Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH

ISSUE DAN KEGIATAN UNTUK PROMOSI KESEHATAN DAN


KESEJAHTERAAN LANSIA

Oleh :

FEBRI RAMDAN 142012018110P


GUSTI AYU PUTU R 142012018115P
HERFIRA YULISNUR 142012018117P
JEFRI PRATAMA 142012018121P
JULIAN KEVIN S 142012018122P
RIZAL REVANDI 142012018133P
RIZKI MULIA 142012018134P
SISKA ROYANI 142012018135P
TRI UTARI 142012018137P
PUJI ASTUTI 142012018257P
REDA SISKA NOVA J 142012018259P
YUWONO ARI 142012018262P

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


FAKUTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas
mengenai “ISSUE DAN KEGIATAN UNTUK PROMOSI KESEHATAN
DAN KESEJAHTERAAN LANSIA”

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai
pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta
kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian

Pringsewu, September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................i


KATA PENGANTAR ......................................................................................ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan ..................................................................................................
D. Manfaat ................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Geriatri................................................................................3
B. Issu dan Kecenderungan Masalah Kesehatan Gerontik........................4
C. Strategi untuk Promosi Kesehatan dan Kesejahteraan
LansiaSosial Worker.............................................................................7
D. Sosial Worker........................................................................................23
E. Dukungan keluarga...............................................................................42

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................47
B. Saran ....................................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengan semakin luasnya pelaksanaan upaya kesehatan dan
keberhasilan pembangunan nasional pada semua sector, sehingga hal tersebut
mendorong peningkatan kesejahteraan sosioekonomi serta kesehatan.
Pendekatan yang harus dilakukan dalam melaksanakan program kesehatan
adalah pendekatan kepada keluarga dan masyarakat. Pendekatan ini lebih
memprioritaskan upaya memelihara dan menjaga yang sehat semakin sehat
serta merawat yang sakit agar menjadi sehat.
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang
semakin meningkat dari tahun ke tahun , hal tersebut membutuhkan upaya
pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua
yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif (pasal 19 UU No. 23 tahun
1992 tentang kesehatan).
Penuaan adalah suatu prose salami yang tidak dapat dihindari, berjalan
secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan
mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh,
sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara
keseluruhan.
Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat
sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit menjadi mengendur,
timbul keriput, rambut menjadi beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan
penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang
lincah, serta terjadi penimbunan lemak terutama di perut dan pinggul.
Kemunduran lain yang terjadi adalah kemampuan-kemampuan kognitif seperti
suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat serta tidak
mudah menerima ide baru.
Usia lanjut dapat dikatakan usia emas, karena tidak semua orang dapat
mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan
keperawatan, baik yang bersifat promotif maupun yang preventif, agar ia
dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan
bahagia.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud isu-isu pada lansia ?
2. Bagaimana strategi dan kegiatan untuk promosi kesehatan pada lansia?
3. Bagaimana dukungan terhadap orang yang merawat lansia ?

C. Tujuan
1. Untuk mendeskripsikan isu-isu pada lansia
2. Untuk mendeskripsikan strategi dan kegiatan untuk promosi kesehatan
pada lansia
3. Untuk mendeskripsikan dukungan terhadap orang yang merawat lansia.

D. Manfaat
Dengan adanya penyusunan makalah ini mampu mempermudah penyusun dan
pembaca guna memahami materi tentang komunitas 2 yang berhungan dengan
Isu – isu, strategi dan kegiatan untuk promosi kesehatan dan kesejahteraan
lansia serta dukungan terhadap orang yang terlibat merawat lansia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Geriatri
Geriatri merupakan cabang ilmu dari gerontology dan kedokteran yang
mempelajari kesehatan pada lansia dalam berbagai aspek, yaitu promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitative. Pada prinsipnya geriatric mengusahakan
masa tua yang bahagia dan berguna (DEPKES RI, 2000)
Gerontology adalah suatu ilmu yang mempelajari proses penuaan dan
masalah yang akan terjadi pada lansia yaitu kesehatan, social, ekonomi,
perilaku, lingkungan dan lail-lain. (DEPKES RI, 2000)
Tujuan pelayanan geriatric adalah sebagai berikut:

2
1. Mempertahan derajat kesehatan setinggi-tingginya sehingga terhindar dari
penyakit atau gangguan/kesehatan.
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik sesuai kemampuan
dan aktivitas mental yang mendukung.
3. Melakukan diagnosis dini yang tepat dan memadai.
4. Melakukan pengobatan yang tepat.
5. Memelihara kemandirian secara maksimal.
6. Tetap memberikan bantuan moril dan perhatian sampai akhir hayatnya
agar kematiannya berlangsung dengan tenang.
Prinsip-prinsip pelayanan geriatric adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan yang menyeluruh (biopsikososialspiritual).
2. Orientasi terhadap kebutuhan klien.
3. Diagnosis secara terpadu.
4. Team work (koordinasi).
5. Melibatkan keluarga dalam pelaksanaannya.
Perkembangan geriatric baru terjadi pada abad ke-20. Di Indonesia,
geriatric baru berkembang dan masih dalam masa perintisan. Pada prinsipnya,
geriatric mengusahakan agar para lansia dapat menjadi lansia yang berguna
dan bahagia, sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.

B. Issu dan Kecenderungan Masalah Kesehatan Gerontik


1. Masalah kehidupan sexual
Adanya anggapan bahwa semua ketertarikn seks pada lansia telah hilang
adalah mitos atau kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada kenyataannya
hubungan seksual pada suami isteri yang sudah menikah dapat berlanjut
sampai bertahun-tahun. Bahkan aktivitas ini dapat dilakukan pada saat
klien sakit atau mengalami ketidakmampuan, dengan cara berimajinasi
atau menyesuaikan diri dengan pasanagan masing-masing. Hal ini dapat
menjadi tanda bahwa maturitas dan kemesraan antara kedua pasangan
sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadap hubungan intin dapat berulang
antara pasangan dalam membentuk ikatan fisik dan emosional secara
mendalam selama masih mampu melaksanakan.

2. Perubahan perilaku
Pada lansia seering dijumpai terjaadi perubahan perilaku diantaranya :
daya ingat menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecenderungan

3
penurunan merawat diri, timbulnya kecemasan karena dirinya sudah tidak
menarik lagi, lansia sering menyebabkan sensitivitas emosional seseorang
yang akhirnya menjadi sumber banyak masalah.

3. Pembatasan fisik
Dengan semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami
kemunduran terutama dibidang kemampuan fisik yang dapat
mengakibatkan pula timbulnya gangguan di dalam hal mencakupi
kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantungan yang
memerlukan bantuan orang lain.

4. Palliative care
Pemberian obat pad lansia yang bersifat palliative care adalah obat
tersebut ditujukan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia.
Fenomena polifarmasi dapat menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi
obat dan efek samping obat. Sebagai contoh klien dengan gangguan
jantung dan edema mungkin diobati dengan digoksin dan diuretika.
Diuretic berfingsi untuk mengurangi volume darah dan salah satu efek
sampingnya yaitu keracunan digoksin. Klien yang sama mungkin
mengalami depressi sehingga diobati dengan antidepresi. Dan efek
samping Antidepressant adalah retensi urin. Dan efek samping inilah yang
menyebabkan ketidaknyamanan pada lansia.

5. Penggunaan obat
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan
persoalan yang sering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit.
Persoalan utama dan terapi obat pada lansia adalah terjadinya perubahan
fisiologis pada lansia akibat efek obat yang luas, termasuk efek samping
obat tersebut. (Watson, 1992). Dampak praktis dengan adanya perubahan
usia ini adalah bahwa obat dengan dosis yang lebih kecil cenderung
diberikan untuk lansia. Namun hal ini tetap bermasalah karena lansia
sering kali menderita bermacam-macam penyakit untuk diobati sehingga
mereka membutuhkan beberapa jenis obat. Persoalan yang dialami lansia
dalam pengobatan adalah :
a. Bingung
b. Lemah ingatan

4
c. Penglihatan berkurang
d. Tidak bisa memegang
e. Kurang memahami pentingnya program tersebut untuk dipatuhi dan
dijalankan.

6. Kesehatan mental
Selain mengalami kemunduran fisik lansia juga mengalami kemunduran
mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin
berkurang dan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan
lingkungannya.

7. Hukum dan etik dalam perawatan gerontik


Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada :
a. Pasal 27
1) Segala W.N. bersama kedudukannya didalam hokum dan
pemerintahan dan wajib menjunjungnya hokum dan
pemerintahannya itu dengan tidak ada kecualinya.
2) Tiap-tiap W.N. berhak atas pekerjaannya dn penghidupannya yang
layak bagi kemanusiaan
b. Pasal 34
Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara.
Berpedoman pada hokum tersebut, sebagai perawat kesehatan
masyarakat bertanggung jawab dalam mencegah penganiayaan.
Penganiayaan yang dimaksud dapat berupa : penyia-nyiaan,
penganiayaan yang disengaja dan eksploitasi. Sedangkan pencegahan
yang dapat dilakukan adalah berupa : perlindungan dirumah,
perlindungan hokum dan perawatan dirumah. Berkaitan dengan kode
etik yang harus diperhatikan oleh perawat adalah :
1) Perawat harus memberikan rasa hormat kepada klien tanpa
memeperhatikan suku, ras, golongan, pangkat, jabatan, status
social, masalah kesehatan.
2) Menjaga rahasia klien
3) Melindungi klien dari campur tangan pihak yang tidak kompeten,
tidak etis, praktek illegal
4) Perawat berhak menerima jasa dari hasil konsultasi dan
pekerjaannya
5) Perawat menjaga kompetensi keperawatan

5
6) Perawat memberikan pendapat dan menggunakannya. Kompetensi
individu serta kualifikasi dalam memberikan konsultasi
7) Berpartisipasi aktif dalam kelanjutannya perkembangan body of
knowledge
8) Berpartisipasi aktif dalam meningkatkan standar professional
9) Berpartisipasi dalam usaha mencegah masyarakat, dari informasi
yang salah dan misinterpretasi dan menjaga integritas perawat.
Perawat melakukan kolaborasi dengan profesi kesehatannya yang lain
atau ahli dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan yang
dibutuhakan oleh masyarakat termasuk pada lansia.

8. JPKM lansia
Salah satu program pokok perawatan kesehatan masyarakat yang ada
dipuskesmas sasarannya adalah keluarga yang didalamnya ada keluarga
lansia. Perkembangan jumlah keluarga yang terus menerus meningkat dan
banyaknya keluarga yang berisiko tentunya membutuhkan perhatian yang
khusus. Perkembangan yang terjadi tersebut tentunya menuntut perawat
memberikan pelayanan pada keluarga secara professional. Tuntutan ini
tentunya tidak berlebihan sebab hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah
dibidang kesehatan untuk membangun “Indonesia Sehat 2010” yang salah
satu strateginya adalah Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
(JPKM). Dengan strategi ini diharapkan lansia mendapatkan perawatan yang
baik dan perhatian yang selayaknya

C. Strategi untuk Promosi Kesehatan dan Kesejahteraan Lansia


1. Masyarakat sehat 2010 dan lansia
Masyarakat sehat 2010 telah menetapkan suatu tujuan yaitu meningkatkan
kualitas dan kelangsungan hidup sehat bagi seluruh warga Amerika
( USDHHS, 1998 ). Dokumen ini mengindikasikan bahwa aspek terpenting
dalam promosi kesehatan lansia adalah mempertahankan kesehatan dan
kemandirian fungsional. Banyak tujuan yang ditetapkan untuk masyarakat
sehat 2000 ( USDHHS, 1991 ) yang dicakupkan ke dalam tujuan
Masyarakat sehat 2010. Ketika merencanakan program promosi kesehatan
untuk komunitas lansia perawat komunitas harus memasukkan area
prioritas dan tujuan spesifik yang terdapat dalam masyarakat sehat 2010.
Salah satu tujuan masyarakat sehat 2010 yang dapat diarahkan pada lansia

6
adalah meningkatkan setidaknya 90 % proporsi individu berusia 65 tahun
atau lebih yang telah berpartisipasi pada tahun sebelumnya pada setidaknya
satu program promosi kesehatan terorganisasi.

a. Promosi Kesehatan dan Strategi Proteksi Kesehatan untuk Komunitas


Lansia
Promosi kesehatan dan proteksi kesehatan adalah dua elemen
pencegahan primer. Promosi kesehatan menekankan pada upaya
membantu masyarakat mengubah gaya hidup mereka dan bergerak
menuju kondisi kesehatan yang optimum sedangkan fokus proteksi
kesehatan adalah melindungi individu dari penyakit dan cedera dengan
memberikan imunisasi dan menurunkan pemajanan terhadap agens
karsinogenik toksin dan hal – hal yang membahayakan kesehatan di
lingkungan sekitar. Konsep kesehatan lansia harus ditinjau kembali
dalam upaya merencanakan intervensi promosi kesehatan. Filner dan
Williams ( 1997 ) mendefinisikan kesehatan lansia sebagai kemampuan
lansia untuk hidup dan berfungsi secara efektif dalam masyarakat serta
untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan otonomi sampai pada tahap
maksimum, tidak hanya terbebas dari penyakit. Apabila dibandingkan
dengan kelompok usia lainnya di Amerika lansia lebih aktif dalam
mencari informasi mengenai kesehatan dan mempunyai kemauan untuk
mempertahankan kesehatan dan kemandirinya. Promosi kesehatan
harus benar – benar berfokus pada perilaku beresiko yang dapat
dimodifikasi yang disesuaikan dengan masalah kesehatan utama
menurut usia ( USDHHS, 1998 ). Secara umum, pelayanan kesehatan
untuk lansia memiliki tiga tujuan
1) Meningkatkan kemampuan fungsional
2) Memperpanjang usia hidup
3) Meningkatkan dan menurunkan penderita ( O’Malley dan Blakeney,
1994 )

Dalam memaksimalkan promosi kesehatan lansia di komunitas


dibutuhkan suatu pendekatan multiaspek. Target intervensi harus
mengarah pada individu dan keluarga serta kelompok dan komunitas.

7
b. Intervensi Berfokus – Individu atau Kelompok
Intervensi promosi kesehatan / proteksi kesehatan berfokus – individu
atau keluarga dirancang dalam upaya meningkatkan pengetahuan
keterampilan dan kompetensi individu atau keluarga untuk membuat
keputusan kesehatan yang memaksimalkan promosi kesehatan dan
perilaku proteksi kesehatan. Tujuannya adalah mendayagunakan lansia
dan keluarganya dalam membuat keputusan kesehatan yang rasional.
Beberapa kategori yang termasuk ke dalam intervensi promosi
kesehatan dan proteksi kesehatan dengan target individu dan / atau
keluarga adalah :
1) Skrining kesehatan
2) Modifikasi gaya hidup
3) Pendidikan kesehatan ( individu atau kelompok )
4) Konseling
5) Kelompok pendukung
6) Pelayanan kesehatan primer
7) Imunisasi
8) Keamanan di rumah
9) Perawatan di rumah ( pelayanan kesehatan di rumah, perawatan
personal atau bantuan rumah tangga )
10) Makanan yang dikirimkan ke rumah
11) Dukungan sosial ( penjaminan kembali telepon dan kunjungan
rumah )
12) Manajemen kasus
13) Bantuan pemeliharaan di rumah

c. Intervensi berfokus pada komunitas


Intervensi berfokus komunitas adalah aktivitas dan program yang
diarahkan pada lansia komunitas secara keseluruhan atau sub kelompok
lansia yang beragam di komunitas. Tujuan intervensi berfokus
komunitas adalah meningkatkan kapasitas dan ketersediaan komunitas
terhadap pelayanan gabungan kesehatan dan sosial yang sesuai dan
dibutuhkan dalam upaya mempertahankan kemandirian dan status
fungsional lansia di komunitas. Intervensi di komunitas terutama
melibatkan advokasi tindakan politis dan partisipasi dalam pembuatan
kebijakan yang memengaruhi lansia di komunitas. Contoh intervensi
berfokus komunitas adalah sebagai berikut :

8
1) Kampanye pendidikan kesehatan di masyarakat luas yang
menekankan pada masyarakat lansia
2) Mengadakan kampanye pada bulan mei yang telah ditetapkan
sebagai older American Month ( bulan lansia Amerika )
3) Koalisi komunitas untuk menangani isu spesifik lansia seperti
pengembangan pusat informasi lokal, botlines telepon atau situs
internet
4) Keterlibatan politis untuk advokasi kebutuhan lansia seperti
mempertahankan atau memperluas tanggunagan medicare untuk
pelayanan di rumah
5) Kolaborasi dengan universitas, gereja pusat perkumpulan lansia
proyek pemukiman lansia serta organisasi komunitas lain yang
tersedia untuk memberikan pelayanan yang komprehensif kepada
subkelompok asia
6) Aktivitas pencegahan kejahatan
7) Berpartisipasi dalam pameran kesehatan berfokus pada komunitas.

d. Kemitraan dengan Komunitas Lansia


Secara umum komunitas lansia terbuka untuk praktik kesehatan baru
dan berespons terhadap bermacam – macam pendekatan yang
berpotensi meningkatkan kesehatan mereka. Dalam merencanakan
program kesehatan yang efektif perawat kesehatan komunitas harus
memvalidasi strategi dan tujuan bersama kelompok lansia yang
ditargetkan. Keterlibatan lansia dalam merencanakan promosi
kesehatan dan aktivitas pencegahan penyakit adalah hal yang esensial
karena lansia sensitif terhadap kehilangan potensi kemandiriannya.
Oleh karena itu jika lansia dilibatkan rasa kemandirian mereka akan
menngkat. Tahapan tindakan yang dilakukan ketika bekerja dengan
lansia di komunitas antara lain:
1) Jalankan program ditempat – tempat biasa lansia berkumpul seperti
gereja, senior center, dan tempat perkumpulan pensiunan.
2) Libatkan aktivitas outreach ke dalam seluruh program
3) Siapkan sarana transportasi menuju tempat aktivitas kelompok
4) Antisipasi kebutuhan lansia yang memiliki pandangan dan / atau
penglihatan tidak adekuat ( contoh penggunaan tulisanyang besar,
membatasi penggunaan makalah, penggunaan ruangan yang tenang
dan / atau pengeras suara yang adekuat.

9
5) Pertahankan aktivitas secara berlahan dan berikan waktu yang
cukup untuk berespons
6) Berikan waktu yang cukup bagi para lansia untuk berbagi
pengalaman hidup
7) Pertahankan pengajaran dalam waktu yang relatif singkat
8) Lakukan pengulangan ganda dan penguatan informasi 1
9) Susunlah aktivitas pendidikan kesehatan yang dapat memberikan
rasa nyaman pada para lansia dalam mengajukan pertanyaan dan
atau menanyakan informasi baru atau informasi yang masih
meragukan mereka
10) Dorong keterlibata keluarga, teman dan kerabat
11) Advokasi untuk meningkatkan sumber sumber yang ada di
komunitas serta kebijakan yang memengaruhi lansia

e. Kebutuhan promosi kesehatan dan proteksi kesehatan lansia di


komunitas
1) Pelayanan Kesehatan
Lansia berusia lebih dari 65 tahun membutuhkan pelayanan
kesehatan primer yang teratur untuk mempertahankan kesehatan
dan mencegah penyakit kronik kecacatan serta kondisi yang
mengancam hidupnya. Pelayanan promosi kesehatan yang dapat
mendasari intervensi keperawatan komunitas meliputi :
a) Imunisasi ( influenza, difteri, tetanus, vaksin, pneumokokus )
b) Skrining penyakit kronik seperti kanker penyakit
kardiovaskuler, dan diabetes.
c) Manajemen dan pengendalian penyakit kronis yang ada
( pendidikan kesehatan, manajemen kasus,dan manajemen
medikasi).
d) Pengetahuan tentang praktik penggantia dan tangguan biaya
( termasuk biaya pengobatan alternatif ) dari
Medicare/Medicare Managed Care, asuransi Medicare
tambahan, dan program asuransi kesehatan spesifik.
e) Program outreach dan upaya advokasi untuk menjamin akses
lansia pada sumber-sumber yang dibutuhkan; seperti advokasi
kesehatan, pelatihan kesehatan, dan pengendali akses di
komunitas, Personel yang ditugaskan bisa karyawan
perusahaan swasta, staf gereja, dan karyawan perudahaan

10
BUMN yang dapat merujuk lansia kepada sumber-sumber yang
ada di komunitas (Florioet al, 1996).
f) Rujukan kepada program bantuan farmasi negara yang ada
serta advokasi untuk membuat program yang mereka butuhkan.
g) Pendidikan mengenai manajemen medikasi ( penjadwalan,
kepatuhan, kalender, dan sebagainya ).
h) Sumber berkelanjutan datri pelayanan primer.
i) One stop shopping untuk pelayanan kesehatan.
j) Hubungan kepada kelompok pendukung penyakit kronik.

2) Nutrisi
Nutrisi adekuat adalah hal paling penting bagi lansia dalam
mempertahankan kesehatan, mencegah penyakit, yang
memperlambat perkembangan penyakit kronis yang di derita.
Dalam upaya membantu lansia meningkatkan dan mempertahankan
status nutrisinya, pengkajian nutrisi dan membangun kekuatan yang
ada adalah hal yang sangat membantu. Daftar Periksa Skrining
Nutrisi ( Nutrision Screning Checklist ) yang dibuat oleh American
Academy of Family Physicians, American Dietetic Association, dan
National Council on Aging ( Nutrition Screning Initiative, 1992 )
adalah alat pengkajian nutrisi yang sangat baik. Berikut ini adalah
program kemitraan dalam bidang kesehatan nutrisi yang dapat
Anda pertimbangkan.

3) “Makan sehat dan enak!”


Rencanakan kelas atau serial kelas nutrisi yang berfokus pada
nutrisi dasar dan manajemen resiko nutrisi ( rendah garam, rendah
lemak, rendah gula, tinggi serat dan sebagainya ). Apabila
kebutuhan terhadap diet gula khusus harus dibahas, pertimbangkan
untuk mengadakan serial kelas dan bentuk kelompok menurut
ingkatran kebutuhan diet spesifiknya. Kelas nutrisi akan lebih
efektif jiak penyajiannya sangat interaktif dengan para partisipan-
mencicipi dan berbagi resep, membangun kebiasaan positif yang
ada, dan memasukkan makanan yang etnis. Pemasangan poster
dengan tulisan yang besar dan berwarna-warni serta tayangan
video aalah langkah yang tepat. Makalah juga bisa membantu.

11
Ingat, lansia senang membicarakan dan menceritakan pengalaman
hidup mereka. Berikan hadiah kepda lansia yang menghadiri kelas,
seperti tongkat, kanduk kertas, makaronidan makanan yang tidak
cepat membusuk. Dapatkan bantuan hadiah dari toko yang menjual
bahan makanan. Tantangan terbesarnya adalah enumbuhkan minat
para lansia untukmenghadirikelas ini. Pertimbangkan individu dari
komunitas atau kelompok teman sebaya untuk membantu
marketing dan program outreach.
4) Olahraga dan Kebugaran
Manfaat olahraga telah dibuktikan sepanjang rentang kehidupan
manusia. Olahraga untuk lansia harus mempertimbangkan
kesehatan dan status fungsionalnya. Di bawah ini adalah beberapa
bentuk program olahraga kebugaran.
a. “DUDUK MENENDANG KE ATAS: OLAHRAGA UNTUK
LANSIA”
Ketika mengadakan klinik skrining tekanan darah dipusat
nutrisi lansia, perawat mengobservasi bahwa pengunjung
sering kali datang sekitar pukul 8 pagi. Mereka mengisi waktu
dengan duduk-duduk sampai makan siang dihidangkan pada
pukul 12 siang. Mereka bermain permainan meja seperti kartu
atau domino, tetapi aktivitas fisik mereka sedikit. Ketika
memeriksa tekanan darah, perawat menanyakan tentang
aktivitas fisik yang lansia lakukan dan memperoleh informasi
bahwa kebanyakan lansia tidak merasa aman untuk berjalan di
sekitar lingkungan mereka atau mereka belum mengetahui
bentuk lain dari olahraga. Setelah memvalidasi kebutuhan
terhadap tipe olahraga ringan ( low-impact ) yang dapat
dilakukan di kursi,suatu program dikembangkan dan beberapa
pertisipan dilatih sebagai instruktur olahraga. Rogram tersebut
dinamakan “Duduk, Menendang ke Atas: Olahraga untuk
Lansia”. Dengan bimbingan sukarelawan instruktur olahraga,
program telah dimasukkan secara nyata ke dalam jadwal
aktivitas sehari-hari.

12
b. Pencegahan jatuh
Jatuh adalah masalah besar pada lansia. Anda mungkin hendak
membangun sebuah tim dengan ahli terapi oku pasional dan
ahli terapi fisik untuk mengadakan kelas pencegahan jatuh
pada lokasi tempat para lansia biasa berkumpul ( ya , mungkin
saja anda tidak dapat mempengaruhi para lansia untuk datang
mengahadiri kelas ini yang justru sangat mereka butuhkan;
para lansia tersebut berada di rumahanya karena meraka takut
jatuh jika mereka pergi keluar). Beberapa individu dapat
memberikan koesioner mengenai pengkajian jatuh, sebagian
lagi dapat melakukan tes keseimbangan, mendemonstrasikan
cara – cara untuk mencegah jatuh dan memberikan konseling
individual mengenai hal – hal yang dapat menyebabkan jatuh.
Proyek kolaborasif multidisiplin ini dapat berdampak sangat
besar terhadap masalah yang terkadang mengakibatkan lansia
kehilangan kemandiriannya atau bahkan dapat membawa
kepada kematian. Anda mungkin perlu memasarkan proyek ini
serta mendapatkan tempat untuk skrining, tes keseimbangan,
demonstrasi dan konseling. Pertimbangkan untuk memiliki
formulir pernyataan dan persetujuan untuk menjalani tes
keseimbangan pada setiap kejadian jatuh.

c. Keamanan komunitas
Dalam upaya menurunkan ketakutan lansia terhadap kekerasan
yang sering menghantui mereka, perawat perlu bekerja sama
dengan lembaga penegak hukum setempat untuk
mengembangkan program komunitas. Prototipe program
meliputi neighborbood crime watch program, citizens on patrol
dan program keamanan organisasi kemasyarakatan lainnya.
Lansia membutuhkan pendidikan yang mencakup program
pertahan diri, baik secara fisik maupun secara psikologis.
Kampanye media di masyarakat harus berkonsentrasi pada
upaya menumbuhkan kewaspadaan lansia terhadap tipe – tipe
kejahatan spesifik di dalam masyarakat, termasuk frekuensi

13
dan waktu kejadian. Selain itu, menabungkan cek bulanan
untuk menurunkan kerentanan terhadap kejahatan.

d. Keamanan berkendara
Seiring dengan peningkatan presentasi lansia di amerika,
jumlah pengendara lansia juga semakin banyak.
Derekomendasikan agar pengendara lansia belajar mengemudi
kembali untuk mengakomodasikan perubahan neuromuskular
dan sensorik yang terjadi seiring proses menua. Pengendara
lansia dianjurka untuk mengevaluasi kemabli secara periodik
kemampuan mereka dalam mengemudi, termasuk
pemerikasaan penglihatan / pendengaran dan evaluasi
perubahan fisik lainnya dapat mempengaruhi mereka dalam
berkendara. AARP mensponsori 55 ALIVE / Mature Driving
Program untuk membantu pengendara yang berusia lanjut
meningkatkan kemampuan berkendaranya, mencegah tabrakan
kendaraan dan menghindari pelanggaran lalu lintas (AARP,
1999a) . AARP juga menerbitkan Older Driver Assesment and
Resource Guide ( panduan pengkajian dan sumber pengemudi
lansia) yang disediakan secara gratis. Pengemudi yang berusia
lanjut harus mengacu kepada sumber ini atau sumber lain yang
ada di komunitas.

e. LEGISLASI SIGNIFIKAN DAN LANSIA AMERIKA


Akhirnya, beberapa bagian legislasi yang penting patut untuk
didiskusikan. Dua bagian penting dari legislasi yang
mempengruhi kehidupan lansia di amerika adalah Social
Security Act tahun 1935 dan Older Americans Act (OAA) tahun
1965. Social Security Act berisi banyak program bagi para
lansia, termauk bantuan finansial dan pelayana kesehatan.
Ketentuan utamanya adalah meningkatkan sistem tunjangan
bagi lansia dan memungkinkan negara untuk memberikan
santunan kepada tunanetra, masyarakat yang sudah tua, serta
anak – anak cacat dan terlantar. Undang – undang ini

14
membentuk Social Security Board (badan pengaman social)
dan mekanisme untuk meningkatkan uang pensiun dan
tunjangan kesejahteraan. Satu amandemen paling signifikan
muncul pada tahun 1965, yang ditandai dengan berdirinya
program asuransi kesehatan Medicare dan Medicaid. OAA
mengarahkan atensi negara kepaa kebutuhan lansia dan
mengesahkan the Administration On Aging Within The
Department Of Health And Human Services. OAA mendanai
riset serta pelatihan gerontologi dan memfasiltasi program
lokal, negara, dan nasional guna meningkatkan kualitas hidup
lansia. Selama bertahun – tahun, OAA telah menetapkan
bermacam – macam pelayanan untuk lansia, termasuk lembaga
yang melayani lansia, pusat multiguna lansia, pelayanan
nutrisi, program relawan, pendidikan kesehatan, pelayanan
transportasi, pelayanan kesehatan dirumah, dan aktivitas
kesehatan preventif. Legislasi lain yang membantu
peningkatan kualitas hidup lansia adalah The Age
Discrimonation Act tahun 1974 yang mencegah diskriminasi
pada lansia dalam pekerjaan dan mencegah pensiun yang
dipaksakan ; research on aging act tahun 1974, yang
membentuk National Institute Of Aging dalam The National
Institute Of Health dan American Disabilities Act tahun 1990
yang menjamin hak – hak warga amerika yang mengalami
kecacatan.

6. Peran Perawat dalam Promosi Kesehatan untuk Lansia


Penuaan di dalam masyarakat kita merupakan fenomena yang dominan
pada saat ini. Tiga dari empat penyebab kematian yang sering terjadi di
kalangan lansia – penyakit jantung, kanker dan stroke merupakan akibat
dari gaya hidup yang kurang sehat. Namun gambaran suram tentang
penduduk lansia yang kurang gerak, lansia yang mengalami penyakit
kronis secara bertahap telah digantikan oleh konsep baru seperti masa tua
dengan penuh kesuksesan ( misalnya kemampuan individu untuk

15
beradaptasi terhadap proses penuaan ) dan penurunan morbiditas
( misalnya penundaan awitan terjadinya penyakit kronis dan melemahkan
sampai pada tahap akhir kehidupan ). Perlindungan kesehatan dan promosi
kesehatan merupakan hal yang mendesak dan juga merupakan kerangka
kerja yang tepat untuk merawat lansia. Perawat profesional untuk lansia
mengenal bahwa pencegahan untuk orang yang berusia 65 tahun yang
dapat diharapkan hidup 20 tahun lagi merupakan komponen penting dalam
perawatan kesehatan.

7. Promosi kesehatan dan perlindungan kesehatan


Penelitian terbaru menemukan bahwa lansia tertarik dalam promosi
kesehatan dan banyak lansia pada saat ini mempraktikan lebih banyak
perilaku promosi kesehatan daripada kelompok usia yang lebih muda.
Ketika ditanyakan perilaku apakah yang mereka inginkan untuk
mempertahankan atau meningkatkan kesehatannya lansia menyebutkan hal
– hal seperti tetap aktif dan memelihara pandangan positif terhadap
kehidupan olahraga, nutrisi, istirahat dan relaksasi memantau tekanan
darah dan pemeriksaan kesehatan dan disiplin diri sendiri untuk
melakukan sesuatu yang tidak terlalu berat. Hal – hal tersebut sebenarnya
mewakili suatu kombinasi perilaku promosi kesehatan dan perlindungan
kesehatan ( pencegahan ) Menurt pender promosi kesehatan adalah pola
multidimensional dari tindakan dan persepsi yang berasal dari dalam diri
sendiri yang dapat membantu memelihara atau meningkatkan kesehatan
aktualisasi diri dan pemenuhan kebutuhan individu. Perilaku – perilaku
tersebut misalnya melakukan aktivitas fisik dan mental secara teratur
memperoleh nutrisi istirahat dan relaksasi yang adekuat dan memelihara
jaringan dukungan sosial; semua itu merupakan perilaku promosi
kesehatan karena dapat mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan
seseorang.

Promosi kesehatan untuk lansia, tidak difokuskan pada penyakit atau


ketidakmampuan terapi lebih pada kekuatan dan kemampuan lansia
tersebut. Promosi kesehatan berusaha untuk memaksimalakan potensi
lansia dan meminimalkan efek penuaan. Aktivitas promosi kesehatan

16
utama yang tepat untuk lansia adalah aktifitas fisik, mental, dan sosial
secara teratur, nutrisi adekuat, pengendalian berat badan dan menejemen
stres.

Penemuan ini menunjukkan kesempatan yang unik bagi profesi


keperawatan. Perawat memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas
kehidupan dalam porsi yang penting bagi populasi dengan menggunakan
kerangaka kerja promosi kesehatan untuk mengorganisasikan dan
memberikan asuhan keperawatan bagi lansia. Pendekatan ini mendorong
perawat untuk memandang lansia secara positifuntuk mengidentifikasi dan
membangun kekuatan daripada memusatkan pada keterbatasan dan
masalah. Periilaku perlindungan kesehatan adalah aktifitas yang diarahkan
untuk mengurangi resiko individu terhadap perkembangannya penyakit
tertentu. Misalnya pemeriksaan kesehatan secara teratur dan penggunaan
obat – obatan secara tepat merupakan perilaku perlindungan kesehatan.
Beberapa perilaku ada yang termasuk promosi kesehatan dan perlindungan
kesehatan. Misalnya, olah raga secara teratur merupakan perilaku untuk
melindungi kesehatan jika dilakukan untuk mengurangi resiko seseorang
menderita penyakit kardiovaskuler, depresi, diabetes melitus pada saat
dewasa akibat obesitas dan osteoporosis. Pembatasan diet khusus, seperti
diet rendah kolesterol atau diet tinggi serat merupakan perilaku untuk
perlindungan kesehatan melawan penyakit kardiovaskular dan beberapa
jenis kanker. Penjelasan selengkapnya tentang perlindungan kesehatan
terhadap masalah – masalah yang sering terjadi pada lansia

8. Upaya Pelayanan Kesehatan terhadap Lansia


Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azaz, pendekatan, dan
jenis pelayanan kesehatan yang diterima.
a. Azaz
1) Menurut WHO (1991) adalah to Add Life to the Years that
Have Been Added to Life, dengan prinsip kemerdekaan
(independence), partisipasi, perawatan, pemenuhan diri, dan
kehormatan.

17
2) Azaz yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI Add Life to
the Years, Add Health to Life, and Add Years to Life. Yaitu
meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan
kesehatan, dan memperpanjang usia.
b. Pendekatan
Menurut WHO (1982), pendekatan yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1) Menikmati hasil pembangunan.
2) Masing-masing lansia memiliki keunikan.
3) Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal.
4) Lansia turut memilih kebijakan.
5) Memberikan perawatan dirumah.
6) Pelayanan harus dicapai dengan mudah.
7) Mendorong ikatan akrab antar kelompok/antar generasi.
8) Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia.
9) Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya.
10) Lansia beserta keluarga aktif memeliharan kesehatan lansia.

c. Jenis
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lima upaya
kesehatan, yaitu peningkatan (promotion), pencegahan
(prevention), diagnosis dini dan pengobatan, pembatasan
kecacatan, serta pemulihan.
1) Promotif
Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak
langsung untuk menigkatkan derajat kesehatan dan mencegah
penyakit. Upaya promotif juga merupakan proses advokasi
kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga
professional dan masyarakat terhadap praktik kesehatan yang
positif menjadi norma-norma social. Upaya promotif dilakukan
untuk membantu orang-orang mengubah gaya hidup mereka
dan bergerak kea rah keadaan kesehatan yang optimal serta
mendukung pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan
yang sehat tentang prilaku hidup mereka.

Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai


berikut:
a) Mengurangi cedera, dilakukan dengan tujuan mengurangi
jatuh, mengurangi bahaya kebakaran dalam rumah,

18
meningkatkan penggunaan alat pengaman dan mengurangi
kejadian keracunan makanan atau zat kimia.
b) Meningkatkan kemanan ditempat kerja yang bertujuan
untuk mengurangi terpapar dengan bahan-bahan kimia dan
menigkatkan penggunaan system keamanan kerja.
c) Menigkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk,
bertujuan untuk mengurangi penggunaan semprotan bahan-
bahan kimia, mengurangi radiasi di rumah, meningkatkan
pengelolaan rumah tangga terhadap bahan berbahaya, serta
mengurangi kontaminasi makanan dan obat-obatan.
d) Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut
yang bertujuan untuk mengurangi karies gigi serta
memelihara kebersihan gigi dan mulut.

Penyampaian 10 prilaku yang baik pada lansia, baik


perorangan maupun kelompok lansia adalah dengan cara
sebagai berikut:
a) Mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa.
b) Mau menerima keadaan, sabar dan optimis, serta
meningkatkan rasa percaya diri dengan melakukan kegiatan
sesuai kemampuan.
c) Menjalin hubungan teratur dengan keluarga dan sesama.
d) Olahraga ringan setiap hari.
e) Makan sedikit tetapi sering, memilih makanan yang sesuai,
dan banyak minum (sebaiknya air putih).
f) Berhenti merokok dan meminum minuman keras.
g) Meminum obat sesuai anjuran dokter.
h) Kembangkan hobi atau minat sesuai kemampuan.
i) Tetap memeliharan dan bergairah dalam kehidupan seks.
j) Memeriksa kesehatan dan gigi secara teratur.

Menyampaikan pesan B-A-H-A-G-I-A.


a) B-Berat badan berlebihan harus dihindari.
b) A-Atur makanan yang seimbang.
c) H-Hindari factor resiko penyakit jantung iskemik dan
situasi menegangkan.
d) A-Agar terus merasa berguna dengan mengembangkan
kegiatan atau hobi yang bermanfaat.
e) G-Gerak badan teratur dan sesuai kemampuan.
f) I-Ikuti nasihat dokter.

19
g) A-Awasi kesehatan dengan pemeriksaan secara berkala.
2) Preventif
a) Mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier.
b) Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada
lansia sehat, terdapat factor resiko, tidak ada penyakit dan
promosi kesehatan.

Jenis pelayanan pencegahan primer adalah sebagai


berikut.
 Program imunisasi, misalnya vaksin influenza.
 Konseling : berhenti merokok dan minum beralkohol.
 Dukungan nutrisi.
 Exircise.
 Keamanan didalam dan disekitar rumah.
 Manajemen stress.
 Penggunaan medikasi yang tepat.
c) Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan
terhadap penderita tanpa gejala, dari awal penyakit hingga
terjadi gejala penyakit belum tampak secara klinis, dan
mengidap factor resiko.
Jenis pelayanan pencegahan sekunder antara lain adalah
sebagai berikut.
 Control hipertensi.
 Deteksi dan pengobatan kanker.
 Screening : pemeriksaan rectal, mammogram,
papsmear, gigi mulut dan lain-lain.
d) Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sesudah terdapat
gejala penyakit dan cacat; mencegah cacat bertambah dan
ketergantungan; serta perawatan bertahap, tahap (1)
perawatan di rumah sakit, (2) rehabilitasi pasien rawat
jalan, dan (3) perawatan jangka panjang.

Jenis pelayanan pencegahan tersier adalah sebagai berikut.


 Mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilitasi
rehabilitasi dan membatasi ketidakmampuan akibat
kondisi kronis. Misalnya osteoporosis atau
inkontinensia urine/fekal.

20
 Mendukung usaha untuk mempertahankan kemampuan
berfungsi.

D. Sosial Worker
Tidak bisa dipungkiri bahwa masih banyak orang yang memandang rendah
pekerja sosial. Padahal di negara-negara maju, pekerja sosial telah dianggap
sebagai sebuah profesi yang serius. Menjadi seorang pekerja sosial tidak
semata-mata tanpa mempunyai modal ketrampilan. Pekerja sosial sebagai
pekerja profesional harus membekali diri mereka dengan ketrampilan dan
keahlian khusus. bahkan telah ada lembaga atau sekolah yang khusus didirikan
untuk memberikan pelajaan tentang ketrampilan dan keahlian bagi para pekeja
sosial
1. Definisi Sosial Wolker
Berikut ini adalah pengertian dan definisi pekerja sosial menurut para
ahli:
 Yayasan obor indonesia
Pekerja sosial adalah seseorang yang mempunyai kompetensi
profesional dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan
formal atau pengalaman praktik di bidang pekerjaan
sosial/kesejahteraan sosial yang diakui secara resmi oleh pemerintah
dan melaksanakan tugas profesional pekerjaan sosial.
 Endang moertopo
Pekerja sosial adalah seseorang yang memiliki dasar pengetahuan,
ketrampilan dan nilai-nilai pekerjaan sosial yang bertujuan untuk
memberikan pelayanan kesejahteraan sosial
 Kementrian sosial republik indonesia
Pekerja sosial adalah orang yang memiliki profesi pertolongan
 Tara kuther, ph.d
Pekerja sosial adalah seorang profesional, yang paling sering bekerja
dengan orang dan membantu mereka mengelola kehidupan sehari-
hari mereka, memahami dan beradaptasi dengan penyakit, cacat,
kematian, dan memberikan pelayanan sosial, seperti perawatan
kesehatan, bantuan pemerintah, dan bantuan hukum.
 Jack claridge
Pekerja sosial adalah sorang individu yang bertujuan untuk
membantu orang-orang dalam masyarakat yang tidak mampu atau
kesulitan dalam menangani masalah kehidupan yang mereka hadapi.

21
Pekerja sosial dapat melakukan tugas mereka di sekolah, rumah sakit,
organisasi, dan sektor publik lainnya.
 Princeton
Pekerja sosial ialah seseorang yang menghabiskan hari-hari mereka
membantu orang yang emmpunyai masalah dengan kesehatan,
psikologis, sosial, atau bahkan masalah keuangan
 Pincus dan Anne Minahan
Pekerjaan Sosial adalah suatu bidang keahlian yang mempunyai
tanggung jawab untuk memperbaiki dan atau mengembangkan
interaksi antara orang/sekelompok orang dengan lingkungan sosial
mereka sehingga memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas-
tugas kehidupan, mengatasi kesulitan dan mewujudkan aspirasi serta
nilai-nilai mereka.
 C Walter A. Fried Kandar
a) Pekerjaan sosial adalah profesi pertolongan kamanusiaan yang
tujuan utamanya adalah membantu keberfungsian sosial individu,
keluarga dan masyarakat dalam melaksanakan peran-peran
sosialnya (Siporin, 1975; Morales dan Sheafor, 1989; Suharto,
1997). Para pekerja sosial, memiliki seperangkat pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai pertolongan yang diperoleh melalui
pendidikan (perguruan tinggi).

b) Pekerja Sosial Profesional


Adalah mereka-mereka yang melakukan peran sebagai pekerja
sosial dalam berbagai segmennya, baik di masyarakat (pekerja
sosial masyarakat), di ranah industri (pekerja sosial industri),
maupun di ranah kesehatan (pekerja sosial medis) secara
profesional, didasarkan pada latar belakang keilmuan yang
diperoleh melalui jalur pendidikan tinggi bidang pekerjaan sosial.
Atas hal ini, maka seluruh aktivitasnya mulai dari perencanaan,
pentahapan, metode, teknik, pendekatan, dan yang lainnya yang
digunakan didasarkan pada kaidah-kaidah ilmiah yang, tentu saja,
bisa dipertanggungjawabkan.
 Walter A. Friedlander
Pekerjaan sosial medis adalah “pelayanan yang bercirikan pada
bantuan sosial dan emosional yang mempengaruhi pasien dalam

22
hubungannya dengan penyakit dan penyembuhannya.“ “Medical
social work : the social work practice that occurs in hospital and
others health care setting to facilitate good health, prevent illness,
and aid physically patients and their families to resolve the social
and psychological problems related to the illness. “
 Rex A. Skidmore dan Trackery (1994 : 146) :
“Pekerjaan sosial dalam pemeliharaan kesehatan sebagai praktik
kerjasama pekerja sosial dalam bidang kesehatan dan dalam program-
program pelayanan kesehatan masyarakat. Praktik pekerjaan sosial
dalam bidang pelayanan kesehatan mengarah pada penyakit yang
disebabkan atau berhubungan dengan tekanan-tekanan sosial yang
mengakibatkan kegagalan-kegagalan dalam pelaksanaan fungsi
relasi-relasi sosial.“
Istilah pekerjaan sosial medis pada perkembangan lebih lanjut diganti
dengan istilah pekerjaan sosial dalam pemeliharaan kesehatan (Social
Work in Health Care).

Istilah pekerjaan sosial dalam pemeliharaan kesehatan dianggap lebih


fleksibel dan lebih luas dibanding dengan istilah Pekerjaan sosial medis
yang hanya berkonotasi penyembuhan (Medicine).Pekerjaan sosial dalam
pemeliharaan kesehatan meliputi : pekerjaan sosial di rumah sakit (Social
Work in Hospital), Pekerjaan sosial dalam keluarga (Social Work in
Family) dan pekerjaan sosial dalam kesehatan masyarakat (Social Work
in Public Health).

2. Ruang Lingkup Pekerjaan Sosial Medis


a. Status kesehatan seseorang, menurut blum (1981) ditentukan oleh
empat faktor yakni :
1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan) kimia
(organik / anorganik, logam berat, debu), biologik (virus,
bakteri, microorganisme) dan sosial budaya (ekonomi,
pendidikan, pekerjaan).
2. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.
3. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan,
pencegahan kecacatan, rehabilitasi,
4. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.

23
Demikian pula status kesehatan pekerja sangat
mempengaruhi produktivitas kerjanya. Pekerja yang sehat
memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila
dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya”.
Menurut Suma’mur (1976) Kesehatan kerja merupakan
spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang
bertujuan agar pekerja/ masyarakat pekerja memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial
dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/ gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan
kerja serta terhadap penyakit umum. Konsep kesehatan kerja dewasa
ini semakin banyak berubah, bukan sekedar “kesehatan pada sektor
industri” saja melainkan juga mengarah kepada upaya kesehatan
untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya.

b. Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut (Rachman,


1990) :
1) Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat
kerja yang di dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai
tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang dikerjakan.
2) Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :
a) Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
b) Peralatan dan bahan yang dipergunakan
c) Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun
sosial.
d) Proses produksi
e) Karakteristik dan sifat pekerjaan
f) Teknologi dan metodologi kerja
3) Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak
perencanaan hingga perolehan hasil dari kegiatan industri
barang maupun jasa.
4) Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan
ikut bertanggung jaab atas keberhasilan usaha hyperkes

Asumsi – Asumsi Pekerjaan Sosial


a. Brach & Spech.

24
1. Status kesehatan masyarakat, pola-pola penyakit dan reaksi
orang terhadap penyakit, sangat dipengaruhi oleh faktor-
faktor sosial, budaya dan ekonomi masyarakat setempat.
2. Sakit dan penyakit sangat berkaitan erat dengan perilaku
manusia.
3. Akses orang terhadap sumber pelayanan kesehatan
merupakan masalah yang endemik.
4. Penanganan medis yang dilakukan oleh dokter saja sering
tidak komprehensif dan tuntas.
5. Penanganan medis yang dilakukan secara inter disipliner,
seringkali menunjukkan hasil yang lebih efektif.
b. Isu Umum Yang terjadi Dalam Sistem Pelayanan Kesehatan
menurut Brach and Spech
1. Permasalahan efisiensi manajemen program pelayanan
kesehatan.
2. Pemberian pelayanan kesehatan tidak komprehensif dan
kurang terkoordinasi dengan baik.
3. Distribusi ahli kesehatan dan tenaga pemberi pelayanan
kesehatan lain yang tidak seimbang antara desa dan kota.
4. Proses perencanaan pelayanan kesehatan kurang dilakukan
dalam koordinasi yang lebih baik dengan pelayanan-
pelayanan sosial dalam tingkat komunitas.
5. Keterlibatan konsumen dalam pemberian pelayanan belum
dapat dicapai.

Isu umum yang terjadi di Indonesia


1. Peningkatan tuntutan kebutuhan akan pelayanan kesehatan
jauh melebihi kemampuan sistem pelayanan kesehatan
2. Ketidaktahuan masyarakat tentang cara pemeliharaan
kesehatan
3. Ketidaktahuan tentang sumber pelayanan
4. Ketidakmampuan masyarakat dalam menjangkau sumber
pelayanan dan pemenuhan fisik/kesehatan (biaya perawatan)
5. Masalah relasi interpersonal pasien, pemberi pelayanan
kesehatan dan keluarga
6. Responsivitas masih rendah thdp kebutuhan
pasien/masyarakat termasuk berbagai perubahan pola penyakit.
7. Gaya hidup yang membahayakan masyarakat

25
8. Kecemasan yang dialami pasien dan keluarga dalam proses
penyembuhan
9. Sistem nilai masyarakat yg kurang mendukung kesehatan
10. Kepedulian dan tingkat partisipasi masyarakat yang kurang

-
- Karakteristik Pekerjaan Sosial
Karakteristik yang membedakan profesi pekerjaan sosial deng
aprofesi lain adalah sebagai berikut :
1. Fokus pekerjaan sosial adalah orang secara keseluruhan dan
secara totalitas, yaitu mencakup faktor orang, tingkah laku,
dan lingkungannya.
2. Pekerjaaan sosial menekankan kepada pentingnya keluarga
didalam membentuk dan mempengaruhi tingkah laku anggota
keluarga.
3. Pemanfaatan sumber – sumber masyarakat untuk membantu
orang memecahkan masalahnya.
4. Penggunaan proses supervisi dapat memberikan petunjuk dan
bimbingan bagi pekerja sosial yang belum berpengalaman
agar nanti tumbuh dan berkembang menjadi pekerja sosial
yang berpengalaman.
5. Pekerjaan sosial mempunyai program pendidikan yang unik
karena memadukan antara pengetahuan, nilai dan ketrampilan
yang diperoleh didalam kelas dengan pengalaman praktek di
lapangan/masyarakat.
6. Pekerjaan sosial tradisional menekankan pada tiga proses
dasar yaitu case work, group work, community organisation.
7. Pekerjaan sosial mempunyai badan profesi seperti NASW.
CSWE, IPPSI
8. Relationship merupakan kunci didalam proses pekerjaan
sosial.
9. Pekerjaan sosial berorientasi kepada konsep – konsep
psikiatri dan lebih menekankan kepada pemahaman tentang
orang.
10. Istilah di dalam pekerjaan sosial adalah social fungtioning,
social interaction, dan malfungtioning.

26
11. Pekerjaan sosial mengakui bahwa permasalahan sosial dan
tingkah laku manusia berada di dalam institusi – institusi
sosial menusia.
12. Banyak pekerja sosial yang bekerja pada badan – badan
sosial, baik badan milik pemerintah, swasta atau privat.
13. Tujuan paling dasar dari pekerja sosial adalah membantu
klien atau masyarakat agar mereka membantu diri mereka
sendiri.
14. Sejak pekerja sosial dipekerjakan didalam badan – badan
sosial dan mendapat upah, maka bayaran dari klien
dipergunakan untuk kesejahteraan badan sosial, bukan untuk
meningkatkan penghasilan pekerja sosial.
15. Seorang pekerja sosial agar lebih efektif dalam melaksanakan
tugasnya, maka dapat menggunakan dan mengembangkan
pendekatan team, sehingga mampu mengkoordinasi kegiatan
pelayanan yang diberikan.

- Tujuan Pekerjaan Sosial


1. Tujuan pekerjaan sosial menurut Allen Pincus & Anne
Minahan sebagai berikut :
a. Enhance the problem solving and coping capacities of
people
Meningkatkan kemampuan orang untuk
melaksanakan tugas kehidupan dan kemampuandalam
memecahkan masalah
b. Link people with systems that provide them with
resources, service and opportunities
Mengkaitkan orang dengan sistem yang dapat
menyediakan sumber, pelayanan dan kesempatan
yang dibutuhkannya
c. Promote the effective and human operation of these
systems
Meningkatkan kemampuan pelaksanaan sistem secara
efektif dan berperikemanusiaan
d. Contribute to the development and improvement of
social policy Memberi sumbangan bagi perubahan,

27
perbaikan dan perkembangan kebijakan serta
perundang-undangan sosial
2. Tujuan pekerjaan sosial menurut Dean H. Hepworth & Jo
Ann Larsen sebagai berikut :
“ The purpose of social work is to promote or
restore a mutually benefir interaction betwen individuals
and society in order to improven the quality of life for
everyone. “ Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa
kegiatan untuk meningkatkan atau memulihkan interaksi
secara timbal balik antara individu dengan masyarakat
merupakan tujuan yang hendak dicapai, agar tercipta
kehidupan yangn berkualaitas tinggai. Pekerja sosial
didalam mencapai tujuan diatas harus mempunyai
keyakinan bahwa:
a) Lingkungan ( lingkungan fisik, sosial dan organisasi)
hendaknya :
- Memberikan kesempatan dan sumber –
sumber agar setiap individu dapat
merealisasikan segenap potensi dan
aspirasinya secara maksimal.
- Memberikan kesempatan dan sumber –
sumber guna memenuhi kebutuhan semua
manusia dan untuk mengurangi tekanan dan
penderitaan yang dialami.
b) Individu – individu hendaknya memberikan
kontribusi atau sumbangan yang efektif, sehingga
dapat memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan
kepada orang lain di lingkungan terdekat sampai pada
masyarakat luas.
c) Transaksi individu dengan individu lain didalam
masyarakat hendaknya dapat meningkatkan
pengakuan bahwa setiap manusia mempunyai harkat
dan martabat, individu yang unik, menentukan diri
sendiri. Mereka lebih lanjut memperinci tujuan
pekerjaan sosial sebagai berikut:

28
- Membantu orang memperluas
kompetensinya dan meningkatkan kemampuan
mereka menghadapi serta memecahkan
masalah.
- Membantu orang memperoleh sumber – sumber
Banyak orang yang memiliki sedikit pengetahuan
tentang sistem sumber yang ada di masyarakat. Oleh
karena itu pekerja sosial berperan sebagai broker
(perantara) mengkaitkan orang dengan sistem sumber
yang ada seperti pelayanan kesejahteraan anak,
kesehatan, kesehatan mental dan sebagainya.
- Membuat organisasi – organisasi yang
responsif dalam memberikan pelayanan kepada
orang.
- Memberikan fasilitas interaksi antar
individu dengan individu lain didalam
lingkungan mereka. Kualitas hidup seseorang
ditentukan oleh kualitas interaksinya dengan
orang lain dilingkungan sosialnya.
- Mempengaruhi interaksi antara organisasi –
organisasi dengan institusi – institusi
- Mempengaruhi kebijakan sosial maupun
kebijakan lingkungan
-

Fungsi Pekerjaan Sosial


1. Membantu orang untuk meningkatkan dan menggunakan
secara lebih efektif kemampuan mereka untuk melaksanakan
tugas kehidupan dan memecahkan masalah mereka.
Tugas yang dapat dilaksanakan pekerja sosial :
a. Mengidentifikasi dan mengadakan kontak dengan orang
lain yang membutuhkan pertolongan dalam melaksanakan
tugas kehidupan.
b. Memberikan pemahaman, dorongan dan dukungan kepada
orang yang mengalami krisis.

29
c. Memberikan kesempatan kepada orang untuk mengutarakan
kesulitan yang dialaminya.
d. Membantu orang untuk menguji berbagai alternative
pemecahan masalah dan memberikan informasi untuk
membantu mengambil keputusan.
e. Mengkonfrontasikan orang dengan realitas situasi yang
mereka hadapi dengan jalan memberikan keterangan yang
dapat mengganggu keseimbangan pribadi orang untuk
selanjutnya diberikan motifasi guna terjadinya perubahan.
f. Mengajarkan keterampilan untuk membantu individu
merealisasikan aspirasi mereka dan melaksanakan tugas
kehidupannya.

2. Menciptakan jalur hubungan pendahuluan diantara orang


dengan sistem untuk memperoleh sumber.
Tugas2 yang dapat dilaksanakan pekerja sosial :
a. Membantu mengidentifikasi orang yang membutuhkan
sistim sumber atau orang yang tidak berhak mendapatkan
keuntungan / tidak mampu memanfaatkannya, tetapi
tidak menyadari bahwa mereka memenuhi persyaratan
untuk menerima pelayanan sistem sumber.
b. Memberikan informasi tentang adanya sumber yang
dapat dimanfaatkan, hak mereka untuk
memanfaatkannya, dan menjelaskan prosedur yang perlu
dilakukan untuk memanfaatkan sumber tersebut.
c. Membantu orang mengatasi masalah praktis dalam
memanfaatkan sumber tertentu.
d. Membuat referral dalam membantu orang untuk
mengatasi kesulitan dalam memanfaatkan sumber
maupun negosiasi terhadap suatu sistem.
e. Memberikan informasi dan bertindak sebagai advokat
dapat memberikan stimulasi kepada sistim sumber
kemasyarakatan untuk menguji kebijakan pelayanan
yang diberikan kepada kelompok.
f. Membantu orang untuk bertindak sebagai sumber bagi
orang lain melalui pembentukan sistim baru.

30
3. Mempermudah interaksi, merubah dan menciptakan
hubungan baru di antara orang dengan sistem kemasyarakatan.
Tugas yang bisa dilakukan pekerja sosial :
a. Memberikan informasi kepada sistim sumber
kemasyarakatan untuk menjelaskan masalah yang terjadi
sebagai akibat sistem sumber tersebut.
b. Bertindak sebagai seorang konsultan terhadap suatu
sumber kemasyarakatan dan memberikan rekomendasi
mengenai berbagai cara pemberian pelayanan.
c. Mengkonsultasikan sistem informal untuk membantu
mereka memperoleh pelayanan.
d. Mengkaitkan orang ke dalam salah satu sistem sumber
kemasyarakatan dengan sistem sumber kemasyarakatan
yang lain.
e. Mengorganisasi penerima pelayanan untuk menjadi
anggota organisasi yang baru
f. Menjadi penengah dalam memecahkan masalah yang
terjadi di antara sistem sumber informal, anggota
organisasi, maupun sistem sumber kemasyarakatan.
4. Mempermudah interaksi, merubah dan menciptakan
hubungan baru di antara orang dengan lingkungan sistim
sumber. Tugas yang dapat dilakukan pekerja sosial :
a. Menyalurkan informasi.
b. Menjadi penengah yang netral
c. Membantu mengorganisasi bagian dari suatu sistem
d. Bertindak sebagai konsultan dari anggota suatu sistem.
e. Mengajarkan keterampilan kepada anggota suatu sistem
untuk memungkinkan mereka melaksanakan suatu
peranan.
f. Memasukkan anggota baru ke dalam suatu sistem.
g. Melibatkan anggota suatu system untuk mengadakan
pengungkapan dan pemahaman masalah.
5. Memberikan sumbangan bagi perubahan, perbaikan, dan
perkembangan kebijakan perundang-undangan sosial.
Tugas yang dapat dilakukan pekerja sosial :
a. Mengumpulkan dan menganalisa informasi mengenai
masalah dan kondisi yang dapat menunjukkan perlu

31
diadakannya perubahan dalam kebijakan dan perundang-
undangan sosial.
b. Mendorong badan sosial tempat ia bekerja, atau sistem
sumber kemasyarakatan lainnya serta organisasi formal
agar menentukan sikap terhadap berbagai persoalan dalam
masyarakat.
c. Membuat sistem baru untuk melaksanakan perubahan
pada kebijakan sosial.
d. Mendorong yang lainnya untuk menjadi advokat yang
secara langsung berhubungan dengan pembuat kebijakan
untuk mengadakan perubahan.
e. Menyusun pelayanan, program, konsep peraturan dan
proposal guna mengubah kebijakan dan menciptakan
pelayanan yang dibutuhkan..
6. Meratakan sumber dalam arti sumber material dibagikan
secara adil
Tugas yang bisa dilakukan pekerja sosial :
a. Menentukan kebutuhan dan ketepatan sumber serta
menentukan orang yang memenuhi persyaratan untuk
menggunakan sumber tersebut.
b. Membentuk suatu sumber informal yang baruuntuk orang
tertentu.
c. Menentukan tempat adanya sumber atau persyaratan
untuk memanfaatkan sumber.
d. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada
orang yang akan bertindak sebagai sumber.
e. Mempersiapkan orang untuk menggunakan sumber dan
menggunakan sumber secara efektif.
f. Memonitor dan mensupervisi penggunaan sumber.
7. Bertindak sebagai pelaksana kontrol
Tugas yang dapat dilakukan pekerja sosial :
a. Mengadakan supervise kepada orang yang
tingkahlakunya menyimpang.
b. Menyelidiki laporan tentang adanya praktek penelantaran
atau penyiksaan terhadap orang yang seharusnya
memperoleh perlindungan.

32
c. Memberikan lisensi terhadap sumber yang memberikan
fasilitas untuk menjamin pelayanan yang memadai pada
orang yang membutuhkan.
 Fungsi Pokok Pekerjaan Sosial :
1. Restoratif / pengembalian atau pemulihan kepada
keadaan semula.
a. Kuratif / menolong, menyembuhkan.
Kegiatan kuratif mencakup : identifikasi,
pengontrolan, penghapusan atau penyembuhan
terhadap ketidakmampuan berelasi sosial
b. Rehabilitatif / Pemulihan kepada keadaan yang
semula.
Kegiatan rehabilitasi mencakup upaya untuk
merekonstruksi dan mereorganisasi pola interaksi
yang telah rusak dan pecah atau membangun kembali
pola interaksi yang baru. Memulihkan kapasitas agar
kembali dalam keadaan sehat dan dapat dimanfaatkan
atau dipulihkan kepada suatu kondisi yang
memuaskan. Digunakan dalam konteks membantu
orang yang telah terganggu kapasitasnya atau tidak
berfungsi, digunakan di RS, panti, klinik, sekolah, LP,
dsb. Membangun kembali pola interaksi yang baru.
2. Preventif / Pencegahan : Untuk menemukan secara
awal, mengontrol dan menghapuskan kondisi - kondisi
yang menyebabkan orang tidak berfungsi sosial.
3. Pengembangan :
a. Membantu orang meningkatkan kemampuan untuk
berfungsi sosial
b. Mengkaitkan orang dengan sistem sumber.
c. Memberikan fasilitas interaksi dengan sisitim
sumber.
d. Mempengaruhi kebijakan sosial.
e. Menyalurkan sumber – sumber material.
f. Memberikan pelayanan sebagai pelaksana control
sosial.

Peranan Pekerja Sosial


a. Menurut Heru Sukoco ( 1995:22-27 )

33
1. Sebagai pemercepat perubahan (enabler)
Sebagai enabler, seorang pekerja sosial
membantu individu-individu, kelompok-kelompok dan
masyarakat dalam mengakses Sistem sumber yang ada,
mengidentifikasi masalah dan mengembangkan
kapasitasnya agar dapat mengatasi masalah untuk
pemenuhan kebutuhannya.
2. Peran sebagai perantara (broker)
Peran sebagai perantara yaitu menghubungkan individu-
individu, kelompok-kelompok dan masyarakat dengan
lembaga pemberi pelayanan masyarakat dalam hal ini;
Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat, serta
Pemerintah, agar dapat memberikan pelayanan
kepada individu-individu, kelompok-kelompok dan
masyarakat yang membutuhkan bantuan atau layanan
masyarakat.
3. Pendidik (educator)
Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, community
worker diharapkan mempunyai kemampuan
menyampaikan informasi dengan baik dan benar serta
mudah diterima oleh individu-individu, kelompok-
kelompok dan masyarakat yang menjadi sasaran
perubahan.
4. Tenaga ahli (expert)
Dalam kaitannya sebagai tenaga ahli, pekerja sosial
dapat memberikan masukan, saran, dan dukungan
informasi dalam berbagai area (individu-individu,
kelompok-kelompok dan masyarakat).
5. Perencana sosial (social planner)
Seorang perencana sosial mengumpulkan data mengenai
masalah sosial yang dihadapi individu-individu,
kelompok-kelompok dan masyarakat, menganalisa dan
menyajikan alternative tindakan yang rasional dalam
mengakses Sistem sumber yang ada untuk mengatasi

34
masalah pemenuhan kebutuhan individu-individu,
kelompok-kelompok dan masyarakat.
6. Fasilitator
Pekerja sosial sebagai fasilitator, dalam peran ini
berkaitan dengan menstimulasi atau mendukung
pengembangan masyarakat. Peran ini dilakukan untuk
mempermudah proses perubahan individu-individu,
kelompok-kelompok dan masyarakat, menjadi katalis
untuk bertindak dan menolong sepanjang proses
pengembangan dengan menyediakan waktu, pemikiran
dan sarana-sarana yang dibutuhkan dalam proses tersebut
b. Menurut Jim Ife,2002, peran pekerja sosial antara lain:
1. Peranan Fasilitatif
Peranan praktek yang dikelompokan ke dalam peranan
fasilitatif merupakan peranan yang dicurahkan untuk
membangkitkan semangat atau memberi dorongan
kepada individu-individu, kelompok-kelompok dan
masyarakat untuk menggunakan potensi dan sumber yang
dimiliki untuk meningkatkan produktivitas dan pengelolaan
usaha secara efisien. Melakukan mediasi dan negosiasi,
yaitu pekerja sosial memerankan diri sebagai mediator
dalam pemanfaatan lahan dengan pihak lain untuk
memperluas aktivitas kerjasama dengan menguntungkan
pihak-pihak yang terlibat. Memberikan support/dukungan,
yaitu memberikan dukungan untuk memperkuat, mengakui
dan menghargai nilai yang dimiliki oleh individu-individu,
kelompok-kelompok dan masyarakat, menghargai
kontribusi dan kerja mereka. Dukungan ini dapat bersifat
formal dan informal. Membangun consensus dengan sesama
pihak untuk melakukan kerjasama dalam rangka
pengembangan potensi individu-individu, kelompok-
kelompok dan masyarakat. Memfasilitasi individu-individu,

35
kelompok-kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan
produktivitas dan pemasaran hasil produksi.
2. Peranan Educational
Pekerja sosial memainkan peranan dalam penentuan
agenda, sehingga tidak hanya membantu pelaksanaan proses
peningkatan peningkatan produktivitas akan tetapi lebih
berperan aktif dalam memberikan masukan dalam rangka
peningkatan pengetahuan, keterampilan serta pengalaman
bagi individu-individu, kelompok-kelompok dan
masyarakat. Peran pendidikan ini dapat dilakukan dengan
peningkatan kesadaran, memberikan informasi,
mengkonfrontasikan, melakukan pelatihan bagi individu-
individu, kelompok-kelompok dan masyarakat.
d. Peranan-peranan Representasional
Pekerja sosial melakukan interaksi dengan badan-badan di
masyarakat yang bertujuan bagi kepentingan individu-
individu, kelompok-kelompok dan masyarakat. Peranan ini
dilakukan, antara lain dengan : mendapatkan sumber-
sumber dari luar tetapi dengan berbagai pertimbangan yang
matang, seperti bantuan modal usaha, pelatihan
pengembangan potensi dan produktivitas dari berbagai
donator. Melakukan advokasi untuk membela kepentingan-
kepentingan individu-individu, kelompok-kelompok dan
masyarakat seperti mendukung upaya implementasi
program dan berupaya merealisasikan program tersebut.
Memanfaatkan Media Masa untuk memperkenalkan hasil
produksi. Selain itu juga bertujuan menerima dukungan dari
pihak lain yang lebih luas; membuka jaringan kerja, dengan
mengembangkan relasi dengan berbagai pihak, kelompok
dan berupaya mendorong mereka untuk turut serta dalam
upaya pengembangan potensi, seperti pemerintah,
pengusaha, dan masyarakat’ selain itu pula, pekerja sosial
berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan stakeholder.

36
e. Peranan Teknis
Di sini pekerja sosial melakukan pengumpulan dan analisis
data, kemampuan menggunakan komputer, kemampuan
melakukan presentasi secara verbal maupun tertulis,
manajemen serta melakukan pengendalian finansial, dan
melakukan need assessment terhadap pengembangan
potensi individu-individu, kelompok-kelompok dan
masyarakat. Peran-peran ini dapat dilakukan pekerja sosial
bersama individu-individu, kelompok-kelompok dan
masyarakat melakukan mendapatkan informasi dan data
yang dapat digunakan baik untuk mengundang perhatian
dari stakeholders untuk mengembangkan potensi tetapi juga
membantu mempromosikanDengan demikian, pekerjaan
sosial memiliki peran yang sangat penting dalam
pengembangan potensi individu-individu, kelompok-
kelompok dan masyarakat.
c. Menurut Dorang Luhpuri dkk (2000) adalah
1. Fasilitato
Merupakan peranan yang bertujuan untuk mempermudah
upaya pencapaian tujuan sehat dengan cara menyediakan
atau memberikan kesempatan dan fasilitas yang diperlukan
klien untuk mengatasi masalahnya, memenuhi
kebutuhannya, dan mengembangkan potensi yang
dimilikinya dengan cara:
1). mendampingi klien dalam setiap tindakan
2) memberikan dukungan emosional yang diperlukan
klien agar klien merasa diperhatikan dan terpenuhi
kebutuhan emosionalnya
3) berupaya membantu klien mengatasi masalah yang
dihadapinya

2. Mediator
Memberikan layanan mediasi jika klien mengalami
konflik dengan pihak lain atau orang lain agar dicapai

37
kesesuaian antara tujuan dan kesejahteraan diantara
kedua belah pihak.

E. Dukungan keluarga
1. Pengertian keluarga
Badan sensus Amerika mendefinisikan keluarga secara tradisional yaitu
keluarga terdiri dari orang-orang yang tergabung karena hubungan
pernikahan, hubungan darah, atau adopsi dan tinggal bersama dalam satu
rumah (Friedman, 2003). Menurut Dep Kes R.I (1998, dalam Achjar, 2010)
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Keluarga sebagai suatu kelompok individu didalam keluarga dapat


menimbulkan, mencegah, mengabaikan, atau memperbaiki masalah
kesehatan dalam kelompoknya sendiri. Duvall dan Logan (1986)
mengatakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan
oleh ikatan perkawinan, adaptasi, dan kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, dan emosional serta sosial individu yang ada
didalamnya. Sedangkan Bailon dan Maglaya (1978) mengatakan keluarga
adalah dua atau lebih individu yang bergabung karna hubungan darah,
perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu
dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu
budaya (Ali, 2010).
2. Komponen-komponen dukungan keluarga
Dukungan dapat berarti bantuan atau sokongan yang diterima
seseorang dari orang lain. Dukungan biasanya diterima dari lingkungan
sosial yaitu orang-orang yang dekat, termasuk didalamnya adalah anggota
keluarga, orang tua dan teman (Marliyah, 2004).
Dukungan keluarga merupakan suatu bentuk hubungan
interpersonal yang melindungi seseorang dari efek stress yang buruk.
Menurut Friedman (1998, dalam Wijayanto, 2008), ikatan keluarga adalah
orang yang paling dekat hubungannya dengan lansia. Dukungan keluarga
memainkan peran penting dalam mengintensifkan perasaan sejahtera.

38
Orang-orang yang hidup dalam lingkungan yang bersikap supportif,
kondisinya jauh lebih baik dari pada mereka yang tidak memiliki keluarga.
Sarafino (1994, dalam Marliyah, 2004) menjelaskan bahwa
keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan, yaitu:
1) Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai pemberi informasi tentang suatu
pengetahuan terhadap anggota keluarga. Manfaat dari dukungan ini
adalah dapat menahan munculnya suatu stressor karena informasi
yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada
individu. Aspek-aspek dukungan ini berupa nasehat, usualan saran,
perunjuk dan informasi.
2) Dukungan penilaian
Dapat berwujud pemberian penghargaan atau pemberian penilaian
yang mendukung perilaku atau gagasan individu dalam bekerja
maupun peran sosial yang meliputi pemberian umpan balik, informasi,
atau penguatan.
3) Dukungan instrumental
Merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya dapat
berwujud barang, pelayanan dukungan, keuangan, dan menyediakan
peralatan yang yang dibutuhkan. Memberi bantuan dan melaksanakan
aktivitas, memberi peluang waktu, serta modifikasi lingkungan.

4) Dukungan emosional
Merupakan dukungan yang diwujudkan dalam bentuk kelekatan,
kepedulian, dan ungkapan simpati sehingga timbul keyakinan bahwa
individu yang bersangkutan diperhatikan.

Peran anggota keluarga terhadap lansia


Menurut Eliopoulus (2005) berbagai bentuk peran keluarga
diantaranya menjaga dan membersihkan rumah, mengelola keuangan,
belanja, kesempatan untuk sosialisasi, menasihati, menemani ke pelayanan
kesehatan, memasak dan menyediakan makanan, mengingatkan untuk
berobat, menjaga janji, mengawasi, melakukan perawatan, pemantauan
dan administrasi obat-obatan.

39
Sama halnya dengan Maryam (2008) yang menyebutkan beberapa
hal yang dapat dilakukan keluarga dalam menjalankan perannya terhadap
lansia antara lain melakukan pembicaraan yang terarah, mempertahankan
kehangatan keluarga, membantu melakukan persiapan makanan bagi
lansia, membantu dalam hal transportasi, memberikan kasih sayang,
menghormati, mintalah nasihatnya untuk peristiwa-peristiwa penting,
mengajaknya dalam acara-acara keluarga, membantu mencukupi
kebutuhannya, memberi dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan-
kegiatan di luar rumah, memeriksakan kesehatan secara teratur.
Pada umumnya keluarga memiliki peran penting dalam
kehidupan lansia, keluarga memenuhi 60-80% kebutuhan lansia. Berikut
ini hal-hal yang mempengaruhi kemampuan keluarga memberi dukungan
pada lansia yaitu (Lueckenotte, 2000) :
1) Meningkatnya usia lansia “old-old” (>85 tahun).
2) Penurunan fertilitas, dimana penurunan kelahiran berarti anak yang
bisa merawat lansia lebih sedikit.
3) Meningkatnya pekerja wanita, dimana biasanya yang memberikan
perawatan primer adalah wanita.
4) Meningkatnya mobilitas keluarga, sehingga banyak anak yang
berjauhan dengan keluarga mengakibatkan kesulitan memberikan
perawatan.
5) Meningkatnya perceraian dan pernikahan kembali. Hal ini akan
menimbulkan konflik bagi anak untuk memberikan perawatan karena
berbedanya pandangan antara saudara kiri.
Menurut Carter dan McGoldrick (didalam Maryam, 2008) tugas
perkembangan keluarga dengan lansia adalah mepertahankan pengaturan
hidup yang memuaskan, penyesuaian terhadap pendapatan yang menurun,
mempertahankan hubungan perkawinan, penyesuaian diri terhadap
kehilangan pasangan, pemeliharaan ikatan keluarga antargenerasi,
meneruskan untuk memahami eksistensi usia lanjut

Fungsi keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga
atau sesuatu tentang apa yang dilakukan keluarga. Terdapat beberapa
fungsi keluarga menurut Friedman (2003) yaitu:

40
1) Fungsi afektif
Merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon
dari keluarga terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota
keluarga baik senamg maupun sedih, dengan melihat bagaimana
keluarga mengekspresikan kasih sayang.
2) Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi
pada anak, membentuk nilai dan norma. Bagaimana keluarga
produktif terhadap sosial.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Merupakan fungsi dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh
anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan
perkembangan fisisk, spiritual, mental dengan cara merawat dan
memelihara anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit setiap
anggota kelarga.
4) Fungsi ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, dan
papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana
keluarga.
5) Fungsi biologis
Bukan hanya ditujukan untuk meneruskan keturunan tapi untuk
memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi
selanjutnya.
6) Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, keterampilan, mendidik anak sesuai dengan tingkatan
perkembangannya.
7) Fungsi psikologis
Terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang dan rasa aman,
memberikan perhatian diantara anggota keluarga (Achjar, 2010).

2. Pendekatan yang bisa dilakukan keluarga pada lansia


Menurut Lueckenotte (2006), ada beberapa pendekatan yang bisa
dilakukan keluarga terhadap lansia yaitu:
1) Memahami persepsi dan perasaan lansia
2) Dekati lansia dengan baik, sehingga lansia tidak merasa
ketergantungan

41
3) Sarankan satu perubahan dalam satu waktu, karena umumnya
orang sulit untuk menerima perubahan
4) Pertimbangkan siapa yang cocok untuk berbicara pada lansia

42
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perlindungan kesehatan dan promosi kesehatan merupakan hal yang mendesak
dan juga merupakan kerangka kerja yang tepat untuk merawat lansia. Perawat
profesional untuk lansia mengenal bahwa pencegahan untuk orang yang
berusia 65 tahun yang dapat diharapkan hidup 20 tahun lagi merupakan
komponen penting dalam perawatan kesehatan.

B. Saran
Demikian makalah yang telah kami buat, kami menyadari masih terdapat
banyak kekurangan pada makalah yang kami susun. Atas kekurangan dan
kelebihan kami mohon maaf yang sebesar – besarnya.Kami juga memohon
untuk saran dan kritik untuk makalah kami apabila ada yang kurang berkenan

43
DAFTAR PUSTAKA

Mubarak,Wahit Iqbal. 2009. Pengantar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta:


Salemba Medika
Mickey Stanley, Patricia Gauntleff Seare.2006.Buku Ajar Keperawatan Gerontik
Edisi 2.Jakarta:ECG
Anderson, Elizabeth T.2006.Keperawata Komunitas Teori dan Praktik.Jakarta:
EGC

44

Anda mungkin juga menyukai