Semarang
(UNNES), yang dulu bernama IKIP Semarang jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
dengan judul skripsi Implementasi Managemen Berbasi Sekolah
(MBS) di SLTP Negeri 2 Klaten dan sempat menjadi guru
wiyatabakti di Sekolah Dasar Negeri 3 Karanganom, Kecamatan
Klaten Utara, Kabupaten Klaten.
Pada bulan desember tahun 2009 mulai bekerja di Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional dan ditempatkan pada
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pegawai dan Tenaga program
(PULAP) hingga sekarang. Adapun pelatihan yang pernah diikuti
seperti Pelatihan Diklat Prajabatan Golongan III tahun
2010,Pelatihan Peningkatan Kompetensi Pelayanan Prima tahun
2011,Pelatihan Percepatan Akuntabilitas keuangan Pemerintah tahun 2011, TOT Advokasi
41
Gender tahun 2011, Konsolidasi Widyaiswara BKKBN Seluruh Indonesia tahun 2011 dan
Diklat Calon Widyaiswara tahun 2011.
42