Anda di halaman 1dari 4

ANGKA UNMET NEED DI BEBERAPA PROVINSI POLICY

MASIH CUKUP TINGGI: FAKTOR-FAKTOR BRIEF


APAKAH PENYEBABNYA? 2
Pusat Penelitian dan Pengembangan KB-KS -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun 2015

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak nomor empat di dunia setelah RRC, India dan
Amerika Serikat yaitu sekitar 230 juta jiwa, dengan Angka Fertilitas (TFR) yang masih cukup tinggi yaitu 2,6 anak.
Tingginya pertumbuhan penduduk ini dapat diatasi salah satunya dengan pengaturan kehamilan dengan program
Keluarga Berencana (KB). Pemerintah telah berupaya untuk mensosialisasikan program KB ini pada masyarakat,
namun kenyataannya masih banyak Pasangan Usia Subur (PUS) atau Wanita Usia Subur (WUS) yang belum
menggunakan kontrasepsi padahal mereka masih memerlukan kontrasepsi tersebut (unmet need). Pengetahuan,
sikap, dukungan suami dan keluarga, kegagalan KB sebelumnya, kualitas pelayanan dan sosial budaya disinyalir
menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya angka unmet need ini. Beberapa cara telah ditempuh, dari
mulai penyuluhan pada masyarakat, safari KB dan lain sebagainya, namun tidak juga memperlihatkan hasil yang
maksimal. Angka unmet need masih berada di atas target nasional.

Latar Belakang dengan meningkatnya pendidikan wanita dan pada


wanita dengan status bekerja di luar rumah.
Pemakaian kontrasepsi pada wanita usia subur
menunjukkan angka peningkatan yaitu 61,4 persen Hasil temuan lain mengungkapkan bahwa tingginya
pada hasil SDKI 2007, meningkat menjadi 61,9 persen angka unmet need terdapat pada kelompok wanita usia
pada hasil SDKI 2012.(3,4) muda maupun tua, yang tidak memiliki anak maupun
yang memiliki anak lebih dari 5. Dapat disimpulkan
Sedangkan angka unmet need sendiri mengalami
bahwa angka unmet need untuk menjarangkan
penurunan dari 13,1 persen pada SDKI 2007 menjadi
kehamilan yang tinggi terdapat pada kelompok wanita
11,4 persen pada SDKI 2012. Hasil SDKI 2012
berusia muda yang masih menginginkan anak lagi,
menunjukkan bahwa, alasan tidak ingin menggunakan
sedangkan untuk mengakhiri kehamilan terdapat pada
kontrasepsi adalah ingin mempunyai anak lagi, dan
kelompok wanita berusia tua yang sudah tidak
merupakan alasan fertilitas yang terbanyak (14,7
menginginkan anak lagi.
persen), alasan larangan suami dan agama (masing-
masing 4 persen), kurangnya pengetahuan mengenai Kebijakan Saat Ini
alat/cara kontrasepsi (4,6 persen) juga menjadi salah
Pengertian KB yang terus mengalami perubahan
satu alasan, selain itu juga terkait masalah kesehatan
seperti dalam UU No. 10 Tahun 1992 pengertian KB
(6,8 persen) dan takut terhadap efek samping (24,7
adalah peningkatan kepedulian dan peran serta
persen).(3,4)
masyarakat melalui Pendewasaan Usia Perkawinan,
Definisi unmet need pada program SDKI telah Pengaturan Kehamilan, Peningkatan Ketahanan
mengalami revisi oleh Bradley dkk (2012) yaitu wanita Keluarga, Peningkatan Kesejahteraan Keluarga untuk
menikah berusia 15-49 tahun yang tidak mewujudkan Keluarga Kecil Yang Bahagia dan
menggunakan kontrasepsi baik untuk menjarangkan Sejahtera. Berdasarkan UU No. 52 Tahun 2009
maupun mengakhiri kehamilan.(5) disebutkan bahwa KB yaitu upaya untuk mengatur
kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,
Sebuah penelitian terhadap faktor-faktor yang
mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan
berhubungan dengan unmet need dan wanita yang
dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
tidak menggunakan alat kontrasepsi menunjukkan
mewujudkan keluarga berkualitas. Keluarga
bahwa wanita yang berpendidikan tinggi ternyata
Berencana menurut WHO (World Health Organization)
tingkat penggunaan kontrasepsinya juga tinggi,
adalah tindakan yang membantu pasangan suami isteri
menginginkan jumlah anak lebih sedikit, dan
untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
persentase unmet need-nya rendah. Penelitian lain
mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan,
menunjukkan bahwa angka unmet need menurun
mengatur interval di antara kelahiran, mengontrol

ANGKA UNMET NEED DI BEBERAPA PROVINSI MASIH CUKUP TINGGI: FAKTOR-FAKTOR APAKAH PENYEBABNYA? Halaman |1
waktu kelahiran dan menentukan jumlah anak dalam 15-49 tahun yang tidak menggunakan kontrasepsi
keluarga. Tujuan umum program KB adalah tetapi tidak ingin hamil dalam waktu 2 tahun ke depan
membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan (menjarangkan), tidak ingin memiliki anak lagi
sosial ekonomi dengan cara pengaturan kelahiran anak (membatasi), mengalami kehamilan tidak diinginkan,
agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera atau yang sedang dalam masa nifas.
yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa angka unmet
Pada tahun 2009, diterbitkan Undang-undang No. 52 need kontrasepsi di Indonesia sebesar 11,4 persen.
Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan Tingginya angka unmet need merupakan salah satu
dan Pembangunan Keluarga, BKKBN berubah dari penyebab TFR 2,1 pada 2014 tidak dapat tercapai.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Daerah unmet need tinggi di Indonesia tersebar di 10
menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga provinsi di Indonesia yaitu Jambi, Jawa Tengah, Jawa
Berencana Nasional (BKKBN). Sebagai tindak lanjut Barat, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan,
dari UU 52/2009 tentang Perkembangan Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Timur dan DI Yogyakarta. Unmet need bervariasi
dimana BKKBN kemudian direstrukturisasi menjadi antara provinsi, terendah 3,2 persen di Bangka
badan kependudukan, bukan lagi badan koordinasi. Belitung dan tertinggi 22,4 persen di Maluku.(4)
Program KB di Indonesia telah diakui secara nasional
Secara umum, unmet need KB banyak terjadi pada
dan internasional sebagai salah satu program yang
wanita yang menghadapi hambatan keuangan,
telah berhasil menurunkan angka fertilitas secara
pendidikan, geografis, dan sosial. Faktor lain di
nyata. Hasil SDKI 2002-2003, Total Fertility Rate (TFR)
komunitas seperti budaya, kualitas pelayanan,
sebesar 2,4 menurun menjadi 2,3 pada SDKI 2007.
keberadaan jalur transportasi, dan karakteristik
Namun bukan berarti masalah kependudukan di
daerah yang turut berperan dalam pemakaian
Indonesia selesai, akan tetapi program tersebut
kontrasepsi. Serta faktor ketersediaan sumber daya
diupayakan tetap dipertahankan. Salah satu masalah
pendukung yaitu masih terbatasnya pendanaan untuk
dalam pengelolaan program KB yaitu masih tingginya
menunjang kegiatan operasional pembinaan keluarga
angka unmet need KB di Indonesia.(2)
berencana dan terbatasnya akses informasi pelayanan
Analisis Kebijakan KB. Masalah unmet need KB mengindikasikan adanya
Konsep awal unmet need menggunakan definisi kesenjangan antara tujuan reproduksi perempuan
berdasarkan data yang tersedia pada saat itu. Awalnya dengan perilaku kontrasepsi mereka. Hal ini berarti
unmet need didefinisikan sebagai persentase dari perempuan memiliki keinginan untuk menghindari
wanita menikah yang tidak menginginkan anak lagi kehamilan tetapi tidak melakukan tindakan
tetapi tidak menggunakan kontrasepsi (numerator), pencegahan kehamilan. Perbedaan perilaku KB telah
dibandingkan dengan jumlah seluruh wanita menikah dihubungkan dengan berbagai faktor seperti
(denominator). Pada tahun 1978, menggunakan data karakteristik demografi dan sosial ekonomi.
dari World Fertility Surveys (WFS), Westoff Beberapa penelitian telah mengungkap faktor
mempublikasikan perkiraan perbandingan pertama penyebab unmet need diantaranya kurangnya
dari unmet need untuk membatasi kehamilan. pengetahuan tentang KB, kurangnya dukungan suami
Kuesioner WFS tidak menanyakan tentang keinginan dan budaya yang masih dipegang teguh oleh pasangan
mereka untuk menjarangkan kehamilan (Westoff, usia subur. Penelitian dan studi yang dilakukan di
1978). Pada tahun 1981, Westoff dan Pebley, Gwalior mengemukakan bahwa faktor unmet need
menggunakan data WFS dari 18 negara, menunjukkan yaitu dukungan suami dan paparan informasi. Studi di
bahwa perbedaan definisi dari unmet need India mengemukakan bahwa agama, dukungan suami
menghasilkan perkiraan yang sangat berbeda. Juga dan pekerjaan. Faktor umur seseorang berpengaruh
mereka merekomendasikan bahwa konsep unmet need signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan
untuk diperluas agar mencakup keinginan untuk kontrasepsinya. Kelompok perempuan usia muda dan
menjarangkan kehamilan.(10) tua berisiko tingi untuk mengalami unmet need KB
Konsep unmet need yang digunakan dalam SDKI 2012 karena kelompok ini tidak menyadari bahwa mereka
adalah konsep yang telah direvisi oleh Bradley dkk memiliki potensi komplikasi selama kehamilan. Hal ini
(2012) menjadi persentase wanita menikah berusia karena faktor demografi yaitu apabila seorang wanita

ANGKA UNMET NEED DI BEBERAPA PROVINSI MASIH CUKUP TINGGI: FAKTOR-FAKTOR APAKAH PENYEBABNYA? Halaman |2
semakin muda atau rendah rata-rata usia kawin keputusan terkait kesehatan dilakukan oleh orang lain
pertamanya maka akan berdampak pada panjangnya dibanding dilakukan secara bersama-sama antara
usia reproduksi dan tingkat fertilitas akan semakin responden dan suami. Begitu juga jika pengambilan
tinggi seperti kerangka analisis Easterlin (1975) keputusan terkait kesehatan dilakukan oleh responden
bahwa semakin banyak anak yang dimiliki maka akan sendiri kemungkinan unmet need 1,29 kali
semakin besar kemungkinan seorang wanita telah dibandingkan pengambilan keputusan dilakukan
melebihi preferensi fertilitas yang diinginkannya, secara bersama-sama(1).
karena mengalami unmet need KB. Salah satu alasan Permasalahan yang Dihadapi
keengganan menggunakan kontrasepsi adalah karena Unmet need KB merupakan permasalahan yang
kurangnya akses untuk mendapatkan pelayanan bersifat multidimensional karena dipengaruhi
kontrasepsi. Hal ini dapat menyebabkan masyarakat berbagai faktor seperti karakteristik demografi, sosial
enggan untuk menggunakan kontrasepsi, sehingga ekonomi, sikap dan akses pelayanan(8). Secara umum,
akan meningkatkan unmet need KB. unmet need KB banyak terjadi pada wanita yang
Hasil analisis multivariat data SDKI 2012 memberikan menghadapi hambatan keuangan, pendidikan,
gambaran bahwa responden yang berasal dari status geografis, dan sosial. Seperti yang dijelaskan
ekonomi sangat kaya memiliki kemungkinan unmet sebelumnya bahwa menurut hasil SDKI 2012
need lebih kecil yaitu 0,8 kali dibandingkan responden menunjukkan bahwa angka unmet need kontrasepsi di
yang berasal dari status ekonomi sangat miskin setelah Indonesia sebesar 11,4 persen. Jumlah PUS yang ingin
dikontrol dengan variabel tempat tinggal, umur, menunda kehamilan atau tidak menginginkan
pengetahuan tentang kontrasepsi, jumlah anak yang tambahan anak tetapi tidak berKB meningkat dari 8,6
masih hidup dan pengambilan keputusan terkait persen SDKI 2003, menjadi 9,1 persen SDKI 2007, dan
kesehatan. Begitu juga dengan responden yang tinggal kembali meningkat menjadi 11 persen di tahun 2012.
di desa memiliki kemungkinan unmet need yang lebih Pada tahun 2012 jumlah unmet need menjadi tinggi
rendah dibandingkan responden yang tinggal di dan ini mempengaruh nilai TFR meningkat sehingga
perkotaan setelah dikontrol oleh variabel yang lain. TFR 2,1 tidak tercapai. Unmet need selain sebagai
Namun semakin tua umur responden ternyata pengaruh keberhasilan TFR juga menjadi pengaruh
kemungkinan unmet need semakin tinggi, responden kegagalan program KB yang nantinya akan berlanjut
yang usianya lebih dari 35 tahun memiliki terjadi ledakan populasi di Indonesia.
kemungkinan unmet need dua kali lebih tinggi Tingginya unmet need menjadi permasalahan bagi
dibandingkan responden yang berumur kurang dari 20 pemerintah, perihalnya bukan hanya akan mejadi
tahun, dan yang berumur 20 sampai 35 tahun memiliki penyebab ledakan populasi melainkan juga bisa
kemungkinan 1,37 kali lebih tinggi dibandingkan yang berpengaruh pada tingginya Angka Kematian Ibu (AKI)
berumur kurang dari 20 tahun. Kesemua efek umur di indonesia, karena merupakan salah satu faktor
dengan unmet need sudah dikontrol dengan variabel penyebab 75 persen kematian ibu di Indonesia dan
yang lain(1). juga di dunia. Wanita usia reproduksi yang tidak
Hal menarik lainnya adalah bahwa jumlah anak yang menggunakan KB berpeluang besar untuk hamil dan
lebih banyak juga memiliki kemungkinan unmet need mengalami komplikasi dalam masa kehamilan,
yang lebih tinggi dibandingkan yang mempunyai anak persalinan dan nifas (8).
lebih sedikit. Responden yang mempunyai anak lebih Hal ini dapat disebabkan aborsi karena unwanted
dari 2 orang memiliki kemungkinan unmet need 1,34 pregnancy, jarak hamil terlalu dekat, melahirkan
kali lebih tinggi dibandingkan yang mempunayai anak terlalu banyak maupun komplikasi penyakit selama
2 orang atau kurang setelah dikontrol dengan efek kehamilan, penyulit saat persalinan dan komplikasi
variable yang lain. masa nifas. Laporan hasil unmet need sangat penting
Responden yang suaminya mengambil keputusan untuk mendapatkan gambaran pencapaian program
terkait kesehatan ternyata memiliki kemungkinan KB dan mengetahui keadaan sasaran yang belum
unmet need yang lebih rendah 0,88 kali dibandingkan tergarap, dengan mengetahui proporsi kelompok
responden dan suami yang melakukan pengambilan tersebut akan diketahui besarnya sasaran potensial
keputusan secara bersama-sama. Akan tetapi unmet yang masih perlu diajak untuk ber-KB.
need meningkat 2,36 kali ketika pengambilan

ANGKA UNMET NEED DI BEBERAPA PROVINSI MASIH CUKUP TINGGI: FAKTOR-FAKTOR APAKAH PENYEBABNYA? Halaman |3
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa dalam Referensi
penggarapan unmet need perlu diperhatikan faktor-
1. Agustin, dkk. Th 2014, Faktor-faktor yang
faktor determinan seperti status ekonomi, tempat
mempengaruhi tingginya angka Unmet Need,
tinggal, umur, pengetahuan tentang kontrasepsi,
Puslitbang KB dan KS BKKBN, Jakarta.
jumlah anak yang masih hidup, pengambil keputusan
2. BKKBN. 2002-2003. Survey Demografi dan
terkait kesehatan.
Kesehatan Indonesia. Jakarta: BPS, BKKBN,
Usulan Kebijakan DepKes.
3. BKKBN. 2007. Survey Demografi dan Kesehatan
Dalam rangka menurunkan angka unmet need perlu
Indonesia. Jakarta: BPS, BKKBN, DepKes.
dilakukan hal-hal antara lain (6,7):
4. BKKBN. 20012. Survey Demografi dan Kesehatan
1. Perlunya meningkatkan pelaksanaan program KB Indonesia. Jakarta: BPS, BKKBN, DepKes.
serta peningkatan KIE dan konseling terhadap 5. Bradley, Sarah E.K., Trevor N. Croft, Joy D. Fishel,
program KB dan pemakaian alat kontrasepsi and Charles F. Westoff. 2012. Revising Unmet
kepada masyarakat. Need for Family Planning. DHS Analytical Studies
2. Perlunya upaya meningkatkan cakupan akseptor No. 25. Calverton, Maryland, USA: ICF
KB. Salah satunya dengan melibatkan suami dan International.
keluarga dalam penyuluhan atau pemberian 6. Handrina,E.: faktor penyebab unmet need studi di
pendidikan kesehatan tentang KB serta membuat kelurahan kayu kubu kecamatan guguk panjang
suatu pembaharuan dalam pembuatan media untuk kota bukittinggi
mensosialisasikan program KB, sehingga 7. Nofrijal. 2013. Pengalaman Negara-negara Asia
diharapkan dapat mencapai tujuan program dengan Pasifik Dalam Menurunkan Angka Unmet Need.
lebih optimal. Pusat Pendidikan dan Latihan Luar Negeri,
3. Perlunya peningkatan kualitas dan cakupan BKKBN, Jakarta
informasi dan pelayanan (coverage of information 8. Rismawati,S, UNMET NEED: Tantangan Program
and services) keluarga berencana, termasuk kualitas Keluarga Berencana Dalam Menghadapi Ledakan
sumber daya manusia pemberi pelayanan. Penduduk Tahun 2030 Fakultas Kedokteran
4. Perlunya pengakuan dan pemenuhan kebutuhan UNPAD Bandung
(recoqnizing and addressing) yang spesifik dari 9. Westof. C.F. 1978 The Unmet Need for birth
kelompok remaja terhadap kualitas informasi dan control in five asian countries. Family Planning
pelayanan kesehatan seksual dan kesehatan Perspectives 10: 173-181
reproduksi, termasuk keluarga berencana. 10. Westoff Charles F., Pebley Ann R. Alternative
5. Efektifitas manajemen supply chain sangat measures of unmet need for family planning in
diperlukan untuk menjamin keberlangsungan developing countries. International Family
distribusi kontrasepsi. Planning Perspectives. 1981;7(4):126136.
6. Peningkatan dan penguatan kemitraan dan
kepemimpinan (partnership and leadership) dalam
mereposisi program keluarga berencana.
7. Keterlibatan masyarakat (community management)
sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan
kesadaran akan kebutuhan program keluarga
berencana.

ISBN : 978-602-1098-17-2
Policy brief ini ditulis oleh Maria Anggraeni yang dibiayai Pusat Penelitian dan Pengembangan KB dan Keluarga
oleh anggaran DIPA Puslitbang KB dan KS tahun 2015. Isi Sejahtera (Puslitbang KB & KS)
sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Jl. Permata No.1 Halim Perdana Kusuma
Jakarta Timur 13650
Telp.8098019, 8009029-45-53-69-77-85, Fax.8008535

ANGKA UNMET NEED DI BEBERAPA PROVINSI MASIH CUKUP TINGGI: FAKTOR-FAKTOR APAKAH PENYEBABNYA? Halaman |4

Anda mungkin juga menyukai