Anda di halaman 1dari 63

MODUL

PENCEGAHAN STUNTING
UNTUK IBU YANG MEMILIKI
BALITA

Penyusun:

Esti Yunitasari
Meyta Rahayu
Iqlima Dwi Kurnia

Penerbit:

Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga


MODUL

PENCEGAHAN STUNTING UNTUK IBU YANG


MEMILIKI BALITA

Penyusun:

Esti Yunitasari
Meyta Rahayu
Iqlima Dwi Kurnia

Penerbit :

Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga


MODUL

PENCEGAHAN STUNTING UNTUK IBU YANG


MEMILIKI BALITA
Penulis:
Esti Yunitasari
Meyta Rahayu
Iqlima Dwi Kurnia
Editor:
Meyta Rahayu
Kontributor:
Praba Diyan Rachmawati
Aria Aulia Nastiti

ISBN : 978-623-7522-23-2
Hak Cipta @2020, Pada Penerbit
Hak publikasi Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga.

Dilarang menerbitkan atau menyebarkan sebagian atau


seluruhnya buku ini dalam bentuk apapun dengan cara
apapun, baik secara elektronik, mesin, fotokopi, rekaman
dan lain-lain, bagian manapun dari penerbitan ini, tanpa
izin tertulis sebelumya dari penerbit.

Penerbit
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Kampus C Unair Jl. Mulyorejo Surabaya 60115
Telp (031)5913754, 5913257, 5913756, 2913752
Fax (031) 5913257, 5913752
Email : dekan@fkp.unair.ac.id

iii
iv
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT


atas berkah, rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga modul
ini dapat terselesaikan. Modul ini merupakan pelengkap
untuk media pembelajaran ibu yang memiliki anak balita
(0-24 bulan) dalam pencegahan stunting.
Modul ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada Dr. Esti Yunitasari, S.Kp.,M.Kes.,
Iqlima Dwi Kurnia, S.Kep.,Ns.,M.Kep., Praba Diyan
Rachmawati S.Kep.,Ns.,M.Kep., dan Aria Aulia Nastiti,
S.Kep.,Ns.,M.Kep., yang telah memberikan arahan.
Penulis ucapkan terima kasih pula kepada responden,
Kepala Puskmesmas Bangkalan Madura, dan Kantor
Dinas Kesehatan Kabupaten Bangkalan Madura.
Semoga modul ini bermanfaat dan dapat digunakan
oleh seluruh pembaca terutama bagi ibu yang memiliki
balita untuk pencegahan stunting.

Surabaya, Oktober 2019


Penulis

v
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................iv
Panduan Pencegahan Stunting Pada Ibu yang
Memiliki Balita...............................................................1
1. Tujuan...........................................................1
2. Sasaran..........................................................1
3. Waktu............................................................1
4. Deskripsi.......................................................2
5. Bentuk Aktivitas............................................3
BAB 1 Konsep Stunting.................................................4
1.1 Deskripsi Singkat..........................................4
1.2 Tujuan Pembelajaran.....................................5
1.2.1 Tujuan Pembelajaran Umum...............5
1.2.2 Tujuan Pembelajaran Khusus..............5
1.3 Pokok Bahasan dan Waktu............................5
1.4 Bahan Belajar................................................5
1.5 Langkah-langkah Pembelajaran....................6
1.6 Uraian Materi................................................7
1.6.1 Pengertian Stunting..............................7
1.6.2 Penyebab Stunting...............................7
1.6.3 Tanda dan Gejala Stunting.................12
1.6.4 Dampak Stunting...............................13
1.6.5 Pencegahan Stunting..........................14
1.7 Rangkuman.................................................15
1.8 Evaluasi.......................................................16
1.9 Referensi.....................................................18
BAB 2 Pemberian ASI Eksklusif................................20
2.1 Deskripsi Singkat........................................20
2.2 Tujuan Pembelajaran...................................21

vi
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.2.1 Tujuan Pembelajaran Umum.............21


2.2.2 Tujuan Pembelajaran Khusus............21
2.3 Pokok Bahasan dan Waktu..........................21
2.4 Bahan Belajar..............................................22
2.5 Langkah-langkah Pembelajaran..................22
2.6 Uraian Materi..............................................23
2.6.1 Pemberian ASI eksklusif...................23
2.7 Ringkasan....................................................36
2.8 Evaluasi.......................................................37
2.9 Referensi.....................................................38
BAB 3 Pemberian Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI).......................................................................40
3.1 Deskripsi Singkat........................................40
3.2 Tujuan Pembelajaran...................................41
3.2.1 Tujuan Pembelajaran Umum.............41
3.2.2 Tujuan Pembelajaran Khusus............41
3.3 Pokok Bahasan dan Waktu..........................41
3.4 Bahan Belajar..............................................42
3.5 Langkah-langkah Pembelajaran..................42
3.6 Uraian Materi..............................................43
3.6.1 Pemberian MP-ASI............................43
3.7 Ringkasan....................................................52
3.8 Evaluasi.......................................................53
3.9 Referensi.....................................................54

vii
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Panduan
Pencegahan Stunting Pada Ibu yang Memiliki Balita

1. Tujuan
Panduan pencegahan stunting pada ibu yang
memiliki balita dalam modul ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan mengenai stunting dan
pencegahannya.
2. Sasaran
Modul pencegahan stunting digunakan untuk ibu
yang memiliki balita (0-24 bulan).
3. Waktu
Modul pencegahan stunting diberikan kepada ibu
yang memiliki balita (0-24 bulan) selama 3 kali
pertemuan dengan cara mengumpulkan peserta pada
saat dilakukannya Posyandu. Pertemuan pertama
dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan
tentang pencegahan stunting melalui metode
ceramah, pertemuan kedua dilakukan melalui
metode brainstorming dan pertemuan ketiga
dilakukan melalui demonstrasi.

1
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

4. Deskripsi
Materi ini berisi uraian tentang pencegahan
stunting pada ibu yang memiliki balita (0-24 bulan).
Stunting (kerdil) adalah suatu kondisi pada balita
yang gagal tumbuh karena kekurangan zat gizi
kronis sehingga menjadikan balita lebih pendek
untuk usianya (Kemenkes, 2017). Menurut hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi
stunting di Indonesia sebesar 30,8%. Di Kabupaten
Bangkalan, terdapat 16,84% (902 balita) yang
mengalami indikator bayi pendek dan sangat pendek
dimana banyak terjadi di Kecamatan Bangkalan
sebesar 12,8% (116 balita) (Dinkes Bangkalan,
2018).
Stunting terjadi akibat tidak terpenuhinya gizi
kronis di 1000 hari pertama kehidupan yang
mengakibatkan perkembangan anak terganggu.
Dampak tersebut akan terlihat saat usia dewasa yang
ditandai dengan ukuran fisik tidak optimal serta
kualitas kerja tidak kompetitif yang berakibat pada

2
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

rendahnya produktivitas dan ekonomi (Bappenas,


2012).
Perilaku pencegahan stunting menurut
Kemenkes (2017) dapat dilakukan dengan inisiasi
menyusu dini (IMD), memberikan kolostrum air
susu ibu (ASI), memberikan hanya ASI saja sampai
bayi berusia 6 bulan dan dilanjutkan dengan
pemberian MP-ASI. Pencegahan stunting pada ibu
yang memiliki balita (0-24 bulan) sangat penting
disampaikan agar peserta bisa memahami secara
utuh konsep pencegahan stunting.
5. Bentuk Aktivitas
Pendidikan kesehatan dilakukan dengan metode
ceramah, brainstorming, dan demonstrasi untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu
dalam pencegahan stunting pada balita (0-24 bulan).

3
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 1
Konsep Stunting

1.1 Deskripsi Singkat


Stunting atau bayi pendek (kerdil) adalah suatu
kondisi pada balita yang gagal tumbuh karena
kekurangan zat gizi kronis sehingga menjadikan balita
lebih pendek untuk usianya (Kemenkes, 2017). Stunting
terjadi akibat tidak terpenuhinya gizi kronis di 1000 hari
pertama kehidupan yang mengakibatkan perkembangan
anak terganggu. Dampak tersebut akan terlihat saat usia
dewasa yang ditandai dengan ukuran fisik tidak optimal
serta kualitas kerja tidak kompetitif (Bappenas, 2018).
Perilaku pencegahan stunting menurut (Kemenkes, 2017)
dapat dilakukan dengan melakukan inisiasi menyusu dini
(IMD), memberikan kolostrum air susu ibu (ASI),
memberikan hanya ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan
dan dilanjutkan dengan pemberian MP-ASI.
Pengetahuan ibu merupakan faktor yang
berhubungan dengan kejadian stunting pada balita.
Tinggi rendahnya tingkat pengetahuan ibu erat kaitannya
dengan

4
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

tingkat kesadaran terhadap kesehatan anak-anaknya


(Ramadhan, 2011). Semakin tinggi pengetahuan ibu
cenderung memiliki anak dengan keadaan gizi baik dan
sebaliknya. Oleh karena itu, ibu diharapkan dapat
melakukan pencegahan stunting.
1.2 Tujuan Pembelajaran
1.2.1 Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta dapat
memahami tentang pencegahan stunting.
1.2.2 Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Menjelaskan tentang pengertian stunting
2. Menjelaskan tentang penyebab stunting
3. Menjelaskan tentang tanda dan gejala stunting
4. Menjelaskan tentang dampak stunting
5. Menjelaskan tentang pencegahan stunting
1.3 Pokok Bahasan dan Waktu
Modul ini membahas tentang pencegahan stunting.
Waktu yang digunakan selama 45 menit
1.4 Bahan Belajar
Bahan ajar yang digunakan adalah modul
pencegahan stunting

5
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.5 Langkah-langkah Pembelajaran


Langkah Kegiatan Fasilitator Kegiatan Peserta Waktu
Langkah 1: 1. Fasilitator 1. Mempersiapkan 5 menit
Penyiapan memulai diri dan alat-alat
proses kegiatan dengan yang dibutuhkan
pembelajaran melakukan bina 2. Mengajukan
suasana dengan pertanyaan kepada
peserta fasilitator jika ada
2. Fasilitator yang tidak jelas
menyapa dengan
ramah
3. Fasilitator
memperkenalkan
diri

Langkah 2 : 1. Menyampaikan 1. Menyiapkan diri 30 menit


Menyampaikan materi tentang dan alat tulis yang
materi stunting diperlukan
2. Memberi 2. Mendengarkan
kesempatan materi yang
kepada peserta diberikan
untuk bertanya 3. Mengajukan
3. Memberikan pertanyaan jika ada
jawaban dari materi yang tidak
pertanyaan yang jelas
diajukan oleh
peserta
Langkah 3 : 1. Melakukan 1. Menjawab 10 menit
Rangkuman dan evaluasi tentang pertanyaan yang
hasil belajar materi yang diajukan fasilitator
diberikan dengan 2. Bersama fasilitator
mengajukan menyimpulkan
pertanyaan dan materi
melakukan pembelajaran
diskusi sesuai
materi yang
diberikan
2. Memperjelas

6
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

jawaban yang
diberikan peserta
3. Menyimpulkan
materi yang
diberikan

1.6 Uraian Materi


1.6.1 Pengertian Stunting
Stunting atau bayi pendek (kerdil) adalah suatu
kondisi pada balita yang gagal tumbuh karena
kekurangan zat gizi kronis sehingga menjadikan balita
lebih pendek untuk usianya (Kemenkes, 2017).
Stunting atau bayi pendek adalah suatu kondisi
dimana seseorang mempunyai tinggi badan lebih pendek
dibandingkan dengan tinggi badan orang seumuran pada
umumnya (Kementrian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi, 2017).
1.6.2 Penyebab Stunting
Menurut (Bappenas, 2018), beberapa faktor
penyebab stunting antara lain:
1. Faktor langsung
1) Asupan Gizi balita
Keadaan gizi dibagi menjadi 3 berdasarkan
pemenuhan asupannya yaitu:

7
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

a. Kelebihan gizi adalah suatu keadaan yang


muncul akibat pemenuhan asupan zat gizi yang
lebih banyak dari kebutuhan.
b. Gizi baik adalah suatu keadaan yang muncul
akibat pemenuhan asupan zat gizi yang sesuai
dengan kebutuhan.
c. Kurang gizi adalah suatu keadaan yang muncul
akibat pemenuhan asupan zat gizi yang lebih
sedikit dari kebutuhan.
2) Umur
Kelompok usia balita mudah mengalami
perubahan keadaan gizi, karena anak usia 1-3 tahun
merupakan konsumen pasif dimana segala sesuatu
dikonsumsinya masih tergantung dari apa yang
diberikan dan disediakan oleh orang tuanya
(Rengma, Bose, & Mondal, 2016).
3) Jenis Kelamin
Prevalensi tertinggi wasting dan stunting terjadi
pada kelompok usia 12-24 bulan dan secara
signifikan lebih tinggi anak laki-laki dibandingkan
dengan anak perempuan (Rengma et al., 2016).
4) Penyakit Infeksi

8
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Beberapa penelitian tentang hubungan penyakit


infeksi dengan stunting menyatakan bahwa diare
merupakan salah satu faktor risiko kejadian stunting
pada anak usia dibawah 5 tahun (Paudel, Pradhan, &
Pahari, 2012).
2. Faktor tidak langsung
1) ASI Eksklusif
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif adalah
pemberian Air Susu Ibu (ASI) tanpa menambahkan
dan atau mengganti dengan makanan atau minuman
lain yang diberikan kepada bayi sejak baru
dilahirkan selama 6 bulan. Pemenuhan kebutuhan
bayi 0-6 bulan dapat terpenuhi dengan pemberian
ASI saja. Manfaat dari ASI Ekslusif ini sendiri
sangat banyak mulai dari peningkatan kekebalan
tubuh, murah, mudah, bersih, higenis serta dapat
meningkatkan jalinan atau ikatan batin antara ibu
dan anak.

Penelitian menunjukkan bahwa anak yang tidak


mendapatkan kolostrum atau Inisiasi Menyusui Dini
satu jam setelah kelahiran lebih berisiko tinggi

9
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

terhadap stunting (Batiro, Demissie, Halala, &


Anjulo, 2017).
2) MP-ASI
Kebutuhan balita akan pemenuhan nutrisi
bertambah seiring pertambahan umurnya. ASI
eksklusif hanya dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
balita sampai usia 0-6 bulan, selanjutnya diperlukan
tambahan makanan lain yang biasa disebut makanan
pendamping ASI (Nadhiroh, 2015).
3) Status Imunisasi
Penelitian yang dilakukan Batiro et al (2017)
menunjukkan bahwa status imunisasi yang tidak
lengkap memiliki hubungan signifikan dalam
kejadian stunting pada anak usia < 5 tahun (Batiro et
al., 2017).
4) Pendidikan ibu
Tingkat pengetahuan dan pendidikan merupakan
salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi
keadaan gizi karena berhubungan dengan
kemampuan ibu memilih makanan pada balita.
Semakin tinggi pendidikan ibu cenderung memiliki

10
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

anak dengan keadaan gizi baik dan sebaliknya


(Nadhiroh et al., 2015).
5) Pekerjaan ibu
Faktor ibu yang bekerja belum berperan sebagai
penyebab utama masalah gizi pada anak, namun
pekerjaan ini lebih disebut sebagai faktor yang
mempengaruhi dalam pemberian makanan, zat gizi,
dan pengasuhan atau perawatan anak. Beberapa
penelitian menunjukkan adanya pengaruh pekerjaan
ibu terhadap kejadian stunting (Francisco, Ferrer, &
Serra-majem, 2017).
6) Pengetahuan gizi ibu
Pengetahuan gizi adalah segala sesuatu yang
diketahui seorang ibu tentang sikap dan perilaku
seseorang dalam memilih makanan, serta
pengetahuan dalam mengolah makanan dan
menyiapkan makanan. Semakin tinggi pengetahuan
gizi seseorang diharapkan akan semakin baik pula
keadaan gizinya (Khomsan, 2007).
7) Jumlah anggota keluarga
Besarnya keluarga dapat menjadi faktor risiko
terjadinya malnutrisi pada anak di negara

11
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

berkembang. Beberapa penelitian menunjukkan


bahwa jumlah anggota dalam keluarga dapat
menjadi faktor yang mempengaruhi terjadinya
stunting (Mulugeta, Mirotaw, & Tesfaye, 2017).
8) Pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga adalah besarnya rata-rata
penghasilan yang diperoleh dari seluruh anggota
keluarga. Semakin baik pendapatan, maka semakin
besar peluang untuk memilih pangan yang baik.
Menurut penelitian oleh (Mulugeta et al., 2017)
pendapatan rumah tangga dapat menjadi faktor yang
mempengaruhi terjadinya stunting.
1.6.3 Tanda dan Gejala Stunting
Ciri-ciri stunting menurut (Kementrian Desa
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, 2017)
adalah :
1. Tanda- tanda masa remaja (akil baligh) terlambat
2. Kemampuan buruk pada tes perhatian dan memori
belajar
3. Pertumbuhan gigi terlambat
4. Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak
banyak melakukan kontak mata

12
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

5. Pertumbuhan melambat
6. Wajah tampak lebih muda dari usianya
1.6.4 Dampak Stunting
Stunting memiliki dampak pada kehidupan balita,
WHO mengklasifikasikan menjadi dampak jangka
pendek dan dampak jangka panjang (Antonio, W.H.O, &
Weise, 2012).
1. Dampak jangka pendek
1) Sisi kesehatan: angka kesakitan dan angka
kematian meningkat.
2) Sisi perkembangan: penurunan kemampuan
berfikir dan perkembangan bahasa.
3) Sisi ekonomi: peningkatan pembiayaan
perawatan anak sakit
2. Dampak jangka panjang
1) Sisi kesehatan: perawakan dewasa yang pendek,
penurunan kesehatan reproduksi
2) Sisi perkembangan: penurunan prestasi belajar
3) Sisi ekonomi: penurunan kapasitas kerja dan
produktifitas kerja.
1.6.5 Pencegahan Stunting
Menurut (Kementrian Desa Pembangunan Daerah

13
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Tertinggal dan Transmigrasi, 2017), pencegahan stunting


dapat dilakukan dengan:
1. Pencegahan stunting dengan sasaran ibu menyusui
dan anak usia 0-6 bulan:
1) Mendorong inisiasi menyusu dini (IMD)
2) Mendorong pemberian ASI eksklusif
2. Intervensi dengan sasaran ibu menyusui dan anak
usia 7-23 bulan:
1) Mendorong penerusan pemberian ASI hingga
usia 23 bulan didampingi oleh pemberian MP-
ASI
2) Menyediakan obat cacing
3) Menyediakan suplementasi zink
4) Memberikan perlindungan terhadap malaria
5) Memberikan imunisasi lengkap
6) Melakukan pencegahan dan pengobatan diare
1.7 Rangkuman
Stunting adalah suatu kondisi kekurangan zat gizi
kronis sehingga menjadikan balita lebih pendek untuk
usianya (Kemenkes, 2017). Faktor penyebab dari
stunting dapat dibagi antara lain:
1. Penyebab langsung

14
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Stunting secara langsung dipengaruhi oleh asupan


makan dan penyakit infeksi.
2. Penyebab tidak langsung
1) Bayi yang tidak mendapat Air Susu Ibu (ASI)
Eksklusif, Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
yang tidak tepat.
2) Status imunisasi, pendidikan ibu, pekerjaan ibu,
pengetahuan gizi ibu, jumlah anggota keluarga
dan pendapatan keluarga
Tanda dan gejala stunting antara lain:
1. Tanda-tanda masa remaja (akil baligh) terlambat
2. Kemampuan buruk pada tes perhatian dan memori
belajar
3. Pertumbuhan gigi terlambat
4. Pertumbuhan melambat
Menurut WHO (2014), dampak dari stunting terdiri
dari dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang.
Stunting dapat dicegah dengan:
1. Pencegahan stunting dengan sasaran ibu menyusui
dan anak usia 0-6 bulan:
1) Mendorong inisiasi menyusu dini (IMD)
2) Mendorong pemberian ASI eksklusif

15
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

2. Intervensi dengan sasaran ibu menyusui dan anak


usia 7-23 bulan:
1) Mendorong penerusan pemberian ASI hingga
usia 23 bulan didampingi oleh pemberian MP-
ASI
1.8 Evaluasi
Petunjuk pengisian: Berikan tanda silang (x) pada
jawaban yang anda pilih
1. Apa yang dimaksud dengan stunting ?
a. Kondisi tubuh yang normal dengan kecukupan
gizi pada anak
b. Kondisi berat badan yang kelebihan pada anak
c. Kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi
kronis

2. Apa tanda dan gejala dari stunting ?


a. Pertumbuhan lambat
b. Pertumbuhan cepat
c. Tanda pubertas tepat waktu
3. Apa tindakan yang dilakukan untuk mencegah
stunting atau anak pendek ?

16
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

a. Memberikan ASI Eksklusif pada usia 0-6 bulan


dan makanan pendamping ASI setelah anak
berusia lebih dari 6 bulan.
b. Memberikan sembarang makanan yang penting
anak makan
c. Memberikan makanan selain ASI sebelum usia
anak diatas 6 bulan
Petunjuk: Diskusikan kasus dibawah ini secara
berkelompok
Kasus 1
Ny. A melahirkan anak pertamanya di Rumah Sakit satu
jam yang lalu. Ketika akan dilakukan Inisiasi Menyusui
Dini (IMD), ibu menolak untuk memberikan kolostrum
pada bayinya dikarenakan faktor budaya di daerahnya
menganggap kolostrum itu kotor.
1. Menurut anda, perilaku Ny.A apakah benar atau
tidak? Berikan alasannya!
2. Saran apa yang sebaiknya anda berikan?

1.9 Referensi
Antonio, W.H.O, & Weise. (2012). WHO Global
Nutrition Targets 2025: Stunting Policy Brief.

17
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Bappenas. (2018). Pedoman Pelaksanaan Intervensi


Penurunan Stunting Terintegrasi Di
Kabupaten/Kota. Jakarta: Kementrian Perencanaan
dan Pembnagunan Nasional. Retrieved from
tnp2k.go.id/filemanager/files/Rakornis
2018/Pedoman Pelaksanaan Intervensi Penurunan
Stunting Terintegrasi Di Kabupaten Kota.pdf%0D
Batiro, B., Demissie, T., Halala, Y., & Anjulo, A. A.
(2017). Determinants of stunting among children
aged 6-59 months at Kindo Didaye woreda ,
Wolaita Zone , Southern Ethiopia : Unmatched case
control study, 1–15.
Dokter, Indonesia, & Klinis. (2017). Perawakan Pendek
pada Anak dan Remaja di Indonesia Perawakan
Pendek pada Anak dan Remaja di Indonesia.
Francisco, J., Ferrer, L., & Serra-majem, L. (2017).
Factors Associated with Stunting among Children,
1–16. https://doi.org/10.3390/nu9050491
Kemenkes. (2017). Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Retrieved from http://kemkes.go.id/
Khomsan. (2007). Tehnik Pengukuran Pengetahuan Gizi.
Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga. Fakultas Pertanian.
Mulugeta, M., Mirotaw, H., & Tesfaye, B. (2017). Data
in Brief Dataset on child nutritional status and its
socioeconomic determinants in Nonno. Data in
Brief, 14, 6–14.
https://doi.org/10.1016/j.dib.2017.07.007

18
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Nadhiroh, N, K., & R, S. (2015). Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kejadian Stunting Pada
Balita. Jurnal Media Gizi Indonesia, 13–19.
Paudel, R., Pradhan, B., & Pahari, D. P. (2012). Risk
Factors for Stunting Among Children : A
Community Based Case Control Risk Factors for
Stunting Among Children : A Community Based
Case Control Study in Nepal, (July).
https://doi.org/10.3126/kumj.v10i3.8012
Rengma, M. S., Bose, K., & Mondal, N. (2016). Socio-
economic and demographic correlates of stunting
among adolescents of Assam , , 79(4), 409–425.
https://doi.org/10.1515/anre-
Schmied, V., Olley, H., Burns, E., Duff, M., Dennis, C.,
& Dahlen, H. G. (2012). Contradictions and
conflict : A meta-ethnographic study of migrant
women ’ s experiences of breastfeeding in a new
country. BMC Pregnancy and Childbirth, 12(1), 1.
https://doi.org/10.1186/1471-2393-12-163

19
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 2
Pemberian ASI Eksklusif

2.1 Deskripsi Singkat


Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik
untuk bayi, WHO telah merekomendasikan pemberian
ASI Eksklusif selama 6 bulan. Hal ini dikarenakan ASI
mengandung zat gizi ideal dan mencukupi untuk
menjamin tumbuh kembang secara optimal sampai 6
bulan (Haryono & Setianingsih, 2014). Setelah bayi
berusia 6 bulan, pemberian ASI tetap dilanjukan dan
ditambah dengan pemberian makanan pendamping ASI
(MP-ASI).
Ibu yang memiliki pengetahuan kurang tentang
pentingnya pemberian ASI Eksklusif cenderung memiliki
perilaku yang kurang baik. Ibu beranggapan bahwa
memberikan ASI secara ekslusif tidak cukup memenuhi
kebutuhan nutrisi sehingga juga memberikan susu
formula pada bayinya (Handayani, Yunengsih, Solikhah,
& Saufi, 2016). Sedangkan menurut (Dede, 2009) ibu
masih memiliki sikap kurang baik dalam pemberian ASI
eksklusif dapat berisiko mengakibatkan diare dan
20
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

gangguan pertumbuhan bayi. Oleh karena itu, pemberian


ASI eksklusif pada bayi merupakan hal penting yang
harus diketahui oleh ibu.
2.2 Tujuan Pembelajaran
2.2.1 Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
memahami pemberian ASI eksklusif.
2.2.2 Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Menjelaskan tentang definisi ASI Eksklusif
2. Menjelaskan tentang manfaat ASI Eksklusif
3. Menjelaskan tentang komposisi ASI
4. Menjelaskan tentang kebutuhan ASI
5. Menjelaskan tentang cara dan posisi menyusui
6. Menjelaskan tentang cara pemberian ASI perah
untuk ibu bekerja
7. Menjelaskan tentang penyimpanan ASI perah
8. Menjelaskan tentang cara meningkatkan produksi
ASI
9. Menjelaskan tentang masalah-masalah menyusui
2.3 Pokok Bahasan dan Waktu
Modul ini membahas tentang pemberian ASI
Eksklusif. Waktu yang digunakan selama 45 menit.

21
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.4 Bahan Belajar


Bahan ajar yang digunakan adalah modul
pencegahan stunting.
2.5 Langkah-langkah Pembelajaran
Langkah Kegiatan Fasilitator Kegiatan Peserta Waktu
Langkah 1: 1. Fasilitator 1. Mempersiapkan 5 menit
Penyiapan memulai diri dan alat-
proses kegiatan dengan alat yang
pembelajaran melakukan bina diperlukan
suasana dengan 2. Mengajukan
peserta pertanyaan
2. Fasilitator kepada
menyapa dengan fasilitator jika
ramah ada yang tidak
3. Fasilitator jelas
memperkenalkan
diri

Langkah 2 : 1. Menyampaikan 1. Menyiapkan 30


Menyampaikan materi tentang diri dan alat- menit
materi pemberian ASI alat yang
eksklusif diperlukan
Memberi 2. Mendengarkan
kesempatan materi yang
kepada peserta diberikan
untuk bertanya 3. Mengajukan
2. Memberikan pertanyaan jika
jawaban dari ada materi yang
pertanyaan yang tidak jelas
diajukan peserta

Langkah 3 : 1.Melakukan 1. Menjawab 10


Rangkuman dan evaluasi tentang pertanyaan menit
Hasil Belajar materi yang yang diajukan
diberikan dengan fasilitator

22
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

mengajukan 2. Bersama
pertanyaan dan fasilitator
melakukan menyimpulkan
diskusi sesuai materi
materi yang pembelajaran
diberikan
2.Memperjelas
jawaban yang
diberikan peserta
3.Menyimpulkan
materi yang
diberikan

2.6 Uraian Materi


2.6.1 Pemberian ASI eksklusif
1. ASI eksklusif
ASI adalah makanan bergizi yang mengandung
emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-
garam organic yang disekresikan oleh kelenjar payudara
ibu (Haryono & Setianingsih, 2014).
ASI Ekslusif adalah pemberian ASI pada bayi tanpa
cairan lain seperti susu formula, air jeruk, madu, air teh,
air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti
pisang, pepaya, bubur, biskuit selama 6 bulan (BKKBN,
2014).

23
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

2. Manfaat ASI eksklusif


ASI memiliki komposisi istimewa, yaitu
mengandung nutrient, enzim, hormone, dan
imunitas. Berikut manfaat ASI (Schmied et al.,
2012):
Manfaat ASI bagi bayi Manfaat menyusui bagi ibu
1. Sebagai nutrisi lengkap 1. Terjalin kasih saying

2. Meningkatkan daya 2. Membantu menunda


tahan tubuh kehamilan (KB alami)
3. Meningkatkan 3. Mengurangi resiko
kecerdasan perdarahan dan kanker
payudara
4. Mudah dicerna dan 4. Mempercepat pemulihan
diserap kesehatan
5. Memiliki komposisi 5. Lebih ekonomis
lemak, kaborhidrat,
kalori, protein dan
vitamin.

3. Komposisi ASI
1) Kolostrum
Keluar dihari pertama sampai ke-3 kelahiran
bayi, berwarna kekuningan, kental.
2) ASI masa transisi
Keluar dari hari ke-4 sampai hari ke-10
kelahiran bayi. Kadar protein semakin rendah

24
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

sedangkan kadar lemak, karbohidrat semakin


tinggi.

3) ASI Matur
Keluar dari hari ke-10 sampai seterusnya. Kadar
karbohidrat ASI relatif stabil (BKKBN, 2014).

4. Kebutuhan ASI

25
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

5. Cara dan Posisi Menyusui


1) Cara menyusui yang benar
a. Cuci tangan dengan sabun menggunakan air
bersih yang mengalir

b. Keluarkan sedikit ASI dan oleskan pada


putting dan aerola sekitarnya

26
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

c. Letakkan bayi menghadap perut ibu atau


payudara, mulailah menyusui dari payudara
yang terakhir belum dikosongkan

d. Pegang payudara dengan ibu jari dan jari


lainnya menopang bagian payudara bawah

27
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

e. Rangsang mulut bayi agar terbuka dengan


cara menyentuhkan jari ke sisi mulut bayi
atau pipi

f. Dekatkan dengan cepat kepala bayi ke


payudara ibu, kemudian masukkan putting
dan aerola ke mulut bayi

28
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

g. Susui dengan kedua payudara secara


bergantian selama bayi masih
menginginkan ASI.
h. Jika telah selesai menyusui, keluarkan
sedikit ASI, oleskan pada putting dan aerola
sekitarnya, kemudian biarkan kering dengan
sendirinya
i. Sendawakan bayi
(Mufdlilah, 2017)

29
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

2) Posisi Menyusui

Posisi Menyusui:
1. Seluruh badan bayi tersangga
dengan baik, jangan hanya
leher dan bahunya saja
2. Kepala dan tubuh bayi lurus
3. Badan bayi menghadap ke
dada ibunya
4. Badan bayi dekat ke ibunya

30
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Perlekatan Bayi yang Benar Saat Menyusui

1. Sentuh bibir bayi supaya bayi mau membuka lebar


mulutnya
2. Dekatkan bayi sehingga dagu dan bibir bawah
menempel payudara
3. Usahakan sebanyak mungkin daerah aerola masuk
ke dalam mulut bayi (Mufdlilah, 2017).

31
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

6. Penyimpanan ASI perah

32
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

7. Cara pemberian ASI perah untuk ibu bekerja

33
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Hangatkan ASI perah dengan air hangat. Jika


ASI perah beku, masukkan ke kulkas bagian bawah
(setidaknya 12-24 jam sebelum digunakan). Hindari
meletakkan ASI perah dari freezer langsung ke suhu
ruangan. Jangan dimasukkan ke dalam freezer lagi
ketika ASI sudah di keluarkan.
Gunakan sendok, gelas atau pipet untuk
memberikan ASI perah. Hindari dot karena
menyebabkan bingung puting (BKKBN, 2014).
8. Cara Meningkatkan Produksi ASI
1) Susui bayi sesering mungkin tanpa dijadwalkan,
paling sedikit 8 kali dalam 24 jam masing-
masing payudara 10-15 menit, susui bayi
dengan satu payudara hingga payudara terasa
kosong.
2) Tiap menyusui menggunakan 2 payudara secara
bergantian
3) Hindari kelelahan atau kecemasan pada ibu
4) Meningkatkan asupan nutrisi sayur, buah, ikan,
daging, susu dan kacang-kacangan

34
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

9. Masalah-masalah menyusui
1) Masalah menyusui pada ibu
a. Payudara menjadi kendur disebabkan oleh
bertambahnya usia dan kehamilan. Kegiatan
menyusui sama sekali tidak mengakibatkan
perubahan bentuk payudara ibu
b. Puting terbenam tidak berarti tidak dapat
menyusui karena bayi menyusu pada
payudara, bukan pada putting
c. ASI pertama (kolostrum), warna kekuningan
pada kolostrum bukanlah pertanda basi,
tetapi menunjukkan tingginya kandungan
protein. Susu yang keluar dari payudara ibu
tidak pernah ada yang basi, bahkan setelah
disimpan dengan benar selama 8 jam, ASI
masih dapat digunakan.
d. Jika ASI belum atau tidak lancar, bayi masih
memiliki daya tahan tubuh hingga 2x24 jam
sejak lahir yang dibawa sejak dalam
kandungan. Ibu tetap terus menyusui si bayi,
karena rangsangan dari hisapan bayi akan

35
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

mempercepat lancarnya produksi ASI


(WHO, 2011 dalam Mufdlilah, 2017)
2) Masalah pada bayi

Masalah Penanganan
Bayi banyak menangis atau 1) Bayi menangis belum tentu lapar
rewel 2) Periksa popok bayi, mungkin
basah
3) Gendong atau peluk bayi
mungkin perlu perhatian
4) Susui bayi. Beberapa bayi
membutuhkan lebih banyak
minum dari yang lain
Bayi menolak menyusu 1) Mungkin bayi bingung putting,
karena sudah pernah diberi susu
botol
2) Tetap berikan hanya ASI
3) Berikan perhatian dan kasih
saying
4) Pastikan bayi menyusu sampai
air susu habis
Bayi bingung putting 1) Jangan mudah mengganti ASI
dengan susu formula tanpa
indikasi yang tepat
2) Secara bertahap tawarkan selalu
payudara setiap bayi
menunjukkan keinginan untuk
minum
3) ASI tetap dapat diperah dan
diberikan pada bayi dengan
cangkir atau sendok, sampai bayi
dapat kembali meyusu
4) Bila ada indikasi medis dapat
diberikan susu formula. Jangan
menggunakan dot dan kempeng
Bayi premature (BBLR) 1) Berikan ASI sesering mungkin,

36
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

minum setidaknya 2 jam


2) Jika belum bisa menyusu, ASI
dikeluarkan dengan tangan atau
pompa. Berikan ASI dengan
sendok atau cangkir
3) Untuk merangsang menghisap,
sentuh langit-langit bayi dengan
jari ibu yang bersih (Mufdlilah,
2017)

2.7 Ringkasan
ASI Ekslusif adalah pemberian ASI pada bayi
tanpa cairan lain seperti susu formula, air jeruk, madu,
air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat
seperti pisang, pepaya, bubur, biskuit selama 6 bulan
(BKKBN, 2014). ASI memiliki manfaat yang banyak
bagi bayi maupun ibu karena memiliki komposisi
istimewa, yaitu mengandung nutrient, enzim, hormone,
dan imunitas.
Komposisi ASI sendiri yaitu kolostrum; ASI masa
transisi yang memiliki kadar protein yang rendah
sedangkan kadar lemak, karbohidrat semakin tinggi; ASI
matur yang memiliki kadar karbohidrat ASI yang relative
stabil. Ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI
eksklusif untuk bayinya dengan cara ASI perah.

37
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.8 Evaluasi
Petunjuk pengisian: Berikan tanda silang (x) pada
jawaban yang anda pilih
1. Pemberian ASI eksklusif diberikan pada saat bayi
berusia?
a. 0-6 bulan
b. 0-12 bulan
c. 0-24 bulan
2. Apa pengertian dari ASI eksklusif?
a. Memberikan ASI tanpa makanan tambahan
selama usia 0-2 bulan
b. Memberikan ASI dengan bubur lembek selama
usia 0-6 bulan
c. Memberikan ASI saja tanpa makanan tambahan
selama usia 0-6 bulan
3. Bagaimana cara menyimpan ASI pada ibu bekerja ?
a. Hangatkan ASI perah dengan air hangat. Jika
ASI perah beku, masukkan ke kulkas bagian
bawah (setidaknya 12-24 jam sebelum
digunakan).
b. Hangatkan ASI perah dengan air mendidih

38
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

c. Letakkan ASI perah dari freezer langsung ke


suhu ruangan
Petunjuk: Diskusikan kasus dibawah ini secara
berkelompok
Kasus 1
Ny. B berusia 18 tahun baru melahirkan anak pertamanya
2 minggu yang lalu. Saat kunjungan rumah, bidan
mendapatkan data bahwa Ny.B tidak memberikan ASI
Eksklusif kepada bayinya dikarenakan bekerja. Ny. B
juga tidak mengetahui tata cara atau manajemen
pemberian ASI untuk ibu yang bekerja.
1. Menurut anda, perilaku Ny.B apakah benar atau
tidak? Berikan alasannya!
2. Saran apa yang sebaiknya anda berikan?
2.9 Referensi
BKKBN. (2014). Buku Saku Bagi Petugas Lapangan
Program KB Nasional Materi Konseling. Jakarta:
bkkbn.
Dede, K. S. (2009). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Keputusan Keluarga dalam Memberikan
MP-ASI pada Bayi Umur 0-6 Bulan di Kelurahan
Beji Depok (Riset). Depok.

39
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Handayani, L., Yunengsih, Solikhah, & Saufi, A. (2016).


The Association Between Breastfeeding Technique
and Knowledge With Exclusive Breastfeeding.
Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan Indonesia, 214–
218.
Haryono, R., & Setianingsih, S. (2014). Manfaat ASI
Eksklusif Untuk Buah Hati Anda. Yogyakarta:
Gosyen Publising.
IDAI. (2018). Pemberian Makanan Pendamping Air Susu
Ibu (MPASI). UKK Nutrisi Dan Penyakit
Metabolik.
Mufdlilah, D. (2017). Pemberdayaan Ibu Menyusui pada
Program ASI Eksklusif, 39.

40
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 3
Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

3.1 Deskripsi Singkat


Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah
makanan yang diberikan kepada bayi disamping ASI
untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Sakti, Hadju, &
Rochimiwati, 2013). Semakin meningkat usia bayi atau
anak, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah karena
proses tumbuh kembang sedangkan ASI yang dihasilkan
kurang memenuhi kebutuhan gizi (Mufida,
Widyaningsih, & Maligan, 2015).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Yulianti,
2010) disebutkan bahwa tingkat pengetahuan tentang
MP-ASI yang rendah dapat mengakibatkan praktek MP-
ASI buruk dan tidak sesuai kebutuhan balita dan dapat
meningkatkan status gizi kurang pada balita. Sedangkan
menurut (Rachman & Rahayuningsih, 2016), pemberian
MP-ASI dini pada bayi umur 0-6 bulan akan
memberikan pengaruh buruk pada kesehatan bayi
meliputi diare, mudah alergi, dan terjadi gangguan nutrisi
atau gangguan pertumbuhan.
41
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Oleh karena itu, pemberian Makanan Pendamping


ASI (MP-ASI) merupakan hal penting yang harus
diketahui oleh ibu.
3.2 Tujuan Pembelajaran
3.2.1 Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu
memahami pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI).
3.2.2 Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Menjelaskan tentang definisi MP-ASI
2. Menjelaskan tentang manfaat MP-ASI
3. Menjelaskan tentang strategi pemberian MP-ASI
4. Menjelaskan tentang tahap pemberian MP-ASI
5. Menjelaskan tentang cara memilih, menyimpan,
dan mengolah bahan MP-ASI secara aman
6. Menjelaskan tentang menu MP-ASI
3.3 Pokok Bahasan dan Waktu
Modul ini membahas tentang pemberian Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI). Waktu yang digunakan
selama 45 menit.

42
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

3.4 Bahan Belajar


Bahan ajar yang digunakan adalah modul
pencegahan stunting.
3.5 Langkah-langkah Pembelajaran
Langkah Kegiatan Fasilitator Kegiatan Peserta Waktu
Langkah 1: 1. Fasilitator 1. Mempersiapkan 5 menit
Penyiapan memulai diri dan alat-
proses kegiatan dengan alat yang
pembelajaran melakukan bina diperlukan
suasana dengan 2. Mengajukan
peserta pertanyaan
2. Fasilitator kepada
menyapa dengan fasilitator jika
ramah ada yang tidak
3. Fasilitator jelas
memperkenalkan
diri

Langkah 2 : 1. Menyampaikan 1. Menyiapkan 30


Menyampaikan materi tentang diri dan alat- menit
materi pemberian alat yang
Makanan diperlukan
Pendamping ASI 2. Mendengarkan
(MP-ASI) materi yang
2. Memberi diberikan
kesempatan 3. Mengajukan
kepada peserta pertanyaan jika
untuk bertanya ada materi yang
3. Memberikan tidak jelas
jawaban dari
pertanyaan yang
diajukan peserta

Langkah 3 : 1. Melakukan 1. Menjawab 10


Rangkuman dan evaluasi tentang pertanyaan menit

43
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Hasil Belajar materi yang yang diajukan


diberikan dengan fasilitator
mengajukan 2. Bersama
pertanyaan dan fasilitator
melakukan menyimpulkan
diskusi sesuai materi
materi yang pembelajaran
diberikan
2. Memperjelas
jawaban yang
diberikan peserta
3. Menyimpulkan
materi yang
diberikan

3.6 Uraian Materi


3.6.1 Pemberian MP-ASI
1. MP-ASI
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah
makanan selain ASI diberikan pada bayi atau anak usia
6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita yang
tidak cukup hanya didapatkan dari ASI saja (Adriayani &
Wirjatmadi, 2012).
Pengenalan pemberian MP-ASI harus dilakukan
secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai
dengan kemampuan pencernaan bayi atau anak (Depkes,
2006).
2. Tujuan Pemberian MP-ASI

44
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Berikut tujuan dari pemberian MP-ASI (Sitompul,


2014):
1) Memenuhi kebutuhan zat gizi yang meningkat
seiring bertambahnya usia
2) Membentuk selera dan pola kebiasaan makan
yang sehat pada anak
3) Melatih pencernaan supaya terbiasa menerima
makanan lunak hingga padat
3. Strategi Pemberian MP-ASI
1) Berikan MP-ASI ketika ASI saja tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan bayi (usia bayi
sekitar 6 bulan)
2) MP-ASI yang diberikan memenuhi kebutuhan
energi, protein, dan mikronutrien anak
3) Proses persiapan dan pembuatan MP-ASI
menggunakan cara, bahan, dan alat yang aman
serta higienis
4) MP-ASI diberikan secara konsisten sesuai
dengan kondisi bayi (lapar atau kenyang) dari
anak (IDAI, 2018).

4. Tahap Pemberian MP-ASI

45
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Usia Jenis Jumlah Jadwal


takaran/porsi pemberian
0-6 ASI (ASI Eksklusif) ASI diberikan setiap bayi
bulan menginginkan, pemberian
sedikitnya 8 kali sehari, pagi,
siang, sore maupun malam
6-9 Makanan lumat atau 3 sendok makan 2-3 kali sehari
bulan cair dan lembut penuh setiap dan 1-2 kali
Contoh: nasi tim kali makan, makan
saring, dicampur secara bertahap selingan
dengan ikan, kacang- ditingkatkan
kacangan, dan sayuran sampai setengah
hijau yang sudah mangkuk
dilembutkan ukuran 250 ml
9-12 Makanan lembik atau Setengah 3-4 kali makan
bulan cincang halus/kasar mangkuk dan 1-2 kali
Contoh: bubur nasi ukuran 250 ml makan
atau kentang, dicampur selingan
dengan ikan, kacang-
kacangan, dan sayuran
hijau yang sudah di
cincang halus/kasar

12-24 makanan padat atau ¾ hingga satu 3-4 kali makan


bulan makanan keluarga mangkuk penuh dan 1-2 kali
Contoh: nasi, ditambah ukuran 250 ml makan
dengan ikan, potongan selingan
sayuran rebus dan (IDAI, 2018).
kacang-kacangan.
Berikan camilan
bergizi di antara waktu
makan, seperti: pisang,
roti, cookies

46
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

47
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

5. Cara Memilih, Menyimpan, dan Mengolah


Bahan MP-ASI dengan Aman
No. Cara Memilih Cara Menyimpan Cara Mengolah
1. Sayuran dan buah-buahan
1) Daunnya berwarna 1) Cuci sebelum 1) Cuci bersih sayuran
segar atau tidak disimpan, lalu dan buah-buahan,
tampak layu: hijau bungkus dengan lalu potong sesuai
segar atau putih kertas, dan kebutuhan
segar. Belum simpan di dalam 2) Jangan merendam
menguning, box khusus di sayuran dan buah-
kecoklatan, atau lemari es anda buahan yang sudah
kehitaman 2) Pisang jangan di dipotong terlalu
2) Tekstur tulang simpan di lemari lama di dalam air
daunnya masih es karena bisa
tampak jelas atau 3) Cuci kembali melarutkan vitamin
tidak keriput buah yang akan C yang
3) Pilih yang bebas diberikan kepada dikandungnya
ulat atau serangga balita 3) Jangan memasak
4) Cari yang segar 4) Jika tidak ada sayuran terlalu
dan masih cerah lemari es, simpan lama dan potong
warnanya di tempat yang atau kupas buah
5) Daunnya utuh, gelap dan sejuk. hanya jika akan
tanpa bercak, dimakan untuk
sobek, dan tidak mempertahankan
berlubang. Daun kandungan gizinya.
berlubang baik
apabila akibat
dimakan ulat (tidak
seluruhnya), sebab
hal itu menandakan
sayuran tersebut
tidak
menggunakan
peptisida atau
insektisida.

48
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

No. Cara Memilih Cara Menyimpan Cara Mengolah

2. Daging sapi atau ayam


1) Tesktur daging 1) Bersihkan di 1) Gunakan api kecil
yang segar akan bawah air yang untuk
terasa kenyal dan mengalir mendapatkan
empuk bila masih 2) Masukkan ke kaldu yang
muda. Tekanlah dalam container sempurna dan
sedikit daging tertutup rapat tekstur daging
tersebut, jika atau bungkus yang lembut
kembali pada dengan plastic
posisi semula atau aluminium (Damayanti, 2008)
berarti daging foil, sesuai
tersebut masih ukuran satu kali
baru dan segar masak.
2) Bau atau aroma
daging yang segar,
pilih yang tidak
berbau busuk atau
menyengat
3) Kelembaban,
secara normal
permukaan kering,
tidak berlendir dan
kebiruan
4) Daging yang beku
lihat tanggal
kedaluarsanya

49
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

KETIKA ANAK SULIT MAKAN

1. Berikan makanan rumah yang sehat, baik untuk


makanan sehari-hari maupun makanan selingan
2. Tawarkan jenis-jenis makanan baru. Terkadang
makanan baru butuh ditawarkan 10-15 kali untuk
dapat diterima dan dimakan dengan baik oleh anak
3. Sajikan jenis-jenis makanan baru bersama dengan
makanan yang disukai oleh anak
4. Hindari asumsi bahwa anak tidak akan suka dengan
jenis-jenis makanan tertentu
5. Tawarkan finger foods (makanan yang dapat
digenggam oleh anak) yang sehat sehingga anak
dapat belajar makan secara mandiri
6. Jangan pernah memaksa anak untuk makan, karena
anak tahu berapa banyak makanan yang dibutuhkan
oleh tubuhnya. Memaksa makan dapat mengganggu
kemampuan lainnya untuk mengetahui tanda-tanda
lapar dan kenyang pada anak.
(IDAI, 2018).

50
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

6. Menu untuk MP-ASI


Urutan Porsi Komposisi Bahan Pangan
Empat Bintang **** Karbohidrat, Beras putih, kentang, umbi-umbian,
(menu lengkap) protein daging, ayam, ikan, hati, tempe, tahu,
hewani, wortel, bayam, tomat, dll (IDAI, 2018).
protein nabati
dan sayuran

51
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

3.7 Ringkasan
1. MP-ASI
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah
makanan selain ASI diberikan pada bayi atau anak usia
6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita yang
tidak cukup hanya didapatkan dari ASI saja (Adriayani &
Wirjatmadi, 2012).
Strategi pemberian MP-ASI ada tiga antara lain:
tepat waktu dalam pemberiannya yaitu dimulai usia 6
bulan, adekuat yaitu pemenuhan energi, protein, dan
mikronutrien yang cukup, dan yang terakhir diberikan
secara konsisten sesuai dengan sinyal yang diberikan
pada anak ketika lapar.
Strategi ketika anak tidak mau makan:
1) Berikan makanan rumah yang sehat dan jenis
makanan baru.
2) Sajikan jenis-jenis makanan baru
3) Hindari asumsi bahwa anak tidak akan suka dengan
jenis-jenis makanan tertentu
4) Tawarkan finger foods

52
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

3.8 Evaluasi
Petunjuk pengisian: Berikan tanda silang (x) pada
jawaban yang anda pilih
1. Kapan MP-ASI atau makanan pendamping ASI
sebaiknya diberikan pada anak?
a. 3 bulan
b. 4 bulan
c. 6 bulan
2. Bagaimana tekstur pemberian MP-ASI pada anak
usia 6-9 bulan ?
a. Lumat
b. Cincang halus
c. Makanan keluarga
3. Bagaimana tekstur pemberian MP-ASI pada anak
usia 9-12 bulan ?
a. Lumat
b. Cincang halus
c. Makanan keluarga

53
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Petunjuk: Diskusikan kasus dibawah ini secara


berkelompok
Kasus 1
Ny. C mempunyai bayi berusia 5 bulan. Saat kunjungan
rumah, bidan mendapatkan data bahwa Ny.C telah
memberikan pisang yang dihaluskan pada bayinya
karena memberikan ASI saja akan membuat bayinya
lapar, rewel, dan tidak montok. Ny. C juga menganggap
hal tersebut wajar untuk dilakukan.
1. Menurut anda, perilaku Ny.C apakah benar atau
tidak? Berikan alasannya!
2. Saran apa yang sebaiknya anda berikan?
3.9 Referensi
Adriayani, & Wirjatmadi, B. (2012). Peranan Gizi
dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Group.
IDAI. (2018). Pemberian Makanan Pendamping Air Susu
Ibu (MPASI). UKK Nutrisi Dan Penyakit
Metabolik.
Mufida, Widyaningsih, & Maligan. (2015). Prinsip Dasar
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)
untuk Anak 6-24 Bulan. Jurnal Pangan Dan
Agroindustri, 3, 16416–1651.
Rachman, & Rahayuningsih. (2016). Faktor-Faktor yang

54
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Mempengaruhi Perilaku Ibu dengan Pemberian MP-


ASI pada Anak. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas
Keperawatan, 1–8.
Sakti, R. E., Hadju, V., & Rochimiwati, S. N. (2013).
Hubungan Pola Pemberian MP-ASI Dengan Status
Gizi Anak Usia 6-23 Bulan Di Wilayah Pesisir
Kecamatan Tallo Kota Makassar, 1–12.
Sitompul, E. (2014). Variasi Resep Makanan Anak.
Jakarta: Kunci Aksara.
Yulianti. (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
dan Praktik Pemberian Makanan Pendamping ASI
dengan Status Gizi Bayi Usia 6 sampai 12 Bulan.
Surakarta.

55
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Penerbit:

Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

56

Anda mungkin juga menyukai