Anda di halaman 1dari 20

KATA SAMBUTAN

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga mengamanatkan bahwa salah satu
pembangunan sumber daya manusia Indonesia adalah melalui pengendalian jumlah
penduduk.
Jumlah penduduk Indonesia menurut Sensus Penduduk (SP) tahun 2010 berjumlah 237,6
juta jiwa. Jumlah yang besar ini terdiri dari lapisan penduduk balita, anak, dewasa, dan
lansia. Khusus lansia, menurut Pendataan Keluarga tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ternyata jumlah penduduk lansia
di Indonesia berjumlah 15,5 juta jiwa. Jumlah ini semakin tahun akan semakin besar. Hal ini
karena adanya pembangunan kesehatan dan sosial ekonomi yang diselenggarakan di
Indonesia.
Jumlah penduduk lansia yang besar ini membutuhkan penanganan yang serius, sebab mau
tidak mau penduduk lansia akan menjadi salah satu lapisan penduduk yang jika tidak
diberdayakan dengan maksimal akan menjadi lapisan penduduk yang dianggap beban
pembangunan. Agar penduduk lansia tidak menjadi beban pembangunan diperlukan adanya
pemberdayaan penduduk lansia. Hal ini sesuai dengan undang-undang No.13 tahun 1998
tentang Kesejahteraan Lansia. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa penduduk
lansia di Indonesia dibagi menjadi dua golongan, yaitu penduduk lansia potensial dan
penduduk lansia tidak potensial.
BKKBN yang merupakan instansi pemerintah yang berwenang menyelenggerakan Program
Kependudukan dan Keluarga Berencana memiliki Program Pembangunan Ketahanan dan
Kesejahteraan Keluarga (PK3). Khusus untuk keluarga lansia, BKKBN melalui Direktorat Bina
Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan membina dan memberdayakan kelompok-kelompok
kegiatan Bina Keluarga Lansia (BKL) yang ada di seluruh kelurahan dan desa yang ada di
Indonesia.
Kelompok kegiatan BKL merupakan wadah kegiatan bagi keluarga lansia dan keluarga yang
memiliki lansia yang berusaha meningkatkan kegiatan dan keterampilan keluarga dalam
memberikan pelayanan, perawatan, dan pengakuan yang layak sebagai orang tua bagi lansia
tidak potensial dan meningkatkan kesejahteraan keluarga lansia melalui kegiatan
pemberdayaan, pembinaan, serta pengembangan potensi bagi lansia.
Tujuan utama adanya kelompok BKL adalah pengetahuan, sikap, dan perilaku (PSP) keluarga
lansia dan keluarga yang memiliki lansia dalam meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan
keluarga. Dengan demikian, kelompok BKL menjadi sangat penting dan strategis
keberadannya. Agar pengelolaan dan penyelenggaraan Program Pembinaan Ketahanan
Keluarga Lansia semakin optimal, maka diperlukan Pedoman Pembinaan Ketahanan
Keluarga Lansia.
i

Buku Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia merupakan Buku untuk
penyelenggaraan Program Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia. Dengan adanya buku ini,
yang terdiri dari 10 (sepuluh) seri yaitu 1. Program Kependudukan dan KB Nasional ; 2.
Pembinaan Kesehatan Fisik Bagi Lansia; 3. Pembinaan Kesehatan Reproduksi Bagi Lansia; 4.
Pembinaan Mental Emosional Bagi Lansia; 5. Pembinaan Mental Spiritual Bagi Lansia; 6.
Pembinaan Sosial Kemasyarakatan Bagi Lansia; 7. Pengembangan Ekonomi Produktif Bagi
Lansia; 8. Teknik Fasilitasi; 9. Teknik Dinamika Kelompok; dan 10. Teknik Advokasi dan KIE.
Diharapkan penyelenggaraan Program Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia di setiap
tingkatan wilayah dapat bergairah dan berjalan dengan baik.
Semoga Buku Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia yang terdiri dari
10 (sepuluh) seri ini dapat menjadi acuan dan pegangan bagi para pengelola dan pembina
pelaksana program Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia. Dengan demikian, akan
terwujud penduduk Lansia yang sehat, sejahtera, mandiri, dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.

Jakarta, Mei 2012


Deputi Bidang Keluarga Sejahtera
dan Pemberdayaan Keluarga,

Dr. Sudibyo Alimoeso, M.A.

ii

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita Panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karuniaNya, Seri Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia dapat diselesesaikan.
Ketahanan Keluarga Lansia yang dilembagakan melalui wadah kelompok kegiatan (poktan)
yang bernama Bina Keluarga Lansia (BKL). Kelompok BKL diharapkan dapat meningkatkan
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku (PSP) keluarga lansia dan lansia itu sendiri. Pembinaan
Ketahanan Keluarga Lansia adalah bagian integral dari Program Pembangunan Ketahanan
dan Kesejahteraan Keluarga (PK3).
Sekaitan dengan hal tersebut diatas, diperlukan adanya kumpulan Media Pembelajaran
Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok BKL dan
mengakselerasi tujuan pembinaan ketahanan keluarga lansia, yaitu peningkatan PSP
keluarga lansia dan lansia itu sendiri yang pada akhirnya dapat mendukung peningkatan
ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia dapat digunakan juga dalam
kegiatan peningkatan kapasitas tenaga pelatih dan pengelola BKL. Selain itu kami harapkan
seri media pembelajaran ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang membutuhkan.
Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia terdiri dari 10 (sepuluh) seri,
dan pada seri kesepuluh akan dibahas mengenai Teknik Advokasi dan KIE.
Apabila Media Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia yang kami susun
memiliki banyak kekurangan kami mohon maaf, dan kami sangat terbuka terhadap saran
dan kritik untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Akhirnya kepada semua pihak yang senantiasa membantu kami menyelesaikan Media
Pembelajaran Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia, kami sampaikan terimakasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya

Jakarta, Mei 2011


Direktorat Bina Ketahanan Keluarga
Lansia dan Rentan
Direktur,

Drs. Furqan Ia Faried,MA

iii

DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN ...................................................................................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................

iii

DAFTAR ISI ................................................................................................................................................

iv

BAB I TEKNIK ADVOKASI DAN SOSIALISASI


DALAM PELAKSANAAN KIE BAGI LANSIA ..........................................................................................

A. Pendahuluan .................................................................................................................................

B. Latar Belakang .......................................................................................................

C. Tujuan......................................................................................................................

D. Batasan Pengertian ...............................................................................................

BAB II LANGKAH DAN TEKNIK ADVOKASI...................................................................

A. Langkah Advokasi ...................................................................................................

B. Teknik Melakukan Advokasi ..................................................................................

BAB III LANGKAH DAN TEKNIK SOSIALISASI / ORIENTASI ........................................

10

A. Langkah Sosialisasi / Orientasi ..............................................................................

10

B. Teknik Sosialisasi / Orientasi .................................................................................

11

BAB IV KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI .....................................................

12

A. KIE Sebagai Proses Pembentukan Sikap dan Perilaku ........................................

12

B. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan KIE Yang Baik ...........................................................

13

C. KIE Sebagai Strategi Advokasi Dan Sosialisasi .....................................................

13

BAB IV PENUTUP ..........................................................................................................

15

iv

BAB I
TEKNIK ADVOKASI DAN SOSIALISASI
DALAM PELAKSANAAN KIE BAGI LANSIA

A. PENDAHULUAN
Manusia adalah mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tetapi harus bersama orang
lain. Manusia diciptakan berbeda mulai dari jenis kelamin, suku/etnik, daerah, bangsa
dan agama bukan untuk saling bermusuhan tetapi sebaliknya untuk saling kenalmengenal, bergaul dan bersahabat satu sama lain dengan suasana damai dan harmonis.
Manusia adalah mahluk yang bisa berkomunikasi baik melalui isyarat atau perkataan
sehingga dapat dipahami dan dimengerti orang lain. Bahasa bisa diucapkan secara lisan
atau melalui gerak gerik tubuh yang penting dapat dipahami dan dimengerti oleh
lawannya berkomunikasi.
Dalam berkomunikasi sekurang-kurangnya ada 3 bentuk yang biasa dilakukan, yaitu a)
tukar-menukar informasi, b) menyampaikan ilmu pengetahuan atau berita, dan c)
berdiskusi/berdialog untuk mendalami sesuatu masala. Ketiga bentuk itu bisa dilakukan
satu lawan satu, satu berhadapan dengan banyak orang atau satu tim dengan banyak
orang. Jarang dilakukan satu tim menghadapi satu orang, kecuali untuk investigasi atau
menggali informasi yang berkaitan dengan kejahatan atau sejenisnya. Kemudian banyak
ahli merumuskan batasan pengertian tentang komunikasi. Salah satu diantaranya
Everett M. Rogers yang menulis buku Communication Strategies for Family Planning
(1973) memberikan batasan pengertian komunikasi sebagai berikut.
Communication is the process by which an idea is transferred from a source to a receiver
with the intent to change his behavior.(terjemahan bebas; komunikasi adalah suatu
proses untuk menyampaikan ide/gagasan atau informasi dari pemberi kepada
penerima dalam rangka untuk merubah sikap dan perilaku sasaran).
Terry Page dan Thomas dalam International Dictionary of Education, memberi batasan
sebagai berikut.
Communication is exchange of meaning between people occurring either through
language or non-verbally and varying with different degrees of knowledge, motivation
and attitudes. Used many academic disciplines in an increasingly technological context.
(terjemahan bebas; komunikasi adalah pertukaran makna antar penduduk yang terjadi
bisa melalui perkataan atau gerak-gerak sesuai dengan perbedaan tingkat pengetahuan,
motivasi dan perilaku mereka. Komunikasi banyak dipakai dalam disiplin ilmu di
perguruan tinggi yang makin banyak menggunakan media teknologi modern).
1

Pemberi informasi biasanya bertujuan untuk memberikan sejumlah ilmu pengetahuan,


gagasan atau nilai/norma dengan harapan akan terjadi perubahan persepsi, pandangan,
sikap dan perilaku kearah yang diinginkan. Karena itu komunikasi umumnya memiliki 3
bentuk yang biasa dilakukan sebagai berikut.
1. Komunikasi yang dilakukan seorang bawahan kepada atasan, rakyat kepada
pemimpin atau anak didik/siswa kepada guru dan lain-lain. Komunikasi tersebut
biasanya tanpa melibatkan banyak orang, disebut advokasi (to advocate). Tujuannya
agar gagasan atau harapan yang disampaikan dapat diterima oleh atasan atau
pimpinan sehingga menjadi suatu kebijakan untuk kepentingan bersama. Seorang
pejabat BKKBN ingin dapat dukungan kebijakan dan fasilitas/dana dari Pemda
Kab/Kota dalam rangka pembentukan dan pelaksanaan program BKL misalnya, harus
melakukan pendekatan dengan Bupati atau Walikota melalui pertemuan (audiensi)
guna menyampaikan gagasan dan tujuan program tersebut dalam pertemuan
khusus, tidak banyak dihadiri orang kecuali orang terdekat dan pejabat fungsional
yang terkait. Sasaran advokasi adalah pemangku kewenangan (stakeholders),
pemuka agama dan masyarakat (informal leaders), pendidik dan orang tua yang
memiliki pengaruh besar pada masyarakat sekitar/pengikutnya.
2. Komunikasi yang dilakukan seseorang atau suatu tim kepada kelompok warga
masyarakat atau teman kerja setingkat atau sebaya disekitarnya. Tujuannya untuk
menyampaikan suatu informasi, nilai/norma atau gagasan yang dianggap baik dan
bisa memberikan manfaat kepada warga/anggota sasaran tersebut. Kegiatan itu
disebut sosialisasi (socialization). Sosialisasi harus disampaikan oleh orang yang
memiliki kemampuan dan pengaruh untuk mengajak warga masyarakat agar
menerima informasi dan bersedia untuk melaksanakannya meskipun dalam lingkup
terbatas. Materi sosialisasi tentang perilaku hidup bersih, sosialisasi tentang tertib
berlalu lintas, sosialisasi tentang pembinaan ketahanan keluarga dan sebagainya.
Sasaran sosialisasi umumnya adalah kelompok warga masyarakat, kelompok agama,
kelompok petani, buruh dan sebagainya termasuk kelompok pemuda/pemudi calon
pemimpin masa depan bangsa dan masyarakat.
3. Komunikasi biasa yang dilakukan oleh guru/dosen kepada siswa/mahasiswa agar bisa
menyimak dan memperhatikan pelajaran yang diberikan dengan baik dan seksama.
Dalam proses belajar atau pembelajaran (education) harus dilakukan dengan pola
komunikasi yang efektif agar sasaran dapat menerima bahan pelajaran tersebut
dengan baik dalam rangka pembentukan sikap dan perilaku yang rasional dan
bertanggung jawab. Sikap dan perilaku sebagai bekal menghadapi masa depan yang
dinamis dan penuh tantangan. Proses pembelajaran harus berjalan dengan
sistematis, terencana, bertahap dan berlanjut agar bisa membekali diri dalam
pembentukan sikap dan perilaku sasaran sesuai tujuan yang ingin dicapai. Proses
komunikasi dalam belajar harus dilakukan dengan baik dan terarah agar siswa,
mahasiswa atau peserta penataran/diklat dapat menerima materi dengan baik dan
utuh sesuai yang diharapkan.

B. LATAR BELAKANG
Berkomunikasi adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Manusia akan tertekan
bahkan bisa menimbulkan penyakit apabila tidak boleh berbicara/berkomunikasi
dengan orang lain, apalagi bila orang itu senang bergaul dengan orang banyak. Dalam
proses komunikasi umumnya ada 6 unsur yang terlibat dan unsure-unsur tersebut
saling berkaitan dan mendukung agar proses itu dapat berjalan dengan lancar dan baik.
Proses komunikasi yang lancar dan baik akan berdampak terhadap sikap dan perilaku
sasaran. Unsur-unsur itu adalah sebagai berikut:
1.

Pemberi pesan sebagai sumber (encoder)


Penyampai/pemberi pesan atau materi bisa satu orang atau lebih bila dilakukan
oleh suatu tim. Sumber harus dapat menarik perhatian sasaran dan berbicara
dengan efektif sehingga pesan yang disampaikan dapat dengan mudah dipahami
sasaran. Untuk menjadi sumber informasi yang baik perlu kepribadian yang terbuka
dan komunikatif sehingga mampu menarik perhatian peserta pertemuan.

2.

Materi dan isi pesan (message)


Bahan materi isi pesan sangat penting dipersiapkan sebelum dikomunikasikan
kepada sasaran. Ide/gagasan ada yang konkrit dan ada yang abstrak (normatif).
Bobot isi pesan untuk rakyat biasa berbeda dengan kelompok warga terdidik dan
mampu. Untuk rakyat biasa, isi pesan harus jelas dan konkrit sehingga mudah
dipahami. Untuk sasaran terdidik/intelektual, isi pesan harus disertai dengan logika
argumentasi yang rasioal agar gagasan itu bisa diterima dan dipahami sasran.

3.

Saluran atau media (channel)


Saluran atau media juga berperan sangat penting dalam menyampaikan ide atau
gagasan apalagi di zaman modern sekarang ini. Media massa misalnya adalah
saluran yang sangat efektif untuk menyampaikan ide/gagasan karena dapat dengan
mudah diakses oleh sasaran serta bisa disajikan dengan menyenangkan. Media ada
yang tradisional dan modern. Dalam melakukan komunikasi harus dapat memilih
media yang tepat dengan latar belakang sasaran dan suasana pertemuan sehingga
mampu menarik perhatian sasaran. Media bukan tujuan tetapi sarana/wahana
untuk menyampaikan isi pesan yang ingin disampaikan.

4.

Sasaran sebagai penerima pesan (receiver)


Sasaran sebagai obyek penerima isi pesan dalam komunikasi harus diketahui
dengan baik oleh pemberi pesan. Penyampai pesan harus bisa menarik minat dan
perhatian sasaran agar isi pesan mudah dan dapat diterima oleh sasaran. Pemberi
(encoder) dan penerima (reciever) harus memiliki latar belakang pendidikan, status,
sosial budaya atau keyakinan yang sama agar komunikasi bisa berjalan lebih efektif.
Karena itu dalam teori komunikasi dibedakan antara komunikasi berdasarkan
kesamaan (homophily) atau perbedaan (heterophily). Untuk menjamin efektivitas
3

komunikasi maka kesamaan antara pemberi dan penerima pesan jauh lebih baik
dibanding dengan perbedaan. Seorang ahli suatu ilmu pengetahuan ketika ceramah
sering tidak mudah dipahami penjelasannya oleh masyarakat tani atau buruh yang
berpendidikan rendah, apalagi bila pembicara menggunakan istilah original (asing)
dari konsep/gagasan yang disajikannya. Apabila hal itu terjadi maka ada garis batas
sebagai pemisah (barrier) antara pemberi pesan dengan penerima pesan. Semakin
besar pemisah semakin sedikit pesan yang dapat diserap oleh sasaran.
5.

Pengaruh hasil komunikasi (effects)


Komunikasi yang efektif akan memberi pengaruh baik langsung maupun tidak
langsung terhadap pengetahuan, sikap da perilaku sasaran. Pengaruh dalam aspek
ilmu pengetahuan, orientasi/wawasan atau keyakinan yang akan mempengaru
sikap dan perilaku sasaran. Pengetahuan, sikap dan perilaku adalah tahap itu
mencapai hasil yang diinginkan. Sasaran akan mengetahui, memahami, meyakini
baru akan berubah sikap yang kemudian dilanjutnya dengan perilaku sebagai
pembuatan yang konkrit dapat diamati orang lain. Sebaliknya komunikasi biasanya
dikatakan gagal bila tidak membawa dampak terhadap perubahan sikap dan
perilaku sasaran.

6.

Umpan balik komunikasi (feedback)


Langkah penting terakhir dalam proses komunikasi adalah umpan balik. Dari umpan
balik dapat diketahui apakah proses komunikasi dengan membawa pesan yang
ingin disampaikan sudah dipahami, diyakini, dan dikerjakan oleh sasaranatau tidak.
Proses komunikasi yang santun tetapi tidak berhasil membawa perubahan maka
dapat dikatakan bahwa komunikasi itu telah gagal. Umpan balik biasanya ada 2
macam, yaitu positif dan negative. Umpan balik positif dipergunakan untuk
peningkatan, sedang umpan balik negatif dipergunakan untuk penyempurnaan dan
perbaikan. Umpan balik adalah tahap penting dalam rangka peningkatan interaksi
komunikasi antara pemberi pesan dengan penerima pesan.

Dalam proses berkomunikasi dengan lansia merupakan pekerjaan yang tidak mudah
karena orangtua biasanya merasa lebih banyak pengalaman sehingga lebih suka
diberikan masukan apalagi berbentuk nasehat. Pengalaman hidupnya yang panjang
dianggap lebih kaya dan hebat daripada pemberi masukan yang berusia lebih muda.
Karena itu ada beberapa kondisi yang harus dipertimbangkan dalam melakukan interaksi
komunikasi yang berhubungan dengan program pembinaan lansia, antara lain adalah:
a. Pilihan materi substansi
Materi harus dipilih yang bermanfaat bagi lansia dan disesuaikan dengan minat, hobi
dan kesenangannya terutama untuk pembuka pembicaaran agar memiliki daya tarik
terhadap perhatian mereka. Lansia umumnya merasa dirinya lebih tua, pengalaman,
hebat dan sebagainya dibading yang berusia muda. Karena itu pemilihan materi

sebagai pembuka minat dan perhatian mereka sangat penting agar komunikasi bisa
berjalan dan berlanjut.
b. Pilihan arti dan persepsi
Penafsiran dan pemaknaan terhadap isi pesan penting untuk diperhitungkan. Pesan
yang disampaikan usahakan relevan dengan kebutuhan dan kondisi hidup lansia agar
mereka merasa hal itu ada manfaatnya. Isi pesan yang dirasa tidak bermanfaat
biasanya cenderung akan diabaikan sasaran, meskipun mereka tidak meninggalkan
tempat pertemuan.
c. Pilihan cara/metode penyampaian
Metode atau cara penyampaian materi substansi sangat berpengaruh terhadap
penerimaan ide/gagasan. Penggunaan bahas/dialek local merupakan daya tarik bagi
keseriusan lansia untuk mau dan mampu menggugah sikap dan cara berpikirnya
dalam menghadapi berbagai masalah/persoalan yang dihadapi.
d. Penempatan diri pemberi pesan
Kader dan fasilitator akan dapat diterima oleh warga lansia bila tampil menarik,
mampu menggugah empati dan mau mendengar sambil menggali informasi sebelum
memberikan isi pesan yang ingin disampaikan. Karena menggunakan telinga
dengan bersedia mendengar lebih dahulu sebelum menggunakan lidah untuk
menyampaikan pesan dan harapan.
C. SASARAN
1. Sasaran bahan ajar berikut ini adalah untuk para pelatih dan fasilitator yang akan
menyampaikan materi pembinaan ketahanan lansia kepada kader BKL baik dalam
pelatihan maupun praktek sosialisasi dan advokasi.
a. Sasaran advokasi antara lain adalah pemangku kewenangan (stakeholders),
pemuka agama, pemuka masyarakat, pemuka adat, cendekiawan, budayawan dan
pimpinan organisasi sosial kemasyarakatan yang ikut serta dalam pembinaan
lansia.
b. Sasaran sosialisasi adalah kader, anggota keluarga lansia dan lansia itu sendiri
beserta warga masyarakat lain yang peduli terhadap pembinaan lansia dan calon
lansia.
2. Sasaran ditingkat operasional adalah anggota keluarga yang memiliki lansia atau
lansia dan calon lansia agar bisa hidup bermanfaat dan tidak terlalu membebani
keluarga dan masyarakat sebagai lansia. Sasaran diharapkan akan menjadi lansia
potensial dan berguna bagi keluarga dan masyarakat.

D. TUJUAN
1. Tujuan umum
Untuk membekali pengetahuan dan keterampilan pelatih, fasilitator dan kader BKL
dalam melaksanakan pembinaan lansia baik melalui BKL atau dalam kehidupan
keluarga agar bisa membina hubungan baik dan efektif dengan lansia.
2. Tujuan khusus
1. Peserta dapat memahami pentingnya peran komunikasi dalam membina
hubungan baik dengan lansia baik dalam kegiatan kelompok BKL maupun dalam
kehidupan keluarga sehari-hari.
2. Peserta dapat menerapkan metode dan teknik komunikasi yang efektif dan
menyenangkan dalam rangka pembinaan BKL dan lansia baik dalam kelompok
maupun dalam kehidupan keluarga.
3. Peserta dapat mengajak berkomunikasi yang enak dan menyenangkan dengan
lansia sesuai dengan umur, latar belakang sosial budaya dan keinginan lansia itu
sendiri.
E.

BATASAN PENGERTIAN
1.

ADVOKASI
Adalah proses komunikasi untuk menyampaikan suatu ide/gagasan atau usulan
kepada pemegang kewenangan, pemuka agama dan masyarakat agar dapat
menerima dan mendukung rencana tersebut.

2.

SOSIALISAISI
Adalah proses komunikasi untuk menyampaikan suatu ide/gagasan atau
nilai/norma kepada kelompok masyarakat agar ide/gagasan atau program dapat
diterima oleh sasaran bersama warga masyarakat sekitarnya.

3.

PENDIDIKAN DAN LATIHAN (DIKLAT)


Adalah kegiatan untuk memberikan ketrampilan dan kemampuan tertentu kepada
peserta agar dapat melaksanakan tugas tersebut dengan baik dan berhasil.

4.

ORIENTASI
Adalah kegiatan yang memiliki kesamaan dengan sosialisasi yaitu usaha untuk
menyampaikan ide/gagasan atau program yang dianggap penting untuk diketahui
dan dilaksanakan oleh masyarakat.

5.

KIE
Adalah singkatan dari komunikasi, informasi dan edukasi yang merupakan proses
pembelajaran masyarakat (sosial) yang dilakukan melalui metoda komunikasi yang
efektif yang diikuti dengan kemasan isi pesan sesuai dengan kemampuan sasaran.

6.

TEKNIK KOMUNIKASI
Adalah tata cara yang dipergunakan dalam menyampaikan suatu pesan agar efektif
sampai kepada target sasaran.

7.

METODA
Adalah cara pendekatan yang dipergunakan dalam melakukan pendekatan dan
penyampaian isi pesan sesuai dengan latar belakang dan kemampuan sasaran.

8.

PELATIH
Adalah orang yang bertugas dan berfungsi sebagai penyaji materi kepada peserta
latihan dalam proses pendidikan dan latihan formal maupun nonformal.

9.

FASILITATOR
Adalah orang yang bertugas dan berfungsi memberikan bantuan (fasilitasi) kepada
peserta pertemuan untuk menerima dan memahami materi isi pesan yang perlu
dipahami peserta.

BAB II
LANGKAH DAN TEKNIK ADVOKASI
A. LANGKAH ADVOKASI
Dalam melakukan advokasi ada sejumlah langkah yang harus dipersiapkan agar maksud
dan tujuan advokasi dapat mencapai hasil yang optimal sesuai yang diharapkan.
1. Kenali kepribadian beserta latar belakang dan kebiasaan termasuk hal-hal yang
disukai atau tidak disukai orang yang akan menjadi sasaran advokasi. Salah dalam
mengenali sasaran dapat berpengaruh negatif terhadap usaha advokasi, meskipun
tujuan yang ingin dicapai baik untuk sasaran dan warga masyarakatnya.
2. Lakukan pendekatan secara personal atau melalui orang kepercayaanya untuk dapat
memperoleh waktu dan kesempatan melakukan pertemuan dan advokasi yang
kondusif bagi sasaran.
3. Perkenalkan diri berikut maksud dan tujuan dari pertemuan advokasi dalam rangka
mendukung tugas dan tanggung jawab yang bersangkutan dengan menyampaikan
pemikiran untuk menjadi kebijakannya.
4. Sampaikan ide/gagasan yang ingin diusulkan berikut tata cara pelaksanaan dan
prakiraan hasil yang ingin dicapai dalam rangka mendukung keberhasilan tugas dan
fungsi yang bersangkutan untuk program dan masyarakatnya.
5. Mintakan masukan, saran dan pertimbangan dari yang bersangkutan untuk bahan
penyempurnaan pelaksanaan program yang akan dilakukan agar dapat mencapai
hasil sesuai yang diharapkan.
6. Mintakan bantuan tenaga dan fasilitas yang diperlukan agar pelaksanaan program
dapat berjalan sesuai rencana bagi warga masyarakat yangmemerlukan.
7. Jelaskan bahwa dukungan dan kebijakan yang diputuskan akan merupakan modal
kegiatan program yang sangat strategis bagi keberhasilan rencana tersebut.

B. TEKNIK MELAKUKAN ADVOKASI


Tujuan advokasi adalah upaya untuk mempengaruhi pembuat kebijakan (stakeholders)
melalui proses persuasi yang logis dan argumentatif yang yang baik dan rasional. Karena
itu advokasi dilakukan mulai dari identifikasi personil yang akan dipengaruhi, pemilihan
waktu dan tempat yang tepat serta tata cara (teknik) dalam berargumentasi secara
sistematis, rasional dan bermanfaat. Untuk dapat melakukan proses advokasi dengan
baik, perlu dilakukan langkah persiapan dan penjajagan serta pelaksanaan sebagai
berikut.
1. Tahap persiapan
a. Identifikasi pejabat/personil yang akan ditemui untuk dilakukan persuasi dan
motivasi agar dapat menghasilkan dukungan kebijakan terhadap pelaksanaan
program yang akan dilaksanakan.
b. Kumpulkan informasi tentang hal-hal yang disukai dan tidak disukai orang yang
akan ditemui sehingga kemungkinan kegagalan dapat dihindari dan
keberhasilan dapat dicapai.
c. Persiapkan diri dan tahap pembicaraan antara motivator dengan sasaran agar
suasana komunikasi tetap efektif, produktif dan mencapai tujuan yang
diharapkan.
d. Inventarisasi siapa yang akan mendampingi motivator dalam pertemuan
tersebut agar sasaran dapat menerima masukan tanpa hambatan yang berarti.
2. Tahap pelaksanaan
a. Laksanakan tahap-tahap persiapan sesuai rencana tetapi dalam suasana yang
kondusif, harmonis dan akrab meskipun baru berkenalan.
b. Jelaskan maksud dan tujuan dengan singkat dan tepat agar sasaran memahami
kebijakan yang perlu dikeluarkan untuk mendukung kelancaran program
tersebut.
c. Berikan peluang kepada sasaran untuk melakukan tanggapan sesuai harapan
kita meskipun ada kekurangan dan kelebihan dari yang kita perkirakan.
d. Ucapkan rasa hormat dan terima kasih atas tanggapan dan kemungkinan
tindak lanjut yang akan dikeluarkan oleh kebijakan sasaran.
3. Tahap penutupan dan evaluasi
a. Buat penutupan pembicaraan dengan kesan positif atas waktu dan
kesempatan yang diberikan oleh sasaran meskipun hasilnya kurang
memuaskan.
b. Lakukan evaluasi bersama anggota tim lain agar hasil advokasi dapat ditindak
lanjuti dengan baik dan berhasil.
c. Lakukan tindak lanjut dengan sungguh-sungguh apabila harapan tercapai
sebagai bentuk komitmen motivator untuk mendapat dukungan kebijakan dari
pemangku kewenangan dan pemuka agama serta masyarakat yang ditemui.

BAB III
LANGKAH DAN TEKNIK SOSIALISASI / ORIENTASI
A. LANGKAH SOSIALISASI / ORIENTASI
Dalam melakukan sosialisasi (orientasi) ada sejumlah langkah yang harus dipersiapkan
dan dilaksanakan agar maksud dan tujuan sosialisasi dan orientasi dapat mencapai hasil
yang maksimal sesuai dengan rencana yang diharapkan.
Dalam melakukan sosialisasi dan orientasi ada sejumlah langkah yang harus disiapkan
untuk dilaksanakan agar maksud dan tujuan sosialisasi bisa mencapai hasil yang optimal
sesuai yang diharapkan.
1. Kenali kepribadian beserta latar belakang sosial budaya sasaran termasuk hal-hal
yang disukai atau tidak disukainya. Tahap ini penting agar isi bahan dan bahasa yang
dipergunakan dapat menarik perhatian dan mudah dipahaminya. Salah dalam
mengenal sasaran dapat berpengaruh negatif terhadap usaha sosialisasi, meskipun
kegiatan itu memiliki tujuan yang baik dan berguna bagi sasaran.
2. Lakukan perkenalan dan pendekatan secara personal dengan baik agar peserta
merasa bahwa penyampai pesan bukan terlalu asing bagi mereka.
3. Perkenalkan diri berikut maksud dan tujuan dari pertemuan sosialisasi/orientasi
tersebut dan jelaskan mengapa hal itu penting bagi peserta dan masyarakat
sekitarnya.
4. Cairkan suasana agar lebih mudah untuk menyampaikan isi pesan karena halangan
(barier) sudah mulai dihilangkan antara penyampai materi dengan sasaran sosialisasi
dan orientasi tersebut.
5. Bila suasana sudah cair, baru sampaikan ide/gagasan yang ingin diusulkan berikut
tata cara pelaksanaan dan prakiraan waktu yang diperlukan untuk mendukung
keberhasilan program tersebut bersama masyarakat sekitarnya.
6. Lakukan diskusi dan tanya jawab untuk mendalami materi dan masalah yang dapat
jadi mendukung dan penghambat di lapangan. Untuk mengatasi hambatan berikan
jalan keluar (solusi) yang terbaik agar program kegiatan tetap bisa dilaksanakan
meskipun akan banyak menghadapi hambatan.
7. Mintalah bantuan tenaga dan fasilitas yang diperlukan bila perlu dari masyarakat
sekitar sehingga bisa lebih komunikatif dan memiliki kesamaan dalam berbagai aspek
kehidupan sehingga timbul kepercayaan dari warga masyarakat.

10

8. Jelaskan bahwa dukungan dari peran mereka merupakan bantuan yang sangat
berharga bagi kemajuan pelaksanaan program yang akan dilaksanakan kelak.
9. Libatkan sebanyak mungkin tenaga lokal untuk bisa berperan (partisipasi) aktif dalam
pelaksanaan program tersebut karena pada prinsipnya program tersebut adalah dari
mereka, oleh mereka, dan untuk mereka sendiri beserta keluarga dan masyarakat
sekitarnya.
B. TEKNIK SOSIALISASI / ORIENTASI
1. Tahap persiapan
a. Kenali latar belakang pendidikan dan sosial budaya sasaran untuk memudahkan
dalam memberikan materi sosialisasi/orientasi agar sesuai dengan latar belakang
dan kemampuan daya serap mereka terhadap materi yang disampaikan.
b. Cari informasi hal-hal yang disukai dan tidak disukai sasaran agar dapat menarik
perhatian dalam penyajian materi yang ingin disampaikan.
c. Siapkan diri sebaik mungkin agar bisa menarik perhatian peserta dan usahakan
bisa lebih komunikatif dengan sasaran dalam pertemuan tersebut.
d. Inventarisasi dan identifikasi siapa yang dianggap dapat yang berpengaruh dalam
proses sosialisasi tersebut untuk dilibatkan agar bisa membawa suasana yang
kondusif dalam sosialisasi/orientasi kelak.
e. Cari ungkapan lokal yang dapat menarik perhatian peserta agar tercipta suasana
yang akrab dan dekat dengan peserta.
2. Tahap pelaksanaan
a. Laksanakan tahap-tahap persiapan sesuai rencana dengan tujuan untuk
membentuk suasana yang kondusif, harmonis dan akrab meskipun baru kenal.
b. Buat suasana akrab dan santai untuk menerima materi yang akan dijelaskan
sehingga peserta tidak merasa terbebani dengan pesan yang akan disampaikan.
c. Berikan peluang kepada peserta untuk memberikan tanggapan dan masukan
sebagai wujud partisipasi dan sekaligus mengetahui kemampuan mereka
menerima pesan yang diberikan.
d. Adakan diskusi dan kerja dalam kelompok bila memungkinkan guna pendalaman
pemahaman terhadap materi yang disampaikan.
e. Berikan peluang kepada peserta lain bila ada pertanyaan yang bisa dijawab
mereka agar tidap terpusat kepada fasilitator saja.
f. Tahap penutupan dan evaluasi.
1)
Sampaikan butir-butir penting sebagai inti dari bahan sosialisasi dan
orientasi sebelum kegiatan tersebut selesai.
2)
Ajak peserta mengidentifikasi hasil sosialisasi dan orientasi sebagai
bahan untuk evaluasi dari pertemuan yang dilakukan.
3)
Himpun saran dan masukan dari peserta untuk perbaikan sosialisasi
yang sama waktu berikutnya ditempat lain, sekaligus mengugah
kepercayaan mereka bahwa fasilitator serius untuk belajar dari kegiatan
tersebut.

11

BAB IV
KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI
A. KIE SEBAGAI PROSES PEMBENTUKAN SIKAP DAN PERILAKU
Inti dari program KIE adalah pembelajaran orang dewasa tentang sesuatu masalah.
Dalam program ini adalah pembinaan keluarga lansia disingkat BKL. Sasaran yang akan
menerima materi KIE adalah lansia itu sendiri, anggota keluarga yang memiliki lansia dan
masyarakat yang peduli terhadap kesejahteraan hidup lansia yang ada dalam masyarakat
sekitar mereka. Materi itu disampaikan dalam bentuk informasi yang tepat dan
berdayaguna bagi sasaran yang berbeda peran, tugas dan fungsinya sehingga dapat
memberikan bekal yang memadai dalam menjalan tugas fungsi tersebut. Materi
disampaikan melalui media komunikasi yang sesuai dengan latar belakang dan
kemampuan peserta sehingga mudah diadopsi dan diakomodasi dalam pelaksanaannya.
Karena itu disebut IEC (Information, Education and Communictaion) dan pendidikan
menjadi hasil produk (output) dari proses KIE yang dilaksanakan. Dengan kata lain bahwa
KIE adalah salah satu bentuk metode dari pendidikan orang dewasa (adult education)
dalam kehidupan manusia.
Bentuk KIE umumnya ada 3, yaitu:
1. KIE Individu
Teknik pelaksanaannya dilakukan untuk perseorangan dilakukan secara tatap muka
satu sama lain. Bentuk kegiatan dapat dilakukan melalui tanya jawab, diskusi,
konsultasi, bimbingan dan pendalaman terhadap salah satu materi yang dianggap
perlu untuk dibahas (dibicarakan). KIE individu biasanya dilakukan untuk pemuka
agama, adat, masyarakat dan pemangku kewenangan (stakeholders) atau seseorang
yang memerlukan penjelasan khusus.
2. KIE Kelompok
Teknik pelaksanaannya dilakukan dalam bentuk kelompok atau kumpulan orang yang
memiliki kesamaan (jenis kelamin, latar belakang sosial budaya dan lain-lain). Bentuk
kegiatan dapat dilakukan melalui ceramah, diskusi/dialogis, sosialisasi/orientasi dan
lain-lain dalam membahas sesuai masalah yang dianggap penting bagi kehidupan
bersama sekarang dan yang akan datang. KIE kelompok yang paling banyak dilakukan
dalam pelaksanaan program KB dalam mengajak pasangan untuk KB.
3. KIE Massal
Teknik pelaksanaannya dilakukan kepada masyarakat umum yang dapat dijangkau
oleh media massa atau khalayak umum yang berkumpul disuatu tempat tertentu.
Bentuk kegiatan dapat dilakukan melalui ceramah umum dan sosialisasi massa atau
menggunakan media massa (elektronik seperti radio, TV, wayang, pentas panggung
dan sarana dunia maya). KIE massal tidak mudah untuk berdiskusi dan tanya jawab
kecuali radio dan TV bisa tersedia komunikasi interaktif. KIE massal memiliki
pengaruh cukup besar terhadap penerimaan oleh masyarakat terutama yang suka
dengan penyajian media tersebut.
12

B. PRINSIP-PRINSIP PELAKSANAAN KIE YANG BAIK


Ada sejumlah prinsip yang harus dipertimbangkan dalam melakukan KIE baik individu,
kelompok maupun massa, antara lain adalah sebagai berikut.
1. Untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang, keluarga atau sekelompok orang agar
bisa lebih baik, harmonis, sejahtera dan bahagia serta berguna.
2. Usaha yang konkrit dan realistik agar sasaran dapat yakin dan percaya bahwa yang
diajurkan memang akan meningkatkan kualitas hidup mereka.
3. Informasi harus konkrit, jelas, dan akurat yang didukung oleh beberapa contoh
sehingga sasaran dapat percaya bahwa ajakan itu benar dan berguna.
4. Ajakan merupakan inovasi yang banyak dianut oleh masyarakat maju, sukses dan
mandiri bukan sebaliknya sehingga akan memberikan harapan bagi kehidupan
mereka ke depan.
5. Informasi harus disampaikan secara jujur karena tidak mungkin gagasan yang ingin
dilakukan 100 % sukses, pasti ada yang gagal meskipun sedikit. Karena itu mari
belajar dari kegagalan agar tidak terulang, sebaliknya belajar dari yang sukses agar
juga bisa hidup sukses pula.
6. Isi pesan KIE tidak sama dengan promosi suatu produk yang ingin dijual agar dibeli
oleh masyarakat, sebab promosi produk banyak diliputi oleh kepentingan cari untung
tanpa bertanggung jawab terhadap yang tidak beruntung (berhasil).
7. Pelaksana program KIE secara jujur mengatakan bahwa kuncu keberhasilan bukan
pada penyampai pesan (fasilitator) tetapi terletak pada tekad dan kemauan dari
sasaran untuk melakukannya dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

C. KIE SEBAGAI STRATEGI ADVOKASI DAN SOSIALISASI


KIE adalah metode yang dipergunakan dalam melakukan advokasi dan sosialisasi dengan
strategi pelaksanaan antara lain sebagai berikut.
1. Perlu dilakukan studi lapangan seperti observasi, wawancara singkat dan penjajagan
kebutuhan dengan sasaran dan warga masyarakat yang akan menjadi sasaran KIE.
2. KIE massa dapat dipergunakan untuk membentuk opini masyarakat umum agar
sasaran KIE khusus sudah mulai mengenal dan mendengar tentang program yang
akan ditawarkan.
3. Penampilan di media massa bagi pemangku kewenangan (stakeholders) biasanya
akan menarik perhatian mereka karena penampilan, pendapat dan ucapannya di
dengan dan dilihat banyak orang sehingga membuat dirinya lebih dikenal (populer).

13

4. Penampakan profil orang di spanduk, billboard dan papan iklan akan memberi kesan
bahwa dirinya adalah sebagai figur publik yang dikenal oleh orang banyak.
5. Pergunakan istilah, semboyan dan ungkapan yang singkat tetapi memiliki pesan yang
mendalam bagi kehidupan masyarakat, contoh NKKBS, PHBK, PHBS dan sebagainya
adalah semboyan KIE yang produktif dan mudah diingat masyarakat.

14

BAB IV
PENUTUP
Advokasi, sosialisasi/orientasi dan KIE adalah kegiatan penting dalam mengembangkan dan
mempopulerkan suatu program pembaharuan baik bersifat individu, kelompok maupun
massal kepada seluruh rakyat. Namun demikian ketiga bentuk kegiatan sering rancu dalam
pelaksanaannya, padahal setiap kegiatan memiliki target sasaran, tujuan dan cara
pendekatan sendiri untuk keberhasilannya. Salah dalam metode dan teknik dapat
membawa dampak bagi kegagalan program buka karena program tidak diperlukan tetapi
karena salah dalam melakukan penyampaian isi pesan.
Manusia sebagai mahluk sosial perlu berkomunikasi, tetapi komunikasi yang efektif harus
didukung oleh pengetahuan yang memadai dari pelaksana program sehingga tahu kapan,
bagaimana dan siapa yang akan diajak melakukan diskusi dan pertemuan tersebut. Setiap
orang sesuai dengan posisinya tidak sama dalam status dan kedudukannya dengan orang
lain. Karena setiap petugas yang cerdas akan mempelajari siapa sasarannya, apa sisi pesan
yang akan disampaikan, apa teknik dan metode yang efektif dan dimana, kapan dan
bagaimana suasana yang dipergunakan.
Karena itu, petugas dan pejabat yang baik tidak cukup dengan pintar (intelligent) tetapi
harus cerdas (smart) bahkan bila mungkin ditambah dengan bijaksana (wisdom) dalam
mensosialisasikan dan menyampai sesuatu program dan gagasan yang berguna bagi rakyat.

15

Anda mungkin juga menyukai