Anda di halaman 1dari 11

`

PEMBINAAN KAMPUNG KB
Tentang
LANSIA TANGGUH

PENYULUHAN LAPANGAN KELUARGA BERENCANA


PANYABUNGAN UTARA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaiakan makalah dengan
pembahasan “LANSIA TANGGUH”. Meskipun banyak rintangan dan hambatan
yang penulis alami dalam proses pengerjaannya, tapi penulis berhasil
menyelesaikannya dengan baik.
Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini.
Tentunya ada hal-hal yang ingin penulis berikan kepada pembaca dari
hasil makalah ini. Karena itu, penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi
sesuatu yang berguna bagi kita bersama.

Panyabungan, Juli 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1.Latar Belakang........................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3
2.1 Pengertian Lansia Tangguh ....................................................... 3
2.2 Hambatan/ kendala dalam Pembangunan Keluarga Lansia
Tangguh? .................................................................................. 3
2.3 7 Dimensi Lansia Tangguh Dan 8 Fungsi Keluarga................. 5
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 7
3.1 Kesimpulan ................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua
orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun,
namun manusia dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek
yang perlu dipertimbangkan dalam mendefisikan batasan penduduk lanjut usia,
yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (Al-Isawi, 2002).
Sebagian orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi
memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa
kehidupan masa tua, sering kali dipersepsikan secara negatif sebagai beban
keluarga dan masyarakat. Berdasarkan aspek sosial, penduduk lanjut usia
merupakan satu kelompok sosial sendiri.
Wirakartakusuma dan Anwar (1994) memperkirakan angka
ketergantungan usia lanjut di Yogyakatra pada tahun 1995 adalah 6,93% dan
tahun Masalah ekonomi yang dialami orang lanjut usia adalah tentang pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari seperti kebutuhan sandang, pangan, perumahan,
kesehatan, rekreasi dan sosial. Kondisi fisik dan psikis yang menurun
menyebabkan mereka kurang mampu menghasilkan pekerjaan yang produktif.
Disisi lain mereka dituntut untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup
sehari-hari, yang semakin meningkat dari sebelumnya. Seperti kebutuhan akan
makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perawatan bagi
yang menderita penyakit ketuaan dan kebutuhan rekreasi.
Peningkatan jumlah lansia pada dasarnya merupakan dampak positif dari
pembangunan.Pembangunan meningkatkan taraf hidup masyarakat , menurunkan
angka kematian dan meningkatkan Usia Harapan Hidup (UHH).

1
Namun, pembangunan secara tidak langsung juga berdampak negatif
melalui perubahan nilai-nilai dalam keluarga yang berpengaruh kurang baik
terhadap kesejahteraan lansia. Indonesia memasuki era penduduk berstruktur
lansia (ageing structured population) dikarenakan oleh jumlah penduduk usia 60
tahun keatas sekitar 7,18 persen (BKKBN: 2013).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Lansia Tangguh?

2. Apa saja Hambatan/ kendala dalam Pembangunan Keluarga Lansia

Tangguh?

3. 7 Dimensi Lansia Tangguh Dan 8 Fungsi Keluarga

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lansia Tangguh

 Siapa yang disebut Lansia Tangguh?


Lansia tangguh adalah seseorang atau kelompok Lansia yang berumur
diatas 60 tahun bercirikan Sehat, Mandiri, Aktif, dan Produktif.

 Bagaimana cara mewujudkan Lansia Tangguh?


Dapat dilaksanakan melalui Promotif (promosi), Preventif (Pencegahan),
Kuratif (Pengobatan), dan Rehabilitatif (Pemulihan).

 Apa saja program Lansia Tangguh berdasarkan 7 dimensi?


Pembangunan Keluarga Lansia tangguh ditinjau dari dimensi spiritual,
intelektual, fisik, emosional, sosial kemasyarakatan, profesional vokasional, dan
lingkungan.

2.2 Hambatan/kendala dalamPembangunan Keluarga Lansia Tangguh


a. Hambatan dari Faktor Internal
Dalam pelaksanaan Pembangunan Keluarga Lansia Tangguh, terdapat
hambatan-hambatan yang mempengaruhi penerimaan pesan oleh masyarakat.
Munculnya hambatan-hambatan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Pertama adalah faktor situasi dan kondisi dilapangan.
Perlu juga koordinasi yang bagus tetapi kenyataannya koordinasi tersebut
tidak selalu mulus.” Selain pengenalan situasi dan kondisi dilapangan, salah satu
yang menjadi hambatan dalam sosialisasi program keluarga berencana
Pembangunan Keluarga Lansia Tangguh adalah anggaran atau dana, salah satu
dari hambatan yang ditemui adalah masalah anggaran.
Tidak bisa dipungkiri bahwa anggaran sangat mempengaruhi proses
Pembangunan Keluarga Lansia Tangguh apabila anggaran tersebut tidak sesuai
dengan perencanaan program yang telah disusun, maka program itu pun tidak
akan berjalan sesuai dengan tujuan yang di inginkan. Hambatan yang berikutnya

3
datang dari masyarakatnya itu sendiri. Hambatannya ada di masyarakat itu sendiri,
apakah mereka mau menerima program Pembangunan Keluarga Lansia Tangguh.
Masalah hambatan sosialisasi,
yaitu biasanya banyak masyarakat yang tidak setuju.

b. Hambatan dari Faktor Eksternal


Pendataan jumlah Lansia yang kurang sesuai. Praktik dilapangan masih
banyak Lansia yang mengalami masalah lain seperti kesehatan, akomodasi, dan
kurangnya dukungan dari keluarga. Masih ada beberapa Lansia yang dititipkan
dipanti jompo, karena masalah tidak ada yang merawatnya.
Sedangkan faktor penghambatnya disebabakan oleh faktor umur yang
sudah lanjut,kurangnya motivasi dari keluarga dan lingkungan sekitar, serta
kurangnya kesadaran di dalam diri Lansia. Hambatannya cukup banyak apalagi
bila terlalu padat pekerjaan dan kegiatan maka jadwal program Bina Keluarga
Lansia (BKL) akan mundur.
Berdasarkan penelitian dari Vivien Famusta (2017) dengan judul
Pelaksanaan Program Usaha Ekonomi Produktif Oleh Bina Keluarga Lansia
(BKL) Mugi Waras Dusun Blendung, Desa Sumbersari, Moyudan, Sleman, DIY
juga mengalami kesamaan pada faktor penghambatnya , Vivien menuliskan faktor
penghambatnya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor umur yang sudah
lanjut, kurangnya motivasi dari keluarga dan lingkungan sekitar, serta kurangnya
kesadaran di dalam diri lansia. Faktor situasi dan kondisi memang sangat
mempengaruhi proses Pembangunan Keluarga Lansia Tangguh, karena dalam
melakukan suatu kegiatan yang membutuhkan koordinasi dengan pihak lain
dibutuhkan suatu kesamaan baik dalam tujuan dan penetapan waktu. Berdasarkan
hal tersebut, dapat dilihat bahwa pengenalan situasi dan kondisi di lapangan juga
haruslah diperhatikan.
Selain itu, masalah anggaran juga tidak bisa diabaikan. Oleh karena itu,
Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional Daerah Istimewa
Yogyakarta bekerjasama dan berkoordinasi dengan lembaga-lembaga masyarakat
yang memang peduli dengan Pembangunan Keluarga Lansia Tangguh.

4
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan keterangan Upaya pemerintah
dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk salah satunya bisa dilakukan
dengan menyelenggarakan program Bina Keluarga Lansia (BKL) dalam rangka
Pembangunan Keluarga Lansia Tangguh. Banyak Lansia di Kota Yogyakarta
yang belum ikut berpartisipasi dalam program keluarga berencana. Dalam
mencapai tujuan tersebut, tentu banyak hambatan yang timbul dalam
Pembangunan Keluarga Lansia Tangguh terencana, diantaranya seperti masalah
kesepakatan waktu dengan pihak-pihak yang menjadi mitra kerja, anggaran atau
dana yang akan digunakan, sampai ke masalah kurangnya koordinasi dan tenaga
kerja dilapangan. Untuk mengatasi hambatan tersebut adalah dengan adanya rapat
yang akan membahas tentang kesepakatan waktu, anggaran yang tersedia,
pembagian tugas dan tenaga kerja dilapangan serta penentuan atau pemilihan
media yang digunakan. Dalam mencapai tujuan tersebut maka diperlukan suatu
rencana-rencana yang telah disiapkan oleh BKKBN DIY, sosialisasi program
Pembangunan Lansia Keluarga Tangguh adalah untuk mengajak masyarakat
Yogyakarta ikut berpartisipasi dalam program Pembangunan Lansia Tangguh.
Program tersebut diantaranya adalah BKL (Bina Keluarga Lansia).
Kegiatan yang telah diadakan berjalan lancar dan partisipasi lansia untuk
kegiatan ini sangat antusias. Kegiatan pembinaan pada lansia belumlah optimal,
hal ini terkait dengan kurangnya peran serta keluarga, masyarakat maupun instansi
terkait pembinaan Kesejahteraan Lansia yang mana salah satu bentuk peran serta
masyarakat terhadap lansia adalah dengan adanya kelembagaan atau wadah bagi
lansia.

2.3 7 Dimensi Lansia Tangguh Dan 8 Fungsi Keluarga


1. Dimensi Spiritual. Menurut Sudibyo, dengan memahami dan menguasai
dimensi ini, para lansia bisa belajar untuk menerima keadaan bahwa ia
mengalami perubahan fisik dan psikis saat menjadi lansia. Dimensi spiritual
bisa diperkuat dengan mendekatkan diri dalam kegiatan rohani.
2. Dimensi Intelektual. Sudibyo mengatakan penting sekali para lansia bisa
dilatih unsur intelektual mereka. Salah satu caranya adalah dengan mengisi
teka teki silang, bermain catur, atau bahkan mengajak bermain kartu remi.

5
"Kegiatan sederhana itu bisa bantu agar kemampuan otak lansia tidak
menurun, karena mereka terus diajak berpikir. Dengan kegiatan itu, otak lansia
jadi aktif terus.
3. Dimensi Hobi. Mengembangkan hobi sangat penting untuk dilakukan para
lansia. Sudibyo mengatakan melakukan kegiatan hobi bisa membantu
masyarakat lansia tetap gembira dan hal itu bisa mengurangi berbagai
penyakit psikis yang bisa dialami masyarakat lansia.
4. Dimensi Kesehatan Fisik. Para lansia biasanya sudah mengalami penurunan
kesehatan fisik. Untuk itu Sudibyo menyarankan untuk selalu mengajak para
lansia tetap beraktivitas fisik. Para keluarga bisa mengajak lansia untuk
bergerak minimal berjalan dengan berkala. Dengan bergerak, tubuh lansia bisa
terus terlatih.
5. Dimensi Vokasional. Menurut Sudibyo, para lansia biasanya memiliki
keahlian masing-masing. Ada yang ahli membuat anyaman, ada yang ahli
menulis atau mengajar. Dengan mengembangkan keahlian, para lansia akan
merasa tetap berguna sehingga merasa bangga dengan tetap eksis atas
keahliannya di masyarakat.
6. Dimensi Sosial. Lansia cenderung menyendiri. Dengan mengembangkan
dimensi sosial, maka lansia bisa bergaul dan memiliki banyak teman
seusianya
7. Dimensi Lingkungan. Menurut Sudibyo, penting sekali memiliki lingkungan
yang ramah lansia. Ada beberapa lansia yang memiliki keterbatasan fisik
sehingga mereka membutuhkan beberapa alat bantu dalam bergerak.
Misalnya, bagi lansia yang mengenakan kursi roda perlu diberikan jalan yang
tidak bertangga. Contoh lain, di toilet rumah, bisa ditambah pegangan karena
dikhawatirkan para lansia memerlukannya untuk menyangga tubuh.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Lansia tangguh adalah seseorang atau kelompok Lansia yang berumur
diatas 60 tahun bercirikan Sehat, Mandiri, Aktif dan Produktif.
Cara mewujudkan Lansia Tangguh :
Dapat dilaksanakan melalui Promotif (promosi), Preventif (pencegahan),
Kuratif (pengobatan) dan Rehabilitatif (pemulihan).
Program Lansia Tangguh berdasarkan 7 dimensi:
Pembangunan keluarga lansia tangguh ditinjau dari dimensi spiritual,
intelektual, fisik, emosional, sosial kemasyarakatan, profesional vokasional, dan
lingkungan.
7 dimensi lansia tangguh dan 8 fungsi keluarga?
1) Fungsi Agama → Dimensi Spiritual
2) Fungsi Sosial Budaya → Dimensi Sosial Kemasyarakatan
3) Fungsi Cinta Kasih → Dimensi Emosional
4) Fungsi Reproduksi → Dimensi Fisik
5) Fungsi Sosial & Pendidikan → Dimensi Intelektual
6) Fungsi Ekonomi → Dimensi Profesional Vokasional
7) Fungsi Lingkungan → Dimensi Lingkungan

7
DAFTAR PUSTAKA

https://keluargaindonesia.id/infografik/menuju-lansia-tangguh-mewujudkan-
keluarga-lansia-bermartabat
https://tniad.mil.id/2016/10/upaya-siapkan-lansia-tangguh/
http://ppkskencanadiy.blogspot.com/2015/08/lansia-tangguh-dengan-7-
dimensi.html
https://ppkspuspakencanasalatiga.blogspot.com/2017/03/lansia-tangguh-dengan-
7-dimensi.html

Anda mungkin juga menyukai