KELOMPOK 5
NAMA KELOMPOK 5 :
PEKANBARU
2019
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur tidak lupa kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang berkat
anugerahnya kami mampu menyelesaikan makalah roleplay pengkajian psikologis pada
pasien HIV AIDS. Shalawat serta Salam kita hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh cahaya seperti yang kita
rasakan saat ini.
Kami sangat bersyukur karena sudah menyelesaikan makalah role play ini tepat waktu
sebagai pemenuh tugas Keperawatan paliatif dan menjelang ajal. Selain itu kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu kami untuk
menyelesaikan makalah ini sampai selesai. Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Dan jangan lupa kritik serta sarannya untuk
makalah ini dalam rangka perbaikan untuk makalah-makalah yang akan datang.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II SKENARIO
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui pengkajian psikologis pada pasien terminal.
1.3 Manfaat
Setelah dilakukan role play pengkajian psikologis pada pasien terminal mahasiswa
mampu mengaplikasikan pengkajian psikologis pada pasien terminal di rumah sakit.
BAB II
SKENARIO
Nama Peran
Hari Guspian suami
Siti Mawaddati Mazirah Istri
Yola Aprida Pasien
Mayang Laorisda Teman Pasien
Denny Arisma Teman Pasien
Putri Ramadhina Perawat
Di suatu kota seorang perempuan bernama yola merasa galau karena baru putus
dengan pacarnya, yola tidak tau harus bercerita kepada siapa.
Di kampus
Mayang : “wei yo, kok lo sedih sih baru putus ya?”
Yola : “eh kok lo tau?”
Mayang : “yah nebak aja sih”
Karena mayang tau keadaan yola, yola berinisiatif untuk menceritakan masalahnya
kepada mayang
Yola : “eh,aku galau ni stres baru putus sama pacar aku
Mayang : “loh,kenapa?”
Yola : ”dia selingkuh dengan wanita lain, saat aku pergi ke mall aku melihat dia
berpelukan dengan wanita lain, terus aku datengin mereka aku marahin cowokku
dan wanitanya aku tampar”
Mayang : “wow, bagus dong ngapain lo pertahankan cowok kayak gitu masih banyak kok
cowok yang baik”
Yola : “itulahkan mau gimana lagi aku udah terlalu sayang sama dia, makanya aku stres
sekarang susah tidur gak mood makan lemes banget rasanya”
Mayang : (wah ada mangsabaru nih) “udahlah yo coba lo cari cara untuk menghilangkan
stres, ya kalau lo mau ikut cara aku ya gapapa tapi kita harus temui teman aku yang
lain”
Yola : “emang siapa temen lo?”
Mayang : “gak usah banyak tanya lo ikut aja”
Yola : “oke deh”
Mayang pun membuat janji dengan yola selesai ngampus bertemu denny
Sesampainya dirumah denny
Mayang : “woi den aku bawa temen baru ni”
Denny : “wah mantap kerja bagus”
Mayang : “ini ni kenalin namanya yola dia lagi stres ditinggal pacarnya jadi katanya diamau
ikut cara kita
Denny : “wah bagus dong”
Denny : “yola, cara kami tu simple kokini ada obat untuk ngilangin stres, ini udah biasa
aku konsumsi dan obat ini cuman ada sama aku aja, mau gak coba?”
Yola : “mau lah mahal gak?”
Denny : “karena kita baru kenal ya gratis aja dulu, kalau udah terasa manfaatnya baru lo
bisa beli ke gue lagi”
Yola : “kamu baik sekali, jarang-jarang aku temui orang yang baik”
Denny : (tersenyum licik)
Mayang : “yaudah deh kami pulang dulu ya den”
Setelah yola mengkonsumsi obat yang diberi denny yolapun ketagihan. Setelah obat
habis yola menemui mayang untuk menanyakan alamat denny, setelah beberapa lama
mengkinsumsi obat denny pun menganjurkan yola untuk mengkonsumsi obat jenis baru
dengan jarum suntik yang mereka gunakan bersama-sama.
Setelah beberapa lama Disalah satu rumah sakit di Kota Bandung, terdapat pasien
yang menderita penyakit HIV/AIDS. Pasien bernama Yola yang berusia 20 tahun pada
awalnya dibawa ke Rumah Sakit dengan keluhan BAB lebih dari 3x dalam sehari dan
tubuhnya mengeluarkan keringat yang berlebih. Pasien mendapatkan perawatan dan
meminum obat secara rutin. Akan tetapi, setelah mendapatkan perwatan yang intensif,
kondisi pasien bukannya membaik akan tetapi sebaliknya, kondisi pasien justru kian hari kian
memburuk. Pasien mengalami peningkatan suhu tubuh serta mengalami penurunan berat
badan yang sangat drastis. Dokter dan Perawat pun melakukan pemeriksaan kembali berupa
tes darah. Ternyata dari hasil pemeriksaan, pasien positif terkena HIV/AIDS. Perawat pun
memberitahukan hal tersebut kepada keluarga pasien. Keluarga pasien sangat terkejut
mendengar hal tersebut dan berniat untuk tidak memberitahukan hal tersebut kepada pasien.
Dhina : “assalamualikum, apakah benar ini dengan keluarga dari pasien yang bernama
yola?”
zirah : “wa’alaikum salam, iya saya ibunya dan ini ayahnya. Ada apa sus?”
Dhina : “begini bu pak, setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium ternyata anak ibu dan
bapak positif terkena HIV/AIDS” (sambil memperlihatkan hasil pemeriksaan)
Hari : “astagfirullah, itu bukannya penyakit yang berbahaya dan mematikan ya?”
(dengan raut wajah kaget)
Dhina : “Iya pak, HIV/AIDS termasuk salah satu pentakit yang sangat berbahaya.
HIV/AIDS adalah penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh, sehingga
pasien sangat rentang untuk terkena penyakit. Pada saat anak ibu dan bapak batuk-
batuk yang tak kunjung henti, itu merupakan salah satu tanda bahwa sistem
kekebalan tubuhnya sudah terserang oleh virus. HIV/AIDS juga termasuk salah
satu penyakit yang menular. Oleh sebab itu anak ibu dan bapak akan kami
pindahkan ke ruangan isolasi, guna mencegah terjadinya penularan pada pasien
lainnya”
Dhina : “untuk sembuh, kemungkinannya memang kecil, akan tetapi kita dapat menekan
pergerakan dari virus tersebut, agar virus tidak menimbulkan kerusakan yang
semakin parah”
Hari : “tapi.. apa penyebabnya apa sus? (dengan wajah yang cemas)
Dhina : “biasanya virus ini bisa ditularkan dari penggunaan jarum suntik, pergaulan
bebas, atau dari ibu yang terinfeksi HIV/AIDS yang kemudian menyusui anaknya.
Nah bagaimana dengan pola pergaulan dan lingkungan anak ibu sendiri?”
Zirah : “setau saya anak saya sering keluar malam, dan saya tidak dapat memantau anak
saya selama 24 jam. Dikarenakan saya sibuk bekerja sus”
Dhina : “ohh... kalau begitu sebaiknya kita fokus saja ke pengobatan yang akan ditempuh
anak ibu dan bapak”
Ibu pasien pun kembali menuju ke ruangan dimana anaknya dirawat, dan ia
memberitahukan hal tersebut kepada anaknya.
Hari : “assalamualaikum” (dengan raut wajah yang lemas dan mata yang sembab)
Zirah : “nak, ada yang ingin mamah sampaikan, kamu harus kuat ya nak...”
Zirah : “tadi setelah mama sama papa dipanggil sama perawat terkait dengan kondisi
kamu saat ini. (menghela nafas). Kamu harus rajin minum obat ya nak, biar kamu
cepet sembuh”
Setelah beberapa hari mendapatkan perawatan, kondisi pasien tak kunjung membaik.
Yola : “pah aku tuh kenapa sih? Kok semakin hari aku merasa kalau kondisi aku
semakin lemah, badan aku juga jadi kurus”
Hari : “kamu yang sabar nak, papa dan mama juga mengusahakan yang terbaik buat
kesembuhan kamu”
Dihari yang berbeda, perawat mengadakan doa bersama sebelum memulai aktivitas.
Perawat mendatangi pasiennya satu persatu untuk memimpin doa untuk kesembuhan pasien.
Salah satu perawat pun datang ke ruangan dimana Yola dirawat.
Dhina : “assalamualaikum”
Dhina : “ibu bapak sekarang akan diadakan pergantian shift, sekarang saya yang akan
merawat anak ibu, jika ada yang harus dibantu ibu bisa panggil saya”
Dhina : “sekarang kita berdoa terlebih dahulu ya, untuk kesembuhan pasien, mari kita
berdoa bersama-sama ya bu. Bismillahirohmanirrohim, Allahumma Rabbannaasi
Adzhibil Ba'sa Wasy Fihu. Wa Antas Syaafi, Laa Syifaa-A Illa Syifaauka, Syifaa-
An Laa Yughaadiru Saqomaa. Ya Allah, Rabb manusia, hilangkanlah kesusahan
dan berilah dia kesembuhan, Engkau Zat Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada
kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan
penyakit lain” (HR Bukhari dan Muslim)
Dhina : “assalamualaikum”
Yola : “untuk apa makan dan minum obat, penyakit saya juga kan ga sembuh-sembuh”
(menepis obat yang dipegang oleh perawat)
Dhina : “yola kamu ga boleh kaya gitu, kamu harus yakin kalau kamu akan sembuh.
Kamu harus percaya bahwa ada kekuatan yang lebih besar, yaitu Allah SWT. Allah
akan memberikan yang terbaik bagi umatnya yang berikhtiar dan sabar”
Yola : “engga, saya mending mati aja. Dari pada hidup, tapi saya hanya menyusahkan
dan mempermalukan keluarga saya”
Dhina : “di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin, kamu harus percaya akan hal itu.
Kamu juga harus ingat bahwa orang di sekitar kamu itu sayang samu kamu, dan
menginginkan kamu sembuh. Keluarga kamu sudah berusaha untuk kesembuhan
kamu, sekarang tinggal kamu yang harus berjuang untuk melawan penyakit kamu,
kamu harus sembuh setidaknya untuk orang-orang yang sayang sama kamu”
Yola : (terdiam)
Yola : “saya merasa malu dengan masa lalu saya sus, jikalau saya hidup pun, saya hanya
akan membawa rasa malu yang akan di tanggung oleh keluarga saya”
Dhina : “tidak ada orang tua yang akan membenci anaknya sendiri, jika kamu hidup itu
tidak akan membuat mereka malu, melainkan akan membawa kebahagiaan bagi
mereka”
Dhina : “nah sekarang kan sudah waktunya sholat Dzuhur, yola bisa sekalian berdoa
kepada Allah SWT agar diberikan kesembuhan. Apakah yola sudah solat?”
Dhina : “baiklah saya akan menuntun yola untuk melakukan sholat Dzuhur ya. Apakah
yola bersedia?”
Dhina : “baiklah, sekarang kita lakukan tayamum dulu ya. Caranya yola pukulkan kedua
telapak tangan ke tembok, lalu tiup, kemudian usapkan pada telapak tangan kanan
dan kiri, lalu sebaliknya. Kemudian usapkan ke wajah dengan kedua telapak
tangan. Dilakukan sekali usap saja ya. (sambil mempraktekan)
Dhina : “nah makan dan obatnya saya simpan disini, nanti jika yola sudah selasai
sholatnya, yola makan dan jangan lupa obatnya juga diminum ya. Kalau begitu,
saya permisi dulu ya”
Dhina : “assalamualaikum”
Yola : “waalikumsalam”
Setelah berbincang dengan perawat, pasien sudah mulai menerima penyakit yang di
deritanya. Sekarang pasien juga menjadi rajin sholat, mau makan dan menunjukan perubahan
kondisinya ke arah yang lebih baik.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan
Pengkajian psikologis yang dapat dilakukan :
1. Kondisi pikiran dan suasana hati (mood).
Meliputi : Apakah dalam bulan terakhir anda merasakan: Merasa putus asa atau
merasa tidak berdaya? kehilangan minat? Apakah anda merasa depresi? Apakah
anda merasa tegang atau cemas? Apakah anda pernah mengalami serangan panic?
Apakah ada hal spesifik yang anda harapkan?
2. Penyesuaian terhadap sakit.
Meliputi : Apa pemahaman anda terhadap sakit saat ini? Gali dengan hati-hati
ekspektasi pasien.
3. Sumber – sumber dan hal yang menguatkan.
Meliputi : Apakah sumber dukungan anda? Misalnya: orang-orang, hobi, iman dan
kepercayaan
4. Total Pain (nyeri multidimensi yang tidak terkontrol)
Meliputi : Adakah masalah psikologis, sosial, spiritual yang dialami yang
berkontribusi terhadap gejala yang dialami?
5. Sakit sebelumnya (dapat dikaji langsung atau pada keluarga)
Meliputi: Adakah risiko stress psikologikal dan riwayat masalah kesehatan mental?
Dari konsep teori kesesuaian antara masalah dengan teori sesuai dimana pada teori
menyebutkan bahwa :
1. Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan pasien yaitu kejadian-kejadian
yang dapat mengancam diri sendiri sebagaimana masalah yang seringkali di keluhkan
pasien yaitu mengenai masalah seperti nyeri, masalah fisik, psikologi sosial, kultural serta
spiritual (IAHPC, 2016).Permasalahan yang muncul pada pasien yang menerima
perawatan paliatif dilihat dari persepktif keperawatan meliputi masalah psikologi, masalah
hubungan sosial, konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek
spiritual atau keagamaan (Campbell, 2013). Masalah psikologi yang paling sering dialami
pasien paliatif adalah kecemasan. Hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah
diagnosa penyakit yang membuat pasien takut sehingga menyebabkan kecemasan bagi
pasien maupun keluarga (Misgiyanto & Susilawati, 2014). Sesuai dengan masalah yang
didapat dalam naskah role play dimana pasien merasa cemas terhadap penyakitnya,
merasa malu, dan tidak berguna serta hanya membuat malu kedua orang tuanya.
2. Spiritualitas memegang peranan penting dalam pengobatan perawatan paliatif. Penelitian
tentang pentingnya spiritualitas pada penyakit kronis termasuk HIV/AIDS telah banyak
dilakukan. Nokes et al. (1995 dalam Tuck & Thinganjana, 2001) mengatakan bahwa 100%
dari sampel sebanyak 145 orang dengan penyakit HIV menyatakan nyaman dengan terapi
komplementer yang dilakukan yang didalamnya terdapat komponen rohani. Dalama hal ini
praktek-praktek spiritual membantu meringankan gejala/symptom dan dalam beberapa
kasus dapat merubah prognosis penyakit. Domain spiritualitas adalah termasuk dalam
lingkup keperawatan untuk meningkatkan kualitas hidup pada penyakit kronis Ferrell et al.
(1995, dalam Tuck & Thinganjana 2007). Penelitian Tuck & Thinganjana (2007) untuk
mengetahui makna spiritualitas pada klien HIV/AIDS, menggunakan metode
fenomenologi dengan pengumpulan data melalui focus group discussion. Didapatkan hasil
ada 6 tema spiritualitas pada pasien terminal yaitu:
spiritualitas adalah keterkaitan atau hubungan, dan percaya kepada Tuhan atau
kekuatan lain yang lebih besar,
spiritualitas adalah panduan atau membantu partisipan,
spiritualitas adalah sumber inspirasi berupa harapan, iman, dan kekuatan untuk
memelihara hidup, atau menerima pemberian,
spiritualitas dinyatakan dengan perbuatan atau tindakan seperti mendengarkan
music, pergi ke tempat ibadah, membaca kitab suci, terhubung dengan alam,
meditasi, dsb.
spiritualitas adalah perjalanan, pusat dan pencarian,
spiritualitas adalah merasakan kehadiran Tuhan.
Hal ini juga sesuai dengan masalah yang di dapatkan didalam naskah role play dimana
perawat setelah melakukan pengkajian psikologis pada pasien perawat mengajarkan pasien
cara sholat bertujuan agar pasien merasa lebih tenang dan dengan harapan pasien lebih
mendekatkan diri terhadap tuhan serta supaya pasien lebih bisa menerima keadaannya.
Setelah perawat mengajarkan pasien sholat pasien terlihat lebih baik dan lebih bisa
menerima keadaannya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari berbagai masalah psikologis yang dialami oleh pasien terminal seperti: masalah
psikologi, masalah hubungan sosial, konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah
pada aspek spiritual atau keagamaan. Spiritualitas memegang peranan penting dalam
pengobatan perawatan paliatif Dalama hal ini praktek-praktek spiritual membantu
meringankan gejala/symptom dan dalam beberapa kasus dapat merubah prognosis penyakit.
ada 6 tema spiritualitas pada pasien terminal yaitu:
spiritualitas adalah keterkaitan atau hubungan, dan percaya kepada Tuhan atau
kekuatan lain yang lebih besar,
spiritualitas adalah panduan atau membantu partisipan,
spiritualitas adalah sumber inspirasi berupa harapan, iman, dan kekuatan untuk
memelihara hidup, atau menerima pemberian,
spiritualitas dinyatakan dengan perbuatan atau tindakan seperti mendengarkan
music, pergi ke tempat ibadah, membaca kitab suci, terhubung dengan alam,
meditasi, dsb.
spiritualitas adalah perjalanan, pusat dan pencarian,
spiritualitas adalah merasakan kehadiran Tuhan.
DAFTAR PUSTAKA