Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK

ISU-ISU,STRATEGIS DAN KEGIATAN UNTUK PROMOSI KESEHATAN DAN


KESEJAHTERAAN LANSIA SERTA DUKUNGAN TERHADAP ORANG YANG
TERLIBAT MERAWAT LANSIA

DISUSUN OLEH :

1. Vanya Nabila Puspitasari _1130020044

2. Ragil Putri Fitriyana_1130020064

3. Eggy Naloja Raka Brimansyah_1130020061

4.Masna_1130020076

5. Adnan manuel hermansyah_1130020008

DOSEN FASILITATOR :

Dr. Abdul Muhith, S.Kep.Ns.,MM.Kes.,M.Tr.Kep

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS


NAHDOTUL ULAMA SURABAYA

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah keperawatan gerontik yang berjudul “Isu- Isu, Strategis Dan Kegiatan
Untuk Promosi Kesehatan Dan Kesejahteraan Lansia Serta Dukungan Terhadap
Orang Yang Terlibat Merawat Lansia” dapat selesai seperti waktu yang telah
direncanakan. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran berbagai
pihak yang memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Dosen pembimbing keperawatan gerontik Dr. Abdul Muhith,


S.Kep.Ns.,MM.Kes.,M.Tr.Kep
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat
agar makalah ini dapat penulis selesaikan.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang membalas budi
baik yang tulus dan ikhlas kepada semua pihak yang penulis sebutkan di atas. Tak
ada gading yang tak retak, untuk itu kami pun menyadari bahwa makalah yang
telah penulis susun dan penulis kemas masih memiliki banyak kelemahan serta
kekeliruan baik dari segi teknis maupun non-teknis. Untuk itu penulis membuka
pintu selebar-lebarnya kepada semua pihak agar dapat memberikan saran dan
kritik yang membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang,
dan apabila di dalam makalah ini terdapat hal-hal yang dianggap tidak berkenan
dihati pembaca mohon dimaafkan.

Surabaya, 02 Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................................
1.1 Latar Belakang............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................
BAB II........................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................
2.1 Isu-isu..........................................................................................................
2.2 STRATEGI DAN PROMOSI KESEHATAN PADA LANSIA.............
2.3 KENAPA LANSIA PERLU SEJAHTERA.............................................
2.4 Apa saja program atau kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kesejahteraan lansia di masyarakat..........................................................
2.5 Dukungan Keluarga Terhadap Sikap Lansia...........................................
2.6 Dukungan Sosial Terhadap Lansia............................................................
2.7 Peran Care Giver......................................................................................
BAB III......................................................................................................................
PENUTUP..................................................................................................................
3.1 Kesimpulan..................................................................................................
3.2 Saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA 26
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Lansia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia
merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir
dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi
suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan (World Health
Organization dalam Padila, 2013).
Lanjut usia adalah fenomena biologis yang tidak dapat dihindari oleh setiap
individu. UU No. IV. Tahun 1965 Pasal 1, menyatakan bahwa seseorang dapat
dikatakan lanjut usia setelah mencapai umur 55 tahun, tidak mpunyai atau tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari, dan
menerima nafkah dari orang lain.
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahateraan lanjut usia, lansia
adalah seseorang yang telah mencapai usia di atas 60 tahun (Ratnawati, 2017).
Lansia menurut BKKBN (1995) adalah individu yang berusia diatas 60 tahun
yang pada umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi- fungsi
biologis, psikologis, sosial, dan ekonomi .
Lansia merupakan proses alami yang berarti seseorang telah melalui tahap-
tahap kehidupannya yaitu neonatus, toodler, pra sekolah, sekolah, remaja,
dewasa, dan menjadi lansia. Tahap berbeda ini dimulai baik secara biologis
maupun psikologis.
Lansia atau menua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Menua meruapakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan (Aspiani, 2014).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.apa saja dukungan keluarga terhadap sikap lansia

2. apa saja dukungan sosial terhadap lansia

3. apa saja peran care giver


1.3 TUJUAN PENULISAN

1.agar mahasiswa dapat mengetahui apa saja dukungan keluarga terhadap sikap lansia

2. agar mahasiswa dapat mengetahui apa saja dukungan sosial terhadap lansia

3. agar mahasiswa dapat mengetahui apa saja peran care giver


BAB II
TINJAUAN PUSTKA

2.1 ISU ISU

Proporsi penduduk dunia yang memasuki usia lanjut semakin lama


semakinbertambah jumlahnya. Kelompok umur lanjut usia ini sudah menjadi isu dunia. Di
negara- negarasedang berkembang, isu ini memang belum terlalu banyak dibahas seperti di
negara-negaramaju. Namun, tidak berarti tidak penting untuk diperbincangkan, karena isu
ini berkaitan eratdengan berbagai isu sosial, ekonomi, dan politik yang
menentukan.Menurut Thomas R Dye (dalam Wayne Parsons, 2005: xi) dalam (Elwan,
L.O.M, 2011:15). “publicpolicy is whatever governments choose to do or not to do”
kebijakan publik sebagai “apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak
melakukan. Dalam upaya mencapai tujuan negara,pemerintah perlu mengambil pilihan
tindakan yang dapat berupa melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.

Keduanya, menurut definisi Dye, merupakan kebijakan publik karena merupakan


upaya mencapai tujuan tertentu dan keduanya memiliki dampak terhadap masyarakat
(Supriadin, Alam, & Elwan,2020) Demikian halnya menurut Jones (1991) dalam La Ode
Muhammad Elwan, (2011: 18) menjelaskan bahwa Implementasi kebijakan mudah
dimengerti secara teoritik dan konseptual, namun tidak senantiasa demikian dalam
bentuknya yang kongkrit, karena pelaksanaannya secara nyata bukanlah sesuatu yang
mudah (Supriadin et al., 2020) Seperti halnya, banyak negara sudah aktif membuat dan
melaksanakan kebijakan yang berkaitan dengan penuaan penduduk. Program-program
pembangunan mereka selalu dikaitkan dengan isu-isu penuaan penduduk. Boleh dikatakan,
penuaan penduduk merupakan suatu indikator dari keberhasilan pembangunan
kesejahteraan sosial suatu negara. Orang hidup lebih lama karena adanya peningkatan gizi,
sanitasi, kemajuan dalam bidang medis, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan
kesejahteraan ekonomi. Dalam hal ini penuaan penduduk dilihat sebagai aset,bukan
sebagai beban (Topatimasang, 2013).

Lanjut usia atau Lansia adalah golongan masyarakat yang telah memasuki usia
senja atau tua. Dalam usia ini, manusia tidak lagi dalam usia produktif untuk menghasilkan
sesuatu. Orang yang memasuki usia ini biasanya lebih rentan terhadap gangguan
kesehatan. Oleh karena itu, perlu diadakan suatu program atau kegiatan yang dapat
memantau keadaan kesehatan para lansia.Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan lanjut usia pada bab 1 pasal 1 ayat 2, yang dimaksud lanjut usia
adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.

2.2 STRATEGI DAN PROMOSI KESEHATAN PADA LANSIA

strategi dan promosi kesehatan pada lansia ini di laksanakan pada saat posyandu lansia
berlangsung . Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2022,
telah terjadi peningkatan jumlah penduduk lansia yang tadinya berjumlah 18 juta jiwa di
tahun 2010, sudah bertambah menjadi 25,9 juta jiwa pada tahun 2019. Jumlah warga lansia
pun diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai 48,2 juta jiwa di tahun 2035.
Jumlah penduduk lansia yang besar ini memerlukan pelayanan sosial, program, kebutuhan
dan perlakuan yang khusus. Salah satu kebutuhan dan pelayanan lansia yang dibahas dalam
tulisan ini adalah program pelayanan sosial Posyandu Lansia.

Posyandu lansia adalah wadah pelayanan dan merupakan promosi kesehatan untuk warga
lanjut usia. Pembentukan dan pelaksanaan posyandu lansia dilakukan berdasarkan
kebutuhan dan inisiatif masyarakat. Program dan pelayanan social yang diberikan kepada
lansia berbeda-beda di setiap tempat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat.
Meskipun demikian ada pula persamaan dari adanya posyandu lansia. Posyandu lansia
memiliki peran penting untuk menjaga kesehatan dan kualitas hidup lansia di masyarakat.
Selain memberikan pelayanan kesehatan, unit pelayanan terkecil ini juga akan memfasilitasi
berbagai kegiatan non-medis agar lansia memiliki wadah untuk berkarya dan berkegiatan.

Pelayanan sosial terhadap lansia sudah banyak dilakukan orang, baik dilakukan oleh
individu, keluarga, maupun lembaga yang dilakukan di dalam panti maupun di luar panti.
Pelayanan sosial dalam bidang kesehatan antara lain seperti mencuci tangan dengan sabun,
menjaga jarak, dan menggunakan masker saat berinteraksi dengan orang lain (Tuwu, 2022).
Model pelayanan dilayani melalui model layanan home care maupun community care.
Pelayanan dalam panti untuk lansia yang sudah tidak memiliki kemandirian yang tidak dapat
ditangani oleh model pelayanan lain. Sementara pelayanan luar panti diperuntukkan untuk
lansia yang masih memiliki kemandirian, namun sudah berkurang diakibatkan oleh
pertambahan usia. Semua bentuk layanan tersebut dimaksudkan untuk mengurangi depresi
lansia (Saputri & Indrawati, 2011), untuk mengurangi rasa nyeri lutut pada lansia
(Pangaribuan & Olivia, 2020), mencegahan demensia pada lansia (Gultom et al., 2021),
memperoleh pelayanan dalam panti (Andriani et al., 2020), meningkatkan kualitas hidup
lansia (Kiik et al., 2018). Pelayanan sosial lansia melalui Posyandu Lansia dilakukan oleh
kader Posyandu (Akbar et al., 2021), (Metkono, 2017). Pelaksanaan Posyandu Lansia
dilaksanakan di setiap wilayah puskesmas, di RT/RW yang telah ditentukan, atau di kantor
Lurah setempat (Karoma, dkk 2017) (Ainiah, dkk 2021) . Berdasarkan uraian di atas, maka
dapat di simpulkan bahwa pentingnya strategi dan promosi pada kehidupan lansia di masa
kini .

Dalam mempertahankan kesehatan pada lansia, mereka memerlukan asupan nutrisi yang
seimbang dan istirahat yang cukup, kebutuhan tidur yang ideal 5−6jam setiap harinya.
Melakukan aktivitas sesuai kemampuan lansia sehingga dapat meningkatkan semangat
hidupnya (Sigalingging,dkk., 2022). sterategi yg akan kita lakukan adalah dengan promosi
kesehatan yaitu tentang bagaimana cara peningkatan kualitas hidup lansia menuju sehat dan
bahagia . adapun strategi yang dapat di lakukan pada posyandu lansi ini adalah :

1. Penyuluhan kesehatan dengan materi: Peningkatan Hidup Lansia menuju Sehat dan
Bahagia

2. Pemberian media KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)

2.3 kenapa lansia perlu sejahtera?


Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan
hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kesejahteraan lansia dapat memengaruhi
kualitas hidup mereka, termasuk kesehatan fisik dan mental. Oleh karena itu, penting untuk
memperhatikan faktor-faktor tersebut dan upaya-upaya perbaikan yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kesejahteraan lansia, seperti meningkatkan akses ke layanan kesehatan,
memperkuat dukungan sosial, dan mendorong aktivitas fisik. Kesejahteraan sosial lansia
menurut Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 43 Tahun 2004 tentang
pelaksanaan upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia adalah suatu tata kehidupan
dan penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan,
kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara
untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dansosial yang sebaik-baiknya
bagi diri sendiri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi
serta kewajiban manusia sesuaidengan Pancasila.
Teori hirarki kebutuhan Maslow menjadi salah satu tolok ukur yang bisa
digunakan dalam memahami kebutuhan manusia yang sangat beragam untuk mencapai
kesejahteraan. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan hidup yang sama agar dapat
hidup sejahtera. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri.
Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow (1970), ia mengajukan teori tentang
hierarchy of needs yang meliputi Kebutuhan fisiologis (physiological needs), Kebutuhan
terhadap rasa aman (the safety needs), Kebutuhan terhadap rasa cinta dan memiliki (the
belongingness and love needs), Kebutuhan terhadap penghargaan (the esteem needs),
Kebutuhan untuk aktualisasi diri (the needs for self-actualization). Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi kesejahteraan lansia, yakni :
1. Kesehatan
Kesehatan fisik dan mental adalah faktor penting yang dapat mempengaruhi
kesejahteraan lansia. Penyakit kronis, kecacatan, dan gangguan kognitif dapat
memengaruhi kualitas hidup mereka.
2. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial, termasuk dukungan keluarga dan masyarakat, juga dapat
mempengaruhi kesejahteraan lansia. Isolasi sosial dan kesepian dapat berdampak
negatif pada kesehatan mental dan fisik mereka
3. Akses ke layanan kesehatan
Akses ke layanan kesehatan, termasuk transportasi ke tempat perawatan medis, juga
dapat memengaruhi kesejahteraan lansia. Faktor seperti jarak ke fasilitas kesehatan
dan biaya perawatan kesehatan juga dapat menjadi hambatan dalam mengakses
layanan kesehatan
4. Keamanan finansial
Keamanan finansial adalah faktor penting lainnya yang dapat mempengaruhi
kesejahteraan lansia. Kemiskinan dan ketidakamanan finansial dapat menyebabkan
stres dan kecemasan, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan dan kesejahteraan
mereka
5. Tempat tinggal
Tempat tinggal juga dapat mempengaruhi kesejahteraan lansia. Tinggal sendiri atau di
lingkungan institusional dapat meningkatkan risiko isolasi sosial dan kesepian,
sedangkan tinggal bersama keluarga atau di lingkungan masyarakat dapat
memberikan dukungan sosial dan rasa memiliki.
2.4 Apa saja program atau kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kesejahteraan lansia di masyarakat?
Program sosial untuk lansia bukan hanya tentang menciptakan pengalaman sosial yang
positif, tetapi juga tentang mempromosikan kesejahteraan fisik, mental, dan emosional
mereka. Ini dapat membantu lansia menjalani hidup yang lebih sehat, lebih bahagia, dan lebih
bermakna pada tahap lanjut dalam hidup mereka. Berikut adalah beberapa program atau
kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan lansia di masyarakat:
1. Program ATENSI-LU
ATENSI-LU (Asuransi Takaful Emas Nasional Sejahtera Indonesia untuk Lansia
Mandiri dan Sehat) yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk memberikan
perlindungan sosial bagi lansia. program ATENSI-LU juga bertujuan untuk
mempersiapkan lansia sejahtera, bermartabat, dan bahagia sejak dini melalui program
jaminan sosial PKH dan BPNT untuk lansia, jaminan pensiun, dan jaminan kesehatan
(KEMENKO PMK, 2021). Program ATENSI-LU juga meliputi kegiatan pemberian
bantuan sembako, nutrisi, sandang, sarana kamar dan wirausaha kepada lansia (Dinas
Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat, 2023). Program ini diinisiasi oleh Kementerian
Sosial RI melalui Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial (Dinas sosial provinsi bali,
2022)
2. PPS
Pelayanan berbasis masyarakat yang ditujukan bagi lansia, seperti pos pelayanan
sosial lanjut usia (PPS). Pos Pelayanan Sosial Lanjut Usia (PPS) adalah program
pelayanan berbasis masyarakat yang ditujukan bagi lansia untuk meningkatkan
kesejahteraan sosial lansia melalui pemberian pelayanan kesehatan, pelayanan sosial,
dan pelayanan keagamaan. Program utama dari PPS LU adalah memberikan
pelayanan konseling, memberikan fasilitas untuk usaha ekonomi produktif,
pengorganisasian dan advokasi, serta pemberian bantuan sosial. PPS juga
memberikan pelayanan kesehatan dan sosial kepada lansia yang membutuhkan,
seperti pemeriksaan kesehatan, pengobatan, penyuluhan kesehatan, dan pemberian
bantuan sosial. Program ini dijalankan oleh masyarakat setempat yang terdiri dari
relawan dan tenaga kesehatan (Wahyuni et al., 2022).
3. Mendirikan panti-panti werdha
Mendirikan panti-panti werdha sebagai upaya pemerintah dan masyarakat untuk
melaksanakan kebijakan dan program untuk kesejahteraan lanjut usia. Pemerintah dan
masyarakat telah berupaya melaksanakan kebijakan dan program untuk kesejahteraan
lanjut usia dengan mendirikan panti-panti werdha. Undang-Undang Dasar 1945 pasal
34 telah mengamanatkan, memperhatikan “Fakir Miskin dan Anak Terlantar”.
Pendirian Paanti Sosial didasarkan atas Undang-Undang RI No.4 Tahun 1965 tentang
“Pemberian Bantuan Kehidupan bagi Orang-Orang Jompo” (Undang-undang dasar RI
1945 dan daftar undang-undang 1965), yang kemudian direvisi oleh Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia,
dimana pada pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa Pemberian perlindungan sosial
dimaksudkan untuk memberikan pelayanan bagi lanjut usia tidak potensial agar dapat
mewujudkan taraf hidup yang wajar. Dan ayat dua (2) Perlindungan sosial
sebagaimana dimaksud pada ayat satu (1) dilaksanakan melalui pemeliharaan taraf
kesejahteraan sosial yang diselenggarakan baik di dalam maupun di luar panti
(Pramono et al., 2015).
4. Posyandu Lansia
Kegiatan posyandu lansia yang rutin dilaksanakan tiap bulan dengan tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan lansia, baik fisik maupun psikologis melalui kegiatan
posyandu lanjut usia yang mandiri dalam masyarakat. Posbindu merupakan
pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan lansia yang
penyelenggarannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para
lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
Beberapa kegiatan Posbindu lansia di Desa Pandean adalah :
a. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran berat
badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
b. Pengukuran tekanan darah
c. Pemeriksaan kadar gula
d. Pemeriksaan adanya zat putih telur (deteksi awal adanya penyakit ginjal)
e. Pemberian obat
f. Penyuluhan kesehatan
g. Kegiatan olahraga dan Senam lansia
h. Latihan karawitan di Balai Desa Pandean
i. Kotek’an lesung
j. Penanaman Tanaman Obat Keluarga (TOGA) (pandean dongko, 2018)
Dalam menjalankan program atau kegiatan tersebut, peran keluarga, sosial masyarakat dan
pemerintah serta peran perawat sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang ramah
lansia dan memberikan perhatian serta kepedulian terhadap lansia di masyarakat.
2.5 Dukungan Keluarga Terhadap Sikap Lansia
Dukungan dari keluarga dapat menjadi kunci utama untuk kesejahteraan lansia.
Lansia yang mendapatkan dukungan sosial dari keluarga memiliki kualitas hidup dan
kesejahteraan yang lebih baik (Mulyati et al., 2018)
Keluarga dapat memberikan dukungan instrumental dan emosional kepada lansia, yang
dapat mempengaruhi kesejahteraan mereka. Dukungan instrumental dapat berupa bantuan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti memasak dan membersihkan rumah,
sedangkan dukungan emosional dapat berupa dukungan moral dan perhatian (Nurrohmi,
2020)
Dukungan keluarga juga dapat meningkatkan kualitas serta dapat mempengaruhi
kesejahteraan psikologis lansia. Lansia yang mendapatkan dukungan sosial dari keluarga
memiliki tingkat depresi yang lebih rendah dan lebih optimis dalam menghadapi masa
depan.
2.6 Dukungan Sosial Terhadap Lansia
Para ahli berpendapat bahwa dukungan sosial dapat dibagi ke dalam berbagai komponen
yang berbeda-beda. Ada 6 (enam) komponen dukungan sosial yang disebut sebagai The
Social Provision Scale dimana masing-masing komponen dapat berdiri sendiri-sendiri,
namun satu sama lain saling berhubungan dan digunakan sebagai pengukuran
padadukungan sosial. Adapun komponen-komponen tersebut adalah :
1. Kerekatan emosional (emostional attachment)
Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang untuk memperoleh
kerekatan (kedekatan) emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang
menerima. Orang yang menerima dukungan sosial semacam ini merasa tentram, aman
dan damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan bahagia. Sumber dukungan
sosial semacam ini yang paling sering dan umum adalah diperoleh dari pasangan
hidup, namun juga diperoleh melalui hubungan yang akrab dengan kerabat.
2. Integrasi sosial (social integration)
Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang untuk memperoleh
perasaan memiliki di dalam kelompoknya yang memungkinkan untuk membagi
minat, perhatian serta melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-
sama. Sumber dukungan semacam ini memungkinkan seseorang mendapatkan rasa
aman, nyaman serta merasa memiliki dan dimiliki dalam kelompok.
3. Penghargaan atau pengakuan (reassurance of worth)
Pada dukungan sosial jenis ini seseorang akan mendapatkan pengakuan atas
kemampuan dan keahlian serta mendapat penghargaan dari orang lain atau lembaga
terhadap kompetensi, keterampilan dan nilai yang. dimiliki seseorang. Sumber
dukungan sosial semacam ini dapat berasal dari keluarga atau instansi dimana ia
bekerja.
4. Hubungan yang dapat diandalkan untuk mendapatkan bantuan yang nyata (reliable
aliance)
Dalam dukungan sosial jenis ini agar mendapat dukungan sosial berupa jaminan
bahwa ada orang yang dapat diandalkan bantuannya ketika individu membutuhkan
bantuan tersebut. Jenis dukungan sosial ini bersumber pada umumnya diberikan oleh
anggota keluarga.
5. Saran atau informasi (guidance)
Dukungan sosial janis ini adalah memungkinkan mendapatkan informasi, saran atau
nasihat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan
yang dihadapai. Jenis dukungan sosial ini bersumber dari guru, mentor, pembimbing,
atau sosok orang tua.
6. Kemungkinan membantu (Opportunity for naturance)
Suatu aspek penting dalam hubungan interpersonal adalah perasaan
dibutuhkan orang lain.
Dukungan sosial terhadap lansia sangat penting untuk menjaga kesejahteraan mereka.
Dukungan ini dapat datang dari berbagai sumber, termasuk keluarga, teman-teman,
komunitas, dan layanan kesehatan. Dukungan sosial dapat dilihat dari beberapa aspek,
sebagai berikut:
1. Dukungan Instrumental Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang
dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang,
makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stres karena
individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi.
Dukungan instrumental sangat dibutuhkan terutama dalam mengatasi masalah dengan
lebih mudah.
2. Dukungan Informasional Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran
atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat
menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah.
3. Dukungan Emosional Bentuk dukungan emosional dapat membuat individu memiliki
perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial
sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini sangat
penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol.
4. Dukungan Penghargaan Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif kepada
individu, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat individu, perbandingan
yang positif dengan individu lain. Bentuk dukungan ini membantu individu dalam
membangun harga diri dan kompetensi. Dukungan sosial merupakan bantuan atau
dukungan yang diterima individu dari orangorang tertentu dalam kehidupannya.
Diharapkan dengan adanya dukungan sosial maka seseorang akan merasa
diperhatikan, dihargai dan dicintai. Dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan
fisik dan psikologis kepada individu dapat dilihat bagaimana dukungan sosial
mempengaruhi kejadian dan efek dari keadaan kecemasan. Lanjut usia sebagai
seseorang yang berada dalam lingkungan keluarga diharapkan akan merasakan
manfaat dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga karena dukungan sosial dapat
mempengaruhi fisik dan psikologis individu.
2.7 Peran Care Giver
Caregiver adalah seseorang yang telah lulus pendidikan atau pelatihan untuk melakukan
pendampingan pada seseorang yang tidak mampu merawat dirinya sendiri, baik sebagian
atau keseluruhan karena keterbatasan fisik atau mental.
1. Memenuhi kebutuhan lansia baik fisik, mental, sosial budaya atau spiritual.
(Humas Universiyas Negri Yogyakarta, 2022)
2. Memberikan bantuan dalam perawatan diri seperti dressing, bathing, toileting
sehingga Mencegah komplikasi atau kecelakaan (Dinas Sosial dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa, 2022)
3. Membantu meringankan beban pasien atau keluarga pasien supaya dapat
menjalani aktivitas sehari-hari secara normal
4. Menjaga atau merawat lansia (Baroroh, 2012)(Baroroh, 2012)
5. Mempertahankan dan meningkatkan status mental
6. Mengantisipasi perubahan status sosial ekonomi serta memberikan motivasi dan
memfasilitasi kebutuhan spiritual lansia
7. Memberikan dukungan emosional dan moral (Yuniati, 2017)
8. Memberikan perawatan khusus bagi lansia dengan penurunan daya ingat
(Setiyoko & Nurchayati, 2021)
9. Menjaga hubungan yang baik dengan lansia dan keluarga lansia
Peran care giver sangat penting dalam menjaga kesejahteraan lansia, terutama bagi lansia
yang membutuhkan perawatan khusus. Keluarga merupakan suport system utama bagi
lansia dalam mempertahankan kesehatannya, sehingga peran care giver dalam keluarga
sangatlah penting.
BAB 111

PENUTUP

KESIMPULAN

Keluarga dapat memberikan dukungan instrumental dan emosional kepada lansia, yang
dapat mempengaruhi kesejahteraan mereka. Dukungan instrumental dapat berupa bantuan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti memasak dan membersihkan rumah,
sedangkan dukungan emosional dapat berupa dukungan moral dan perhatian Para ahli
berpendapat bahwa dukungan sosial dapat dibagi ke dalam berbagai komponen yang
berbeda-beda. Ada 6 (enam) komponen dukungan sosial yang disebut sebagai The Social
Provision Scale dimana masing-masing komponen dapat berdiri sendiri-sendiri, namun satu
sama lain saling berhubungan dan digunakan sebagai pengukuran padadukungan sosial.
Peran care giver sangat penting dalam menjaga kesejahteraan lansia, terutama bagi lansia
yang membutuhkan perawatan khusus. Keluarga merupakan suport system utama bagi lansia
dalam mempertahankan kesehatannya, sehingga peran care giver dalam keluarga sangatlah
penting

SARAN

Demikian makalah yang telah kami buat, kami menyadari masih terdapat banyak
kekurangan pada makalah yang kami susun. Atas kekurangan dan kelebihan kami mohon
maaf yang sebesar – besarnya.Kami juga memohon untuk saran dan kritik untukmakalah
kami apabila ada yang kurang berkenan.

Anda mungkin juga menyukai